BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Pada bab ini akan disajikan kajian terhadap teori atau konsep yang relevan dengan isu penelitian. Selanjutnya adalah mengenai kajian riset yang pernah dilakukan sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti lain. 1. Teori Investasi a. Pengertian Investasi Menurut Susilo (2009:1), Investasi sering diartikan sebagai komitmen untuk mengalokasikan dana pada satu atau lebih aset (pada saat ini) yang diharapkan akan mampu memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Kegiatannya sering berhubungan dengan menginvestasikan dana pada deposito berjangka, sertifikat deposito, obligasi, saham, reksadana dan lainlain. Pemodal yang memiliki pengetahuan lebih, bahkan melakukan penawaran, opsi, kontrak berjangka, sekuritas konversi, dan sebagainya. Investasi jenis ini disebut investasi pada aset finansial. Selain itu investasi juga dilakukan pada aset nyata seperti emas, tanah, bangunan dan lain-lain. Investasi dibidang keuangan durasinya sangat bervariasi, bisa saja mencapai lima tahun, satu tahun, lima bulan atau bahkan lebih pendek lagi. Keberanian investor mengalokasikan dana pada saat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ada harapan untuk memperoleh keuntungan yang 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 menarik dimasa akan datang. Tanpa ada harapan memperoleh keuntungan tersebut pemodal tidak akan tertarik untuk melakukan investasi. b. Jenis Investasi Dalam dunia bisnis investasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi pada aset nyata (real asset) dan investasi pada aset finansial (non real asset atau financial asset), kedua jenis investasi ini sangat berbeda baik dari sisi bentuk investasi, jumlah dana dan juga likuiditasnya. Contoh investasi pada aset nyata adalah membeli emas, tanah, bangunan atau mendirikan perusahaan. Dalam investasi ini, investor benar-benar melaksanakan investasi secara langsung dengan mengeluarkan dana untuk membeli aset nyata atau mendirikan perusahaan. Investor akan menjual aset tersebut apabila harganya naik hingga memperoleh keuntungan atau investor akan memperoleh keuntungan dari opersional perusahaan. Sedangkan investasi pada aset finansial adalah dengan membeli instrumen keuangan, misalnyaa saham, obligasi, deposito. Instrumen tersebut bukanlah berupa aset nyata tetapi merupakan selembar kertas klaim (atau bukti klaim elektronik) terhadap penerbitnya seperti pemerintah, perusahaan pemerintah, maupun perusahaan swasta, c. Resiko Investasi Secara awam, dapat dikatakan bahwa resiko investasi adalah merugi, atau bahkan bisa habis seluruh aset yang kita investasikan. Dalam literatur investasi, resiko investasi di pasar modal dinyatakan sebagai penyimpangan dari penghasilan yang diharapkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Dalam berinvestasi, investor mengharapkan penghasilan yang terdiri atas growth dan income, maka resiko yang akan diterimanya adalah tidak akan mendapatkan salah satu atau semua penghasilan tersebut. Kondisi ekomoni selalu berubah, maka akan banyak peristiwa yang menjadi penyebab terjadinya resiko tidak mendapatkannya growth dan income oleh investor. Menurut Widiatmojo (2009:142), Resiko investasi dikolompokkan menjadi resiko sistematis (systematic risk) atau resiko pasar (market risk) dan resiko tidak sistematis (unic risk). Resiko sistematis adalah resiko yang dampaknya dirasakan oleh seluruh instrumen investasi, seperti inflasi, kenaikan suku bunga, nilai tukar, dan lain sebagainya. Resiko tidak sistematik adalah resiko yang dampaknya hanya dirasakan oleh perusahaan tertentu yang berhubungan dengan resiko tersebut. Contoh, peraturan pemerintah, adanya mogok kerja, dan sebagainya. 2. Pasar Modal Susilo (2009:15) mengemukakan bahwa pasar modal diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (surat berharga) jangka panjang (jatuh temponya lebih dari 1 tahun). Selain pengertian itu pasar modal sering diartikan sebagai tempat transaksi pihak yang membutuhkan dana (perusahaan) dan pihak yang kelebihan dana (pemodal). Undang-undang pasar modal NO.8 tahun 1995 tentang, mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannnya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Pasar bisa diartikan sebagai bursa dan surat berharga bisa juga diartikan sebagai efek, sehingga pasar modal disebut juga sebagai bursa efek. Surat berharga yang diperdagangkan berupa saham, obligasi, waran, opsi, reksadana. Surat berharga sering disebut juga sebagai instrumen keuangan atau efek atau sekuritas. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Pelaku pasar modal adalah pembeli dan penjual dana atau modal baik perorangan maupun badan usaha yang sebagian dari mereka melakukan penyisihan dananya dan sebagian yang lain memerlukan tambahan dana. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Menurut Hermawan (2011) dalam kasmir (2001:183-189), para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penujang yang terlibat dalam proses transaksi adalah: a. Emiten Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga ayau melakukan wmisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), antara lain; 1) Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi. 2) Memperbaiki struktur modal dan menyeimbangkan antara modal sendiri dan modal asing. 3) Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru. b. Investor Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya. Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 1) Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga yang akan dibayar emiten dalam bentuk deviden. 2) Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar investor menguasai perusahaan. 3) Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, harapannya adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya. c. Lembaga Penunjang Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah emiten maupun investor dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga penunjang yang memegang peranan pentinga di dalam mekanisme pasar modal antara lain: 1) Penjamin emisi (underwriter). Lembaga yang menjamin terjualnya saham atau obligaasi sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten. 2) Perantara perdagangan efek (broker/pialang). Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si penjual dan si pembeli. 3) Perdagangan efek (dealer)\ 4) Penanggung (guarantor). Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan dengan si penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan dananya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 5) Wali amanat (trustee). Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor). 6) Perusahaan surat berharga (securitas company). Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek, 7) Perusahaan pengelola dana (investment company). Mengolah surat berharga yang akan menguntungkan sesuai kekinganan investor. Terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana. 8) Kantor administrasi efek. Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka memperlancar administrasinya. 3. Indeks Harga Saham a. Pengertian Index harga saham Menurut Samsul (2006:180), indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks, indeks harga saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak negatif dari pengunaan harga saham dalam rupiah. Informasi indeks harga saham merupakan informasi yang penting. Dengan mengetahui posisi indeks, maka investor dapat memperkirakan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap saham-saham yang dimiliki, apakah menjual, membeli atau menahan saham tersebut. Indeks harga saham merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah sedang aktif atau lesu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Indeks harga saham dibedakan menjadi: 1) Indeks Harga Saham Individu Indeks harga saham individu yaitu harga yang dibayar oleh investor di pasar perdana atau harga perdana. Harga perdana yang tercantum dalam prospektus merupakan harga tetap yang harus dibayar oleh investor tanpa ditambah biaya transaksi. Harga perdana digunakan sebagai nilai dasar dalam menghitung indeks harga saham. 2) Indeks Harga Saham Parsial Indeks harga saham parsial yaitu indeks yang dapat diciptakan dari beberapa jenis saham untuk kepentingan sendiri. Contoh indeks LQ45, yaitu gabungan dari 45 jenis saham terpilih yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh bursa. 3) Indeks Harga Saham Gabungan Indeks harga saham gabungan merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Untuk bisa melakukan investasi dengan baik, indeks harga saham bukan segalanya. Artinya walaupun sudah paham dan mampu menganalisis indeks harga saham, belum berarti akan terbebas dari resiko kerugian. Indeks harga saham merupakan pintu, merupakan permulaan pertimbangan untuk melakukan investasi, sebab dari indeks harga saham ini akan diketahui situasi secara umum. Untuk mengambil keputusan dengan tepat, tentu harus menganalisis faktor-faktor lain. Dikatakan untuk mengetahui situasi secara umum sebab indeks harga saham ini merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Indeks harga saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atau kondisi pasar terakhir. Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public. Harga saham ini ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbitnya mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, kemungkinan perusahaan tersebut menyisihkan bagian keuntungan itu sebagai deviden dengan jumlah yang tinggi pula. Pemberian deviden yang tinggi akan menarik minat masyarakat untuk membeli saham tersebut. meningkat. Akibatnya saham Peningkatan harga saham akan memungkinkan pemegangnya mendapatkan capital gain. Hal ini akan membuat permintaan dan mendorong naiknya harga saham. PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke sebelas jenis indeks tersebut adalah: 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta harga di pasar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 2) Indeks Sektoral, Indeks Sektoral menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor. 3) Indeks LQ45, Indeks LQ45 menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 4) Jakarta Islamic Index (JII), Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbikan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. 5) Indeks Kompas100, Indeks Kompas100 menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 6) Indeks BISNIS-27, Indeks BISNIS-27 menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia 7) Indeks PEFINDO25, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Indeks PEFINDO25 menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO 8) Indeks SRI-KEHATI, Indeks SRI-KEHATI menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI. 9) Indeks Papan Utama, Indeks Papan Utama menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. 10 Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan. 10) Indeks Individual, Indeks Individual yaitu indeks harga saham masing-masing emiten. Perbedaan utama pada masing-masing indeks adalah jumlah emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 emiten untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 emiten untuk perhitungan indeks. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh data vendor melalui data feed. 4. Jakarta Islamic Index (JII) Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam - LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam - LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 c. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi), Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau, Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. d. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI. 5. Tingkat Inflasi a. Pengertian Inflasi Sadono Sukirno (2008:14-15) inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari suatu periode ke periode lainnya dan berbeda pula dari suatu negara ke negara lainnya. Dari definisi tersebut maka terdapat tiga kriteria agar dapat dikatakan terjadinya inflasi: 1) Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya; 2) Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi apabila kenaikan tersebut tidak berdampak pada kenaikan hargaharga secara umum; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 3) Berlangsung terus menerus, artinya proses kenaikan harga harga tersebut tidaklah terjadi hanya sesaat melainkan secara terus-menerus sampai pada periode tertentu. b. Jenis – Jenis Inflasi Menurut Widjajanta dan Widyaningsih (2007:112) inflasi berdasarkan sifatnya terdiri dari: 1) Inflasi Rendah (Creeping Inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun. Inflasi ini dibutuhkan dalam ekonomi karena akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak bar ang dan jasa. 2) Inflasi Menengah ( Galloping Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 10%-30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. 3) Inflasi Berat (High Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30%100% per tahun. Misalnya inflasi yang terjasi pada pertengahan dekade 1960an yang mencapai 600% 4) Inflasi Sangat Tinggi (Hiperinflation) yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit. Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya turun sangat tajam sehingga lebih naik ditukarkan dengan barang. Sedang inflasi berdasarkan sebabnya terdiri dari; 1) Demand Pull Inflation Inflasi ini terjadi sebagai akibat pengaruh permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran produksi. Akibatnya bila permintaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 banyak sedang penawaran tetap maka harga akan naik. Untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru. 2) Cosh Push Inflation Inflasi ini disebabkan karena naiknya biaya produksi yang disebabkan kenaikan biaya faktor produksi. Hal yang harus dilakukan produsen adalah menaikkan harga produk dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi. 3) Bottle Neck Inflation Inflasi ini dipicu oleh faktor penawaran atau faktor permintaan. Jika karena faktor penawaran maka persoalannya dalah sekalipun kapasitas yang ada sudah terpakai tetapi permintaannya masih banyak sehingga menimbulkan inflasi. Adapun inflasi karena faktor permintaan disebabkan adanya likuiditas lebih banyak, baik berasal dari sisi keuangan atau akibat ekspetasi terhadap permintaan baru. Berdasarkan Asalnya inflasi terdiri dari; 1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Inflasi ini timbul karena terjadinya defisit pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. 2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) Inflasi ini timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negaara mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga-harga di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 luar negeri atau di negara-negara mitra dagang utama yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kenaikan biaya produksi dalam negeri. Kenaikan biaya produksi diikuti dengan kenaikan harga barang. 6. Nilai Tukar (Kurs) Mata Uang Menurut Sadono Sukirno (2008:397) kurs valuta asing atau kurs mata uang asing adalah harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga diartikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Faktor-faktor yang menyebabkan kurs valuta antara lain: a. Perubahan dalam citarasa masyarakat Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Perubahan cita rasa mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang produksi di dalam negeri maupun barang impor. Perbaikan kualitas barang-barang menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat pula menaikan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-arang impor menyebabkan keinginan masyarakat mengimpor bertambah besar. Perubahan ini mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. b. Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga murah akan menaikan ekspor dan bila harganya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang suatu negara. c. Kenaikan harga umum (inflasi) Inflasi berpengaruh besar pada kurs valuta asing. Inflasi umumnya akan menurunkan nilai suatu valuta asing. Sebab inflasi menyebabkan harga barang di dalam negeri menjadi lebih mahal dari harga barang di luar negeri sehingga inflasi cenderung menambah impor. Inflasi menyebabkan harga barang ekpor lebih mahal sehingga mengurangi ekspor. d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Jika suku bunga dan tingkat pengembalian investasi rendah menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri dan sebaliknya. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara, permintaan ke ats mata uang suatu negara akan merosot dan bila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. 7. Tingkat Suku Bunga Tingkt suku bunga disini adalah BI Rate. Menurut bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Suku bunga mempunyai manfaat bagi masyarakat, yaitu Untuk merangsang masyarakat agar mau menyimpan sebagian uangnya pada bank sebagai investasi, mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam perekonomian atau sebagai alat moneter, bunga dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Masyarakat yang meminjam sejumlah dana kepada bank berkewajiban tidak hanya membayarkan pinjaman pokoknya melainkan disertai sejumlah uang yang disebut bunga. Tingkat bunga akan mengalami kenaikan atau penurunan dan hal ini berpengaruh pada gairah masyarakat untuk meminjam atau menginvestasikan dananya kepada bank. Semakin tinggi rasio bunga maka keinginan masyarakat untuk meminjam dana kepada bank akan semakin rendah, dan sebaliknya, jika bank menetapkan bunga yang rendah, maka keinginan masyarakat untuk meminjam dana di bank akan semakin tinggi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 8. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi antara lain: TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Nama Peneliti (Tahun) Umi Mardiyanti (2013) Lokasi BEI Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, IHSG 2 Murtianingsih (2012) BEI Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, IHSG 3 Dani Ahmad Lutvi (2014) BEI 4 Suramaya Suci Kewal (2012) BEI Suku Bunga, Inflasi, pertumbuh an Ekonomi, Size, JII Inflasi, Suku Bunga, Pertumbuh an PBD, IHSG No 1 Variabel Hasil Riset Nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham properti sedangkan tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham properti. Berdasarkan uji secara simultan nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham properti. Inflasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap IHSG. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG, Sementara itu nilai tukar mata uang terhadap rupiah berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan, Tingkat Inflasi berpengaruh negatif, Tingkat Inflasi berpengaruh negatif, Size berpengaruh negatif Tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 5 Hermawan (2011) BEI Kurs Rupiah, Inflasi, Indeks Dow Jones, IHSG 6 Nurhayati Sihotang (2015) BEI Nilai Tukar, Indeks saham Luar negeri, Inflasi, IHSG Variabel Nilai Tukar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, Variabel Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, Variabel Indeks Nikkei 225 mempunyai pengaruh yang Positif dan signifikan, Variabel Inflasi mempunyai pengaruh yang Negatif dan tidak signifikan 7 Achmad Ath Thobarry (2009) BEI Nilai tukar, Suku Bunga, Inflasi, Pertumbuh an GDP Nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh positif ,Pertumbuhan GDP tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor Properti.signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks saham sektor properti. Kurs rupiah dan indeks saham Dow Jones secara parsial memilki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG), sedangkan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG B. Rerangka Penelitian 1. Pengaruh tingkat inflasi terhadap indeks harga saham. Saat suatu negara mengalami inflasi, maka perekonomian juga melemah. Transaksi ekonomi akan berkurang dikarenakan daya konsumsi masyarakat menurun. Saat terjadi inflasi, barang-barang dan bahan baku menjadi naik, gaji karyawan juga semakin naik, perusahaan menaikkan harga agar dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 mendapatkan laba. Namun perusahaan tetap merugi karena pendapatan menurun. Deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga menurun. Inflasi yang semakin tinggi menjadi sinyal negatif bagi para investor yang berinvestasi di pasar modal. Investor akan cenderung melepas sahamnya jika terjadi peningkatan inflasi, apalagi saat inflasi tidak terkendali. Hal ini jika inflasi tinggi maka menyebabkan resiko investasi juga naik. Kecendrungan investor untuk melepas sahamnya akan menyebabkan harga saham tersebut menjadi turun. Terjadinya penuruan harga saham iniakan tercermin pada indeks harga saham. 2. Pengaruh kurs rupiah terhadap indeks harga saham. Kurs nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sangat berpengaruh bagi perusahan-perusaan yang melakukan kegiatan ekspor impor. Bagi perusahaan impor, saat kurs rupiah melemah nilai dollar semakin tinggi. Harga bahan baku atau barang konsumsi menjadi naik, akibatnya biaya-biaya juga ikut naik. Kejadian ini menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga tingkat dividen yang dapat dibagikan dan tingkat pengembalian yang ditawarkan akan menurun pula. Penurunan ini akan mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut berkurang sehingga harga saham menjadi turun. Kondisi seperti ini akan mendorong investor untuk melepas sahamnya sehingga berdampak pada menurunya harga saham yang kemudian penurunan tersebut akan tercermin pada indeks harga saham,begitu pun sebaliknya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Namun bagi perusaan ekspor, keadaan ini menguntungkan. Sebab saat mereka mengekspor barang mereka akan mendapatkan dollar dan dollar tersebut akan tinggi nilainya saat ditukar dengan rupiah. Akibatnya laba perusahaan meningkat dan deviden semakin tinggi. Hal ini membuat investor menanamkan modalnya dan membuat indeks harga saham naik. 3. Pengaruh tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham Tingkat bunga sangat berpengaruh dengan bunga deposito. Saat Suku bunga naik, investor akan melirik untuk menanamkan modalnya dengan cara mendepositokannya karena investasi ini lebih aman dan juga memiliki tingkat pengembalian atau suku bunga yang lebih tinggi. Jika investor mendepositokan modalnya, maka saham suatu perusaan akan turun dan berdampak pada penurunan indeks harga saham. . Selain itu, adanya kenaikan Suku Bunga yang tidak wajar akan menyulitkan dunia usaha untuk membayar beban bunga dan kewajiban, karena Suku Bunga yang tinggi akan menambah beban bagi perusahaan sehingga secara langsung akan mengurangi profit perusahaan. Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan diuji apakah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap indeks harga saham. Untuk memahami langkah-langkah, dapat dilihat dari flowchart di bawah ini: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan: Inflasi H1 H1 H1 Kurs Nilai rupiah/ Dollar H2 Jakarta Islamic Index H3 Tingkat Suku Bunga H4 GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN C. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka masalah yang telah dijabarkan, maka dapat dibuat hipotesis penelitian: H1: Diduga Inflasi memiliki pengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII). H2: Diduga nilai tukar rupiah memiliki pengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII) H3: Diduga tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII). H4: Diduga inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII). http://digilib.mercubuana.ac.id/