contoh modul intervensi kelompok

advertisement
43
MODUL
SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP
THERAPY (SFBGT)
Untuk Perilaku Agresif Remaja
Oleh :
Danang Setyo Budi Baskoro
44
Solution Focused Brief Group Therapy
Untuk Perilaku Agresif Remaja
Pengertian
Solution Focused Brief Group Therapy(SFBGT)merupakan hubungan teraputik
antara terapis dan beberapa klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
klien dengan menggunakan hubungan kelompok.Klien bersama-sama dengan
terapis membicarakan mengenai solusi terhadap suatu permasalahan yang sering
dialami, lalu bersama-sama membahas, memperjelas dan menerapkan solusi
tersebut dalam kehidupan nyata, sehingga klien dapat belajar berperilaku lebih
baik dengan dirinya dan orang lain.
Pendekatan
SFBGT ini menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu suatu pandangan
yang beranggapan bahwa seseorang memandang diri mereka serta menciptakan
realita secara subjektif, sehingga dalam terapi ini klien berperan aktif dalam
membuat solusi yang akan diterapkannya dalam menghadapi permasalahan.
Sasaran
Sasaran SFBGT ini adalah remaja yang mempunyai perilaku agresif dan sering
melakukan kekerasan fisik serta verbal dalam menghadapi suatu situasi
permasalahan.
Tujuan
Untuk mengurangi perilaku agresif remaja dan membantu menemukan solusi dan
perilaku baru.
Waktu
1. SFBGT ini dilakukan dalam waktu 7 pertemuan (sesi).
2. Frekwensi pertemuan dalam satu minggu adalah sebanyak 2 kali.
3. Durasi setiap pertemuan adalah 60 menit.
Jumlah kelompok
Jumlah anggota kelompok untuk SFBGT ini adalah 5-10 anak.
45
Konselor dan Pendamping Konselor
Terapis merupakan seseorang yang secara khusus dididik dalam bidang konseling
dan terapi psikologi, yaitu konselor atau psikolog. Jika diperlukan, konselor atau
terapis dapat dibantu pendamping konselor/terapis. Pendamping terapis adalah
orang yang memiliki dasar-dasar profesi konseling atau terapi psikologi.
Pendamping terapis dapat orang yang memiliki pengalaman dalam bidang
konseling/terapi yang setara atau dibawah terapis.
Posisi Klien dan Konselor
Dalam proses terapi kelompok, bentuk kegiatan dilakukan dalam posisi duduk
melingkar, terapis dan pendamping terapis (jika diperlukan), berada dalam posisi
lingkaran dengan diameter jarak 2 meter.
= konselor
= klien
Tahapan SFBGT
SFBGT dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan (10%)
: 1 pertemuan
2. Eksplorasi masalah (10%)
: 1 pertemuan
3. Mencari alternative dan menetapkan tujuan (10%) : 1 pertemuan
4. Identifikasi dan memperkuat perilaku solusi (60%) : 3 pertemuan
5. Penghentian tahap dan sesi (10%)
: 1 pertemuan
46
Pola kegiatan setiap pertemuan
Setiap pertemuan membutuhkan waktu 60 menit, dengan pola kegiatan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
Pembukaan
Kegiatan kelompok
Umpan balik
Penutup
: 5 menit
: 45 menit
: 5 menit
: 5 menit
Rincian pola kegiatan
1. Pembukaan
-
Membahas mengenai topik yang dibahas pada sesi sebelumnya
-
Membahas mengenai terapi yang akan dilakukan
2. Kegiatan kelompok
-
Klien mengemukakan pengalaman, pikiran dan perasaan mengenai
permasalahan yang dihadapi
-
Klien menyusun solusi dan dibantu oleh terapis untuk membahas,
memperjelas dan melaksanakan dalam kehidupan nyata.
-
Mambahas solusi yang telah disusun pada sesi sebelumnya dan telah
diterapkan.
-
Terapis memberikan umpan balik, sanggahan, dan mendorong
perubahan untuk menemukan solusi dan menerapkannya kembali.
3. Umpan balik
-
Anggota kelompok memberikan tanggapan atau pendapat mengenai
proses terapi kelompok.
4. Penutup
-
Merangkum hasil proses terapi kelompok.
-
Informasi rencana terapi kelompok pada sesi berikutnya.
Rancangan Kegiatan SFBGT
Rancangan kegiatan SFBGT ini disusun untuk memberikan arahan didalam
pelaksanaan SFBGT dilapangan, meskipun tentu saja beberapa keadaan perlu
disesuaikan dengan realitas dilapangan. Pedoman pelaksanaan ini dapat dijadikan
acuan bagi terapis dalam melakukan SFBGT.
47
Sesi
Fase
: ke 1
:Persiapan
Waktu : 60 menit
Tujuan
:
1. Membangun hubungan awal
2. Menetapkan peraturan, struktur serta melakukan penggabungan antar anggota
kelompok dengan terapis sebagai pemimpin.
3. Melakukan pengukuran sebelum dilakukan terapi.
4. Penggabungan antara anggota kelompok dengan kelompok dan terapis
serta menciptakan kohesifitas.
Langkah kegiatan
:
1. Pembukaan (5 menit)
Terapis menyampaikan mengenai tujuan kegiatan yang akan dilakukan
dan manfaat yang akan didapat setelah melakukan kegiatan tersebut.
2. Kegiatan kelompok (45 menit)
a. Perkenalan
Terapis
memperkenalkan
dirinya
terlebih
dahulu
dengan
maksud
menciptakan hubungan yang hangat dan terbuka dengan anggota kelompok.
Terapis memperkenalkan dirinya dengan dimulai dari nama, alamat, status
pekerjaan, kegiatan yang relevan dengan pelaksanaan kegiatan serta
pengalaman yang dapat meningkatkan hubungan terapis dan kelompok.
Perkenalan selanjutnya dilakukan oleh klien, dengan menyebutkan nama,
alamat dan kelas.
b. Memperkenalkan tujuan terapi yang akan dilakukan dan manfaat yang akan
didapat oleh klien dalam mengembangkan diri.
c. Menyajikan kontrak
Keterangandisajikanuntuk memberikangambaran, kontrak aturan, dengan
menyajikan script yang meliputi topik sebagai berikut :
48
Tujuan dari terapi adalah untuk :
 Belajar untuk mengelola kemarahan
 Menetapkan tujuan untuk diri sendiri
 Mengenali perilaku alternatif terhadap perilaku agresif bermasalah
 Menerima dukungan berupa saran dan umpan balik dari orang lain
 Memanfaatkan perilaku alternatif selama dan pada akhir kelompok
Peraturan :
 Menghadiri semua 7 sesi
 Menangani konflik didalam aktifitas kelompok dengan cara yang
tidak agresif dan tanpa kekerasan
 Menjaga kerahasiaan topik dan isi pembicaraan anggota yang lain
 Berpartisipasi dalam diskusi kelompok
d. Melakukan pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kondisi sebelum dikenakan
terapi, sehingga terapis dapat mengetahui mengenai pengaruh dari
terapi yang diberikan.
3. Umpan balik
Terapis memberikan kesempatan anggota kelompok untuk bertanya
mengenai hal yang belum dipahami.
4. Penutup
Terapis
memberikan info
mengenai pertemuan sesi kedua dan
mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kesediaan dalam mengikuti
kegiatan terapi serta mendorong klien untuk bersedia mengikuti seluruh
sesi terapi.
49
Sesi
Fase
: ke 2
: Eksplorasi masalah
Waktu : 60 menit
Tujuan :
1. Menggali permasalahan klien.
2. Penggabungan antara anggota kelompok dengan kelompok dan terapis
serta menciptakan kohesifitas.
Langkah kegiatan
a. Pembukaan
Terapis melakukan pembukaan dengan diawali ucapan terimakasih dan
apresiasi terhadap keinginan serta niat klien untuk mengembangkan diri
dalam terapi kelompok. Selanjutnya terapis menjelaskan tujuan dari terapi
sesi dua dan kegiatan yang akan dilakukan.
b. Kegiatan kelompok
Setiap
anggota
kelompok
mengemukakan
pikiran,
perasaan
serta
pengalamannya terkait dengan perilaku agresif yang pernah dilakukan. Klien
menceritakan pengalamannya berupa perilaku sebab serta akibat dari perilaku
yang dilakukannya. Terapis mendorong klien menceritakan pengalamannya
dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan dapat menciptakan suasana
saling percaya.
c. Umpan balik
Terapis memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk bertanya
mengenai cerita yang telah dikemukakan oleh anggota lain.
d. Penutup
Terapis memberikan kesimpulan mengenai cerita dari masing-masing
anggota kelompok.
Terapis memberikan informasi mengenai pelaksanaan terapi sesi ketiga.
50
Sesi
Fase
: ke 3
: Mencari exception dan menetapkan tujuan
Waktu : 60 menit
Tujuan
1. Mencari exception, yaitu perilaku yang pernah dilakukan oleh klien dalam
menyikapi situasi permasalahan dengan lebih adaptif.
2. Memperkuat exception dengan reinforcement positif berupa pujian.
3. Mendorong klien untuk melihat dan merasakan mengenai hidup tanpa
masalah
4. Menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam terapi yang dilakukan.
Langkah kegiatan
a. Pembukaan
Terapis menyampaikan hasil dari kegiatan sesi dua, yaitu merangkum
eksplorasi masalah.
Terapis menginformasikan tujuan pelaksanaan sesi yang akan
dilakukan.
b. Kegiatan kelompok
Terapismenanyakan tentangapakah pernah klien menghadapi situasi yang
biasanya membuat ia marah dan melakukan perilaku agresif dengan cara
yang berbeda atau lebih baik.
Ketika klien menemukan pengalamannya di masa lalu dalam bertindak lebih
adaptif terhadap situasi yang memancing kemarahannya, selanjutnya terapis
memperdalam dengan pertanyaan mengenai detail situasi dan hasil yang
didapat.
Setiap
anggotakelompokdidorong untukberbagisetidaknyasalah
satucontoh di mana mereka berhasildalam menanganikemarahan mereka
secara tepatatauadaptif
Terapis memberikan pujian terhadap kekuatan mereka, usaha dalam
menghadapi masalah secara adaptif atau perilaku pengecualian (exception)
dan mendorong anggota lain untuk melakukan hal yang sama.Terapis
melakukan check kepada klien dan melakukan konfrontasi terhadap mereka
untuk mengenali hasil positif dari perilaku pengecualian (exception), serta
bagaimana perasaan mereka ketika melakukan perilaku tersebut.
51
Bagian selanjutnya adalah menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam
terapi. Tujuan yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana klien ada dalam
kondisi tidak mengalami permasalahan.Teknik yang dapat digunakan adalah
dengan miracle question, pertanyaan ini bermaksud untuk mendorong klien
melihat suatu keadaan tanpa masalah.Pertanyaan ini berupa “bayangkan
ketika kamu tidur dan saat itu tiba-tiba masalahmu telah hilang, kira-kira
apa yang dapat kamu kenali dari diri kamu atas perubahan tersebut”.
Apabila miracle question tidak efektif karena mungkin klien kurang
memahami maksud pertanyaan, maka dapat digunakan outcome question dan
specific relationship question, dimana pertanyaan ini berorientasi kepada
hasil yang akan dicapai dan perasaan ketika hasil tersebut berhasil dicapai.
Outcome question dapat berupa “ kira-kira hal apa yang berubah ketika kamu
telah berhasil dalam terapi ini”. Specific relationship question dapat berupa “
bayangkan dia (seseorang yang khusus untuk klien) ada disini, kirakira apa yang ia perhatikan mengenai perubahanmu?”.
c. Umpan balik
Terapis memberikan umpan balik berupa pujian terhadap exception
dari masing-masing klien, serta meyakinkan bahwa klien dapat
melakukan perilaku tersebut dalam menghadapi situasi yang sama
dimasa berikutnya.
Terapis memberikan kesempatan bertanya kepada anggota kelompok
mengenai proses terapi kelompok.
d. Penutup
Terapis merangkum hasil dari kegiatan kelompok.
Terapis mengingatkan mengenai kegiatan terapi selanjutnya.
52
Sesi
Fase
: ke 4, 5 dan 6
: Identifikasi dan memperkuat perilaku solusi
Waktu : 60 menit
Tujuan
1. Identifikasi perilaku solusi
2. Memperluas dan memperkuat perilaku solusi yang telah diidentifikasi.
3. Mendorong terjadinya perubahan.
4. Mendorong anggota kelompok untuk menerapkan perilaku solusi.
Langkah kegiatan
a. Pembukaan
Terapis menyampaikan hasil terapi kelompok yang dicapai pada sesi
sebelumnya.
Terapis menyampaikan informasi mengenai tujuan terapi yang akan
dilaksanakan.
b. Kegiatan kelompok
Identifikasi perilaku solusi
Terapis membantu anggota kelompok mencari perilaku solusi yang tepat
untuk digunakan dalam mengatasi situasi permasalahan, yang biasanya
dapat memunculkan respon berupa perilaku agresif bagi anggota
kelompok. Perilaku solusi dapat ditemukan dari perilaku pengecualian
(exception) yang telah diidentifikasi dari sesi tiga. Namun demikian
apabila tidak ditemukan perilaku pengecualian (exception) dari sesi tiga,
maka terapis dan anggota kelompok dapat merumuskan sendiri perilaku
solusi yang dinggap tepat.
Memperluas dan memperkuat perilaku solusi yang telah diidentifikasi.
Perilaku solusi yang sudah teridentifikasi maka akan diperkuat oleh terapis
dengan teknik EARS. Terapis menggunakan teknik EARS, yaitu Elicit
(menanyakan mengenai perubahan yang positif), Amplify (menanyakan
mengenai detil mengenai perubahan yang positif), Reinforce (meyakinkan
53
partisipan melihat dan menghargai perubahan yang positif) dan Start again
(menanyakan apalagi yang bisa lebih baik).
Mendorong terjadinya perubahan.
Terapis juga dapat secara bertahap mendorong anggota kelompok untuk
melakukan perubahan. Terapis memberikan pujian kepada anggota
kelompok serta menggunakan teknik yang berfokus kepada solusi untuk
memperkuat realitas baru bahwa mereka sedang mengalami dan bekerja
untuk berkembang. Teknik untuk mendorong terjadinya perubahan
diantaranya sebagai berikut :
1. Specific relationhip question
Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk membantu anggota kelompok
untuk mengerti mengenai perubahan yang mereka lakukan. Pertanyaan
ini berupa “bayangkan dia (seseorang yang khusus untuk klien) ada
disini, kira-kira apa yang ia perhatikan mengenai perubahanmu?”.
2. Coping question
Coping
question
digunakan
jika
seorang
anggota
kelompok
melaporkan tidak ada perubahan. Seperti, “ bagaimana kamu dapat
bertahan ketika sebenarnya semua tidak terjadi secara baik?”, “apa
yang kamu telah lakukan untuk membiarkan kemarahanmu menjadi
perilaku yang demikian?”.
3. Scaling question
Pertanyaan ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok untuk
memantau perkembangan dirinya dalam menerapkan perilaku solusi
serta hasil yang didapat. Angka 1 bisa digambarkan sebagai keadaan
yang paling tidak diinginkannya, dan angka 10 digambarkan sebagai
keadaan yang diinginkannya dimana tujuannya telah tercapai.
4. Kohesifitas kelompok
Terapis memanfaatkan kohesifitas kelompok untuk mendorong
perubahan anggota kelompok dengan memberikan kesempatan bagi
anggota kelompok menerima dan juga memberi feedback kepada
anggota kelompok lainnya.
54
Mendorong anggota kelompok untuk menerapkan perilaku solusi.
Perilaku solusi yang sudah diperkuat selama sesi terapi selanjutnya akan
diterapkan oleh anggota kelompok sebagai tugas rumah. Anggota
kelompok bertugas melakukan, mencatat atau mengingat perilaku solusi
yang dilakukan serta respon dari orang-orang terhadap perilakunya
tersebut.
c. Umpan balik
Terapis memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk bertanya
mengenai proses terapi dan hasil yang telah dicapai. Anggota kelompok
diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya
ataupun memberikan pendapatnya.
d. Penutup
Terapis merangkum hasil dari kegiatan kelompok.
Terapis mengingatkan mengenai kegiatan terapi selanjutnya.
55
Sesi
Fase
: ke 7
: Penghentian sesi
Waktu : 60 menit
Tujuan
1. Evaluasi dan perbaikan
2. Konsolidasi dan merayakan kemajuan
3. Memperjelas gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran kelompok.
4. mengenali kapan mereka menjadi maladaptif dalam mengelola kemarahan
mereka.
Langkah kegiatan
a. Pembukaan
Terapis menyampaikan hasil terapi kelompok yang dicapai pada sesi
sebelumnya.
Terapis menyampaikan informasi mengenai tujuan terapi yang akan
dilaksanakan.
b. Kegiatan kelompok
Evaluasi dan perbaikan
Terapis menanyakan hal yang masih menjadi hambatan bagi anggota
kelompok untuk selanjutnya mengkaji kembali, menambah hal yang
kurang serta mendorong perubahan anggota atas yang dilakukan
kelompok.
Konsolidasi dan merayakan kemajuan
Terapis menggunakan pertanyaan skala (scaling question) untuk
menentukan
kemajuan
anggota
antara
sesi
pertama
dan
sesi
terakhir.Terapis menggunakan pertanyaan skala untuk menentukan
keyakinan masing-masing anggota dalam mempertahankan perubahan
yang telah mereka ciptakan.Anggota kelompok dapat melaksanakan
perubahan positif mereka kedalam perilaku dan bertanggung jawab
terhadap hal tersebut.
56
Memperjelas gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran kelompok.
Anggota kelompok merangkum mengenai hasil yang didapat dari sesi
awal kegiatan terapi menjadi gambaran yang jelas. Hal ini penting untuk
membuat anggota kelompok menyadari mengenai dampak dari apa yang
mereka kerjakan dan membawa gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran
mereka, sehingga mereka dapat menghubungkan antara upaya positif terhadap
hasil positif yang mereka alami.
Mengenaliperilaku maladaptif
Terapis membantu anggota dalam membedakan, mengenali kapan mereka
menjadi
maladaptif
dalam
mampumembedakandanmengenali
berperilaku.Anggota
kapan
kelompok
perilakumerekakembali
menjadimaladaptive.
c. Umpan balik
Terapis memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk bertanya
mengenai proses terapi dan hasil yang telah dicapai. Anggota kelompok
diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya
ataupun memberikan pendapatnya.
d. Penutup
Terapis memberikan pujian yang produktif dan tulus untuk setiap anggota
kelompok pada perubahan mereka, yang dapat mengelola perilaku
agresifnya dalam menghadapi situasi tertentu dan menggunakan cara yang
lebih sesuaidan dapat diterima orang lain.
Anggota kelompok mendapat penghargaan untuk perubahan yang telah
mereka buat dan merayakan pencapaian tujuan mereka.
57
PARTISIPAN DAN DESKRIPSI HASIL TERAPI
58
Lampiran 5
DESKRIPSI HASIL TERAPI
SIKLUS 1
Sesi ke-1
Fase
: Persiapan dan eksplorasi masalah
Tempat
: Ruang kelas
Tanggal
: 14 Juni 2012
EK
Pada sesi EK lebih sering diam dan hanya menjawab pertanyaan terapis ketika diberi pertanyaan
oleh terapis. EK bercerita bahwa ia mempunyai kebiasaan mengumpat atau berkata kotor serta
enggan jika disuruh membantu pekerjaan orangtua. Kebiasaan EK mengeluarkan kata-kata kotor
ketika ia diganggu oleh teman dan ia merasa marah maka ia seringkali berkata kotor atau
mengumpat.
BN
Pada sesi I BN nampak tidak terlalu banyak berbicara, namun demikian sesekali ia melontarkan
kata-kata bercanda ketika partisipan yang lain sedang berbicara. BN menceritakan pengalamannya
bahwa ia pernah dimarahi oleh neneknya karena memukul adik keponakannya dan berkata kotor
jika ia merasa marah diganggu teman-temannya.
LK
LK Cukup aktif menceritakan pengalamannya dan terlihat cukup antusias. Menceritakan
pengalamannya bahwa ia sering dimarahi oleh orangtua karena tidak mau membantu orangtua
bekerja disawah dengan alas an tidur. LK juga pernah bertengkar dengan temannya yang
sebenarnya pada awalnya bercanda, akan tetapi LK marah saat ban sepeda motornya dibuat kemps
oleh temannya sehingga ia marah dan terjadi perkelahian. Selain itu LK juga sering berkelahi
dengan BN karena BN sering mengganggu dirinya, ketika ia marah maka ia berkelahi dengan BN.
NV
Pada sesi I ini NV menceritakan tentang pengalamannya bertengkar dengan temannya. Hal ini
dikarenakan NV dituduh mengganggu hubungan temannya dengan pacarnya, karena NV sering
berbicara dengan pacar temannya. Ketika NV dituduh merebut pacar temannya itulah NV marah
dan mengumpat pada temannya sebagai pelampiasan rasa marahnya. NV juga pernah dilempar
piring oleh orangtuanya karena memukul adiknya yang tidak mau disuruhnya mandi. NV banyak
bertanya kepada peneliti mengenai apa tujuan kegiatan yang diadakan dan mempertanyakan
apakah yang dilibatkan adalah anak-anak yang nakal
KK
KK dalam sesi ini sering bercanda dengan partisipan lain, atau memandangi orang yang ada diluar
ruangan, sambil sesekali berdiri untuk melihat keluar ruangan. KK menceritakan bahwa ia sering
dimarahi orangtuanya karena sering pulang sore hari dan tidak pernah membersihkan rumah.
Selain itu KK juga mengatakan bahwa ia sering berkata kotor dan juga bertengkar temannya.
Download