perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DISTRIBUSI HOTEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ARIS SUSANTO K5403019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DISTRIBUSI HOTEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 OLEH: ARIS SUSANTO K5403019 Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Wakino, M.S Dr. M. Gamal Rindarjono, M.Si NIP. 19521103 197603 1 003 NIP. 19640803 199512 1 001 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Aris Susanto, DISTRIBUSI HOTEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, April 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Distribusi spasial hotel di Kota Surakarta tahun 2008 (2) Pola distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008 (3) Faktor – faktor apa yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota Surakarta. (4) Karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun 2008. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh hotel di Kota Surakarta, sampel dalam penelitian adalah pengguna (penginap) hotel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian meliputi : alamat hotel dengan menggunakan teknik dokumentasi, lokasi hotel secara spasial dengan observasi menggunakan GPS (untuk distribusi hotel), faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi hotel dengan menggunakan teknik wawancara kepada Sekretaris Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) di Kota Surakarta dan pihak pengelola hotel di Kota Surakarta, karakteristik pengguna (penginap) hotel menggunakan teknik angket / kuesioner ditujukan kepada para tamu hotel. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis peta, analisis tetangga terdekat, dan analisis tabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008 adalah sebagai berikut : (a) berdasarkan jenis hotel distribusi hotel banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari dengan persentase hotel jenis non bintang (melati) lebih besar dibandingkan hotel dengan jenis bintang (b) distribusi hotel dengan kelas melati 1 memiliki persentase paling banyak dibandingkan kelas (melati 2 dan melati 3) maupun kelas (bintang 1, bintang 2, bintang 3, bintang 4, dan bintang 5) (c) berdasarkan lokasinya distribusi hotel mendominasi di kawasan perdagangan dan jasa serta simpul transportasi (2) berdasarkan analisis tetangga terdekat pola distribusi spasial hotel termasuk mengelompok(cluster) (3)berdasarkan faktor struktur tata ruang kota, aksesibilitas dan harga lahan sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi hotel oleh pihak pengusaha (4) karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun 2008 adalah sebagai berikut : (a) berdasarkan tingkat pendidikan SMA dan S1 mempunyai jumlah lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain (b) berdasarkan jenis pekerjaan didominasi (karyawan/swasta)dengan penghasilan di bawah Rp 2.000.000,00 (c) berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh kaum lakilaki. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Aris Susanto. Hotel Distribution In Surakarta City 2008. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. April 2011. The objectives of this study are to know : (1) the spatial distribution of hotels in Surakarta city 2008 (2) the distribution pattern of hotels in Surakarta city 2008 (3) what factors affect the distribution of hotels in Surakarta city (4) characteristic of the hotel user (residential) in Surakarta city 2008. This research uses descriptive method. The population in these studies was the whole hotel in the city of Surakarta, the sample in the study were users (residential) hotel. Data collection techniques in the study include: address of the hotel by using the documentation techniques, the spatial location of the hotel with the observations using the GPS (for the distribution of hotel), the factors that influence the distribution of hotels by using interviewing techniques to the Secretary of the Governing Body Hospitality Branch of the Association of Indonesia ( PHRI BPC) in Surakarta, and the manager of hotels in Surakarta, the characteristics of users (residential) hotel using questionnaire techniques / questionnaire addressed to hotel guests. Data analysis techniques using the map analysis,nearestneighboranalysis,tabelanalysis. Based on the results of research can be concluded: (1) The distribution of hotels in Surakarta in 2008 are as follows: (a) the distribution by type of hotel there are many hotels in the District Banjarsari with the percentage of non-star type hotel (jasmine) is greater than the hotel with the kind of star ( b) distribution of jasmine-class hotel with a percentage compared to most classes (jasmine jasmine 2 and 3) or class (1 star, 2 star, 3 star, 4 star and 5 star) (c) based on its location in the region dominate the distribution of hotel trade and services and transport nodes (2) based on nearest neighbor analysis of spatial distribution patterns include a cluster (3) based on the factor of urban spatial structure, accessibility and land prices are very influential in determining the location of the hotel by the entrepreneur (4) user characteristics (inn) hotel in Surakarta in 2008 are as follows: (a) based on the level of high school education and S1 have a greater amount compared with other education levels (b) based on the type of work is dominated (employee / private) with incomes below Rp 2,000. 000,00 (c) based on gender is dominated by men. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Dimana ada kemauan disitu ada kesempatan. ( Intisari). Gunakanlah waktu sebaik mungkin karena waktu tidak dapat diputar kembali. ( Anonim ) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan, Kepada : 1.Ibu dan Ayah ( yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta semangat ) 2.Dik Danang dan Dik Ayu 3.Almamaterku commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadiarat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah_Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini adalah hasil usaha yang maksimal dengan segala keterbatasan-keterbatasan yang ada dan bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Wakino, M.S, selaku Pembimbing I yang dengan segala kelebihannya telah memberikan pengarahan, motivasi dan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Bapak Dr. M. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Bapak Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah dengan sabar memotivasi dan membimbing penulis dari awal kuliah hingga selesai. 7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu selama menempuh studi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Para pengusaha hotel dan pengguna hotel yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan mengisi angket. 9. Ezuan (sahabat terbaikku sekaligus teman berbagi), Eviliyanto, Agustinus, Tonoto (teman-teman seperjuanganku) yang meski sibuk selalu meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, Habib yang banyak membantu dan memberikan solusi, Zaenal yang senantiasa memberikan tauziah, Sudiro teman senasib sepenanggungan, crew geoholic ’03 (Fariz, Tri, Dodik, Sunarso, Ruli, Anang, Tatag) dan ’04(Andi, Jumadi, Susilo), teman-teman geografi 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita dapat terus terjalin. Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrpsi ini, maka dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Surakarta, April 2011 Penulis ARIS SUSANTO commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… viii KATA PENGANTAR ................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR PETA……………………………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5 C. Rumusan Masalah ................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian………………………………………………...6 BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 8 A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 8 1. Hotel .................................................................................. 8 2. Fasilitas Usaha Hotel ......................................................... 10 3. Klasifikasi Hotel.................................................................. 11 4. Perkembangan Hotel Di Kota Surakarta ............................ 13 5. Industri Pariwisata ............................................................. 15 6. Akomodasi Sebagai Komponen Kepariwisataan ............... 16 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel ........ 17 8. Karakteristik Pengguna Hotel 18 …………………………. 9. Pendekatan Keruangan Dalam Geografi 10.Analisis keruangan ………………. 20 ……………………………………. 21 B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 22 C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 28 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28 B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 29 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 29 D. Sumber Data ............................................................................. 30 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32 F. Analisis Data ............................................................................ 33 G. Prosedur Penelitian ................................................................... 35 BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 37 A. Deskripsi Daerah Penelitian ..................................................... 37 1. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian .......................... 37 2. Kondisi Fisik ....................................................................... 40 3. Kondisi Sosial ..................................................................... 46 4. Kondisi Ekonomi ................................................................ 56 B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 61 1. Distribusi Hotel Di Kota Surakarta....................................... 61 2. Pola Persebaran Hotel Di Kota Surakarta ............................ 77 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel .......... 88 4. Karakteristik Penginap Hotel……………………………… 92 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN …………………... 100 A. Kesimpulan .............................................................................. 100 B. Implikasi ................................................................................... 101 C. Saran ......................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 102 LAMPIRAN commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Penelitian Yang Relevan ………………………………………… 23 Tabel 2. Jadwal Penelitian ………………………………………………… 28 Tabel 3. Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian ………………….. 31 Tabel 4. Luas dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RW, RT, dan Kepala Keluarga Di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………………………. Tabel 5. 37 Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………………………. 40 Tabel 6. Besarnya Curah Hujan di Kota Surakarta Tahun 1999-2008……. Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Penduduk di Kota Surakarta 45 Tahun 2008 ………………………………………………………. 47 Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………………………. 48 Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ……………………….. 48 Tabel 10. Komposisisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………… 50 Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………………………. 50 Tabel 12. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………………………. 52 Tabel 13. Komposisisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………………………. 53 Tabel 14. Komposisi Pendududuk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………………… 55 Tabel 15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Serta Perkembangannya di Kota Surakarta Tahun 2003– 2008………………………………………………… commit to user 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 16. Pertumbuhan Ekonomi (dalam %) di Kota Surakarta Tahun 2003-2008……………………………………………………. 58 Tabel 17. Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003– 2008 Atas Dasar Harga Berlaku (persen) …………………………………………. 59 Tabel 18. Pendapatan Per Kapita Penduduk Kota Surakarta Tahun 2002– 2008…………………………………………………….. 60 Tabel 19. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 ……………. …. 61 Tabel 20. Distribusi Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta ………… 70 Tabel 21. Distribusi Hotel Berdasarkan Kelas di Kota Surakarta ……….. 72 Tabel.22. Distribusi Hotel Berdasarkan Lokasinya (Situation) di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………….. Tabel. 23. Jarak Terdekat Antar Hotel Di Kota Surakarta Tahun 2008…... 76 82 Tabel 24. Distribusi Hotel Ditinjau Dari Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………………………… 88 Tabel 25. Karakteristik Penginap Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta 2008 …………………………… 93 Tabel 26. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………… 94 Tabel.27. Lama Penginap Menginap di Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 ……………………………………………………. 95 Tabel 28. Frekuensi Penginap Menginap di Hotel di kota Surakarta Tahun 2008 ……………………………………………………. 96 Tabel 29. Tabel Kelayakan Sarana dan Pelayanan Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………………….. 97 Tabel 30. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………… commit to user 98 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR PETA Halaman Peta. 1. Administrasi Kota Surakarta 2008 .................................................. 39 Peta. 2. Penggunaan Lahan Kota Surakarta 2008 ......................................... 41 Peta. 3. Distribusi Hotel di Kota Surakarta 2008 ......................................... 69 Peta. 4. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Berdasarkan Kelas Hotel 2008. 75 Peta. 5. Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta 2008…………………….. 79 Peta. 6. Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta 2008 …………………… 80 Peta. 7. Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta 2008 …………………… 81 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar. 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ............................................ 27 Gambar. 2. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ………… 46 Gambar. 3. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Jenis di kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………………………….. 71 Gambar. 4. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Kelas di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………………………….. 73 Gambar. 5. Grafik Distribusi Hotel Ditinjau Dari Segi Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………….. commit to user 88 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN 1. Gambar hotel Kelas Melati 1,2,3. 2. Gambar hotel Kelas Bintang 1,2,3,4,5. 3. Perijinan. 4. Kuisioner. 5. Pedoman Wawancara. 6. Tabel Responden. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan gejala ekonomi karena adanya permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa pariwisata yang dalam hal ini berfungsi sebagai penyedia (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai fasilitas terkait (Murphy dalam Sulastiyono, 1999: 5). Interaksi itu terjadi dalam suatu proses dimana pemerintah dan masyarakat sebagai tuan rumah berusaha untuk mempengaruhi para wisatawan maupun pengunjung lainnya tersebut untuk singgah di tempat daerah atau negara yang mereka kunjungi. Wisata tidak hanya untuk mencari hiburan atau bersantai-santai saja melainkan juga untuk menikmati perjalanan, berekreasi, menghadiri pertemuan ilmiah, mengunjungi peristiwa olahraga, berkenalan dengan kebudayaan lain. Wisatawan bukan hanya orang yang memasuki negara asing, tetapi juga orang yang bepergian dari daerah satu ke daerah lain di negara sendiri. Hal ini yang mendasari terciptanya istilah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata. Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan pengembangan usaha jasa, penyediaan akomodasi dan penyediaan transportasi akan berfungsi meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya jumlah wisatawan dan juga mendukung pembangunan objek dan daya tarik wisata baru. Hasil optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut didukung pembangunan sarana dan prasarana yang merupakan tanggung jawab pokok bagi pemerintah daerah setempat melalui badan atau instansi yang berwenang. Mengingat Kota Surakarta adalah kota yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup menjanjikan maka sektor jasa terbesar yang ada berkaitan dengan bisnis pariwisata. Surakarta, yang sangat dikenal dengan sebutan Solo, merupakan sebuah kota yang menjadi jantung budaya Jawa. Sosok keraton yang menjadi simbol budaya Jawa, sampai saat ini masih kokoh eksis baik secara fisik, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id komunitas maupun ritualnya. Pariwisata Solo, banyak berkaitan dengan sejarah, budaya serta ritual keraton.. Selain wisata budaya, terdapat pula beberapa tempat dan event-event lain yang menarik untuk dinikmati. Beberapa event tersebut seperti Solo Batik Carnival, Solo International Ethnic Music (SIEM), yang gaungnya sampai ke luar negeri. Sesuai dengan perkembangan jaman, wisata modern yang kita kenal sebagai wisata belanja dan kuliner tersedia lengkap pula di Solo. Bagaimanapun, geliat Kota Solo sudah mulai terasa dalam setahun terakhir ini. Trauma kerusuhan yang pernah terjadi tahun 1998, yang menghanguskan banyak bangunan di tengah kota berangsur-angsur mulai pulih. Sekarang, masyarakatnya antusias untuk kembali berbenah. Salah satunya, kembali ingin menjaring para wisatawan, entah itu wisatawan domestik ataupun dari mancanegara. Pariwisata Solo, juga didukung oleh obyek-obyek wisata didaerah sekitarnya. Diantaranya adalah peninggalan-peninggalan sejarah yang tersebar mulai di situs Sangiran Sragen (fosil manusia purba) sampai candi Sukuh dan candi Cetho di Karanganyar. Konsep pengembangan pariwisata Solo sekarang sudah menyatu dengan Jogja dan Semarang, yang dikenal sebagai Joglosemar. Wisata Solo juga didukung oleh fasilitas akomodasi baik berupa hotel, restauran dan transportasi yang sangat memadai. Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara selama 2007 – 2008 meningkat sebesar 31,25 % dan tingkat penghunian kamar hotel juga mengalami peningkatan sebesar 8,16 % ( Surakarta Dalam Angka 2008 : 221 ). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa arus wisatawan yang datang ke Surakarta dan kebutuhan akan kamar hotel ada kecenderungan mengalami peningkatan. Hal ini mendorong para pengusaha untuk menambah fasilitas dan atau mengembangkan usaha akomodasinya. Hotel merupakan salah satu bagian dari usaha pariwisata yang mempunyai peran penting karena menyediakan pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh para wisatawan berupa akomodasi atau tempat menginap dengan atau tanpa pelayanan makan, dimana keduanya merupakan kebutuhan primer manusia. Hotel termasuk salah satu sektor andalan (kedua setelah sektor industri), yaitu sektor commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang memiliki kontribusi pasar cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kota Surakarta yakni sebesar 22,02%. Disamping itu juga merupakan salah satu sektor prospektif (peringkat kedua setelah sektor industri), yaitu sektor yang selain memiliki kontribusi besar juga memiliki pertumbuhan tinggi yakni sebesar 41,64% (RUTR Kota Surakarta 2007-2016: III-9). Sampai akhir tahun 2008 jumlah hotel di Kota Surakarta tercatat sebanyak 119 buah hotel yang terdiri dari 19 buah hotel bintang dan 100 buah hotel non bintang (Solo Hotel and Restoran Directory). Dari data yang didapatkan, dapat disimpulkan adanya penambahan jumlah hotel bintang dan di sisi lain terdapat pengurangan jumlah hotel melati. Hal ini mengacu pada data dalam Direktori Hotel dan Jasa Akomodasi Lain Jawa Tengah 2004 yang mencatat sebanyak 120 buah hotel yang terdiri dari 15 buah hotel bintang dan 105 buah hotel non bintang sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebanyak 126 buah hotel yang terdiri 17 hotel bintang dan 109 hotel non bintang. Kota Solo semakin marak oleh bangunan-bangunan pencakar langit. Bangunan-bangunan calon hotel maupun apartemen mulai bermunculan, semakin menambah geliat dan dinamika kehidupan di kota budaya ini. Faktanya bisa dilihat, belakangan ini sedang dibangun lagi empat hotel berbintang di Solo. Sebut saja misalnya Hotel Best Western di eks gedung BHS Bank, Hotel Grand Solo yang akan mengambil lokasi di eks Puri Waluyo, Solo Square Hotel dan Hotel Beauty di kawasan Benteng Vastenburg. Selain hotel-hotel yang telah disebutkan di atas, beberapa hotel yang akan melakukan ekspansi antara lain Swiss Bell Hotel, Haritz Hotel, Mercure, Aston, Aman Grup dan lain-lain. Termasuk di dalamnya Hotel Ibis, yang kini sudah mulai beroperasi. Di lain pihak yaitu hotel melati terdapat beberapa yang sudah tidak ada mungkin dikarenakan merger atau gulung tikar seprti Hotel Suka Marem II, Hotel Widya Griya II, dn Hotel Banon Cinawi. Keadaan ini menarik untuk dikaji, di wilayah yang relatif tidak luas terjadi perubahan jumlah hotel dalam kurun waktu yang berkesinambungan. Mengacu sejumlah fakta diatas, dapat dikatakan bahwa sektor perhotelan di Kota Surakarta mengalami perkembangan cukup pesat. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan perhotelan akan mengarah ke tempat tertentu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan memperlihatkan ekspresi keruangannya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan usaha guna tetap menjaga agar pengembangan industri perhotelan lebih terarah dan terpadu yang dalam hal ini adalah mengenai faktor lokasi, karena aktivitas ekonomi berkaitan dngan faktor lokasi. Menurut Alfred Weber, ada 3 (tiga) faktor penting yang mempengaruhi lokasi industri yaitu biaya angkut, biaya buruh, aglomerasi. Lokasi pendirian hotel baik bintang (seperti Hotel Novotel, Hotel Sanashtri, Hotel Wisata Indah, Hotel Grand Orchid) maupun non bintang (seperti Hotel Arini, Hotel Mulia, Hotel Putri Sari, Hotel Kota) mulanya banyak bermunculan di kawasan pusat Kota Surakarta, yang merupakan kawasan perekonomian dan perdagangan, Namun seiring waktu pendirian hotel-hotel di Kota Surakarta (terutama hotel non bintang) menyebar hingga kawasan pinggiran kota yang dahulu dianggap bukan merupakan kawasan strategis, dapat kita lihat pada keberadaan Hotel Cindewungu, Hotel Jayakarta, Hotel Avita Sari, Hotel Sinar Indah, Hotel Wahyu. Hal ini karena ketersediaan lahan di daerah pusat kota sudah sangat terbatas, dan meskipun ada harganya cenderung mahal. Oleh karena itu para pengembang mulai mencari-cari lahan yang ada di daerah pinggiran namun lokasinya strategis. Persebaran hotel di daerah pingiran yang umumnya berjenis non bintang (melati) ini berkaitan dengan tujuan pengembang yang menyesuaikan dengan pangsa pasar yang ingin dijaringnya. Sasaran dari pengguna (penginap) hotel adalah manusia yang memiliki karakteristik tertentu. Dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh pengguna hotel, pengusaha hotel memiliki pertimbangan dalam pemilihan lokasi pendirian hotel. Karakter penginap yang berbeda serta faktor pemilihan lokasi pendirian hotel akan mempengaruhi jumlah penggunanya. Perbedaan karakteristik pengguna hotel dapat ditinjau dari tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan umur. Para pengguna jasa hotel tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya, dan inilah pada akhirnya yang menentukan preferensinya dalam memilih hotel. Dari karakteristik tersebut jika diklasifikasikan dan dikaji lebih lanjut merupakan langkah efektif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mendapatkan keuntungan lebih besar lagi, jadi hotel tidak hanya cukup dengan menerima penginap untuk menggunakan jasanya tetapi perlu melakukan langkah-langkah baru guna peningkatan kualitas pelayanan dan keuntungan. Hal ini sesuai dengan teori lokasi yang dikemukakan Alfred Weber yaitu factor aglomerasi,dimana terkait dengan analisis pemilihan lokasi hotel dan analisis kompetensi pasar oleh pihak pengusaha. Para pengguna jasa hotel yang berkunjung ke Kota Surakarta cenderung lebih memilih menginap di hotel bintang dibanding non bintang. Rata-rata Tingkat Hunian Kamar Hotel untuk hotel bintang adalah sebesar 54,93% sedangkan untuk hotel non bintang sebesar 45,79% (Surakarta Dalam Angka 2009: 217).Terkait dengan preferensi dalam memilih tempat menginap tersebut diduga karena adanya perbedaan standar pelayanan serta fasilitas yang berlainan dari tiap hotel. Kondisi lingkungan sekitar maupun fisik bangunan juga sangat mungkin menjadi penilaian para calon penginap. Keberadaan hotel dapat terlihat pada sebaran lokasinya, sehingga perlu dilakukan pengkajian mengenai pola persebaran serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persebaran hotel. Pola persebaran hotel mengkaji hal dimana terdapat keberadaan hotel tersebut di suatu daerah atau membicarakan lokasi hotel. Adapun terkait dengan pola yang terbentuk tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun demikian secara khusus harga lahan dan aksesebilitas lokasi sangat berperan didalamnya. Dari latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Distribusi Hotel Di Kota Surakarta Tahun 2008”. B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Jumlah hotel yang ada di kota Surakarta mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah yang dapat dikatakan signifikan dalam waktu yang cukup singkat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Hotel – hotel yang ada di kota Surakarta umumnya mengambil lokasi di sepanjang jalan arteri ( pusat kota) yang identik dengan kawasan perdagangan jasa namun seiring waktu banyak juga hotel yang mengambil lokasi di kawasan simpul transportasi. 3. Para pengguna jasa hotel cenderung lebih memilih hotel dengan jenis bintang sebagai tempat menginap daripada di hotel dengan jenis non bintang. C. Rumusan Masalah Dari uraian singkat di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana distribusi spasial hotel di Kota Surakarta tahun 2008 ? 2. Bagaimana pola distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008 ? 3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota Surakarta ? 4. Bagaimana karakteristik penginap hotel di Kota Surakarta tahun 2008 ? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui distribusi spasial hotel di Kota Surakarta tahun 2008. 2. Untuk mengetahui pola distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008. 3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota Surakarta. 4. Untuk mengetahui karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun 2008. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khasanah pengembangan Ilmu Geografi, khususnya dalam pengkajian perkembangan perhotelan dalam konteks pengembangan wilayah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Sebagai sumber informasi dan masukan bagi penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bahan masukan bagi Dinas Pariwisata Kota Surakarta maupun Badan Perhimpunan Cabang Hotel Restoran Indonesia tentang distribusi keruangan perhotelan. b. Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hotel Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus (Hotel Proprietors Act, 1956 dalam Richard Sihite, 2000: 49). Lebih lanjut pengertian hotel yang di muat oleh Grolier Electronic Publishing Inc. 1995 (dalam Sulastiyono, 1999: 8), menyebutkan bahwa: “Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayananpelayanan lain untuk umum”. Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk menertibkan perhotelan di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86 (dalam Richard Sihite, 2000: 50), tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Bab I, Pasal I, Ayat (b) dalam SK (Surat Keputusan) tersebut menyebutkan bahwa: ‘Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial’. Kata ‘akomodasi’ yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata bahasa Inggris Accomodation memiliki beberapa makna. Di dalam Kamus Inggris-Indonesia karangan Echols dan Shadily tercantum tiga makna, yakni (1) pertolongan,bantuan (2) penyesuain diri, dan (3) penggunaan. Ketiga makna itu tidak ada kaitannya dengan maksud kata ‘akomodasi’ dalam ayat di atas. Makna ‘penginapan’ menurut kamus itu ialah accomodations ( memakai -s), dan menurut Random House Webster’s college dictionary biasanya di tulis demikian. Kata accomodations menurut Random House bermakna (1) penginapan, (2) makanan dan penginapan, dan (3) tempat duduk, kamar tidur, dsb. di kereta api, kapal terbang, atau kendaraan umum lainnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Mungkin itu sebabnya SK tersebut menganggap perlu untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya denga ‘akomodasi’. Penjelasan itu tercantum dalam Bab I, Pasal I, Ayat (a) sebagai berikut: ‘Akomodasi adalah wahana untuk menyediakan pelayanan jasa penginapan, yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum lainnya’. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya adalah: - Suatu jenis akomodasi; - Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada; - Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya; - Berfungsi sebagai tempat sementara: - Disediakan bagi umum; - Dikelola secara komersial, yang dimaksud dengan dikelola secara komersial adalah, dikelola dengan memperhitungkan untung atau ruginya, serta yang utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai tolok ukurnya. Berpegang pada definisi yang dirumuskan berdasarkan unsur-unsur tersebut, maka dimanapun lokasinya, berapapun jumlah kamarnya, bagaimanapun bentuk bangunan dan fasilitasnya, dan apapun motivasi kehadiran tamunya, asal telah memenuhi unsur-unsur pokok dimaksud, bangunan atau badan usaha tersebut sudah dapat dikatakan sebagai Hotel. Namun sebaliknya, apabila tidak memenuhi unsur-unsur pokok diatas termasuk apabila urutan penyebutan pelayanan yang disediakan tidak sebagaimana mestinya, maka bangunan dan usaha tersebut bukan/tidak bisa disebut hotel. Adapun yang dimaksud dengan urutan penyebutan fasilitas dan pelayanan yang ada dalam suatu hotel sesuai dengan proritasnya adalah : - Penyediaan penginapan (rooms) - Penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman (food and beverages) - Dilengkapi dengan pelayanan jasa-jasa lain (other services) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lebih lanjut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Nomor: KM.94/HK.103/MPPT-87 (dalam Richard Sihite, 2000: 54) tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan, dijelaskan bahwa bentuk akomodasi lainnya yang tidak termasuk hotel antara lain: - Losmen, pondok wisata, penginapan remaja dan perkemahan yang menurut peraturan perundangan, kewenangan pengurusan teknisnya telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah. - Bangunan (wisma) instansi pemerintah maupun swasta yang digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi karyawan dan tidak untuk mencari keuntungan. - Bangunan instansi pemerintah maupun swasta yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh karyawannya. - Asrama haji, asrama dan rumah pemondokan mahasiswa serta pelajar 2. Fasilitas Usaha Hotel Hotel merupakan bagian yang integral dari usaha pariwisata yang menurut Keputusan Menparpostel disebutkan sebagai suatu usaha akomodasi yang dikomersialkan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut: - Kamar tidur (kamar tamu); - Makanan dan minuman; - Pelayanan-pelayanan penunjang lain seperti: - Tempat-tempat rekreasi - Fasilitas olah raga - Fasilitas dobi (laundry) dsb. Dalam sebuah hotel terdapat usaha jasa pelayanan yang cukup rumit pengelolaannya, dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dipergunakan oleh tamu-tamunya selama 24 jam (untuk hotel bintang 4 dan 5). Di samping itu, usaha perhotelan juga dapat menunjang kegiatan para usahawan yang sedang melakukan perjalanan usaha, ataupun para wisatawan pada waktu melakukan perjalanan untuk mengunjungi daerah-daerah tujuan wisata, dan membutuhkan tempat untuk menginap, makan, minum, serta hiburan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Klasifikasi Hotel Untuk dapat memberikan informasi kepada para tamu yang akan menginap di hotel tentang standar fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing jenis dan tipe hotel, maka Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi melalui Direktorat Jendral Pariwisata mengeluarkan suatu peraturan usaha dan penggolongan hotel (SK.No.KM 37/PW.304/MPPT-86). Penggolongan hotel tersebut ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel berbintang 1 sampai dengan yang tertinggi adalah hotel dengan bintang 5. Hotel bintang adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata. Secara garis besar kriteria yang digunakan untuk penggolongan hotel tersebut didasarkan pada unsur-unsur persyaratan sebagai berikut: a. Persyaratan fisik. Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya jumlah kamar tamu; 1) Hotel Kecil, hotel dengan 25 buah kamar atau kurang. 2) Hotel Sedang, hotel yang memiliki kamar lebih dari 25 buah tetapi kurang dari 100 buah. 3) Hotel Menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 buah tetapi kurang dari 300 buah. 4) Hotel Besar, hotel yang memiliki lebih dari 300 buah kamar. Kualitas, lokasi dan lingkungan bangunan; Kualitas bangunan, yang dimaksud adalah kualitas bahan-bahan bangunan yang dipergunakan, seperti kualitas lantai, dinding, termasuk juga tingkat kekedapan terhadap api, kekedapan terhadap suara yang datang dari luar maupun dari dalam hotel. Tata letak ruang dan ukuran ruang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti ruang penerima tamu, dapur, toilet, dan telepon umum, lapangan tenis, kolam renang, diskotik. c. Perlengkapan yang tersedia, baik bagi karyawan, tamu maupun bagi pengelola hotel. Peralatan yang dimiliki oleh setiap bagian/departemen, baik yang digunakan untuk keperluan pelayanan tamu, ataupun untuk keperluan pelaksanaan kerja karyawan. d. Operasional/Manajemen Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara tertulis bagi masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi. Tenaga kerja, spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan disesuaikan dengan persyaratan peraturan penggolongan hotel. e. Pelayanan Keramahtamahan, sopan , dan mengenakan pakaian seragam hotel; pelayanan diberikan dengan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan dan keinginankeinginan tamu (untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka selama 24 jam). Pemerintah akan memeriksa penginapan yang diajukan oleh pemiliknya untuk memperoleh pengakuan sebagai hotel, dan selanjutnya memberikan surat pengakuan dan menetapkan golongan hotel tersebut jika segala persyaratannya dipenuhi. Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut, atau berada di bawah standar minimum yang ditentukan disebut Hotel Nonbintang (hotel melati). Hotel Nonbintang adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap dengan atau tanpa makan dan memperoleh pelayanan serta menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Adapun jenis akomodasi lainnya meliputi pondok remaja, pondok wisata, wisma, home stay, losmen. ( Richard Sihite, 2000: 47-48). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Perkembangan Hotel di Kota Surakarta Perkembangan usaha perhotelan di Kota Surakarta tidak dapat terlepas dari perkembangan hotel di Indonesia. Dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka. Pada masa penjajahan Belanda dapat dikatakan kegiatan pariwisata yang ada hanya terbatas pada kalangan orang-orang Belanda saja, sedangkan orang pribumi tidak ada sama sekali. Walaupun kunjungan wisatawan pada masa ini masih terbatas, akan tetapi di beberapa kota dan tempat-tempat tertentu di Indonesia telah didirikan hotel-hotel untuk melayani kebutuhan akomodasi bagi mereka yang berkunjung ke wilayah Hindia Belanda. Pertumbuhan usaha perhotelan di Indonesia baru dikenal pada abad ke-19 dan itupun hanya terbatas di kota-kota besar yang berlokasi dekat pelabuhan seperti Batavia, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makasar. Adapun fungsi hotel yang utama hanya terbatas untuk melayani tamu-tamu atau penumpang kapal yang baru datang dari negeri Belanda dan negara-negara Eropa lainnya. Oleh karena itu bentuk fisik ruang hotel yang tinggi disesuaikan dengan tinggi badan orang-orang Eropa (Richard Sihite, 2000: 21). Pada permulaan abad ke-20 dimulai pendirian hotel di daerah atau kota yang jauh dari pelabuhan seperti di Malang, Surakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, dan Bukittinggi. Pada waktu itu sampai dengan tahun 1933 di seluruh Indonesia terdapat sekitar 114 hotel dengan kapasitas kamar sebanyak 4.139 buah. Untuk memenuhi kebutuhan akomodasi bagi masyarakat pribumi yang makin banyak mengadakan perjalanan, berdirilah hotel-hotel kecil yang berupa losmen atau penginapan biasa. Sejalan dengan dikenalnya akomodasi sebagai sarana kebutuhan orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan maka pada saat itu dikenal istilah penginapan besar (hotel) dan penginapan kecil (losmen). Terjadinya Perang Dunia II yang disusul dengan pendudukan tentara Jepang di Indonesia, menyebabkan keadaan pariwisata negeri ini menjadi terlantar. Orang-orang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan perjalanan dikarenakan tidak menentunya kondisi keamanan serta keadaan ekonomi yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sulit. Keadaan akomodasi (hotel dan losmen) pada waktu itu sangat menyedihkan. Banyak hotel yang diambil alih oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan rumah sakit atau asrama. Sedangkan yang agak bagus ditempati oleh perwira-perwira tentara Jepang sebagai tempat tinggal yang disebut Heitany Ryokan, seperti Hotel Orange di Surabaya. Di tahun-tahun menjelang pihak Jepang kalah perang ketika jatuhnya bom di Hirosyima dan Nagasaki, terjadi inflasi dimana-mana yang menyebabkan dunia pariwisata menjadi macet dan usaha perhotelan menjadi mati sama sekali. Setelah Indonesia merdeka para pengusaha nasional pada saat itu membentuk suatu asosiasi atau perkumpulan yang disebut dengan Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS) yang sekarang dikenal dengan Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI). Pada saat itu sejumlah pimpinan hotel mengadakan suatu rapat untuk pertama kalinya dan menetapkan pendirian suatu organisasi perhotelan yaitu Badan Pusat Hotel Negara (BPHN) yang berpusat di Hotel Merdeka Malang. Pada sidang KNIP berhasil mengeluarkan Maklumat No.1/H/47 tertanggal 1 Juli 1947 yang memutuskan perhotelan masuk dalam kementrian Perhubungan dan disepakati membentuk suatu badan atau lembaga yang diberi wewenang untuk melanjutkan tugas-tugas pengusaha hotel bekas wilayah Belanda. Badan ini bernama HONET (Hotel Negara dan Tourism). Semua hotel-hotel yang bernaung di bawah pengelolaan HONET diganti nama menjadi Hotel Merdeka yang diantaranya masih mempertahankan nama tersebut hingga sekarang. Kemudian dengan adanya perjanjian KMB tahun 1949 yang menyatakan harta benda milik Belanda harus dikembalikan, maka sejak itu HONET resmi dibubarkan. Tidak lama kemudian berdiri NV.HONET sebagai satu-satunya badan usaha milik Indonesia dalam bidang perhotelan dan pariwisata (Richard Sihite, 2000: 24-25). Pada tahun 1952 beberapa tokoh perhotelan Indonesia mendirikan organisasi bernama SERGANTI (Serikat Gabungan Hotel dan Tourism Indonesia). Organisasi ini beranggotakan hampir seluruh hotel-hotel yang ada di Indonesia dengan cabang-cabangnya yang berada di daerah. Tahun 1953 Bank Industri Negara mendirikan suatu perseroan terbatas dengan nama PT. NATOUR commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (National Hotels & Tourism Corp.Ltd). Perseroan ini memiliki hotel-hotel antara lain Hotel Transaera, Hotel Prapat, Hotel Kuta Beach, serta hotel-hotel di seluruh Irian Barat bekas pemerintahan Belanda. Di Indonesia perkembangan usaha perhotelan modern diawali dengan dibukanya Hotel Indonesia, yang lebih dikenal dengan singkatan H.I. di Jakarta tahun 1962. Pada waktu itu hotel ini merupakan satu-satunya hotel bertaraf Internasional di Indonesia. Kemudian berdiri Samudera Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel, Bali Beach Hotel, yang semuanya dimiliki oleh Perusahaan Negara yakni PT HII (Hotel Indonesia Internasional). Pada tahun 1970-an baru muncul hotel-hotel lain bertaraf internasional yang dimiliki oleh perusahaan swasta nasional (Richard Sihite, 2000: 27). 5. Industri Pariwisata Pariwisata merupakan suatu kegiatan usaha yang terbentuk dalam suatu proses yang dapat menciptakan suatu nilai tambah terhadap barang atau jasa yang telah diproses sebagai produk, baik yang nyata (tangible product) maupun yang tidak nyata (in-tangible product), berupa jasa pelayanan (Richard Sihite, 2000: 5). Dalam dunia pariwisata, wisata ialah bepergian selama paling sedikit 24 jam sebagaimana ditetapkan oleh Komisi Teknik IUOTO (International Union of Official Travel Organization) melalui PATA (Pacific Area Travel Association) dan orang tersebut biasa disebut tourist (wisatawan) (Sulastiyono, 1999: 3). Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi dimana perjalanan dilakukan, wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Richard Sihite, 2000: 8) : 1). Wisatawan Asing (Foreign Tourist), yaitu orang asing yang melakukan perjalanan wisata ke negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia tinggal (wisatawan mancanegara). 2). Wisatawan Asing Domestik (Domestic Foreign Tourist), yaitu orang yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu Negara karena tugas, dan melakukan kegiatan wisata di mana ia tinggal. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3). Wisatawan Domestic (Domestic Tourist), yaitu seorang warga negara suatu negara yag melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya (wisatawan nusantara). 4). Indigenous Foreign Tourist, yaitu warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri kemudian pulang ke negara asalnya sambil melakukan perjalanan wisata di negaranya sendiri. 5). Wisatawan Transit (Transit Tourist), yaitu wisatawan yang melakukan kegiatan wisata dikarenakan singgah atas perjalanan yang telah dilakukan. 6). Wisatawan Bisnis (Business Tourist), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata untuk tujuan bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuan utamanya selesai. Wisata tidak hanya untuk mencari hiburan atau bersantai-santai saja, melainkan untuk menikmati perjalanan, berekreasi, menyehatkan badan, menghadiri pertemuan ilmiah, mengunjungi peristiwa olahraga, berkenalan dengan kebudayaan lain, dsb. Pariwisata merupakan gejala ekonomi karena adanya permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa pariwisata (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai fasilitas terkait (Murphy dalam Sulastiyono, 1999: 5). Apabila seseorang mengadakan suatu perjalanan wisata, maka semenjak meninggalkan rumah sampai ketempat tujuan wisata dan kembali ke rumah, ia akan malalui 3 komponen utama dalam industri pariwisata, yaitu: (1) daerah tujuan wisata dan atraksinya, (2) Transportasi, (3) Akomodasi (Richard Sihite, 2000: 10). 6. Akomodasi Sebagai Komponen Kepariwisataan Akomodasi tidak dapat dipisahkan dari industri pariwisata, tanpa kegiatan kepariwisataan usaha akomodasi akan sedikit pincang bahkan boleh dikatakan lumpuh bilamana akomodasi yang dimaksud berada di daerah-daerah tujuan wisata. Demikian juga sebaliknya, pariwisata tanpa sarana akomodasi merupakan suatu hal yang tidak mungkin. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hal ini berarti bahwa hidup dan kehidupan usaha kepariwisataan tergantung pada banyak sedikitnya wisatawan yang datang, dan berdampak langsung pada kehidupan jasa penginapan atau akomodasi. Memang tanpa akomodasi seseorang juga bisa melakukan perjalanan, inilah yang menyebabkan ada yang beranggapan bahwa akomodasi itu bukan sarana mutlak yang harus ada dalam kegiatan kepariwisataan. Anggapan demikian dapat dibenarkan apabila orang yang melakukan perjalanan itu hanya untuk piknik atau melakukan perjalanan kurang dari 24 jam. Orang tersebut cukup membawa bekal makanan seperlunya tanpa mencari tempat untuk menginap. Tetapi lain halnya bagi seorang wisatawan yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam, akomodasi mutlak diperlukan agar ia dapat beristirahat, mandi atau tinggal sementara selama berada di daerah kunjungannya. Apalagi bagi mereka yang melakukan perjalanan wisata secara rombongan, baik untuk mengunjungi obyek-obyek wisata, seminar, konferensi, dan lain-lain maka akomodasi merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan (Richard Sihite, 2000: 43). 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel Di Kota Surakarta Faktor-faktor penentu pola sebaran dapat diketahui dengan menggunakan analisis overlay beberapa peta dan juga network analysis. Asumsi yang digunakan adalah bahwa pola sebaran hotel ditentukan beberapa faktor seperti aksesibilitas dan juga harga lahan. Faktor aksesibilitas dapat dilihat dengan kedekatan dengan jalur jaringan jalan yang ada, sementara untuk faktor harga lahan hanya ada satu subfaktor yaitu kelas harga lahan. 1. Aksesibilitas Lokasi Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam usaha akomodasi seperti perhotelan. Berdasar pengamatan menunjukkan bahwa sebaran hotel didaerah penelitian mengikuti jalur jaringan yang ada. Adanya jaringan jalan merupakan kunci aksesibilitas suatu lokasi usaha perhotelan. Aksesibilitas disini menunjukkan kemudahan dalam jangkauan utamanya jika patokannya dengan jenis jalannya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hal ini karena berkaitan dengan pergerakan alus lalu-lintas yang menghubungakan berbagai kawasan. Arus lalu-lintas tentunya dipengaruhi oleh adanya hirarki fungsi jalannya. Hirarki fungsi jalan sesuai dengan UU No.13/ 1980 Tentang Jalan yaitu Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal. Jenis jalan yang digunakan untuk mengukur kedekatan suatu bangunan hotel dengan jalan yaitu jalan arteri (primer maupun sekunder) dan jalan kolektor (primer maupun sekunder). Tidak semua hotel yang ada di daerah penelitian berada tepat di sisi jalan arteri dan juga kolektor, namun juga di tepi jalan lain di luar kedua jalan tersebut. Jalan lain biasanya berupa jalan lingkungan kawasan permukiman. Jalan lain tentunya menuju atau mempunyai percabangan dengan fungsi jalan tersebut di atas. Jadi, jika suatu hotel berada di tepi jalan lain, maka dapat dipastikan lokasi hotel tersebut mempunyai akses utama menuju pusat kegiatan dengan melewati jalan arteri, kolektor ataupun jalan lokal. Fungsi jalan tersebut digunakan sebagai akses utama suatu lokasi hotel. 2. Agihan Kelas Harga Lahan Harga lahan merupakan suatu pengukuran atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan mata uang untuk satuan luas pada pasar lahan. Harga lahan berbeda antara lokasi satu dengan lainnya, tergantung faktor kelengkapan fasilitas yang tersedia, dan kemudahan jangkauan. Harga lahan di kota tentu jauh lebih tinggi daripada di pinggiran kota. Harga lahan akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak dari pusat kota. Wilayah tanpa sarana transportasi juga akan memiliki harga lahan yang rendah. 8. Karakteristik Pengguna Hotel Hotel sebagai suatu usaha akomodasi yang dikomersialkan merupakan bagian yang integral dari usaha pariwisata yang tentu saja berkaitan langsung dengan karakteristik penggunanya. Karakteristik pengguna layanan hotel dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan usia. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tingkat pendidikan menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang dimaksud dengan pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memenuhi kebutuhan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Soedomo Hadi (2003:193) tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan berkelanjutan yang didasarkan pada perkembangan anak (peserta didik) dan keluasan bahasa pengajaran. Jadi tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seorang peserta didik sesuai dengan tujuan dan kemampuan yang akan dikembangkan oleh seorang/peserta didik. Tingkat pendidikan ini sifatnya berkelanjutan sehingga berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendapatan merupakan tujuan utama orang mencari pekerjaan sebab dengan pendapatan seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan secara material. Menurut Winardi (1996: 257) “Pendapatan adalah tingkat hidup seseorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber pendapatan lain”. Menurut Azwini (1981: 25-28) dalam komposisi menurut umur dan jenis kelamin ada empat konsep, definisi dan ukuran-ukuran yang perlu diketahui sebagai berikut : a) Umur tunggal Yang dimaksud umur tunggal adalah umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya. Misalnya: jika sekarang berumur 17 tahun maka dalam pengertian diatas dianggap berumur 17 tahun. b)Rasio jenis kelamin Adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c) Angka beban tanggungan Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15-64 tahun). d)Umur meridian Adalah umur yang membagi jumlah penduduk menjadu dua bagian dengan jumlah yang sama. Bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua daripada umur meridian. 9. Pendekatan Keruangan Dalam Geografi Pengkajian geografi secara umum dibedakan dalam dua hal, pertama objek yang berkaitan dengan material dan kedua adalah objek formal. Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memiliki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain, pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach) (http://www.Malang.ac.id/geografi.htm). Pada penelitian ini pengkajian geografi dilakukan berdasarkan objek formal yang menggunakan pendekatan analisa keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Menurut Yunus dalam Nasrullah (2006: 8) eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Menurut Sumaatmadja (1981) pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas geografi, pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku yaitu prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lebih lanjut dalam analisa keruangan dipelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting yang diwujudkan dalam pertanyaan geografis seperti yang dikemukakan oleh Bintarto (1991), yakni faktor-faktor apakah yang menguasai pola penyebaran tersebut dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Sejalan dengan teori tersebut maka dalam penelitian ini dipelajari mengenai pola keruangan hotel dan pengetahuan akan faktor penyebab penyebarannya. 10. Analisis Keruangan Pembahasan dalam analisis keruangan tertuju pada teori dan model keruangan yang akan dipergunakan. Hal-hal yang menjadi fokus perhatian analisis keruangan adalah mengenai lokasi, distribusi (penyebaran), difusi, dan interaksi keruangan (Sumaatmadja, 1981: 11). Lokasi akan memberikan penjelasan lebih jauh tentang tempat atau daerah yang bersangkutan. Lokasi merupakan variabel yang dapat mengungkapkan berbagai hal tentang gejala yang dipelajari. Distribusi atau penyebaran menjelaskan tentang kekhasan distribusi dari gejala-gejala di permukaan bumi, sementara analisis interaksi dan difusi keruangan digunakan untuk menjelaskan perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk menganalisis berbagai pola penyebaran gejala geografi dalam hal ini adalah persebaran hotel maka dapat diterapkan analisis tetangga terdekat. Pada dasarnya pola penyebaran itu dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu seragam (uniform), acak (random), mengelompok (clustered)(Hagget,1970 dalam Hardiyanto 2001: 8). Pada hakekatnya analisis tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk daerah antara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain tidak ada hambatanhambatan alamiah yang belum dapat teratasi misalnya jarak antara dua pemukiman yang relatif dekat tetapi dipisahkan oleh suatu jurang. Oleh karena itu analisis tetangga terdekat ini dapat diaplikasikan untuk analisis keruangan hotel karena antara lokasi yang satu dengan yang lain tidak ada hambatan alamiah yang berarti sehingga analisis ini sesuai untuk kajian pola distribusi hotel. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Hardiyanto (2001) yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Fasilitas Telepon Kabel di Daerah Pinggiran Yogyakarta” dengan unit analisis desa. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif dengan menyebar sejumlah angket serta melakukan wawancara tidak berstruktur untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder didapat dari pencatatan data yang dibutuhkan di instansi terkait guna pendukung hasil survei di lapangan. Adapun analisis data dengan kuantitatif melalui tabel tunggal dan tabel silang serta analisis korelasi dan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas telepon cenderung mengelompok di daerah yang jumlah penduduk besar. Variabel yang terbukti secara meyakinkan berpengaruh kuat terhadap distribusi fasilitas telepon kabel yaitu jumlah perguruan tinggi, jumlah fasilitas sosial, jumlah fasilitas ekonomi, jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk, jarak dari pusat kota Yogyakarta, persentase luas lahan terbangun, persentase penduduk yang berpendidikan tinggi serta persentase penduduk yang termasuk keluarga sejahtera. Disamping penelitian tersebut, peneliti juga menggunakan hasil penelitian Fahmi Nasrullah (2006). Penelitian tersebut menggunakan metode survei atau pengamatan dan pengukuran di lapangan berupa data primer sebagai pelengkap dan sekunder yang didapatkan lewat studi instansi untuk memperkuat hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis data dengan kuantitatif melalui tabel frekuensi dan tabel silang serta statistik inferensi (regresi dan koefisien kontingensi) yang ditunjang dengan analisis peta (analisis tetangga terdekat), dan analisis kualitatif dengan studi kebijakan pemerintah dan beberapa literatur untuk menjelaskan fenomena secara rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi kantor cabang bank di perkotaan Jogjakarta cenderung mengelompok dipusat-pusat perdagangan dan jasa dipusat kota dan utara kota (kecamatan depok) karena pada lokasi tersebut strategis, ramai, aman dan mudah dijangkau. Sebagai tempat terakumulasinya berbagai aktivitas baik ekonomi, sosial maupun pendidikan tercapai. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik nasabah dan kantor cabang yang dikunjungi sehingga tidak terbatas pada segmen commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id usia, jenis kelamin maupun cara mencapai bank. Faktor geografis yang secara signifikan mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank adalah indeks persebaran kampus perguruan tinggi dan jarak dengan kampus. Kampus perguruan tinggi dinilai memiliki kemampuan untuk mendorong terbentuknya kluster kegiatan bisnis disekitarnya. Arahan pengembangan lokasi kantor cabang bank diharapkan akan beralih keluar Kota Jogjakarta yaitu wilayah pinggiran di utara dan timur laut kota mengikuti arah perkembangan perguruan tinggi dan permukiman. Tabel 1. Penelitian yang Relevan No 1 Peneliti, tahun penelitian Fahmi 2006 Nasrullah, Judul penelitian Kajian Tujuan Pola 1. Mengetahui Persebaran persebaran Keruangan cabang Kantor Cabang Perbankan di Metode pola kantor bank di perkotaan Yogyakarta. 2. Mengetahui faktor yang Metode survei Hasil 1. Lokasi kantor cabang bank di perkotaan cenderung jogjakarta mengelompok didipusat-pusat perdagangan dan jasa dipusat kota dan Perkotaan mempengaruhi pola utara kota (Kec. Depok) Yogyakarta sebaran kantor cabang karema pada lokasi tersebut bank strategis, ramai, aman dan di perkotaan mudah dijangkau. Yogyakarta. 3. Menentukan pengembangan arahan lokasi 2. Tidak yang terdapat signifikan hubungan antara kantor cabang bank di karakteristik nasabah dan Perkotaan Yogyakarta. kantor cabang yang dikunjungi sehingga tidak terbatas pada segmen usia, jenis kelamin maupun cara mencapai bank. 3. Faktor geografis yang secara signifikan mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank adalah persebaran indeks kampus perguruan tinggi dan jarak dengan kampus. 4. Arahan pengembangan lokasi kantor cabang bank diharapkan akan beralih ke luar kota jogjakarta yaitu wilayah pinggiran di utara commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan timur laut kota mengikuti arah perkembangan perguruan tinggi dan permukiman. 2 Aris Susanto, 2008 Distribusi Mengetahui distribusi hotel Metode Hotel di Kota di Kota Surakarta. deskriptif Surakarta Mengetahui pola distribusi Tahun 2008 hotel di Kota Surakarta. Mengetahui karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi hotel di kota Surakarta. 3 Hardiyanto, 2001 (1)Berdasarkan kelas hotel distribusinya banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari dengan persentase hotel kelas non bintang (melati) lebih besar dibandingkan hotel dengan kelas bintang,(2)Berdasarkan analisis tetangga terdekat pola distribusi spasial hotel di Kota Surakarta cenderung mengelompok (cluster),(3)Aksesibilitas lokasi dan agihan kelas harga lahan sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi hotel oleh pihak pengembang,(4)Karakteristik penginap hotel berdasarkan tingkat pendidikan SMA dan S1 memiliki jumlah lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain. Faktor-faktor Mengetahui faktor-faktor Metode 1.Fasilitas telepon cenderung Yang yang berpengaruh terhadap deskriptif mengelompok di daerah yang Mempengaruhi distribusi fasilitas telepon jumlah penduduk besar. Distribusi kabel di pinggiran 2.Variabel yang terbukti secara Fasilitas Yogyakarta meyakinkan berpengaruh kuat Telepon Kabel terhadap di telepon Daerah distribusi kabel yaitu fasilitas jumlah Pinggiran perguruan tinggi, jumlah fasilitas Yogyakarta sosial, jumlah fasilitas ekonomi, jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk, jarak dari pusat kota Yogyakarta, persentase luas lahan terbangun, persentase berpendidikan persentase penduduk yang tinggi serta penduduk yang termasuk keluarga sejahtera. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Kerangka Pemikiran Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial, berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan) sebagai tempat tinggal sementara selama jauh dari tempat asalnya sehingga hotel sering disebut rumah kedua bagi para wisatawan. Menurut klasifikasi, hotel dibedakan menjadi 2 jenis yaitu hotel bintang dan non bintang. Berdasar pengukuran di lapangan, di Kota Surakarta terdapat 119 buah hotel baik bertaraf bintang maupun non bintang. Hal ini mengindikasikan sektor perhotelan di Kota Surakarta semakin berkembang sehingga perlu dilakukan kajian keruangannya. Jumlah hotel yang berjumlah banyak dan tersebar di banyak lokasi tersebut keberadaannya akan menunjukkan suatu pola sebaran tertentu. Untuk mengetahui pola sebaran hotel secara spasial diperlukan data tentang nama dan lokasinya. Pola sebaran hotel tersebut dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif misalnya dengan analisis tetangga terdekat, jadi dapat diketahui apakah polanya seragam, acak, atau mengelompok. Gambaran pola sebaran hotel nantinya akan dituangkan ke dalam sebuah peta sehingga diharapkan dapat digunakan untuk evaluasi efisiensi pemanfaatan ruang di daerah penelitian. Oleh karena itu, pola sebaran hotel penting untuk diketahui dalam rangka optimalisasi pemanfaatan ruang. Sasaran dari pengguna (penginap) hotel adalah manusia yang memiliki karakteristik tertentu. Dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh pengguna hotel, pengusaha hotel memiliki pertimbangan dalam pemilihan lokasi pendirian hotel. Karakter penginap yang berbeda serta faktor pemilihan lokasi pendirian hotel akan mempengaruhi jumlah penggunanya. Perbedaan karakteristik pengguna hotel dapat ditinjau dari tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan umur. Para pengguna jasa hotel tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya, dan inilah pada akhirnya yang menentukan preferensinya dalam memilih hotel. Dari karakteristik commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut jika diklasifikasikan dan dikaji lebih lanjut merupakan langkah efektif untuk mendapatkan keuntungan lebih besar lagi bagi pihak hotel. Analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna / penginap adalah analisis tabel silang. Menurut pengamatan sementara, tampaknya hotel yang ada di daerah penelitian (terutama yang berlokasi di daerah pinggiran kota) menampilkan pola tertentu sesuai dengan kemampuan pengembang untuk memperoleh tanah dengan harga terjangkau. Pengembang memang sangat berperan dalam menentukan lokasi sebuah hotel. Pemilihan lokasi pembangunan hotel dapat memberikan gambaran pola persebarannya, tentunya dalam membangun hotel juga digunakan asumsi tertentu. Asumsi tersebut berdasar pada beberapa indikator wilayah seperti aksesebilitas, lokasi dan harga lahan. Dalam hal ini, variabel harga lahan dinilai lebih banyak berpengaruh dalam sebaran hotel. Hal itu karena pengembang dalam membangun hotel berorientasi bisnis sehingga dipilihlah lokasi hotel dengan harga lahan yang relatif murah dengan lokasi yang strategis agar mendapat keuntungan besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram alir kerangka pemikiran pada Gambar 1. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Klasifikasi Hotel Hotel Bintang Hotel Nonbintang Perkembangan Dalam Jumlah dan Persebaran Distribusi Hotel Pola Distribusi Hotel Preferensi Lokasi dan Segmentasi Pasar Oleh Pengusaha Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Hotel Karakteristik Penginap Hotel ~ Distribusi Hotel ~ Pola Distribusi hotel ~ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel ~ Karaketeristik Pengguna Hotel Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah dengan obyek penelitian seluruh hotel yang secara administratif terletak di wilayah tersebut. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan karena perkembangan jumlah hotelnya yang cukup pesat dan banyaknya lokasi hotel yang cenderung mengelompok di tempat-tempat tertentu di Kota Surakarta. 2. Waktu Penelitian Jangka waktu penelitian ini selama 1 tahun 2 bulan terhitung sejak Agustus 2008 sampai dengan September 2009. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Jadwal Penelitian Jenis Kegiatan Waktu Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust ’09 - ’08 ‘08 ‘08 ‘08 ‘08 ‘09 ‘09 ‘09 ‘09 ‘09 ‘09 ‘09 Jan‘11 Tahap Persiapan Penyusunan Poposal Penyusunan Instrumen Penelitian Pengumpul an Data Analisis Data Penyusunan Laporan Penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Bentuk dan Strategi Penelitian Mardalis (2002: 24) mengemukakan bahwa “Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran”. Nawawi (1983: 62) mengemukakan bahwa “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian dengan metode deskriptif untuk mendeskripsikan pola persebaran hotel, faktor-faktor yang berpengaruh atau mempengaruhi lokasi hotel, serta karakteristik pengguna hotel di Kota Surakarta tahun 2008. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas Tika (1997: 32). Jadi, populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Penelitian ini adalah penelitian populasi untuk mengetahui distribusi spasial hotel. Jumlah hotel di Kota Surakarta tahun 2008 yaitu 119 buah yang tersebar di berbagai tempat di Kota Surakarta Sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti, tidak ada peraturan yang mutlak dalam penentuan berapa besarnya sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Menurut Mardalis (2002: 55) bahwa “sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian”. Tujuan penentuan sampel adalah untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam menentukan sampel hendaknya dipenuhi syarat-syarat utama dalam menentukannya didalam penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id artinya bahwa sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling atau sampel bertujuan. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mengetahui karakteristik penginap hotel dilihat dari segi umur, pendidikan dan pekerjaan. Besarnya sampel penelitian menurut Arikunto (2002: 112), apabila subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyek penelitian lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan jumlah rata-rata pengunjung hotel baik bintang maupun non bintang (melati) perharinya, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 10% atau berjumlah 88 sampel. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. 2. Subyek yang dambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects). 3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. D. Sumber Data Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Untuk mendapat data yang diperlukan dan lengkap perlu instansi atau badan resmi yang berwenang di bidangnya. Instansi yang berwenang mengeluarkan data atau memberikan informasi yang berkaitan dengan hotel adalah Badan Perwakilan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( BPC PHRI) Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997: 67). Data primer dalam penelitian ini meliputi: lokasi hotel secara spasial di Kota Surakarta yang diperoleh melalui pengukuran menggunakan GPS di lapangan, wawancara dengan Ketua BPC PHRI Surakarta guna memperoleh gambaran seputar perkembangan hotel di Kota Surakarta, wawancara dengan pengelola hotel (terkait data jumlah pengguna/penginap perhari, fasilitas yang tersedia, jumlah kamar, preferensi pemilihan lokasi pendirian hotel ) dan kuisioner untuk mengetahui karakteristik pengguna hotel . 2. Data Sekunder Merupakan data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli (Tika, 1997: 67). Tabel 3. Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian No 1 Jenis Data Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Sekunder Sumber Data Bakosurtanal lembar 1408-343 (sumber data) 2 3 Penggunaan Lahan Kota Surakarta Sekunder Kompilasi RBI, (sumber data) Google Earth Kependudukan Sekunder BPS Kota Surakarta 4 Nama dan Alamat Hotel Sekunder BPC PHRI Kota Surakarta 5 Lokasi (koordinat) Hotel Primer Ploting GPS 6 Jumlah penginap Hotel Sekunder Hotel 7 Karakteristik penginap Hotel Primer Kuisioner commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian. Sasaran observasi lapangan pada penelitian ini adalah lokasi hotel di Kota Surakarta. Data diperoleh dengan cara peneliti mendatangi satu persatu hotel di Kota Surakarta berbekal data nama dan alamat hotel-hotel tersebut yang didapat dari BPC PHRI. Tiap kali sampai di suatu lokasi hotel, peneliti mencatat koordinat bujur dan lintang yang ditunjukkan oleh GPS (Global Positioning System). Hal ini bertujuan untuk memperoleh data titik koordinat dari masingmasing hotel, kemudian data titik koordinat tersebut diplotkan pada Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Sheet 1408-343 lembar Surakarta sebagai peta dasar. 2. Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengutip pada sumber data yang telah tersedia. Nawawi (1995: 95) mengemukakan definisi teknik dokumentasi yaitu : ”Cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain”. Dalam penelitian ini sumber tertulis berdasarkan dokumen meliputi data kependudukan dari BPS Kota Surakarta, data nama dan alamat hotel dari BPC PHRI Kota Surakarta. 3. Wawancara Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan- commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”. Wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur di mana responden berdasarkan yang dipilih saja karena sifat-sifatnya yang khas dan biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi serta lebih mengetahui informasi yang diperlukan. Pertanyaan yang diajukan disusun lebih dahulu, untuk membatasi topik bahasan dan efektifitas waktu . Pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari namun tetap dalam batas materi yang diiinginkan. Wawancara pada penelitian guna memperoleh data yang lengkap lebih baik dan dapat dipercaya. Wawancara dilakukan dengan pengelola hotel baik bintang dan non bintang di Kota Surakarta untuk terkait data jumlah pengguna/penginap perhari dan preferensi pemilihan lokasi pendirian hotel (lampiran 4). 4. Kuisioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:140). Cara pengumpulan data dengan tertulis seperti ini biasa disebut dengan teknik angket. Teknik angket dilakukan terutama untuk memperoleh data yang banyak dalam waktu yang singkat. Angket pada penelitian digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna hotel di Kota Surakarta ditinjau dari faktor usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan (lampiran 5) F. Analisis Data Patton dalam Moleong (1990: 103) bependapat bahwa “Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemudian diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data yang perlu dianalisis adalah : 1. Analisis Distribusi Spasial Hotel Distribusi hotel pada tahun 2008 dapat diketahui dengan menggunakan analisis peta yaitu peta distribusi hotel di Kota Surakarta. Peta ini menggambarkan adanya perbedaan lokasi pendirian hotel yang ada di kota Surakarta. Keberadaan hotel yang ada di Kota Surakarta sebagian besar cenderung mengelompok di kawasan simpul transportasi yaitu di kawasan Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan pengelompokan tersebut adalah para pengusaha berusaha mencari harga lahan yang relatif lebih murah dibanding pusat kota yang ketersediaan lahannya semakin terbatas. Alasan lain yaitu kemudahan akses yang dimiliki kawasan simpul transportasi. 2. Analisis Pola Persebaran Hotel Setelah diketahui sebaran hotel di wilayah penelitian kemudian dilakukan analisis lebih lanjut (analisis tetangga terdekat) untuk mengetahui pola distribusi hotel dengan menggunakan formula : (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno ( 1979: 75) T ju jh T = indeks penyebaran tetangga terdekat Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat. Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random Berdasarkan analisis tetangga terdekat dapat dibandingkan pola distribusi hotel pada tiap kecamatan sehingga akan diketahui pola distribusinya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3.Analisis Karakteristik Pengguna/Penginap Hotel Untuk mengetahui karakteristik pengunjung hotel digunakan angket, setelah hasil angket diperoleh lalu dimasukkan dalam tabel silang yang menunjukkan persebaran data hasil angket yang berupa karakteristik pengunjung hotel dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Analisis yang digunakan adalah analisis tabel silang. 4. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Hotel Dalam menentukan faktor yang berpengaruh atau mempengaruhi lokasi suatu hotel, dilakukan malalui wawancara dengan pengelola hotel seputar preferensi lokasi pendirian usahanya. Hasil yang di dapat menunjukkan secara khusus faktor yang berpengaruh yaitu aksesibilitas lokasi dan harga lahan. Dengan asumsi demikian kemudian dilakukan overlay beberapa peta dan juga network analysis. G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan c. Survei ketersediaan data d. Studi pustaka 2. Penyusunan Proposal Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi penelitian. 3. Penyusunan Instrumen Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan alat penelitian yang diantaranya adalah menyusun daftar pertanyaan dalam kuesioner yang akan diberikan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebut digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna hotel. Data lokasi persebaran diperoleh dari data lapangan berupa tabel titik-titik lokasi absolut berupa lintang dan bujur dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Dari sebaran titik-titik lokasi absolut tersebut dapat diketahui pola persebaran hotel di Kota Surakarta. 4. Pengumpulan Data Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui studi dokumen dan observasi di lapangan. 5. Analisis Data Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk kepentingan analisis data, setelah data terkumpul ditabulasi silang untuk mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah diketahui kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif. 6. Penulisan Laporan Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang karakteristik pengguna hotel berdasarkan usia, tingkat pendidikan,pekerjan, dan pendapatan, selain itu dijelaskan pula persebaran, pola persebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran hotel. Laporan yang ditulis selanjutnya dilengkapi atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan gambar disertai peta daerah penelitian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas a. Letak Daerah penelitian adalah Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota administrasi yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta secara ekonomi terletak pada tiga pusat pertumbuhan kota besar yaitu Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan Kota Surabaya. Berdasarkan letak astronomisnya Kota Surakarta berada antara 70 35’ LS sampai 70 56’ LS dan 1100 45’ 15” BT sampai 1100 45’ 35” BT. b. Luas Kota Surakarta mempunyai luas wilayah 4404 Ha atau 44,04 Km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Terbagi dalam 51 Kelurahan mencakup 592 RW dan 2.644 RT, dengan jumlah KK sebanyak 127.742 KK, untuk jelasnya lihat Tabel 4. Tabel 4. Luas dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan Kepala Keluarga di Kota Surakarta Tahun 2008 N o Kecamatan Luas (Km2) Kelurahan RW RT KK 1 Laweyan 8,64 11 105 451 22.864 2 Serengan 3,19 7 75 332 15.020 3 Pasar Kliwon 4,82 9 100 424 20.242 4 Jebres 12,58 11 145 605 31.870 5 Banjarsari 14,81 13 167 832 37.746 Jumlah 44,04 51 592 2.644 127.742 Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 (BPS Kota Surakarta) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Batas Kota Surakarta secara administratif mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo. Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Boyolali. Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi kota Surakarta dapat dilihat pada Peta 1. Peta ini menampilkan kondisi secara fisiktrasi seperti letak secara astronomis, batas kota, batas kecamatan, batas kelurahan, serta lokasi kantor pemerintah kecamatan, lokasi kantor pemerintahan kelurahan, sungai, jalan, dan lain-lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Penggunaan Lahan Berdasarkan data sekunder yang dimuat Surakarta Dalam Angka Tahun 2008, diketahui bahwa secara umum penggunaan lahan di Kota Surakarta sebagian besar berupa lahan terbangun. Lahan terbangun tersebut berupa permukiman maupun fasilitas-fasilitas lainnya, seperti fasilitas jasa, perusahaan, dan industri. Sebaliknya keberadaan lahan belum terbangun berupa tanah kosong, tegalan, maupun persawahan sudah terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan non pertanian lebih luas dari pada penggunaan lahan pertanian. Dari penggunaan lahan yang telah disebutkan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu bangunan, sawah, tegalan, lain-lain, seperti dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Penggunaan Lahan (Km2) Menurut Jenisnya di Kota Surakarta Tahun 2008 No Nama Luas Kecamatan Wilayah Sawah Tegalan Bangunan Lainlain 1 Laweyan 8,63 0,45 - 7,30 0,89 2 Serengan 3,19 - - 2,64 0,56 3 Pasar Kliwon 4,82 0,03 - 3,96 0,82 4 Jebres 12,58 0,21 0,89 9,55 1,93 5 Banjarsari 14,81 0,88 0,02 11,88 2,03 Jumlah 44,04 1,57 0,91 35,33 6,23 Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 (BPS Kota Surakarta) Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kota Surakarta didominasi oleh bangunan yaitu sekitar 35,33 km2 dari luas wilayah Kota Surakarta sebesar 44,04 km2 dan sisanya merupakan penggunaan lahan untuk sawah, tegalan dan lain-lain. Untuk memperjelas penggunaan lahan kota Surakarta, berikut ini disajikan Peta 2 yang menggambarkan detail kenampakan yang ada dengan skala 1 : 40.000. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Kondisi Fisik a. Hidrologi Air tanah yang mempunyai potensi cukup besar di Kota Surakarta adalah air tanah bebas, yang saat ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketersediaan air tanah dangkal sebagai sumber air bagi kepentingan penduduk sehari-hari merupakan faktor yang perlu diperhatikan dan merupakan salah satu kriteria kemampuan lahan. Air tanah dangkal yang mengisi langsung daerah penelitian dan sekitarnya, ketersediaannya sangat bergantung dari kondisi permukaannya, yaitu : 1). Besarnya curah hujan. 2). Bentuk bentanglahan. 3). Jenis dan sifat fisik tanah/batuan. 4). Luas penutup lahan dan vegetasi. Bentuk bentanglahan yang menguntungkan bagi ketersediaan air tanah adalah bentuk dataran atau pada bagian lembah yang cukupluas. Menurut jenis dan sifat fisik tanah/batuan, daerah yang mempunyai potensi air tanah dangkal tinggi adalah pada daerah dengan tanah/batuan yang mempunyai derajat kelulusan tinggi. Sungai alam yang terdapat di Kota Surakarta antara lain : 1). Bengawan solo yaitu sungai alam yang membelah wilayah Kota Surakarta dengan Kabupaten Karanganyar. Pada saat-saat tertentu,biasanya pada musim penghujan, sungai ini sering meluap ke daerah sekitarnya, bahkan mencapai radius ratusan meter dari induk sungainya. 2). Sungai Anyar yaitu sungai yang berada disebelah utara Kota Surakarta yang mengalir ke induk sungai (Bengawan Solo) 3). Sungai Pepe yaitu sungai yang terletak di bagian tengah Kota Surakarta yang mengalir ke induk sungai (Bengawan Solo) 4). Sungai Jenes yaitu sungai yang berada disebelah selatan Kota Surakarta yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Geomorfologi dan geologi Kota Surakarta terletak diantara Gunungapi Merapi dan Gunungapi Lawu sehingga merupakan daerah relative datar. Kota Surakarta bagian utara dan timur merupakan daerah yang berombak sampai bergelombang. Kemiringan lereng Kota Surakarta adalah 0-15 %. Elevasi permukaan tanah tertinggi 108 dan terendah 86 meter di atas permukaan air laut. Kemiringan muka tanah yaitu kurang lebih 0,85o ke selatan. Kota Surakarta bagian selatan (Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon) secara fisik berelief datar, elevasi permukaan tertinggi 98 dan terendah 86 meter di atas permukaan air laut (pada bagian timur). Kemiringan muka tanah kecil sekali yakni sebesar 0,14o ke arah timur. Bagian terendah berada di bagian tepi barat Bengawan Solo dan merupakan dataran banjir. Bemmelen (dalam Bappeda Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah Kotamadya Dati II Surakarta, 1998: II-4) mengklasifikasikan Kota Surakarta dalam Zone Solo yang terbagi menjadi tiga sub-zone, yaitu : 1). Di bagian Utara Kota Surakarta terdapat Sub-zone Ngawi. 2). Di bagian Selatan Kota Surakarta terdapat Sub-zone Blitar. 3). Di bagian Timur Kota Surakarta terdapat Sub-Zone Solo Sensustrichto. Klasifikasi tersebut mengelompokkan Kota Surakarta termasuk dalam zone Solo sensustrichto. Zone ini merupakan depresi sinklinal yang pada bagian utara dibatasi pegunungan Kendeng, sebelah timur dibatasi oleh Gunungapi Lawu dan sebelah barat dibatasi oleh Gunungapi Merapi. c. Tanah Persebaran tanah yang ada di Kota Surakarta berdasarkan peta tanah dari Bappeda skala 1 : 10.000 dengan sumber macam tanah skala 1 : 250.000 yang disusun oleh Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor adalah asosiatif grumosol kelabu tuan dan mediteran coklat kemerahan, alluvial coklat kelabu dan regosol kelabu. Persebaran untuk asosiasi grumosol kelabu tua dan mediteran coklat kemerahan terdapat di Kota Surakarta bagian utara. Bahan induk tanah ini adalah vulkan intermediate. Tanah alluvial coklat kelabu terdapat disepanjang Bengawan Solo. Bahan induk tanah ini adalah endapan vulkan. Tanah regosol kelabu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terdapat di Kota Surakarta bagian utara di bagian barat dan selatan. Bahan induk tanah berasal dari abu/pasir vulkan intermediate. Jenis tanah di Kota Surakarta ada lima jenis yaitu Regosol, Alluvial, Grumosol, Mediteran, dan Litosol. d. Iklim Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata daerah yang cukup luas serta berlangsung dalam waktu yang relatif lama minimal 10 tahun dan maksimal 30 tahun. Iklim suatu tempat terbentuk dari berbagai unsur seperti tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, penguapan, tingkat keawanan dan radiasi. Perbedaan iklim di berbagai tempat pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan dalam faktor letak, jarak, ketinggian tempat, keadaan morfologi, jenis tanah serta vegetasi penutup lahan. Curah hujan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan iklim suatu daerah. Berkaitan dengan hal tersebut untuk menentukan tipe curah hujan daerah penelitian digunakan dasar teori dari Schmidt & Ferguson. Dalam perhitungannya dapat digunakan formula sebagai berikut : Q = nilai rata-rata bulan kering / nilai rata-rata bulan basah x 100% Keterangan : Q = Quontient Bulan kering = bulan yang rata-rata curah hujannya kurang dari 60 mm. Bulan basah = bulan yang rata-rata curah hujannya lebih dari 100 mm. Bulan lembab = bulan yang rata-rata curah hujannya antara 60-100 mm. Berdasarkan nilai Q yang diperoleh menurut Schmidt & Ferguson digolongkan tipe curah hujan menjadi delapan tipe seperti dapat dilihat dibawah ini. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt & Ferguson No Tipe Curah Hujan Sifat Curah Hujan 1 A Sangat basah 0 2 B Basah 14,3% 3 C Agak basah 33,3% 4 D Sedang 60,0% commit to user Nilai Q (%) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 E Agak kering 100% 6 F Kering 167% 7 G Sangat kering 300% 8 H Luar biasa kering 700% Untuk mengetahui tipe iklim dan curah hujan daerah penelitian dapat dilihat dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir di Kota Surakarta yang diperoleh dari Dinas Pertanian setempat. Dengan mengacu dari klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson yang menggunakan rasio yaitu perbandingan antara angka rata-rata bulan kering dan bulan basah sebagai dasar klasifikasinya, maka curah hujan di Kota Surakarta dapat diketahui pada Tabel 6. Tabel 6. Besarnya Curah Hujan di Kota Surakarta Tahun 1999-2008 RataNo. Curah Hujan (mm) Jumlah rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (mm) (mm) Bulan 1 Januari 451 431 364 219 578 439 254 400 482 484 4102 410.2 2 Februari 765 549 354 607 408 457 302 238 460 377 4517 451.7 3 Maret 713 481 278 70 409 308 400 435 416 223 3733 373.3 4 April 235 305 105 102 180 178 206 395 284 59 2049 204.9 5 Mei 137 135 103 76 217 93 29 196 36 103 1125 112.5 6 Juni 0 140 65 2 6 15 30 0 74 27 359 35.9 7 Juli 0 26 61 8 106 26 8 11 0 0 246 24.6 8 Agustus 0 2 141 0 10 6 72 8 10 0 249 24.9 9 September 0 87 32 0 9 32 128 30 0 19 337 33.7 76 201 215 3 64 230 201 115 8 165 1278 127.8 11 November 283 247 298 228 348 187 96 174 143 260 2264 226.4 12 Desember 216 187 184 233 281 346 85 131 306 180 2149 214.9 10 Oktober Jumlah 2876 2791 2200 1548 2616 2317 1811 2133 2219 1897 22408 2240.8 Bulan Basah 7 9 9 5 8 7 6 8 6 7 72 7.2 Bulan Kering 4 2 1 5 3 4 3 4 5 5 36 3.6 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Q = 3,6 / 7,2 x 100% = 50% Berdasarkan nilai Q di atas, maka keadaan curah hujan di Kota Surakarta menurut Schmidt & Ferguson adalah Tipe C yang sifatnya agak basah dan mempunyai syarat nilai Q antara 33,3% sampai dengan 60,0%. Tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson dapat dilihat pada Gambar 2. 12 11 700% 10 300% 9 8 Nilai Q 167% 7 100% 6 5 60% 4 (3,6. 7,2) 33,3% 3 2 14,3% 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nilai Rata-rata Bulan Basah Gambar 2. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Ferguson 3. Kondisi Sosial Untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi sosial di Kota Surakarta, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Jumlah dan Persebaran Penduduk Menurut data yang dimuat Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 jumlah penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 561.464 jiwa, terdiri dari 276.900 jiwa penduduk laki-laki dan 284.564 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008 No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) 1 Laweyan 8,63 111.220 2 Serengan 3,19 62.019 3 Pasar kliwon 4,82 81.249 4 Jebres 12,58 145.486 5 Banjarsari 14,81 161.490 44,04 561.464 Jumlah Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Surakarta) Dari Tabel 7 di atas ditunjukkan bahwa Kecamatan Banjarsari mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 161.490 jiwa atau 28,73%, sedangkan yang mempunyai jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Serengan yaitu sebesar 62.019 jiwa atau 11,21% sebab luas wilayahnya juga paling kecil. b. Kepadatan Penduduk Untuk mengetahui kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah penduduk dengan luas daerah yang ditempati, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk = ------------------------Luas Wilayah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan Tabel 7 dapat dihitung kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres sebagai berikut : Kepadatan penduduk = = 12.748 Jiwa/Km2 Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 tentang komposisi penduduk dan tingkat kepadatan tiap Kecamatan. Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 No Nama Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan Wilayah Penduduk Penduduk (Km2) (jiwa) (Jiwa/Km2) 1 Laweyan 8,63 111.220 12.665 2 Serengan 3,19 62.019 19.748 3 Pasar kliwon 4,82 81.249 18.100 4 Jebres 12,58 145.486 11.157 5 Banjarsari 14,81 161.490 10.902 44,04 561.464 72.572 Jumlah Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Surakarta) Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 sebesar 561.464 jiwa, sedangkan jumlah tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta sebesar 72.572 jiwa/km2. Jumlah kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Serengan yaitu sebanyak 19.748 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 10.902 jiwa/km². Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu daerah pada Tabel 9 . commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1 Keterangan Sangat rendah 2 101 – 500 Rendah 3 501 – 1000 Sedang 4 1001 – 2000 Tinggi 5 2001 – 3000 Sangat Tinggi 6 Tinggi Sekali Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali dengan kepadatan penduduk yaitu >3000 jiwa/km². c. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian. 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu dengan mengetahui komposisi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin diharapkan dapat diketahui penduduk baik yang belum produktif, produktif maupun yang sudah tidak produktif lagi. Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Surakarta pada Tabel 10 . Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008. Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Umur (Tahun) Jiwa % Jiwa % Jiwa 0–9 20303 29,3 20825 29,2 41128 29,3 10 – 19 13285 19,2 13933 19,6 27218 19,4 20 – 29 14415 20,8 15013 21,1 29428 21,0 30 – 39 6788 9,8 6960 9,8 13748 9,8 40 – 49 5773 8,3 6067 8,5 11840 8,4 50 – 59 4965 7,2 5312 7,4 10277 7,2 > 60 3747 5,4 3135 4,4 6882 4,9 Jumlah 69276 100,0 71235 100,0 140551 100,0 % Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008 Dari Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Srakarta menurut umur adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 26850 jiwa (19%) dan terendah adalah kelompok umur > 60 tahun yaitu sebesar 6882 jiwa (4,9%). Jika dilihat dari jenis kelamin maka jumlah penduduk antara golongan laki-laki dan perempuan rata-rata hampir sama. Meskipun jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta 2008 No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa % 1 Laki-laki 250432 49,29 2 Perempuan 311032 50,68 Jumlah 561464 100,00 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008 Berdasarkan Tabel 11, maka dapat diketahui bahwa penduduk di Kota Surakarta adalah laki-laki dan perempuan, penduduk perempuan yaitu sebesar 311032 (50,68%), sedangkan penduduk laki-laki sebesar 250432 (49,29%). Data tersebut dapat diketahui pada besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut: Sex Ratio (SR) = Keterangan : SR = Rasio Jenis Kelamin a = Jumlah Penduduk Laki-laki b = Jumlah Penduduk Perempuan Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin penduduk di Kota Surakarta sebagai berikut : Sex Ratio (SR) = 250432 x 100 311032 = 80 Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex Ratio 80 ini berarti bahwa untuk setiap 80 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur, berikut akan disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Surakarta menurut kelompok umur tahun 2008 dalam Tabel 12. Tabel 12. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008 Kelompok Penduduk Penduduk Rasio Jenis Umur Laki-laki Perempuan Kelamin (Tahun) (Jiwa) (Jiwa) (%) 0–9 20303 20825 97,5 10 – 19 13285 13933 95,3 20 – 29 14415 15013 96,0 30 – 39 6788 6960 97,5 40 – 49 5773 6067 95,1 50 – 59 4965 5312 93,4 > 60 3747 3135 119,5 Jumlah 69276 71235 97,2 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki, sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100. 2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat dijadikan dasar untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang sumberdaya manusianya. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi. Pendidikan atau pembangunan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan mengetahui tingkat pendidikan penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial apa yang harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus dikembangkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Komposisi digilib.uns.ac.id penduduk menurut tingkat pendidikan adalah pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi. Komposisi penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri seseorang, dengan pendidikan dapat mendewasakan seseorang karena dengan adanya pendidikan maka secara langsung akan menghadapi banyak permasalahan baik di lingkungan maupun masalah yang diberikan oleh pendidik. Suatu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah, tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status sosial masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar sektor pertanian. Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Jebres. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang 1 Tamat Akademi / PT 2 % 5745 4,0 Tamat SLTA 18434 13,0 3 Tamat SLTP 24179 17,0 4 Tamat SD 23517 16,4 5 Tidak Tamat SD 16824 11,8 6 Belum Tamat SD 40341 28,2 7 Tidak Sekolah 13804 9,7 142844 100 Jumlah Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2008 3) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah pengelompokan penduduk berdasarkan mata pencaharian. Komposisi ini digunakan untuk melihat dan menggambarkan struktur daerah secara umum dan lebih lanjut dapat pula menggambarkan potensi dan sumberdaya penduduk yang ada pada suatu daerah. Di dalamnya juga memperlihatkan jenis pekerjaan yang ada di suatu daerah beserta jumlahnya. Dengan mengetahui mata pencaharian penduduk daerah tertentu akan dapat diketahui potensi yang ada di daerah tersebut. Banyak hal mengenai kehidupan sosial suatu negara/masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui komposisi lapangan pekerjaan dari angkatan kerjanya, komposisi jenis pekerjaannya, dan fakta-fakta lain mengenai angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Di Kota Surakarta jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi 10 pekerjaan. Jenis pekerjaan yang dimaksud commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meliputi Petani Sendiri, Buruh Tani, Pengusaha, Buruh Industri, Buruh Bangunan, Pedagang, Angkutan, PNS/POLRI/TNI, Pensiunan dan lainlain. Lain-lain pada klasifikasi mata pencaharian di Kota Surakarta maksudnya jenis pekerjaan yang belum tercakup di dalam jenis pekerjaan yang telah disebutkan. Kondisi demikian menunjukkan bahwa Kota Surakarta mempunyai banyak potensi yang dapat dikembangkan, ini terbukti dari berbagai jenis pekerjaan ditekuni oleh penduduk setempat yang tersebar di lima kecamatan. Jumlah total penduduk yang telah termasuk dalam angkatan kerja di Kota Surakarta sebesar 434.759 jiwa. Mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 14. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa diantara jenis pekerjaan / mata pencaharian penduduk Kota Surakarta buruh industri merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak ditekuni yaitu sekitar 75.667 pekerja yang tersebar di 5 kecamatan, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah buruh tani dan petani. Kondisi ini disebabkan oleh semakin sedikitnya lahan pertanian yang ada telah beralih fungsi menjadi permukiman atau fasilitas lain yang berupa gedung-gedung megah. Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon tidak terdapat penduduk yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani sendiri atau buruh tani, sebagian besar penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani baik sendiri atau buruh tani berada di Kecamatan Banjarsari sebesar 775 jiwa. Jumlah pengusaha yang ada di Kota Surakarta sebanyak 8.218 jiwa, paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu sebesar 2.758 jiwa sedangkan paling sedikit terdapat di Kecamatan Laweyan sebesar 666 jiwa dan selebihnya terdapat di kecamatan lain. Buruh industri paling banyak berasal dari Kecamatan Banjarsari sebesar 23.587 jiwa, berikutnya Kecamatan Laweyan sebesar 19.157 jiwa dan Kecamatan Jebres sebesar 17.567 jiwa dan selebihnya berasal dari Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon. Buruh bangunan jumlah paling banyak berasal dari Kecamatan Banjarsari sebesar 18.536 jiwa dan paling sedikit berasal dari Kecamatan Serengan sebesar 5.248 jiwa. Jenis pekerjaan pedagang komposisinya hampir merata di tiap kecamatan. Jumlah paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari karena dari jumlah pedagang yang ada di Kota Surakarta sebesar 11.520 jiwa berasal dari kecamatan ini. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda pada sektor pengangkutan sebesar 27.891 jiwa berasal dari Kecamatan Banjarsari dan selebihnya berasal dari kecamatan lain. 4. Kondisi Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta yang disajikan secara serius memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu sehingga arah perekonomian regional akan lebih jelas. Kota Surakarta dalam era otonomi didukung dengan situasi yang relatif kondusif, secara makro perekonomian meningkat sebesar 5,43% pada tahun 2008 lebih besar dibanding commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tahun 2005 (5,15%). PDRB Kota Surakarta pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku sebesar 6.190.112,55 juta dan atas dasar harga konstan sebesar 4.067.529,95 juta rupiah sehingga pada tahun 2008 besaran PDRB Surakarta atas dasar harga berlaku menjadi 2,07 kali dari tahun 2006 dan PDRB atas dasar harga konstan meningkat menjadi 1,36 kali. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Serta Perkembangannya di Kota Surakarta Tahun 2003-2008 PDRB atas dasar harga berlaku PDRB atas dasar harga konstan 2000 Tahun Jumlah (Juta Rupiah) Perkembangan Jumlah (Juta Rupiah) Perkembangan (1) (2) (3) (4) (5) 2003 3.372.850,36 112,79 3.113.668,99 104,12 2004 3.772.737,68 126,16 3.268.559,64 109,30 2005 4.251.845,59 142,18 3.468.276,94 115,98 2006 4.756.559,53 159,06 3.669.373,45 122,70 2007 5.585.776,84 186,79 3.858.169,67 129,02 2008 6.190.112,55 207,00 4.067.529,95 136,02 Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008 Pada tahun 1998 terjadi puncak krisis ekonomi, hampir semua sektor mengalami laju pertumbuhan negatif, kemudian tahun 1999 ditandai dengan mulai membaiknya perekonomian seluruh sektor ekonomi berhasil bangkit dengan laju pertumbuhan positif. Tahun 2006 sampai 2008 seluruh sektor ekonomi sudah menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 16. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 16. Pertumbuhan Ekonomi (dalam %) di Kota Surakarta Tahun 20032008 Sektor No (1) Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (2) (3) (4) (5) (6) (7) -11,69 -5,04 -11,62 -2,37 0,88 1,20 1 Pertanian 2 Pertambangan 1,10 7,62 4,45 -0,72 3,34 -0,21 3 Industri 3,82 4,63 6,70 6,07 1,47 2,55 4 Listrik, gas & air 12,32 5,58 0,64 7,61 4,45 9,25 5 Bangunan 2,72 5,91 7,05 1,44 8,24 5,85 6 Perdagangan, hotel & restoran 3,69 4,31 6,45 8,01 7,58 6,93 7 Pengankutan dan komunikasi 2,64 3,36 5,02 6,13 5,48 5,96 8 Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 6,07 4,14 3,86 5,65 6,74 6,20 9 Jasa-jasa 5,64 8,43 6,98 4,54 4,79 6,97 Total 4,12 4,97 6,11 5,80 5,15 5,43 Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008 Berdasarkan Tabel 16 sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya yaitu sebesar 9,25%. Sektor penggalian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu sebesar -0,21%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB kota Surakarta yaitu 25,11% paling tinggi dibanding sektor lain. Selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor industri pengolahan adalah sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor bangunan pada tahun 2008 msngmasing memberikan sumbangan sebesar 24,35% dan 13,07%. Pertambangan (penggalian) dan pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terkecil yaitu sebesar 0,04% & 0,06%. Secara keseluruhan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, masingmasing sektor masih dalam posisi yang sama seperti yang tampak pada Tabel 17. Tabel 17. Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003-2008 Atas Dasar Harga Berlaku(Persen) Tahun Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 0,10 0,09 0,07 0,07 0,06 0,06 2 Pertambangan 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 3 Industri 29,22 29,09 28,63 28,10 26,42 25,11 4 Listrik, gas & air 2,56 2,59 2,63 2,70 2,59 2,69 5 Bangunan 11,76 12,69 12,80 12,68 12,89 13,07 6 Perdagangan, hotel & restoran 24,55 23,00 22,67 22,96 23,82 24,35 7 Pengangkutan & komunikasi 10,16 10,40 10,79 10,83 11,52 11,78 8 Keuangan 10,14 10,70 10,73 11,14 11,43 11,26 9 Jasa-jasa 11,46 11,39 11,62 11,48 11,23 11,64 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 No Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008 Secara umum pendapatan perkapita Kota Surakarta meskipun belum mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan perkapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan pendapatan perkapita di Kota Surakarta atas dasar harga berlaku menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita masih mencapai angka Rp 5.336.870,05 tahun 2008 sudah menjadi Rp 10.635.848,61 atau naik sebesar 99,29%. Demikian juga pendapatan perkapita atas dasar harga konstan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mengalami peningkatan meskipun peningkatannya tidak sebesar harga berlaku. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 18. Pendapatan Per Kapita Penduduk Kota Surakarta tahun 2002 - 2008 Pendapatan Per Kapita (Rp) Tahun Pertumbuhan Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Harga Berlaku Harga Konstan 2000 2002 5.336.870,05 5.336.870,05 - - 2003 6.028.762,70 5.559.459,37 12,96 4,17 2004 6.764.819,94 5.836.923,49 12,21 4,99 2005 7.670.663,97 6.191.,582,99 13,39 6,08 2006 8.175.131,57 6.235.403,94 6,58 0,71 2007 9.223.741,60 6.280.764,91 12,83 0,73 2008 10.635.848,61 6.892.373,88 15,31 9,74 Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008 B. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran, pola persebaran, faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran, serta karakteristik penginap hotel yang ada di Kota Surakarta. 1. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran hotel yang ada di Kota Surakarta adalah analisis spasial dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran hotel. Dalam penggambarannya di peta, hotel disimbolkan menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu hotel di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya secara absolut di permukaan bumi. Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak hotel yang ada di Kota Surakarta Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 19 berikut : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 19. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 Lokasi No Nama Hotel Kelas X (Bujur) Y (Lintang) Administrasi (Kecamatan) 1 Sahid Jaya Solo Bintang 5 110°49’11,7’’ 7°33’85,1’’ Banjarsari 2 Sahid Kusuma Raya Bintang 5 110°49’67,7’’ 7°34’06,8’’ Pasar Kliwon 3 Novotel Bintang 4 110°49’05,2’’ 7°34’06,5’’ Banjarsari 4 The Sunan Bintang 4 110°47’70,7’’ 7°33’45,2’’ Laweyan 5 Agas International Bintang 3 110°48’44,8’’ 7°33’58,2’’ Banjarsari 6 Riyadi Palace Bintang 3 110°48’19,7’’ 7°33’86,6’’ Laweyan 7 Indah Palace Bintang 3 110°48’54,4’’ 7°34’73,8’’ Serengan 8 Solo Inn Solo Bintang 3 110°80’72,6’’ 7°56’38,0’’ Laweyan 9 Ibis Bintang 3 110°49’05,3’’ 7°34’06,6’’ Banjarsari 10 Grand Setia Kawan Bintang 2 110°48’91,6’’ 7°33’01,3’’ Banjarsari 11 Kusuma Kartikasari Bintang 2 110°50’99,3’’ 7°33’76,9’’ Jebres 12 Dana Bintang 2 110°48’91,8’’ 7°34’08,5’’ Laweyan 13 Grand Orchid Bintang 2 110°49’06,8’’ 7°34’02,4’’ Banjarsari 14 Asia Bintang 2 110°50’18,9’’ 7°33’59,1’’ Jebres 15 Graha Indah Baru Bintang 1 110°49’16,8’’ 7°33’22,5’’ Banjarsari 16 Sanashtri Bintang 1 110°48’41,5’’ 7°33’99,2’’ Laweyan 17 Diamond Bintang 1 110°48’19,7’’ 7°33’86,6’’ Laweyan 18 Indah Jaya Bintang 1 110°49’15,0’’ 7°33’50,1’’ Banjarsari 19 Wisata Indah Bintang 1 110°49’26,5’’ 7°34’20,1’’ Serengan 20 Baron Indah Melati 3 110°48’38,5’’ 7°34’28,1’’ Laweyan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 Kusuma Melati 3 110°48’43,7’’ 7°34’28,9’’ Laweyan 22 Trihadhi Melati 3 110°49’39,5’’ 7°33’46,3’’ Banjarsari 23 Mawar Indria Melati 3 110°49’26,5’’ 7°33’49,1’’ Banjarsari 24 Surya Melati 3 110°49’24,0’’ 7°33’21,6’’ Banjarsari 25 Karya Sari Melati 3 110°47’61,5’’ 7°33’51,9’’ Laweyan 26 Laweyan Melati 3 110°47’61,6’’ 7°34’12,5’’ Laweyan 27 Roemahku Melati 3 110°47’915’’ 7°34’21,6’’ Laweyan 28 Mandala Wisata Melati 3 110°47’92,"9” 7°33’88,2" Laweyan 29 Griya Kencana Melati 3 110°48’01,0” 7°34’13,8” Laweyan 30 Mawar Indah Melati 3 110°49’13,1” 7°33’25,4” Banjarsari 31 Beteng Jaya Melati 3 110°83’19,9” 7°57’35,8” Pasar Kliwon 32 Sekar Ayu Melati 3 110°82’02,2” 7°55’41,0” Banjarsari 33 Arini Melati 3 110°48’01,4” 7°33’82,6” Laweyan 34 Sinar Indah Melati 3 110°47’49,2” 7°33’08,1” Laweyan 35 Gurita Melati 3 110°49’20,5” 7°33’23,3” Banjarsari 36 Atina Melati 3 110°49’14,5” 7°33’22,3” Banjarsari 37 Suka Marem Melati 3 110°48’59,5” 7°33’89,9” Laweyan 38 Kota Melati 2 110°49’41,7” 7°34’23,8” Serengan 39 Djayakarta Melati 2 110°49’38,8” 7°33’45,0” Banjarsari 40 Widya Griya Melati 2 Wisma Brani Melati 2 7°33’67,7” 7°57’07,6” Serengan 41 110°49’07,9” 110°81’26,7” 42 Fortuna Melati 2 110°49’50,7” 7°34’13,6” Banjarsari 43 Trisari Melati 2 110°82’08,8” 7°58’32,7” Pasar Kliwon 44 Ayu Putri Melati 2 110°48’23,5” 7°33’88,0” Laweyan commit to user Laweyan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 Putri Sari Melati 2 110°48’26,4” 7°33’88,6” Laweyan 46 Wijaya Kusuma Melati 2 110°47’12,6” 7°34’07,6” Laweyan 47 Tirtonadi Permai Melati 2 110°49’24,0” 7°33’21,6” Banjarsari 48 Wiryomartono Melati 2 110°47’67,3” 7°33’87,1” Laweyan 49 Bintang Melati 2 110°51’29,7” 7°33’85,9” Jebres 50 Madu Asri II Melati 2 110°48’86,1” 7°32’98,4” Banjarsari 51 Pondok Persada Melati 2 110°51’72,9” 7°33’49,3” Jebres 52 Herison Melati 2 110°48’17,8” 7°33’34,7” Laweyan 53 Kusuma Sari Indah I Melati 2 110°49’27,7” 7°33’50,9” Banjarsari 54 Solo Barat Melati 2 110°46’76,9” 7°32’82,4” Laweyan 55 Matahari Melati 2 110°49’09,4” 7°34’43,9” Serengan 56 Wisnu Melati 2 110°48’10,8” 7°33’67,6” Banjarsari 57 Gajahmada Melati 2 110°49’17,9” 7°33’65,3” Banjarsari 58 Madu Asri I Melati 2 110°81’45,7” 7°54’97,0” Banjarsari 59 Kaloka Melati 2 110°49’13,8” 7°33’79,5” Banjarsari 60 Triyadi Melati 2 110°49’05,3” 7°33’16,3” Banjarsari 61 Trio Melati 2 110°49’94,1” 7°34’06,4” Jebres 62 Permata Sari Melati 2 110°49’16,8” 7°33’22,5” Banjarsari 63 Mulia Melati 2 110°49’47,4” 7°34’22,8” Banjarsari 64 Cinde Wungu Melati 2 110°49’30,2” 7°33’29,3” Banjarsari 65 Wijaya Melati 2 110°81’77,7” 7°56”20,4” Banjarsari 66 Sido Kabul Melati 2 110°49’34,7” 7°33’52,7” Banjarsari 67 Mangkuyudan Melati 2 110°47’94,2” 7°34’02,4” Laweyan 68 Seribu Melati 2 110°49’40,2” 7°33’42,4” Banjarsari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 69 Karya Abadi Melati 1 110°49’13,8” 7°33’13,3” Banjarsari 70 Prasasti Melati 1 110°49’31,6” 7°33’51,5” Banjarsari 71 Karya Asih Melati 1 110°49’07,3” 7°33’13,0” Banjarsari 72 Karya Putri Melati 1 110°49’18,9” 7°33’18,9” Banjarsari 73 Sapta Melati 1 110°49’31,6” Banjarsari 74 Widodo Melati 1 110°82’75,2” 7°33’51,5” 7°55’77,8” 75 Pondok Baru Melati 1 110°49’32,5” 7°33’57,7” Banjarsari 76 D.S Melati 1 110°81’34,6” 7°55’39,1” Banjarsari 77 Kusuma Sari Indah II Melati 1 110°49’27,7” 7°33’50,9” Banjarsari 78 Karya Jaya Melati 1 110°49’21,9” 7°33’20,2” Banjarsari 79 Karya Mandiri Melati 1 110°49’07,8” 7°33’11,5” Banjarsari 80 Karya Mukti Melati 1 110°49’18,9” 7°33’18,9” Banjarsari 81 Sarangan Melati 1 110°48’14,7” 7°33’85,3” Laweyan 82 Nirwana Melati 1 110°49’53,4” 7°34’14,5” Banjarsari 83 Sri Laras Melati 1 110°49’23,8” 7°34’25,1” Laweyan 84 Wahyu Melati 1 110°49’50,9” Banjarsari 85 Mawar Melati Melati 1 110°82’86,2” 7°34’24,3” 7°57’14,1” 86 Jati Indah Melati 1 110°49’36,3” 7°33’54,6” Banjarsari 87 Nasional Melati 1 110°83’58,1” 7°57’10,2” Pasar Kliwon 88 Jaya Jati Baru Melati 1 110°49’34,7” 7°33’52,7” Banjarsari 89 Agung Melati 1 110°49’19,9” 7°33’57,5” Banjarsari 90 Wigati Melati 1 110°49’36,3” Banjarsari 91 Aida Melati 1 110°81’77,7” 7°33’54,6” 7°56’20,4” 92 Yoga Melati 1 110°49’31,6” Banjarsari 93 Jaya Jati Lama Melati 1 110°49’34,7” 7°33’51,5” 7°33’52,7” commit to user Banjarsari Pasar Kliwon Banjarsari Banjarsari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Laweyan 110°49’13,2” 7°33’65,9” 7°33’18,9” Melati 1 110°49’27,7” 7°33’50,9” Banjarsari Rahayu Melati 1 110°47’40,7” 7°34’16,0” Laweyan 98 Puspa Jaya Melati 1 110°81’18,7” 7°57’22,8” Laweyan 99 Tiara Puspita Melati 1 110°48’30,2” 7°34’28,4” Laweyan 100 Setia Kawan Melati 1 110°48’40,9” Banjarsari 101 Si Cantik Baru Melati 1 110°87’88,0” 7°34’03,2” 7°36’01,0” 102 Kalimantan Melati 1 110°49’26,5” 7°33’49,1” Banjarsari 103 Arjuna Melati 1 110°49’40,2” 7°33’42,4” Banjarsari 104 Mutiara Melati 1 110°49’06,7” 7°33’15,2” Banjarsari 105 Mekar Sari Melati 1 110°47’52,2” 7°33’65,3” Laweyan 106 Trimo Mayar Melati 1 110°49’31,6” Banjarsari 107 Avita Asri Melati 1 110°49’13,1” 7°33’51,5” 7°33’17,9” 108 Sinar Dadi Melati 1 110°49’07,9” Banjarsari 109 Solo Barat Melati 1 110°80’45,2” 7°33’14,6” 7°55’13,3” 110 Wismantara Melati 1 110°48’14,7” 7°33’85,3” Banjarsari 111 Pojok Melati 1 110°49’29,0” 7°33’49,2” Banjarsari 112 Keprabon Melati 1 110°49’50,7” 7°34’13,6” Banjarsari 113 Karya Sejati Melati 1 110°48’89,5” 7°32’97,8” Banjarsari 114 Mulya Jaya Melati 1 110°49’36,3” 7°33’54,6” Banjarsari 115 Puspita Baru I Melati 1 110°48,30,1” 7°34’28,3” Laweyan 116 Puspita Baru II Melati 1 110°48’30,0” 7°34’28,2” Laweyan 117 Pajang Indah Melati 1 110°78’50,9” 7°57’41,2” Laweyan 118 Central Melati 1 110°49’48,6” 7°34’20,2” Banjarsari 94 Sapta Jaya Melati 1 110°49’34,1” 95 Kencana Asri Melati 1 96 Marconi 97 commit to user Banjarsari Laweyan Banjarsari Laweyan perpustakaan.uns.ac.id 119 Aries digilib.uns.ac.id Melati 110°49’20,5” 7°33’23,3” Banjarsari Sumber : Pengukuran lapangan Untuk membantu penyajian data persebaran hotel di Kota Surakarta digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mengolah data atribut berupa titik lokasi hotel yang kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408343. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta distribusi hotel di Kota Surakarta. Penentuan jumlah titik hotel didasarkan pada jumlah keseluruhan populasi hotel yang ada di Kota Surakarta. Jumlah populasi yang ada sebanyak 119 hotel yang tersebar di 5 Kecamatan yaitu Jebres, Pasar Kliwon, Serengan, Laweyan dan Banjarsari. Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa persebaran hotel yang paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 70 hotel atau 57,38% dari total hotel yang ada di Kota Surakarta. Lokasinya tersebar di beberapa tempat yang dekat dengan simpul transportasi yaitu di lingkungan Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Banyaknya jumlah hotel yang ada di Kecamatan Banjarsari tidak lepas dari strategi pengusaha hotel yang mendasarkan pendirian usahanya pada faktor lokasi yang dekat dengan simpul transportasi (stasiun dan terminal) yang memiliki nilai harga lahan relatif lebih rendah dibanding lahan yang ada di pusat kota, dan aksesiblitas yang dimiliki juga baik. Lingkungan Stasiun Balapan maupun Terminal Tirtonadi merupakan lokasi yang sangat strategis dikarenakan menjadi jalur keluar masuk utama bagi para calon penginap. Wisatawan bukan hanya dari daerah sekitar saja, tetapi juga dari luar daerah dengan tujuan yang berlainan baik dalam rangka rekreasi, tugas, atau perjalanan bisnis. Hal ini juga yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi hotel yang mengambil tempat di sekitar stasiun dan terminal. Di samping fakta bahwa kawasan tersebut juga dekat dengan pusat perdagangan dan jasa seperti Pasar Legi maupun Pasar Nayu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kecamatan Laweyan mempunyai distribusi hotel terbanyak kedua dengan 37 hotel atau 30,33% dari keseluruhan hotel yang ada di Kota Surakarta. Hotel-hotel tersebut banyak terdapat di sepanjang ruas-ruas jalan arteri primer dan kolektor primer yang lokasinya dekat dengan pusat kota seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan Ahmad Yani dan Adi Sucipto. Daerah tersebut mempunyai tingkat keramaian yang cukup tinggi karena merupakan jalan penghubung utama dengan daerah sekitar Kota Surakarta seperti Wonogiri, Sukoharjo, Purwodadi maupun kota besar lain seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya. Dengan demikian lokasi ini merupakan daerah potensial guna menjaring para penginap yang sedang melakukan perjalanan dikarenakan aksesebilitasnya yang sangat baik.Para wisatawan yang membutuhkan tempat menginap tidak perlu repot atau bingung karena lokasi hotel-hotel yang mudah ditemukan dan dijangkau. Distribusi hotel di Kecamatan Jebres, Pasar Kliwon serta Serengan jumlahnya paling sedikit dibandingkan kecamatan lain dengan jumlah masingmasing 5 hotel atau masing-masing 4,09% dari total hotel yang ada di Kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan luas wilayah belum terbangun yang terdapat di 3 kecamatan ini tidak begitu luas, sehingga meskipun aksesebilitasnya baik pengusaha hotel kesulitan dalam mencari lokasi yang sesuai untuk mendirikan usahanya. Keberadaan hotel di Kecamatan Jebres menempati ruas-ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul kegiatan di dalam kota seperti Jalan Monginsidi, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Ir Sutami, Jalan Ki Hajar Dewantara. Di wilayah ini terdapat stasiun, terminal peti kemas, kampus sehingga prospek ke depan cukup menjanjikan. Di Kecamatan Pasar Kliwon hotel terdapat di Jalan Slamet Riyadi, Jalan Sugiyopranoto, Jalan Imam Bonjol, Jalan Kyai Gede, dan Jalan AM Sangadji. Hotel-hotel tersebut terletak di dekat area objek wisata Kraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, Pasar antik Windu Jenar, dan Ngarsopuro. Dengan kondisi tersebut dimungkinkan peluang wisatawan yang menggunakan jasa hotel relatif banyak. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Distribusi hotel di Kecamatan Serengan meliputi Jalan Slamet Riyadi, Jalan Veteran, Jalan Notodiningratan, dan Jalan Kartopuran. Lokasi hotel di wilayah ini mengambil tempat di pinggiran kota namun juga tidak terlalu jauh dengan pusat keramaian. Pangsa pasar yang hendak dijaring umumnya para wisatawan yang menyukai ketenangan. Distribusi hotel dapat dilihat pada peta 3. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk mengetahui distribusi hotel di Kota Surakarta lebih detail akan dijelaskan distribusinya menurut : a. Distribusi Hotel Menurut Jenis Jenis hotel pada penelitian dibedakan menjadi 2 kategori yaitu hotel bintang dan non bintang (melati). Persentase jumlah hotel dengan jenis melati lebih besar dibandingkan dengan jumlah persentase jumlah hotel jenis bintang. Hotel dengan jenis melati persentasenya sebesar 84,43%, sedangkan persentase jumlah hotel dengan jenis bintang hanya sebesar 15,57%. Hal ini berkaitan erat dengan jenis wisatawan yang singgah di Kota Surakarta, kebanyakan bertujuan untuk sekedar mampir sehingga mereka cenderung lebih memperhitungkan agar biaya tidak terlalu besar namun dari segi pelayanan juga tidak terlalu buruk yang umumnya ditawarkan hotel-hotel dengan jenis melati. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPC PHRI diketahui hotel-hotel yang berjenis bintang meliputi 19 hotel dimana lokasinya berada/dekat dengan pusat kota, selebihnya yaitu sebanyak 100 hotel merupakan hotel dengan jenis melati yang berkembang pesat di lingkungan stasiun dan terminal. Maraknya perkembangan hotel di Kota Solo tentu saja tidak lepas dari citra Kota Solo di mata orang luar. Ada nilai-nilai spesifik yang menjadi perhatian untuk dikembangkan mengingat tingkat okupansi hotel di Solo saat ini masih lumayan, rata-rata berkisar 70 persen . Perkembangan ini kiranya juga perlu mendapat perhatian agar tidak sampai terjadi antara demand dan supply tidak seimbang. Jika sampai terjadi, hal itu akan mendorong terjadinya persaingan yang tidak sehat, yang pada gilirannya mendorong terjadinya perang tarif dan pada akhirnya berakibat bergugurannya hotel-hotel yang baru tumbuh tersebut. Dari penelitian didapat sejumlah hotel Melati yang sudah tidak dapat ditemukan diduga karena gulung tikar atau merger, seperti Hotel SukaMarem I, Karya Asri, Banon Cinawi. Dalam hal ini, Pemkot Surakarta harus merumuskan rencana strategi infrastruktur yang tidak hanya berorientasi bisnis semata, melainkan juga berorientasi sosial dan ekologis jadi sudah barang tentu Pemkot pun harus mengeluarkan regulasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang mengatur pertumbuhan hotel-hotel di Solo untuk mempertahankan eksistensi hotel-hotel tersebut. Untuk mengetahui persentase distribusi hotel berdasarkan jenis dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 3. Tabel 20. Distribusi Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta Jumlah No Jenis Hotel Buah % 1 Bintang 19 15,57 2 Non Bintang (Melati) 100 84,43 119 100,00 Jumlah Sumber : Analisis Data Primer 2008 100 Bintang 100 50 19 Melati 0 JENIS HOTEL Gambar 3. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa persentase hotel bintang relatif lebih sedikit bahkan hanya 1/5 dari persentase jumlah hotel melati. Bisa dikatakan distribusi hotel menurut jenis banyak didominasi oleh hotel-hotel non bintang meskipun distribusinya tidak merata pada tiap-tiap tempat. Kondisi demikian tidak berarti bahwa hotel bintang memiliki pasar yang kurang bagus dibandingkan hotel melati ataupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari didirikannya 2 hotel berbintang baru di Kota Surakarta yaitu Ibis ( yang sudah mulai beroperasi) dan Best Western (yang mulai beroperasi tahun 2009 mendatang ). Dalam hal tingkat okupansi, hotel dengan jenis bintang juga lebih tinggi tingkat huniannya daripada hotel melati. Distribusi hotel commit to user untuk jenis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bintang cenderung menempati daerah yang dekat dengan pusat kota seperti keberadaan Hotel Novotel, Hotel Ibis, Hotel Dana, Hotel diamond yang ada di kawasan jalan Slamet Riyadi. Hotel-hotel melati mengelompok di lingkungan stasiun dan terminal , dapat dilihat Hotel Djayakarta, Hotel Mawar Indria, Hotel Tirtonadi Permai, Hotel Gurita, Hotel Aries Kondisi ini menunjukkan bahwa masing-masing pihak memiliki segmen pasar tersendiri sehingga sangat berpengaruh dalam faktor alasan pemilihan lokasi pendirian hotel oleh pihak pengusaha. b. Distribusi Hotel Menurut Kelas Kelas hotel dibedakan berdasarkan fasilitas/jasa yang ditawarkannya, biasanya dilambangkan dengan angka jadi semakin besar angka maka otomatis semakin bagus fasilitas/jasa yang disediakan bagi para penginap. Dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 8 kelas yaitu hotel bintang 1, hotel bintang 2, hotel bintang 3, hotel bintang 4, hotel bintang 5, hotel melati 1, hotel melati 2, hotel melati 3. Untuk mengetahui jumlah hotel berdasarkan klasifikasi di atas dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Distribusi Hotel Berdasarkan Kelas Di Kota Surakata Jumlah No Kelas Hotel Buah % 1 Bintang 5 1 0,82 2 Bintang 4 3 2,46 3 Bintang 3 5 4,1 4 Bintang 2 5 4,1 5 Bintang 1 5 4,1 6 Melati 3 18 14,75 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 Melati 2 31 25,41 8 Melati 1 51 44,26 119 100,00 Jumlah Sumber : Analisis Data Primer 2008 Bintang 1 60 50 40 30 20 10 0 Bintang 2 51 Bintang 3 Bintang 4 31 Bintang 5 18 5 5 5 3 1 Melati 1 Melati 2 Melati 3 KELAS HOTEL Gambar 4. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Kelas di Kota Surakarta 2008 Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa secara umum hotel kelas melati 1 mempunyai persentase paling banyak yaitu sebesar 44,26% dari total hotel sebanyak 119 unit. Hotel kelas ini mengelompok di lingkungan stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi. Kelas hotel ini umumnya dimaksudkan agar dapat menjaring penginap yang sedang melakukan perjalanan jauh dan memerlukan tempat bermalam dalam waktu cepat karena kedatangannya ke kota Surakarta hanya dalam rangka singgah sebentar sebelum sampai tujuan sebenarnya. Distribusi hotel yang sama di tempat yang merupakan jalur keluar masuk para pendatang akan memberikan kemudahan bagi para calon penginap yang belum begitu mengenal daerah yang dikunjungi dibandingkan jika hotel hanya diletakkan pada tempat yang dekat dengan pusat kota saja. Selain hotel kelas melati 1 juga terdapat melati 2 dan melati 3 dengan persentase masing-masing 25,41% dan 14,75%. Hotel dari kedua kelas ini selain mengelompok di lingkungan stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi juga tersebar di pusat kegiatan yang ramai dengan aktivitas manusia sebagai contoh hotel yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terdapat di sepanjang ruas Jalan Slamet Riyadi, Dr Rajiman, dan Adi Sucipto. Tujuan pemilihan lokasi kedua kelas hotel ini untuk melayani mereka yang singgah sekaligus menikmati keramaian kota dengan harga relatif murah namun fasilitas/pelayanan yang didapat juga tidak terlalu jelek. Para wisatawan umumnya lebih tertarik kepada aspek kemudahan, kenyamanan dan keamanan di tempat yang baru mereka datangi. Mereka cenderung lebih senang menghabiskan waktu di pusat-pusat keramaian jadi dalam memilih tempat menginap juga umumnya mencari yang ada di pusat kota. Hotel dengan kelas bintang 1, bintang 2, dan bintang 3 mempunyai presentase sama yaitu masing-masing 4,09%. Keberadaannya menempati ruasruas jalan besar seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr Rajiman, Jalan Ahmad Yani. Hotel kelas ini umumnya menawarkan pelayanan/fasilitas menengah dengan tarif yang berkelas menengah pula. Para penginap yang sedang bepergian dengan keluarga atau mereka yang melakukan perjalanan bisnis umumnya menjadi pelanggan hotel kelas ini. Kelas hotel yang mempunyai persentase paling sedikit namun pelayanan/jasa yang ditawarkan berkelas mewah (otomatis dengan tarif yang juga relatif mahal) yaitu hotel bintang 4 dan bintang 5. Hotel dengan kelas ini memang diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar mencari kesempurnaan dalam berwisata. Lokasi pendirian hotel kelas ini umumnya memilih di daerah yang dekat dengan luar kota tetapi juga tidak terlalu jauh dari pusat keramaian. Dalam penelitian ini menempati ruas Jalan Slamet Riyadi, Jalan Sugiyopranoto, Jalan Gajahmada, Jalan Ahmad Yani. Distribusi hotel berdasarkan jenis dan kelasya dapat dilihat pada Peta 4. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id c. digilib.uns.ac.id Distribusi Hotel Menurut Lokasi (Situation) Pada umumnya hotel terletak pada suatu unit aktivitas baik secara ekonomi atau sosial di daerah tertentu. Distribusi hotel berdasarkan situasinya (lokasi) adalah mengenai sebaran suatu lokasi hotel secara relatif dilihat terhadap wilayah sekitarnya. Sebagai contoh hotel yang berlokasi di Jalan Tirtonadi berarti hotel tersebut termasuk dalam kawasan terminal. Kawasan yang diidentifikasi sebagai situation (lokasi) pada wilayah penelitian terdiri dari kawasan simpul transportasi (stasiun/ terminal), kawasan wisata, kawasan perdagangan dan jasa. Distribusi hotel berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Distribusi Hotel Berdasarkan Lokasinya (Situation) di Kota Surakarta Tahun 2008 Jumlah No Lokasi Buah % 53 43,44 1 Kawasan Simpul (Stasiun/Terminal) Transportasi 2 Kawasan Wisata 11 9,02 3 Kawasan Perdagangan dan Jasa 55 47,54 Jumlah 119 100,00 Sumber : Analisis Data Primer 2008 Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa lokasi perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang didominasi oleh hotel dibandingkan dengan lokasi lain, sehingga distribusinya tidak merata menurut situasinya. Untuk kawasan dengan tingkat keramaian tinggi dan aksesibilitas baik karena dekat dengan pusat kota tersebut ditempatkan hotel sebagai suatu langkah yang ditempuh oleh pengembang untuk memudahkan para wisatawan dari kalangan menengah ke atas dalam mendapat tempat menginap. Hal ini yang kemudian menyebabkan penyediaan hotel di kawasan ini sangat mudah sekali berkembang karena sirkulasi uang akan berlangsung sangat banyak di kawasan ini. Lokasi perdagangan dan jasa merupakan lokasi yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id paling banyak ditempati oleh hotel, yaitu sekitar 47,54%. Dapat dikatakan kawasan perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang paling banyak dipilih oleh wisatawan sebagai pilihan tempat menginap. Pada umumnya wisatawan memilih hotel pada kawasan perdagangan agar aktivitas rekreasi seperti belanja, jalan-jalan dan sebagainya lebih nyaman. Untuk kawasan wisata memiliki distribusi hotel paling rendah dibandingkan dengan kawasan lain. Pada kawasan wisata hanya terdapat 11 hotel atau persentasenya hanya sebesar 9,02%. Penyebab utama karena terdapat aturan yang mengatur pembangunan suatu bangunan komersil di kawasan wisata. Umumnya terdapat aturan mengenai jarak ideal yang harus dipatuhi sehingga pengembang cenderung memilih membangun hotel pada kawasan perdagangan. Sebagai contoh lokasi hotel di Jalan Slamet Riyadi yang berdekatan dengan lokasi Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran sebagai tempat wisata. Kawasan simpul transportasi merupakan lokasi dengan distribusi hotel cukup banyak yaitu sebesar 43,44% dari jumlah hotel yang berada di kawasan penelitian. Banyak dari para wisatawan domestik memanfaatkan hotel di kawasan stasiun/terminal guna mendapat tempat menginap dengan harga relatif murah. Dalam perkembangannya telah terjadi “booming” hotel di kawasan ini sehingga kurang optimal pemanfaatannya sebagai suatu jasa akomodasi yang sebenarnya jadi hotel-hotel dalam lingkungan stasiun dan terminal cenderung negatif di mata masyarakat. Dari beberapa kawasan yang telah dijelaskan di atas kawasan perdagangan dan jasa juga simpul transportasi memiliki distribusi hotel terbanyak bahkan dominan dibandingkan dengan kawasan lainnya, hal ini berarti distribusinya masih mengelompok pada sektor perdagangan dan jasa maupun stasiun/terminal. Tujuan utama dalam penyediaan jasa akomodasi seperti hotel adalah agar para wisatawan betah tinggal di kota yang dikunjungi. Semakin tinggi tingkat okupansi berarti hotel berfungsi secara optimal, efektif, efisien, aman dan mudah dijangkau oleh wisatawan karena letaknya strategis Dengan menempatkan hotel pada lokasi-lokasi tersebut dapat memberikan keuntungan yang banyak bagi pihak pengembang yaitu pemilik hotel dan otomatis juga meningkatkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kesejahteraan warga sekitar hotel. Kesimpulannya bahwa distribusi hotel di Kota Surakarta masih terpusat pada sektor-sektor tertentu saja seperti sektor perdagangan dan jasa serta sektor simpul transportasi (stasiun/terminal). 2.Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta Dalam usaha mengetahui pola persebaran hotel di Kota Surakarta dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola persebaran hotel pada penelitian ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini adalah Peta Pola Distribusi Hotel di Kota Surakarta, peta ini merupakan hasil analisis antara Peta Distribusi Hotel di Kota Surakarta dan perhitungan parameter tetangga terdekat. Persebaran hotel yang berdekatan memungkinkan saling bertumpuknya simbol dalam peta, sehingga untuk menghitung parameter tetangga terdekat diperlukan perbesaran peta pada daerah yang jarak antar warnetnya saling berdekatan. Pada peta 5 dapat dilihat bahwa hotel-hotel yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta mempunyai jarak yang sangat dekat sehingga dalam penggambarannya dilakukan proses pergeseran posisi absolutnya dengan tujuan persebaran hotel yang ada di Kecamatan Banjarsari dapat terlihat. Untuk menentukan pola persebaran hotel salah satu faktor penentu yang menjadi perhitungan adalah jarak suatu hotel dengan hotel lain yang terdekat. Skala peta yang digunakan adalah 1:25000, yang berarti satu satuan dipeta berbanding 25.000 satuan dilapangan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Karena peta 6 dan 7 yang menggambarkan persebaran hotel mengalami pergeseran posisi absolut hotel sehingga jarak hotel dengan tetangga terdekat yang ada di Kecamatan Banjarsari juga mengalami pergeseran yang menyebabkan perbedaan perhitungan pola persebaran hotel, maka untuk daerah yang mempunyai persebaran hotel berdekatan yaitu Kecamatan Banjarsari dilakukan perbesaran skala dengan tetap menempatkan hotel pada posisi aslinya sehingga tidak berpengaruh terhadap jarak sebenarnya di lapangan. Skala yang digunakan untuk perbesaran daerah Kecamatan Banjarsari adalah 1:3000 yang berarti satu satuan di peta menggambarkan 3000 satuan di lapangan. Untuk lebih jelasnya pola persebaran hotel dapat dilihat pada peta 6 dan peta 7. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada peta pola persebaran hotel Kota Surakarta skala 1: 25000 dan peta pola persebaran hotel Kota Surakarta skala 1: 3000 terdapat 119 hotel atau titik (N=119) dengan luas daerah 44,04 Km² sedang jarak antar titik hotel yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut : Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Hotel Di Kota Surakarta Tahun 2008 NO Titik(N) Jarak(J) dalam Km Lokasi(Kecamatan) 1 1-9 0,05 Banjarsari 2 2-22 1,5 Laweyan 3 3-26 0,01 Banjarsari 4 4-24 0,035 Laweyan 5 5-25 0,5 Banjarsari 6 6-7 1,2 Jebres 7 7-6 1,2 Jebres 8 8-36 0,02 Laweyan 9 9-1 0,05 Banjarsari 10 10-38 0,03 Banjarsari 11 11-20 0,025 Banjarsari 12 12-66 0,08 Banjarsari 13 13-91 0,04 Banjarsari 14 14-21 0,02 Banjarsari 15 15-80 0,03 Banjarsari 16 16-35 0,035 Laweyan 17 17-59 0,02 Banjarsari 18 18-23 0,5 Laweyan 19 19-51 0,03 Laweyan 20 20-11 0,025 Banjarsari 21 21-14 0,02 Banjarsari 22 22-2 1,5 Laweyan 23 23-18 0,5 Laweyan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 24-4 0,035 Laweyan 25 25-5 0,5 Banjarsari 26 26-3 0,01 Banjarsari 27 27-81 1 Jebres 28 28-79 0,01 Banjarsari 29 29-37 0,5 Banjarsari 30 30-84 0,6 Banjarsari 31 31-97 0,7 Banjarsari 32 32-49 2 Banjarsari 33 33-95 0,5 Laweyan 34 34-52 0,4 Banjarsari 35 35-16 0,035 Laweyan 36 36-8 0,02 Laweyan 37 37-29 0,5 Banjarsari 38 38-10 0,03 Banjarsari 39 39-53 0,6 Banjarsari 40 40-107 0,7 Pasar Kliwon 41 41-61 1,1 Banjarsari 42 42-99 1,2 Serengan 43 43-60 0,01 Laweyan 44 44-45 0,03 Laweyan 45 45-44 0,03 Laweyan 46 46-118 0,6 Laweyan 47 47-48 0,01 Laweyan 48 49-68 0,15 Laweyan 49 50-67 0,03 Laweyan 50 51-19 0,03 Laweyan 51 52-34 0,4 Banjarsari 52 53-39 0,6 Banjarsari 53 54-113 1,5 Laweyan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 55-116 2 Banjarsari 55 56-64 0,5 Banjarsari 56 57-65 0,7 Banjarsari 57 58-62 1 Serengan 58 59-17 0,02 Banjarsari 59 60-43 0,01 Laweyan 60 61-41 1,1 Banjarsari 61 62-58 1 Serengan 62 63-104 1,5 Jebres 63 64-56 0,5 Banjarsari 64 65-57 0,7 Banjarsari 65 66-12 0,08 Banjarsari 66 67-50 0,03 Laweyan 67 68-49 0,15 Laweyan 68 70-73 0,2 Banjarsari 69 71-92 0,2 Banjarsari 70 72-88 0,2 Banjarsari 71 73-70 0,2 Banjarsari 72 74-69 0,4 Banjarsari 73 76-85 0,2 Banjarsari 74 77-86 0,2 Banjarsari 75 78-87 0,4 Banjarsari 76 79-28 0,01 Banjarsari 77 80-15 0,03 Banjarsari 78 82-83 0,3 Banjarsari 79 83-82 0,3 Banjarsari 80 84-30 0,6 Banjarsari 81 85-76 0,2 Banjarsari 82 86-77 0,2 Banjarsari 83 87-78 0,4 Banjarsari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 84 88-72 0,2 Banjarsari 85 89-90 0,2 Banjarsari 86 90-89 0,2 Banjarsari 87 91-13 0,04 Banjarsari 88 92-71 0,2 Banjarsari 89 93-100 0,4 Banjarsari 90 95-33 0,5 Laweyan 91 96-108 0,8 Pasar Kliwon 92 97-31 0,7 Banjarsari 93 98-112 0,7 Laweyan 94 99-42 1,2 Serengan 95 100-93 0,4 Banjarsari 96 101-110 0,4 Banjarsari 97 102-117 0,1 Banjarsari 98 103-114 0,2 Banjarsari 99 104-63 1,5 Jebres 100 105-119 2 Banjarsari 101 106-115 0,8 Banjarsari 102 107-40 0,7 Pasar Kliwon 103 108-96 0,8 Pasar Kliwon 104 109-111 0,3 Banjarsari 105 110-101 0,4 Banjarsari 106 111-109 0,3 Banjarsari 107 112-98 0,7 Laweyan 108 113-54 1,5 Laweyan 109 114-103 0,2 Banjarsari 110 115-106 0,8 Banjarsari 111 116-55 2 Banjarsari 112 117-102 0,1 Banjarsari 113 118-46 0,6 Laweyan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 114 digilib.uns.ac.id 119-105 2 Banjarsari Sumber: Analisis Data Primer 2008 Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang lain yang paling dekat di Kota Surakarta adalah sebagai berikut : Ju = = 8 119 = 0,0672 Km Jadi, jarak rata-rata yang diukur antara satu titik hotel dengan titik hotel lain yang terdekat di Kota Surakarta adalah 0,0672 Km. Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh, untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P merupakan perbandingan antara jumlah titik hotel dengan luas wilayah Kota Surakarta sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : P= 119 44,04 = = 2,7020 Jadi, nilai P di Kota Surakarta adalah 2,7020. Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh di Kota Surakarta dengan rumus sebagai berikut : Jh = = 1 2 2,7020 = 1 2 x1,6437 = 1 3,2875 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id = 0,3041 Jadi, nilai Jh di Kota Surakarta adalah 0,3041. Setelah nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : T= = 0,0672 0,3041 = 0,2209 Jadi, nilai T Kota Surakarta adalah 0,2209. Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut Bintarto dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran hotel di Kota Surakarta adalah mengelompok atau cluster. Dengan kata lain jarak hotel yang satu dengan hotel yang yang lain saling berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempattempat tertentu. Pola mengelompok hotel ini jelas terlihat di Kecamatan Banjarsari utamanya di sekitar stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Pengelompokan hotel di sekitar stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi sangat erat kaitannya dengan faktor lokasi dan karakteristik penginap hotel. Lokasi hotel yang dekat dengan simpul transportasi merupakan lokasi yang sangat strategis dikarenakan penginap hotel merupakan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan. Stasiun dan terminal merupakan jalur masuk utama bagi para pelancong, sehingga hotel yang dekat lingkungan tersebut lebih mudah dijangkau oleh calon penginap/wisatawan dibandingkan dengan hotel yang jauh dari lingkungan simpul transportasi. Selain itu harga lahan di lingkungan simpul transportasi relatif lebih murah, fenomena ini pula yang mendukung “booming” hotel (kelas melati) sehingga terjadi pengelompokan hotel yang ada di Kota Surakarta, dengan tempat pengelompokan di sekitar stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi yang termasuk dalam daerah administrasi Kecamatan Banjarsari. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Distribusi Hotel di Kota Surakarta a. Aksesibilitas Lokasi Hotel Aksesibilitas berkaitan dengan tingkat kemudahan dalam pencapaian lokasi. Aksesibilitas suatu wilayah memiliki peranan yang penting untuk mengetahui kemampuan sirkulasi antar komponen-komponen dari wilayah itu sendiri atau dari wilayah lain yang memanfaatkan akses tersebut. Berkaitan dengan penelitian, aksesibilitas yang dimaksud adalah tingkat kemudahan dalam mencapai lokasi tiap hotel. Melalui analisis peta jaringan jalan Kota Surakarta dapat diketahui tingkat kemudahan tiap hotel pada Tabel 24. Tabel 24. Distribusi Hotel Ditinjau Dari Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2008 Jumlah Aksesibilitas Berdasarkan Status Jalan No Buah % 1 Jalan Arteri 22 18,5 2 Jalan Kolektor 59 49,6 3 Jalan Lokal 38 31,9 Jumlah 119 100,00 Sumber : Analisis Data Primer 2008 40 Jalan Arteri 59 60 38 Jalan kolektor 22 20 0 STATUS JALAN Jalan lokal Gambar 5.Grafik Distribusi Hotel Ditinjau Dari Segi Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2008 Dari Tabel 24 distribusi hotel berdasarkan aksesibilitas dan analisis peta jaringan jalan daerah penelitian diketahui bahwa bangunan hotel sebesar 49,6% commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terdapat di jalan kolektor ( jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi). Jalan kolektor didaerah penelitian meliputi Jalan Ki Hajar Dewantara, Jalan Monginsidi, Jalan Gajahmada, Jalan AR Saleh, Jalan Hasanudin, Jalan Arifin, Jalan Imam Bonjol, Jalan Kyai Gede, Jalan Sugiyopranoto, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Dr. Rajiman dari arah barat sampai Pasar Jongke, Jalan Ronggowarsito, Jalan Ahmad Dahlan, Jalan RM Said, Jalan Dr Supomo, Jalan Menteri Supeno, Jalan.RD Tagore, Jalan Dr Muwardi, Jalan Setiabudi, Jalan Samanhudi, Jalan Dr Sutomo, Jalan Agus Salim, Jalan Adi Sumarmo, Jalan AM Sangadji. Distribusi hotel disepanjang jalan kolektor ditujukan untuk menjangkau mereka yang biasanya lebih menyukai suasana tenang sehingga lebih memilih hotel yang agak menjauhi pusat kota dan sedang melakukan perjalanan di sekitar Kota Surakarta, selain itu keadaan jalan juga cenderung tidak terlalu padat. Distribusi hotel dijalan kolektor lebih besar dibandingkan dengan distribusinya di jalan arteri karena fasilitas perdagangan dan jasa relatif banyak disepanjang jalan kolektor di Kota Surakarta. Distribusi hotel di jalan arteri yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna jumlahnya paling sedikit sebesar 18,5%. Hotel yang terletak di sepanjang jalan arteri selain dimanfaatkan oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan untuk mengunjungi Kota Surakarta juga tidak menutup kemungkinan digunakan oleh para pengguna jalan berasal dari luar kota yang melakukan perjalanan jauh (musim liburan) kebetulan melewati Kota Surakarta. Kebanyakan dari pengguna jasa hotel lebih cenderung memanfaatkan jasa hotel daripada jasa akomodasi lainnya dikarenakan lebih merasakan kenyamanan maupun keamanan. Penempatan lokasi hotel dikawasan jalan arteri sangat membantu sekali bagi para pengguna yang tidak tahu tentang daerah setempat karena biasanya lokasi hotel letaknya dipinggir jalan dalam wilayah pusat kota. Hal ini akan sangat memudahkan mereka yang baru pertama kali berkunjung ke Kota Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Distribusi hotel di jalan lokal (jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi) jumlahnya sedang yaitu sebesar 31,9%. Distribusinya paling banyak terdapat sekitar Satasiun Balapan yaitu sepanjang Jalan Kestalan,dan sekitar Terminal Tirtonadi yaitu di Jalan Merak, Jalan Cinderejo, Jalan Margorejo, jalan Tirtonadi. Di jalan tersebut sangat ramai dilewati oleh kendaraan baik roda 2 atau roda empat. Karena lokasi simpul transportasi merupakan lokasi yang potensial dalam pemanfaatan hotel untuk menjangkau mereka yang lebih menyukai jasa angkutan umum dibanding dengan angkutan pribadi, oleh karena itu penempatan lokasi hotel di kawasan ini sangat cocok (strategis) ditinjau dari segi aksesibilitasnya (tingkat kemudahan dalam pencapaian lokasi hotel). Pada umumnya aksesibilitas yang tinggi identik dengan mobilitas tinggi pula. Kondisi demikian mendorong perkembangan suatu daerah kearah kemajuan yang cukup pesat. Lokasi di pinggir jalan yang mempunyai akses tinggi merupakan tempat strategis penempatan lokasi hotel. Karena lokasinya di pinggir jalan memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa untuk mengenali dan memanfaatkan hotel, sehingga dimungkinkan jumlah pengguna jasa hotel dalam periode waktu tertentu akan terus meningkat dan optimalisasi pemanfaatannya juga dapat tercapai. Pendirian bangunan hotel dilokasi terbuka dan akses mudah akan lebih sering dikunjungi oleh penginap dibandingkan dengan lokasi hotel yang berada di dalam komplek pinggiran permukiman. Sebagai contoh lokasi hotel yang terletak dipinggir Jalan Slamet Riyadi banyak sekali dikunjungi oleh penginap dari berbagai latar belakang, berbeda dengan lokasi hotel di sekitar Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi yang hanya dimanfaatkan oleh sebagian besar mereka yang berasal dari satu jenis pekerjaan (supir,sales)dari luar Kota Surakarta akan tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat umum yang menggunakan hotel tersebut. Di wilayah penelitian hotel banyak sekali terdapat di daerah simpul transportasi. Lokasi-lokasi tersebut sangat mudah dijangkau oleh para pengguna jasa hotel dan dirasa cukup aman dan nyaman bagi sebagian besar kalangan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam hal akomodasi. Distribusi hotel tidak hanya terdapat di pusat kota maupun simpul tarnsportasi saja melainkan di daerah pinggiran kota seperti daerah sekitar pasar Jongke terdapat beberapa hotel dari beberapa kelas dengan kondisi yang baik. b. Agihan Kelas Harga Lahan Harga lahan merupakan suatu pengukuran atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan mata uang untuk satuan luas pada pasar lahan. Harga lahan berbeda antara lokasi satu dengan lainnya tergantung faktor kelengkapan fasilitas yang tersedia dan kemudahan jangkauan. Harga lahan di kota tentu jauh lebih tinggi daripada di pinggiran kota. Harga lahan akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak dari pusat kota. Kemudian wilayah tanpa sarana transportasi akan memiliki harga lahan yang rendah. Menurut data yang diperoleh dari http://asaki.or.id (Sumber : Survei Properti Indonesia, C-21 Joglosemar dan Ray White Solo) di daerah penelitian harga lahan bervariasi dari yang murah hingga mahal. Untuk lahan harga murah biasanya lokasinya jauh dari pusat kota, lahan pertanian non produktif. Kendati berada di daerah pinggiran, ada beberapa lokasi yang mempunyai harga lahan di atas Rp. 1.000.000,-, tepatnya di pinggir jalan kolektor terutama sisi Jalan Adi Sucipto. Harga tanah di Jalan Adi Sucipto di km 1 hingga km 5 semeter perseginya mencapai Rp 2.000.000,- (Kecamatan Banjarsari). Adapun km 5 hingga km 9 harganya turun sedikit menjadi Rp 1.500.000,- per m2 (Kecamatan Laweyan). Berdasar data yang didapat http://asaki.or.id (Sumber : Survei Properti Indonesia, C-21 Joglosemar dan Ray White Solo) terlihat bahwa agihan kelas harga lahan di Kota Surakarta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu : a. Kelas 1 (sangat tinggi) : harga lahan Rp. 1.000.000,- – Rp. 1.5000.000,per m2 b. Kelas 2 (tinggi) : harga lahan Rp. 500.000,- – Rp. 1.000.000,- per m2 c. Kelas 3 (sedang): harga lahan Rp. 250.000,- – Rp. 500.000,- per m2 d. Kelas 4 (rendah): harga lahan Rp. 50.000,- – Rp. 250.000,- per m2 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jika dikaitkan dengan sebaran lokasi hotel, maka sebarannya sangat sedikit yang berada di kelas lahan 1. Hal itu karena penggunaan lahan pada kelas lahan 1 yang berada di sisi jalan kolektor adalah untuk kegiatan perdagangan (bisnis). Sementara itu, sebaran hotel kebanyakan mengelompok pada lokasi dengan harga lahan 2. Lokasi kelas harga lahan 2 ini biasanya di sekitar kelas 1. Aksesibilitasnya baik dengan harga lahan yang tidak terlalu mahal. Tampaknya lokasi demikian menjadi favorit bagi pengembang perhotelan. Sebanyak 47% lokasi hotel menempati lahan dengan kelas harga lahan 2. Sebaran distribusi hotel akan menurun seiring menurunnya kelas lahan, perkecualian untuk kelas lahan 1, dimana orientasi penggunaan lahannya adalah lahan kegiatan komersial. Untuk kelas harga lahan 4 dimana penggunaan lahannya adalah lahan pertanian, hanya ditempati oleh 15% komplek hotel. Hal itu dapat disebabkan oleh sulitnya ijin dalam pembebasan lahan pertanian, letaknya yang jauh dari keramaian dan fasilitas. Lokasi tersebut mempunyai aksesibilitas yang kurang baik. Dengan demikian sebaran hotelnya sedikit jumlahnya. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pola sebaran hotel juga ikut ditentukan oleh agihan kelas harga lahan. 4. Karakteristik Penginap Hotel Data karakteristik ini diperoleh dari responden yang telah ditentukan sebelumnya. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah penginap hotel yang ada di Kota Surakarta. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari responden adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan usia. Untuk selengkapnya mengenai data dari responden dapat dilihat pada tabel hasil wawancara pada lembar lampiran. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabel penginap hotel adalah sebagai berikut : Tabel 25. Karakteristik Penginap Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 No Usia Tingkat Pendidikan Penginap Hotel commit to user Jumlah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tidak Tamat Tamat Tamat Tamat Tamat Tamat Lain Tamat SD SD SLTP SLTA S1 S2 S3 -lain 1 20 – 24 - - 7 3 - - - 10 2 25 – 29 - - - 15 - - - 15 3 30 – 34 - - - 14 16 - - 30 4 35 – 39 - - - 9 5 - - 14 - - - 7 9 2 - 1 19 - - 7 48 30 2 - 1 88 5 Jumlah Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa penginap hotel dengan tingkat pendidikan SLTA dari berbagai usia mempunyai persentase paling tinggi yaitu sebesar 54% dari jumlah responden.Untuk tingkat usia 30 – 34 mempunyai persentase paling tinggi yaitu sebesar 34%. Penginap hotel dengan tingkat pendidikan dan usia tersebut pada umumnya sedang melakukan perjalanan bisnis dikarenakan tuntutan profesi sebagai karyawan maupun swasta. Para penginap dengan tingkat pendidikan dan tingkat usia lainnya biasanya menggunakan jasa hotel karena mendatangi pertemuan keluarga dan acara liburan. Bagi mereka yang liburan atau menghadiri acara keluarga biasanya menginap lebih dari 2 hari, sedangkan yang melakukan perjalanan bisnis biasanya cuma sehari karena hanya memerlukan tempat untuk singgah saja. Karakteristik penginap juga dapat dilihat dari aspek pekerjaan dan pendapatan. Lebih lanjut karakteristik penginap hotel berdasarkan aspek pekerjaan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan di Kota Surakarta Tahun 2008 No Pekerjaan Pendapatan Penginap (dalam ribuan) / bulan commit to user Jumlah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 501- 1.001- 1.501- 1.000 1.500 2.000 1 PNS - - 1 8 1 10 2 ABRI - - - - - - 3 Pedagang - 5 3 2 9 19 4 Pengusaha - 2 5 4 11 5 Nelayan - - - - - - 6 Petani - - 1 - - 1 - - - - - - Lain-lain - 18 28 1 - 47 Jumlah - 25 33 16 14 88 7 8 Pelajar / Mahasiswa Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 26 jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi delapan. Jenis pekerjaan lain-lain (karyawan/swasta)dengan penghasilan di bawah Rp 2.000.000,00 memiliki persentase paling banyak yaitu sebesar 53% dibanding jenis pekerjaan lain. Hal ini wajar karena mereka ini terutama berprofesi sebagai marketing dan sejumlah itulah gaji yang umumnya diberikan oleh perusahaan.. Jadi para marketing ini dituntut sering melakukan pekerjaan lapanganuntuk melakukan perjalanan bisnis(luar kota)sehingga mau tidak mau harus menngunakan jasa hotel sebagai tempat tinggal sementara waktu. Hal ini juga pula yang menyebabkan berdirinya hotel yang dikhususkan bagi para marketing,misal Hotel Aries di kawasan terminal Tirtonadi.Tidak ada penginap hotel dengan jenis pekerjaan mahasiswa,nelayan ,dan ABRI lebih dikarenakan ketiga profesi tersebut hampir dapat dikatakan tidak memerlukan jasa hotel kecuali saat musim liburan. Tidak ada penginap dengan penghasilan kurang dari Rp.500.000,00 dikarenakan UMR yang ditetapkan tiap pemerintah kota di Indonesia saat ini sudah lebih dari Rp.600.000,00/bulan. Data yang didapat juga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menunjukkan bahwa pendapatan sebesar Rp1.000.000,00 - Rp1.500.000,00 merupakan yang paling banyak diperoleh oleh para pengguna jasa hotel di Kota Surakarta. Tabel 27. Lama Penginap Menginap di Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 Lama (hari) Motivasi Penginap Bersenang-senang dan Jumlah 2-3 - 13 - 13 - - 14 14 - 7 - 7 Keperluan dinas 54 - - 54 Lain-lain - - - - 54 20 14 88 santai (acara keluarga) Rekreasi dan memulihkan kesehatan (liburan) Acara perjalanan (seminar/training) Jumlah Sumber : Data Primer, 2008 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 54 responden atau 61,4% dari responden mengunakan jasa hotel sebagai tempat persinggahan sementara, untuk urusan pekerjaan atau dinas jadi mereka hanya menginap selama 1 hari saja, 20 responden atau 22,7% responden menginap 2-3 hari yag biasanya sedang mengikuti seminar, pelatihan maupun pertemuan keluarga , dan 14 responden atau 15,9% menginap lebih dari 4 hari yang biasanya dilakukan bagi mereka yang sedang liburan. Jumlah responden yang menginap lebih didominasi mereka yang sedang melakukan aktifitas sehubungan dengan pekerjaan dan bukannya mereka yang sedang berlibur diduga karena waktu penyebaran angket bukan pada saat musim liburan. Para pengguna jasa hotel yang merasa puas dengan pelayanan sebuah hotel akan cenderung kembali untuk menggunakan jasanya di lain waktu. Demikian frekuensi penggunaan responden yang menggunakan hotel sebagai tempat menginap, dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Frekuensi Penginap Menginap di Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 No Frekuensi Jumlah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 x 2 2x - 3x 3 Jumlah Jiwa Persen (%) 31 35,2 44 50 13 14,8 88 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2008 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa para pengguna jasa hotel sebagian besar tidak hanya sekali dalam menggunakan jasa sebuah hotel sebagai tempat persinggahan.Ini didadapatkan dari hasil kusioner yang diberikan kepada penginap hotel. Data angket juga menunjukkan bahwa mereka bahkan telah menjadi semacam pelanggan tetap di hotel tertentu. Hal ini dimungkinkan karena penginap telah merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang mereka dapatkan. Lebih jelas mengenai faktor yang menjadi penyebab kepuasan para pengguna hotel dan alasan mereka dalam memilih hotel yang mereka singgahi dapat dilihat pada Tabel 29 mengenai keadaan dan pelayanan hotel di Kota Surakarta. Tabel 29. Kelayakan Sarana dan Pelayanan Hotel di Surakarta Tahun 2008 Penilaian Penginap No Sarana dan Pelayanan Tidak Sangat baik baik 2 4 1 7 baik/kurang baik 1 Bentuk/arsitektur bangunan secara keseluruhan Jumlah Cukup 2 Tata ruang/setting ruangan dalam hotel 1 1 2 4 3 Dekorasi kamar hotel 1 1 2 4 4 Sanitasi hotel 1 1 4 6 5 Kebersihan hotel 1 1 5 7 6 Mutu makanan dan minuman 1 1 1 3 1 1 1 3 7 Peralatan dan perlengkapan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (olahraga,rekreasi,komunikasi,hiburan) 8 Keramahtamahan pegawai hotel 1 2 1 4 9 Kenyamanan/privasi dalam hotel 1 2 1 4 10 Keamanan lingkungan hotel 1 2 1 4 11 Ketentraman suasana dalam hotel 1 2 6 9 12 Sistem pelayanan dalam hotel 1 2 1 4 1 27 1 29 14 47 27 88 13 Tarif yang dikenakan(dilihat dari fasilitas/sarana prasarana yang ada) Jumlah Sumber : Analisis Data Primer, 2008 Hasil penyebaran angket menunjukkan bahwa tingkat kelayakan yang dimiliki oleh tiap Hotel yang ada di kota Surakarta tergolong baik. Dapat dilihat para responden yang memberi penilaian kurang baik sekitar 14 responden atau 15,9% saja sedangkan sisanya memberi penilaian cukup baik dan sangat baik. Ini membuktikan bahwa bisnis perhotelan di Kota Surakarta sudah dikelola secara profesional karena sudah menunjukkan kinerjanya yang benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan dari sebuah penyedia jasa akomodasi. Banyaknya penilaian dengan kriteria cukup bagus dan bagus sangat mendukung hasil Tabel 29,dengan tingkat kelayakan pelayanan yang baik maka para penginap cenderung merasa puas sehingga akan kembali jasa hotel-hotel yang bersangkutan setiap kali mereka berkunjung atau melewati Kota Surakarta. Para penginap umumnya berasal dari berbagai kalangan baik dari jenis pekerjaan maupun jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan penggambaran responden dengan membedakan kelamin laki-laki dan perempuan. Dengan mendasarkan pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan bisa dijadikan perbandingan dari semua responden yang terkumpul, sehingga dapat diketahui apakah penggunaan hotel di Kota Surakarta hanya didominasi oleh jenis kelamin commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tertentu atau tidak. Penggambaran perbandingan jumlah pengguna hotel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008 No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persen 1 Laki-laki 63 71,6 2 Perempuan 25 28,4 88 100 Jumlah Sumber : Analisis Data Primer 2008 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penginap hotel berdasarkan jenis kelamin cenderung tidak seimbang. Dari total 88 responden diketahui bahwa 63 responden atau 71,6% berjenis kelamin laki-laki dan 25 responden atau 28,4% berjenis kelamin perempuan. Dengan kata lain, terdapat dominasi penginap hotel berdasarkan jenis kelamin. Kebutuhan akan perjalanan yang membutuhkan tempat persinggahan sementara kiranya lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Hal ini wajar mengingat dewasa ini kaum perempuan umumnya mengunakan jasa hotel untuk sekedar acara keluarga atau liburan,sehingga jumlahnya tidak terlalu dominan dikarenakan hanya musim tertentu. Dewasa ini meskipun dimana-mana dikatakan sudah merupakan zaman emansipasi, namun kiranya dalam hal pekerjaan yang lebih berbau lapangan biasanya dipercayakan kepada laki-laki. Fakta ini juga mendukung hasil angket yang menunjukkan mereka yang menggunakan jasa hotel untuk keperluan pekerjaan sebagian besar laki-laki. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008 adalah sebagai berikut : commit to user perpustakaan.uns.ac.id a. digilib.uns.ac.id Berdasarkan jenis hotel distribusinya banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari dengan persentase hotel jenis non bintang (melati) lebih besar dibandingkan hotel bintang. b. Berdasarkan kelasnya distribusi hotel dengan kelas melati 1 memiliki persentase paling banyak dibandingkan kelas melati (2 ,3) serta jenis bintang (1,2,3,4,5). c. Berdasarkan lokasinya distribusi hotel mendominasi disektor perdagangan dan jasa serta kawasan simpul transportasi. 2. Berdasarkan analisis tetangga terdekat pola distribusi spasial hotel di Kota Surakarta tahun 2008 termasuk mengelompok (cluster). 3. Berdasarkan hasil studi berupa data yang diperoleh, dilakukan perbandingan dengan hasil wawancara dari para pengusaha hotel maka diketahui bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota Surakarta yaitu aksesibilitas dan agihan kelas harga lahan. Ini sesuai dengan kajian teori lokasi, dimana seorang pengusaha akan berusaha mencari lokasi pendirian usahanya di tempat yang strategis dengan biaya seminimal mungkin. 4. Karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun 2008 adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan tingkat pendidikan, penginap hotel dengan tingkat pendidikan SMA dan S1 memiliki jumlah lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain. b. Berdasarkan jenis pekerjaan karakteristik penginap hotel didominasi kriteria lain-lain (karyawan/swasta)dengan penghasilan di bawah Rp 2.000.000,00. c. Berdasarkan jenis kelamin, karakteristik penginap hotel didominasi oleh kaum laki-laki. B. Implikasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banyaknya jumlah hotel dengan kelas melati yang mengelompok dalam skala besar (booming) seperti dapat ditemui di kawasan Terminal Tirtonadi dan Stasiun balapan menimbulkan dampak kurang baik. Dari segi ekonomi mengalami kejenuhan dikarenakan terlampau banyaknya penyedia jasa akomodasi tanpa dibarengi perhitungan jumlah penginap yang datang ke Kota Surakarta. Alhasil banyak hotel yang memiliki banyak kamar kosong dikarenakan para penginap terkonsentrasi di hotel yang cukup berkelas. Dari segi sosial kekosongan kamar dimanfaatkan pengelola untuk menerima mereka yang sekedar melakukan kencan sehingga kawasan tesebut menjadi semacam pusat prostitusi terselubung. C. Saran 1. Praktis a. Masih perlunya kajian mendalam oleh Pemkot Surakarta dalam pemberian ijin pendirian sebuah hotel. b. Perlunya peningkatan promosi oleh pihak yang bersangkutan terkait usaha peningkatan promosi wisata Kota Surakarta sehingga dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi. 2. Teoritis a. Masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka bagi pihak atau peneliti selanjutnya yang mengkaji tentang hotel hendaknya perlu melakukan kajian lebih mendalam agar dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan hal tersebut. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Azwini, Kartoyo, 1981. Dasar-Dasar Demografi.Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Uniersitas Indonesia Bintarto, R. dan Hadisumarno, S, 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. commit to user