perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DISTRIBUSI HOTEL DI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh:
ARIS SUSANTO
K5403019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DISTRIBUSI HOTEL DI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2008
OLEH:
ARIS SUSANTO
K5403019
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Wakino, M.S
Dr. M. Gamal Rindarjono, M.Si
NIP. 19521103 197603 1 003
NIP. 19640803 199512 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Aris Susanto, DISTRIBUSI HOTEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008.
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Distribusi spasial hotel
di Kota Surakarta tahun 2008 (2) Pola distribusi hotel di Kota Surakarta tahun
2008 (3) Faktor – faktor apa yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota
Surakarta. (4) Karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun
2008.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh hotel di Kota Surakarta, sampel dalam penelitian adalah pengguna
(penginap) hotel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian meliputi : alamat
hotel dengan menggunakan teknik dokumentasi, lokasi hotel secara spasial
dengan observasi menggunakan GPS (untuk distribusi hotel), faktor – faktor yang
mempengaruhi distribusi hotel dengan menggunakan teknik wawancara kepada
Sekretaris Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia
(BPC PHRI) di Kota Surakarta dan pihak pengelola hotel di Kota Surakarta,
karakteristik pengguna (penginap) hotel menggunakan teknik angket / kuesioner
ditujukan kepada para tamu hotel. Teknik analisis data dengan menggunakan
analisis peta, analisis tetangga terdekat, dan analisis tabel.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Distribusi hotel di
Kota Surakarta tahun 2008 adalah sebagai berikut : (a) berdasarkan jenis hotel
distribusi hotel banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari dengan persentase hotel
jenis non bintang (melati) lebih besar dibandingkan hotel dengan jenis bintang (b)
distribusi hotel dengan kelas melati 1 memiliki persentase paling banyak
dibandingkan kelas (melati 2 dan melati 3) maupun kelas (bintang 1, bintang 2,
bintang 3, bintang 4, dan bintang 5) (c) berdasarkan lokasinya distribusi hotel
mendominasi di kawasan perdagangan dan jasa serta simpul transportasi (2)
berdasarkan analisis tetangga terdekat pola distribusi spasial hotel termasuk
mengelompok(cluster) (3)berdasarkan faktor struktur tata ruang kota, aksesibilitas
dan harga lahan sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi hotel oleh pihak
pengusaha (4) karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun
2008 adalah sebagai berikut : (a) berdasarkan tingkat pendidikan SMA dan S1
mempunyai jumlah lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain (b)
berdasarkan jenis pekerjaan didominasi (karyawan/swasta)dengan penghasilan di
bawah Rp 2.000.000,00 (c) berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh kaum lakilaki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Aris Susanto. Hotel Distribution In Surakarta City 2008. Thesis, Surakarta :
Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. April
2011.
The objectives of this study are to know : (1) the spatial distribution of
hotels in Surakarta city 2008 (2) the distribution pattern of hotels in Surakarta city
2008 (3) what factors affect the distribution of hotels in Surakarta city (4)
characteristic of the hotel user (residential) in Surakarta city 2008.
This research uses descriptive method. The population in these studies
was the whole hotel in the city of Surakarta, the sample in the study were users
(residential) hotel. Data collection techniques in the study include: address of the
hotel by using the documentation techniques, the spatial location of the hotel with
the observations using the GPS (for the distribution of hotel), the factors that
influence the distribution of hotels by using interviewing techniques to the
Secretary of the Governing Body Hospitality Branch of the Association of
Indonesia ( PHRI BPC) in Surakarta, and the manager of hotels in Surakarta, the
characteristics of users (residential) hotel using questionnaire techniques /
questionnaire addressed to hotel guests. Data analysis techniques using the map
analysis,nearestneighboranalysis,tabelanalysis.
Based on the results of research can be concluded: (1) The distribution of
hotels in Surakarta in 2008 are as follows: (a) the distribution by type of hotel
there are many hotels in the District Banjarsari with the percentage of non-star
type hotel (jasmine) is greater than the hotel with the kind of star ( b) distribution
of jasmine-class hotel with a percentage compared to most classes (jasmine
jasmine 2 and 3) or class (1 star, 2 star, 3 star, 4 star and 5 star) (c) based on its
location in the region dominate the distribution of hotel trade and services and
transport nodes (2) based on nearest neighbor analysis of spatial distribution
patterns include a cluster (3) based on the factor of urban spatial structure,
accessibility and land prices are very influential in determining the location of the
hotel by the entrepreneur (4) user characteristics (inn) hotel in Surakarta in 2008
are as follows: (a) based on the level of high school education and S1 have a
greater amount compared with other education levels (b) based on the type of
work is dominated (employee / private) with incomes below Rp 2,000. 000,00 (c)
based on gender is dominated by men.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Dimana ada kemauan disitu ada kesempatan.
( Intisari).
Gunakanlah waktu sebaik mungkin karena waktu tidak dapat diputar
kembali.
( Anonim )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan,
Kepada :
1.Ibu dan Ayah ( yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
serta semangat )
2.Dik Danang dan Dik Ayu
3.Almamaterku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadiarat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah_Nya, sehingga penyusunan skripsi ini
dapat selesai. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Skripsi ini adalah hasil usaha yang maksimal dengan segala
keterbatasan-keterbatasan yang ada dan bantuan-bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi
ini.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wakino, M.S, selaku Pembimbing I yang dengan segala
kelebihannya telah memberikan pengarahan, motivasi dan bimbingan,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr. M. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan masukan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah
dengan sabar memotivasi dan membimbing penulis dari awal kuliah hingga
selesai.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan
ilmu selama menempuh studi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Para pengusaha hotel dan pengguna hotel yang telah meluangkan waktunya
untuk diwawancarai dan mengisi angket.
9. Ezuan (sahabat terbaikku sekaligus teman berbagi), Eviliyanto, Agustinus,
Tonoto (teman-teman seperjuanganku) yang meski sibuk selalu meluangkan
waktu untuk memberikan motivasi, Habib yang banyak membantu dan
memberikan solusi, Zaenal yang senantiasa memberikan tauziah, Sudiro
teman senasib sepenanggungan, crew geoholic ’03 (Fariz, Tri, Dodik,
Sunarso, Ruli, Anang, Tatag) dan ’04(Andi, Jumadi, Susilo), teman-teman
geografi 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga persahabatan
kita dapat terus terjalin.
Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrpsi ini, maka
dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, April 2011
Penulis
ARIS SUSANTO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiii
DAFTAR PETA………………………………………………………………
xv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B.
Identifikasi Masalah ...............................................................
5
C. Rumusan Masalah ...................................................................
6
D. Tujuan Penelitian .....................................................................
6
E.
Manfaat Penelitian………………………………………………...6
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................
8
1. Hotel ..................................................................................
8
2. Fasilitas Usaha Hotel .........................................................
10
3. Klasifikasi Hotel..................................................................
11
4. Perkembangan Hotel Di Kota Surakarta ............................
13
5. Industri Pariwisata .............................................................
15
6. Akomodasi Sebagai Komponen Kepariwisataan ...............
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel ........
17
8. Karakteristik Pengguna Hotel
18
………………………….
9. Pendekatan Keruangan Dalam Geografi
10.Analisis keruangan
……………….
20
……………………………………. 21
B. Penelitian yang Relevan .............................................................
22
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................
25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
28
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
28
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................
29
C. Populasi dan Sampel .................................................................
29
D. Sumber Data .............................................................................
30
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
32
F. Analisis Data ............................................................................
33
G. Prosedur Penelitian ...................................................................
35
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................
37
A. Deskripsi Daerah Penelitian .....................................................
37
1. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian ..........................
37
2. Kondisi Fisik .......................................................................
40
3. Kondisi Sosial .....................................................................
46
4. Kondisi Ekonomi ................................................................
56
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................
61
1. Distribusi Hotel Di Kota Surakarta.......................................
61
2. Pola Persebaran Hotel Di Kota Surakarta ............................
77
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel ..........
88
4. Karakteristik Penginap Hotel………………………………
92
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN …………………...
100
A. Kesimpulan .............................................................................. 100
B. Implikasi ................................................................................... 101
C. Saran ......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 102
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Penelitian Yang Relevan …………………………………………
23
Tabel 2.
Jadwal Penelitian …………………………………………………
28
Tabel 3.
Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian …………………..
31
Tabel 4.
Luas dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RW, RT,
dan Kepala Keluarga Di Kota Surakarta
Tahun 2008 ……………………………………………………….
Tabel 5.
37
Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya di Kota Surakarta
Tahun 2008 ………………………………………………………. 40
Tabel 6.
Besarnya Curah Hujan di Kota Surakarta Tahun 1999-2008…….
Tabel 7.
Jumlah dan Persebaran Penduduk di Kota Surakarta
45
Tahun 2008 ………………………………………………………. 47
Tabel 8.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
Tahun 2008 ………………………………………………………. 48
Tabel 9.
Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ………………………..
48
Tabel 10. Komposisisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………… 50
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta
Tahun 2008 ………………………………………………………. 50
Tabel 12. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kota Surakarta
Tahun 2008 ………………………………………………………. 52
Tabel 13. Komposisisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta
Tahun 2008 ………………………………………………….
53
Tabel 14. Komposisi Pendududuk Menurut Mata Pencaharian di Kota
Surakarta Tahun 2008 ……………………………………………
55
Tabel 15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan
2000 Serta Perkembangannya di Kota Surakarta Tahun
2003– 2008…………………………………………………
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Pertumbuhan Ekonomi (dalam %) di Kota Surakarta Tahun
2003-2008…………………………………………………….
58
Tabel 17. Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003– 2008 Atas Dasar
Harga Berlaku (persen) ………………………………………….
59
Tabel 18. Pendapatan Per Kapita Penduduk Kota Surakarta Tahun
2002– 2008……………………………………………………..
60
Tabel 19. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008 ……………. ….
61
Tabel 20. Distribusi Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta …………
70
Tabel 21. Distribusi Hotel Berdasarkan Kelas di Kota Surakarta ………..
72
Tabel.22. Distribusi Hotel Berdasarkan Lokasinya (Situation) di Kota
Surakarta Tahun 2008 …………………………………………..
Tabel. 23. Jarak Terdekat Antar Hotel Di Kota Surakarta Tahun 2008…...
76
82
Tabel 24. Distribusi Hotel Ditinjau Dari Status Jalan di Kota Surakarta
Tahun 2008 ……………………………………………………
88
Tabel 25. Karakteristik Penginap Berdasarkan Usia dan Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta 2008 ……………………………
93
Tabel 26. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Pekerjaan dan
Pendapatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ……………………
94
Tabel.27. Lama Penginap Menginap di Hotel di Kota Surakarta
Tahun 2008 …………………………………………………….
95
Tabel 28. Frekuensi Penginap Menginap di Hotel di kota Surakarta
Tahun 2008 …………………………………………………….
96
Tabel 29. Tabel Kelayakan Sarana dan Pelayanan Hotel di Kota Surakarta
Tahun 2008 …………………………………………………..
97
Tabel 30. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kota Surakarta Tahun 2008 …………………………………
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA
Halaman
Peta. 1. Administrasi Kota Surakarta 2008 ..................................................
39
Peta. 2. Penggunaan Lahan Kota Surakarta 2008 .........................................
41
Peta. 3. Distribusi Hotel di Kota Surakarta 2008 .........................................
69
Peta. 4. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Berdasarkan Kelas Hotel 2008.
75
Peta. 5. Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta 2008……………………..
79
Peta. 6. Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta 2008 ……………………
80
Peta. 7. Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta 2008 ……………………
81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ............................................
27
Gambar. 2. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson …………
46
Gambar. 3. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Jenis di kota Surakarta
Tahun 2008 ……………………………………………………..
71
Gambar. 4. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Kelas di Kota Surakarta
Tahun 2008 …………………………………………………….. 73
Gambar. 5. Grafik Distribusi Hotel Ditinjau Dari Segi Status Jalan di Kota
Surakarta Tahun 2008 …………………………………………..
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar hotel Kelas Melati 1,2,3.
2. Gambar hotel Kelas Bintang 1,2,3,4,5.
3. Perijinan.
4. Kuisioner.
5. Pedoman Wawancara.
6. Tabel Responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan gejala ekonomi karena adanya permintaan dari
pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa pariwisata yang dalam hal ini
berfungsi sebagai penyedia (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas
produk dan berbagai fasilitas terkait (Murphy dalam Sulastiyono, 1999: 5).
Interaksi itu terjadi dalam suatu proses dimana pemerintah dan masyarakat
sebagai tuan rumah berusaha untuk mempengaruhi para wisatawan maupun
pengunjung lainnya tersebut untuk singgah di tempat daerah atau negara yang
mereka kunjungi.
Wisata tidak hanya untuk mencari hiburan atau bersantai-santai saja
melainkan juga untuk menikmati perjalanan, berekreasi, menghadiri pertemuan
ilmiah, mengunjungi peristiwa olahraga, berkenalan dengan kebudayaan lain.
Wisatawan bukan hanya orang yang memasuki negara asing, tetapi juga orang
yang bepergian dari daerah satu ke daerah lain di negara sendiri. Hal ini yang
mendasari terciptanya istilah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.
Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya adalah upaya untuk
mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata. Pengembangan
objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan pengembangan
usaha jasa, penyediaan akomodasi dan penyediaan transportasi akan berfungsi
meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya jumlah wisatawan dan juga
mendukung pembangunan objek dan daya tarik wisata baru. Hasil optimal akan
diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut didukung pembangunan sarana
dan prasarana yang merupakan tanggung jawab pokok bagi pemerintah daerah
setempat melalui badan atau instansi yang berwenang.
Mengingat Kota Surakarta adalah kota yang mempunyai daya tarik
wisata yang cukup menjanjikan maka sektor jasa terbesar yang ada berkaitan
dengan bisnis pariwisata. Surakarta, yang sangat dikenal dengan sebutan Solo,
merupakan sebuah kota yang menjadi jantung budaya Jawa. Sosok keraton yang
menjadi simbol budaya Jawa, sampai saat ini masih kokoh eksis baik secara fisik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunitas maupun ritualnya. Pariwisata Solo, banyak berkaitan dengan sejarah,
budaya serta ritual keraton..
Selain wisata budaya, terdapat pula beberapa tempat dan event-event lain
yang menarik untuk dinikmati. Beberapa event tersebut seperti Solo Batik
Carnival, Solo International Ethnic Music (SIEM), yang gaungnya sampai ke luar
negeri. Sesuai dengan perkembangan jaman, wisata modern yang kita
kenal
sebagai wisata belanja dan kuliner tersedia lengkap pula di Solo. Bagaimanapun,
geliat Kota Solo sudah mulai terasa dalam setahun terakhir ini. Trauma kerusuhan
yang pernah terjadi tahun 1998, yang menghanguskan banyak bangunan di tengah
kota berangsur-angsur mulai pulih.
Sekarang, masyarakatnya antusias untuk kembali berbenah. Salah
satunya, kembali ingin menjaring para wisatawan, entah itu wisatawan domestik
ataupun dari mancanegara. Pariwisata Solo, juga didukung oleh obyek-obyek
wisata didaerah sekitarnya. Diantaranya adalah peninggalan-peninggalan sejarah
yang tersebar mulai di situs Sangiran Sragen (fosil manusia purba) sampai candi
Sukuh dan candi Cetho di Karanganyar. Konsep pengembangan pariwisata Solo
sekarang sudah menyatu dengan Jogja dan Semarang, yang dikenal sebagai
Joglosemar. Wisata Solo juga didukung oleh fasilitas akomodasi baik berupa
hotel, restauran dan transportasi yang sangat memadai.
Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara selama 2007 – 2008
meningkat sebesar 31,25 % dan tingkat penghunian kamar hotel juga mengalami
peningkatan sebesar 8,16 % ( Surakarta Dalam Angka 2008 : 221 ). Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa arus wisatawan yang datang ke Surakarta dan
kebutuhan akan kamar hotel ada kecenderungan mengalami peningkatan. Hal ini
mendorong para pengusaha untuk menambah fasilitas dan atau mengembangkan
usaha akomodasinya.
Hotel merupakan salah satu bagian dari usaha pariwisata yang
mempunyai peran penting karena menyediakan pelayanan yang sangat dibutuhkan
oleh para wisatawan berupa akomodasi atau tempat menginap dengan atau tanpa
pelayanan makan, dimana keduanya merupakan kebutuhan primer manusia. Hotel
termasuk salah satu sektor andalan (kedua setelah sektor industri), yaitu sektor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang memiliki kontribusi pasar cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kota
Surakarta yakni sebesar 22,02%. Disamping itu juga merupakan salah satu sektor
prospektif (peringkat kedua setelah sektor industri), yaitu sektor yang selain
memiliki kontribusi besar juga memiliki pertumbuhan tinggi yakni sebesar
41,64% (RUTR Kota Surakarta 2007-2016: III-9).
Sampai akhir tahun 2008 jumlah hotel di Kota Surakarta
tercatat
sebanyak 119 buah hotel yang terdiri dari 19 buah hotel bintang dan 100 buah
hotel non bintang (Solo Hotel and Restoran Directory). Dari data yang didapatkan,
dapat disimpulkan adanya penambahan jumlah hotel bintang dan di sisi lain
terdapat pengurangan jumlah hotel melati. Hal ini mengacu pada data dalam
Direktori Hotel dan Jasa Akomodasi Lain Jawa Tengah 2004 yang mencatat
sebanyak 120 buah hotel yang terdiri dari 15 buah hotel bintang dan 105 buah
hotel non bintang sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebanyak 126 buah hotel
yang terdiri 17 hotel bintang dan 109 hotel non bintang.
Kota Solo semakin marak oleh bangunan-bangunan pencakar langit.
Bangunan-bangunan calon hotel maupun apartemen mulai bermunculan, semakin
menambah geliat dan dinamika kehidupan di kota budaya ini. Faktanya bisa
dilihat, belakangan ini sedang dibangun lagi empat hotel berbintang di Solo. Sebut
saja misalnya Hotel Best Western di eks gedung BHS Bank, Hotel Grand Solo
yang akan mengambil lokasi di eks Puri Waluyo, Solo Square Hotel dan Hotel
Beauty di kawasan Benteng Vastenburg. Selain hotel-hotel yang telah disebutkan
di atas, beberapa hotel yang akan melakukan ekspansi antara lain Swiss Bell
Hotel, Haritz Hotel, Mercure, Aston, Aman Grup dan lain-lain. Termasuk di
dalamnya Hotel Ibis, yang kini sudah mulai beroperasi. Di lain pihak yaitu hotel
melati terdapat beberapa yang sudah tidak ada mungkin dikarenakan merger atau
gulung tikar seprti Hotel Suka Marem II, Hotel Widya Griya II, dn Hotel Banon
Cinawi. Keadaan ini menarik untuk dikaji, di wilayah yang relatif tidak luas
terjadi perubahan jumlah hotel dalam kurun waktu yang berkesinambungan.
Mengacu sejumlah fakta diatas, dapat dikatakan bahwa sektor perhotelan
di Kota Surakarta mengalami perkembangan cukup pesat. Seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan perhotelan akan mengarah ke tempat tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan memperlihatkan ekspresi keruangannya. Berkaitan dengan hal tersebut,
diperlukan usaha guna tetap menjaga agar pengembangan industri perhotelan
lebih terarah dan terpadu yang dalam hal ini adalah mengenai faktor lokasi, karena
aktivitas ekonomi berkaitan dngan faktor lokasi. Menurut Alfred Weber, ada 3
(tiga) faktor penting yang mempengaruhi lokasi industri yaitu biaya angkut, biaya
buruh, aglomerasi.
Lokasi pendirian hotel baik bintang (seperti Hotel Novotel, Hotel
Sanashtri, Hotel Wisata Indah, Hotel Grand Orchid) maupun non bintang (seperti
Hotel Arini, Hotel Mulia, Hotel Putri Sari, Hotel Kota) mulanya banyak
bermunculan di kawasan pusat Kota Surakarta, yang merupakan kawasan
perekonomian dan perdagangan, Namun seiring waktu pendirian hotel-hotel di
Kota Surakarta (terutama hotel non bintang) menyebar hingga kawasan pinggiran
kota yang dahulu dianggap bukan merupakan kawasan strategis, dapat kita lihat
pada keberadaan Hotel Cindewungu, Hotel Jayakarta, Hotel Avita Sari, Hotel
Sinar Indah, Hotel Wahyu.
Hal ini karena ketersediaan lahan di daerah pusat kota sudah sangat
terbatas, dan meskipun ada harganya cenderung mahal. Oleh karena itu para
pengembang mulai mencari-cari lahan yang ada di daerah pinggiran namun
lokasinya strategis. Persebaran hotel di daerah pingiran yang umumnya berjenis
non bintang (melati) ini berkaitan dengan tujuan pengembang yang menyesuaikan
dengan pangsa pasar yang ingin dijaringnya.
Sasaran dari pengguna (penginap) hotel adalah manusia yang memiliki
karakteristik tertentu. Dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh pengguna
hotel, pengusaha hotel memiliki pertimbangan dalam pemilihan lokasi pendirian
hotel. Karakter penginap yang berbeda serta faktor pemilihan lokasi pendirian
hotel akan mempengaruhi jumlah penggunanya.
Perbedaan karakteristik pengguna hotel dapat ditinjau dari tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan umur. Para pengguna jasa hotel tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya, dan inilah pada
akhirnya yang menentukan preferensinya dalam memilih hotel. Dari karakteristik
tersebut jika diklasifikasikan dan dikaji lebih lanjut merupakan langkah efektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mendapatkan keuntungan lebih besar lagi, jadi hotel tidak hanya cukup
dengan menerima penginap untuk menggunakan jasanya tetapi perlu melakukan
langkah-langkah baru guna peningkatan kualitas pelayanan dan keuntungan. Hal
ini sesuai dengan teori lokasi yang dikemukakan Alfred Weber yaitu factor
aglomerasi,dimana terkait dengan analisis pemilihan lokasi hotel dan analisis
kompetensi pasar oleh pihak pengusaha.
Para pengguna jasa hotel yang berkunjung ke Kota Surakarta cenderung
lebih memilih menginap di hotel bintang dibanding non bintang. Rata-rata
Tingkat Hunian Kamar Hotel untuk hotel bintang adalah sebesar 54,93%
sedangkan untuk hotel non bintang sebesar 45,79% (Surakarta Dalam Angka
2009: 217).Terkait dengan preferensi dalam memilih tempat menginap tersebut
diduga karena adanya perbedaan standar pelayanan serta fasilitas yang berlainan
dari tiap hotel. Kondisi lingkungan sekitar maupun fisik bangunan juga sangat
mungkin menjadi penilaian para calon penginap.
Keberadaan hotel dapat terlihat pada sebaran lokasinya, sehingga perlu
dilakukan pengkajian mengenai pola persebaran serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap persebaran hotel. Pola persebaran hotel mengkaji hal
dimana terdapat keberadaan hotel tersebut di suatu daerah atau membicarakan
lokasi hotel. Adapun terkait dengan pola yang terbentuk tentu dipengaruhi oleh
berbagai faktor, namun demikian secara khusus harga lahan dan aksesebilitas
lokasi sangat berperan didalamnya.
Dari latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul : “Distribusi Hotel Di Kota Surakarta Tahun
2008”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Jumlah hotel yang ada di kota Surakarta mengalami peningkatan maupun
penurunan jumlah yang dapat dikatakan signifikan dalam waktu yang cukup
singkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Hotel – hotel yang ada di kota Surakarta umumnya mengambil lokasi di
sepanjang jalan arteri ( pusat kota) yang identik dengan kawasan
perdagangan jasa namun seiring waktu banyak juga hotel yang mengambil
lokasi di kawasan simpul transportasi.
3. Para pengguna jasa hotel cenderung lebih memilih hotel dengan jenis
bintang sebagai tempat menginap daripada di hotel dengan jenis non
bintang.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana distribusi spasial hotel di Kota Surakarta tahun 2008 ?
2. Bagaimana pola distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008 ?
3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota Surakarta ?
4. Bagaimana karakteristik penginap hotel di Kota Surakarta tahun 2008 ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui distribusi spasial hotel di Kota Surakarta tahun 2008.
2. Untuk mengetahui pola distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008.
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi hotel di
Kota Surakarta.
4. Untuk mengetahui karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota
Surakarta tahun 2008.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah pengembangan Ilmu Geografi, khususnya dalam
pengkajian perkembangan perhotelan dalam konteks pengembangan
wilayah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sebagai sumber informasi dan masukan bagi penelitian sejenis pada masa
yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bahan masukan bagi Dinas Pariwisata Kota Surakarta maupun Badan
Perhimpunan Cabang Hotel Restoran Indonesia tentang distribusi
keruangan perhotelan.
b. Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan
bagi peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hotel
Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan
menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk tidur
kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar
dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya
perjanjian khusus (Hotel Proprietors Act, 1956 dalam Richard Sihite, 2000: 49).
Lebih lanjut pengertian hotel yang di muat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.
1995 (dalam Sulastiyono, 1999: 8), menyebutkan bahwa: “Hotel adalah usaha
komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayananpelayanan lain untuk umum”.
Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk
menertibkan perhotelan di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang
dituangkan Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86 (dalam
Richard Sihite, 2000: 50), tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Bab
I, Pasal I, Ayat (b) dalam SK (Surat Keputusan) tersebut menyebutkan bahwa:
‘Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa
penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial’.
Kata ‘akomodasi’ yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata
bahasa Inggris Accomodation memiliki beberapa makna. Di dalam Kamus
Inggris-Indonesia karangan Echols dan Shadily tercantum tiga makna, yakni (1)
pertolongan,bantuan (2) penyesuain diri, dan (3) penggunaan. Ketiga makna itu
tidak ada kaitannya dengan maksud kata ‘akomodasi’ dalam ayat di atas.
Makna ‘penginapan’ menurut kamus itu ialah accomodations ( memakai
-s), dan menurut Random House Webster’s college dictionary biasanya di tulis
demikian. Kata accomodations menurut Random House bermakna (1)
penginapan, (2) makanan dan penginapan, dan (3) tempat duduk, kamar tidur, dsb.
di kereta api, kapal terbang, atau kendaraan umum lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mungkin itu sebabnya SK tersebut menganggap perlu untuk menjelaskan
apa yang dimaksudkannya denga ‘akomodasi’. Penjelasan itu tercantum dalam
Bab I, Pasal I, Ayat (a) sebagai berikut:
‘Akomodasi adalah wahana untuk menyediakan pelayanan jasa penginapan, yang
dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum lainnya’.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya
adalah:
- Suatu jenis akomodasi;
- Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada;
- Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang
lainnya;
- Berfungsi sebagai tempat sementara:
- Disediakan bagi umum;
- Dikelola secara komersial, yang dimaksud dengan dikelola secara komersial
adalah, dikelola dengan memperhitungkan untung atau ruginya, serta yang
utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai
tolok ukurnya.
Berpegang pada definisi yang dirumuskan berdasarkan unsur-unsur
tersebut, maka dimanapun lokasinya, berapapun jumlah kamarnya, bagaimanapun
bentuk bangunan dan fasilitasnya, dan apapun motivasi kehadiran tamunya, asal
telah memenuhi unsur-unsur pokok dimaksud, bangunan atau badan usaha
tersebut sudah dapat dikatakan sebagai Hotel.
Namun sebaliknya, apabila tidak memenuhi unsur-unsur pokok diatas
termasuk apabila
urutan
penyebutan
pelayanan
yang disediakan
tidak
sebagaimana mestinya, maka bangunan dan usaha tersebut bukan/tidak bisa
disebut hotel. Adapun yang dimaksud dengan urutan penyebutan fasilitas dan
pelayanan yang ada dalam suatu hotel sesuai dengan proritasnya adalah :
- Penyediaan penginapan (rooms)
- Penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman (food and beverages)
- Dilengkapi dengan pelayanan jasa-jasa lain (other services)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi,
Nomor: KM.94/HK.103/MPPT-87 (dalam Richard Sihite, 2000: 54) tentang
Ketentuan Usaha dan Penggolongan, dijelaskan bahwa bentuk akomodasi lainnya
yang tidak termasuk hotel antara lain:
- Losmen, pondok wisata, penginapan remaja dan perkemahan yang menurut
peraturan
perundangan,
kewenangan
pengurusan
teknisnya
telah
dilimpahkan kepada pemerintah daerah.
- Bangunan (wisma) instansi pemerintah maupun swasta yang digunakan
sebagai tempat peristirahatan bagi karyawan dan tidak untuk mencari
keuntungan.
- Bangunan instansi pemerintah maupun swasta yang digunakan sebagai
tempat tinggal oleh karyawannya.
- Asrama haji, asrama dan rumah pemondokan mahasiswa serta pelajar
2. Fasilitas Usaha Hotel
Hotel merupakan bagian yang integral dari usaha pariwisata yang
menurut Keputusan Menparpostel disebutkan sebagai suatu usaha akomodasi
yang dikomersialkan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
- Kamar tidur (kamar tamu);
- Makanan dan minuman;
- Pelayanan-pelayanan penunjang lain seperti:
- Tempat-tempat rekreasi
- Fasilitas olah raga
- Fasilitas dobi (laundry) dsb.
Dalam sebuah hotel terdapat usaha jasa pelayanan yang cukup rumit
pengelolaannya, dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dipergunakan
oleh tamu-tamunya selama 24 jam (untuk hotel bintang 4 dan 5). Di samping itu,
usaha perhotelan juga dapat menunjang kegiatan para usahawan yang sedang
melakukan perjalanan usaha, ataupun para wisatawan pada waktu melakukan
perjalanan untuk mengunjungi daerah-daerah tujuan wisata, dan membutuhkan
tempat untuk menginap, makan, minum, serta hiburan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Klasifikasi Hotel
Untuk dapat memberikan informasi kepada para tamu yang akan
menginap di hotel tentang standar fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing jenis
dan tipe hotel, maka Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi melalui
Direktorat Jendral Pariwisata mengeluarkan suatu peraturan usaha dan
penggolongan hotel (SK.No.KM 37/PW.304/MPPT-86).
Penggolongan hotel tersebut ditandai dengan bintang, yang disusun
mulai dari hotel berbintang 1 sampai dengan yang tertinggi adalah hotel dengan
bintang 5. Hotel bintang adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan
atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat
menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya
dengan pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang
seperti yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata.
Secara garis besar kriteria yang digunakan untuk penggolongan hotel
tersebut didasarkan pada unsur-unsur persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan fisik.
Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya jumlah kamar tamu;
1) Hotel Kecil, hotel dengan 25 buah kamar atau kurang.
2) Hotel Sedang, hotel yang memiliki kamar lebih dari 25 buah tetapi
kurang dari 100 buah.
3) Hotel Menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 buah tetapi
kurang dari 300 buah.
4) Hotel Besar, hotel yang memiliki lebih dari 300 buah kamar.
Kualitas, lokasi dan lingkungan bangunan;
Kualitas bangunan, yang dimaksud adalah kualitas bahan-bahan bangunan
yang dipergunakan, seperti kualitas lantai, dinding, termasuk juga tingkat
kekedapan terhadap api, kekedapan terhadap suara yang datang dari luar
maupun dari dalam hotel.
Tata letak ruang dan ukuran ruang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti ruang penerima tamu, dapur,
toilet, dan telepon umum, lapangan tenis, kolam renang, diskotik.
c. Perlengkapan yang tersedia, baik bagi karyawan, tamu maupun bagi
pengelola hotel. Peralatan yang dimiliki oleh setiap bagian/departemen, baik
yang digunakan untuk keperluan pelayanan tamu, ataupun untuk keperluan
pelaksanaan kerja karyawan.
d. Operasional/Manajemen
Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara tertulis bagi
masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi. Tenaga kerja,
spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan disesuaikan dengan persyaratan
peraturan penggolongan hotel.
e. Pelayanan
Keramahtamahan, sopan , dan mengenakan pakaian seragam hotel; pelayanan
diberikan dengan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan dan keinginankeinginan tamu (untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka selama 24
jam).
Pemerintah akan memeriksa penginapan yang diajukan oleh pemiliknya
untuk memperoleh pengakuan sebagai hotel, dan selanjutnya memberikan surat
pengakuan dan menetapkan golongan hotel tersebut jika segala persyaratannya
dipenuhi. Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut,
atau berada di bawah standar minimum yang ditentukan disebut Hotel Nonbintang
(hotel melati).
Hotel Nonbintang adalah suatu usaha yang menggunakan suatu
bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap
orang dapat menginap dengan atau tanpa makan dan memperoleh pelayanan serta
menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran.
Adapun jenis akomodasi lainnya meliputi pondok remaja, pondok
wisata, wisma, home stay, losmen. ( Richard Sihite, 2000: 47-48).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Perkembangan Hotel di Kota Surakarta
Perkembangan usaha perhotelan di Kota Surakarta tidak dapat terlepas
dari perkembangan hotel di Indonesia. Dapat dibagi menjadi beberapa periode,
yaitu masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia
merdeka.
Pada masa penjajahan Belanda dapat dikatakan kegiatan pariwisata yang
ada hanya terbatas pada kalangan orang-orang Belanda saja, sedangkan orang
pribumi tidak ada sama sekali. Walaupun kunjungan wisatawan pada masa ini
masih terbatas, akan tetapi di beberapa kota dan tempat-tempat tertentu di
Indonesia telah didirikan hotel-hotel untuk melayani kebutuhan akomodasi bagi
mereka yang berkunjung ke wilayah Hindia Belanda. Pertumbuhan usaha
perhotelan di Indonesia baru dikenal pada abad ke-19 dan itupun hanya terbatas di
kota-kota besar yang berlokasi dekat pelabuhan seperti Batavia, Semarang,
Surabaya, Medan, dan Makasar. Adapun fungsi hotel yang utama hanya terbatas
untuk melayani tamu-tamu atau penumpang kapal yang baru datang dari negeri
Belanda dan negara-negara Eropa lainnya. Oleh karena itu bentuk fisik ruang
hotel yang tinggi disesuaikan dengan tinggi badan orang-orang Eropa (Richard
Sihite, 2000: 21).
Pada permulaan abad ke-20 dimulai pendirian hotel di daerah atau kota
yang jauh dari pelabuhan seperti di Malang, Surakarta, Bandung, Bogor,
Yogyakarta, dan Bukittinggi. Pada waktu itu sampai dengan tahun 1933 di seluruh
Indonesia terdapat sekitar 114 hotel dengan kapasitas kamar sebanyak 4.139 buah.
Untuk memenuhi kebutuhan akomodasi bagi masyarakat pribumi yang makin
banyak mengadakan perjalanan, berdirilah hotel-hotel kecil yang berupa losmen
atau penginapan biasa. Sejalan dengan dikenalnya akomodasi sebagai sarana
kebutuhan orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan maka pada saat itu
dikenal istilah penginapan besar (hotel) dan penginapan kecil (losmen).
Terjadinya Perang Dunia II yang disusul dengan pendudukan tentara
Jepang di Indonesia, menyebabkan keadaan pariwisata negeri ini menjadi
terlantar. Orang-orang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan perjalanan
dikarenakan tidak menentunya kondisi keamanan serta keadaan ekonomi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sulit. Keadaan akomodasi (hotel dan losmen) pada waktu itu sangat menyedihkan.
Banyak hotel yang diambil alih oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan rumah
sakit atau asrama. Sedangkan yang agak bagus ditempati oleh perwira-perwira
tentara Jepang sebagai tempat tinggal yang disebut Heitany Ryokan, seperti Hotel
Orange di Surabaya. Di tahun-tahun menjelang pihak Jepang kalah perang ketika
jatuhnya bom di Hirosyima dan Nagasaki, terjadi inflasi dimana-mana yang
menyebabkan dunia pariwisata menjadi macet dan usaha perhotelan menjadi mati
sama sekali.
Setelah Indonesia merdeka para pengusaha nasional pada saat itu
membentuk suatu asosiasi atau perkumpulan yang disebut dengan Organisasi
Perusahaan Sejenis (OPS) yang sekarang dikenal dengan Persatuan Hotel
Restoran Indonesia (PHRI). Pada saat itu sejumlah pimpinan hotel mengadakan
suatu rapat untuk pertama kalinya dan menetapkan pendirian suatu organisasi
perhotelan yaitu Badan Pusat Hotel Negara (BPHN) yang berpusat di Hotel
Merdeka Malang. Pada sidang KNIP berhasil mengeluarkan Maklumat No.1/H/47
tertanggal 1 Juli 1947 yang memutuskan perhotelan masuk dalam kementrian
Perhubungan dan disepakati membentuk suatu badan atau lembaga yang diberi
wewenang untuk melanjutkan tugas-tugas
pengusaha hotel bekas wilayah
Belanda. Badan ini bernama HONET (Hotel Negara dan Tourism).
Semua hotel-hotel yang bernaung di bawah pengelolaan HONET diganti
nama menjadi Hotel Merdeka yang diantaranya masih mempertahankan nama
tersebut hingga sekarang. Kemudian dengan adanya perjanjian KMB tahun 1949
yang menyatakan harta benda milik Belanda harus dikembalikan, maka sejak itu
HONET resmi dibubarkan. Tidak lama kemudian berdiri NV.HONET sebagai
satu-satunya badan usaha milik Indonesia dalam bidang perhotelan dan pariwisata
(Richard Sihite, 2000: 24-25).
Pada tahun 1952 beberapa tokoh perhotelan Indonesia mendirikan
organisasi bernama SERGANTI (Serikat Gabungan Hotel dan Tourism
Indonesia). Organisasi ini beranggotakan hampir seluruh hotel-hotel yang ada di
Indonesia dengan cabang-cabangnya yang berada di daerah. Tahun 1953 Bank
Industri Negara mendirikan suatu perseroan terbatas dengan nama PT. NATOUR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(National Hotels & Tourism Corp.Ltd). Perseroan ini memiliki hotel-hotel antara
lain Hotel Transaera, Hotel Prapat, Hotel Kuta Beach, serta hotel-hotel di seluruh
Irian Barat bekas pemerintahan Belanda.
Di Indonesia perkembangan usaha perhotelan modern diawali dengan
dibukanya Hotel Indonesia, yang lebih dikenal dengan singkatan H.I. di Jakarta
tahun 1962. Pada waktu itu hotel ini merupakan satu-satunya hotel bertaraf
Internasional di Indonesia. Kemudian berdiri Samudera Beach Hotel, Ambarukmo
Palace Hotel, Bali Beach Hotel, yang semuanya dimiliki oleh Perusahaan Negara
yakni PT HII (Hotel Indonesia Internasional). Pada tahun 1970-an baru muncul
hotel-hotel lain bertaraf internasional yang dimiliki oleh perusahaan swasta
nasional (Richard Sihite, 2000: 27).
5. Industri Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu kegiatan usaha yang terbentuk dalam suatu
proses yang dapat menciptakan suatu nilai tambah terhadap barang atau jasa yang
telah diproses sebagai produk, baik yang nyata (tangible product) maupun yang
tidak nyata (in-tangible product), berupa jasa pelayanan (Richard Sihite, 2000: 5).
Dalam dunia pariwisata, wisata ialah bepergian selama paling sedikit 24
jam sebagaimana ditetapkan oleh Komisi Teknik IUOTO (International Union of
Official Travel Organization) melalui PATA (Pacific Area Travel Association)
dan orang tersebut biasa disebut tourist (wisatawan) (Sulastiyono, 1999: 3).
Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi dimana perjalanan dilakukan,
wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Richard Sihite, 2000: 8) :
1). Wisatawan Asing (Foreign Tourist), yaitu orang asing yang melakukan
perjalanan wisata ke negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia
tinggal (wisatawan mancanegara).
2). Wisatawan Asing Domestik (Domestic Foreign Tourist), yaitu orang yang
berdiam atau bertempat tinggal di suatu Negara karena tugas, dan
melakukan kegiatan wisata di mana ia tinggal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3). Wisatawan Domestic (Domestic Tourist), yaitu seorang warga negara suatu
negara yag melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya
sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya (wisatawan nusantara).
4). Indigenous Foreign Tourist, yaitu warga negara suatu negara tertentu, yang
karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri kemudian pulang ke
negara asalnya sambil melakukan perjalanan wisata di negaranya sendiri.
5). Wisatawan Transit (Transit Tourist), yaitu wisatawan yang melakukan
kegiatan wisata dikarenakan singgah atas perjalanan yang telah dilakukan.
6). Wisatawan Bisnis (Business Tourist), yaitu orang yang melakukan
perjalanan wisata untuk tujuan bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan
wisata akan dilakukannya setelah tujuan utamanya selesai.
Wisata tidak hanya untuk mencari hiburan atau bersantai-santai saja,
melainkan untuk menikmati perjalanan, berekreasi, menyehatkan badan,
menghadiri pertemuan ilmiah, mengunjungi peristiwa olahraga, berkenalan
dengan kebudayaan lain, dsb.
Pariwisata merupakan gejala ekonomi karena adanya permintaan dari
pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa pariwisata (biro perjalanan,
penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai fasilitas terkait (Murphy
dalam Sulastiyono, 1999: 5).
Apabila seseorang mengadakan suatu perjalanan wisata, maka semenjak
meninggalkan rumah sampai ketempat tujuan wisata dan kembali ke rumah, ia
akan malalui 3 komponen utama dalam industri pariwisata, yaitu: (1) daerah
tujuan wisata dan atraksinya, (2) Transportasi, (3) Akomodasi (Richard Sihite,
2000: 10).
6. Akomodasi Sebagai Komponen Kepariwisataan
Akomodasi tidak dapat dipisahkan dari industri pariwisata, tanpa
kegiatan kepariwisataan usaha akomodasi akan sedikit pincang bahkan boleh
dikatakan lumpuh bilamana akomodasi yang dimaksud berada di daerah-daerah
tujuan wisata. Demikian juga sebaliknya, pariwisata tanpa sarana akomodasi
merupakan suatu hal yang tidak mungkin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini berarti bahwa hidup dan kehidupan usaha kepariwisataan
tergantung pada banyak sedikitnya wisatawan yang datang, dan berdampak
langsung pada kehidupan jasa penginapan atau akomodasi.
Memang tanpa akomodasi seseorang juga bisa melakukan perjalanan,
inilah yang menyebabkan ada yang beranggapan bahwa akomodasi itu bukan
sarana mutlak yang harus ada dalam kegiatan kepariwisataan. Anggapan demikian
dapat dibenarkan apabila orang yang melakukan perjalanan itu hanya untuk piknik
atau melakukan perjalanan kurang dari 24 jam. Orang tersebut cukup membawa
bekal makanan seperlunya tanpa mencari tempat untuk menginap.
Tetapi lain halnya bagi seorang wisatawan yang melakukan perjalanan
lebih dari 24 jam, akomodasi mutlak diperlukan agar ia dapat beristirahat, mandi
atau tinggal sementara selama berada di daerah kunjungannya. Apalagi bagi
mereka yang melakukan perjalanan wisata secara rombongan, baik untuk
mengunjungi obyek-obyek wisata, seminar, konferensi, dan lain-lain maka
akomodasi merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan (Richard Sihite, 2000:
43).
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Hotel Di Kota Surakarta
Faktor-faktor penentu pola sebaran dapat diketahui dengan menggunakan
analisis overlay beberapa peta dan juga network analysis. Asumsi yang digunakan
adalah bahwa pola sebaran hotel ditentukan beberapa faktor seperti aksesibilitas
dan juga harga lahan. Faktor aksesibilitas dapat dilihat dengan kedekatan dengan
jalur jaringan jalan yang ada, sementara untuk faktor harga lahan hanya ada satu
subfaktor yaitu kelas harga lahan.
1. Aksesibilitas Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
akomodasi seperti perhotelan. Berdasar pengamatan menunjukkan bahwa sebaran
hotel didaerah penelitian mengikuti jalur jaringan yang ada. Adanya jaringan jalan
merupakan kunci aksesibilitas suatu lokasi usaha perhotelan. Aksesibilitas disini
menunjukkan kemudahan dalam jangkauan utamanya jika patokannya dengan
jenis jalannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini karena berkaitan dengan pergerakan alus lalu-lintas yang
menghubungakan berbagai kawasan. Arus lalu-lintas tentunya dipengaruhi oleh
adanya hirarki fungsi jalannya. Hirarki fungsi jalan sesuai dengan UU No.13/
1980 Tentang Jalan yaitu Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal. Jenis jalan
yang digunakan untuk mengukur kedekatan suatu bangunan hotel dengan jalan
yaitu jalan arteri (primer maupun sekunder) dan jalan kolektor (primer maupun
sekunder).
Tidak semua hotel yang ada di daerah penelitian berada tepat di sisi jalan
arteri dan juga kolektor, namun juga di tepi jalan lain di luar kedua jalan tersebut.
Jalan lain biasanya berupa jalan lingkungan kawasan permukiman. Jalan lain
tentunya menuju atau mempunyai percabangan dengan fungsi jalan tersebut di
atas.
Jadi, jika suatu hotel berada di tepi jalan lain, maka dapat dipastikan
lokasi hotel tersebut mempunyai akses utama menuju pusat kegiatan dengan
melewati jalan arteri, kolektor ataupun jalan lokal. Fungsi jalan tersebut
digunakan sebagai akses utama suatu lokasi hotel.
2. Agihan Kelas Harga Lahan
Harga lahan merupakan suatu pengukuran atas lahan yang diukur
berdasarkan harga nominal dalam satuan mata uang untuk satuan luas pada pasar
lahan. Harga lahan berbeda antara lokasi satu dengan lainnya, tergantung faktor
kelengkapan fasilitas yang tersedia, dan kemudahan jangkauan. Harga lahan di
kota tentu jauh lebih tinggi daripada di pinggiran kota. Harga lahan akan menurun
seiring dengan bertambahnya jarak dari pusat kota. Wilayah tanpa sarana
transportasi juga akan memiliki harga lahan yang rendah.
8. Karakteristik Pengguna Hotel
Hotel sebagai suatu usaha akomodasi yang dikomersialkan merupakan
bagian yang integral dari usaha pariwisata yang tentu saja berkaitan langsung
dengan karakteristik penggunanya. Karakteristik pengguna layanan hotel
dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : tingkat pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan usia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tingkat pendidikan menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang dimaksud
dengan pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memenuhi kebutuhan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Soedomo Hadi (2003:193) tingkat pendidikan adalah tahap
pendidikan berkelanjutan yang didasarkan pada perkembangan anak (peserta
didik) dan keluasan bahasa pengajaran. Jadi tingkat pendidikan merupakan
jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seorang peserta didik sesuai dengan
tujuan dan kemampuan yang akan dikembangkan oleh seorang/peserta didik.
Tingkat pendidikan ini sifatnya berkelanjutan sehingga berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendapatan merupakan tujuan utama orang mencari pekerjaan sebab
dengan pendapatan seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan secara material.
Menurut Winardi (1996: 257) “Pendapatan adalah tingkat hidup seseorang
individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber
pendapatan lain”.
Menurut Azwini (1981: 25-28) dalam komposisi menurut umur dan jenis
kelamin ada empat konsep, definisi dan ukuran-ukuran yang perlu diketahui
sebagai berikut :
a) Umur tunggal
Yang dimaksud umur tunggal adalah umur seseorang yang dihitung
berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya.
Misalnya: jika sekarang berumur 17 tahun maka dalam pengertian diatas
dianggap berumur 17 tahun.
b)Rasio jenis kelamin
Adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk
perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Angka beban tanggungan
Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dan banyaknya
orang yang termasuk usia produktif (umur 15-64 tahun).
d)Umur meridian
Adalah umur yang membagi jumlah penduduk menjadu dua bagian dengan
jumlah yang sama. Bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua
lebih tua daripada umur meridian.
9. Pendekatan Keruangan Dalam Geografi
Pengkajian geografi secara umum dibedakan dalam dua hal, pertama
objek yang berkaitan dengan material dan kedua adalah objek formal. Obyek
material ilmu geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer, hidrosfer,
atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek formal geografi berupa pendekatan
(cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks
itu geografi memiliki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu
lain, pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial
approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan
kompleks
wilayah
(regional
complex
approach)
(http://www.Malang.ac.id/geografi.htm).
Pada penelitian ini pengkajian geografi dilakukan berdasarkan objek
formal yang menggunakan pendekatan analisa keruangan. Pendekatan keruangan
merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi
ruang sebagai penekanan. Menurut Yunus dalam Nasrullah (2006: 8) eksistensi
ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure),
pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Menurut Sumaatmadja
(1981) pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas geografi,
pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus tetap
berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku yaitu prinsip penyebaran,
interelasi, dan deskripsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut dalam analisa keruangan dipelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat-sifat penting yang diwujudkan dalam pertanyaan geografis seperti
yang dikemukakan oleh Bintarto (1991), yakni faktor-faktor apakah yang
menguasai pola penyebaran tersebut dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah
agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Sejalan dengan teori
tersebut maka dalam penelitian ini dipelajari mengenai pola keruangan hotel dan
pengetahuan akan faktor penyebab penyebarannya.
10. Analisis Keruangan
Pembahasan dalam analisis keruangan tertuju pada teori dan model
keruangan yang akan dipergunakan. Hal-hal yang menjadi fokus perhatian analisis
keruangan adalah mengenai lokasi, distribusi (penyebaran), difusi, dan interaksi
keruangan (Sumaatmadja, 1981: 11).
Lokasi akan memberikan penjelasan lebih jauh tentang tempat atau
daerah
yang
bersangkutan.
Lokasi
merupakan
variabel
yang
dapat
mengungkapkan berbagai hal tentang gejala yang dipelajari. Distribusi atau
penyebaran menjelaskan tentang kekhasan distribusi dari gejala-gejala di
permukaan bumi, sementara analisis interaksi dan difusi keruangan digunakan
untuk menjelaskan perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain.
Untuk menganalisis berbagai pola penyebaran gejala geografi dalam hal
ini adalah persebaran hotel maka dapat diterapkan analisis tetangga terdekat. Pada
dasarnya pola penyebaran itu dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu seragam
(uniform),
acak
(random),
mengelompok
(clustered)(Hagget,1970
dalam
Hardiyanto 2001: 8).
Pada hakekatnya analisis tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk daerah
antara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain tidak ada hambatanhambatan alamiah yang belum dapat teratasi misalnya jarak antara dua
pemukiman yang relatif dekat tetapi dipisahkan oleh suatu jurang. Oleh karena itu
analisis tetangga terdekat ini dapat diaplikasikan untuk analisis keruangan hotel
karena antara lokasi yang satu dengan yang lain tidak ada hambatan alamiah yang
berarti sehingga analisis ini sesuai untuk kajian pola distribusi hotel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Hardiyanto (2001) yang berjudul “Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Distribusi Fasilitas Telepon Kabel di Daerah Pinggiran
Yogyakarta” dengan unit analisis desa. Penelitian tersebut menggunakan metode
deskriptif dengan menyebar sejumlah angket serta melakukan wawancara tidak
berstruktur untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder didapat dari
pencatatan data yang dibutuhkan di instansi terkait guna pendukung hasil survei di
lapangan. Adapun analisis data dengan kuantitatif melalui tabel tunggal dan tabel
silang serta analisis korelasi dan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa fasilitas telepon cenderung mengelompok di daerah yang jumlah penduduk
besar. Variabel yang terbukti secara meyakinkan berpengaruh kuat terhadap
distribusi fasilitas telepon kabel yaitu jumlah perguruan tinggi, jumlah fasilitas
sosial, jumlah fasilitas ekonomi, jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk,
jarak dari pusat kota Yogyakarta, persentase luas lahan terbangun, persentase
penduduk yang berpendidikan tinggi serta persentase penduduk yang termasuk
keluarga sejahtera.
Disamping penelitian tersebut, peneliti juga menggunakan hasil
penelitian Fahmi Nasrullah (2006). Penelitian tersebut menggunakan metode
survei atau pengamatan dan pengukuran di lapangan berupa data primer sebagai
pelengkap dan sekunder yang didapatkan lewat studi instansi untuk memperkuat
hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis data dengan kuantitatif melalui
tabel frekuensi dan tabel silang serta statistik inferensi (regresi dan koefisien
kontingensi) yang ditunjang dengan analisis peta (analisis tetangga terdekat), dan
analisis kualitatif dengan studi kebijakan pemerintah dan beberapa literatur untuk
menjelaskan fenomena secara rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lokasi kantor cabang bank di perkotaan Jogjakarta cenderung mengelompok
dipusat-pusat perdagangan dan jasa dipusat kota dan utara kota (kecamatan
depok) karena pada lokasi tersebut strategis, ramai, aman dan mudah dijangkau.
Sebagai tempat terakumulasinya berbagai aktivitas baik ekonomi, sosial maupun
pendidikan tercapai. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik
nasabah dan kantor cabang yang dikunjungi sehingga tidak terbatas pada segmen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
usia, jenis kelamin maupun cara mencapai bank. Faktor geografis yang secara
signifikan mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank adalah indeks
persebaran kampus perguruan tinggi dan jarak dengan kampus. Kampus
perguruan tinggi dinilai memiliki kemampuan untuk mendorong terbentuknya
kluster kegiatan bisnis disekitarnya. Arahan pengembangan lokasi kantor cabang
bank diharapkan akan beralih keluar Kota Jogjakarta yaitu wilayah pinggiran di
utara dan timur laut kota mengikuti arah perkembangan perguruan tinggi dan
permukiman.
Tabel 1. Penelitian yang Relevan
No
1
Peneliti, tahun
penelitian
Fahmi
2006
Nasrullah,
Judul
penelitian
Kajian
Tujuan
Pola
1. Mengetahui
Persebaran
persebaran
Keruangan
cabang
Kantor Cabang
Perbankan
di
Metode
pola
kantor
bank
di
perkotaan Yogyakarta.
2. Mengetahui faktor yang
Metode
survei
Hasil
1. Lokasi kantor cabang bank
di
perkotaan
cenderung
jogjakarta
mengelompok
didipusat-pusat perdagangan
dan jasa dipusat kota dan
Perkotaan
mempengaruhi
pola
utara kota (Kec. Depok)
Yogyakarta
sebaran kantor cabang
karema pada lokasi tersebut
bank
strategis, ramai, aman dan
di
perkotaan
mudah dijangkau.
Yogyakarta.
3. Menentukan
pengembangan
arahan
lokasi
2. Tidak
yang
terdapat
signifikan
hubungan
antara
kantor cabang bank di
karakteristik nasabah dan
Perkotaan Yogyakarta.
kantor
cabang
yang
dikunjungi sehingga tidak
terbatas pada segmen usia,
jenis kelamin maupun cara
mencapai bank.
3. Faktor geografis yang secara
signifikan
mempengaruhi
pola sebaran kantor cabang
bank
adalah
persebaran
indeks
kampus
perguruan tinggi dan jarak
dengan kampus.
4. Arahan
pengembangan
lokasi kantor cabang bank
diharapkan akan beralih ke
luar kota jogjakarta yaitu
wilayah pinggiran di utara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan
timur
laut
kota
mengikuti
arah
perkembangan
perguruan
tinggi dan permukiman.
2
Aris Susanto, 2008
Distribusi
Mengetahui distribusi hotel
Metode
Hotel di Kota
di Kota Surakarta.
deskriptif
Surakarta
Mengetahui pola distribusi
Tahun 2008
hotel di Kota Surakarta.
Mengetahui karakteristik
pengguna (penginap) hotel
di Kota Surakarta.
Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi
distribusi hotel di kota
Surakarta.
3
Hardiyanto, 2001
(1)Berdasarkan
kelas
hotel
distribusinya banyak terdapat di
Kecamatan Banjarsari dengan
persentase hotel kelas non
bintang (melati) lebih besar
dibandingkan hotel dengan kelas
bintang,(2)Berdasarkan analisis
tetangga terdekat pola distribusi
spasial hotel di Kota Surakarta
cenderung
mengelompok
(cluster),(3)Aksesibilitas lokasi
dan agihan kelas harga lahan
sangat
berpengaruh
dalam
penentuan lokasi hotel oleh
pihak
pengembang,(4)Karakteristik
penginap hotel berdasarkan
tingkat pendidikan SMA dan S1
memiliki jumlah lebih besar
dibandingkan dengan tingkat
pendidikan lain.
Faktor-faktor
Mengetahui faktor-faktor
Metode
1.Fasilitas telepon cenderung
Yang
yang berpengaruh terhadap
deskriptif
mengelompok di daerah yang
Mempengaruhi
distribusi fasilitas telepon
jumlah penduduk besar.
Distribusi
kabel di pinggiran
2.Variabel yang terbukti secara
Fasilitas
Yogyakarta
meyakinkan berpengaruh kuat
Telepon Kabel
terhadap
di
telepon
Daerah
distribusi
kabel
yaitu
fasilitas
jumlah
Pinggiran
perguruan tinggi, jumlah fasilitas
Yogyakarta
sosial, jumlah fasilitas ekonomi,
jumlah
penduduk,
tingkat
kepadatan penduduk, jarak dari
pusat
kota
Yogyakarta,
persentase luas lahan terbangun,
persentase
berpendidikan
persentase
penduduk
yang
tinggi
serta
penduduk
yang
termasuk keluarga sejahtera.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman
serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial, berfungsi
sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan) sebagai
tempat tinggal sementara selama jauh dari tempat asalnya sehingga hotel sering
disebut rumah kedua bagi para wisatawan. Menurut klasifikasi, hotel dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu hotel bintang dan non bintang.
Berdasar pengukuran di lapangan, di Kota Surakarta terdapat 119 buah
hotel baik bertaraf bintang maupun non bintang. Hal ini mengindikasikan sektor
perhotelan di Kota Surakarta semakin berkembang sehingga perlu dilakukan
kajian keruangannya. Jumlah hotel yang berjumlah banyak dan tersebar di banyak
lokasi tersebut keberadaannya akan menunjukkan suatu pola sebaran tertentu.
Untuk mengetahui pola sebaran hotel secara spasial diperlukan data tentang nama
dan lokasinya.
Pola sebaran hotel tersebut dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif
misalnya dengan analisis tetangga terdekat, jadi dapat diketahui apakah polanya
seragam, acak, atau mengelompok. Gambaran pola sebaran hotel nantinya akan
dituangkan ke dalam sebuah peta sehingga diharapkan dapat digunakan untuk
evaluasi efisiensi pemanfaatan ruang di daerah penelitian. Oleh karena itu, pola
sebaran hotel penting untuk diketahui dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
ruang.
Sasaran dari pengguna (penginap) hotel adalah manusia yang memiliki
karakteristik tertentu. Dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh pengguna
hotel, pengusaha hotel memiliki pertimbangan dalam pemilihan lokasi pendirian
hotel. Karakter penginap yang berbeda serta faktor pemilihan lokasi pendirian
hotel akan mempengaruhi jumlah penggunanya.
Perbedaan karakteristik pengguna hotel dapat ditinjau dari tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan umur. Para pengguna jasa hotel tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya, dan inilah pada
akhirnya yang menentukan preferensinya dalam memilih hotel. Dari karakteristik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut jika diklasifikasikan dan dikaji lebih lanjut merupakan langkah efektif
untuk mendapatkan keuntungan lebih besar lagi bagi pihak hotel. Analisis yang
digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna / penginap adalah analisis
tabel silang.
Menurut pengamatan sementara, tampaknya hotel yang ada di daerah
penelitian (terutama yang berlokasi di daerah pinggiran kota) menampilkan pola
tertentu sesuai dengan kemampuan pengembang untuk memperoleh tanah dengan
harga terjangkau. Pengembang memang sangat berperan dalam menentukan lokasi
sebuah hotel. Pemilihan lokasi pembangunan hotel dapat memberikan gambaran
pola persebarannya, tentunya dalam membangun hotel juga digunakan asumsi
tertentu. Asumsi tersebut berdasar pada beberapa indikator wilayah seperti
aksesebilitas, lokasi dan harga lahan. Dalam hal ini, variabel harga lahan dinilai
lebih banyak berpengaruh dalam sebaran hotel. Hal itu karena pengembang dalam
membangun hotel berorientasi bisnis sehingga dipilihlah lokasi hotel dengan
harga lahan yang relatif murah dengan lokasi yang strategis agar mendapat
keuntungan besar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram alir kerangka pemikiran
pada Gambar 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klasifikasi Hotel
Hotel Bintang
Hotel Nonbintang
Perkembangan Dalam Jumlah dan Persebaran
Distribusi
Hotel
Pola
Distribusi Hotel
Preferensi Lokasi dan Segmentasi Pasar
Oleh Pengusaha
Faktor - Faktor
yang
Mempengaruhi
Distribusi Hotel
Karakteristik
Penginap
Hotel
~ Distribusi Hotel
~ Pola Distribusi hotel
~ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi
Hotel
~ Karaketeristik Pengguna Hotel
Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah dengan
obyek penelitian seluruh hotel yang secara administratif terletak di wilayah
tersebut. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan karena perkembangan
jumlah hotelnya yang cukup pesat dan banyaknya lokasi hotel yang cenderung
mengelompok di tempat-tempat tertentu di Kota Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian ini selama 1 tahun 2 bulan terhitung sejak
Agustus 2008 sampai dengan September 2009. Adapun jadwal penelitian dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Jadwal Penelitian
Jenis
Kegiatan
Waktu
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agust ’09 -
’08
‘08
‘08
‘08
‘08
‘09
‘09
‘09
‘09
‘09
‘09
‘09
Jan‘11
Tahap
Persiapan
Penyusunan
Poposal
Penyusunan
Instrumen
Penelitian
Pengumpul
an Data
Analisis
Data
Penyusunan
Laporan
Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Mardalis (2002: 24) mengemukakan bahwa “Metode diartikan sebagai
suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Penelitian itu
sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan
untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan
sistematis untuk mewujudkan kebenaran”.
Nawawi (1983: 62) mengemukakan bahwa “Metode deskriptif adalah
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek atau
obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.
Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif sedangkan strategi
yang
digunakan
dalam
penelitian
dengan
metode
deskriptif
untuk
mendeskripsikan pola persebaran hotel, faktor-faktor yang berpengaruh atau
mempengaruhi lokasi hotel, serta karakteristik pengguna hotel di Kota Surakarta
tahun 2008.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas
atau tidak terbatas Tika (1997: 32). Jadi, populasi adalah semua individu atau
obyek yang menjadi sumber pengambilan sampel yang banyaknya terbatas atau
tidak terbatas.
Penelitian ini adalah penelitian populasi untuk mengetahui distribusi
spasial hotel. Jumlah hotel di Kota Surakarta tahun 2008 yaitu 119 buah yang
tersebar di berbagai tempat di Kota Surakarta
Sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti, tidak ada peraturan
yang mutlak dalam penentuan berapa besarnya sampel yang akan diambil dalam
suatu penelitian. Menurut Mardalis (2002: 55) bahwa “sampel adalah sebagian
dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian”. Tujuan penentuan sampel
adalah untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan
untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam menentukan sampel
hendaknya dipenuhi syarat-syarat utama dalam menentukannya didalam penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
artinya bahwa sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah
dikemukakan.
Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling atau sampel
bertujuan. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mengetahui karakteristik
penginap hotel dilihat dari segi umur, pendidikan dan pekerjaan. Besarnya sampel
penelitian menurut Arikunto (2002: 112), apabila subyek penelitian kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika jumlah subyek penelitian lebih besar dari 100 dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan jumlah rata-rata
pengunjung hotel baik bintang maupun non bintang (melati) perharinya, maka
jumlah sampel yang diambil sebanyak 10% atau berjumlah 88 sampel.
Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya
alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu
bahwa peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2. Subyek yang dambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key
subjects).
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
D. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab
tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Untuk mendapat data yang
diperlukan dan lengkap perlu instansi atau badan resmi yang berwenang di
bidangnya. Instansi yang berwenang mengeluarkan data atau memberikan
informasi yang berkaitan dengan hotel adalah Badan Perwakilan Cabang
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( BPC PHRI) Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang
diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997: 67). Data primer
dalam penelitian ini meliputi: lokasi hotel secara spasial di Kota Surakarta yang
diperoleh melalui pengukuran menggunakan GPS di lapangan, wawancara dengan
Ketua BPC PHRI Surakarta guna memperoleh gambaran seputar perkembangan
hotel di Kota Surakarta, wawancara dengan pengelola hotel (terkait data jumlah
pengguna/penginap perhari, fasilitas yang tersedia, jumlah kamar, preferensi
pemilihan lokasi pendirian hotel ) dan kuisioner untuk mengetahui karakteristik
pengguna hotel .
2. Data Sekunder
Merupakan data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu
sesungguhnya adalah data yang asli (Tika, 1997: 67).
Tabel 3. Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian
No
1
Jenis Data
Peta
Rupabumi
Indonesia
(RBI) Sekunder
Sumber Data
Bakosurtanal
lembar 1408-343 (sumber data)
2
3
Penggunaan Lahan Kota Surakarta Sekunder
Kompilasi RBI,
(sumber data)
Google Earth
Kependudukan
Sekunder
BPS
Kota
Surakarta
4
Nama dan Alamat Hotel
Sekunder
BPC PHRI Kota
Surakarta
5
Lokasi (koordinat) Hotel
Primer
Ploting GPS
6
Jumlah penginap Hotel
Sekunder
Hotel
7
Karakteristik penginap Hotel
Primer
Kuisioner
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang
ada pada obyek penelitian.
Sasaran observasi lapangan pada penelitian ini adalah lokasi hotel di
Kota Surakarta. Data diperoleh dengan cara peneliti mendatangi satu persatu hotel
di Kota Surakarta berbekal data nama dan alamat hotel-hotel tersebut yang didapat
dari BPC PHRI. Tiap kali sampai di suatu lokasi hotel, peneliti mencatat
koordinat bujur dan lintang yang ditunjukkan oleh GPS (Global Positioning
System). Hal ini bertujuan untuk memperoleh data titik koordinat dari masingmasing hotel, kemudian data titik koordinat tersebut diplotkan pada Peta Rupa
Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Sheet 1408-343 lembar Surakarta sebagai peta
dasar.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan
dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengutip pada
sumber data yang telah tersedia. Nawawi (1995: 95) mengemukakan definisi
teknik dokumentasi yaitu :
”Cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan
klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian,
baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain”.
Dalam penelitian ini sumber tertulis berdasarkan dokumen meliputi data
kependudukan dari BPS Kota Surakarta, data nama dan alamat hotel dari BPC
PHRI Kota Surakarta.
3. Wawancara
Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “Wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”.
Wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur di mana
responden berdasarkan yang dipilih saja karena sifat-sifatnya yang khas dan
biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi serta lebih
mengetahui informasi yang diperlukan. Pertanyaan yang diajukan disusun lebih
dahulu, untuk membatasi topik bahasan dan efektifitas waktu . Pelaksanaan tanya
jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari namun tetap dalam batas
materi yang diiinginkan. Wawancara pada penelitian guna memperoleh data yang
lengkap lebih baik dan dapat dipercaya. Wawancara dilakukan dengan pengelola
hotel baik bintang dan non bintang di Kota Surakarta untuk terkait data jumlah
pengguna/penginap perhari dan preferensi pemilihan lokasi pendirian hotel
(lampiran 4).
4. Kuisioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:140). Cara pengumpulan data dengan
tertulis seperti ini biasa disebut dengan teknik angket. Teknik angket dilakukan
terutama untuk memperoleh data yang banyak dalam waktu yang singkat.
Angket pada penelitian digunakan untuk mengetahui karakteristik
pengguna hotel di Kota Surakarta ditinjau dari faktor usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan (lampiran 5)
F. Analisis Data
Patton dalam Moleong (1990: 103) bependapat bahwa “Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar”.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder
dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudian diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data yang perlu dianalisis
adalah :
1. Analisis Distribusi Spasial Hotel
Distribusi hotel pada tahun 2008 dapat diketahui dengan menggunakan
analisis peta yaitu peta distribusi hotel di Kota Surakarta. Peta ini menggambarkan
adanya perbedaan lokasi pendirian hotel yang ada di kota Surakarta. Keberadaan
hotel yang ada di Kota Surakarta sebagian besar cenderung mengelompok di
kawasan simpul transportasi yaitu di kawasan Stasiun Balapan dan Terminal
Tirtonadi.
Menurut
hasil
penelitian
yang
dilakukan
terkait
dengan
pengelompokan tersebut adalah para pengusaha berusaha mencari harga lahan
yang relatif lebih murah dibanding pusat kota yang ketersediaan lahannya
semakin terbatas. Alasan lain yaitu kemudahan akses yang dimiliki kawasan
simpul transportasi.
2. Analisis Pola Persebaran Hotel
Setelah diketahui sebaran hotel di wilayah penelitian kemudian
dilakukan analisis lebih lanjut (analisis tetangga terdekat) untuk mengetahui pola
distribusi hotel dengan menggunakan formula : (Bintarto dan Surastopo
Hadisumarno ( 1979: 75)
T
ju
jh
T = indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat.
Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
Berdasarkan analisis tetangga terdekat dapat dibandingkan pola
distribusi hotel pada tiap kecamatan sehingga akan diketahui pola distribusinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.Analisis Karakteristik Pengguna/Penginap Hotel
Untuk mengetahui karakteristik pengunjung hotel digunakan angket,
setelah hasil angket diperoleh lalu dimasukkan dalam tabel silang yang
menunjukkan persebaran data hasil angket yang berupa karakteristik pengunjung
hotel dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Analisis
yang digunakan adalah analisis tabel silang.
4. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Hotel
Dalam menentukan faktor yang berpengaruh atau mempengaruhi lokasi
suatu hotel, dilakukan malalui wawancara dengan pengelola hotel seputar
preferensi lokasi pendirian usahanya. Hasil yang di dapat menunjukkan secara
khusus faktor yang berpengaruh yaitu aksesibilitas lokasi dan harga lahan. Dengan
asumsi demikian kemudian dilakukan overlay beberapa peta dan juga network
analysis.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran
tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang
terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian
b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan
c. Survei ketersediaan data
d. Studi pustaka
2. Penyusunan Proposal
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu
berupa kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi
penelitian.
3. Penyusunan Instrumen
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan alat
penelitian yang diantaranya adalah menyusun daftar pertanyaan dalam kuesioner
yang akan diberikan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebut digunakan
untuk mengetahui karakteristik pengguna hotel. Data lokasi persebaran diperoleh
dari data lapangan berupa tabel titik-titik lokasi absolut berupa lintang dan bujur
dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Dari sebaran titik-titik
lokasi absolut tersebut dapat diketahui pola persebaran hotel di Kota Surakarta.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data
melalui studi dokumen dan observasi di lapangan.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk kepentingan
analisis data, setelah data terkumpul ditabulasi silang untuk mengetahui
kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah diketahui
kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif.
6. Penulisan Laporan
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil
penelitian yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang karakteristik
pengguna hotel berdasarkan usia, tingkat pendidikan,pekerjan, dan pendapatan,
selain itu dijelaskan pula persebaran, pola persebaran serta faktor-faktor yang
mempengaruhi persebaran hotel. Laporan yang ditulis selanjutnya dilengkapi atau
disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan gambar disertai peta daerah penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas, dan Batas
a. Letak
Daerah penelitian adalah Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota
administrasi yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta secara
ekonomi terletak pada tiga pusat pertumbuhan kota besar yaitu Kota Semarang,
Kota Yogyakarta dan Kota Surabaya. Berdasarkan letak astronomisnya Kota
Surakarta berada antara 70 35’ LS sampai 70 56’ LS dan 1100 45’ 15” BT sampai
1100 45’ 35” BT.
b. Luas
Kota Surakarta mempunyai luas wilayah 4404 Ha atau 44,04 Km2 yang
terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Terbagi
dalam 51 Kelurahan mencakup 592 RW dan 2.644 RT, dengan jumlah KK
sebanyak 127.742 KK, untuk jelasnya lihat Tabel 4.
Tabel 4. Luas dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan Kepala
Keluarga di Kota Surakarta Tahun 2008
N
o
Kecamatan
Luas (Km2)
Kelurahan
RW
RT
KK
1
Laweyan
8,64
11
105
451
22.864
2
Serengan
3,19
7
75
332
15.020
3
Pasar Kliwon
4,82
9
100
424
20.242
4
Jebres
12,58
11
145
605
31.870
5
Banjarsari
14,81
13
167
832
37.746
Jumlah
44,04
51
592
2.644
127.742
Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 (BPS Kota Surakarta)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Batas
Kota Surakarta secara administratif mempunyai batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Utara
: Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar.
Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar,
dan Kabupaten Boyolali.
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi kota Surakarta dapat
dilihat pada Peta 1. Peta ini menampilkan kondisi secara fisiktrasi seperti letak
secara astronomis, batas kota, batas kecamatan, batas kelurahan, serta lokasi
kantor pemerintah kecamatan, lokasi kantor pemerintahan kelurahan, sungai,
jalan, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data sekunder yang dimuat Surakarta Dalam Angka Tahun
2008, diketahui bahwa secara umum penggunaan lahan di Kota Surakarta
sebagian besar berupa lahan terbangun. Lahan terbangun tersebut berupa
permukiman maupun fasilitas-fasilitas lainnya, seperti fasilitas jasa, perusahaan,
dan industri. Sebaliknya keberadaan lahan belum terbangun berupa tanah kosong,
tegalan, maupun persawahan sudah terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan lahan non pertanian lebih luas dari pada penggunaan lahan pertanian.
Dari penggunaan lahan yang telah disebutkan dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu bangunan, sawah, tegalan, lain-lain, seperti dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Luas Penggunaan Lahan (Km2) Menurut Jenisnya di Kota
Surakarta Tahun 2008
No
Nama
Luas
Kecamatan
Wilayah
Sawah
Tegalan
Bangunan
Lainlain
1
Laweyan
8,63
0,45
-
7,30
0,89
2
Serengan
3,19
-
-
2,64
0,56
3
Pasar Kliwon
4,82
0,03
-
3,96
0,82
4
Jebres
12,58
0,21
0,89
9,55
1,93
5
Banjarsari
14,81
0,88
0,02
11,88
2,03
Jumlah
44,04
1,57
0,91
35,33
6,23
Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 (BPS Kota Surakarta)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kota
Surakarta didominasi oleh bangunan yaitu sekitar 35,33 km2 dari luas wilayah
Kota Surakarta sebesar 44,04 km2 dan sisanya merupakan penggunaan lahan
untuk sawah, tegalan dan lain-lain. Untuk memperjelas penggunaan lahan kota
Surakarta, berikut ini disajikan Peta 2 yang menggambarkan detail kenampakan
yang ada dengan skala 1 : 40.000.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kondisi Fisik
a. Hidrologi
Air tanah yang mempunyai potensi cukup besar di Kota Surakarta adalah
air tanah bebas, yang saat ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Ketersediaan air tanah dangkal sebagai sumber air bagi
kepentingan penduduk sehari-hari merupakan faktor yang perlu diperhatikan dan
merupakan salah satu kriteria kemampuan lahan.
Air tanah dangkal yang mengisi langsung daerah penelitian dan
sekitarnya, ketersediaannya sangat bergantung dari kondisi permukaannya, yaitu :
1). Besarnya curah hujan.
2). Bentuk bentanglahan.
3). Jenis dan sifat fisik tanah/batuan.
4). Luas penutup lahan dan vegetasi.
Bentuk bentanglahan yang menguntungkan bagi ketersediaan air tanah adalah
bentuk dataran atau pada bagian lembah yang cukupluas. Menurut jenis dan
sifat fisik tanah/batuan, daerah yang mempunyai potensi air tanah dangkal
tinggi adalah pada daerah dengan tanah/batuan yang mempunyai derajat
kelulusan tinggi.
Sungai alam yang terdapat di Kota Surakarta antara lain :
1). Bengawan solo yaitu sungai alam yang membelah wilayah Kota Surakarta
dengan Kabupaten Karanganyar. Pada saat-saat tertentu,biasanya pada
musim penghujan, sungai ini sering meluap ke daerah sekitarnya, bahkan
mencapai radius ratusan meter dari induk sungainya.
2). Sungai Anyar yaitu sungai yang berada disebelah utara Kota Surakarta
yang mengalir ke induk sungai (Bengawan Solo)
3). Sungai Pepe yaitu sungai yang terletak di bagian tengah Kota Surakarta
yang mengalir ke induk sungai (Bengawan Solo)
4). Sungai Jenes yaitu sungai yang berada disebelah selatan Kota Surakarta
yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Geomorfologi dan geologi
Kota Surakarta terletak diantara Gunungapi Merapi dan Gunungapi Lawu
sehingga merupakan daerah relative datar. Kota Surakarta bagian utara dan timur
merupakan daerah yang berombak sampai bergelombang. Kemiringan lereng Kota
Surakarta adalah 0-15 %. Elevasi permukaan tanah tertinggi 108 dan terendah 86
meter di atas permukaan air laut. Kemiringan muka tanah yaitu kurang lebih 0,85o
ke selatan. Kota Surakarta bagian selatan (Kecamatan Serengan dan Kecamatan
Pasar Kliwon) secara fisik berelief datar, elevasi permukaan tertinggi 98 dan
terendah 86 meter di atas permukaan air laut (pada bagian timur). Kemiringan
muka tanah kecil sekali yakni sebesar 0,14o ke arah timur. Bagian terendah berada
di bagian tepi barat Bengawan Solo dan merupakan dataran banjir.
Bemmelen (dalam Bappeda Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah
Kotamadya Dati II Surakarta, 1998: II-4) mengklasifikasikan Kota Surakarta
dalam Zone Solo yang terbagi menjadi tiga sub-zone, yaitu :
1). Di bagian Utara Kota Surakarta terdapat Sub-zone Ngawi.
2). Di bagian Selatan Kota Surakarta terdapat Sub-zone Blitar.
3). Di bagian Timur Kota Surakarta terdapat Sub-Zone Solo Sensustrichto.
Klasifikasi tersebut mengelompokkan Kota Surakarta termasuk dalam
zone Solo sensustrichto. Zone ini merupakan depresi sinklinal yang pada bagian
utara dibatasi pegunungan Kendeng, sebelah timur dibatasi oleh Gunungapi Lawu
dan sebelah barat dibatasi oleh Gunungapi Merapi.
c. Tanah
Persebaran tanah yang ada di Kota Surakarta berdasarkan peta tanah dari
Bappeda skala 1 : 10.000 dengan sumber macam tanah skala 1 : 250.000 yang
disusun oleh Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor adalah asosiatif grumosol
kelabu tuan dan mediteran coklat kemerahan, alluvial coklat kelabu dan regosol
kelabu.
Persebaran untuk asosiasi grumosol kelabu tua dan mediteran coklat
kemerahan terdapat di Kota Surakarta bagian utara. Bahan induk tanah ini adalah
vulkan intermediate. Tanah alluvial coklat kelabu terdapat disepanjang Bengawan
Solo. Bahan induk tanah ini adalah endapan vulkan. Tanah regosol kelabu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat di Kota Surakarta bagian utara di bagian barat dan selatan. Bahan induk
tanah berasal dari abu/pasir vulkan intermediate. Jenis tanah di Kota Surakarta ada
lima jenis yaitu Regosol, Alluvial, Grumosol, Mediteran, dan Litosol.
d. Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata daerah yang cukup luas serta
berlangsung dalam waktu yang relatif lama minimal 10 tahun dan maksimal 30
tahun. Iklim suatu tempat terbentuk dari berbagai unsur seperti tekanan udara,
kelembaban udara, curah hujan, penguapan, tingkat keawanan dan radiasi.
Perbedaan iklim di berbagai tempat pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan
dalam faktor letak, jarak, ketinggian tempat, keadaan morfologi, jenis tanah serta
vegetasi penutup lahan. Curah hujan mempunyai pengaruh yang cukup besar
dalam menentukan iklim suatu daerah. Berkaitan dengan hal tersebut untuk
menentukan tipe curah hujan daerah penelitian digunakan dasar teori dari Schmidt
& Ferguson. Dalam perhitungannya dapat digunakan formula sebagai berikut :
Q = nilai rata-rata bulan kering / nilai rata-rata bulan basah x 100%
Keterangan :
Q = Quontient
Bulan kering = bulan yang rata-rata curah hujannya kurang dari 60 mm.
Bulan basah = bulan yang rata-rata curah hujannya lebih dari 100 mm.
Bulan lembab = bulan yang rata-rata curah hujannya antara 60-100 mm.
Berdasarkan nilai Q yang diperoleh menurut Schmidt & Ferguson
digolongkan tipe curah hujan menjadi delapan tipe seperti dapat dilihat dibawah
ini.
Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt & Ferguson
No
Tipe Curah Hujan
Sifat Curah Hujan
1
A
Sangat basah
0
2
B
Basah
14,3%
3
C
Agak basah
33,3%
4
D
Sedang
60,0%
commit to user
Nilai Q (%)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
E
Agak kering
100%
6
F
Kering
167%
7
G
Sangat kering
300%
8
H
Luar biasa kering
700%
Untuk mengetahui tipe iklim dan curah hujan daerah penelitian dapat
dilihat dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir di Kota Surakarta yang
diperoleh dari Dinas Pertanian setempat. Dengan mengacu dari klasifikasi tipe
curah hujan menurut Schmidt & Ferguson yang menggunakan rasio yaitu
perbandingan antara angka rata-rata bulan kering dan bulan basah sebagai dasar
klasifikasinya, maka curah hujan di Kota Surakarta dapat diketahui pada Tabel 6.
Tabel 6. Besarnya Curah Hujan di Kota Surakarta Tahun 1999-2008
RataNo.
Curah Hujan (mm)
Jumlah
rata
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
(mm)
(mm)
Bulan
1 Januari
451
431
364
219
578
439
254
400
482
484
4102
410.2
2 Februari
765
549
354
607
408
457
302
238
460
377
4517
451.7
3 Maret
713
481
278
70
409
308
400
435
416
223
3733
373.3
4 April
235
305
105
102
180
178
206
395
284
59
2049
204.9
5 Mei
137
135
103
76
217
93
29
196
36
103
1125
112.5
6 Juni
0
140
65
2
6
15
30
0
74
27
359
35.9
7 Juli
0
26
61
8
106
26
8
11
0
0
246
24.6
8 Agustus
0
2
141
0
10
6
72
8
10
0
249
24.9
9 September
0
87
32
0
9
32
128
30
0
19
337
33.7
76
201
215
3
64
230
201
115
8
165
1278
127.8
11 November
283
247
298
228
348
187
96
174
143
260
2264
226.4
12 Desember
216
187
184
233
281
346
85
131
306
180
2149
214.9
10 Oktober
Jumlah
2876 2791 2200 1548 2616 2317 1811 2133 2219 1897
22408 2240.8
Bulan Basah
7
9
9
5
8
7
6
8
6
7
72
7.2
Bulan Kering
4
2
1
5
3
4
3
4
5
5
36
3.6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Q = 3,6 / 7,2 x 100% = 50%
Berdasarkan nilai Q di atas, maka keadaan curah hujan di Kota Surakarta
menurut Schmidt & Ferguson adalah Tipe C yang sifatnya agak basah dan
mempunyai syarat nilai Q antara 33,3% sampai dengan 60,0%. Tipe curah hujan
menurut Schmidt & Ferguson dapat dilihat pada Gambar 2.
12
11
700%
10
300%
9
8
Nilai Q
167%
7
100%
6
5
60%
4
(3,6. 7,2)
33,3%
3
2
14,3%
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nilai Rata-rata Bulan Basah
Gambar 2. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Ferguson
3. Kondisi Sosial
Untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi sosial di Kota
Surakarta, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran
penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Menurut data yang dimuat Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 jumlah
penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 561.464 jiwa, terdiri dari 276.900 jiwa
penduduk laki-laki dan 284.564 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 5
kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Untuk
lebih jelasnya jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008
No
Nama Kecamatan
Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
Laweyan
8,63
111.220
2
Serengan
3,19
62.019
3
Pasar kliwon
4,82
81.249
4
Jebres
12,58
145.486
5
Banjarsari
14,81
161.490
44,04
561.464
Jumlah
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Surakarta)
Dari Tabel 7 di atas ditunjukkan bahwa Kecamatan Banjarsari
mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 161.490 jiwa atau 28,73%, sedangkan
yang mempunyai jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Serengan yaitu
sebesar 62.019 jiwa atau 11,21% sebab luas wilayahnya juga paling kecil.
b. Kepadatan Penduduk
Untuk mengetahui kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah penduduk dengan luas daerah
yang ditempati, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk = ------------------------Luas Wilayah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 7 dapat dihitung kepadatan penduduk di Kecamatan
Jebres sebagai berikut :
Kepadatan penduduk =
= 12.748 Jiwa/Km2
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 tentang komposisi penduduk
dan tingkat kepadatan tiap Kecamatan.
Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008
No
Nama Kecamatan
Luas
Jumlah
Kepadatan
Wilayah
Penduduk
Penduduk
(Km2)
(jiwa)
(Jiwa/Km2)
1
Laweyan
8,63
111.220
12.665
2
Serengan
3,19
62.019
19.748
3
Pasar kliwon
4,82
81.249
18.100
4
Jebres
12,58
145.486
11.157
5
Banjarsari
14,81
161.490
10.902
44,04
561.464
72.572
Jumlah
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Surakarta)
Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 sebesar 561.464 jiwa,
sedangkan jumlah tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta sebesar 72.572
jiwa/km2. Jumlah kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Serengan yaitu
sebanyak 19.748 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan
Banjarsari yaitu 10.902 jiwa/km².
Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik
pada suatu daerah pada Tabel 9 .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk
No
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
1
Keterangan
Sangat rendah
2
101 – 500
Rendah
3
501 – 1000
Sedang
4
1001 – 2000
Tinggi
5
2001 – 3000
Sangat Tinggi
6
Tinggi Sekali
Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk
dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi
sekali dengan
kepadatan penduduk yaitu >3000 jiwa/km².
c. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat
berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama.
Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi
kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan.
Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau ada relevansi
dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian.
1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel
yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan diketahuinya
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat digunakan
untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan dapat
digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijakan
pemerintah yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan,
penyusunan kebijakan penduduk seperti masalah keluarga berencana dan
masalah ketenagakerjaan. Selain itu dengan mengetahui komposisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin diharapkan dapat diketahui
penduduk baik yang belum produktif, produktif maupun yang sudah tidak
produktif lagi.
Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin di Kota Surakarta pada Tabel 10 .
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota
Surakarta Tahun 2008.
Kelompok
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Umur (Tahun)
Jiwa
%
Jiwa
%
Jiwa
0–9
20303
29,3
20825
29,2
41128
29,3
10 – 19
13285
19,2
13933
19,6
27218
19,4
20 – 29
14415
20,8
15013
21,1
29428
21,0
30 – 39
6788
9,8
6960
9,8
13748
9,8
40 – 49
5773
8,3
6067
8,5
11840
8,4
50 – 59
4965
7,2
5312
7,4
10277
7,2
> 60
3747
5,4
3135
4,4
6882
4,9
Jumlah
69276
100,0
71235
100,0
140551
100,0
%
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008
Dari Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota
Srakarta menurut umur adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar
26850 jiwa (19%) dan terendah adalah kelompok umur > 60 tahun yaitu
sebesar 6882 jiwa (4,9%).
Jika dilihat dari jenis kelamin maka jumlah penduduk antara golongan
laki-laki dan perempuan rata-rata hampir sama. Meskipun jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta 2008
No Jenis Kelamin
Jumlah
Jiwa
%
1
Laki-laki
250432
49,29
2
Perempuan
311032
50,68
Jumlah
561464
100,00
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008
Berdasarkan Tabel 11, maka dapat diketahui bahwa penduduk di Kota
Surakarta adalah laki-laki dan perempuan, penduduk perempuan yaitu
sebesar 311032 (50,68%), sedangkan penduduk laki-laki sebesar 250432
(49,29%). Data tersebut dapat diketahui pada besarnya jenis kelamin atau
Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut:
Sex Ratio (SR) =
Keterangan :
SR = Rasio Jenis Kelamin
a = Jumlah Penduduk Laki-laki
b = Jumlah Penduduk Perempuan
Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin
penduduk di Kota Surakarta sebagai berikut :
Sex Ratio (SR) = 250432 x 100
311032
= 80
Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex Ratio
80 ini berarti bahwa untuk setiap 80 penduduk laki-laki sebanding dengan
100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat
menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut kekurangan
penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk
melaksanakan pembangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur,
berikut akan disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota
Surakarta menurut kelompok umur tahun 2008 dalam Tabel 12.
Tabel 12. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008
Kelompok
Penduduk
Penduduk
Rasio Jenis
Umur
Laki-laki
Perempuan
Kelamin
(Tahun)
(Jiwa)
(Jiwa)
(%)
0–9
20303
20825
97,5
10 – 19
13285
13933
95,3
20 – 29
14415
15013
96,0
30 – 39
6788
6960
97,5
40 – 49
5773
6067
95,1
50 – 59
4965
5312
93,4
> 60
3747
3135
119,5
Jumlah
69276
71235
97,2
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki,
sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100.
2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat dijadikan dasar
untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang sumberdaya manusianya.
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal yang sangat
berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia itu sendiri
maupun pembangunan ekonomi.
Pendidikan atau pembangunan diakui secara luas sebagai unsur
mendasar dari pembangunan manusia. Dengan mengetahui tingkat
pendidikan penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial
apa yang harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus
dikembangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Komposisi
digilib.uns.ac.id
penduduk
menurut
tingkat
pendidikan
adalah
pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang
belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi.
Komposisi penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui
tingkat kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan.
Pendidikan
sangat
penting karena dapat
berpengaruh
terhadap
perkembangan diri seseorang, dengan pendidikan dapat mendewasakan
seseorang karena dengan adanya pendidikan maka secara langsung akan
menghadapi banyak permasalahan baik di lingkungan maupun masalah
yang diberikan oleh pendidik.
Suatu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga dapat
memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah, tingkat
pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status sosial
masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir
dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga berhubungan
dengan pemilihan jenis aktivitas di luar sektor pertanian.
Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan di Kecamatan Jebres.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota
Surakarta Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
Orang
1
Tamat Akademi / PT
2
%
5745
4,0
Tamat SLTA
18434
13,0
3
Tamat SLTP
24179
17,0
4
Tamat SD
23517
16,4
5
Tidak Tamat SD
16824
11,8
6
Belum Tamat SD
40341
28,2
7
Tidak Sekolah
13804
9,7
142844
100
Jumlah
Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2008
3) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah pengelompokan
penduduk berdasarkan mata pencaharian. Komposisi ini digunakan untuk
melihat dan menggambarkan struktur daerah secara umum dan lebih lanjut
dapat pula menggambarkan potensi dan sumberdaya penduduk yang ada
pada suatu daerah.
Di dalamnya juga memperlihatkan jenis pekerjaan yang ada di suatu
daerah beserta jumlahnya. Dengan mengetahui mata pencaharian
penduduk daerah tertentu akan dapat diketahui potensi yang ada di daerah
tersebut. Banyak hal mengenai kehidupan sosial suatu negara/masyarakat
dapat dijabarkan jika diketahui komposisi lapangan pekerjaan dari
angkatan kerjanya, komposisi jenis pekerjaannya, dan fakta-fakta lain
mengenai angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya
terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu
memproduksi barang dan jasa. Di Kota Surakarta jenis pekerjaan
diklasifikasikan menjadi 10 pekerjaan. Jenis pekerjaan yang dimaksud
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meliputi Petani Sendiri, Buruh Tani, Pengusaha, Buruh Industri, Buruh
Bangunan, Pedagang, Angkutan, PNS/POLRI/TNI, Pensiunan dan lainlain. Lain-lain pada klasifikasi mata pencaharian di Kota Surakarta
maksudnya jenis pekerjaan yang belum tercakup di dalam jenis pekerjaan
yang telah disebutkan.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa Kota Surakarta mempunyai
banyak potensi yang dapat dikembangkan, ini terbukti dari berbagai jenis
pekerjaan ditekuni oleh penduduk setempat yang tersebar di lima
kecamatan. Jumlah total penduduk yang telah termasuk dalam angkatan
kerja di Kota Surakarta sebesar 434.759 jiwa. Mata pencaharian penduduk
dapat dilihat pada Tabel 14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa diantara jenis pekerjaan / mata
pencaharian penduduk Kota Surakarta buruh industri merupakan jenis pekerjaan
yang paling banyak ditekuni yaitu sekitar 75.667 pekerja yang tersebar di 5
kecamatan, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah buruh tani dan petani.
Kondisi ini disebabkan oleh semakin sedikitnya lahan pertanian yang ada telah
beralih fungsi menjadi permukiman atau fasilitas lain yang berupa gedung-gedung
megah. Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon tidak terdapat penduduk yang
bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani sendiri atau buruh tani, sebagian
besar penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani baik sendiri atau buruh
tani berada di Kecamatan Banjarsari sebesar 775 jiwa.
Jumlah pengusaha yang ada di Kota Surakarta sebanyak 8.218 jiwa,
paling banyak terdapat
di
Kecamatan Banjarsari yaitu sebesar 2.758 jiwa
sedangkan paling sedikit terdapat di Kecamatan Laweyan sebesar 666 jiwa dan
selebihnya terdapat di kecamatan lain. Buruh industri paling banyak berasal dari
Kecamatan Banjarsari sebesar 23.587 jiwa, berikutnya Kecamatan Laweyan
sebesar 19.157 jiwa dan Kecamatan Jebres sebesar 17.567 jiwa dan selebihnya
berasal dari Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon. Buruh bangunan jumlah
paling banyak berasal dari Kecamatan Banjarsari sebesar 18.536 jiwa dan paling
sedikit berasal dari Kecamatan Serengan sebesar 5.248 jiwa.
Jenis pekerjaan pedagang komposisinya hampir merata di tiap
kecamatan. Jumlah paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari karena dari
jumlah pedagang yang ada di Kota Surakarta sebesar 11.520 jiwa berasal dari
kecamatan ini. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda pada sektor pengangkutan
sebesar 27.891 jiwa berasal dari Kecamatan Banjarsari dan selebihnya berasal dari
kecamatan lain.
4. Kondisi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta yang disajikan
secara serius memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu
sehingga arah perekonomian regional akan lebih jelas. Kota Surakarta dalam era
otonomi didukung dengan situasi yang relatif kondusif, secara makro
perekonomian meningkat sebesar 5,43% pada tahun 2008 lebih besar dibanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun 2005 (5,15%). PDRB Kota Surakarta pada tahun 2008 atas dasar harga
berlaku sebesar 6.190.112,55 juta dan atas dasar harga konstan sebesar
4.067.529,95 juta rupiah sehingga pada tahun 2008 besaran PDRB Surakarta atas
dasar harga berlaku menjadi 2,07 kali dari tahun 2006 dan PDRB atas dasar harga
konstan meningkat menjadi 1,36 kali. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan
2000 Serta Perkembangannya di Kota Surakarta Tahun 2003-2008
PDRB atas dasar harga berlaku
PDRB atas dasar harga konstan
2000
Tahun
Jumlah (Juta
Rupiah)
Perkembangan
Jumlah (Juta
Rupiah)
Perkembangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2003
3.372.850,36
112,79
3.113.668,99
104,12
2004
3.772.737,68
126,16
3.268.559,64
109,30
2005
4.251.845,59
142,18
3.468.276,94
115,98
2006
4.756.559,53
159,06
3.669.373,45
122,70
2007
5.585.776,84
186,79
3.858.169,67
129,02
2008
6.190.112,55
207,00
4.067.529,95
136,02
Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008
Pada tahun 1998 terjadi puncak krisis ekonomi, hampir semua sektor
mengalami laju pertumbuhan negatif, kemudian tahun 1999 ditandai dengan mulai
membaiknya perekonomian seluruh sektor ekonomi berhasil bangkit dengan laju
pertumbuhan positif. Tahun 2006 sampai 2008 seluruh sektor ekonomi sudah
menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Untuk mengetahui laju pertumbuhan
ekonomi di kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Pertumbuhan Ekonomi (dalam %) di Kota Surakarta Tahun 20032008
Sektor
No
(1)
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
-11,69
-5,04
-11,62
-2,37
0,88
1,20
1
Pertanian
2
Pertambangan
1,10
7,62
4,45
-0,72
3,34
-0,21
3
Industri
3,82
4,63
6,70
6,07
1,47
2,55
4
Listrik, gas &
air
12,32
5,58
0,64
7,61
4,45
9,25
5
Bangunan
2,72
5,91
7,05
1,44
8,24
5,85
6
Perdagangan,
hotel & restoran
3,69
4,31
6,45
8,01
7,58
6,93
7
Pengankutan
dan komunikasi
2,64
3,36
5,02
6,13
5,48
5,96
8
Keuangan,
persewaan &
jasa perusahaan
6,07
4,14
3,86
5,65
6,74
6,20
9
Jasa-jasa
5,64
8,43
6,98
4,54
4,79
6,97
Total
4,12
4,97
6,11
5,80
5,15
5,43
Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008
Berdasarkan Tabel 16
sektor listrik, gas dan air bersih mengalami
pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya
yaitu sebesar 9,25%. Sektor penggalian merupakan sektor dengan pertumbuhan
terendah yaitu sebesar -0,21%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sektor industri
pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota
Surakarta. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB kota
Surakarta yaitu 25,11% paling tinggi dibanding sektor lain. Selanjutnya yang
memberikan sumbangan terbesar setelah sektor industri pengolahan adalah sektor
perdagangan, hotel & restoran dan sektor bangunan pada tahun 2008 msngmasing memberikan sumbangan sebesar 24,35% dan 13,07%. Pertambangan
(penggalian) dan pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terkecil yaitu sebesar 0,04% & 0,06%. Secara keseluruhan dalam kurun waktu 5
tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, masingmasing sektor masih dalam posisi yang sama seperti yang tampak pada Tabel 17.
Tabel 17. Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003-2008 Atas Dasar Harga
Berlaku(Persen)
Tahun
Sektor
2003
2004
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Pertanian
0,10
0,09
0,07
0,07
0,06
0,06
2
Pertambangan
0,05
0,05
0,05
0,04
0,04
0,04
3
Industri
29,22
29,09
28,63
28,10
26,42
25,11
4
Listrik, gas & air
2,56
2,59
2,63
2,70
2,59
2,69
5
Bangunan
11,76
12,69
12,80
12,68
12,89
13,07
6
Perdagangan,
hotel & restoran
24,55
23,00
22,67
22,96
23,82
24,35
7
Pengangkutan &
komunikasi
10,16
10,40
10,79
10,83
11,52
11,78
8
Keuangan
10,14
10,70
10,73
11,14
11,43
11,26
9
Jasa-jasa
11,46
11,39
11,62
11,48
11,23
11,64
Total
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
No
Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008
Secara umum pendapatan perkapita Kota Surakarta meskipun belum
mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan perkapita dapat dijadikan salah
satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu
wilayah. Perkembangan pendapatan perkapita di Kota Surakarta atas dasar harga
berlaku menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006
pendapatan perkapita masih mencapai angka Rp 5.336.870,05 tahun 2008 sudah
menjadi Rp 10.635.848,61 atau naik sebesar 99,29%. Demikian juga pendapatan
perkapita atas dasar harga konstan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu
mengalami peningkatan meskipun peningkatannya tidak sebesar harga berlaku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 18. Pendapatan Per Kapita Penduduk Kota Surakarta tahun
2002 - 2008
Pendapatan Per Kapita (Rp)
Tahun
Pertumbuhan
Harga Berlaku
Harga Konstan
2000
Harga
Berlaku
Harga Konstan
2000
2002
5.336.870,05
5.336.870,05
-
-
2003
6.028.762,70
5.559.459,37
12,96
4,17
2004
6.764.819,94
5.836.923,49
12,21
4,99
2005
7.670.663,97
6.191.,582,99
13,39
6,08
2006
8.175.131,57
6.235.403,94
6,58
0,71
2007
9.223.741,60
6.280.764,91
12,83
0,73
2008
10.635.848,61
6.892.373,88
15,31
9,74
Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran, pola persebaran,
faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran, serta karakteristik penginap hotel
yang ada di Kota Surakarta.
1. Distribusi Hotel di Kota Surakarta
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran hotel yang ada di
Kota Surakarta adalah analisis spasial dengan menggunakan peta. Dalam
penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi
persebaran hotel. Dalam penggambarannya di peta, hotel disimbolkan
menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu hotel
di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya secara
absolut di permukaan bumi. Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak hotel
yang ada di Kota Surakarta Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 19 berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 19. Distribusi Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008
Lokasi
No
Nama Hotel
Kelas
X (Bujur)
Y (Lintang)
Administrasi
(Kecamatan)
1
Sahid Jaya Solo
Bintang 5 110°49’11,7’’
7°33’85,1’’
Banjarsari
2
Sahid Kusuma Raya
Bintang 5 110°49’67,7’’
7°34’06,8’’
Pasar Kliwon
3
Novotel
Bintang 4 110°49’05,2’’
7°34’06,5’’
Banjarsari
4
The Sunan
Bintang 4 110°47’70,7’’
7°33’45,2’’
Laweyan
5
Agas International
Bintang 3 110°48’44,8’’
7°33’58,2’’
Banjarsari
6
Riyadi Palace
Bintang 3 110°48’19,7’’
7°33’86,6’’
Laweyan
7
Indah Palace
Bintang 3 110°48’54,4’’
7°34’73,8’’
Serengan
8
Solo Inn Solo
Bintang 3 110°80’72,6’’
7°56’38,0’’
Laweyan
9
Ibis
Bintang 3 110°49’05,3’’
7°34’06,6’’
Banjarsari
10
Grand Setia Kawan
Bintang 2 110°48’91,6’’
7°33’01,3’’
Banjarsari
11
Kusuma Kartikasari
Bintang 2 110°50’99,3’’
7°33’76,9’’
Jebres
12
Dana
Bintang 2 110°48’91,8’’
7°34’08,5’’
Laweyan
13
Grand Orchid
Bintang 2 110°49’06,8’’
7°34’02,4’’
Banjarsari
14
Asia
Bintang 2 110°50’18,9’’
7°33’59,1’’
Jebres
15
Graha Indah Baru
Bintang 1 110°49’16,8’’
7°33’22,5’’
Banjarsari
16
Sanashtri
Bintang 1 110°48’41,5’’
7°33’99,2’’
Laweyan
17
Diamond
Bintang 1 110°48’19,7’’
7°33’86,6’’
Laweyan
18
Indah Jaya
Bintang 1 110°49’15,0’’
7°33’50,1’’
Banjarsari
19
Wisata Indah
Bintang 1 110°49’26,5’’
7°34’20,1’’
Serengan
20
Baron Indah
Melati 3
110°48’38,5’’
7°34’28,1’’
Laweyan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Kusuma
Melati 3
110°48’43,7’’
7°34’28,9’’
Laweyan
22
Trihadhi
Melati 3
110°49’39,5’’
7°33’46,3’’
Banjarsari
23
Mawar Indria
Melati 3
110°49’26,5’’
7°33’49,1’’
Banjarsari
24
Surya
Melati 3
110°49’24,0’’
7°33’21,6’’
Banjarsari
25
Karya Sari
Melati 3
110°47’61,5’’
7°33’51,9’’
Laweyan
26
Laweyan
Melati 3
110°47’61,6’’
7°34’12,5’’
Laweyan
27
Roemahku
Melati 3
110°47’915’’
7°34’21,6’’
Laweyan
28
Mandala Wisata
Melati 3
110°47’92,"9”
7°33’88,2"
Laweyan
29
Griya Kencana
Melati 3
110°48’01,0”
7°34’13,8”
Laweyan
30
Mawar Indah
Melati 3
110°49’13,1”
7°33’25,4”
Banjarsari
31
Beteng Jaya
Melati 3
110°83’19,9”
7°57’35,8”
Pasar Kliwon
32
Sekar Ayu
Melati 3
110°82’02,2”
7°55’41,0”
Banjarsari
33
Arini
Melati 3
110°48’01,4”
7°33’82,6”
Laweyan
34
Sinar Indah
Melati 3
110°47’49,2”
7°33’08,1”
Laweyan
35
Gurita
Melati 3
110°49’20,5”
7°33’23,3”
Banjarsari
36
Atina
Melati 3
110°49’14,5”
7°33’22,3”
Banjarsari
37
Suka Marem
Melati 3
110°48’59,5”
7°33’89,9”
Laweyan
38
Kota
Melati 2
110°49’41,7”
7°34’23,8”
Serengan
39
Djayakarta
Melati 2
110°49’38,8”
7°33’45,0”
Banjarsari
40
Widya Griya
Melati 2
Wisma Brani
Melati 2
7°33’67,7”
7°57’07,6”
Serengan
41
110°49’07,9”
110°81’26,7”
42
Fortuna
Melati 2
110°49’50,7”
7°34’13,6”
Banjarsari
43
Trisari
Melati 2
110°82’08,8”
7°58’32,7”
Pasar Kliwon
44
Ayu Putri
Melati 2
110°48’23,5”
7°33’88,0”
Laweyan
commit to user
Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Putri Sari
Melati 2
110°48’26,4”
7°33’88,6”
Laweyan
46
Wijaya Kusuma
Melati 2
110°47’12,6”
7°34’07,6”
Laweyan
47
Tirtonadi Permai
Melati 2
110°49’24,0”
7°33’21,6”
Banjarsari
48
Wiryomartono
Melati 2
110°47’67,3”
7°33’87,1”
Laweyan
49
Bintang
Melati 2
110°51’29,7”
7°33’85,9”
Jebres
50
Madu Asri II
Melati 2
110°48’86,1”
7°32’98,4”
Banjarsari
51
Pondok Persada
Melati 2
110°51’72,9”
7°33’49,3”
Jebres
52
Herison
Melati 2
110°48’17,8”
7°33’34,7”
Laweyan
53
Kusuma Sari Indah I
Melati 2
110°49’27,7”
7°33’50,9”
Banjarsari
54
Solo Barat
Melati 2
110°46’76,9”
7°32’82,4”
Laweyan
55
Matahari
Melati 2
110°49’09,4”
7°34’43,9”
Serengan
56
Wisnu
Melati 2
110°48’10,8”
7°33’67,6”
Banjarsari
57
Gajahmada
Melati 2
110°49’17,9”
7°33’65,3”
Banjarsari
58
Madu Asri I
Melati 2
110°81’45,7”
7°54’97,0”
Banjarsari
59
Kaloka
Melati 2
110°49’13,8”
7°33’79,5”
Banjarsari
60
Triyadi
Melati 2
110°49’05,3”
7°33’16,3”
Banjarsari
61
Trio
Melati 2
110°49’94,1”
7°34’06,4”
Jebres
62
Permata Sari
Melati 2
110°49’16,8”
7°33’22,5”
Banjarsari
63
Mulia
Melati 2
110°49’47,4”
7°34’22,8”
Banjarsari
64
Cinde Wungu
Melati 2
110°49’30,2”
7°33’29,3”
Banjarsari
65
Wijaya
Melati 2
110°81’77,7”
7°56”20,4”
Banjarsari
66
Sido Kabul
Melati 2
110°49’34,7”
7°33’52,7”
Banjarsari
67
Mangkuyudan
Melati 2
110°47’94,2”
7°34’02,4”
Laweyan
68
Seribu
Melati 2
110°49’40,2”
7°33’42,4”
Banjarsari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Karya Abadi
Melati 1
110°49’13,8”
7°33’13,3”
Banjarsari
70
Prasasti
Melati 1
110°49’31,6”
7°33’51,5”
Banjarsari
71
Karya Asih
Melati 1
110°49’07,3”
7°33’13,0”
Banjarsari
72
Karya Putri
Melati 1
110°49’18,9”
7°33’18,9”
Banjarsari
73
Sapta
Melati 1
110°49’31,6”
Banjarsari
74
Widodo
Melati 1
110°82’75,2”
7°33’51,5”
7°55’77,8”
75
Pondok Baru
Melati 1
110°49’32,5”
7°33’57,7”
Banjarsari
76
D.S
Melati 1
110°81’34,6”
7°55’39,1”
Banjarsari
77
Kusuma Sari Indah II
Melati 1
110°49’27,7”
7°33’50,9”
Banjarsari
78
Karya Jaya
Melati 1
110°49’21,9”
7°33’20,2”
Banjarsari
79
Karya Mandiri
Melati 1
110°49’07,8”
7°33’11,5”
Banjarsari
80
Karya Mukti
Melati 1
110°49’18,9”
7°33’18,9”
Banjarsari
81
Sarangan
Melati 1
110°48’14,7”
7°33’85,3”
Laweyan
82
Nirwana
Melati 1
110°49’53,4”
7°34’14,5”
Banjarsari
83
Sri Laras
Melati 1
110°49’23,8”
7°34’25,1”
Laweyan
84
Wahyu
Melati 1
110°49’50,9”
Banjarsari
85
Mawar Melati
Melati 1
110°82’86,2”
7°34’24,3”
7°57’14,1”
86
Jati Indah
Melati 1
110°49’36,3”
7°33’54,6”
Banjarsari
87
Nasional
Melati 1
110°83’58,1”
7°57’10,2”
Pasar Kliwon
88
Jaya Jati Baru
Melati 1
110°49’34,7”
7°33’52,7”
Banjarsari
89
Agung
Melati 1
110°49’19,9”
7°33’57,5”
Banjarsari
90
Wigati
Melati 1
110°49’36,3”
Banjarsari
91
Aida
Melati 1
110°81’77,7”
7°33’54,6”
7°56’20,4”
92
Yoga
Melati 1
110°49’31,6”
Banjarsari
93
Jaya Jati Lama
Melati 1
110°49’34,7”
7°33’51,5”
7°33’52,7”
commit to user
Banjarsari
Pasar Kliwon
Banjarsari
Banjarsari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Laweyan
110°49’13,2”
7°33’65,9”
7°33’18,9”
Melati 1
110°49’27,7”
7°33’50,9”
Banjarsari
Rahayu
Melati 1
110°47’40,7”
7°34’16,0”
Laweyan
98
Puspa Jaya
Melati 1
110°81’18,7”
7°57’22,8”
Laweyan
99
Tiara Puspita
Melati 1
110°48’30,2”
7°34’28,4”
Laweyan
100
Setia Kawan
Melati 1
110°48’40,9”
Banjarsari
101
Si Cantik Baru
Melati 1
110°87’88,0”
7°34’03,2”
7°36’01,0”
102
Kalimantan
Melati 1
110°49’26,5”
7°33’49,1”
Banjarsari
103
Arjuna
Melati 1
110°49’40,2”
7°33’42,4”
Banjarsari
104
Mutiara
Melati 1
110°49’06,7”
7°33’15,2”
Banjarsari
105
Mekar Sari
Melati 1
110°47’52,2”
7°33’65,3”
Laweyan
106
Trimo Mayar
Melati 1
110°49’31,6”
Banjarsari
107
Avita Asri
Melati 1
110°49’13,1”
7°33’51,5”
7°33’17,9”
108
Sinar Dadi
Melati 1
110°49’07,9”
Banjarsari
109
Solo Barat
Melati 1
110°80’45,2”
7°33’14,6”
7°55’13,3”
110
Wismantara
Melati 1
110°48’14,7”
7°33’85,3”
Banjarsari
111
Pojok
Melati 1
110°49’29,0”
7°33’49,2”
Banjarsari
112
Keprabon
Melati 1
110°49’50,7”
7°34’13,6”
Banjarsari
113
Karya Sejati
Melati 1
110°48’89,5”
7°32’97,8”
Banjarsari
114
Mulya Jaya
Melati 1
110°49’36,3”
7°33’54,6”
Banjarsari
115
Puspita Baru I
Melati 1
110°48,30,1”
7°34’28,3”
Laweyan
116
Puspita Baru II
Melati 1
110°48’30,0”
7°34’28,2”
Laweyan
117
Pajang Indah
Melati 1
110°78’50,9”
7°57’41,2”
Laweyan
118
Central
Melati 1
110°49’48,6”
7°34’20,2”
Banjarsari
94
Sapta Jaya
Melati 1
110°49’34,1”
95
Kencana Asri
Melati 1
96
Marconi
97
commit to user
Banjarsari
Laweyan
Banjarsari
Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id
119
Aries
digilib.uns.ac.id
Melati
110°49’20,5”
7°33’23,3”
Banjarsari
Sumber : Pengukuran lapangan
Untuk membantu penyajian data persebaran hotel di Kota Surakarta
digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
mengolah data atribut berupa titik lokasi hotel yang kemudian dimasukkan ke
dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408343. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa
peta distribusi hotel di Kota Surakarta.
Penentuan jumlah titik hotel didasarkan pada jumlah keseluruhan
populasi hotel yang ada di Kota Surakarta. Jumlah populasi yang ada sebanyak
119 hotel yang tersebar di 5 Kecamatan yaitu Jebres, Pasar Kliwon, Serengan,
Laweyan dan Banjarsari.
Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa persebaran hotel yang
paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 70 hotel atau 57,38% dari
total hotel yang ada di Kota Surakarta. Lokasinya tersebar di beberapa tempat
yang dekat dengan simpul transportasi yaitu di lingkungan Stasiun Balapan dan
Terminal Tirtonadi. Banyaknya jumlah hotel yang ada di Kecamatan Banjarsari
tidak lepas dari strategi pengusaha hotel yang mendasarkan pendirian usahanya
pada faktor lokasi yang dekat dengan simpul transportasi (stasiun dan terminal)
yang memiliki nilai harga lahan relatif lebih rendah dibanding lahan yang ada di
pusat kota, dan aksesiblitas yang dimiliki juga baik.
Lingkungan Stasiun Balapan maupun Terminal Tirtonadi merupakan
lokasi yang sangat strategis dikarenakan menjadi jalur keluar masuk utama bagi
para calon penginap. Wisatawan bukan hanya dari daerah sekitar saja, tetapi juga
dari luar daerah dengan tujuan yang berlainan baik dalam rangka rekreasi, tugas,
atau perjalanan bisnis. Hal ini juga yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi
hotel yang mengambil tempat di sekitar stasiun dan terminal. Di samping fakta
bahwa kawasan tersebut juga dekat dengan pusat perdagangan dan jasa seperti
Pasar Legi maupun Pasar Nayu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kecamatan Laweyan mempunyai distribusi hotel terbanyak kedua
dengan 37 hotel atau 30,33% dari keseluruhan hotel yang ada di Kota Surakarta.
Hotel-hotel tersebut banyak terdapat di sepanjang ruas-ruas jalan arteri primer dan
kolektor primer yang lokasinya dekat dengan pusat kota seperti Jalan Slamet
Riyadi, Jalan Ahmad Yani dan Adi Sucipto. Daerah tersebut mempunyai tingkat
keramaian yang cukup tinggi karena merupakan jalan penghubung utama dengan
daerah sekitar Kota Surakarta seperti Wonogiri, Sukoharjo, Purwodadi maupun
kota besar lain seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya. Dengan demikian
lokasi ini merupakan daerah potensial guna menjaring para penginap yang sedang
melakukan perjalanan dikarenakan aksesebilitasnya yang sangat baik.Para
wisatawan yang membutuhkan tempat menginap tidak perlu repot atau bingung
karena lokasi hotel-hotel yang mudah ditemukan dan dijangkau.
Distribusi hotel di Kecamatan Jebres, Pasar Kliwon serta Serengan
jumlahnya paling sedikit dibandingkan kecamatan lain dengan jumlah masingmasing 5 hotel atau masing-masing 4,09% dari total hotel yang ada di Kota
Surakarta. Hal ini berkaitan dengan luas wilayah belum terbangun yang terdapat
di 3 kecamatan ini tidak begitu luas, sehingga meskipun aksesebilitasnya baik
pengusaha hotel kesulitan dalam mencari lokasi yang sesuai untuk mendirikan
usahanya.
Keberadaan hotel di Kecamatan Jebres menempati ruas-ruas jalan yang
menghubungkan simpul-simpul kegiatan di dalam kota seperti Jalan Monginsidi,
Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Ir Sutami, Jalan Ki Hajar Dewantara. Di wilayah ini
terdapat stasiun, terminal peti kemas, kampus sehingga prospek ke depan cukup
menjanjikan.
Di Kecamatan Pasar Kliwon hotel terdapat di Jalan Slamet Riyadi, Jalan
Sugiyopranoto, Jalan Imam Bonjol, Jalan Kyai Gede, dan Jalan AM Sangadji.
Hotel-hotel tersebut terletak di dekat area objek wisata Kraton Kasunanan, Pura
Mangkunegaran, Pasar antik Windu Jenar, dan Ngarsopuro. Dengan kondisi
tersebut dimungkinkan peluang wisatawan yang menggunakan jasa hotel relatif
banyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Distribusi hotel di Kecamatan Serengan meliputi Jalan Slamet Riyadi,
Jalan Veteran, Jalan Notodiningratan, dan Jalan Kartopuran. Lokasi hotel di
wilayah ini mengambil tempat di pinggiran kota namun juga tidak terlalu jauh
dengan pusat keramaian. Pangsa pasar yang hendak dijaring umumnya para
wisatawan yang menyukai ketenangan. Distribusi hotel dapat dilihat pada peta 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui distribusi hotel di Kota Surakarta lebih detail akan
dijelaskan distribusinya menurut :
a. Distribusi Hotel Menurut Jenis
Jenis hotel pada penelitian dibedakan menjadi 2 kategori yaitu hotel
bintang dan non bintang (melati). Persentase jumlah hotel dengan jenis melati
lebih besar dibandingkan dengan jumlah persentase jumlah hotel jenis bintang.
Hotel dengan jenis melati persentasenya sebesar 84,43%, sedangkan
persentase jumlah hotel dengan jenis bintang hanya sebesar 15,57%. Hal ini
berkaitan erat dengan jenis wisatawan yang singgah di Kota Surakarta,
kebanyakan bertujuan untuk sekedar mampir sehingga mereka cenderung lebih
memperhitungkan agar biaya tidak terlalu besar namun dari segi pelayanan juga
tidak terlalu buruk yang umumnya ditawarkan hotel-hotel dengan jenis melati.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPC PHRI diketahui hotel-hotel
yang berjenis bintang meliputi 19 hotel dimana lokasinya berada/dekat dengan
pusat kota, selebihnya yaitu sebanyak 100 hotel merupakan hotel dengan jenis
melati yang berkembang pesat di lingkungan stasiun dan terminal. Maraknya
perkembangan hotel di Kota Solo tentu saja tidak lepas dari citra Kota Solo di
mata orang luar. Ada nilai-nilai spesifik yang menjadi perhatian untuk
dikembangkan mengingat tingkat okupansi hotel di Solo saat ini masih lumayan,
rata-rata berkisar 70 persen . Perkembangan ini kiranya juga perlu mendapat
perhatian agar tidak sampai terjadi antara demand dan supply tidak seimbang. Jika
sampai terjadi, hal itu akan mendorong terjadinya persaingan yang tidak sehat,
yang pada gilirannya mendorong terjadinya perang tarif dan pada akhirnya
berakibat bergugurannya hotel-hotel yang baru tumbuh tersebut. Dari penelitian
didapat sejumlah hotel Melati yang sudah tidak dapat ditemukan diduga karena
gulung tikar atau merger, seperti Hotel SukaMarem I, Karya Asri, Banon Cinawi.
Dalam hal ini, Pemkot Surakarta harus merumuskan rencana strategi infrastruktur
yang tidak hanya berorientasi bisnis semata, melainkan juga berorientasi sosial
dan ekologis jadi sudah barang tentu Pemkot pun harus mengeluarkan regulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mengatur pertumbuhan hotel-hotel di Solo untuk mempertahankan eksistensi
hotel-hotel tersebut.
Untuk mengetahui persentase distribusi hotel berdasarkan jenis dapat
dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 3.
Tabel 20. Distribusi Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta
Jumlah
No
Jenis Hotel
Buah
%
1
Bintang
19
15,57
2
Non Bintang (Melati)
100
84,43
119
100,00
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer 2008
100
Bintang
100
50
19
Melati
0
JENIS HOTEL
Gambar 3. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Jenis
di Kota Surakarta Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa persentase hotel bintang
relatif lebih sedikit bahkan hanya 1/5 dari persentase jumlah hotel melati. Bisa
dikatakan distribusi hotel menurut jenis banyak didominasi oleh hotel-hotel non
bintang meskipun distribusinya tidak merata pada tiap-tiap tempat. Kondisi
demikian tidak berarti bahwa hotel bintang memiliki pasar yang kurang bagus
dibandingkan hotel melati ataupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari
didirikannya 2 hotel berbintang baru di Kota Surakarta yaitu Ibis ( yang sudah
mulai beroperasi) dan Best Western (yang mulai beroperasi tahun 2009
mendatang ). Dalam hal tingkat okupansi, hotel dengan jenis bintang juga lebih
tinggi tingkat huniannya daripada hotel melati. Distribusi hotel
commit to user
untuk jenis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bintang cenderung menempati daerah yang dekat dengan pusat kota seperti
keberadaan Hotel Novotel, Hotel Ibis, Hotel Dana, Hotel diamond yang ada di
kawasan jalan Slamet Riyadi. Hotel-hotel melati mengelompok di lingkungan
stasiun dan terminal , dapat dilihat Hotel Djayakarta, Hotel Mawar Indria, Hotel
Tirtonadi Permai, Hotel Gurita, Hotel Aries Kondisi ini menunjukkan bahwa
masing-masing pihak memiliki segmen pasar tersendiri sehingga sangat
berpengaruh dalam faktor alasan pemilihan lokasi pendirian hotel oleh pihak
pengusaha.
b. Distribusi Hotel Menurut Kelas
Kelas hotel dibedakan berdasarkan fasilitas/jasa yang ditawarkannya,
biasanya dilambangkan dengan angka jadi semakin besar angka maka otomatis
semakin bagus fasilitas/jasa yang disediakan bagi para penginap.
Dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 8 kelas yaitu hotel bintang
1, hotel bintang 2, hotel bintang 3, hotel bintang 4, hotel bintang 5, hotel melati 1,
hotel melati 2, hotel melati 3. Untuk mengetahui jumlah hotel berdasarkan
klasifikasi di atas dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Distribusi Hotel Berdasarkan Kelas Di Kota Surakata
Jumlah
No
Kelas Hotel
Buah
%
1
Bintang 5
1
0,82
2
Bintang 4
3
2,46
3
Bintang 3
5
4,1
4
Bintang 2
5
4,1
5
Bintang 1
5
4,1
6
Melati 3
18
14,75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Melati 2
31
25,41
8
Melati 1
51
44,26
119
100,00
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer 2008
Bintang 1
60
50
40
30
20
10
0
Bintang 2
51
Bintang 3
Bintang 4
31
Bintang 5
18
5
5
5
3
1
Melati 1
Melati 2
Melati 3
KELAS HOTEL
Gambar 4. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Kelas
di Kota Surakarta 2008
Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa secara umum
hotel kelas melati 1 mempunyai persentase paling banyak yaitu sebesar 44,26%
dari total hotel sebanyak 119 unit. Hotel kelas ini mengelompok di lingkungan
stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi. Kelas hotel ini umumnya dimaksudkan
agar dapat menjaring penginap yang sedang melakukan perjalanan jauh dan
memerlukan tempat bermalam dalam waktu cepat karena kedatangannya ke kota
Surakarta hanya dalam rangka singgah sebentar sebelum sampai tujuan
sebenarnya. Distribusi hotel yang sama di tempat yang merupakan jalur keluar
masuk para pendatang akan memberikan kemudahan bagi para calon penginap
yang belum begitu mengenal daerah yang dikunjungi dibandingkan jika hotel
hanya diletakkan pada tempat yang dekat dengan pusat kota saja.
Selain hotel kelas melati 1 juga terdapat melati 2 dan melati 3 dengan
persentase masing-masing 25,41% dan 14,75%. Hotel dari kedua kelas ini selain
mengelompok di lingkungan stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi juga tersebar
di pusat kegiatan yang ramai dengan aktivitas manusia sebagai contoh hotel yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat di sepanjang ruas Jalan Slamet Riyadi, Dr Rajiman, dan Adi Sucipto.
Tujuan pemilihan lokasi kedua kelas hotel ini untuk melayani mereka yang
singgah sekaligus menikmati keramaian kota dengan harga relatif murah namun
fasilitas/pelayanan yang didapat juga tidak terlalu jelek. Para wisatawan umumnya
lebih tertarik kepada aspek kemudahan, kenyamanan dan keamanan di tempat
yang baru mereka datangi. Mereka cenderung lebih senang menghabiskan waktu
di pusat-pusat keramaian jadi dalam memilih tempat menginap juga umumnya
mencari yang ada di pusat kota.
Hotel dengan kelas bintang 1, bintang 2, dan bintang 3 mempunyai
presentase sama yaitu masing-masing 4,09%. Keberadaannya menempati ruasruas jalan besar seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr Rajiman, Jalan Ahmad Yani.
Hotel kelas ini umumnya menawarkan pelayanan/fasilitas menengah dengan tarif
yang berkelas menengah pula. Para penginap yang sedang bepergian dengan
keluarga atau mereka yang melakukan perjalanan bisnis umumnya menjadi
pelanggan hotel kelas ini.
Kelas hotel yang mempunyai persentase paling sedikit namun
pelayanan/jasa yang ditawarkan berkelas mewah (otomatis dengan tarif yang juga
relatif mahal) yaitu hotel bintang 4 dan bintang 5. Hotel dengan kelas ini memang
diperuntukkan
bagi mereka yang benar-benar mencari kesempurnaan dalam
berwisata. Lokasi pendirian hotel kelas ini umumnya memilih di daerah yang
dekat dengan luar kota tetapi juga tidak terlalu jauh dari pusat keramaian. Dalam
penelitian ini menempati ruas Jalan Slamet Riyadi, Jalan Sugiyopranoto, Jalan
Gajahmada, Jalan Ahmad Yani.
Distribusi hotel berdasarkan jenis dan kelasya dapat dilihat pada Peta 4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Distribusi Hotel Menurut Lokasi (Situation)
Pada umumnya hotel terletak pada suatu unit aktivitas baik secara
ekonomi atau sosial di daerah tertentu. Distribusi hotel berdasarkan situasinya
(lokasi) adalah mengenai sebaran suatu lokasi hotel secara relatif dilihat terhadap
wilayah sekitarnya. Sebagai contoh hotel yang berlokasi di Jalan Tirtonadi berarti
hotel tersebut termasuk dalam kawasan terminal. Kawasan yang diidentifikasi
sebagai situation (lokasi) pada wilayah penelitian terdiri dari kawasan simpul
transportasi (stasiun/ terminal), kawasan wisata, kawasan perdagangan dan jasa.
Distribusi hotel berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Distribusi Hotel Berdasarkan Lokasinya (Situation) di Kota
Surakarta Tahun 2008
Jumlah
No
Lokasi
Buah
%
53
43,44
1
Kawasan Simpul
(Stasiun/Terminal)
Transportasi
2
Kawasan Wisata
11
9,02
3
Kawasan Perdagangan dan Jasa
55
47,54
Jumlah
119
100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2008
Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa lokasi perdagangan dan
jasa merupakan kawasan yang didominasi oleh hotel dibandingkan dengan lokasi
lain, sehingga distribusinya tidak merata menurut situasinya.
Untuk kawasan dengan tingkat keramaian tinggi dan aksesibilitas baik
karena dekat dengan pusat kota tersebut ditempatkan hotel sebagai suatu langkah
yang ditempuh oleh pengembang untuk memudahkan para wisatawan dari
kalangan menengah ke atas dalam mendapat tempat menginap.
Hal ini yang kemudian menyebabkan penyediaan hotel di kawasan ini
sangat mudah sekali berkembang karena sirkulasi uang akan berlangsung sangat
banyak di kawasan ini. Lokasi perdagangan dan jasa merupakan lokasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
paling banyak ditempati oleh hotel, yaitu
sekitar 47,54%. Dapat dikatakan
kawasan perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang paling banyak dipilih
oleh wisatawan sebagai pilihan tempat menginap. Pada umumnya wisatawan
memilih hotel pada kawasan perdagangan agar aktivitas rekreasi seperti belanja,
jalan-jalan dan sebagainya lebih nyaman.
Untuk kawasan wisata memiliki distribusi hotel paling rendah
dibandingkan dengan kawasan lain. Pada kawasan wisata hanya terdapat 11 hotel
atau persentasenya hanya sebesar 9,02%. Penyebab utama karena terdapat aturan
yang mengatur pembangunan suatu bangunan komersil di kawasan wisata.
Umumnya terdapat aturan mengenai jarak ideal yang harus dipatuhi sehingga
pengembang cenderung memilih membangun hotel pada kawasan perdagangan.
Sebagai contoh lokasi hotel di Jalan Slamet Riyadi yang berdekatan dengan lokasi
Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran sebagai tempat wisata.
Kawasan simpul transportasi merupakan lokasi dengan distribusi hotel
cukup banyak yaitu sebesar 43,44% dari jumlah hotel yang berada di kawasan
penelitian. Banyak dari para wisatawan domestik memanfaatkan hotel di kawasan
stasiun/terminal guna mendapat tempat menginap dengan harga relatif murah.
Dalam perkembangannya telah terjadi “booming” hotel di kawasan ini sehingga
kurang optimal pemanfaatannya sebagai suatu jasa akomodasi yang sebenarnya
jadi hotel-hotel dalam lingkungan stasiun dan terminal cenderung negatif di mata
masyarakat.
Dari beberapa kawasan yang telah dijelaskan di atas kawasan
perdagangan dan jasa juga simpul transportasi memiliki distribusi hotel terbanyak
bahkan dominan dibandingkan dengan kawasan lainnya, hal ini berarti
distribusinya masih mengelompok pada sektor perdagangan dan jasa maupun
stasiun/terminal. Tujuan utama dalam penyediaan jasa akomodasi seperti hotel
adalah agar para wisatawan betah tinggal di kota yang dikunjungi. Semakin tinggi
tingkat okupansi berarti hotel berfungsi secara optimal, efektif, efisien, aman dan
mudah dijangkau oleh wisatawan karena letaknya strategis Dengan menempatkan
hotel pada lokasi-lokasi tersebut dapat memberikan keuntungan yang banyak bagi
pihak pengembang yaitu pemilik hotel dan otomatis juga meningkatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesejahteraan warga sekitar hotel. Kesimpulannya bahwa distribusi hotel di Kota
Surakarta masih terpusat pada sektor-sektor tertentu saja seperti sektor
perdagangan dan jasa serta sektor simpul transportasi (stasiun/terminal).
2.Pola Persebaran Hotel di Kota Surakarta
Dalam usaha mengetahui pola persebaran hotel di Kota Surakarta dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola persebaran hotel pada penelitian
ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis).
Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat dalam
penelitian ini adalah Peta Pola Distribusi Hotel di Kota Surakarta, peta ini
merupakan hasil analisis antara Peta Distribusi Hotel di Kota Surakarta dan
perhitungan parameter tetangga terdekat. Persebaran hotel yang berdekatan
memungkinkan saling bertumpuknya simbol dalam peta, sehingga untuk
menghitung parameter tetangga terdekat diperlukan perbesaran peta pada daerah
yang jarak antar warnetnya saling berdekatan.
Pada peta 5 dapat dilihat bahwa hotel-hotel yang ada di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta mempunyai jarak yang sangat dekat sehingga dalam
penggambarannya dilakukan proses pergeseran posisi absolutnya dengan tujuan
persebaran hotel yang ada di Kecamatan Banjarsari dapat terlihat. Untuk
menentukan pola persebaran hotel salah satu faktor penentu yang menjadi
perhitungan adalah jarak suatu hotel dengan hotel lain yang terdekat.
Skala peta yang digunakan adalah 1:25000, yang berarti satu satuan
dipeta berbanding 25.000 satuan dilapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena peta 6 dan 7 yang menggambarkan persebaran hotel mengalami
pergeseran posisi absolut hotel sehingga jarak hotel dengan tetangga terdekat yang
ada di Kecamatan Banjarsari juga mengalami pergeseran yang menyebabkan
perbedaan perhitungan pola persebaran hotel, maka untuk daerah yang
mempunyai persebaran hotel berdekatan yaitu Kecamatan Banjarsari dilakukan
perbesaran skala dengan tetap menempatkan hotel pada posisi aslinya sehingga
tidak berpengaruh terhadap jarak sebenarnya di lapangan. Skala yang digunakan
untuk perbesaran daerah Kecamatan Banjarsari adalah 1:3000 yang berarti satu
satuan di peta menggambarkan 3000 satuan di lapangan.
Untuk lebih jelasnya pola persebaran hotel dapat dilihat pada peta 6 dan
peta 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada peta pola persebaran hotel Kota Surakarta skala 1: 25000 dan peta
pola persebaran hotel Kota Surakarta skala 1: 3000 terdapat 119 hotel atau titik
(N=119) dengan luas daerah 44,04 Km² sedang jarak antar titik hotel yang satu
dengan yang lain adalah sebagai berikut :
Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Hotel Di Kota Surakarta Tahun 2008
NO
Titik(N)
Jarak(J) dalam Km
Lokasi(Kecamatan)
1
1-9
0,05
Banjarsari
2
2-22
1,5
Laweyan
3
3-26
0,01
Banjarsari
4
4-24
0,035
Laweyan
5
5-25
0,5
Banjarsari
6
6-7
1,2
Jebres
7
7-6
1,2
Jebres
8
8-36
0,02
Laweyan
9
9-1
0,05
Banjarsari
10
10-38
0,03
Banjarsari
11
11-20
0,025
Banjarsari
12
12-66
0,08
Banjarsari
13
13-91
0,04
Banjarsari
14
14-21
0,02
Banjarsari
15
15-80
0,03
Banjarsari
16
16-35
0,035
Laweyan
17
17-59
0,02
Banjarsari
18
18-23
0,5
Laweyan
19
19-51
0,03
Laweyan
20
20-11
0,025
Banjarsari
21
21-14
0,02
Banjarsari
22
22-2
1,5
Laweyan
23
23-18
0,5
Laweyan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
24-4
0,035
Laweyan
25
25-5
0,5
Banjarsari
26
26-3
0,01
Banjarsari
27
27-81
1
Jebres
28
28-79
0,01
Banjarsari
29
29-37
0,5
Banjarsari
30
30-84
0,6
Banjarsari
31
31-97
0,7
Banjarsari
32
32-49
2
Banjarsari
33
33-95
0,5
Laweyan
34
34-52
0,4
Banjarsari
35
35-16
0,035
Laweyan
36
36-8
0,02
Laweyan
37
37-29
0,5
Banjarsari
38
38-10
0,03
Banjarsari
39
39-53
0,6
Banjarsari
40
40-107
0,7
Pasar Kliwon
41
41-61
1,1
Banjarsari
42
42-99
1,2
Serengan
43
43-60
0,01
Laweyan
44
44-45
0,03
Laweyan
45
45-44
0,03
Laweyan
46
46-118
0,6
Laweyan
47
47-48
0,01
Laweyan
48
49-68
0,15
Laweyan
49
50-67
0,03
Laweyan
50
51-19
0,03
Laweyan
51
52-34
0,4
Banjarsari
52
53-39
0,6
Banjarsari
53
54-113
1,5
Laweyan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
55-116
2
Banjarsari
55
56-64
0,5
Banjarsari
56
57-65
0,7
Banjarsari
57
58-62
1
Serengan
58
59-17
0,02
Banjarsari
59
60-43
0,01
Laweyan
60
61-41
1,1
Banjarsari
61
62-58
1
Serengan
62
63-104
1,5
Jebres
63
64-56
0,5
Banjarsari
64
65-57
0,7
Banjarsari
65
66-12
0,08
Banjarsari
66
67-50
0,03
Laweyan
67
68-49
0,15
Laweyan
68
70-73
0,2
Banjarsari
69
71-92
0,2
Banjarsari
70
72-88
0,2
Banjarsari
71
73-70
0,2
Banjarsari
72
74-69
0,4
Banjarsari
73
76-85
0,2
Banjarsari
74
77-86
0,2
Banjarsari
75
78-87
0,4
Banjarsari
76
79-28
0,01
Banjarsari
77
80-15
0,03
Banjarsari
78
82-83
0,3
Banjarsari
79
83-82
0,3
Banjarsari
80
84-30
0,6
Banjarsari
81
85-76
0,2
Banjarsari
82
86-77
0,2
Banjarsari
83
87-78
0,4
Banjarsari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
88-72
0,2
Banjarsari
85
89-90
0,2
Banjarsari
86
90-89
0,2
Banjarsari
87
91-13
0,04
Banjarsari
88
92-71
0,2
Banjarsari
89
93-100
0,4
Banjarsari
90
95-33
0,5
Laweyan
91
96-108
0,8
Pasar Kliwon
92
97-31
0,7
Banjarsari
93
98-112
0,7
Laweyan
94
99-42
1,2
Serengan
95
100-93
0,4
Banjarsari
96
101-110
0,4
Banjarsari
97
102-117
0,1
Banjarsari
98
103-114
0,2
Banjarsari
99
104-63
1,5
Jebres
100
105-119
2
Banjarsari
101
106-115
0,8
Banjarsari
102
107-40
0,7
Pasar Kliwon
103
108-96
0,8
Pasar Kliwon
104
109-111
0,3
Banjarsari
105
110-101
0,4
Banjarsari
106
111-109
0,3
Banjarsari
107
112-98
0,7
Laweyan
108
113-54
1,5
Laweyan
109
114-103
0,2
Banjarsari
110
115-106
0,8
Banjarsari
111
116-55
2
Banjarsari
112
117-102
0,1
Banjarsari
113
118-46
0,6
Laweyan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
114
digilib.uns.ac.id
119-105
2
Banjarsari
Sumber: Analisis Data Primer 2008
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang
lain yang paling dekat di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
Ju =
=
8
119
= 0,0672 Km
Jadi, jarak rata-rata yang diukur antara satu titik hotel dengan titik hotel
lain yang terdekat di Kota Surakarta adalah 0,0672 Km.
Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh,
untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P merupakan
perbandingan antara jumlah titik hotel dengan luas wilayah Kota Surakarta
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
P=
119
44,04
=
= 2,7020
Jadi, nilai P di Kota Surakarta adalah 2,7020.
Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh di Kota Surakarta
dengan rumus sebagai berikut :
Jh =
=
1
2 2,7020
=
1
2 x1,6437
=
1
3,2875
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= 0,3041
Jadi, nilai Jh di Kota Surakarta adalah 0,3041.
Setelah nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
T=
=
0,0672
0,3041
= 0,2209
Jadi, nilai T Kota Surakarta adalah 0,2209.
Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut Bintarto
dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran hotel di Kota Surakarta adalah
mengelompok atau cluster. Dengan kata lain jarak hotel yang satu dengan hotel
yang yang lain saling berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempattempat tertentu. Pola mengelompok hotel ini jelas terlihat di Kecamatan
Banjarsari utamanya di sekitar stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi.
Pengelompokan hotel di sekitar stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi
sangat erat kaitannya dengan faktor lokasi dan karakteristik penginap hotel.
Lokasi hotel yang dekat dengan simpul transportasi merupakan lokasi yang sangat
strategis dikarenakan penginap hotel merupakan orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan. Stasiun dan terminal merupakan jalur masuk utama bagi
para pelancong, sehingga hotel yang dekat lingkungan tersebut lebih mudah
dijangkau oleh calon penginap/wisatawan dibandingkan dengan hotel yang jauh
dari lingkungan simpul transportasi.
Selain itu harga lahan di lingkungan simpul transportasi relatif lebih
murah, fenomena ini pula yang mendukung “booming” hotel (kelas melati)
sehingga terjadi pengelompokan hotel yang ada di Kota Surakarta, dengan tempat
pengelompokan di sekitar stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi yang termasuk
dalam daerah administrasi Kecamatan Banjarsari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Distribusi Hotel di Kota
Surakarta
a. Aksesibilitas Lokasi Hotel
Aksesibilitas berkaitan dengan tingkat kemudahan dalam pencapaian
lokasi. Aksesibilitas suatu wilayah memiliki peranan yang penting untuk
mengetahui kemampuan sirkulasi antar komponen-komponen dari wilayah itu
sendiri atau dari wilayah lain yang memanfaatkan akses tersebut.
Berkaitan dengan penelitian, aksesibilitas yang dimaksud adalah tingkat
kemudahan dalam mencapai lokasi tiap hotel. Melalui analisis peta jaringan
jalan Kota Surakarta dapat diketahui tingkat kemudahan tiap hotel pada Tabel
24.
Tabel 24. Distribusi Hotel Ditinjau Dari Status Jalan di Kota Surakarta
Tahun 2008
Jumlah
Aksesibilitas Berdasarkan
Status Jalan
No
Buah
%
1
Jalan Arteri
22
18,5
2
Jalan Kolektor
59
49,6
3
Jalan Lokal
38
31,9
Jumlah
119
100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2008
40
Jalan Arteri
59
60
38
Jalan kolektor
22
20
0
STATUS JALAN
Jalan lokal
Gambar 5.Grafik Distribusi Hotel Ditinjau Dari Segi Status Jalan
di Kota Surakarta Tahun 2008
Dari Tabel 24 distribusi hotel berdasarkan aksesibilitas dan analisis peta
jaringan jalan daerah penelitian diketahui bahwa bangunan hotel sebesar 49,6%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat di jalan kolektor ( jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi). Jalan kolektor didaerah penelitian
meliputi Jalan Ki Hajar Dewantara, Jalan Monginsidi, Jalan Gajahmada, Jalan AR
Saleh, Jalan Hasanudin, Jalan Arifin, Jalan Imam Bonjol, Jalan Kyai Gede, Jalan
Sugiyopranoto, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Dr. Rajiman dari arah barat sampai
Pasar Jongke, Jalan Ronggowarsito, Jalan Ahmad Dahlan, Jalan RM Said, Jalan
Dr Supomo, Jalan Menteri Supeno, Jalan.RD Tagore, Jalan Dr Muwardi,
Jalan Setiabudi, Jalan Samanhudi, Jalan Dr Sutomo, Jalan Agus Salim, Jalan Adi
Sumarmo, Jalan AM Sangadji.
Distribusi hotel disepanjang jalan kolektor ditujukan untuk menjangkau
mereka yang biasanya lebih menyukai suasana tenang sehingga lebih memilih
hotel yang agak menjauhi pusat kota dan sedang melakukan perjalanan di sekitar
Kota Surakarta, selain itu keadaan jalan juga cenderung tidak terlalu padat.
Distribusi hotel dijalan kolektor lebih besar dibandingkan dengan distribusinya di
jalan arteri karena fasilitas perdagangan dan jasa relatif banyak disepanjang jalan
kolektor di Kota Surakarta.
Distribusi hotel di jalan arteri yaitu jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna jumlahnya
paling sedikit sebesar 18,5%. Hotel yang terletak di sepanjang jalan arteri selain
dimanfaatkan oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan untuk
mengunjungi Kota Surakarta juga tidak menutup kemungkinan digunakan oleh
para pengguna jalan berasal dari luar kota yang melakukan perjalanan jauh
(musim liburan) kebetulan melewati Kota Surakarta. Kebanyakan dari pengguna
jasa hotel lebih cenderung memanfaatkan jasa hotel daripada jasa akomodasi
lainnya dikarenakan lebih merasakan kenyamanan maupun keamanan.
Penempatan lokasi hotel dikawasan jalan arteri sangat membantu sekali
bagi para pengguna yang tidak tahu tentang daerah setempat karena biasanya
lokasi hotel letaknya dipinggir jalan dalam wilayah pusat kota. Hal ini akan sangat
memudahkan mereka yang baru pertama kali berkunjung ke Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Distribusi hotel di jalan lokal (jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi) jumlahnya sedang yaitu sebesar 31,9%.
Distribusinya paling banyak terdapat sekitar Satasiun Balapan yaitu sepanjang
Jalan Kestalan,dan sekitar Terminal Tirtonadi yaitu di Jalan Merak, Jalan
Cinderejo, Jalan Margorejo, jalan Tirtonadi. Di jalan tersebut sangat ramai
dilewati oleh kendaraan baik roda 2 atau roda empat. Karena lokasi simpul
transportasi merupakan lokasi yang potensial dalam pemanfaatan hotel untuk
menjangkau mereka yang lebih menyukai jasa angkutan umum dibanding dengan
angkutan pribadi, oleh karena itu penempatan lokasi hotel di kawasan ini sangat
cocok (strategis) ditinjau dari segi aksesibilitasnya (tingkat kemudahan dalam
pencapaian lokasi hotel).
Pada umumnya aksesibilitas yang tinggi identik dengan mobilitas tinggi
pula. Kondisi demikian mendorong perkembangan suatu daerah kearah kemajuan
yang cukup pesat. Lokasi di pinggir jalan yang mempunyai akses tinggi
merupakan tempat strategis penempatan lokasi hotel. Karena lokasinya di pinggir
jalan memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa untuk mengenali dan
memanfaatkan hotel, sehingga dimungkinkan jumlah pengguna jasa hotel dalam
periode waktu tertentu akan terus meningkat dan optimalisasi pemanfaatannya
juga dapat tercapai. Pendirian bangunan hotel dilokasi terbuka dan akses mudah
akan lebih sering dikunjungi oleh penginap dibandingkan dengan lokasi hotel
yang berada di dalam komplek pinggiran permukiman. Sebagai contoh lokasi
hotel yang terletak dipinggir Jalan Slamet Riyadi banyak sekali dikunjungi oleh
penginap dari berbagai latar belakang, berbeda dengan lokasi hotel di sekitar
Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi yang hanya dimanfaatkan oleh sebagian
besar mereka yang berasal dari satu jenis pekerjaan (supir,sales)dari luar Kota
Surakarta akan tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat umum yang
menggunakan hotel tersebut.
Di wilayah penelitian hotel banyak sekali terdapat di daerah simpul
transportasi. Lokasi-lokasi tersebut sangat mudah dijangkau oleh para pengguna
jasa hotel dan dirasa cukup aman dan nyaman bagi sebagian besar kalangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam hal akomodasi. Distribusi hotel tidak hanya terdapat di pusat kota maupun
simpul tarnsportasi saja melainkan di daerah pinggiran kota seperti daerah sekitar
pasar Jongke terdapat beberapa hotel dari beberapa kelas dengan kondisi yang
baik.
b. Agihan Kelas Harga Lahan
Harga lahan merupakan suatu pengukuran atas lahan yang diukur
berdasarkan harga nominal dalam satuan mata uang untuk satuan luas pada
pasar lahan. Harga lahan berbeda antara lokasi satu dengan lainnya tergantung
faktor kelengkapan fasilitas yang tersedia dan kemudahan jangkauan. Harga
lahan di kota tentu jauh lebih tinggi daripada di pinggiran kota. Harga lahan
akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak dari pusat kota. Kemudian
wilayah tanpa sarana transportasi akan memiliki harga lahan yang rendah.
Menurut data yang diperoleh dari http://asaki.or.id (Sumber : Survei
Properti Indonesia, C-21 Joglosemar dan Ray White Solo) di daerah penelitian
harga lahan bervariasi dari yang murah hingga mahal. Untuk lahan harga
murah biasanya lokasinya jauh dari pusat kota, lahan pertanian non produktif.
Kendati berada di daerah pinggiran, ada beberapa lokasi yang mempunyai
harga lahan di atas Rp. 1.000.000,-,
tepatnya di pinggir jalan kolektor
terutama sisi Jalan Adi Sucipto. Harga tanah di Jalan Adi Sucipto di km 1
hingga km 5 semeter perseginya mencapai Rp 2.000.000,- (Kecamatan
Banjarsari). Adapun km 5 hingga km 9 harganya turun sedikit menjadi Rp
1.500.000,- per m2 (Kecamatan Laweyan).
Berdasar data yang didapat http://asaki.or.id (Sumber : Survei Properti
Indonesia, C-21 Joglosemar dan Ray White Solo) terlihat bahwa agihan kelas
harga lahan di Kota Surakarta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
a. Kelas 1 (sangat tinggi) : harga lahan Rp. 1.000.000,- – Rp. 1.5000.000,per m2
b. Kelas 2 (tinggi) : harga lahan Rp. 500.000,- – Rp. 1.000.000,- per m2
c. Kelas 3 (sedang): harga lahan Rp. 250.000,- – Rp. 500.000,- per m2
d. Kelas 4 (rendah): harga lahan Rp. 50.000,- – Rp. 250.000,- per m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika dikaitkan dengan sebaran lokasi hotel, maka sebarannya sangat
sedikit yang berada di kelas lahan 1. Hal itu karena penggunaan lahan pada
kelas lahan 1 yang berada di sisi jalan kolektor adalah untuk kegiatan
perdagangan (bisnis). Sementara itu, sebaran hotel kebanyakan mengelompok
pada lokasi dengan harga lahan 2. Lokasi kelas harga lahan 2 ini biasanya di
sekitar kelas 1. Aksesibilitasnya baik dengan harga lahan yang tidak terlalu
mahal. Tampaknya lokasi demikian menjadi favorit bagi pengembang
perhotelan. Sebanyak 47% lokasi hotel menempati lahan dengan kelas harga
lahan 2.
Sebaran distribusi hotel akan menurun seiring menurunnya kelas lahan,
perkecualian untuk kelas lahan 1, dimana orientasi penggunaan lahannya
adalah lahan kegiatan komersial. Untuk kelas harga lahan 4 dimana
penggunaan lahannya adalah lahan pertanian, hanya ditempati oleh 15%
komplek hotel. Hal itu dapat disebabkan oleh sulitnya ijin dalam pembebasan
lahan pertanian, letaknya yang jauh dari keramaian dan fasilitas. Lokasi
tersebut mempunyai aksesibilitas yang kurang baik. Dengan demikian sebaran
hotelnya sedikit jumlahnya.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pola sebaran hotel juga
ikut ditentukan oleh agihan kelas harga lahan.
4.
Karakteristik Penginap Hotel
Data karakteristik ini diperoleh dari responden yang telah ditentukan
sebelumnya. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah
penginap hotel yang ada di Kota Surakarta. Dalam penelitian ini, data yang
dikumpulkan dari responden adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan
dan usia.
Untuk selengkapnya mengenai data dari responden dapat dilihat pada
tabel hasil wawancara pada lembar lampiran. Penjelasan lebih lanjut mengenai
variabel penginap hotel adalah sebagai berikut :
Tabel 25. Karakteristik Penginap Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan
di Kota Surakarta Tahun 2008
No
Usia
Tingkat Pendidikan Penginap Hotel
commit to user
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tidak
Tamat
Tamat
Tamat
Tamat
Tamat
Tamat
Lain
Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
S1
S2
S3
-lain
1
20 – 24
-
-
7
3
-
-
-
10
2
25 – 29
-
-
-
15
-
-
-
15
3
30 – 34
-
-
-
14
16
-
-
30
4
35 – 39
-
-
-
9
5
-
-
14
-
-
-
7
9
2
-
1
19
-
-
7
48
30
2
-
1
88
5
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa penginap hotel dengan tingkat
pendidikan SLTA dari berbagai usia mempunyai persentase paling tinggi yaitu
sebesar 54% dari jumlah responden.Untuk tingkat usia 30 – 34 mempunyai
persentase paling tinggi yaitu sebesar 34%. Penginap hotel dengan tingkat
pendidikan dan usia tersebut pada umumnya sedang melakukan perjalanan bisnis
dikarenakan tuntutan profesi sebagai karyawan maupun swasta.
Para penginap dengan tingkat pendidikan dan tingkat usia lainnya
biasanya menggunakan jasa hotel karena mendatangi pertemuan keluarga dan
acara liburan. Bagi mereka yang liburan atau menghadiri acara keluarga biasanya
menginap lebih dari 2 hari, sedangkan yang melakukan perjalanan bisnis biasanya
cuma sehari karena hanya memerlukan tempat untuk singgah saja.
Karakteristik penginap juga dapat dilihat dari aspek pekerjaan dan
pendapatan. Lebih lanjut karakteristik penginap hotel berdasarkan aspek pekerjaan
dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Pekerjaan dan
Pendapatan di Kota Surakarta Tahun 2008
No
Pekerjaan
Pendapatan Penginap (dalam ribuan) / bulan
commit to user
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
501-
1.001-
1.501-
1.000
1.500
2.000
1
PNS
-
-
1
8
1
10
2
ABRI
-
-
-
-
-
-
3
Pedagang
-
5
3
2
9
19
4
Pengusaha
-
2
5
4
11
5
Nelayan
-
-
-
-
-
-
6
Petani
-
-
1
-
-
1
-
-
-
-
-
-
Lain-lain
-
18
28
1
-
47
Jumlah
-
25
33
16
14
88
7
8
Pelajar /
Mahasiswa
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 26 jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi delapan.
Jenis pekerjaan lain-lain (karyawan/swasta)dengan penghasilan di bawah
Rp 2.000.000,00 memiliki persentase paling banyak yaitu sebesar 53%
dibanding jenis pekerjaan lain. Hal ini wajar karena mereka ini terutama
berprofesi sebagai marketing dan sejumlah itulah gaji yang umumnya diberikan
oleh perusahaan.. Jadi para marketing ini dituntut sering melakukan pekerjaan
lapanganuntuk melakukan perjalanan bisnis(luar kota)sehingga mau tidak mau
harus menngunakan jasa hotel sebagai tempat tinggal sementara waktu. Hal ini
juga pula yang menyebabkan berdirinya hotel yang dikhususkan bagi para
marketing,misal Hotel Aries di kawasan terminal Tirtonadi.Tidak ada penginap
hotel dengan jenis pekerjaan mahasiswa,nelayan ,dan ABRI lebih dikarenakan
ketiga profesi tersebut hampir dapat dikatakan tidak memerlukan jasa hotel
kecuali saat musim liburan. Tidak ada penginap dengan penghasilan kurang dari
Rp.500.000,00 dikarenakan UMR yang ditetapkan tiap pemerintah kota di
Indonesia saat ini sudah lebih dari Rp.600.000,00/bulan. Data yang didapat juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan bahwa pendapatan sebesar Rp1.000.000,00 - Rp1.500.000,00
merupakan yang paling banyak diperoleh oleh para pengguna jasa hotel di Kota
Surakarta.
Tabel 27. Lama Penginap Menginap di Hotel di Kota Surakarta Tahun 2008
No
1
2
3
4
5
Lama (hari)
Motivasi Penginap
Bersenang-senang dan
Jumlah
2-3
-
13
-
13
-
-
14
14
-
7
-
7
Keperluan dinas
54
-
-
54
Lain-lain
-
-
-
-
54
20
14
88
santai (acara keluarga)
Rekreasi dan memulihkan
kesehatan (liburan)
Acara perjalanan
(seminar/training)
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 54 responden atau 61,4% dari
responden mengunakan jasa hotel sebagai tempat persinggahan sementara, untuk
urusan pekerjaan atau dinas jadi mereka hanya menginap selama 1 hari saja, 20
responden atau 22,7% responden menginap 2-3 hari yag biasanya sedang
mengikuti seminar, pelatihan maupun pertemuan keluarga , dan 14 responden
atau 15,9% menginap lebih dari 4 hari yang biasanya dilakukan bagi mereka yang
sedang liburan. Jumlah responden yang menginap lebih didominasi mereka yang
sedang melakukan aktifitas sehubungan dengan pekerjaan dan bukannya mereka
yang sedang berlibur diduga karena waktu penyebaran angket bukan pada saat
musim liburan. Para pengguna jasa hotel yang merasa puas dengan pelayanan
sebuah hotel akan cenderung kembali untuk menggunakan jasanya di lain waktu.
Demikian frekuensi penggunaan responden yang menggunakan hotel sebagai
tempat menginap, dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Frekuensi Penginap Menginap di Hotel di Kota Surakarta Tahun
2008
No
Frekuensi
Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
x
2
2x - 3x
3
Jumlah
Jiwa
Persen (%)
31
35,2
44
50
13
14,8
88
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa para pengguna jasa hotel
sebagian besar tidak hanya sekali dalam menggunakan jasa sebuah hotel sebagai
tempat persinggahan.Ini didadapatkan dari hasil kusioner yang diberikan kepada
penginap hotel. Data angket juga menunjukkan bahwa mereka bahkan telah
menjadi semacam pelanggan tetap di hotel tertentu. Hal ini dimungkinkan karena
penginap telah merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang mereka dapatkan.
Lebih jelas mengenai faktor yang menjadi penyebab kepuasan para
pengguna hotel dan alasan mereka dalam memilih hotel yang mereka singgahi
dapat dilihat pada Tabel 29 mengenai keadaan dan pelayanan hotel di Kota
Surakarta.
Tabel 29. Kelayakan Sarana dan Pelayanan Hotel di Surakarta Tahun 2008
Penilaian Penginap
No
Sarana dan Pelayanan
Tidak
Sangat
baik
baik
2
4
1
7
baik/kurang
baik
1
Bentuk/arsitektur bangunan secara
keseluruhan
Jumlah
Cukup
2
Tata ruang/setting ruangan dalam hotel
1
1
2
4
3
Dekorasi kamar hotel
1
1
2
4
4
Sanitasi hotel
1
1
4
6
5
Kebersihan hotel
1
1
5
7
6
Mutu makanan dan minuman
1
1
1
3
1
1
1
3
7
Peralatan dan perlengkapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(olahraga,rekreasi,komunikasi,hiburan)
8
Keramahtamahan pegawai hotel
1
2
1
4
9
Kenyamanan/privasi dalam hotel
1
2
1
4
10
Keamanan lingkungan hotel
1
2
1
4
11
Ketentraman suasana dalam hotel
1
2
6
9
12
Sistem pelayanan dalam hotel
1
2
1
4
1
27
1
29
14
47
27
88
13
Tarif yang dikenakan(dilihat dari
fasilitas/sarana prasarana yang ada)
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2008
Hasil penyebaran angket menunjukkan bahwa tingkat kelayakan yang
dimiliki oleh tiap Hotel yang ada di kota Surakarta tergolong baik. Dapat dilihat
para responden yang memberi penilaian kurang baik sekitar 14 responden atau
15,9% saja sedangkan sisanya memberi penilaian cukup baik dan sangat baik. Ini
membuktikan bahwa bisnis perhotelan di Kota Surakarta sudah dikelola secara
profesional karena sudah menunjukkan kinerjanya yang benar-benar sesuai
dengan apa yang diharapkan dari sebuah penyedia jasa akomodasi. Banyaknya
penilaian dengan kriteria cukup bagus dan bagus sangat mendukung hasil Tabel
29,dengan tingkat kelayakan pelayanan yang baik maka para penginap cenderung
merasa puas sehingga akan kembali jasa hotel-hotel yang bersangkutan setiap kali
mereka berkunjung atau melewati Kota Surakarta.
Para penginap umumnya berasal dari berbagai kalangan baik dari jenis
pekerjaan maupun jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan penggambaran
responden dengan membedakan kelamin laki-laki dan perempuan. Dengan
mendasarkan pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan bisa dijadikan
perbandingan dari semua responden yang terkumpul, sehingga dapat diketahui
apakah penggunaan hotel di Kota Surakarta hanya didominasi oleh jenis kelamin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertentu atau tidak. Penggambaran perbandingan jumlah pengguna hotel
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Karakteristik Penginap Hotel Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota
Surakarta Tahun 2008
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Jiwa
Persen
1
Laki-laki
63
71,6
2
Perempuan
25
28,4
88
100
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penginap hotel berdasarkan
jenis kelamin cenderung tidak seimbang. Dari total 88 responden diketahui bahwa
63 responden atau 71,6% berjenis kelamin laki-laki dan 25 responden atau 28,4%
berjenis kelamin perempuan. Dengan kata lain, terdapat dominasi penginap hotel
berdasarkan jenis kelamin. Kebutuhan akan perjalanan yang membutuhkan tempat
persinggahan sementara kiranya lebih banyak dilakukan oleh laki-laki.
Hal ini wajar mengingat dewasa ini kaum perempuan umumnya
mengunakan jasa hotel untuk sekedar acara keluarga atau liburan,sehingga
jumlahnya tidak terlalu dominan dikarenakan hanya musim tertentu. Dewasa ini
meskipun dimana-mana dikatakan sudah merupakan zaman emansipasi, namun
kiranya dalam hal pekerjaan yang lebih berbau lapangan biasanya dipercayakan
kepada laki-laki. Fakta ini juga mendukung hasil angket yang menunjukkan
mereka yang menggunakan jasa hotel untuk keperluan pekerjaan sebagian besar
laki-laki.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Distribusi hotel di Kota Surakarta tahun 2008 adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan jenis hotel distribusinya banyak terdapat di Kecamatan
Banjarsari dengan persentase hotel jenis non bintang (melati) lebih
besar dibandingkan hotel bintang.
b.
Berdasarkan kelasnya distribusi hotel dengan kelas melati 1 memiliki
persentase paling banyak dibandingkan kelas melati (2 ,3) serta jenis
bintang (1,2,3,4,5).
c.
Berdasarkan
lokasinya
distribusi
hotel
mendominasi
disektor
perdagangan dan jasa serta kawasan simpul transportasi.
2.
Berdasarkan analisis tetangga terdekat pola distribusi spasial hotel di Kota
Surakarta tahun 2008 termasuk mengelompok (cluster).
3.
Berdasarkan hasil studi berupa data yang diperoleh, dilakukan perbandingan
dengan hasil wawancara dari para pengusaha hotel maka diketahui bahwa
faktor - faktor yang mempengaruhi distribusi hotel di Kota Surakarta yaitu
aksesibilitas dan agihan kelas harga lahan. Ini sesuai dengan kajian teori
lokasi, dimana seorang pengusaha akan berusaha mencari lokasi pendirian
usahanya di tempat yang strategis dengan biaya seminimal mungkin.
4.
Karakteristik pengguna (penginap) hotel di Kota Surakarta tahun 2008 adalah
sebagai berikut :
a.
Berdasarkan tingkat pendidikan, penginap hotel dengan tingkat
pendidikan SMA dan S1 memiliki jumlah lebih besar dibandingkan
dengan tingkat pendidikan lain.
b.
Berdasarkan jenis pekerjaan karakteristik penginap hotel didominasi
kriteria lain-lain (karyawan/swasta)dengan penghasilan di bawah Rp
2.000.000,00.
c.
Berdasarkan jenis kelamin, karakteristik penginap hotel didominasi oleh
kaum laki-laki.
B. Implikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyaknya jumlah hotel dengan kelas melati yang mengelompok dalam
skala besar (booming) seperti dapat ditemui di kawasan Terminal Tirtonadi dan
Stasiun balapan menimbulkan dampak kurang baik. Dari segi ekonomi mengalami
kejenuhan dikarenakan terlampau banyaknya penyedia jasa akomodasi tanpa
dibarengi perhitungan jumlah penginap yang datang ke Kota Surakarta. Alhasil
banyak hotel yang memiliki banyak kamar kosong dikarenakan para penginap
terkonsentrasi di hotel yang cukup berkelas. Dari segi sosial kekosongan kamar
dimanfaatkan pengelola untuk menerima mereka yang sekedar melakukan kencan
sehingga kawasan tesebut menjadi semacam pusat prostitusi terselubung.
C. Saran
1.
Praktis
a. Masih perlunya kajian mendalam oleh Pemkot Surakarta dalam pemberian
ijin pendirian sebuah hotel.
b. Perlunya peningkatan promosi oleh pihak yang bersangkutan terkait usaha
peningkatan promosi wisata Kota Surakarta sehingga dapat menarik
wisatawan lebih banyak lagi.
2.
Teoritis
a. Masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka
bagi pihak atau peneliti selanjutnya yang mengkaji tentang hotel hendaknya
perlu melakukan kajian lebih mendalam agar dapat memecahkan masalah
yang berkaitan dengan hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Azwini, Kartoyo, 1981. Dasar-Dasar Demografi.Jakarta : Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Uniersitas Indonesia
Bintarto, R. dan Hadisumarno, S, 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta:
LP3ES.
commit to user
Download