BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Kebijakan Hutang
a. Pengertian Hutang
Hutang Menurut Djarwanto (2004:34) merupakan kewajiban
perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau
menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga
merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan
keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan
besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan
menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin
tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.
Hutang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur.
Dalam jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali
atau wajib memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut.
Pemenuhan kewajiban ini dapat berupa pembayaran uang, penyerahan
barang atau jasa kepada pihak yang telah memberikan pinjaman kepada
perusahaan.
.
Universitas Sumatera Utara
b. Klasifikasi Hutang
Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi
dua yaitu:
1 ) Hutang jangka pendek
Hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada
pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal,
umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau
utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang
berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:
a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman
yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa
kredit.
b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari
perusahaan untuk mmbayar sejumlah uang atas perintah pihak
lain pada tanggal tertentu yang akan datang ditetapkan (utang
wesel).
c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah
penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan.
Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan
uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan
barang atau jasanya.
d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable)
adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan
kepada
perusahaan
selama
jangka
waktu
tetapi
pembayarannya belum dilakukan (misalnya upah, bunga,
sewa, pensiun, pajak harta milik dan lain-lain).
e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long
term debt) adalah sebagian atau seluruh utang jangka panjang
yang menjadi utang jangka pendek karena sudah waktunya
untuk dilunasi.
2 ) Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan
kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu
melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:
a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda
berutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu
tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu
misalnya bangunan, tanah, atau perabot.
b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berutang
yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan
membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan
Universitas Sumatera Utara
membayar bunganya secara teratut pada setiap interval waktu
tertentu yang telah disepakati.
c. Wesel bayar jangka panjang (Notes payable- long term)
adalah wesel bayar dimana jangka waktu pembayarannya
melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu
operasi normal.
Pembiayaan dengan mengunakan hutang memiliki beberapa keunggulan
dan kelemahan. Menurut Houston (2001:4) keunggulan pembiayaan
dengan menggunakan hutang adalah:
1. Bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan Pajak,
sehingga menurunkan biaya efektif dari utang
2. Pemegang utang (debtholder) mendapat pengembalian yang
tetap, sehingga pemegang saham (stockholder) tidak perlu
mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam
kondisi prima.
Sementara kelemahan pembiayaan dengan menggunakan hutang adalah:
1. Semakin tinggi rasio hutang, semakin tinggi pula resiko
perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih
tinggi.
2. Apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
laba operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga,
maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan
perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup.
c. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang perusahaan merupakan kebijakan yang diambil
oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan
(dana) dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional
perusahaan. Hal ini berkaitan erat dengan struktur modal yang dipilih
perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan antara modal asing atau
hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan lebih menyukai
perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan
Universitas Sumatera Utara
pemilik perusahaan dapat tercapai. Disamping itu perilaku manajer dan
komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan.
Kebijakan hutang memiliki pengaruh pendisiplinan perilaku
manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai
perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga
meningkatkan
kemungkinan
kesulitan-kesulitan
keuangan
atau
kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong manajer
agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa
perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi
free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku
memuaskan diri sendiri.
Kebijakan hutang sering diukur menggunakan debt ratio yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah
DER (debt to equity ratio), semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Pada akhirnya peningkatan hutang
akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi
pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. DER yang
rendah diharapkan dapat mengurangi tingkat kebangkrutan dan financial
distress. Terjadinya financial distress juga menimbulkan konflik
keagenan di antaranya melalui asset subtitution dan under investment.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang
bersumber dari
eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan
dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi
dalam struktur modal. Perusahaan dinilai beresiko apabila memiliki porsi
hutang yang besar dalam struktur modal. Namun sebaliknya apabila
perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka
perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal
yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.
2. Kepemilikan manajerial
Menurut Melinda (2008), kepemilikan manajerial didefenisikan
sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang
dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan
manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan,
hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan
terhadap kinerja manajer yang bersifat internal.
Jensen dan meckling (1976) dalam Melinda (2008) menyatakan bahwa
masalah keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan antara kepemilikan
dan kontrol. Kepemilikan manajerial harus dapat disesuaikan dengan
kepentingan pemegang saham agar dapat meminimumkan biaya keagenan
yang muncul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol
tersebut.
Semakin
besar
proporsi kepemilikan
manajemen
dalam
perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan
pemegang saham termasuk mereka sendiri. Kepemilikan manajer yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi menyebabkan manajer tidak hanya memiliki kontrol manajemen
namun juga kontrol voting di dalam perusahaan.
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh
institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan
institusional menurut Chen & Steiner (1999) dalam Melinda (2008) akan
mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham institusional akan
membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan
bertindak merugikan pemegang saham.
Kepemilikan saham institusional yang terjadi di Indonesia terbagi
menjadi kepemilikan institusioanl eksternal dan kepemikan institusional
internal (Mahadwarta, 2004 dalam Melinda, 2008). Kepemilikan
institusional eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi seperti
dana pensiun, asuransi, reksadana, dan perusahaan investasi lainnya, dan
menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik. Kepemilikan
institusional internal adalah kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti
perseroan terbatas (PT) yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan
publik.
4. Struktur Aset
Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan. Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan
pendanaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva lancar
Universitas Sumatera Utara
yang lebih banyak dalam struktur aktivanya cenderung untuk menggunakan
hutang dalam pemenuhan kegiatan pendanaanya, sedangkan perusahaan
yang memiliki jumlah aktiva tetap yang lebih banyak cenderung
menggunakan modal sendiri dalam memenuhi kegiatan pendanaanya.
Menurut Brigham dan Houston (2001:39) perusahaan yang aktivanya
sesuai
untuk
dijadikan
jaminan
kredit
cenderung
lebih
banyak
menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh
banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang
hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan
jaminan kredit. Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan merupakan
suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang
diberikan kepada perusahaan. Kreditor tentunya melakukan suatu analisis
kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya (likuiditas).
5. Dividen
Dividen menurut Sugiarto (2009:73) adalah pendistribusian laba
kepada pemegang saham secara pro rata menurut kelas atau surat berharga.
Dividen merupakan bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang
saham biasa, baik dalam bentuk tunai atau kas. Keputusan tentang berapa
banyak bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham dan berapa banyak yang akan ditahan atau dinvestasikan kembali,
disebut sebagai kebijakan deviden. Kebijakan dividen merupakan bagian
Universitas Sumatera Utara
yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan (Van Horne,
2005:54).
Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumbersumber dana yang dikendalikan oleh manajer, karena semakin tinggi
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow
dalam perusahaan semakin kecil sehingga manajer harus memikirkan untuk
memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan
demikian akan mengurangi kekuasaan manajer terhadap pengendalian
terhadap perusahaan, karena dengan adanya entitas lain yang memberikan
hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan
untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.
Menurut Warsono (2003:272), dividen dalam suatu perusahaan dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Dividen tunai
Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak
digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para
pemegang sahan melaui cek atau terkadang para pemegang saham
menginvestasikannya kembali dalam saham di perusahaan.
b. Dividen saham
Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan
bukan dalam bentuk uang tunai. Perusahaaan yang akan
memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya
dividen tersebut dalam persentase tertentu.
c. Dividen kekayaan
Dividen kekayaan adalah distribusi rata suatu aset fisik. Aset
tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan.
Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah perusahaan masih
sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang mudah di
distribusikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut
Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) “teori keagenan
menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara
pemilik perusahaan (principal) dan manajemen perusahaan sebagai
agent”. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen
tersebut.
Teori keagenan Jensen & Meckling dalam Fauz (1976) menyatakan
bahwa perusahaan yang memisahkan fungsinya pengelolaan dengan fungsi
kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik
antara manajer dan pemegang saham diantaranya menyangkut pembuatan
keputusan yang terkait dengan aktivitas pencairan dana dan pembuatan
keputusan terkait dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut akan di
investasikan. Hal ini disebabkan karena manajer lebih mengutamakan
kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan
pribadi manajer karena akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga
akan menurunkan keuntungan dan dividen yang diterima.
Agency problem sering kali terjadi bila proporsi kepemilikan
manajerial kurang dari 100% sehingga ia cenderung bertindak untuk
mengejar
kepentingan dirinya,
dan tidak
mendasar
pada usaha
memaksimalkan nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi
ini terjadi sebagai konsekuensi pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan. Pemegang saham hanya peduli pada resiko sistematis dari
saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio
yang terdiversifikasi dengan baik. Namun, manajer lebih peduli pada
resiko perusahaan secara keseluruhan, di mana karena ini bagian
substantive dari kekayaan mereka di dalam aspek human capital
perusahaan, disamping juga karena reputasi manajer akan terancam jika
perusahaan mengalami kebangkrutan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung
kerangka konseptual penelitiaan.
Setiawan (2008) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan pada perusahaan non
manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap
kebijakan hutang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Arimoerti (2003) juga meneliti mengenai pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang go public
dibursa efek. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership, institusional
investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Universitas Sumatera Utara
Fatmawati (2009) pengaruh kepemilikan manajerial, dividen, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset terhadap kebijakan
utang pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
Damayanti (2006) analisa pengaruh free cash
flow dan struktur
kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di
Indonesia. Hasil penelitian free cash flow, rasio MVABVA, dividen yield
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan utang.
Manan (2004) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
hutang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.19992002 sebuah pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan
manajerial, dividen, stock volatility tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kebijakan hutang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran
saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kurniati (2007) Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan
hutang perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di bursa efek
Jakarta. Hasil penelitian Secara simultan, variabel independen berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel
dependen.
Secara
parsial,
kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
isnstitusional, kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Nama
Peneliti
Setiawan
(2008)
Arimoerti
(2003)
Fatmawati
(2009)
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul penelitian
Variabel
Kesimpulan dan Hasil
penelitian
Pengaruh
Secara simultan, kepemilikan
Independen:
Kepemilikan
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
Manajerial,
manajerial,
institusional
berpengaruh
Kepemilikan
kepemilikan
terhadap
kebijakan
hutang.
Institusional
institusional.
Secara parsial, kepemilikan
terhadap Kebijakan Dependen:
manajerial tidak berpengaruh
Hutang Perusahaan kebijakan hutang
signifikan terhadap kebijakan
pada
Perusahaan
hutang sementara kepemilikan
Non Manufaktur di
institusional berpengaruh positif
BEI
dan
signifikan
terhadap
kebijakan hutang.
Pengaruh Struktur
Kepemilikan
terhadap kebijakan
hutang
pada
perusahaan
manufaktur yang
go public dibursa
efek
Jakarta
periode tahun19982000
Independen:
insider ownership,
institusional
investor, firm size,
shareholder
dispersion.
Dependen:
kebijakan hutang
Secara
simultan,
insider
ownership,
institusional,
shareholder dispersion, firm size
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang. Secara parsial,
insider ownership, institusional
investor, firm size berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan
hutang shareholder dispersion
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang
Pengaruh
Secara parsial, kepemilikan
Independen:
kepemilikan
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
manajerial,dividen, manajerial,
institusional, ukuran perusahaan,
kepemilikan
dividen,
risiko
dan
struktur
asset
insitusional, ukuran kepemilikan
memiliki
pengaruh
yang
perusahaan,risiko,
institusional,
signifikan terhadap kebijakan
struktur
asset ukuran perusahaan, utang sedangkan dividen tidak
terhadap kebijakan risiko, dan struktur berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan utang.
hutang
pada asset.
perusahaan
Dependen:
manufaktur yang Kebijakan utang
terdaftar di bursa
Universitas Sumatera Utara
efek Indonesia
Damayanti
(2006)
Analisa pengaruh
free cash flow dan
struktur
kepemilikan saham
terhadap kebijakan
utang
pada
perusahaan
manufaktur
di
Indonesia
Independen: free
cash
flow,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
instistusional, rasio
MVABVA,
dividen yield
Dependen:
kebijakan utang
Secara parsial, free cash flow,
rasio MVABVA, dividen yield
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap
kebijakan
hutang.sedangkan kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Manan
(2004)
Analisis
faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kebijakan hutang
perusahaan
pada
industry keuangan
yang go public di
BEJ TH. 19992002
sebuah
pendekatan agency
theory
Kurniati
(2007)
Pengaruh struktur
kepemilikan
terhadap kebijakan
hutang perusahaan
(studi pada
perusahaan
textile/garments di
bursa efek Jakarta
Independen:
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
penyebaran saham,
ukuran perusahaan,
pertumbuhan,
struktur asset,
earning volatility,
dividen,
stock
volatility.
Dependen:
kebijakan hutang
Independen:
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
variabel kontrol:
profitabilitas,
dividen,
struktur
aset.
Dependen:
kebijakan hutang
Secara
simultan,
variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap variabel
dependen.
Secara
parsial,
kepemilikan manajerial, dividen,
stock
volatility
tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap
kebijakan
hutang.
Sedangkan kepemilikan institusi,
penyebaran
saham,
ukuran
perusahaan,
petumbuhan,
struktur asset, earning volatility
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Secara
simultan,
variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap variabel
dependen.
Secara
parsial,
kepemilikan
isnstitusional,
kepemilikan manjerial, dividen,
struktur
aset
berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Profitabilitas
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menjelaskan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian
terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan
kerangka konseptual sebagai berikut:
Kepemilikan
Manajerial (X1)
Kepemilikan
Institusional (X2)
Ha
Kebijakan Hutang
(Y)
Struktur aset (X3)
Dividen (X4)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah
kebijakan hutang. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur asset, dan dividen.
Universitas Sumatera Utara
Kepemilikan manajerial merupakan suatu persentase suara yang berkaitan
dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu
perusahaan sehingga akan mensejajarkan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham. Manajer yang ikut memiliki perusahaan tidak mungkin
bertindak opportunistik dan semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang
serta berusaha meminimumkan cost agency sehingga akan meningkatkan nilai
perusahaan. Jadi jika tingkat kepemilikan manajerialnya tinggi maka akan
mengurangi tingkat penggunaan hutang. Sebaliknya jika tingkat kepemilikan
manajerialnya rendah maka tingkat penggunaan hutangnya meningkat.
Hubungan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang perusahaan.
Begitu juga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan
hutang, karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka
diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan
dapat mengurangi cost agency pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan
membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan
perusahaan.
Menurut Houston (2001:39) Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk
dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak
hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan
merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk
tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan struktur aset,
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak struktur aset suatu perusahaan semakin banyak suatu
perusahaan tersebut menggunakan hutangnya.
Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan.
Adanya pembayaran dividen yang semakin besar kepada pemegang saham
menyebabkan
rasio
laba
ditahan
akan
kecil
sehingga
perusahaan
membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal untuk membiayai
perusahaanya. Dengan demikian, semakin besar dividen yang dibagikan suatu
perusahaan, maka kecenderungannya untuk berutang akan semakin tinggi.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah preposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan
atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenaranya
mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi
fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang
prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, dan Dividen berpengaruh secara
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan baik secara simultan maupun
parsial.
Universitas Sumatera Utara
Download