BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Hutang a. Pengertian Hutang Hutang Menurut Djarwanto (2004:34) merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Hutang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur. Dalam jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut. Pemenuhan kewajiban ini dapat berupa pembayaran uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak yang telah memberikan pinjaman kepada perusahaan. . Universitas Sumatera Utara b. Klasifikasi Hutang Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu: 1 ) Hutang jangka pendek Hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi: a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit. b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk mmbayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang ditetapkan (utang wesel). c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya. d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tetapi pembayarannya belum dilakukan (misalnya upah, bunga, sewa, pensiun, pajak harta milik dan lain-lain). e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh utang jangka panjang yang menjadi utang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah: a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot. b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan Universitas Sumatera Utara membayar bunganya secara teratut pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Notes payable- long term) adalah wesel bayar dimana jangka waktu pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu operasi normal. Pembiayaan dengan mengunakan hutang memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Menurut Houston (2001:4) keunggulan pembiayaan dengan menggunakan hutang adalah: 1. Bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan Pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari utang 2. Pemegang utang (debtholder) mendapat pengembalian yang tetap, sehingga pemegang saham (stockholder) tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima. Sementara kelemahan pembiayaan dengan menggunakan hutang adalah: 1. Semakin tinggi rasio hutang, semakin tinggi pula resiko perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi. 2. Apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup. c. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang perusahaan merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan (dana) dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Hal ini berkaitan erat dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan Universitas Sumatera Utara pemilik perusahaan dapat tercapai. Disamping itu perilaku manajer dan komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan. Kebijakan hutang memiliki pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan-kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri. Kebijakan hutang sering diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER (debt to equity ratio), semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Pada akhirnya peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. DER yang rendah diharapkan dapat mengurangi tingkat kebangkrutan dan financial distress. Terjadinya financial distress juga menimbulkan konflik keagenan di antaranya melalui asset subtitution dan under investment. Universitas Sumatera Utara Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai beresiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal. Namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan. 2. Kepemilikan manajerial Menurut Melinda (2008), kepemilikan manajerial didefenisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan, hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan terhadap kinerja manajer yang bersifat internal. Jensen dan meckling (1976) dalam Melinda (2008) menyatakan bahwa masalah keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol. Kepemilikan manajerial harus dapat disesuaikan dengan kepentingan pemegang saham agar dapat meminimumkan biaya keagenan yang muncul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol tersebut. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham termasuk mereka sendiri. Kepemilikan manajer yang Universitas Sumatera Utara tinggi menyebabkan manajer tidak hanya memiliki kontrol manajemen namun juga kontrol voting di dalam perusahaan. 3. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan institusional menurut Chen & Steiner (1999) dalam Melinda (2008) akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham institusional akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan pemegang saham. Kepemilikan saham institusional yang terjadi di Indonesia terbagi menjadi kepemilikan institusioanl eksternal dan kepemikan institusional internal (Mahadwarta, 2004 dalam Melinda, 2008). Kepemilikan institusional eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, dan perusahaan investasi lainnya, dan menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik. Kepemilikan institusional internal adalah kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas (PT) yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan publik. 4. Struktur Aset Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva lancar Universitas Sumatera Utara yang lebih banyak dalam struktur aktivanya cenderung untuk menggunakan hutang dalam pemenuhan kegiatan pendanaanya, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah aktiva tetap yang lebih banyak cenderung menggunakan modal sendiri dalam memenuhi kegiatan pendanaanya. Menurut Brigham dan Houston (2001:39) perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan kredit. Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Kreditor tentunya melakukan suatu analisis kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya (likuiditas). 5. Dividen Dividen menurut Sugiarto (2009:73) adalah pendistribusian laba kepada pemegang saham secara pro rata menurut kelas atau surat berharga. Dividen merupakan bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham biasa, baik dalam bentuk tunai atau kas. Keputusan tentang berapa banyak bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa banyak yang akan ditahan atau dinvestasikan kembali, disebut sebagai kebijakan deviden. Kebijakan dividen merupakan bagian Universitas Sumatera Utara yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan (Van Horne, 2005:54). Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumbersumber dana yang dikendalikan oleh manajer, karena semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil sehingga manajer harus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan demikian akan mengurangi kekuasaan manajer terhadap pengendalian terhadap perusahaan, karena dengan adanya entitas lain yang memberikan hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan. Menurut Warsono (2003:272), dividen dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu: a. Dividen tunai Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para pemegang sahan melaui cek atau terkadang para pemegang saham menginvestasikannya kembali dalam saham di perusahaan. b. Dividen saham Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan bukan dalam bentuk uang tunai. Perusahaaan yang akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut dalam persentase tertentu. c. Dividen kekayaan Dividen kekayaan adalah distribusi rata suatu aset fisik. Aset tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan. Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah perusahaan masih sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang mudah di distribusikan. Universitas Sumatera Utara 6. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) “teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen perusahaan sebagai agent”. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Teori keagenan Jensen & Meckling dalam Fauz (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsinya pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham diantaranya menyangkut pembuatan keputusan yang terkait dengan aktivitas pencairan dana dan pembuatan keputusan terkait dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut akan di investasikan. Hal ini disebabkan karena manajer lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan dan dividen yang diterima. Agency problem sering kali terjadi bila proporsi kepemilikan manajerial kurang dari 100% sehingga ia cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya, dan tidak mendasar pada usaha memaksimalkan nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuensi pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi Universitas Sumatera Utara kepemilikan. Pemegang saham hanya peduli pada resiko sistematis dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Namun, manajer lebih peduli pada resiko perusahaan secara keseluruhan, di mana karena ini bagian substantive dari kekayaan mereka di dalam aspek human capital perusahaan, disamping juga karena reputasi manajer akan terancam jika perusahaan mengalami kebangkrutan. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitiaan. Setiawan (2008) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan pada perusahaan non manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Arimoerti (2003) juga meneliti mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang go public dibursa efek. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Universitas Sumatera Utara Fatmawati (2009) pengaruh kepemilikan manajerial, dividen, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Damayanti (2006) analisa pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian free cash flow, rasio MVABVA, dividen yield mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Manan (2004) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.19992002 sebuah pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Kurniati (2007) Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di bursa efek Jakarta. Hasil penelitian Secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan Universitas Sumatera Utara isnstitusional, kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Nama Peneliti Setiawan (2008) Arimoerti (2003) Fatmawati (2009) Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul penelitian Variabel Kesimpulan dan Hasil penelitian Pengaruh Secara simultan, kepemilikan Independen: Kepemilikan kepemilikan manajerial, kepemilikan Manajerial, manajerial, institusional berpengaruh Kepemilikan kepemilikan terhadap kebijakan hutang. Institusional institusional. Secara parsial, kepemilikan terhadap Kebijakan Dependen: manajerial tidak berpengaruh Hutang Perusahaan kebijakan hutang signifikan terhadap kebijakan pada Perusahaan hutang sementara kepemilikan Non Manufaktur di institusional berpengaruh positif BEI dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang go public dibursa efek Jakarta periode tahun19982000 Independen: insider ownership, institusional investor, firm size, shareholder dispersion. Dependen: kebijakan hutang Secara simultan, insider ownership, institusional, shareholder dispersion, firm size berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial, insider ownership, institusional investor, firm size berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Pengaruh Secara parsial, kepemilikan Independen: kepemilikan kepemilikan manajerial, kepemilikan manajerial,dividen, manajerial, institusional, ukuran perusahaan, kepemilikan dividen, risiko dan struktur asset insitusional, ukuran kepemilikan memiliki pengaruh yang perusahaan,risiko, institusional, signifikan terhadap kebijakan struktur asset ukuran perusahaan, utang sedangkan dividen tidak terhadap kebijakan risiko, dan struktur berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. hutang pada asset. perusahaan Dependen: manufaktur yang Kebijakan utang terdaftar di bursa Universitas Sumatera Utara efek Indonesia Damayanti (2006) Analisa pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di Indonesia Independen: free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan instistusional, rasio MVABVA, dividen yield Dependen: kebijakan utang Secara parsial, free cash flow, rasio MVABVA, dividen yield mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Manan (2004) Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH. 19992002 sebuah pendekatan agency theory Kurniati (2007) Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di bursa efek Jakarta Independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility, dividen, stock volatility. Dependen: kebijakan hutang Independen: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, variabel kontrol: profitabilitas, dividen, struktur aset. Dependen: kebijakan hutang Secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, petumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan isnstitusional, kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Universitas Sumatera Utara C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: Kepemilikan Manajerial (X1) Kepemilikan Institusional (X2) Ha Kebijakan Hutang (Y) Struktur aset (X3) Dividen (X4) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan hutang. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur asset, dan dividen. Universitas Sumatera Utara Kepemilikan manajerial merupakan suatu persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan sehingga akan mensejajarkan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer yang ikut memiliki perusahaan tidak mungkin bertindak opportunistik dan semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang serta berusaha meminimumkan cost agency sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Jadi jika tingkat kepemilikan manajerialnya tinggi maka akan mengurangi tingkat penggunaan hutang. Sebaliknya jika tingkat kepemilikan manajerialnya rendah maka tingkat penggunaan hutangnya meningkat. Hubungan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Begitu juga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang, karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi cost agency pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan. Menurut Houston (2001:39) Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan struktur aset, Universitas Sumatera Utara semakin banyak struktur aset suatu perusahaan semakin banyak suatu perusahaan tersebut menggunakan hutangnya. Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Adanya pembayaran dividen yang semakin besar kepada pemegang saham menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal untuk membiayai perusahaanya. Dengan demikian, semakin besar dividen yang dibagikan suatu perusahaan, maka kecenderungannya untuk berutang akan semakin tinggi. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, dan Dividen berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan baik secara simultan maupun parsial. Universitas Sumatera Utara