BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu hal yang penting dalam suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai ukuran perkembangan
suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang
menjelaskan tingkat kesejahteraan suatu negara. Tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari output total maupun per kapita.
Mankiw (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas
perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu
aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat.
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, pembangunan biasa diartikan sebagai
upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita)
yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak output yang lebih cepat
dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). Tingkat dan laju
pertumbuhan pendapatan nasional bruto (gross national income–GNI) per kapita
“riil” (pertumbuhan moneter dari GNI per kapita dikurangi tingkat inflasi) sering
digunakan untuk mengukur kesejahteraan ekonomi penduduk
1
2
keseluruhan–seberapa banyak barang dan jasa riil yang tersedia untuk
dikonsumsi dan diinvestasikan oleh rata-rata penduduk (Todaro, 2011).
Menurut Todaro (2011) pembangunan ekonomi di masa lalu umumnya
dipandang dalam kaitannya dengan perubahan secara terencana atas struktur
produksi dan kesempatan kerja. Faktanya, penekanan sering berada pada
peningkatan output yang diukur dengan produk domestik bruto (gross domestic
product–GDP). Namun, pembangunan ekonomi mulai didefinisi ulang dalam
kaitannya dengan upaya pengurangan atau peniadaan kemiskinan, ketimpangan,
dan pengangguran dalam konteks perekonomian yang semakin berkembangan.
Pembangunan haruslah dipandang sebagai proses multidimensi yang melibatkan
berbagai perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan
lembaga nasional; serta percepatan pertumbuhan, pengurangan ketimpangan,
dan penanggulangan kemiskinan.
Menurut Mankiw (2012), pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan
menggunakan data produk domestik bruto (PDB) yang mengukur pendapatan
total setiap orang dalam perekonomian. Berbagai penelitian maupun teori
pertumbuhan ekonomi menyatakan ada beberapa faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Faktor tersebut adalah sumber daya modal, sumber daya
manusia, dan kemajuan teknologi. Perbedaan dari ketiga faktor tersebut
menunjukkan perbedaan pertumbuhan antarnegara.
3
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Berbagai Negara di Dunia, 2012–2014
(dalam persentase)
Kelompok Negara
World
Advanced Economies
United States
Euro Area
Germany
France
Italy
Spain
Japan
United Kingdom
Canada
Other Advance Economies
Emerging
Market
and
Developing
Economies
Commonwealth of Independent States
Russia
Excluding Russia
Emerging and Developing Asia
China
India
ASEAN-5
Emerging and Developing Europe
Latin America and the Caribbean
Brazil
Mexico
Middle East, North Africa, Afghanistan, and
Pakistan
Saudi Arabia
Sub-Saharan Africa
Nigeria
South Africa
Sumber: World Economic Outlook 2014 dan 2015
2012
3,2
1,4
2,8
-0,7
0,9
0,0
-2,4
-1,6
1,4
0,3
1,7
1,9
5,0
2013
3,0
1,3
1,9
-0,5
0,5
0,3
-1,9
-1,2
1,5
1,8
2,0
2,3
4,7
2014
3,4
1,8
2,4
0,9
1,6
0,2
-0,4
1,4
-0,1
3,0
2,4
2,8
4,6
3,4
3,4
3,3
6,7
7,7
4,7
6,2
1,4
3,1
1,0
3,9
4,2
2,1
1,3
3,9
6,5
7,7
4,4
5,2
2,8
2,7
2,3
1,1
2,4
1,0
0,6
1,9
6,8
7,3
7,3
4,6
2,8
1,3
0,1
2,1
2,7
2,7
4,9
5,4
1,9
3,5
5,0
6,3
1,5
4,9
2,5
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan sehingga tingkat
kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Untuk mencapai harapan
tersebut diperlukan modal untuk memperbaiki infrastruktur fisik maupun sosial.
4
Modal ini dapat disebut dengan investasi. Investasi merupakan suatu masalah
yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan,
kesehatan dan indikator lainnya. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia adalah dengan mengembangkan sektor
pendidikan formal maupun non-formal dan juga tingkat kesehatan. Pendidikan
merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan masyarakat untuk
menyerap perkembangan hal-hal yang berkaitan dengan sumber pertumbuhan
ekonomi, baik berupa kemajuan teknologi hingga yang berhubungan dengan
kelembagaan suatu negara.
Dapat dilihat pada Grafik 1.1. mengenai net enrolment ratio Indonesia,
net enrolment ratio di Indonesia selama 13 tahun mengalami kondisi yang stabil
cenderung meningkat. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena pada 13 tahun
terakhir banyak dilakukan penyebaran informasi mengenai pentingnya
pendidikan untuk masyarakat Indonesia. Selain banyaknya penyebaran
informasi, pemerintah Indonesia juga memberlakukan undang-undang yang
mengatur wajib belajar bagi warga negara Indonesia. Pemerintah Indonesia juga
memberi subsidi pendidikan seperti BOS (bantuan operasional sekolah) yang
pada akhirnya membantu masyarakat Indonesia untuk dapat menempuh
pendidikan dengan lebih mudah.
5
Grafik 1.1. Laju Net Enrolment Ratio Indonesia, 2000–2013
Laju Net Enrolment Ratio Indonesia, 2000–2013
(dalam persentase)
100
80
60
40
20
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Net Enrolment Rate, Primary
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Net Enrolment Rate, Secondary
Sumber: World Bank
Banyak penelitian teoritis dan empiris lintas negara menemukan
pertumbuhan
yang
ditentukan
oleh
sumber
daya
manusia,
fertilitas,
perdagangan, konsumsi pemerintah, aturan hukum, stabilitas politik, distribusi
pendapatan, inflasi dan kondisi perdagangan (Barro, 1991, 1997). Semua studi
ini menegaskan kondisi konvergensi dari negara yang berbeda; dan Barro (1997)
menemukan bahwa kesenjangan pendapatan per kapita antara negara-negara
miskin dan kaya menyempit pada tingkat 2±2,5 persen jika faktor-faktor seperti
tingkat pendidikan dan keterbukaan ekonomi dikendalikan.
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan
ekonomi karena merupakan investasi yang meningkatkan keterampilan sumber
daya manusia, memperkuat modal fisik, dan kemampuan menyesuaikan
pengetahuan teknik yang diterapkan pada mesin-mesin industri. Boediono
(1994) menuliskan sumber pertumbuhan dan perkembangan ekonomi jangka
panjang di Indonesia dengan perhatian khusus pada peran penting pendidikan
6
dalam proses pertumbuhan. Sumber pertumbuhan tersebut sebagian terletak
pada:
1. Tingkat investasi untuk meningkatkan keterampilan SDM, memperkuat
modal fisik, dan menyesuaikan pengetahuan teknik yang diterapkan
masing-masing industri.
2. Rate of return setiap bentuk investasi.
Pemerintah mempunyai peran aktif dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan agar SDM yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan
negara maupan daerah, dan salah satu usaha pemerintah untuk memajukan
pendidikan yaitu dengan mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Hal
ini diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar, tidak boleh ada drop out karena alasan biaya.
Jika hal ini terjadi, pemerintah dinggap telah mengingkari amanat UU dan
mengingkari tugas bangsa, karena dalam ketetapan pemerintah 20 persen dari
APBN adalah untuk dialokasikan pada sektor pendidikan.
Selain untuk pendidikan, pemerintah juga menganggarkan dana untuk
bidang kesehatan. Pada APBN tahun 2014, pemerintah menganggarkan 3,7 persen
dari APBN untuk dialokasikan pada sektor kesehatan. Di bidang kesehatan, alokasi
DAK diarahkan untuk meningkatkan mutu, daya jangkau, dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat di daerah, berupa kegiatan peningkatan sarana dan prasarana
7
fisik pelayanan kesehatan Puskesmas serta Puskesmas keliling roda empat,
termasuk peralatannya.
Namun, pada studi yang dilakukan profesor ekonomi dari Harvard, Dale
Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu
1948–1979 menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi adalah
disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan
pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan
teknologi. Selanjutnya, meski modal manusia memegang peranan penting dalam
pertumbuhan ekonomi, para ahli mulai dari ekonomi, politik, sosiologi
bahkan engineering lebih menaruh prioritas pada faktor modal fisik dan kemajuan
teknologi. Ini beralasan karena melihat data AS misalnya, total kombinasi kedua
faktor ini menyumbang sekitar 65 persen pertumbuhan ekonomi AS pada periode
1948–1979. Dari penelitian ini dapat kita simpulkan meskipun modal fisik dan
kemajuan teknologi merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi, tetapi sumber
dari modal fisik dan kemajuan teknologi tidak dapat lepas dari modal manusia yang
berkualitas.
Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan beberapa implikasi
kebijakan yang penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, SDM
penting bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Untuk membangun SDM, Indonesia tidak hanya membuka lebih banyak
sekolah, menghasilkan siswa yang lebih baik, dan meningkatkan pelayanan
kesehatan,
tetapi
juga
harus
membangun
sistem
kerja
yang
dapat
mempertahankan yang orang-orang terbaik dan cerdas. Kedua, perdagangan
8
internasional kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu negara.
Indonesia harus memungkinkan sumber daya untuk bergeser ke sektor dimana
sumber daya tersebut memiliki keunggulan komparatif.
Ketiga, penurunan fertilitas dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Indonesia sudah memberlakukan undang-undang wajib belajar dan
minimal usia menikah yang pada akhirnya menurunkan tingkat fertilitas wanita.
Keempat, jika pemerintah pusat memutuskan untuk memberikan bantuan
keuangan kepada provinsi yang kurang berkembang, dana harus digunakan
dengan cara yang mencapai pertumbuhan maksimum. Ini dapat diwujudkan
dengan pembangunan sekolah dan fasilitas-fasilitas yang mendukung
masyarakat untuk berkembang.
Terakhir, pemerintah pusat perlu menyediakan ekonomi makro yang
stabil kondusif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Inflasi yang tinggi dan
stabil memiliki efek negatif pada pertumbuhan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti adalah:
Bagaimana pengaruh sumber daya manusia yang diwakili oleh pendidikan yang
dicapai penduduk, terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1980–
2014?
9
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini
dapat digunakan sebagai:
1. Gambaran tentang pengaruh pendidikan pada pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
2. Salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang studi strata 1 (S1) penulis
di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
3. Salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh para
pembuat kebijakan.
4. Bahan masukan untuk penelitian berikutnya.
1.5. Hipotesis Penelitian
1. Pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Seperangkat faktor penjelas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan penjelasan sebagai berikut:
10
a. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
b. Fertilitas berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
c. Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
d. Keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data antara pendidikan sebagai indikator
akumulasi sumber daya manusia, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,
fertilitas, tingkat inflasi, dan tingkat keterbukaan ekonomi.
Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS)
dengan menggunakan data time series periode 1980 hingga 2014. Keuntungan
metode ini adalah dapat mengetahui trend jangka panjang antara hubungan
pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini pendidikan
merupakan faktor utama sedangkan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,
fertilitas, inflasi, dan keterbukaan ekonomi merupakan variabel kontrol.
1.6.1. Kerangka Kerja
Beberapa negara tumbuh dengan cepat, beberapa negara berkembang
dengan lambat. Akademisi dan pembuat kebijakan telah lama dibingungkan dengan
pertumbuhan yang tidak menentu dari beberapa negara yang berkembang lambat
11
atau cepat. Kesenjangan dalam pertumbuhan ekonomi di antara berbagai negara ini
telah menjadi target penelitian yang penting dari para akademisi.
Sebuah kerangka kerja untuk menentukan pertumbuhan dikemukakan oleh
Barro (1997). Dalam model ini,
𝑔 = 𝑓(𝑦, 𝑦 ∗ )
𝑔 adalah tingkat pertumbuhan output per kapita (GDP), 𝑦 adalah level
output per kapita sekarang, dan 𝑦 ∗ adalah level output per kapita dalam keadaan
steady state. Pada tingkat steady state, tingkat output per pekerja masih meningkat
karena inovasi teknologi menambah tenaga kerja eksogen, meskipun output per
tenaga kerja yang efektif akan tetap konstan. Dalam perekonomian seperti itu,
output, konsumsi, dan investasi akan dapat tumbuh pada tingkat yang sama. Perlu
dipahami bahwa pertumbuhan yang steady state adalah konsep yang berguna hanya
dalam memahami pertumbuhan ekonomi. Level output steady state ditentukan dari
struktur ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan politik. Hal ini tergantung
tabungan dan pola konsumsi. Untuk masyarakat dengan kecenderungan terhadap
konsumsi, tingkat output steady state negara itu lebih rendah daripada negara yang
cenderung menabung dan berinvestasi.
1.6.2. Spesifikasi Model
Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model dari Chen dan
Feng (2000) mengenai determinan pertumbuhan ekonomi di China: private
enterprise, education, and openness tahun 1978–1989. Model ini digunakan
12
untuk
mengetahui
pengaruh
tingkat
pendidikan,
kewirausahaan,
dan
keterbukaan terhadap pertumbuhan ekonomi.
6
πΊπ·π‘ƒπ‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘ = 𝛼 + 𝛽1 πΈπ·π‘ˆπ‘‘ + 𝛽2 πΈπ·π‘ˆπ‘ π‘žπ‘‘ + ∑ π›½π‘˜ π‘‹π‘˜π‘‘ + πœ€π‘‘
π‘˜=3
πΊπ·π‘ƒπ‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘ = 𝛼 + 𝛽1 πΈπ·π‘ˆπ‘‘ + 𝛽2 πΈπ·π‘ˆπ‘ π‘žπ‘‘ + 𝛽3 𝐺𝐸𝑑 + 𝛽4 𝐹𝐸𝑅𝑇𝑑 + 𝛽5 𝐼𝑁𝐹𝐿𝐴𝑇𝐸𝑑
+ 𝛽6 𝑂𝑃𝐸𝑁𝑁𝐸𝑆𝑆𝑑 + πœ€π‘‘
GDPper kapita= GDP per kapita riil (US$)
EDU
= pendidikan, angka pendaftaran tingkat pendidikan tinggi atau
gross enrolment ratio, tertiary (dalam persentase)
EDUsq
= Variabel pendidikan kuadrat (dalam persentase)
dengan variabel kontrol sebagai berikut:
GE
= pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (Rp)
FERT
= tingkat kelahiran atau crude birth rate
(jumlah kelahiran per1000 penduduk)
INFLATE
= tingkat inflasi (dalam persentase)
OPENNESS = tingkat keterbukaan ekonomi (US$)
πœ€π‘‘
= error term
Kemudian untuk mengetahui pertumbuhan, model diubah menjadi model
logaritma natural sebagai berikut:
π‘™πΊπ·π‘ƒπ‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘ = 𝛼 + 𝛽1 πΈπ·π‘ˆπ‘‘ + 𝛽2 πΈπ·π‘ˆπ‘ π‘žπ‘‘ + 𝛽3 𝑙𝐺𝐸𝑑 + 𝛽4 𝑙𝐹𝐸𝑅𝑇𝑑 + 𝛽5 𝐼𝑁𝐹𝐿𝐴𝑇𝐸𝑑
+ 𝛽6 𝑙𝑂𝑃𝐸𝑁𝑁𝐸𝑆𝑆𝑑 + πœ€π‘‘
1.6.3. Data dan Definisi Variabel
a. GDP per kapita riil (dinotasikan dengan GDPpercapita)
Data GDP per kapita riil diperoleh dari database Bank Dunia. GDP yang
digunakan adalah GDP per kapita riil dengan harga konstan US$ 2005 untuk tahun
1980-2014. GDP per kapita menunjukkan pendapatan rata-rata penduduk dalam 1
tahun. GDP per kapita dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
13
πΊπ·π‘ƒπ‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘ =
π‘Ÿπ‘’π‘Žπ‘™ 𝐺𝐷𝑃𝑑
π‘π‘œπ‘π‘’π‘™π‘Žπ‘‘π‘–π‘œπ‘›π‘‘
b. Pendidikan (dinotasikan dengan EDU)
Variabel pendidikan di proxy dengan gross enrolment ratio, tertiary. Data
diperoleh dari database Bank Dunia. Data yang digunakan adalah data angka
pendaftaran pendidikan tinggi untuk tahun 1980-2014. Gross enrolment ratio,
tertiary adalah persentase pendaftaran di pendidikan tinggi (ISCED 5 sampai 8),
tanpa memandang usia, dinyatakan sebagai persentase dari total penduduk dengan
kelompok usia lima tahun lanjutan setelah lulus pendidikan tingkat menengah
(secondary). Sedangkan EDUsq merupakan variabel pendidikan yang dikuadratkan
untuk melihat kurva parabola dan titik puncak parabola pada model.
c. Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan (dinotasikan dengan GE)
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dalam penelitian ini
menggunakan data yang bersumber dari APBN yang dikeluarkan oleh
Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan portal data Indonesia. Data
merupakan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan.
d. Tingkat Fertilitas (dinotasikan dengan FERT)
Tingkat fertilitas di proxy dengan angka kelahiran kasar. Data diperoleh
dari database Bank Dunia. Data yang digunakan adalah data tahun 1980-2014.
angka kelahiran kasar menunjukkan jumlah kelahiran hidup yang terjadi per tahun,
per 1.000 penduduk.
14
e. Tingkat Inflasi (dinotasikan dengan INFLATE)
Data inflasi diperoleh dari database Bank Dunia. Data yang digunakan
adalah data Inflasi harga konsumen untuk tahun 1980-2014.
f. Tingkat Keterbukaan Ekonomi (dinotasikan dengan OPENNESS)
Data ekspor dan impor riil diperoleh dari database Bank Dunia. Data
ekspor dan impor yang digunakan adalah data ekspor dan impor riil dengan
harga konstan US$ 2005 untuk tahun 1980-2014. Variabel ekspor dan impor ini
digunakan sebagai proxy keterbukaan ekonomi yang berdampak positif untuk
pertumbuhan. Variabel keterbukaan ditentukan dengan rumus:
𝑂𝑃𝐸𝑁𝑁𝐸𝑆𝑆𝑑 =
π‘Ÿπ‘’π‘Žπ‘™ 𝐸π‘₯π‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘π‘‘ + π‘Ÿπ‘’π‘Žπ‘™ πΌπ‘šπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘π‘‘
π‘₯ 100%
π‘Ÿπ‘’π‘Žπ‘™ 𝐺𝐷𝑃𝑑
1.6.4. Alat Analisis
Alat yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini yaitu
menggunakan
metode
Ordinary
Least
Square
(OLS).
Penelitian
ini
menggunakan data time series sehingga harus dilakukan uji diagnostik yang
terdiri dari stationaritas dan uji kointegrasi. Selain uji diagnostik, dilakukan juga
uji terhadap penyakit
asumsi klasik
yaitu uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Apabila hasil estimasi lulus uji
diagnostik maka dilakukan uji statistik yaitu uji t, 𝑅 2 , dan uji F. Peneliti
menggunakan program Stata 12 dalam melakukan pengujian dan analisis data.
15
1.7.
Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini
dan penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini
sebagai landasan untuk menyusun penelitian ini.
BAB III Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Bab ini berisi tentang gambaran kondisi pendidikan di Indonesia serta
gambaran perkembangan pertumbuhan ekonomi di indonesia.
BAB IV Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan model dasar, data dan definisi variabel serta alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB V Pembahasan
Bab pembahasan berisi hasil pengolahan data dan uji yang telah
dilakukan sesuai pedoman bab sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis ini akan
dibuat kesimpulan yang dijelaskan pada bab selanjutnya.
16
BAB VI Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan disimpulkan hasil analisis untuk menjawab hipotesis
yang diajukan sebelumnya serta saran untuk kedepannya sesuai dengan hasil
penelitian. Kelemahan pada penelitian ini juga akan diungkapkan sehingga
dapat
menjadi
bahan
menyempurnakannya.
pertimbangan
bagi
peneliti
lain
untuk
Download