BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu hal yang penting dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai ukuran perkembangan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang menjelaskan tingkat kesejahteraan suatu negara. Tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari output total maupun per kapita. Mankiw (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, pembangunan biasa diartikan sebagai upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak output yang lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan nasional bruto (gross national income–GNI) per kapita “riil” (pertumbuhan moneter dari GNI per kapita dikurangi tingkat inflasi) sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan ekonomi penduduk 1 2 keseluruhan–seberapa banyak barang dan jasa riil yang tersedia untuk dikonsumsi dan diinvestasikan oleh rata-rata penduduk (Todaro, 2011). Menurut Todaro (2011) pembangunan ekonomi di masa lalu umumnya dipandang dalam kaitannya dengan perubahan secara terencana atas struktur produksi dan kesempatan kerja. Faktanya, penekanan sering berada pada peningkatan output yang diukur dengan produk domestik bruto (gross domestic product–GDP). Namun, pembangunan ekonomi mulai didefinisi ulang dalam kaitannya dengan upaya pengurangan atau peniadaan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks perekonomian yang semakin berkembangan. Pembangunan haruslah dipandang sebagai proses multidimensi yang melibatkan berbagai perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan lembaga nasional; serta percepatan pertumbuhan, pengurangan ketimpangan, dan penanggulangan kemiskinan. Menurut Mankiw (2012), pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (PDB) yang mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian. Berbagai penelitian maupun teori pertumbuhan ekonomi menyatakan ada beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Faktor tersebut adalah sumber daya modal, sumber daya manusia, dan kemajuan teknologi. Perbedaan dari ketiga faktor tersebut menunjukkan perbedaan pertumbuhan antarnegara. 3 Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Berbagai Negara di Dunia, 2012–2014 (dalam persentase) Kelompok Negara World Advanced Economies United States Euro Area Germany France Italy Spain Japan United Kingdom Canada Other Advance Economies Emerging Market and Developing Economies Commonwealth of Independent States Russia Excluding Russia Emerging and Developing Asia China India ASEAN-5 Emerging and Developing Europe Latin America and the Caribbean Brazil Mexico Middle East, North Africa, Afghanistan, and Pakistan Saudi Arabia Sub-Saharan Africa Nigeria South Africa Sumber: World Economic Outlook 2014 dan 2015 2012 3,2 1,4 2,8 -0,7 0,9 0,0 -2,4 -1,6 1,4 0,3 1,7 1,9 5,0 2013 3,0 1,3 1,9 -0,5 0,5 0,3 -1,9 -1,2 1,5 1,8 2,0 2,3 4,7 2014 3,4 1,8 2,4 0,9 1,6 0,2 -0,4 1,4 -0,1 3,0 2,4 2,8 4,6 3,4 3,4 3,3 6,7 7,7 4,7 6,2 1,4 3,1 1,0 3,9 4,2 2,1 1,3 3,9 6,5 7,7 4,4 5,2 2,8 2,7 2,3 1,1 2,4 1,0 0,6 1,9 6,8 7,3 7,3 4,6 2,8 1,3 0,1 2,1 2,7 2,7 4,9 5,4 1,9 3,5 5,0 6,3 1,5 4,9 2,5 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Untuk mencapai harapan tersebut diperlukan modal untuk memperbaiki infrastruktur fisik maupun sosial. 4 Modal ini dapat disebut dengan investasi. Investasi merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan dan indikator lainnya. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan mengembangkan sektor pendidikan formal maupun non-formal dan juga tingkat kesehatan. Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan masyarakat untuk menyerap perkembangan hal-hal yang berkaitan dengan sumber pertumbuhan ekonomi, baik berupa kemajuan teknologi hingga yang berhubungan dengan kelembagaan suatu negara. Dapat dilihat pada Grafik 1.1. mengenai net enrolment ratio Indonesia, net enrolment ratio di Indonesia selama 13 tahun mengalami kondisi yang stabil cenderung meningkat. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena pada 13 tahun terakhir banyak dilakukan penyebaran informasi mengenai pentingnya pendidikan untuk masyarakat Indonesia. Selain banyaknya penyebaran informasi, pemerintah Indonesia juga memberlakukan undang-undang yang mengatur wajib belajar bagi warga negara Indonesia. Pemerintah Indonesia juga memberi subsidi pendidikan seperti BOS (bantuan operasional sekolah) yang pada akhirnya membantu masyarakat Indonesia untuk dapat menempuh pendidikan dengan lebih mudah. 5 Grafik 1.1. Laju Net Enrolment Ratio Indonesia, 2000–2013 Laju Net Enrolment Ratio Indonesia, 2000–2013 (dalam persentase) 100 80 60 40 20 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Net Enrolment Rate, Primary 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Net Enrolment Rate, Secondary Sumber: World Bank Banyak penelitian teoritis dan empiris lintas negara menemukan pertumbuhan yang ditentukan oleh sumber daya manusia, fertilitas, perdagangan, konsumsi pemerintah, aturan hukum, stabilitas politik, distribusi pendapatan, inflasi dan kondisi perdagangan (Barro, 1991, 1997). Semua studi ini menegaskan kondisi konvergensi dari negara yang berbeda; dan Barro (1997) menemukan bahwa kesenjangan pendapatan per kapita antara negara-negara miskin dan kaya menyempit pada tingkat 2±2,5 persen jika faktor-faktor seperti tingkat pendidikan dan keterbukaan ekonomi dikendalikan. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi karena merupakan investasi yang meningkatkan keterampilan sumber daya manusia, memperkuat modal fisik, dan kemampuan menyesuaikan pengetahuan teknik yang diterapkan pada mesin-mesin industri. Boediono (1994) menuliskan sumber pertumbuhan dan perkembangan ekonomi jangka panjang di Indonesia dengan perhatian khusus pada peran penting pendidikan 6 dalam proses pertumbuhan. Sumber pertumbuhan tersebut sebagian terletak pada: 1. Tingkat investasi untuk meningkatkan keterampilan SDM, memperkuat modal fisik, dan menyesuaikan pengetahuan teknik yang diterapkan masing-masing industri. 2. Rate of return setiap bentuk investasi. Pemerintah mempunyai peran aktif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agar SDM yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan negara maupan daerah, dan salah satu usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan yaitu dengan mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Hal ini diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, tidak boleh ada drop out karena alasan biaya. Jika hal ini terjadi, pemerintah dinggap telah mengingkari amanat UU dan mengingkari tugas bangsa, karena dalam ketetapan pemerintah 20 persen dari APBN adalah untuk dialokasikan pada sektor pendidikan. Selain untuk pendidikan, pemerintah juga menganggarkan dana untuk bidang kesehatan. Pada APBN tahun 2014, pemerintah menganggarkan 3,7 persen dari APBN untuk dialokasikan pada sektor kesehatan. Di bidang kesehatan, alokasi DAK diarahkan untuk meningkatkan mutu, daya jangkau, dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di daerah, berupa kegiatan peningkatan sarana dan prasarana 7 fisik pelayanan kesehatan Puskesmas serta Puskesmas keliling roda empat, termasuk peralatannya. Namun, pada studi yang dilakukan profesor ekonomi dari Harvard, Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu 1948–1979 menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan teknologi. Selanjutnya, meski modal manusia memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi, para ahli mulai dari ekonomi, politik, sosiologi bahkan engineering lebih menaruh prioritas pada faktor modal fisik dan kemajuan teknologi. Ini beralasan karena melihat data AS misalnya, total kombinasi kedua faktor ini menyumbang sekitar 65 persen pertumbuhan ekonomi AS pada periode 1948–1979. Dari penelitian ini dapat kita simpulkan meskipun modal fisik dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi, tetapi sumber dari modal fisik dan kemajuan teknologi tidak dapat lepas dari modal manusia yang berkualitas. Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan beberapa implikasi kebijakan yang penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, SDM penting bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk membangun SDM, Indonesia tidak hanya membuka lebih banyak sekolah, menghasilkan siswa yang lebih baik, dan meningkatkan pelayanan kesehatan, tetapi juga harus membangun sistem kerja yang dapat mempertahankan yang orang-orang terbaik dan cerdas. Kedua, perdagangan 8 internasional kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu negara. Indonesia harus memungkinkan sumber daya untuk bergeser ke sektor dimana sumber daya tersebut memiliki keunggulan komparatif. Ketiga, penurunan fertilitas dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Indonesia sudah memberlakukan undang-undang wajib belajar dan minimal usia menikah yang pada akhirnya menurunkan tingkat fertilitas wanita. Keempat, jika pemerintah pusat memutuskan untuk memberikan bantuan keuangan kepada provinsi yang kurang berkembang, dana harus digunakan dengan cara yang mencapai pertumbuhan maksimum. Ini dapat diwujudkan dengan pembangunan sekolah dan fasilitas-fasilitas yang mendukung masyarakat untuk berkembang. Terakhir, pemerintah pusat perlu menyediakan ekonomi makro yang stabil kondusif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Inflasi yang tinggi dan stabil memiliki efek negatif pada pertumbuhan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: Bagaimana pengaruh sumber daya manusia yang diwakili oleh pendidikan yang dicapai penduduk, terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1980– 2014? 9 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai: 1. Gambaran tentang pengaruh pendidikan pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang studi strata 1 (S1) penulis di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. 3. Salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh para pembuat kebijakan. 4. Bahan masukan untuk penelitian berikutnya. 1.5. Hipotesis Penelitian 1. Pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Seperangkat faktor penjelas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan penjelasan sebagai berikut: 10 a. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. b. Fertilitas berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. c. Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. d. Keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 1.6. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan data antara pendidikan sebagai indikator akumulasi sumber daya manusia, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, fertilitas, tingkat inflasi, dan tingkat keterbukaan ekonomi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data time series periode 1980 hingga 2014. Keuntungan metode ini adalah dapat mengetahui trend jangka panjang antara hubungan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini pendidikan merupakan faktor utama sedangkan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, fertilitas, inflasi, dan keterbukaan ekonomi merupakan variabel kontrol. 1.6.1. Kerangka Kerja Beberapa negara tumbuh dengan cepat, beberapa negara berkembang dengan lambat. Akademisi dan pembuat kebijakan telah lama dibingungkan dengan pertumbuhan yang tidak menentu dari beberapa negara yang berkembang lambat 11 atau cepat. Kesenjangan dalam pertumbuhan ekonomi di antara berbagai negara ini telah menjadi target penelitian yang penting dari para akademisi. Sebuah kerangka kerja untuk menentukan pertumbuhan dikemukakan oleh Barro (1997). Dalam model ini, π = π(π¦, π¦ ∗ ) π adalah tingkat pertumbuhan output per kapita (GDP), π¦ adalah level output per kapita sekarang, dan π¦ ∗ adalah level output per kapita dalam keadaan steady state. Pada tingkat steady state, tingkat output per pekerja masih meningkat karena inovasi teknologi menambah tenaga kerja eksogen, meskipun output per tenaga kerja yang efektif akan tetap konstan. Dalam perekonomian seperti itu, output, konsumsi, dan investasi akan dapat tumbuh pada tingkat yang sama. Perlu dipahami bahwa pertumbuhan yang steady state adalah konsep yang berguna hanya dalam memahami pertumbuhan ekonomi. Level output steady state ditentukan dari struktur ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan politik. Hal ini tergantung tabungan dan pola konsumsi. Untuk masyarakat dengan kecenderungan terhadap konsumsi, tingkat output steady state negara itu lebih rendah daripada negara yang cenderung menabung dan berinvestasi. 1.6.2. Spesifikasi Model Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model dari Chen dan Feng (2000) mengenai determinan pertumbuhan ekonomi di China: private enterprise, education, and openness tahun 1978–1989. Model ini digunakan 12 untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, kewirausahaan, dan keterbukaan terhadap pertumbuhan ekonomi. 6 πΊπ·πππππππππ‘ππ‘ = πΌ + π½1 πΈπ·ππ‘ + π½2 πΈπ·ππ ππ‘ + ∑ π½π πππ‘ + ππ‘ π=3 πΊπ·πππππππππ‘ππ‘ = πΌ + π½1 πΈπ·ππ‘ + π½2 πΈπ·ππ ππ‘ + π½3 πΊπΈπ‘ + π½4 πΉπΈπ ππ‘ + π½5 πΌππΉπΏπ΄ππΈπ‘ + π½6 πππΈπππΈπππ‘ + ππ‘ GDPper kapita= GDP per kapita riil (US$) EDU = pendidikan, angka pendaftaran tingkat pendidikan tinggi atau gross enrolment ratio, tertiary (dalam persentase) EDUsq = Variabel pendidikan kuadrat (dalam persentase) dengan variabel kontrol sebagai berikut: GE = pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (Rp) FERT = tingkat kelahiran atau crude birth rate (jumlah kelahiran per1000 penduduk) INFLATE = tingkat inflasi (dalam persentase) OPENNESS = tingkat keterbukaan ekonomi (US$) ππ‘ = error term Kemudian untuk mengetahui pertumbuhan, model diubah menjadi model logaritma natural sebagai berikut: ππΊπ·πππππππππ‘ππ‘ = πΌ + π½1 πΈπ·ππ‘ + π½2 πΈπ·ππ ππ‘ + π½3 ππΊπΈπ‘ + π½4 ππΉπΈπ ππ‘ + π½5 πΌππΉπΏπ΄ππΈπ‘ + π½6 ππππΈπππΈπππ‘ + ππ‘ 1.6.3. Data dan Definisi Variabel a. GDP per kapita riil (dinotasikan dengan GDPpercapita) Data GDP per kapita riil diperoleh dari database Bank Dunia. GDP yang digunakan adalah GDP per kapita riil dengan harga konstan US$ 2005 untuk tahun 1980-2014. GDP per kapita menunjukkan pendapatan rata-rata penduduk dalam 1 tahun. GDP per kapita dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: 13 πΊπ·πππππππππ‘ππ‘ = ππππ πΊπ·ππ‘ ππππ’πππ‘ππππ‘ b. Pendidikan (dinotasikan dengan EDU) Variabel pendidikan di proxy dengan gross enrolment ratio, tertiary. Data diperoleh dari database Bank Dunia. Data yang digunakan adalah data angka pendaftaran pendidikan tinggi untuk tahun 1980-2014. Gross enrolment ratio, tertiary adalah persentase pendaftaran di pendidikan tinggi (ISCED 5 sampai 8), tanpa memandang usia, dinyatakan sebagai persentase dari total penduduk dengan kelompok usia lima tahun lanjutan setelah lulus pendidikan tingkat menengah (secondary). Sedangkan EDUsq merupakan variabel pendidikan yang dikuadratkan untuk melihat kurva parabola dan titik puncak parabola pada model. c. Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan (dinotasikan dengan GE) Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dalam penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari APBN yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan portal data Indonesia. Data merupakan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan. d. Tingkat Fertilitas (dinotasikan dengan FERT) Tingkat fertilitas di proxy dengan angka kelahiran kasar. Data diperoleh dari database Bank Dunia. Data yang digunakan adalah data tahun 1980-2014. angka kelahiran kasar menunjukkan jumlah kelahiran hidup yang terjadi per tahun, per 1.000 penduduk. 14 e. Tingkat Inflasi (dinotasikan dengan INFLATE) Data inflasi diperoleh dari database Bank Dunia. Data yang digunakan adalah data Inflasi harga konsumen untuk tahun 1980-2014. f. Tingkat Keterbukaan Ekonomi (dinotasikan dengan OPENNESS) Data ekspor dan impor riil diperoleh dari database Bank Dunia. Data ekspor dan impor yang digunakan adalah data ekspor dan impor riil dengan harga konstan US$ 2005 untuk tahun 1980-2014. Variabel ekspor dan impor ini digunakan sebagai proxy keterbukaan ekonomi yang berdampak positif untuk pertumbuhan. Variabel keterbukaan ditentukan dengan rumus: πππΈπππΈπππ‘ = ππππ πΈπ₯ππππ‘π‘ + ππππ πΌπππππ‘π‘ π₯ 100% ππππ πΊπ·ππ‘ 1.6.4. Alat Analisis Alat yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan data time series sehingga harus dilakukan uji diagnostik yang terdiri dari stationaritas dan uji kointegrasi. Selain uji diagnostik, dilakukan juga uji terhadap penyakit asumsi klasik yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Apabila hasil estimasi lulus uji diagnostik maka dilakukan uji statistik yaitu uji t, π 2 , dan uji F. Peneliti menggunakan program Stata 12 dalam melakukan pengujian dan analisis data. 15 1.7. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini sebagai landasan untuk menyusun penelitian ini. BAB III Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Bab ini berisi tentang gambaran kondisi pendidikan di Indonesia serta gambaran perkembangan pertumbuhan ekonomi di indonesia. BAB IV Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan model dasar, data dan definisi variabel serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB V Pembahasan Bab pembahasan berisi hasil pengolahan data dan uji yang telah dilakukan sesuai pedoman bab sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis ini akan dibuat kesimpulan yang dijelaskan pada bab selanjutnya. 16 BAB VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini akan disimpulkan hasil analisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan sebelumnya serta saran untuk kedepannya sesuai dengan hasil penelitian. Kelemahan pada penelitian ini juga akan diungkapkan sehingga dapat menjadi bahan menyempurnakannya. pertimbangan bagi peneliti lain untuk