Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA (STUDI KASUS PADA WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA) Yunita Kristinawati [email protected] Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to evaluate the financial report presentation of non – profit organization. Evaluation is conducted to find out the non – profit organization financial report in accordance with Accounting Standard Statement (PSAK) No. 45. The both qualitative and quantitative data are used in the period of 2012, by using descriptive qualitative approach with the case study method.The research result shows that Wahana Visi Indonesia Surabaya has not presented the financial report according to PSAK No. 45 yet. Wahana Visi Indonesia Surabaya has the financial report which consists of project activity and explanation of the budget variance. The evaluation result based on this research shows that several things need to be improved in the preparation of financial report which are, the recognition to the depreciation cost for the fixed assets. Depreciation should be acknowledged every year which will decrease the book value on each of the fixed assets owned by the non – profit organization. By using three kinds of financial reporting which is in accordance with PSAK No. 45. Therefore, the financial report will be easier to understand, relevant, reliable, and have high comparable value. Keywords:Non – Profit Organization, PSAK No. 45, Financial Report. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba telah sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45. Data yang dipergunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif periode 2012, dengan pendekatan kualitatif deskriptif menggunakan metode studi kasus.Hasil evaluasi dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam penyusunan laporan keuangan yaitu, pengakuan terhadap biaya penyusutan untuk aktiva tetap. Penyusutan harus diakui untuk setiap tahunnya yang akan mengurangi nilai buku dari tiap aktiva tetap yang dimiliki oleh organisasi nirlaba. Pencatatan untuk penyusutan adalah beban penyusutan pada akumulasi penyusutan. Dengan penggunaan ketiga jenis laporan keuangan sesuai PSAK No. 45 maka laporan keuangan dapat lebih mudah dipahami, relevan, andal, dan memiliki daya banding yang tinggi. Kata Kunci: Organisasi Nirlaba, PSAK No.45, Laporan Keuangan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 2 PENDAHULUAN Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. (http://id.wikipedia.org , 2013). Kualitas kelembagaan publik ini harus didukung oleh tiga hal, yaitu: adanya lembaga yang efektif memberikan pelayanan sesuai kehendak stakeholders, efisien dalam penggunaan sumber daya serta adanya akuntabilitas keuangan yang baik terhadap masyarakat. Dalam pengelolaan sumber daya, sebuah LSM juga dituntut untuk dapat memberikan data berupa informasi yang akurat, tersaji secara tepat waktu bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Wahana Visi Indonesia adalah organisasi kemanusiaan Kristen yang bekerja untuk membawa perubahan berkelanjutan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Wahana Visi adalah mitra organisasi kemanusiaan World Vision Indonesia dan mengimplementasikan sebagian besar program World Vision. Walaupun tujuan organisasi nirlaba sepenuhnya untuk melayani masyarakat, tidak berarti bahwa organisasi ini terlepas dari tanggung jawab sebagai suatu badan ekonomi. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya dibidang keuangan yang meliputi transaksi keuangan mengenai sumber daya, pendapatan, dan beban, maka laporan keuangan merupakan suatu informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan/pengguna laporan keuangan seperti: donatur, investor, kreditur, anggota organisasi, pemerintah, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional. Laporan keuangan nirlaba akan sangat bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, andal, dan dapat diperbandingkan. Oleh karena pentingnya laporan keuangan bagi organisasi nirlaba, di Indonesia penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 mengenai Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Hal ini bertujuan untuk menyeragamkan penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba. Pada paragraf 06 dalam PSAK No. 45 menyatakan bahwa “ Tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota lembaga, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi lembaga nirlaba” (IAI,2009). Dalam penelitian sebelumnya telah banyak penelitian yang mengangkat tema penerapan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba seperti; yayasan, sekolah, gereja, dan organisasi nirlaba lainnya. Penelitian Ibrahim (2012) dan wibisono (2009), menunjukan bahwa organisasi nirlaba tidak menerapkan PSAK No. 45 dalam pelaporan keuangannya. Berbeda dengan hendrawan (2010), mengenai Analisis penerapan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba pada Rumah Sakit berstatus badan Layanan Umum, menyimpulkan bahwa pelaporan keuangan rumah Sakit berstatus Badan Layanan Umum telah dibuat sesuai dengan PSAK No. 45 dan menciptakan laporan tahunan yang reliable dan relevan. Hasil yang beraneka ragam inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian bagaimana pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada Lembaga swadaya masyarakat Wahana Visi Indonesia Surabaya? Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaporan Keuangan Organisasi nirlaba di Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Visi Indonesia Surabaya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal tahun dan obyek penelitian yang mana tujuannya adalah untuk mengembangkan penelitian dengan tema yang sama dan hasilnya dapat memberikan pengetahuan yang baru. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 3 TINJAUAN TEORITIS Organisasi Nirlaba Menurut Widodo dan Kustiawan (2001:3) menyatakan organisasi non profit adalah: “Suatu institusi yang menjalankan operasinya tidak berorientasi untuk mencari laba”. Namun tidak berarti bahwa organisasi tidak diperbolehkan menghasilkan keuntungan dalam setiap kegiatan operasionalnya, akan tetapi jika kegiatan organisasi nirlaba menghasilkan keuntungan maka keuntungan yang diperoleh tidaklah dibagikan kepada manajemen tetapi kembali digunakan untuk menutup biaya operasional kegiatan utama. Dalam organisasi nirlaba terdapat dua jenis penerimaan sumbangan (IAI,2009), yaitu Sumbangan terikat bersifat permanen dan temporer, adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali dan sumbangan tidak terikat, adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali. Dalam hal ini Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai organisasi swasta yang kegiatannya ditujukan untuk membebaskan penderitaan, memajukan kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan dasar masyarakat, atau menangani pengembangan masyarakat merupakan bagian dari organisasi nirlaba. Dalam arti luas, istilah LSM merupakan organisasi yang berbasis nilai yang secara keseluruhan atau sebagian tergantung pada lembaga donor dan pelayanan sukarela. Prinsip altruisme dan voluntarisme ditetapkan sebagai definisi karakater kunci LSM. Akuntansi keuangan Lembaga Swadaya Masyarakat Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, di samping untuk menunjukkan akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya terpercaya dengan cara menyediakan informasi mengenai sumbersumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan; menyediakan informasi mengenai bagimana organisasi LSM mendanai aktivitasnya dan memenuhi persyaratan kasnya; menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM untuk mendanai aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban serta komitmennya; Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan di dalamnya; dan menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja organisasi LSM dari segi biaya, efisiensi, dan pencapaian tujuan (Bastian, 2007a:85). Perbedaan akuntansi keuangan LSM dan organisasi lainnya terletak pada tujuan organisasi, struktur pembiayaan, pola pertanggungjawaban, dan struktur organisasi. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 Organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan guna pertanggungjawaban yang transparan atas dana yang diperoleh dari para donatur. Para donatur ingin mengetahui bagaimana dana yang mereka berikan dikelola dengan baik dan dipergunakan untuk memberi manfaat bagi kepentingan publik. Akuntabilitas sangat diperlukan agar dapat dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan kepada donatur, regulator, penerima manfaat dan publik secara umum. Oleh karena itu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai badan peyusun standar akuntansi di Indonesia telah mengkonsep suatu karakteristik khusus organisasi nirlaba dengan diterbitkannya PSAK No. 45 mengenai Pelaporan keuangan Organisasi Nirlaba. Penyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan ini, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba lebih mudah dipahami oleh pengguna, memiliki relevansi, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 4 andal, dan memiliki daya banding yang tinggi. Adapun laporan keuangan menurut PSAK NO. 45: 1. Laporan Posisi Keuangan Tujuan penyusunan laporan posisi keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011;45.5) adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih serta informasi mengenai hubungan unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai: a) kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan b) likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal. Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva, kewajiban dan aktiva bersih (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). 2. Laporan Aktivitas Tujuan utama laporan aktivitas sesuai PSAK No. 45 (2011:45.8) adalah menyediakan informasi mengenai : 1. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, 2. hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan 3. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk : 1. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, 2. Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa, dan 3. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan. 3. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 (2009:2.3) tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini : 1. Aktivitas pendanaan: a. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang. b. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment). c. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaanya untuk jangka panjang. 2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 5 4. Catatan atas laporan Keuangan Merupakan bagian dari laporan keuangan yang tak terpisahkan karena berisikan penjelasan-penjelasan rinci atas akun-akun dalam laporan keuangan. Dalam catatan ini dijelaskan mengenai kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan oleh organisasi yang bersangkutan sehingga diperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut, serta memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai angka-angka tersebut. Teknik Akuntansi Keuangan LSM Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh organisasi sektor publik (termasuk LSM), yaitu (Mardiasmo, 2009: 150-154): 1. 2. 3. 4. 5. Akuntansi Anggaran Akuntansi anggaran melakukan teknik yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai, kemudian apabila belanja tersebut direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada menunjukkan jumlah anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi anggaran dapat membandingkan secara sistematik dan kontinyu jumlah anggaran dan realisasinya, bila terjadi varians maka dapat segera dilakukan tindakan koreksi. Kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah sifatnya yang kompleks. Akuntansi Komitmen Akuntansi komitmen mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima. Dengan akuntansi komitmen akan membantu pelaksanaan pengendalian anggaran melalui informasi berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan menggunakan perhitungan berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Akuntansi Dana Pencarian sumber dana dan alokasi dana adalah masalah penting bagi organisasi sektor publik. Organisasi dipandang sebagai rangkaian dana. Dana dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan didalamnya. Laporan keuangan organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan dana yang menjadi bagian organisasi. Metode akuntansi dana ini menekankan pada pelaporan pemanfaat dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri. Akuntansi Kas Akuntansi kas mencatat pendapatan pada saat kas diterima, dan pengeluaran pada saat kas dikeluarkan. Akuntansi kas mampu mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil, dan objektif. Namun pencatatan tersebut tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan akuntansi kas, tingkat efisiensi dan efektivitas suatukegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik. Akuntansi Akrual Akuntansi akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, lebih komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politk. Pendapatan dicatat saat diperoleh (earned) dan beban dicatat saat terjadi (incurred). Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak mutually exclusive. Penggunaan salah satu teknik tersebut tidak berarti menolak penggunaan teknik yang lain. Meskipun demikian, Pernyataan Standar Akuntansi Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 6 Keuangan Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba (PSAK No. 45) yang berlaku bagi organisasi nirlaba (temasuk LSM) menggunakan teknik akuntansi akrual. Rerangka Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki konsep pemikiran yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Melakukan proses evaluasi terhadap kinerja LSM dengan cara tanya jawab dengan bagian akuntansi mengenai kebijakan akuntansi yang diterapkan dan pengumpulan data keuangan kemudian menilai penerapan pelaporan keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya dengan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. 2. Melakukan proses analisis data-data keuangan yang dimiliki oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya antara lain, jurnal pendukung, catatan keuangan yang terkait, kebijakan akuntansi yang diterapkan, dan laporan keuangan entitas. 3. Menilai hasil analisis kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian. PSAK NO. 45 LAPORAN KEUANGAN WVI SURABAYA ANALISIS KESIMPULAN Gambar 1 Rerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistem secara faktual dan cermat (Soewadji, 2012:26). Pendekatan kualitatif dipilih karena dalam penelitian ini datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study). Metode studi kasus merupakan strategi yang baik untuk penelitian kualitatif, dimana sebagian besar data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancaran dan studi kepustakaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 7 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif, dimana sumber data diperoleh secara langsung oleh penulis dari informan Wahana Visi Indonesia Surabaya,serta dari hasil penelitian kepustakaan, melalui literatur atau dari studi kepustakaan yang berguna sebagai landasan teori, serta dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan Lembaga swadaya Masyarakat (Wahana Visi Indonesia Surabaya). Dari data yang ada maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Observasi langsung, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan dari obyek penelitian secara langsung. 2. Wawancara, tanya jawab dengan pihak yang terkait dengan yayasan seperti pihak manajemen, staf dan karyawan bagian keuangan untuk memperoleh informasi yang dapat berguna untuk mendukung penelitian. 3. Dokumentasi, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen resmi maupun arsip yayasan yang bersangkutan. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Memahami Pernyataan Standar akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 beserta literatur yang berkaitan. 2. Mengumpulkan data laporan keuangan dan data terkait Lembaga swadaya Masyarakat (Wahana Visi Indonesia). 3. Memahami konsep pelaporan keuangan yang diterapkan oleh Lembaga swadaya Masyarakat (Wahana Visi Indonesia). 4. Membandingkan penerapan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan Lembaga swadaya Masyarakat (Wahana Visi Indonesia) dengan PSAK No. 45 Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan terhadap rumusan masalah serta memberikan saran kepada Lembaga swadaya Masyarakat (Wahana Visi Indonesia). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian Keadaan kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan industry yang berkembang, membuat bertambahnya jumlah orang yang datang ke Surabaya. Akan tetapi tidak diimbangi dengan pengembangan program yang baik, adanya kemiskinan yang mengakibatkan mempekerjakan anak dibawah umur, tingkat kesehatan dan gizi yang terabaikan karna minimnya keadaan keluarga. Hal ini yang menggerakkan Wahana Visi Indonesia, sebuah organisasi Kristen yang berfokus pada peningkatan hidup anak untuk ikut serta dalam penyelesaian masalah yang ada di Surabaya khususnya. Saat ini pendekatan program di Surabaya menggunakan pendekatan ADP. ADP (Area Development Program) adalah sebuah program pemberdayaan masyarakat jangka panjang yang meliputi upaya perbaikan gizi balita, menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan pengembangan ekonomi masyarakat. Wilayah kerja mencakup, Kecamatan Genteng, Tegalsari, dan Sawahan. Dengan periode yang cukup panjang, yaitu 15 tahun (2001 – 2016). Program kerja yang sedang dikerjakan adalah, sebagai berikut: Nutrisi, lingkungan aman untuk anak, pengembangan ekonomi, manajemen sponsor, pengembangan ekonomi @ work. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 8 Mekanisme Pengelolaan Dana Dalam pelaksanaan proyek-proyeknya Wahana Visi didukung dengan prosedur yang cukup baik. Adanya mekanisme penerimaan secara transfer, karena dana diperoleh dari Wahana Visi Indonesia kantor pusat dan pengeluaran dana dengan prosedur pertanggungjawaban yang terstruktur. Sedangkan kebijakan akuntansi dalam menyusun laporan keuangan wahana Visi Indonesia, yaitu: 1. Laporan keuangan Laporan keuangan disusun berdasarkan data akuntansi tahun bersangkutan dengan standar akuntansi keuangan yang diterapkan secara konsisten dari tahuntahun sebelumnya. Periode fiscal yang diterapkan oleh Wahana Visi Indonesia sendiri berbeda dengan tahun fiscal yang berlaku umum, yaitu dimulai tanggal 1 oktober dan berakhir pada tanggal 30 september. Adapun tahapan yang dilakukan dalam pencatatan keuangannya adalah sebagai berikut: a. System penyusunan laporan keuangan Wahana Visi menggunakan program microsoft office excel 2007 yang didalamnya telah diprogram dengan system bernama Interface, yang memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan yang terintegrasi antar bagian keuangan dan akuntansi. b. Bagian keuangan mencatat setiap transaksi penerimaan kas pada Deposit Voucher dan pengeluaran kas pada Cash Disbursement.Setiap penerimaan dan pengeluaran dicatat berdasarkan jenisnya masing-masing untuk memudahkan dalam pembuatan laporan keuangan. c. Pada akhir bulan semua pencatatan yang telah dibuat, kemudian disusun menjadi satu laporan, yaitu laporan proyek / laporan aktivitas, dan penjelasan atas perbedaan anggaran. 2. Pengakuan pendapatan dan biaya Pengakuan pendapatan dan beban Wahana Visi menggunakan prinsip accrual basis. Dimana pengakuan dan pencatatan pendapatan dilakukan pada saat terjadinya transaksi. 3. Aktiva Tetap Aktiva tetap tidak disajikan pada neraca tetapi disajikan dalam daftar aktiva tetap berdasarkan harga perolehan. Karena tidak ada penyajian aktiva tetap dalam laporan posisi keuangan maka Wahana Visi Indonesia tidak menggunakan system penyusutan. Dalam melakukan penilaian terhadap aktiva yang sudah tidak dipakai Wahana Visi Indonesia menggunakan sistem nilai wajar, yaitu aktiva dinilai berdasarkan nilai pasar yang berlaku sekarang. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) CALON PENGGUNA DANA 67 PROSEDUR PENERIMAAN KAS VIA BANK FINANCIAL AND PROGRAM ACCOUNTING MANAJER NATIONAL OFFICE Mulai Budget Budget PlanBudget Plan Plan Divisi Budget Budget Budget Plan Plan Plan Review Budget Budget Budget Plan Plan Plan T Approve Budget Budget Plan ADP Plan ADP Budget Plan ADP Approve Meminta RK dari bank terkait Menerima konfirmasi Penerimaan dana Rekening Koran Surat Konfirmasi T Gambar 2 Flowchart Penerimaan Kas Via Transfer Proses Pemberian Uang 9 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 10 71 PROSEDUR PERMINTAAN UANG MUKA / ADVANCE PENGGUNA DANA FINANCIAL AND ACCOUNTING BOOKKEEPER CASHIER Mulai Budget Budget Plan Cash Plan Advance Review kesesuaian dan ACC Sesuai? CA Tolak Cash Advance Review kelengkapan dan siapkan Voucher CA Tolak Voucher T Review Keakuratan Cek & ACC Menyiapkan Cek Cek Beri cap PAID Voucher BPB Pencairan dana ke Bank & siapkan BPB Voucher BPB Rp Rp Penggunaan dana T Gambar 3 Flowchart Prosedur Permintaan Dana Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 11 71 PROSEDUR PERTANGGUNGJAWABAN ADVANCE PENGGUNA DANA FINANCIAL AND ACCOUNTING BOOKKEEPER CASHIER 1 Mulai Menyusun LPJ dilengkapi DP DP UM>Biaya Rp UM>Biaya LPJ Menyusun CA CA LPJ LPJ DP DP Review LPJ & DP DP Sesuai? Rp Rp CA LPJ LPJ DP DP Siapkan BSB& Setor Ke bank Rp CA LPJ Review Voucher & ACC DP 1 voucher Beri Cap PAID BSB T Sumber : Diolah Oleh Penulis dari Bagian Keuangan Wahana Visi Indonesia Gambar 4 Flowchart Pertanggungjawaban advance T Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 12 Laporan Keuangan Wahana Visi Indonesia 1. Laporan Aktivitas Proyek Dalam laporan aktivitas proyek ini terdapat rincian yang memuat sumber pendapatan dan rincian pengeluaran setiap proyek yang dijalankan. Dalam laporan proyek ini setiap program yang dijalankan oleh Wahana Visi Indonesia ADP Surabaya dilaporkan secara terpisah baik pendapatan maupun pengeluarannya. Selain itu untuk setiap beban diklasifikasikan ke beberapa section, antara lain; berdasarkan akun beban, berdasarkan kategori proyek, dan sumber perolehan dana. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelompokan pertanggungjawaban dana berdasarkan proyek. a. Pendapatan Dalam pos pendapatan ada beberapa jenis pendapatan yang terdapat pada akun Wahana Visi Indonesia antara lain; pendapatan yang diterima dari kantor nasional, pendapatan dari non ministry, pendapatan bunga dari perolehan investasi, pendapatan penjualan kendaraan / property kantor. Akan tetapi pada tahun 2012 ini pendapatan proyek hanya diperoleh dari kantor nasional (National Office) Wahana Visi Indonesia yang berpusat di Jakarta. b. Beban Pada pos beban, Wahana Visi Indonesia menggunakan system pembiayaan terpisah. Dimana seluruh beban yang terjadi dikelompokkan berdasarkan divisi atau program kerja yang dilaksanakan. Pencatatan setiap biaya program yang dilaksanakan oleh Wahana Visi Indonesia diklasifikasikan berdasarkan jenis beban dan kategori program. Format laporan aktivitas proyek dapat dilihat pada table 1. 2. Laporan Daftar Aktiva Tetap Tujuan pelaporan aktiva tetap pada Wahana Visi Indonesia Surabaya adalah untuk mengetahui kondisi aktiva tetap yang dimiliki, guna melakukan pembaharuan ataupun penghapusan pada aktiva yang sudah tidak terpakai. Pelaporan dilakukan setiap akhir tahun buku, dan aktiva dicatat berdasarkan nilai perolehan. Format pelaporan aktiva tetap dapat dilihat pada table 2. 3. Penjelasan atas Varians Tujuan utama laporan penjelasan atas varians adalah untuk menjelaskan tentang perbedaan yang terjadi antara anggaran dengan biaya aktual yang terjadi. Kebijakan Wahana Visi Indonesia dalam hal penjelasan atas varians ini, perbedaan harus dijelaskan jika varians yang terjadi > 20% atau < -20% untuk setiap akun yang ada dengan ketentuan bahwa anggaran proyek tersebut kurang dari Rp 1.000.000.000 dan penjelasan atas varians yang terjadi > 10% atau < -10% untuk setiap akun yang ada dengan ketentuan bahwa anggaran proyek tersebut lebih dari Rp 1.000.000.000. Format penjelasan atas varians dapat dilihat pada table 3. Kelemahan yang ditemui dalam lapangan adalah kebijakan baru yang di terapkan oleh kantor nasional Wahana Visi Indonesia, yaitu system sentralisasi dimana kantor ADP tidak diizinkan untuk membuat neraca. Laporan keuangan yang dibuat oleh kantor ADP hanyalah laporan aktivitas proyek, laporan kas, daftar aktiva tetap, dan penjelasan atas varians anggaran. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 13 TABEL 1 WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA PROGRAM CORE REPORT PERIODE 30 SEPTEMBER 2013 Current Actual Current Budget Varians Annual Budget Remaining balance Funding from National Office: Cash Funding Rp 9,769,581,148 Rp 10,589,387,231 8% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 2,851,388,969 405,625,813 1,656,726,593 3,004,484,789 1,851,354,985 9,769,581,149 Rp Rp Rp Rp Rp Rp 3,129,642,903 728,174,148 1,671,828,688 3,191,074,708 1,868,666,784 10,589,387,231 9% 44% 1% 6% 1% 8% Salaries Benefit Staff training Office Supplies Ministry supplies Travel Inter-Office Charges Occupancy Telephon & Postages Hospitality Printing Advertising Fees and taxes Consultancy Capital Expenditure Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 3,811,607,112 581,944,298 109,410,526 199,047,573 3,188,966,776 694,676,625 369,239,706 287,044,600 149,387,633 44,409,081 1,151,741 137,472,150 190,801,844 4,421,484 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 4,351,428,762 494,637,881 265,535,238 178,025,543 3,218,690,073 639,238,228 209,061,000 414,931,884 242,208,872 145,867,592 112,177,558 13,442,560 62,191,776 241,953,264 - 12% -18% 59% -12% 1% -9% 100% 11% -19% -2% 60% 91% -121% 21% -100% Total Expense Rp 9,769,581,149 Rp 10,589,390,231 10,589,387,231 Rp 819,806,083 Rp Rp Rp Rp Rp Rp 3,129,642,903 728,174,148 1,671,828,688 3,191,074,708 1,868,666,784 10,589,387,231 Rp Rp Rp Rp Rp Rp 278,253,934 322,548,335 15,102,095 186,589,919 17,311,799 819,806,082 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 4,351,428,762 494,637,881 265,535,238 178,025,543 3,218,690,073 639,238,228 209,061,000 414,931,884 242,208,872 145,867,592 112,177,558 13,442,560 62,191,776 241,953,264 - Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 539,821,650 (87,306,417) 156,124,712 (21,022,030) 29,723,297 (55,438,397) 209,061,000 45,692,178 (44,835,728) (3,520,041) 67,768,477 12,290,819 (75,280,374) 51,151,420 (4,421,484) 10,589,390,231 Rp 819,809,082 Funding By Program: CSMP Economic Empowerment Nutrition save Environment Economic Development Total Funding Expense by Account: 800 801 802 810 815 820 830 840 850 860 864 865 870 875 880 8% Rp Lanjutan tabel 11 Current Actual Current Budget Varians Annual Budget Remaining Balance Expense by Project category: P04 P05 P09 Children In crisis Christian Commitment Economic Development Rp Rp Rp 155,047,295 78,220,367 1,687,549,757 Rp Rp Rp 165,377,397 90,852,891 1,886,204,323 6% Rp 14% Rp 11% Rp 165,377,397 90,852,891 1,886,204,323 Rp Rp Rp P10 P12 P15 P16 P18 Education Environment Health HIV/AIDS Leadership Development Rp Rp Rp Rp Rp 1,346,616,565 256,578 68,762,159 775,454,590 98,806,763 Rp Rp Rp Rp Rp 1,382,117,401 70,240,135 837,667,288 136,971,890 3% -100% 2% 7% 28% P19 P21 P24 P26 Nutrition Project Management Sponsorship management Monitoring & Evaluation Rp Rp Rp Rp 1,161,390,622 1,965,003,647 2,166,774,338 265,698,468 Rp Rp Rp Rp 1,157,941,175 2,085,257,807 2,373,376,973 403,379,951 0% 6% 9% 34% Total Expense by proj. cat. Rp 9,769,581,149 Rp Direct Project Cost Rp 7,557,300,733 Indirect Project Cost Office Operating Cost Allocation Total Expense by DPC/IPC: Rp Rp Rp 534,251,333 1,678,029,081 9,769,581,147 10,330,102 12,632,524 198,654,566 Rp Rp Rp Rp Rp 1,382,117,401 70,240,135 837,667,288 136,971,890 Rp Rp Rp Rp Rp 35,500,836 (256,578) 1,477,976 62,212,698 38,165,127 Rp Rp Rp Rp 1,157,941,175 2,085,257,807 2,373,376,973 403,379,951 Rp Rp Rp Rp (3,449,447) 120,254,160 206,602,635 137,681,483 10,589,387,231 8% Rp 10,589,387,231 Rp 819,806,082 Rp 8,305,420,370 1% Rp 8,305,420,370 Rp 748,119,637 Rp Rp Rp 446,403,263 1,837,563,598 10,589,387,231 1% Rp 1% Rp 8% Rp 446,403,263 1,837,563,598 10,589,387,231 Rp Rp Rp (87,848,070) 159,534,517 819,806,084 Expense by DPC/IPC: Sumber: Bagian keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 14 TABEL 2 WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA DAFTAR AKTIVA TETAP periode 30 september 2013 NO. AKTIVA 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 B001 D002 E003 E004 P005 H006 E007 E009 E010 JENIS AKTIVA TAHUN HARGA PEROLEHAN sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda sepeda motor / Honda mobil / toyota kijang mobil / Izusu panther sepeda motor / Honda total kendaraan 2003 2003 2003 2003 2003 2004 2005 2006 2006 2006 2006 2006 2009 2009 2007 2004 2005 2013 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 11,650,000 11,650,000 12,230,000 11,400,000 11,400,000 12,950,000 13,250,000 13,450,000 13,375,000 13,375,000 13,375,000 13,375,000 16,300,000 16,300,000 8,000,000 160,000,000 175,200,000 16,700,000 543,980,000 Laptop Laptop Notebook Notebook Laptop Laptop Laptop LCD Proyektor LCD Proyektor total Peralatan 2010 2010 2009 2009 2009 2010 2013 2009 2009 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 8,000,000 15,000,000 13,225,000 13,225,000 14,940,000 15,000,000 7,000,000 16,500,000 16,500,000 119,390,000 Rp 663,370,000 total Aktiva Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 15 TABEL 3 WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA VARIANCE EXPLAINATION Line item YTD Budget of + or - 10% must be explained if total project budget is over USD100,000 AND + or - 20% if project budget is equal or less than US$100,000 Account Account YTD Budget Variance Code Deskription Variance % Explaination 800 Salaries 12% 801 Benefit -18% over because there are staff wedding 802 810 Staff training Office Supplies 59% -12% Used only as needed and there is no activity outside the city - 815 Ministry supplies 1% - 820 Travel -9% - 830 Inter-Office Charges 100% nothing use at the periode 840 Occupancy 11% - 850 Telephon & Postages -19% Over because excessive on the use of the internet 860 864 Hospitality Printing -2% 60% Under because no print module 865 Advertising 91% there mount that not use advertising 870 875 Fees and taxes Consultancy -121% 11% 880 Capital Expenditure -100% provide variance explanation only if project does not use logframe category P05 Christian Commitment 14% P09 Economic Development 11% P10 Education 3% P12 Environment -100% P15 Health 2% P16 HIV/AIDS 7% P18 Leadership Development 28% P19 Nutrition 0% P21 Project Management 6% P24 Sponsorship management 9% P26 Monitoring & Evaluation 34% Over because spending NO which also charged to ADP unlist budget before ADP administered as needed. ADP administered as needed. unlist budget before ADP administered as needed. baseline survey conducted by the budget sharing between sectors Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya Pembahasan Perolehan sumber daya organisasi nirlaba yang berbeda dengan organisasi laba, merupakan ciri khusus yang menjadi karakter organisasi nirlaba. Sumber daya tersebut diperoleh melalui sumbangan, yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas program dan operasionalnya. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Pelaporan keuangan yang diatur dalam PSAK No. 45 terdapat empat laporan keuangan yang harus disusun organisasi nirlaba, yaitu Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Sebagaimana yang ditetapkan dalam PSAK No. 45, Oleh karena itu, diperlukan penyusunan laporan posisi keuangan dalam laporan keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 16 Guna penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45 maka ada beberapa akun yang perlu disesuaikan. Ayat-ayat jurnal yang menjelaskan penyesuaian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pencatatan perolehan dana dari kantor nasional Kas Bank Rp 10,589,387,231 Pendapatan Rp 10,589,387,231 Penyesuaian: Pendapatan Rp 10,589,387,231 Sumbangan terikat permanen Rp 10,589,387,231 (mengakui pendapatan dari kantor nasional) Penjelasan: sumbangan terikat permanen adalah sumbangan yang pembatasan penggunaan sumber dayanya dipertahankan secara permanen sesuai dengan permintaan pemberi dana. Dana yang diperoleh ADP Surabaya dari NO diklasifikasikan pada sumbangan terikat permanen karena dana yang diberikan berdasarkan proyek hanya digunakan untuk keperluan proyek tersebut. Meskipun tujuan sudah tercapai sisa dana akan tetap dialokasikan untuk proyek yang sama ditahun berikutnya. 2. Untuk mengakui biaya penyusutan. Beban penyusutan kendaraan Rp 337,326,667,- Akumulasi Penyusutan kendaraan Beban penyusutan peralatan Rp 52,320,000,- Rp 337,326,667,- Akumulasi Penyusutan peralatan Rp 52,320,000,Penjelasan: semua aktiva tetap yang ada dihitung jumlah beban penyusutannya mulai tahun perolehannya hingga periode akhir tahun pembuatan laporan keuangan. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang berlaku umum. Berikut adalah perhitungan untuk penyesuaian aktiva tetap Wahana Visi Indonesia Surabaya: . 1) Nilai penyusutan untuk kendaraan sebesar Rp 337,326,667,- dengan sisa nilai bukunya adalah Rp 206,653,333,2) Nilai penyusutan untuk peralatan sebesar Rp 52,320,000,- dengan sisa nilai bukunya adalah Rp 67,070,000,Laporan Aktivitas Proyek Pendapatan diperoleh untuk setiap divisi program secara terpisah. Pencatatan dan pelaporan juga dilakukan secara terpisah untuk setiap program kerja Wahana Visi Indonesia, yang akan dialokasikan untuk setiap operasional program yang ada. Sedangkan untuk pengakuan pendapatan dilakukan saat transaksi terjadi sesuai dengan prinsip accrual basis. Dalam hal perubahan akun pendapatan tidak mempengaruhi akun lain karena Wahana Visi Indonesia Surabaya tidak membuat laporan posisi keuangan. Sehingga saldo dari pendapatan untuk setiap program akan ditambahkan pada pada anggaran periode berikutnya. Sedangkan dalam hal pengakuan Wahana Visi Indonesia Surabaya sudah sesuai dengan pernyataan yang berlaku umum. Berikut adalah pencatatan saldo untuk prefunding Wahana Visi Indonesia Surabaya: Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 17 1) Pencatatan Prefunding: Income Rp xxx Deffered Income Rp xxx 2) Pencatatan reklasifikasi Prefunding: Deffered Income Rp xxx Income Rp xxx Penyesuaian untuk pencatatan prefunding diatas, yaitu: Income Asset neto Rp xxxx Rp xxxx Penyusunan laporan aktivitas menurut PSAK No. 45 mengharuskan penguraian atas penerimaan dan pengeluaran organisasi nirlaba berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat temporer, terikat permanen. Oleh karena keharusan tersebut akun-akun penerimaan yang ada di Wahana Visi Indonesia Surabaya harus diklasifikasikan sebagai aktiva bersih terikat permanen, dan pengisian untuk kas kecil diklasifikasikan sebagai aktiva bersih tidak terikat. Sedangkan untuk aktiva bersih terikat temporer adalah dana perolehan untuk aktiva tetap. Rincian mengenai total aktiva bersih permanen tiap proyek yang dijalankan oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya disajikan dalam tabel 5, sedangkan rincian beban masing-masing proyek disajikan dalam tabel 6. Laporan Aktivitas Wahana Visi yang sesuai dengan PSAK No.45 dapat dilihat pada tabel 4. Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan laporan klasifikasi pendapatan dan laporan aktivitas, kemudian disusun laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45. Laporan posisi keuangan memuat halhal sebagai berikut: 1. Asset a. Asset Lancar 1) Kas kecil Pada pos kas ini dibedakan menjadi dua, yaitu kas kecil yang digunakan untuk keperluan insidentil kantor yang kurang dari Rp 250.000. Untuk memudahkan pencatatan, maka digunakan dana kas dengan system imprest (jumlah tetap sepanjang periode) dengan nilai Rp 2.000.000. 2) Kas Bank Sedangkan kas bank digunakan untuk pengeluaran kas yang lebih dari Rp 250.000, untuk keperluan pelaksanaan program kerja. b. Asset Tetap Aktiva yang dimiliki oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya dinilai dengan nilai wajar pada saat akan terjadi penghapusan. Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan yang berlaku saat ini, dimana aktiva tetap harus disusutkan nilainya berdasarkan kriteria aktiva tersebut. Oleh karena itu dalam penyusunan laporan posisi keuangan ini, aktiva disajikan beserta penyusutannya. Metode penyusutan yang digunakan adalah penyusutan garis lurus. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 18 2. Liabilitas Selama periode ini tidak ada traksaksi ataupun catatan yang berkaitan dengan akun hutang yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya, sehingga pada periode ini akun hutang tidak ada. 3. Asset Neto a. Asset neto tidak terikat Asset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali. Aktiva yang diklasifikasikan ke dalam aktiva bersih tidak terikat hanyalah akun kas kecil, karena dalam akun aktiva lancar yang dimiliki WVI Surabaya hanyalah kas kecil yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. b. Asset neto terikat temporer Dikarenakan tidak adanya penggolongan aktiva di awal pada Wahana Visi Indonesia Surabaya, maka penulis mengklasifikasikan Aktiva tetap pada aktiva bersih terikat temporer. Berdasarkan informasi yang diperoleh dalam lapangan, bahwa Wahana Visi Indonesia Surabaya memperoleh dana tersendiri untuk pembelian asset untuk mendukung operasional proyek berjalan dengan baik, maka semua asset tetap yang dimiliki diklasifiksikan pada aktiva bersih terikat temporer. Tentunya nilainya juga menyesuaikan dengan nilai buku yang telah dikurangi dengan penyusutan selama periode yang berjalan. c. Asset neto terikat permanen Aktiva yang diklasifikasikan kedalam aktiva bersih terikat permanen adalah pendapatan yang diperoleh dari kantor nasional Wahana Visi Indonesia yang diperuntukan hanya untuk proyek-proyek tertentu yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya sesuai dengan anggaran yang telah disepakati bersama. Bentuk laporan posisi keuangan yang sesuai dengan PSAK No.45 dapat dilihat pada table 7. Laporan Arus Kas Laporan arus kas WVI disajikan kedalam laporan kas metode langsung yang telah disesuaikan dengan PSAK No.45. Bentuk laporan arus kas yang sesuai dengan PSAK No.45 dapat dilihat pada table 8. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan yang dibutuhkan untuk menjelaskan laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya yang telah disesuaikan dengan PSAK No. 45. Catatan A Penyajian atas setiap dana yang diperoleh organisasi ditetapkan menjadi sumbangan terikat permanen, temporer, ataupun tidak terikat. Dana yang diberikan oleh pemberi dana yang memberikan pembatasan untuk penggunaan terhadap proyek tertentu untuk periode yang tidak terbatas maka sisa dana harus dilaporkan dan kembali digunakan untuk proyek yang sama. Selama periode ini Wahana Visi Indonesia Surabaya memperoleh dana dari dua sumber yang berbeda untuk pendanaan proyek-proyeknya. Uraian pendapatan atau sumber dana dapat dilihat pada tabel 9. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 19 Catatan B Berdasarkan laporan aktivitas yang dibuat oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya ada pengklasifikasian beban untuk setiap proyek. Guna mengetahui detail dari pengeluaran proyek maka pengklasifikasian beban tetap digunakan dalam penyesuaian laporan aktivitas, sehingga informasi tentang beban proyek selama periode tertentu masih dapat diakses. Untuk uraian masing-masing pengeluaran proyek dapat dilihat pada tabel 6. TABEL 4 WAHANA VISI INDONESIA ADP SURABAYA LAPORAN AKTIVITAS periode 30 September 2013 KETERANGAN TIDAK TERIKAT TERIKAT TERIKAT TEMPORER PERMANEN JUMLAH Pendapatan: Pendapatan dari kantor nasional (catatan A) Rp 2,000,000 Rp 10,589,387,231 Rp 10,591,387,231 Jumlah pendapatan Rp 2,000,000 Rp 10,589,387,231 Rp 10,591,387,231 CSMP Economic Empowerment Nutrition Rp Rp Rp 2,851,388,969 Rp 405,625,813 Rp 1,656,726,593 Rp 2,851,388,969 405,625,813 1,656,726,593 save Environment Economic Development (catatan B) beban insidentil Jumlah Beban Rp Rp 3,004,484,789 Rp 1,851,354,985 Rp 3,004,484,789 1,851,354,985 Rp Rp Rp Rp 9,769,581,149 Rp 1,850,000 9,771,431,149 Perubahan asset Bersih Asset Bersih Awal tahun Rp Rp 150,000 - Rp Rp 282,343,333 819,806,082 Rp Rp 819,956,082 282,343,333 Asset Bersih Akhir tahun Rp 150,000 Rp 282,343,333 Rp 819,806,082 Rp 1,102,299,415 Beban: 1,850,000 1,850,000 Sumber: diolah penulis dari informasi Bagian keuangan Wahana Visi Indonesia ADP Surabaya Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 20 Tabel 5 Wahana Visi Indonesia Surabaya Rincian Asset Bersih Terikat Permanen per 30 september 2013 Rincian Pendapatan Jumlah CSMP Rp Economic Empowerment Rp 3,129,642,903 728,174,148 Nutrition Rp 1,671,828,688 save Environment Rp 3,191,074,708 Economic Development Rp 1,868,666,784 TOTAL Rp 10,589,387,231 Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya Tabel 6 Wahana Visi Indonesia Surabaya Rincian Pengeluaran Dana Per Proyek Keterangan PROYEK CSMP 1,048,542,080 156,289,482 39,580,469 56,392,477 EEW Rp Rp Rp Rp Salaries Benefit Staff training Office Supplies Rp Rp Rp Rp Ministry supplies Travel Inter-Office Charges Occupancy Rp Rp 879,985,012 Rp 206,087,563 Rp 18,514,300 Rp 21,353,141 Rp Rp 100,431,179 Rp Telephon & Postages Hospitality Printing Advertising Rp Rp Rp Rp 190,462,221 31,833,861 8,717,330 353,325 Fees and taxes Consultancy Capital Expenditure Rp Rp Rp 75,045,386 Rp 56,751,536 Rp 917,049 Rp 2,528,360 Rp 7,901,973 Rp 257,361 Rp Total Pengeluaran Proyek Rp 2,851,388,970 Rp 405,625,814 Rp Rp Rp Rp Rp 249,168,312 26,789,270 13,444,952 10,646,978 Nutrition Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 787,539,247 134,586,353 17,723,565 22,695,848 360,479,986 Rp 172,891,815 Rp 1,374,226,633 Rp 161,018,893 Rp 555,760,336 133,325,214 14,219,993 Rp 78,007,960 Rp 100,675,148 Rp 75,905,424 19,451,706 3,398,664 17,894,130 56,674 23,494,971 36,556,873 3,095,748 181,412 Rp Rp Rp Rp 964,339,488 132,603,752 20,063,989 89,638,412 Economic Developm. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 762,017,984 131,675,441 18,597,551 19,673,857 Save Environment 32,048,985 41,060,098 4,670,811 333,427 Rp Rp Rp Rp 21,586,716 36,538,137 10,031,062 226,903 16,185,204 Rp 32,803,311 Rp 1,064,477 Rp 26,146,879 Rp 56,347,057 Rp 1,310,708 Rp 17,566,322 36,997,967 871,890 1,656,726,590 Rp 3,004,484,280 Rp 1,851,354,984 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 21 Tabel 7 Wahana Visi Indonesia Surabaya Laporan Posisi Keuangan per 30 September 2013 ASET LIABILITAS dan ASET NETO Aset lancar: Liabilitas: Kas Kecil Rp 150,000 Kas Bank Rp 819,806,082 Jumlah Aset lancar Rp 819,956,082 Aset tetap: Hutang Rp - Jumlah Liabilitas Rp - ASET NETO: Peralatan Kantor Akumulasi Penyusutan Rp Rp 128,010,000 Tidak terikat (52,320,000) Terikat Temporer (catatan C) Rp Rp 150,000 282,343,333 Kendaraan Akumulasi Penyusutan Rp Rp 543,980,000 Terikat Permanen (catatan A) (337,326,667) Rp 819,806,082 Jumlah aset tetap Rp 282,343,333 Jumlah Aset neto Rp 1,102,299,415 Total Aset Rp 1,102,299,415 Total Liabilitas dan Asset Neto Rp 1,102,299,415 Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya Tabel 8 Wahana Visi Indonesia Surabaya Laporan Arus Kas per 30 September 2013 AKTIVITAS OPERASI Kas dari NO Salaries Benefit Staff training Office Supplies Ministry supplies Travel Inter-Office Charges Occupancy Telephon & Postages Hospitality Printing Advertising Fees and taxes Consultancy Capital Expenditure Total Expense Kenaikan neto dalam Kas bank kas dan setara kas pada awal periode Kas Pada akhir periode Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 10,589,387,231 Rp Rp Rp 9,769,581,149 819,806,082 - Rp 819,806,082 3,811,607,112 581,944,298 109,410,526 199,047,573 3,188,966,776 694,676,625 369,239,706 287,044,600 149,387,633 44,409,081 1,151,741 137,472,150 190,801,844 4,421,484 Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 22 Tabel 9 Wahana Visi Indonesia Surabaya Rincian Sumber Dana No Keterangan Jumlah 1 Wahana Visi Australia Rp 5,423,987,965 2 Wahana Visi USA Rp 5,165,399,266 Total Rp 10,589,387,231 Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pada analisis dan pembahasan yang dikemukakan oleh penulis tentang “Pelaporan Keuangan organisasi Nirlaba “ (Studi Kasus Pada Wahana Visi Indonesia Surabaya) dan setelah memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan dari Wahana Visi Indonesia Surabaya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Wahana Visi Indonesia Surabaya sebagai lembaga swadaya masyarakat ditingkat lokal telah melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam melayani masyarakat (terkhusus bidang anak-anak) dengan baik. Hal ini tercermin dari terlaksananya proyek yang ditetapkan oleh organisasi. (2) Mekanisme pengelolaan dana pada Wahana Visi Indonesia Surabaya sudah berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dalam tata cara penerimaan dana dan pengeluaran dana serta terdapat suatu bentuk pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana yang telah diperoleh. Semua mekanisme pengelolaan dana sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (3) Laporan keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya setelah disesuaikan dengan PSAK No.45 terdapat ketidaksesuaian antara penerapan laporan keuangan yang disajikan oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya dengan laporan keuangan berdasarkan PSAK No.45. Wahana Visi Indonesia Surabaya hanya membuat 2 laporan keuangan saja, yaitu: Laporan Aktivitas Proyek, dan Daftar Aktiva tetap, disertai Penjelasan atas Varians Anggaran. Hal mendasar yang menyebabkan Wahana Visi Indonesia Surabayatidak menerapkan PSAK No. 45 disebabkan karena mulai tahun 2010 Wahana Visi Indonesia Surabaya melakukan system sentralisasi laporan keuangan. Dimana setiap ADP tidak diwajibkan untuk membuat laporan posisi keuangan akan tetapi hanya melaporkan laporan aktivitas proyek ke kantor nasional. Sedangkan menurut PSAK No.45 terdapat 3 laporan Keuangan , yaitu: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan ARus Kas, dan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disesuaikan dengan PSAK No. 45 menjadi lebih mudah dipahami, memiliki relevansi serta daya banding yang tinggi. Keterbatasan Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian di Wahana Visi Indonesia Surabaya, maka ada beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu: (1) lembaga swadaya masyarakat yang menjadi subyek penelitian adalah lembaga bentuk pelaporan keuangannya sesuai dengan standar internasional yang telah ditetapkan, meskipun dapat disesuaikan dengan standar yang ada di Indonesia akan tetapi sulit untuk diterapkan di dalam pelaporan Keuangan Wahana Visi Indonesi Surabaya. (2) penelitian ini Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014) 23 dilakukan pada Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Surabaya saja. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat bmelakukan penelitian di organisasi lainnya (selain LSM, yayasan, sekolah, dan gereja) untuk mengetahui bagaimana penerapan pelaporan keuangan organisasi nirlaba sesuai PSAK No. 45 sebagai standar Akuntansi berlaku umum di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Supomo, B dan Indriantoro, N. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi.dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Bastian, I. 2007a. Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Penerbit Erlangga. . 2007b. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik.Jakarta: Penerbit Erlangga. . 2010. Akuntansi Sektor Publik,Suatu Pengantar.Jakarta: Penerbit Erlangga. Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor.45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jakarta:IAI. Financial Accounting Standards Board. 1980. Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organization. USA:.FASB Hendrawan, R. 2011. Analisis Penerapan PSAK No. 45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Rumah Sakit Berstatus Badan Layanan Umum. Skripsi.Fakultas Ekonomi UniversitasDiponegoro. Semarang. Kieso, D.,E, Weygandt, J,.J, dan Warfield, T,.T. 2011. Intermadiate Accounting Volume1IFRS Edition. USA: John Wiley & Sons Kuncoro, M.2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi ketiga..Penerbit Erlangga. Jakarta. Mahsun, M, Sulistyowati, F, dan Purwanugraha,H,.A..2007.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Empat. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Nordiawan, D. 2009. Akuntansi sektor Publik. Jakarta:Salemba 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004.Yayasan.Jakarta Wibisono, N. 2009. Penerapan PSAK No. 45 Terhadap Laporan KeuanganOrganisasi Nirlaba Pusdakota Ubaya.Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Surabaya. …