pengaruh kerakteristik perusahaan terhadap struktur modal

advertisement
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP………………….………………………...(Jaladri Angleng Windraesti)
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL: STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK
INDONESIA
Jaladri Angleng Windraesti
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the influence of firm characteristics, i.e. dividend,
growth sales, asset tangibility, earning volatility, and firm age on leverage as a proxy for
capital structure. Samples are selected from manufacturing campanies listed on Indonesian
Stock Exchange for the periode 2008-2010. Purposive sampling is used to choose the sample
and 95 companies are found to be sample. Data is analyzed with test of classic assumption
and examination of hypothesis with multiple linear regression method. The result shows that
among five independent variables, dividend, earning volatility, and firm age are insignificant
on leverage, while growth sales and asset tangibility have a positive impact towards leverage.
Keywords: firm characteristics, capital structure
PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya minat
serta pengetahuan masyarakat di bidang
pasar modal, terutama bagi para investor
yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah
satu faktor yang penting karena menyangkut risiko dan pendapatan yang akan
diterima. Dalam melihat struktur modal
perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa
laporan keuangan yang diterbitkan setiap
tahunnya. Para investor akan melakukan
berbagai analisis terkait dengan keputusan
untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan melalui informasi yang salah
satunya dari laporan keuangan perusahaan.
Ketika sebuah perusahaan melakukan
ekspansi, perusahaan akan membutuhkan
banyak modal yang modal tersebut bisa
berasal dari utang maupun ekuitas bahkan
bauran pendanaan (financing mix) yang
terbaik. Keputusan pendanaan ini dilakukan oleh manajer keuangan yang berkaitan
dengan pemilihan sumber dana internal
maupun sumber dana eksternal yang
nantinya juga akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Apabila suatu perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari
dalam perusahaan akan sangat mengurangi
ketergantungan kepada pihak luar. Tetapi
ketika sumber internal sudah tidak mencukupi lagi karena semakin meningkatnya
pertumbuhan perusahaan yang menyebabkan kebutuhan dana menjadi meningkat,
maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, salah satunya dengan utang.
Menurut Brigham dan Houston
(2009) struktur modal merupakan kombinasi antara utang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan.
Dalam penelitian ini yang digunakan
113
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
adalah leverage. Leverage sering didefinisikan sebagai sebuah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan
utang dalam membiayai aset perusahaan.
Selain itu, penggunaan leverage dimaksudkan untuk meningkatkan kekayaan pemilik. Hal ini dikarenakan penggunaan
leverage mempunyai implikasi penting
(Brigham dan Houston, 2009), yaitu (1)
Bunga yang dibayarkan dapat menjadi
pengurang pajak yang selanjutnya akan
menurunkan biaya efektif utang tersebut,
(2) Kreditur akan mendapatkan pengembalian dalam jumlah tetap, sehingga
pemegang saham tidak harus membagi
keuntungannya jika bisnis berjalan dengan
sangat baik. Namun, utang juga memiliki
kelemahan, (1) Semakin tinggi rasio utang
maka perusahaan tersebut akan semakin
berisiko, sehingga semakin tinggi pula
biaya dari baik utang maupun ekuitasnya,
(2) Jika perusahaan mengalami masa-masa
sulit dan laba operasi tidak cukup untuk
menutupi beban bunga, para pemegang
saham akan harus menutupi kekurangan
tersebut, dan jika mereka tidak dapat
melakukannya maka akan terjadi kebangkrutan.
Kebijakan dividen yang dipilih peneliti karena implikasi kebijakan ini akan
langsung dirasakan bagi manajer keuangan
yaitu harus menyediakan dana untuk
membayar jumlah dividen yang tetap.
Kebijakan dividen ini ada hubungannya di
dalam penyediaan dana pada perusahaannya. Faktor-faktor yang dipilih peneliti
untuk diuji pengaruhnya terhadap struktur
modal adalah dividen (Mardi, 2008),
pertumbuhan penjualan (Pithaloka, 2009;
Winahyuningsih, et al., 2010), struktur aset
(Dwijayanti, 2011), volatilitas laba
(Mas’ud, 2008), dan umur perusahaan
(Hidayati, 2001).
114
KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Struktur Modal
Struktur modal pada dasarnya
merupakan suatu pembiayaan permanen
yang terdiri dari modal sendiri dan modal
asing, dimana modal sendiri terdiri dari
berbagai jenis saham dan laba ditahan.
Penggunaan
modal
asing
akan
menimbulkan beban yang tetap dan
besarnya penggunaan modal asing ini
menentukan besarnya leverage keuangan
yang digunakan perusahaan.
Struktur modal sendiri dapat diukur
menggunakan dua rasio yaitu Debt to
Equity Ratio dan Debt to Total Aset. Debt
to Equity Ratio (DER), yaitu suatu
perbandingan antara nilai seluruh utang
(total debt) dengan total ekuitas. Rasio ini
menujukkan presentase penyediaan dana
oleh pemegang saham terhadap pemberi
pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham. Dari
perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio
akan semakin baik kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka
panjang. Sedangakan Debt to Total Aset
(DTA) atau leverage yang dijadikan alat
ukur dalam penelitian ini merupakan
perbandingan antara utang dengan total
aset. Rasio ini menekankan pentingnya
pendanaan utang dengan jalan menunjukkan presentase aset perusahaan yang
didukung dengan utang. Dengan demikian
semakin tinggi rasio ini maka semakin
besar risiko yang dihadapi. Dalam
beberapa penelitian tentang struktur modal,
leverage didefinisikan sebagai pengukur
besarnya aset yang dibiayai dengan utang
(Mas’ud, 2008). Utang yang digunakan
dalam pembiayaan aset tersebut berasal
dari kreditur, bukan dari pemegang saham
atau pun investor.
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP………………….………………………...(Jaladri Angleng Windraesti)
Menurut Mas’ud (2008), penggunaan
leverage mempunyai implikasi penting dan
memberikan manfaat, yaitu: pembayaran
bunga adalah tax deductable, yang menurunkan biaya efektif utang, debtholder
memperoleh return yang pasti, melalui
financial leverage dimungkinkan laba per
lembar saham (EPS) akan meningkat, dan
kendali terhadap operasi perusahaan oleh
pemegang saham yang ada tidak berubah.
Dilain pihak ada kerugian yang timbul dari
penggunaan leverage, yaitu: semakin
tinggi debt ratio semakin berisiko
perusahaan karena semakin tinggi beban
tetap, dan jika sewaktu-waktu perusahaan
kesulitan keuangan dan operating income
tidak cukup untuk menutup beban bunga,
maka akan menyebabkan kebangkrutan.
Pengembangan Hipotesisis
Kebijakan dividen pada hakekatnya
menentukan berapa banyak bagian
keuntungan yang akan dibagikan kepada
para pemegang saham, dan berapa banyak
yang akan ditahan. Menurut Horne dalam
Mardi (2008) kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Banyak perusahaan mencoba menggunakan kebijakan
dividen yang stabil, yaitu membayarkan
jumlah dividen dalam jumlah yang
konstan. Implikasi kebijakan seperti ini
akan langsung dirasakan bagi manajer
keuangan, yaitu harus menyediakan dana
untuk membayar jumlah dividen yang
tetap ini. Dengan demikian, semakin tinggi
tingkat leverage-nya, maka semakin besar
kemungkinan perusahaan tidak bisa
membayar dividen dalam jumlah yang
tetap. Mardi (2008) melakukan penelitian
tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen menemukan
adanya pengaruh positif dividen terhadap
struktur pendanaan.
H1: Dividen berpengaruh positif terhadap
Leverage
Pertumbuhan penjualan merupakan
persepsi tentang peluang bisnis yang
tersedia dipasar yang harus diambil oleh
perusahaan.
Pertumbuhan
penjualan
ditunjukkan dengan pencapaian tingkat
penjualan yang dihasilkan perusahaan,
pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan
sebagai pertumbuhan penjualan (Growth of
sales) yaitu kenaikan jumlah penjualan
dari tahun ke tahun atau dari waktu ke
waktu. Perusahaan dengan penjualan yang
relatif stabil berarti memiliki aliran kas
yang relatif stabil pula, maka dapat
menggunakan utang lebih besar dari pada
perusahaan dengan penjualan yang tidak
stabil. Perusahaan–perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat,
akan membutuhkan dana dari sumber
ekstern yang lebih besar. Pithaloka (2009)
melakukan penelitian tentang pengaruh
pertumbuhan penjualan terhadap leverage.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pertumbuhan penjualan mempunyai arah
koefisien regresi positif. Penelitian
Winahyuningsih, et al. (2010) pada perusahaan
manufaktur
di
Indonesia
menujukkan bahwa secara parsial variabel
pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap variabel struktur modal. Hal
ini mengindikasikan bahwa semakin besar
pertumbuhan penjualan pada suatu perusahaan akan menarik investor untuk menanamkan modalnya sehingga mempermudah
mendapatkan utang karena adanya keyakinan investor terhadap perusahaan tersebut.
H2: Pertumbuhan Penjualan berpengaruh
positif terhadap Leverage
Struktur aset merupakan perbandingan antara aset tetap terhadap total aset.
Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam
jumlah besar dapat menggunakan utang
dalam jumlah besar (Noor, 2006). Karena
dari skalanya, perusahaan besar akan lebih
mudah mendapatkan akses ke sumber dana
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Besarnya aset tetap juga dapat digunakan
sebagai jaminan utang perusahaan
115
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
(Dwijayanti, 2011). Penelitian yang
dilakukan Mas’ud (2008) menunjukkan
bahwa untuk penggunaan utang dalam
struktur modal perusahaan signifikan
dipengaruhi oleh struktur aset. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar
struktur aset maka akan memperbesar pula
penggunaan utang dalam struktur modal
perusahaan. Berdasarkan pertimbangan
terhadap teori dan hasil penelitian
terdahulu, hipotesis ketiga adalah:
H3: Struktur Aset berpengaruh positif
terhadap Leverage
Volatilitas laba adalah tingkat
volatilitas (perubahan yang cepat) dari
keuntungan yang didapatkan perusahaan.
Laba sulit untuk diprediksi dan lebih sulit
diprediksi lagi ketika volatilitasnya tinggi.
Menurut Riyanto dalam Dwijayanti
(2011), mengatakan naik turunnya laba
dapat membuat perusahaan sulit mendapatkan dana eksternal, karena perusahaan
dianggap tidak stabil. Suatu perusahaan
yang mempunyai laba yang stabil akan
selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan
modal asing. Sebaliknya, perusahaan yang
mempunyai laba yang tidak stabil akan
menanggung risiko tidak dapat membayar
beban bunga atau tidak dapat membayar
angsuran-angsuran utangnya pada tahuntahun atau keadaan yang buruk. Mas’ud
(2008) menyatakan bahwa earnings
volatility atau sering disebut business risk
adalah variabel indikator yang menggambarkan risiko yang diciptakan akibat tidak
efisiennya operasional perusahaan, dimana
terdapat kegagalan kontrol internal yang
mengakibatkan kerugian yang tidak diperkirakan sebelumnya. Hasil penelitiannya
membuktikan bahwa perusahaan dengan
risiko yang tinggi seharusnya menggunakan utang yang lebih sedikit untuk
menghindari kemungkinan kebangkrutan.
Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Dwijayanti (2011) menunjukkan
bahwa arah hubungan earnings volatility
116
terhadap
leverage
adalah
negatif.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
keempat yang diajukan oleh peneliti
sebagai berikut:
H4: Volatilitas Laba berpengaruh negatif
terhadap Leverage
Umur perusahaan sebagai proksi
untuk menilai reputasi suatu perusahaan
sebagai peminjam dana atau pemilik utang.
Perusahaan yang telah lama berdiri
dimungkinkan memiliki reputasi yang
lebih baik dari pada perusahaan yang baru
saja berdiri, karena seiring dengan
perjalanan waktu yang lebih lama berarti
perusahaan telah menghadapi berbagai
kondisi yang selalu berkembang dan
berbeda. Perusahaan yang dapat melalui
berbagai kondisi tersebut menunjukkan
adanya stabilitas dalam manajemen
perusahaan. Hal ini merupakan salah satu
faktor yang dipertimbangkan oleh pemberi
pinjaman, yang oleh Riyanto (1995) dalam
Hidayati (2001) termasuk dalam capacity
sebagai salah satu dari “Lima C” yaitu
character, capacity, capital, collateral,
dan conditios, sebagai pedoman bagi
perbankan dan lembaga keuangan dalam
mengadakan penilaian risiko pemberian
kredit kepada perusahaan. Sehingga
perusahaan yang memiliki capacity yang
baik akan dengan mudah memperoleh
pinjaman dari pihak luar. Penjelasan di
atas didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Dwijayanti (2011), yang
menunjukkan bahwa firm age memiliki
pengaruh positif terhadap leverage.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
kelima yang diajukan oleh peneliti sebagai
berikut:
H5: Umur Perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage
METODA PENELEITIAN
Perusahaan yang menjadi sampel
penelitian dipilih berdasarkan kriteria
tertentu (purposive random sampling),
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP………………….………………………...(Jaladri Angleng Windraesti)
yaitu: (1) perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2010, (2)
perusahaan antara 2008-2010 membayarkan dividen, (3) tersedia data EBIT selama
5 tahun.
Definisi operasional untuk masingmasing variabel sebagai berkut. Pertama,
Leverage perusahaan merupakan pengukur
besarnya aset yang dibiayai dengan utang
dan diberi symbol LEV.
SA
=
Kelima, volatilitas laba atau earnings
volatility adalah tingkat volatilitas (perubahan yang cepat) dari keuntungan yang
didapatkan perusahaan. Variabel ini diberi
simbol EVOL.
EVOL =
LEV
=
Kedua, dividen adalah aliran kas yang
dibayarkan kepada para pemegang saham.
Dividen dalam penelitian ini diukur
menguunakan rasio pembayaran dividen
atau Dividen Payout Ratio (DPR).
DPR
=
Ketiga, pertumbuhan penjualan atau
Growth Sales (GS) dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan presentase
kenaikan atau penurunan penjualan dari
suatu periode ke periode berikutnya.
Keenam, umur perusahaan (AGE) menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu
bertahan. AGE = Incorporation Age
Pengujian model persamaan di atas
dilakukan dengan regresi Ordinary Least
Square (OLS) untuk melihat apakah
variabel bebas dan variabel kontrol
mempengaruhi
variabel
dependen
(Ghozali, 2009). Namun sebelumnya
terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik terhadap model empiris yang
digunakan, yaitu residual berdistribusi
normal, bebas multikolinieritas, bebas
heteroskedastisitas, dan bebas autokorelasi.
HASIL PENELITIAN
GS =
Keempat, struktur aset (SA) menunjukkan
suatu kekayaan yang biasanya dapat
dijadikan jaminan.
Penelitian ini menggunakan pooling
data dan berdasarkan kriteria yang ditetapkan total observasi selama periode
pengamatan dari tahun 2008-2010 adalah
sebanyak 95 observasi.
Tabel 1
Hasil Pengumpulan Data
Keterangan
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Data tidak lengkap, dan tidak memenuhi kriteria
Jumlah data yang digunakan sebagai sampel
2008
149
(106)
43
2009
147
(120)
27
2010
136
(111)
25
Jumlah
432
(337)
95
Tabel 2 berikut ini menyajikan
statistik deskriptif untuk semua variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
117
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
Tabel 2
Statistik Deskriptif
LEV
DPR
GS
SA
EVOL
AGE
0.09
-3.22
0.00
0.03
0.00
13
Maksimum 0.90
3.35
5.12
0.73
6.62
93
Mean
0.7075
0.3034
0.3203
0.3253
39.1474
Minimum
0.4318
Std.Deviasi 0.18847 1.43130 0.55874 0.16464 1.07513 17.90814
Observasi
95
95
95
Sebelum dilakukan uji hipotesis
maka dilakukan uji asumsi klasik untuk
memenuhi
asumsi
dalam
regresi.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan
dalam penelitian ini memenuhi seluruh
asumsi klasik, yaitu residual berdistribusi
normal, bebas multikolinieritas, bebas
heteroskedastisitas, dan bebas autokorelasi.
Berdasarkan hasil pengolahan data
pada table 3, dapat dilihat bahwa
keseluruhan model persamaan dapat
dipakai untuk memprediksi variabel
95
95
95
dependen (LEV). Hal ini dapat dilihat dari
nilai F statistic sebesar 2.501 dengan
signifikansi 0.036, sedangkan R square
sebesar 0.123 menunjukkan bahwa
variabel independen mampu menjelaskan
variasi dalam variabel dependen sebesar
12.3%. Sisanya 87.7% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar variabel
penelitian. Hal ini mengindikasikan bahwa
masih banyak faktor lain yang dapat
menjelaskan variabel dependen.
Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
Model
(Constant)
DPR
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
0.402
0.064
-0.004
0.004
T
Sig
-0.111
6.238
-1.033
0.000
0.304
GS
0.045
0.023
0.217
1.969
0.052
SA
EVOL
AGE
0.288
-0.020
0.001
0.118
0.019
0.001
0.252
-0.112
0.080
2.443
-1.063
0.775
0.017
0,291
0.440
R-squared
Adjusted R-squared
Durbin-Watson stat
0.123
0.074
2.010
Dari hasil pengujian hipotesis di atas
dapat dilihat bahwa variabel DPR memiliki
thitung sebesar -1.033 dan nilai sig sebesar
0.304. Nilai sig 0.304 > 0.05, hal ini berarti
118
Standardized
Coefficients
Mean dependen var
F-statistic
Prob (F-statistic)
0.4318
2.501
0.036
variabel DPR tidak signifikan pada level
5% sehingga penelitian ini menolak Ha.
Variabel Pertumbuhan Penjualan (GS)
memiliki nilai thitung sebesar 1.969 dan nilai
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP………………….………………………...(Jaladri Angleng Windraesti)
sig sebesar 0.052. Pada variabel GS
digunakan tingkat signifikansi sebesar
10%. Nilai sig 0.052 < 0.10, hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
GS
signifikan pada level 10% sehingga
penelitian ini menerima Ha. Variabel
Struktur Aset (SA) memiliki nilai thitung
sebesar 2.443 dan nilai sig sebesar 0.017.
Pada variabel SA digunakan tingkat
signifikansi sebesar 5%. Nilai sig 0.017 <
0.05, hal ini menunjukkan bahwa variabel
SA signifikan pada level 5% sehingga
penelitian ini berhasil menerima Ha.
Variabel Umur Perusahaan (AGE)
memiliki thitung sebesar 0.775 dan nilai sig
sebesar 0.440. Nilai sig 0.440 > 0.05, hal
ini berarti variabel AGE tidak signifikan
pada level 5% sehingga penelitian ini
menolak Ha. Variabel Umur Perusahaan
(AGE) memiliki thitung sebesar 0.775 dan
nilai sig sebesar 0.440. Nilai sig 0.440 >
0.05, hal ini berarti variabel AGE tidak
signifikan pada level 5% sehingga
penelitian ini menolak Ha.
PEMBAHASAN
Pengaruh Dividen terhadap Leverage
Berdasarkan hasil pengujian variabel
dividend payout ratio (DPR) terhadap
leverage, dapat diketahui bahwa variabel
dividen payout ratio tidak mempunyai
pengaruh terhadap leverage perusahaan.
Hal ini tidak sesuai hipotesis yang dirumuskan yaitu “Dividen berpengaruh positif
terhadap Leverage”, sehingga hipotesis
tersebut ditolak.
Kebijakan dividen adalah kebijakan
perusahaan untuk membayar dividen
secara kas kepada pemegang saham atau
menahannya dalam bentuk laba ditahan
(retained earnings) untuk kepentingan
investasi di masa mendatang. Tidak
signifikannya dividen terhadap leverage
dikarenakan kreditur sebagai pihak
peminjam hanya melihat kemampuan
perusahaan tersebut membayar utang.
Dividen sendiri bukan fokus utama yang
diperhatikan oleh kreditur karena kreditur
tidak menikmati pembagian dividen
tersebut, melainkan pemegang saham yang
menikmati pembagian dividen. Oleh
karena itu, kebijakan dividen sekarang ini
tidaklah menjadi tolak ukur yang mutlak
bagi perusahaan dalam menentukan
struktur pendanaan perusahaan apakah
berasal dari utang atau ekuitas pemegang
saham.
Hasil penelitian ini didukung oleh
Walmiaty (2008) yang meneliti tentang
pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan
kebijakan dividen terhadap leverage. Dari
keseluruhan hasil penelitian ini terlihat
bahwa para pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan baik manajer, pemilik
perusahaan, maupun masyarakat hanya
dapat menggunakan informasi mengenai
struktur aset dan profitabilitas dalam
menetukan struktur pendanaan, sedangkan
kebijakan
dividen
kurang menjadi
pertimbangan dalam menentukan struktur
pendanaan.
Masyarakat
lebih
mempertimbangkan faktor lainnya seperti
tingkat pertumbuhan, tingkat bunga,
likuiditas, dan faktor lainnya.
Pengaruh Pertumbuhan
terhadap Leverage
Penjualan
Berdasarkan hasil pengujian variabel
pertumbuhan penjualan (GS) terhadap
leverage, dapat diketahui bahwa variabel
pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
terhadap leverage perusahaan dan memiliki arah hubungan yang positif. Hal ini
sesuai hipotesis yang dirumuskan yaitu
“Pertumbuhan Penjualan berpengaruh
positif terhadap Leverage”.
Sesuai arah koefisien regresi, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan penjualan positif terhadap
tingkat penggunaan utang yaitu didasarkan
pada kenyataan semakin tinggi pertumbuhan penjualan perusahaan maka semakin
tinggi pula struktur modal perusahaan
119
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
berupa utang jangka panjang, dan semakin
stabil juga pertumbuhan penjualannya.
Ketika dana internal berupa pendapatan
penjualan perusahaan tidak mencukupi
lagi, maka perusahaan dapat dengan aman
menggunakan utang karena penjualan yang
stabil tersebut sehingga perusahaan akan
mampu membayar biaya tetap yang
ditimbulkan dari utang.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Winahyuningsih,
et al. (2010) yang menunjukkan bahwa
variabel pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh terhadap variabel struktur
modal (leverage) dengan arah koefisien
bertanda positif. Hasil pengujian secara
parsial maupun simultan variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh positif
terhadap struktur modal. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar pertumbuhan penjualan yang dimiliki perusahaan
akan menarik perhatian investor untuk
menanamkan modalnya dan mempermudah manajemen mendapatkan utang karena
adanya keyakinan investor terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan
struktur modal meningkat.
Pengaruh
Leverage
Struktur
Aset
terhadap
Berdasarkan hasil pengujian variabel
struktur aset (SA) terhadap leverage, dapat
diketahui bahwa variabel struktur aset
berpengaruh terhadap leverage perusahaan
dan memiliki arah hubungan yang positif.
Hal ini sesuai hipotesis yang dirumuskan
yaitu “Struktur Aset berpengaruh positif
terhadap Leverage”.
Hipotesis yang telah dirumuskan
terbukti bahwa struktur aset memiliki arah
hubungan positif terhadap tingkat penggunaan utang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Variabel struktur aset menunjukkan seberapa besar nilai aset tetap
yang dapat dijadikan jaminan kepada
kreditur. Dengan demikian, semakin tinggi
struktur aset maka semakin kecil risiko
120
bagi kreditur. Artinya, perusahaan yang
memiliki struktur aset dalam jumlah yang
besar akan memiliki kemampuan yang
besar dalam menyediakan jaminan umtuk
memperoleh pembiayaan dari kreditur.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud
(2008) yang hasil penelitiannya menemukan bahwa penggunaan utang dalam
struktur modal perusahaan signifikan
dipengaruhi oleh struktur aset. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar
struktur aset maka akan memperbesar pula
penggunaan utang dalam struktur modal
perusahaan. Hasil analisis yang dilakukan
Mas’ud tersebut sesuai dengan teori
pecking order dengan informasi asimetri.
Secara empirik, perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa
struktur aset berpengaruh positif terhadap
struktur modal.
Pengaruh Volatilitas Laba terhadap
Leverage
Berdasarkan hasil pengujian variabel
volatilitas laba (EVOL) terhadap leverage,
dapat diketahui bahwa variabel volatilitas
laba tidak mempunyai pengaruh terhadap
leverage perusahaan. Hal ini tidak sesuai
hipotesis yang dirumuskan yaitu “Volatilitas Laba berpengaruh negatif terhadap
Leverage”, sehingga hipotesis tersebut
ditolak.
Risiko bisnis yang diukur dengan
deviasi standar dari EBIT dibagi dengan
total aset ini menggambarkan risiko yang
diciptakan akibat tidak efisiennya operasional perusahaan, di mana terdapat kegagalan kontrol internal yang mengakibatkan
kerugian yang tidak diperkirakan sebelumnya. Tidak signifikannya pengujian variabel volatilitas laba terhadap leverage dikarenakan bahwa perusahaan menganggap
adanya laba yang fluktuasi atau risiko
bisnis dinilai wajar, perusahaan lebih
melihat laba sehingga bisa mampu membayar utang-utangnya. Selain laba, per-
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP………………….………………………...(Jaladri Angleng Windraesti)
usahaan memiliki struktur aset yang aset
tetapnya bisa dijadikan jaminan dalam
melakukan utang dari pada perusahaan
melihat dari risiko bisnisnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti
(2011). Penelitian tersebut menemukan
hasil bahwa volatilitas laba tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penggunaan utang pada perusahaanperusahaan manufaktur di Indonesia.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dwijayanti (2011). Hasil tersebut menemukan bahwa umur perusahaan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penggunaan utang pada
perusahaan-perusahaan manufaktur di
Indonesia.
Pengaruh Umur Perusahaan terhadap
Leverage
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian variabel
umur
perusahaan
(AGE)
terhadap
leverage, dapat diketahui bahwa variabel
umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage perusahaan. Hal ini
tidak sesuai hipotesis yang dirumuskan
yaitu “Umur Perusahaan berpengaruh
positif terhadap Leverage”, sehingga
hipotesis tersebut ditolak.
Hipotesis yang telah dirumuskan
tidak terbukti bahwa umur perusahaan
memiliki pengaruh positif terhadap
leverage. Semakin lama umur perusahaan
maka semakin banyak informasi yang telah
diperoleh masyarakat tentang perusahaan
tersebut. Investor secara khusus akan lebih
percaya terhadap perusahaan yang sudah
terkenal dan berdiri lebih lama jika
dibandingkan dengan perusahaan yang
relatif baru. Namun, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa umur perusahaan
tidak mempunyai pengaruh terhadap
leverage. Investor atau pun kreditur akan
lebih melihat kredibilitas perusahaan
tersebut dalam melunasi utang dibandingkan dengan hanya melihat berapa umur
perusahaan yang bersangkutan. Penelitian
terhadap perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di BEI mengindikasikan
bahwa umur perusahaan bukan merupakan
informasi yang signifikan dalam keputusan
pendanaan melalui utang.
KESIMPULAN, KETERBATASAN,
DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis statistik
mengenai pengaruh dividen, pertumbuhan
penjualan, struktur aset, volatilitas laba,
dan umur perusahaan terhadap leverage
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, maka dapat ditarik
hasil penelitian dengan kesimpulan sebagai
berikut. Pertama, Dividend Payout Ratio
tidak signifikan terhadap leverage.
Kreditur hanya melihat kemampuan perusahaan membayar utang karena dividen
tidak dinikmati oleh kreditur itu sendiri.
Kedua, Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap leverage. Artinya,
semakin tinggi pertumbuhan penjualan
maka semakin tinggi struktur modalnya
karena perusahaan dapat dengan aman
melakukan pinjaman. Ketiga, Struktur
Aset
berpengaruh
positif
terhadap
leverage. Artinya, semakin besar struktur
aset (aset tetap), maka aset tetap tersebut
dapat dijadikan jaminan dalam memperoleh utang. Keempat, Volatilitas Laba
tidak signifikan terhadap leverage.
Artinya, terjadinya laba fluktuatif dinilai
wajar yang terpenting perusahaan tersebut
memiliki jaminan untuk melakukan utang.
Kelima, Umur Perusahaan tidak signifikan
terhadap leverage. Artinya, investor dan
kreditur lebih melihat kredibilitas perusahaan tersebut dalam melunasi utangutangnya dibandingkan dengan melihat
umur perusahaan.
121
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
dan Firm Age Terhadap Leverage.
Skripsi, Universitas Sebelas Maret:
Surakarta
Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini
adalah sampel yang terbatas hanya pada
perusahaan-perusahaan yang ada di sektor
manufaktur sehingga tidak dapat digeneralisasi. Keterbatasan lain adalah periode
penelitian yang relatif pendek sehingga
kurang dapat menggambarkan kondisi
yang sebenarnya. Selain itu variabelvariabel yang digunakan untuk mencerminkan karakteristik perusahaan hanya
berasal dari variabel-variabel yang bersifat
keuangan, belum melihat variabel-variabel
non-keuangan, seperti tata kelola perusahaan yang dapat memberikan pengaruh
terhadap struktur modal perusahaan.
Saran
Saran-saran dari penulis untuk
penelitian selanjutnya. Pertama, melakukan penelitian dengan menggunakan
sampel yang lebih banyak dengan
menambah tahun penelitian. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh hasil yang
lebih akurat dan dapat memberikan
pengetahuan analisis hasil yang lebih baik.
Kedua, menambah variabel-variabel lain
yang berpengaruh terhadap leverage
perusahaan, seperti free cash flow, nondebt tax shield, kepemilikan institusional,
liquidity, dan sebagainya, sehingga
penelitian selanjutnya dapat menemukan
hasil dan pemahaman yang baru.
DAFTAR REFERENSI
Brigham, E. F dan Houston, J. F. 2009.
Fundamentals
of
Financial
Management 12th. South-Western
Cengage Learning.
Dwijayanti, I. S. 2011. Pengaruh Firm
Size, Earnin Volatility, Aset
Tangebility, Profitability, Growth,
122
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis dengan
Program SPSS, Cetakan ke IV.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Hidayati, L. 2001. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Perusahaan Manufaktur yang
Go Public di Indonesia. Tesis,
Universitas Diponegoro: Semarang.
Mardi, R. W. 2008. Pengaruh Struktur
Aktiva, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur
Pendanaan. Tesis tidak dipublikasikan, Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Mas’ud, M. 2008. “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Dan Hubungannya Terhadap
Nilai Perusahaan”. Jurnal Ekonomi,
Universitas Muslim Indonesia.
Noor,
A. L. 2006. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva, dan
Profitabilitas terhadap Struktur
Modal pada Perusahaan Makanan
dan Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi,
Universitas Negeri Semarang.
Pithaloka, N. D. 2009. Pengaruh FaktorFaktor Intern Perusahaan Terhadap
Kebijakan
Hutang:
Dengan
Pendekatan Pecking Order Theory.
Skripsi,
Universitas
Lambung
Bandar Lampung
Walmiaty, R. M. 2008. Pengaruh Struktur
Aktiva, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur
Pendanaan. Tesis, Universitas
Sumatera Utara: Medan
PENGARUH KERAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP………………….………………………...(Jaladri Angleng Windraesti)
Winahyuningsih, P., Sumekar, K, dan
Prasetyo, H. 2010. “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ekonomi, Universitas Muria Kudus.
123
Download