BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Stuart dalam Cangara1. mengemukakan bahwa istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi. Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia mengungkapkan bahwa “komunikasi2 adalah suatu transaksi, proses simbolik, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. Selain itu ada beberapa pihak menilai bahwa dengan komunikasi yang baik, hubungan antarmanusia dapat dipelihara kelangsungannya.Sebab, melalui komunikasi dengan sesama manusia kita bisa memperbanyak sahabat, memperbanyak rezeki, memperbanyak dan memelihara pelanggan (customers), dan juga memelihara hubungan yang baik antara bawahan 1 2 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. ibid 12 13 dan atasan dalam suatu organisasi. pendek kata, komunikasi berfungsi menjembatani hubungan antarmanusia dalam bermasyarakat. 2.1.2. Komunikasi Efektif Menurut Tubbs dan Moss3, komunikasi dianggap efektif paling tidak harus menghasilkan lima hal, yaitu : a. Informasi yang menghasilkan pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi pesan seperti yang dimaksud oleh pemberi/sumber pesan. b. Informasi yang menghasilkan kesenangan Tidak semua komunikasi diajukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika mengucapkan “Selamat pagi, Apa kabar ?”, kita tidak bermaksud mencari keteranagan/informasi. Komunikasi ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi seperti inilah yang membuat hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. c. Informasi yang mempengaruhi sikap Komunikasi ini yang paling sering kita lakukan. Komunikasi ini disebut juga komunikasi persuasi. Misalnya guru mengajak muruidnya untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan. d. Menghasilkan hubungan sosial yang lebih baik 3 Daryanto. Ilmu Komunikasi I. Satu Nusa, Bandung, 2010 14 Sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Phillip G Zimbardo membuktikan bahwa kurangnya komunikasi menjadikan orang agresif, senang mencuri, merusak dan kurang memiliki tanggung jawab sosial. e. Menghasilkan tindakan nyata Keberhasilan komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dihasilkan. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif dari seluruh proses komunikasi. 2.1.3. Tujuan Komunikasi Tujuan utama komunikasi4 adalah untuk membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku maupun perubahan secara sosial. a. Perubahan sikap (attitude change) Seorang komunikan setelah menerima pesan, kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. 4 Daryanto, Ilmu Komunikasi I.Bandung: Satu Nusa. 2010 15 b. Perubahan pendapat (opinion change) Komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman adalah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami arti komunikator, maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. c. Perubahan perilaku (behaviour change) Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku ataupun tindakan seseorang. d. Perubahan Sosial (social change) Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. 2.1.4. Manfaat Komunikasi Manfaat penting komunikasi5 antara lain, sebagai berikut : a. Menyampaikan informasi (to inform) Memberitahukan atau menerangkan informasi atau hal-hal yang belum diketahui seseorang maupun publik sehingga informasiinformasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan wawasan. 5 Daryanto, op.cit.,11 16 b. Mendidik (to educate) Memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat, baik secara formal, nonformal maupun informal sehingga mendorong pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. c. Membujuk (to persuade) Membujuk, memengaruhi, atau membentuk suatu opini seseorang maupun publik, meyakinkan tentang informasi-informasi yang diberikannya sehingga benar-benar mengetahui situasi yang terjadi dilingkungannya. d. Menghibur (to entertaint) Memberikan hiburan atau kesenangan sehingga seseorang ataupun publik memperoleh selingan dari kejenuhan yang dialaminya karena tekanan-tekanan, baik dalam pekerjaan, pergaulan maupun hal lain yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. 2.2. Public Relations 2.2.1. Pengertian Public Relations Public relations terdiri dari dua kata, yaitu public dan relations. Dalam bahasa Indonesia, kata pertama berarti public dan kata keduaberarti hubungan-hubungan. Jadi public relations berarti hubungan-hubungan dengan public. Di Indonesia public relations sering disama artikan dengan 17 hubungan masyarakat, namun secara harfiah hubungan masyarakat sama sekali tidak cocok dengan public relations. Menurut Seidel dalam Suhandang6 secara bebas public relations dapat diartikan bahwa “public relations adalah proses yang berkelanjutan dari usaha manajemen untuk memperoleh jasa baik dan pengertian bagi para langganannya, pegawai-pegawainya, dan public pada umumnya, ke dalam mengadakan analisa dan koreksi (perbaikan-perbaikan) terhadap diri sendiri, ke luar mengadakan pernyataan-pernyataan yang berarti (menguntungkan). W. Emerson Reck mengatakan : “Public relations is the continued process of keying policies, services, and actions to the best interest of those individual and groups whose confidence and goodwill an individual or institution covets, and secondly, it is the interpretation of these policies, service, and actions to assure complete understanding and appreciation”. Dalam bahasa Indonesia kira kira bermakna sebagai berikut : “public relations adalah kelanjutan dari prosespenetapan kebijaksanaan, pelayanan, dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan jasa baik dari mereka, sedagkan pelaksaan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap itu adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik baiknya7. 6 Suhandang. Studi dan Penerapan Public Relations:Pedoman Kerja Perusahaan.Bandung: Nuansa Cendikia, 2012. 7 Ibid. 18 Menurut Jefkins 8 “public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”. 2.2.2. Fungsi Public Relations Fungsi atau peranan public relationsadalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh public relations sesuai dengan kedudukannya. Secara garis besar fungsi9public relationsadalah : a. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya (maintain good communication) b. Melayani kepentingan public dengan baik (serve public’s interest) c. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain good morals and manners). Sedangkan Cutlip & Center10 menyebut fungsi public relations sebagai berikut : a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi. b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public kepada perusahaan. 8 Jefkins, Public Relations.Jakarta:Erlangga, 2002. Kriyantono, Public Relations Writing: Teknik Poduksi Media Public Relations dan PublisitasKorporat.Jakarta:Kencana, 2008. 10 Ibid. 9 19 c. Melayani public dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum. d. Membina hubungan secara harmonis antara perusahaandan public, baik internal maupun eksternal. 2.2.3. Tujuan Public Relations Public relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka tujuan PR dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dalam perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya. Tujuan PR adalah terjaga dan terbentuknya kognisi, afeksi, dan perilaku positif publik terhadap organisasi/lembaga. Kata ‘relations’ menunjukan kata kerja aktif, maka harus dilihat tujuan ini berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (organisasi dan publik). Hubungan organisasi/lembaga dengan publik disini cenderung dilihat sebagai simbiose mutualistik, maka rumusan yang tepat megenai tujuan humas11 adalah sebagai berikut : a. Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi) Tujuan PR pada akhirnya adalah membuat publik dan organisasi saling mengenal. Baik mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan, maupun budaya masing-masing. Dengan demikian, aktivitas PR harus menunjukan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengerti. Sifat komunikasinya cenderung informatif. b. Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi) 11 Kusumastuti, Frida. Dasar-Dasar Humas.Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. 20 Aspek afeksi lebih ditekankan padatujuan emosi, yakni pada sikap saling percaya (mutual confidence). Untuk mencapai tujuan saling percaya, prinsip-prinsip komunikasi persuasive dapat diterapkan. Sikap saling percaya keberadaannya masih bersifat laten (tersembunyi), yakni ada pada keyakinan seseorang (public) akan kebaikan /ketulusan orang lain (organisasi/perusahaan) dan juga pada keyakinan organisasi/perusahaan akan ketulusan publiknya. c. Memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris) Komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerjasama nyata. Artinya, bantuan dan kerjasama ini sudah dalam bentuk perilaku atau termanisfestasikan dalam bentuk tindakan tertentu. Mengacu pada tiga tujuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa setelah pengetahuan/pikiran dibuka, emosi/kepercayaan disentuh maka selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya, semua itu kembali pada tujuan yeng lebih besar, yakni terbentuknya cira yang favourableterhadap perusahaan. 2.3. Kompetensi Komunikasi Salleh12 mendefinisikan kompetensi komunikasi sebagai sejumlah kemampuan, selanjutnya disebutresources, yang dimiliki seorang komunikator untuk digunakan dalam proses komunikasi. Definisi ini merupakan 12 Rapareni,Yussi. Jurnal Ekonomi dan InformasiAkuntansi (Jenius): Analisis Pengaruh Kompetensi Komunikasi, Kecerdasan Emosional, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Radio Republik Indonesia,Vol.3 No.1, Januari 2013 21 pendekatan strategis, berorientasi tujuanterhadap kompetensi yang menekankan pengetahuan dan kemampuan. Kompetensi13 berasal dari bahasa inggris ‘competence’ yang berarti kemampuan. Spencer mengemukakan bahwa kompetensi adalah : “an underlyingcharacteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job situation”. Artinya karakteristik dasar kompetensi memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan efektif atau berperformanasi superior ditempat kerja atau situasi tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan karakteristik dasar yang dimiliki oleh individu agar ia bisa berhasil dalam situasi tertentu. Karakteristik dasar yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus bersifat mendasar dan mencakup kepribadian seseorang dan dapat memprediksikan sikap seseorang pada situasi tertentu yang sangat bervariasi dan pada aktivitas pekerjaan tertentu. Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan untuk memprediksikan performansi superior seseorang. Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara nyata akan memprediksikan seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk sebagaimana terukur pada kriterian spesifik atau standar. Kompetensi komunikasi sama dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Meskipun setiap hari orang berkomunikasi, tetapi jarang orang 13 Alfikalia, Maharani Anita. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2009 : 1-118 22 yang tahu sejauhmana efektivitas komunikasi baik secara individual, social, maupun professional. Kompetensi sendiri memiliki pengertian kemampuan seseorang yang meliputi keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan tertentu sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Kata kunci dari kompetensi adalah kemampuan yang sesuai standar. Sedangkan kompetensi komunikasi memiliki pengertian kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan non verbal berdasarkan patokan-patokan tertentu. Menurut William Howel dalam Griffin14., bahwa komunikator yang kompeten harus memilki syarat berikut : a. Mengerti apa yang harus dilakukan dalam berbagai peristiwa komunikasi, b. Mengembangkan perilaku yang dapat menghasilkan pesan yang tepat, c. Peduli pada pentingnya tindakan dan proses komunikasi. Adapun komponen-komponen kompetensi komunikasi, yaitu : knowledge (pengetahuan) + skills (keterampilan) + attitude (sikap) = Communication Competency (kompetensi komunikasi). Menurut teori kompetensi komunikasi yang diperkenalkan oleh Spitzberg dan Cupac15., komunikasi akan efektif, artinya komunikan akan mengubah sikap jika komunikator mempunyai kompetensi : 14 Griffin, Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan, Jakarta, 2003 23 a. Pengetahuan tentang apa yang diinformasikan. b. Keterampilan berkomunikasi. c. Motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator atas topik itu lengkap, komunikator trampil berkomunikasi, dan ia menjelaskan motivasi komunikasi, ia akan mengubah sikap komunikan Ada tiga hal yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi komunikasi : a. Pemahaman terhadap berbagai proses komunikasi dalam berbagai konteksnya, b. Kemampuan perilaku komunikasi verbal dan non-verbal secara tepat, c. Berorientasi pada sikap positif terhadap komunikasi. Adapun syarat komunikator dapat dikatakan kompeten adalah sebagai berikut : a. Mengerti apa yang harus dilakukan dalam berbagai peristiwa komunikasi, b. Mengembangkan perilaku yang dapat menghasilkan pesan yang tepat, c. Peduli pada pentingnya tindakan dan proses komunikasi. Adapun empat tingkatan kompetensi menurut William Howel dan Griffin adalah : a. 15 Ibid Unconscious Incompetence 24 Tidak sadar dan tidak bisa melakukan apa-apa. Dimaksud tidak sadar adalah telah salah menafsirkan pesan atau perilaku komunikasi pihak lain secara tidak sadar. Sedangkan tidak bisa melakukan apa-apa adalah tidak cukup peduli dengan perilaku komunikasinya sendiri. Bentuk kompetensi ini adalah yang paling rendah dari bentuk lainnya. b. Conscious Incompetence Sadar dalam berkomunikasi, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Dimaksud sadar adalah komunikasi yang dilakukannya tidak efektif dan seringkali terjebak pada salah paham, seperti penanganan konflik yang tidak produktif. Meskipun begitu, mampu melakukan apapun untuk memperbaikinya. c. Conscious Competence Sadar dalam hal berkomunikasi dan mampu melakukan sesuatu. Orang pada bentuk ini mampu mengontrol perilaku komunikasinya secara sadar dan melakukannya terus menerus sehingga menjadi komunikasi yang lebih efektif. d. Unconscious Competence Tidak sadar karena telah menjadi sebuah kebiasaan dan mampu melakukan sesuatu. Bentuk ini merupakan tingkatan paling tinggi dalam kompetensi komunikasi. Orang pada tingkatan ini memiliki kemampuan untuk menyatukan tindakan komunikasi menjadi bagian dari perilakunya sehari-hari. Dia tidak perlu lagi sibuk untuk mengatur 25 perilakunya terus menerus karena secara otomatis dirinya telah menyesuaikan. 2.4. Kualitas Pelayanan 2.4.1. Pengertian Kualitas Pelayanan Dalam publikasinya berjudul “SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perception of Service Quality” yang dipublikasikan di Journal of Retailing, Parasuraman, et al. mendefinisikan kualitas layanan sebagai penilaian global atau sikap menyangkut superioritas layanan16. Menurut parasuraman, et al. dalam Sukmawati mengatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan dasar bagi pemasaran jasa, karena inti produk yang dipasarkan adalah suatu kinerja yang berkualitas dan kinerjalah yang dibeli oleh konsumen, oleh karena itu kualitas kinerja pelayanan merupakan dasar bagi pemasaran jasa17. Setiap konsumen mempunyai harapan sendiri saat memutuskan untuk memilih tempat penyedia jasa yang dibutuhkan. Menurut Kotler, harapan konsumen dibentuk berdasarkan pengalaman konsumen berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat serta informasi dan janji-janji perusahaan tersebut dan para pesaing18. 16 Fandy Tjiptono, Service Management : Mewujudkan Layanan Prima.Yogyakarta: Andi Offset, 2012 17 Kartika Sukmawati, Pengaruh Kualitas Layanan, Harga dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Transportasi Kereta Api Eksekutif. Jurnal Manajemen. Fakultas Ekonomi Gunadarma, 2011 18 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Sudut Pandang Asia.Edisi Ke tiga, jilid 2, Jakarta: PT. INDEKS, 2003, hlm . 140 26 2.4.2. Dimensi Kualitas Pelayanan Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Parasuraman19 mendefinisikan kualitas jasa sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Tjiptono20 menjelaskan bahwa apabila jasa yang diterima atau disarankan sesuai dengan yang diharapkan, kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, apabila jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, kualitas yang dipersepsikan buruk, dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa untuk memenuhi harapan pelanggan secara konsisten. Parasuraman mengemukakan lima dimensi kualitas jasa, yaitu : a. Keandalan (Realiability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably) terutaama memberikan jasa tepat waktu (on time), dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang dijanjikan dan tanpa melakukan kesalahan. 19 Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah.Perilaku Konsumen :Pendekatan Praktis Disertai Himpunan Jurnal Penelitian.Yogyakarta: Andi, 2013. 20 Ibid. 27 b. Daya Tanggap (Responsiveness), yakni kemauan atau keinginan para karyawan untuk membantu memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen. c. Jaminan (Assurance), meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya dari kontak personal untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan membuat mereka merasa terbebas dari bahaya dan resiko. d. Empati (Emphaty), meliputi sikap kontak personal atau perusahaan untuk memahami kebutuhan dan kesulitan, konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan kemudahan untuk melakukan komunikasi atau hubungan. e. Produk-produk fisik (Tangibles), meliputi tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi, dan lain-lain yang bisa dan harus ada dalam proses jasa. 2.4.3. Model Konseptual (SERVQUAL) Instrumen SERVQUAL bermanfaat dalam melakukan analisis gap. Karena biasanya layanan atau jasa bersifat intangible, kesenjangan komunikasi dan pemahaman antara karyawan dan konsumen berdampak serius terhadap persepsi atas kualitas pelayanan. Gap-gap yang biasanya terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dapat dilihat pada gambar. 28 Model Konseptual SERVQUAL PELANGGAN Kebutuhan Pribadi Komunikasi Gethok Tular Pengalaman Masa Lalu Layanan Yang Diharapkan GAP 5 Persepsi Terhadap Layanan PEMASAR Penyampaian Layanan GAP 4 Komunikasi Eksternal Kepada Pelanggan GAP 3 GAP 1 Spesifikasi Kualitas Layanan GAP 2 Persepsi Manajemen Atas Harapan Pelanggan Gambar 2.4.1 Model Konseptual SERQUAL Sumber: Zeithaml, et al. dalam Fandy Tjiptono. Zeithaml, et al dalam Fandy Tjiptono memperkenalkan lima gap (kesenjangan) yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas pelayanan, yaitu:21 1) Gap antara ekspektasi konsumen dan persepsi manajemen (knowledge gap), gap ini terjadi karena ada perbedaan antara ekspektasi konsumen 21 Fandy Tjiptono, Service Management : Mewujudkan Layanan Prima.Yogyakarta: Andi Offset, 2012, hlm. 200 29 actual dan pemahaman atau persepsi manajemen terhadap ekspektasi konsumen. 2) Gap antara persepsi manajemen terhadap ekspektasi konsumen dan spesifikasi kualitas layanan (standards gap), yaitu kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai ekspektasi pengguna jasa dan spesifikasi-spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan ini terjadi karena tidak adanya standar kinerja yang jelas dan tidak adanya perencanaan tujuan. 3) Gap antara spesifikasi kualitas layanan dan penyampaian layanan (delivery gap), yaitu kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyerahan jasa. Sejumlah penyebabnya antara lain: (a) spesifikasi kualitas terlalu rumit dan atau terlalu kaku, (b) para karyawan tidak menyepakati spesifikasi tersebut dan karenanya tidak berusaha memenuhinya, (c) spesifikasi tidak sejalan dengan budaya korporat yang ada, (d) manajemen operasi layanan buruk, (e) kurang memadainya aktifitas internal marketing serta (f) teknologi dan sistem yang ada tidak memfasilitasi kinerja sesuai dengan spesifikasi. 4) Gap antara penyampaian layanan dan komunikasi eksternal (communication gap), yaitu harapan konsumen mengenai kualitas pelayanan dipengaruhi pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh perusahaan. Kesenjangan ini sering terjadi karena tidak memadainya komunikasi horizontal dan adanya kecenderungan untuk memberikan janji yang berlebihan. 30 5) Gap antara layanan yang dirasakan dan layanan yang diharapkan, yaitu adanya perbedaan persepsi antara layanan yang dirasakan dan yang diharapkan oleh pelanggan. Jika keduanya terbukti sama, perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. Namun, bila yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, kesenjangan ini akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. 2.5. Customer Relations 2.5.1. Pengertian Customer Relations Kegiatan hubungan konsumen (customer relations) dari beberapa perusahaan industri dan perdagangan berpusat pada publik pelanggan atau konsumen. Konsumen merupakan asset perusahaan yang paling berharga. Pelanggan merupakan sumber penjualan ulang, testimonial, dan acuan, serta merupakan sumber utama pelanggan baru. Hanya dibutuhkan beberapa waktu dan pengeluaran yang sedikit untuk mempertahankan seorang pelanggan daripada mencari pelanggan baru. Perusahaan berusaha mempertahankan pelanggan dengan berhubungan secara teratur melalui perwakilan perdagangan, melalui surat, melalui pertemuan, melalui penelitian dan dengan pengiriman per pos majalah dan buku perusahaan secara teratur. Kepuasan pelanggan sangat bergantung pada pemakaian dan pemeliharaan yang tepat dari berbagai produk. Para konsumen secara berkesinambung diberi informasi mengenai perkembangan produk dan perlengkapan baru untuk memungkinkan melakukan penghematan dalam 31 penggunaannya, mendapatkan kepuasan dan kesenangan, kemudian meningkatkan daya guna dan menikmati keamanan yang lebih terjamin. Konsumen diberi informasi tentang manfaat atau tambahan baru produkproduk yang akan memberikan konsumen kepuasan dan keuntungan yang lebih besar. Customer relations merupakan suatu tanggung jawab setiap orang yang dipekerjakan oleh sebuah perusahaan yang menghasilkan atau memasarkan barang atau jasa konsumen. Operator telpon, pengantar barang, wartawan perwakilan pelayanan, tenaga pemasaran, tenaga kredit, pesuruh hingga eksekutif semuanya mempunyai banyak peluang menciptakan suatu citra perusahaan yang baik. Tujuan program kebijaksanaan customer konsumen relations sebagai ditetapkan panduan dalam manajemen suatu dalam hubungannya dengan konsumen sebagai informasi bagi publik konsumen. Tujuan dari suatu kebijaksaan customer relations yaitu meyakinkan para pelanggan dan calon pelanggan bahwa produk dan jasa perusahaan akan terus ditingkatkan mutu, macam, dan kegunaanya, menyediakan sumber persediaan yang konsisten, dengan suatu kebijaksaan harga konstruktif yang rasional, melayani para pelanggan dengan jujur, dan berusaha mengembangkan perusahaannya serta pasaran konsumennya. Hubungan konsumen yang baik sangat bergantung pada nilai produk dan jasa yang diberikan oleh seorang produsen kepada konsumen dan tanggungjawab serta integritas sosial produsen dalam peranannya sebagai 32 pihak internal perusahaan. Tak ada komunikasi hubungan masyarakat yang bisa mengubah sikap konsumen terhadap sebuah perusahaan yangmebghasilkan barang yang bermutu rendah, menjualnya dengan harga yang sangat tinggi, gagal memebrikan pelayanan yang memuaskan, atau menggangu masyarakat dengan tindakan yang meragukan dan tidak bertanggungjawab. 2.5.2. Tujuan Customer Relations Tujuan suatu program hubungan konsumen (customer relations)22 ditetapkan melalui kebijaksanaan komsumen perusahaan, jenis barang atau jasa yang tercakup, sifat dan ukuran publik konsumen, dan sumber perusahaan. Tujuan hubungan konsumen dari perusahaan besar dan kecil dalam berbagai jenis industry adalah sebagai berikut : a. Menentukan apakah para konsumen memikirkan dan membicarakan kebijaksanaan, tindakan, produk, atau pelayanan perusahaan. b. Memahami apakah semua pernyataan yang dibuat untuk para konsumen mengenai harga, nilai, pelayanan, dan kualitas adalah menurut kenyataan dan tidak dibuat-buat. c. Meningkatkan pelayanan konsumen dengan penanganan yang lebih memuaskan atas dasar keluhan, dengan analisis keluhan untuk mengetahui penyebabnya, dan dengan memperbaiki kekurangan dalam operasi, prosedur, atau kebijaksanaan untuk mencegah timbulnya keluhan-keluhan tersebut. 22 Moore.Hubungan Masyarakat Prinsip Kasus dan Masalah Dua. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000. 33 d. Memperoleh penerimaan tentang produk dan pelayanan suatu perusahaan oleh publik pemakai. e. Mendidik para karyawan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, sopan, pribadi, dan ramah kepada para konsumen. f. Menyebarluaskan informasi kepada publik pemakai tentang produk, pelayanan, kebijaksanaan, dan praktik perusahaan. g. Menjawab pertanyaan konsumen yang berhubungan dengan perusahaan, produk dan pelayanan, dan manfaatnya. h. Menghasilkan produk dan pelayanan yang lebih memuaskan kepada para konsumen melalui penelitian dan pemahaman produk. i. Memberi nama produk dengan istilah yang bisa dipahami sehingga para konsumen dapat mengetahui mutu dan sifat-sifat produk, membuat tingkatan atau standar mutu produk untuk membantu para konsumen dalam memilih dan memanfaatkan produk tersebut. j. Menetapkan harga serendah mungkin sesuai dengan mutu melalui peniadaan limbah produksi dan distribusi, dan meneruskannya kepada para konsumen penghematan dari efisiensi yang lebih besar. k. Bekerja sama dengan kelompok konsumen untuk memberikan informasi dan mendidik para konsumen mengenai pengetahuan mutu dan untuk memenuhi kebutuhannya. l. Memelihara dan meningkatkan hubungan dengan para guru ekonomi rumah tangga, agen perabot rumah tangga, dan toko-toko makanan. 34 m. Mempersiapkan dan menyebarluaskan petunjuk, resep dan buku-buku tentang penggunaan produk sehingga para konsumen akan memperoleh kepuasan maksimal dalam pemakaian produk. 2.6. Customer Service 2.6.1. Pengertian Customer Service Sesungguhnya konsep hubungan bank dengan nasabahnya sudah dimulai sejak tahun 1970-an pada akhirnya berkembang menjadi rekan bisnis dengan masyarakat. Dekade 1980-an didorong oleh persaingan yang ketat, dalam penerapan kosep customer service dipelopori oleh Amerika Serikat oleh bidang bisnis department storedan barang-barang elektronik. Penerapan konsep mengutamakan kepentingan pelanggan dan juga oleh sektor yang melayani masyarakat umum. Menurut Waworuntu23 isitilah customer service diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai pelayanan pelanggan. Kata customer service berasal dari dua kata, yakni customer yang berarti pelanggan dan service yang berarti pelayanan. Menurut Kasmir24 customer service secara umum adalah setiap kegiatan yang diperuntukan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui pelayanan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah. 23 Waworuntu, Dasar-dasar Keterampilan Melayani Nasabah. Yogyakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1997. 24 Kasmir.Etika Customer Service.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. 35 Jadi pengertian customer service adalah sebuah unit kerja yang bertugas untuk melayani nasabah atau calon nasabah. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan berdasarkan informasi dan pelayanan jasa yang tujuannya untuk memberikan kepuasan nasabah dan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah. 2.6.2. Peranan Customer Service Customer serviceberperan dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada nasabah yang ingin bertransaksi dengan bank. Menurut Kasmir25ada beberapa peranan dalam customer service, sebagai berikut : a. Bertanggungjawab terhadap kelancaran dan layanan bank. b. Melakukan investigasi terhadap keluhan nasabah yang sesuai dengan standar penanganan keluhan. c. Memahami kelancaran dan pemahaman arus infomasi yang tepat gunai bagi nasabah, khusunya mengenai semua jenis produk dan jasa bank dalam hal ini customer service menjawab pertanyaan nasabah mengenai pelayanan jasa perbankan serta menampung keluhan nasabah tentang layanan jasa perbankan. 2.6.3. Fungsi dan Tugas Customer Service Banyak nasabah yang masih beranggapan bahwa customer serviceadalah sebagai pusat informasi, padahal kenyataannya customer service juga memberikan pelayanan jasa-jasa perbankan. Untuk dapat 25 Ibid. 36 memenuhi jabatan ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain : a. memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah perbankan, b. harus aktif mengetahui segala informasi yang terjadi diluar perusahaan, c. harus memiliki sifat bijaksana, jujur, anggap, dan ramah pada setiap nasabah. Setiap customer servicetentu telah diterapkan fungsi dan tugas yang harus diembannya. Fungsi dan tugas yang harus dilaksanakan sebaikbaiknya dan bertanggungjawab dari awal sampai selesainya suatu pelayanan nasabah. Fungsi dan tugas customer serviceyang benar-benar harus dipahami sehingga customer service mampu menjalankan tugasnya secara prima. Menurut Kasmir26, fungsi dan tugas customer servicesebagai berikut : a. Sebagai receptionist Receptionist artinya customer servicesebagai penerima tamu/nasabah yang datang ke bank dengan ramah tamah, simpatik, menarik dan menyenangkan. Dalam hal ini, customer serviceharus bersikap memberi perhatian, berbicara dengan suara yang lembt dan jelas, dan dengan bahasa yang mudah dimengerti. b. 26 Sebagai deskman Kasmir, Etika Customer Service.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 2004. 37 Deskman artinya customer servicesebagai orang yang melayani berbagai aplikasi yang diajukan nasbah atau calon nasabah. Untuk memberikan informasi mengenai produ-produk bank, menjelaskan manfaat dan ciri-ciri bank, kemudian menjawab nasabah mengenai produk-produk bank serta membantu nasabah untuk mengisi formulir aplikasi. c. Sebagai salesman Salesan artinya customer servicesebagai orang yang menjual produk perbankan sekaligus mengadakan pendekatan dan mencari nasabah baru serta berusaha mempertahankan nasabah lama, serta bertugas menangani setiap permasalahan yang dihadapi nasabah termasuk keluhan nasabah. d. Sebagaicustomer service relation officer Sebagai customer service relation officer artinya orang yang membina hubungan baik dengan nasabah. e. Sebagai Komunikator Komunikator customer serviceartinya sebagai seoramg yang menghubungi nasabah dan memebrikan informasi tentag segala sesuatu yang ada hubungannya dengan nasabah. 38 2.7. Kepuasan Pelanggan Pelanggan atau konsumen27 diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah orang-orang atau individu yang membeli produk (barang, jasa, atau ide) untuk dikonsumsi sendiri, bersama keluarga, atau bersama teman-teman. Sementara konsumen organisasi diartikan sebagai lembaga atau instansi yang membeli produk (barang, jasa atau ide) untuk diperjualbelikan atau untuk kepentingan instansi/lembaga tersebut. Dalam bidang perbankan konsumen disebut dengan istilah nasabah. Nasabah28 adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan. Kepuasan pelanggan menurut Kotler29 adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Jadi kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Willie dalam Tjiptono30mendefinisikan bahwa kepuasan pelanggan sebagai “suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa”. Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi di atas adalah bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dengan hasil dari kinerja yang dirasakan. 27 28 29 Sangadji, op.cit., 28. http://www.himatansi.org/?pilih=kamus_akuntansi&mod=yes&action=go&index=n Kotler, Philip dan A.B Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat.Jakarta. 30 Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta 39 Pelanggan dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan yangumum, ketiga tingkatan tersebut adalah: a. Jika kinerja dibawah harapan maka pelanggan kecewa b. Jika kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan merasa puas c. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas,senang dan gembira. Tingkat kepuasan pelanggan diatas merupakan interpretasi dari perbandingan antara kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan. Harapan pelanggan tersebut dapat dibentuk dari pengalaman terdahulu, komentar teman atau kerabat serta janji dan informasi dari perusahaan yang menawarkan jasa kepada pelanggan. Menurut Fandy Tjiptono31 ada 2 model kepuasan pelanggan yaitu : a. Model kognitif Penilaian pelanggan berdasarkan pada perbedaan antara suatu kumpulan dari kombinasi atribut yang dipandang ideal untuk individu dan persepsinya tentang kombinasi dari atribut yang sebenarnya. Dengan kata lain penilaian berdasarkan perbedaan yang ideal dengan yang aktual. Apabila yang ideal sama dengan persepsinya maka pelanggan akan puas, sebaliknya apabila perbedaan antara yang ideal dan yang aktual semakin besar maka konsumen semakin tidak puas. Berdasarkan model ini maka kepuasan pelanggan dapat dicapai dengan dua cara yang utama, yaitu: 31 Ibid. 40 1) Mengubah penawaran perusahaan sehingga sesuai dengan yang ideal. 2) Meyakinkan pelanggan bahwa yang ideal tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. b. Model Afektif Model afektif mengatakan bahwa penilaian pelanggan individual terhadap suatu produk tidak semata-mata berdasarkan perhitungan regional saja tetapi juga berdasarkan pada tingkat aspirasi, perilaku belajar (learningbehavior), emosi perasaan spesifik (kepuasan, keengganan), suasana hati (mood) dan lain-lain. Sebuah perusahaan yang ingin unggul dalam kompetisi pasar harus mengamati apa harapan konsumen mengenai kinerja perusahaan dan kepuasan konsumen. Kinerja perusahaan yang baik secara keseluruhan secara otomatis akan menciptakan kepuasan konsumen yang menggunakan jasa perusahaan tersebut. Kotler mengungkapkan lima faktor dominan atau penentu tingkat kepuasan. Kelima faktor tersebut adalah keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (empathy) dan berwujud (tangible). Kelima faktor di atas dapat menjadi acuan bagi perusahaanperusahaan yang mengutamakan kepuasan pelanggan sebagai intangible asset yang utama. Keandalan, kepuasan pelanggan dapat terbentuk saat perusahaan mampu memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan. Responsiveness, 41 pelanggan akan merasa puas ketika kebutuhan informasinya ditanggapi oleh perusahaan. Keyakinan, kepuasan pelanggan terbentuk ketika pelanggan yakin pada kemampuan customer service. Empati, ketika pelanggan merasa mendapat perhatian dari customer service maka pelanggan akan merasa senang dan puas. Wujud fisik, seperti penampilan fisik dapat mendukung kepuasan pelanggan karena akan merasa nyaman dan dihargai. Dari teori-teori di atas terlihat bahwa kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari hasil kerja yang diterima dan yang diharapkan. Walaupun kepuasan merupakan persepsi atau pendapat pelanggan atau khalayak perusahaan, namun kepuasan pelanggan sesuatu yang obyektif karena telah dialami dan dibandingkan sendiri oleh pelanggan. Jadi pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat dibentuk atau dijadikan secara maksimal yaitu dengan memenuhi faktor-faktor tingkat kepuasan pelanggan seperti yang telah dijelaskan di atas. Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang digunakan dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan. Dengan kata lain, para pelanggan menginginkan mutu pelayanan yang diberikan adalah baik dan memuaskan. Dari yang telah diuraikan di atas terlihat bahwa para pelanggan selalu mengharapkan dapat menikmati jasa yang dikonsumsinya sesuai dengan harapannya secara baik dan memuaskan.Hal ini dicerminkan dengan tingkat mutu jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. 42 Kunci keberhasilan perusahaan dalam menjaga atau meningkatkan mutu jasa dalam pelayanan pemberian jasa yang dihasilkannya adalah manusia atau orang yang menghasilkan dan menyampaikan jasa tersebut, lingkungan fisik dimana jasa tersebut diproses, dan proses pemberian jasa itu sendiri. Dengan demikian peran dari orang yang menghasilkan dan menyampaikan jasa tersebut sangat menentukan atau mempengaruhi tingkat mutu dari jasa yang dihasilkan. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawannya termasuk customer service dalam menghasilkan dan menyampaikan jasa tersebut. 2.8. Hipotesis Hipotesis atau hipotesa adalah dugaan sementara permasalahan yang ada, dalam penelitian kuantitatif, hipotesa dibuat terlebih dahulu lalu dilakukan penelitian tentang permasalahan yang ada, hasil dari penelitian akan membuktikan apakah hasil dari hipotesa berpengaruh atau tidak berpengaruh. Dalam penelitian ini hipotesa diterangkan sebagai berikut: • Ho diterima dan Ha ditolak berarti variabel kompetensi komunikasi (X1) dan kualitas layanan (X2) tidak berpengaruh pada kepuasan nasabah bank BJB cabang Gajah Mada. 43 • Ho ditolak dan Ha diterima berarti variabel kompetensi komunikasi (X1) dan kualitas layanan (X2) berpengaruh terhadap kepuasan nasabah bank BJB cabang Gajah Mada. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua hal, yaitu X1 = kompetensi komunikasi dan X2 = kualitas pelayanan. Kompetensi komunikasi meliputi; X1a = pengetahuan (knowledge), X1b = keterampilan (skill), dan X1c = sikap (attitude). Kualitas Pelayanan meliputi; X2a = bukti fisik (tangibles), X2b = keandalan (realiability), X2c = tanggapan (responsiveness), X2d = jaminan (assurance), dan X2e = empati (emphaty).