Kaligrafi, Bab 4

advertisement
Bab 4
Tulisan Di Wilayah India
dan Asia Tenggara (Daratan)
4.1 India
Telah disebut dalam Bab 2 bahwa tulisan bahasa Aramaik, salah satu
tulisan dari rumpun tulisan Semitik Utara, menjadi bahasa administrasi
untuk kekaisaran Assyria/Persia, dan berjaya sejak abad ke-9 SM — abad
ke-6 SM di wilayah luas. Kemungkinan besar, sistem tulisan yang muncul
di “subbenua” India dari sekitar abad ke-5 SM merupakan perkembangan
tulisan Aramaik dengan variasi setempat.
Sebenarnya ada dua sistem tulisan yang muncul di India pada zaman
itu, tetapi hanya tulisan Brahmi yang berpengaruh kuat. Pada mulanya,
Brahmi ditulis dari kanan ke kiri, seperti tulisan Aramaik, tetapi pada
suatu saat (tidak diketahui kapan) tulisan Brahmi ganti arah dan ditulis
dari kiri ke kanan.
Tulisan Brahmi menggunakan suatu alfabet konsonan, seperti tulisan
Aramaik. Tetapi ada perbedaan dari bahasa Aramaik yang cukup prinsipil:
semua bunyi vokal dalam bahasa Brahmi ditandai dalam tulisannya. Setiap
konsonan dianggap mempunyai vokal “dasar” (inherent atau otomatis),
yaitu vokal /a/, dan kalau tidak ada tanda lain, vokal /a/ yang dibacakan.
Vokal lain (/e/, /i/, /o/, dan seterusnya) ditandai dengan tambahan
36 — Sistem Tulisan dan Kaligrafi
khusus pada grafem konsonan. Dalam gambar 4-1 kita lihat bagaimana
konsonan dengan vokal dasar /a/—yaitu /ka/ dan /la/, pada ujung kiri
kedua baris—diubah untuk menandai vokal-vokal lain. Ada juga cara untuk
menandai bahwa vokal dasar harus “dimatikan”, sehingga dua konsonan
bi­sa “ditumpukkan” (misalnya dalam kata miskin—kalau vokal dasar
untuk konsonan /s/ tidak dimatikan, kata itu diucapkan *misakin).1 Sistem
semacam ini kadang disebut sistem abugida. Secara fundamental sistem
abugida berbeda dari tulisan Semitik Utara (termasuk tulisan bahasa Arab),
karena abugida menandai semua vokal, baik panjang maupun pendek,
sedangkan tulisan Semitik Utara hanya menandai vokal panjang. Sistem
abugida mendasari semua tulisan di India dan Asia Tenggara, termasuk
tulisan-tulisan Indonesia.
Gbr. 4-1: Brahmi k dan l plus vokal.
Sekitar abad ke-1, tulisan Brahmi mulai bercabang. Cabang utara
melahirkan (antara lain) tulisan yang kemudian disebut Dewanagari.
Dewanagari ini menjadi tulisan untuk bahasa Sansekerta dan untuk bahasa
Hindi sekarang. ���������������������������������������������������������
Cabang utara ini juga melahirkan tulisan-tulisan di Asia
Tenggara. Cabang selatan melahirkan tulisan yang masih dipakai di India
bagian selatan dan Sri Lanka, untuk bahasa Tamil, Telugu, dan Sinhala.
Tanda
�������������������������������������������������������������������������������
* dipakai dalam tulisan linguistik untuk menandai suatu bentuk kata atau
frase yang tidak terdapat dalam bahasa yang sedang dibicarakan.
1
Tulisan Di Wilayah India dan Asia Tenggara (Daratan) — 37
Vokal Primer
Pendek
Inisial
Diakritik
Diftong
Panjang
Inisial
Diakritik
Inisial
Diakritik
Tengah bawah tak
dibunyikan
Depan atas tak dibunyikan
bunyi hidup yang diucapkan
dengan bibir ke belakang
atas
varian silabik
Vokal Sekunder
depan tak dibunyikan
diucapkan ke belakang
Simbol-simbol lain
dengan bunyi senganu
tak disuarakan kecuali nafas
setelah pengucapan
senganu
tanpa suara
Konsonan
Oklusif (Occlusives)
Tekanan tanpa suara
Tekanan disuarakan
tak diaspirasikan diaspirasikan tak diaspirasikan diaspirasikan
Kenyaringan dan desahan (Sonorants dan Fricatives)
Sonorant
Sibilant
Huruf-huruf lain
Sepilihan konsonan yang diperbantukan
Gbr. 4-2: Tulisan Dewanagari, yang sekarang digunakan untuk bahasa Hindi, Marathi, Sanskerta, Sindhi, dan beberapa bahasa lainnya.
38 — Sistem Tulisan dan Kaligrafi
Gbr. 4-3: Contoh tulisan Hindi (tulisan Dewanagari).
Gbr. 4-4: Contoh tulisan Bengali.
Gbr. 4-5: Contoh tulisan Tamil.
Tulisan Di Wilayah India dan Asia Tenggara (Daratan) — 39
4.2 Asia Tenggara (Daratan)
Penyebaran sistem tulisan Brahmi (cabang utara) di Asia Tenggara berkat
agama Buddha. Teks-teks Buddha, yang semula disampaikan dalam
sebuah bahasa bernama Pali (dari daerah India utara yang sekarang disebut
Bihar), dibawa ke mana-mana di Asia Tenggara. Di setiap tempat, sistem
tulisan Brahmi berkembang sesuai dengan bahasa lokal, sehingga menjadi
tulisan baru. Misalnya, karena bahasa Siam (Muangthai) menggunakan
ton (seperti bahasa Tionghoa—lihat catatan kaki 3 pada bab 3), tulisannya
menambahkan tanda-tanda untuk ton, yang tidak diperlukan untuk bahasabahasa non-tonal seperti bahasa Birma atau bahasa Jawa.
Gbr. 4-6: Sampul CD Birma.
40 — Sistem Tulisan dan Kaligrafi
Gbr. 4-7: Contoh tulisan Birma.
Gbr. 4-8: Contoh tulisan Muangthai.
Download