BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian, yaitu teori mengenai stres, hardiness, dan definisi serta tugas dalam
lingkup kepolisian. Kemudian akan dijabarkan mengenai hubungan antara stres
kerja dengan hardiness.
2.1.
Stres Kerja
2.1.1. Definisi Stres
Terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai definisi stres dan
batasan definisi stres yang digunakan dalam penelitian ini.
Manusia merupakan anggota lebih dari satu kelompok sosial.
Dalam melakukan kegiatan disetiap kelompok, manusia dapat
mengalami stres. Stres yang dialami sebagai hasil kegiatannya di
setiap kelompok saling menunjang dan saling menguatkan.
Sayle (Munandar, 2008) membedakan stres menjadi eustress
dan distress. Distress adalah stres yang memiliki efek negatif atau
destruktif, misalnya
stres
yang dialami mahasiswa
ketika
menjelang ujian membuatnya tidak dapat berkonsentrasi ketika
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengerjakan soal ujian. Sementara itu eustress adalah tipe stres
yang memiliki efek positif atau kuratif. Stres tipe ini dapat
meningkatkan unjuk kerja seseorang sampai ke titik optimal.
Menurut Fincham dan Rhodes (dalam Munandar, 2008)
penelitian sekarang tentang stres didasarkan pada asumsi bahwa
stres, yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal,
perilaku, psikologikal, dan somatik, adalah hasil dari tidak atau
kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya,
bakatnya,
dan
kecakapannya)
dan
lingkungannya,
yang
mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai
tuntutan terhadap
dirinya
secara
efektif.
Asumsi tersebut
menyebutkan bahwa ciri-ciri individu (kepribadian, kecakapan,
nilai dan kebutuhan) termasuk dalam salah satu pembangkit stres.
Dengan kata lain bahwa faktor-faktor dalam individu berfungsi
sebagai faktor pengubah antara rangsangan dari lingkungan yang
merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor
pengubah tersebutlah yang menentukan bagaimana individu
bereaksi terhadap pembangkit stres.
2.1.2. Definisi Stres Kerja
Stres kerja adalah interaksi antara kondisi kerja dengan
karakteristik individual masing-masing pekerja, dimana tuntutan
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kerja melebihi kemampuan individu untuk mengatasi tuntutan
(Ross dan Altmaier, 1994).
Menurut Selye (dalam Dodik dan Astuti, 2012) stres kerja
dapat diartikan sebagai stresor kerja yang menyebabkan reaksi
individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stresor
kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang
dipersepsikan
karyawan/pegawai sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan
stres kerja.
Menurut Gibson dkk (Retraningtyas 2005) menyatakan
bahwa stress kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai
oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses psikologis yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Menurut
Osipow
dan
Spokane
(Jackson,
2004)
mengidentifikasi sumber-sumber stres sebagai ambiguitas peran,
peran berlebihan, insufisiensi peran, batasan peran, lingkungan
fisik, dan tanggung jawab.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa stress kerja yang terjadi pada individu akan
mempengaruhi kondisi psikologis, fisiologis serta prilaku, faktor
yang sangat berperan terhadap timbulnya stres pada individu adalah
situasi lingkungan dan atau kepribadian individu tersebut.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.3. Faktor Stres Kerja
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress
disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya
satu stressor, biasanya karyawan mengalami stress karena
kombinasi stressor.
Menurut Robbins (2001) ada tiga sumber utama penyebab
timbulnya stress yaitu:
a. Faktor lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat
terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat
menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik, dan
teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang
mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi,
misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan
yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian sesorang
dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua
pekerjaan dapat terslesaikan dengan cepat dan dalam waktu
yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
b. Faktor organisasi
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat
menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands,
organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
1) Role demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas
dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang
karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai
bersama dalam suatu organisasi tersebut.
2) Interpersonal demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lainnya dlam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak
jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan
dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga
pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat
perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang
satu dengan karyawan lainnya.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3) Organizational structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana
keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidakjelasan
dalam struktur pembuatan keputusan atau peraturan maka
akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.
4) Organizational leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang
pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin
menurut the Michigan group (Robbins, 2001) dibagi dua
yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau
menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan
dalam mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari
tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisikondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan,
batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semua
itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya
diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins, 2001).
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Faktor individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama
faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan.
1) Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten
menujukan bahwa orang menganggap bahwa hubungan
pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan
disiplin anak-anak merubah contoh masalah hubungan yang
menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat
kerja.
2) Masalah ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak
dapat mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan
satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres
kerja bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka
dalam bekerja.
3) Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang
penting mempengaruhi stres adalaha kodrat kecenderungan
dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan
pada pekerjaan
itu
sebenarnya
kepribadian orang itu.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berasal dari dalam
2.1.4. Aspek Stres Kerja
Osipow dan Spokane (Jackson, 2004) mengembangkan
aspek-aspek
untuk
menilai
stres/tekanan
seseorang
serta
lingkungan dalam konteks lingkungan kerja. Ada enam aspek
dalam konsteks lingkungan kerja, yaitu :
1) Role Overload (RO)
Peran berlebihan, dimana tuntutan pekerjaan sumber daya (personal
dan tempat kerja) berlebihan dan individu mampu mencapai beban
kerja. Role Overload terjadi ketika atasan menuntut pekerjaan
kepada karyawan dengan waktu tertentu dan karyawan diharuskan
memahami tuntutan pekerjaan tersebut.
2) Role Insufficiency (RI)
Ketidakcukupan peran, dimana individu tidak memiliki pelatihan,
pendidikan, keterampilan dan pengalaman yang sesuai dengan
persyaratan kerjanya. Aspek ini berhubungan dengan kepuasan
kerja.
3) Role Ambiguity (RA)
Peran ambigu, dimana prioritas, harapan, dan kriteria evaluasi
pekerjaan pada individu yang tidak jelas. Menurut Clemons
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Jackson, 2004) menemukan bahwa Role Ambiguity meningkat,
kepuasan kerja secara keseluruhan akan menurun.
4) Role Boundary (RB)
Batas peran, dimana individu mengalami tuntutan peran yang
saling bertentangan dan loyalitas dalam pengaturan kerja.
5) Responsibility (R)
Tanggung jawab dimana individu memiliki atau merasa banyak
tanggung jawab atas kinerja dan kesejahteraan orang lain di tempat
kerja.
6) Physical Environment (PE)
Lingkungan
fisik,
dimana
individu
terkena
tingkat
racun
lingkungan atau kondisi fisik yang ekstrim.
Selain itu terdapat gejala-gejala stres kerja yang bisa
dikenali. Gejala-gejala stres kerja bisa berasal dari gejala fisik,
psikis, sosial fisiologis dan lain-lain. Cary Cooper dan Alison
Straw (1995) membagi gejala stres kerja menjadi tiga aspek yaitu:
1) Aspek Gejala Fisiologis
Gejala stres menyangkut fisik bisa mencakup: nafas memburu,
mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tegang, pencernaan terganggu, mencret- mencret, sembelit, letih
yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah.
2) Aspek Gejala Psikologis
Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku,
mencakup:
1. Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah
paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa - apa, gelisah,
gagal, tak menarik, kehilangan semangat.
2. Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat
keputusan.
3. Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat
terhadap orang lain.
3) Aspek Gejala Perilaku di Tempat Kerja
Sebagian besar waktu bagi pegawai berada di tempat kerja, dan jika
dalam keadaan stres, gejala- gejala dapat mempengaruhi kita di
tempat kerja, antara lain:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6. Kreatifitas dan inovasi berkurang
7. Bergulat pada tugas- tugas yang tidak produktif
2.1.5. Peran serta manfaat Stres Kerja
Pandangan stress kerja dengan cara yang berbeda dapat
menghasilkan suatu manfaat yang baik bagi diri individu, manfaatnya
adalah sebagai berikut :
1) Lebih kreatif
Umumnya individu yang bekerja dalam bidang kreatif akan merasa bisa
bekerja lebih baik jika berada dibawah tekanan.
2) Baik untuk sistem kekebalan
Penelitian menunjukkan bahwa stres akan menguntungkan sistem
kekebalan, karena menimbulkan mekanisme perlawanan kita. Ketika
kortisol (hormon stres) dilepaskan, hal itu meningkatkan kekebalan dalam
tubuh.
3) Mampu memecahkan masalah
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.
Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)
2.2.1. Definisi Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)
Menurut Kobasa (1982) hardiness adalah suatu konstelasi
karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat,
tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stress dan mengurangi efek
negatif yang dihadapi. Orang yang hardiness memiliki keberanian
berkonfrontasi terhadap perubahan atau perbedaan dan menarik hikmah
dari keadaan tersebut, Foster dan Dion (Dodik dan Astuti, 2012)
Hardiness adalah komitmen yang kuat terhadap diri sendiri,
sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan
yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan yang bermakna yang
menetralkan efek negatif stress, Cotton (Dodik dan Astuti, 2012)
Hardiness adalah ketabahan hati sebagai konstruksi kepribadian
yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimis terhadap hal-hal
yang menyebabkan stress, menurut Quick (Widyarini, 2010).
Maka
kepribadian
tahan
banting
(hardiness)
merupakan
kepribadian yang optimis dan dapat mengantarkan individu untuk jauh
dari stress negatif dalam lingkungan kerja. Ketika menghadapi kondisi
yang menekan, individu yang hardiness tetap akan mengalami stres atau
tekanan, namun tipe kepribadian ini daat menyikapinya secara positif
segala hal yang menekan tersebut/beban kerja agar dapat menimbulkan
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sesuatu yang dapat diterima atau dapat dikerjakan dengan lebih mudah
dengan cara-cara yang sehat.
2.2.2. Faktor Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)
Faktor yang mempengaruhi hardiness menurut florian (Heriyanto,
2001) antara lain :
a. Kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, dengan kemampuan
individu merencanakan hal yang realistis maka saat individu menemui
suatu masalah maka individu akan tahu apa hal terbaik yang dapat individu
lakukan dalam keadaan tersebut.
b. Memiliki rasa percaya diri dan positif citra diri, individu akan lebih santai
dan optimis jika individu memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan citra
diri yang positif maka individu akan terhindar dari stress.
c. Mengembangkan
keterampilan
komunikasi,
dan
kapasitas
untuk
mengelola perasaan yang kuat dan implus.
Dari beberapa hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan kepribadian
tahan banting (hardiness) bersumber dari dalam diri individu sendiri.
Seperti kemampuan individu dalam membuat rencana yang realistis,
memiliki rasa percaya diri serta citra diri yang positif, dan kemampuan
individu dalam berkomunikasi.
2.2.3. Aspek Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)
Tiga aspek hardiness menurut Kobasa dan Maddi (Bartone dkk,
1989) dibagi menjadi tiga aspek, sebagai berikut :
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Kontrol
Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi
peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya.
Aspek ini berisi keyakinan bahwa individu dapat memengaruhi dan dapat
mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya
bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya,
sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan
tertekan.
Individu dengan hardiness yang tinggi memiliki pandangan bahwa semua
kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia
bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai respon
terhadap stress.
b. Komitmen
Komitmen adalah kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas
yang sedang dihadapi.
Aspek ini berisi keyakinan bahwa hidup itu bermakna dan memiliki
tujuan. Individu juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau
apapun yang akan terjadi.
Individu dengan hardiness yang tinggi percaya akan nilai-nilai kebenaran,
kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa
yang mapu ia lakukan. Selain itu individu dengan hardiness yang tinggi
juyga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya berkembang dan
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang
telah didapat.
c. Tantangan
Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang
terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai
ancaman terhadap rasa amannya.
Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau
diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang
pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan
hal tersebut.
Dengan demikian individu akan secara ikhlas bersedia terlibat dalam
segala perubahan dan melakukan segala aktivitas baru untuk bisa lebih
maju. Individu seperti ini biasanya menilai segala perubahan sebagai
sesuatu yang menyenangkan dan menantang daripada sesuatu yang
sifatnya mengancam. Dengan pandangan yang terbuka dan fleksibel,
tantangan dapat dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan
dan harus dihadapi. Bahkan, tantangan dilihat sebagai kesempatan untuk
belajar lebih banyak.
2.2.4. Peran serta manfaat Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)
Berdasarkan teori yang telah disebutkan diatas, maka dapat
disismpulkan kepribadian tahan banting (hardiness) berperan dalam
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
membuat individu menjadi lebih kuat,stabil serta optimis dalam
menghadapi negatif stress.
2.3.
Polisi Republik Indonesia (Polri)
Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999
sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi
secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai abdi negara
yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata
kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman,
tertib, adil dan sejahtera. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
(2015), polisi adalah badan pemerintahan yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar
undang-undang dan sebagainya).
Polri memiliki lambang yang mempunyai arti bahwa polri
merupakan abdi utama dari pada nusa dan bangsa. Polri yang tumbuh dan
berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan
bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus
jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Oleh karena itu tanggung
jawab seorang polisi sangat luas dan tidak terbatas, polisi diharapkan
memiliki kemampuan untuk merespon berbagai macam situasi yang
mungkin saja timbul di dalam tugas mereka dan juga polisi harus
bertindak sebagai perangkat negara untuk melakukan kasus penyelidikan
(Jayanegara, 2007).
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam UU RI no.2 Tahun 2002, polisi adalah alat negara yang
bertugas memilihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada
masyarakat.
Anggota
Kepolisian
Republik
Indonesia
melaksanakan tugas dan wewenang tersebut meliputi seluruh wilayah
Republik Indonesia. Berdasarkan tugasnya, anggota polisi memiliki
beberapa unsur kesatuan. Dalam buku pedoman tugas Bintara Polri
dijelaskan, Kesatuan yang bekerja di lapangan antara lain adalah Kesatuan
Lalu Lintas (Lantas), Kesatuan Brigade Mobil (Brimob), Kesatuan Reserse
Kriminal (Reskrim), Kesatuan Intelijen dan keamanan (Intelkam) dan
Kesatuan Samapta (Jayanegara, 2007).
2.3.1. Intelijen dan Keamanan (Intelkam) Polri
Intelkam dalam wilayah kepolisian sektor dipimpin langsung oleh
Kanit Intelkam yang bertanggung jawab terhadap Kapolsek dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolsek. Unit Intelkam
bertugas menyelenggarakan fungsi intelejen di bidang keamanan meliputi
pengumpulan bahan keterangan atau informasi untuk keperluan deteksi
dini (early detection) dan peringatan dini (early warning), dalam rangka
pencegahan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat,
serta pelayanan perizinan.
Fungsi intelkam dalam kegiatan sehari-hari adalah Pembinaan
kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dilingkungan Polsek, Pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan
guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini
(early warning), pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaan
personel pengemban fungsi intelijen, Pengumpulan, penyimpanan, dan
pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial,
masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat kecamatan dan kelurahan,
Pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan
serta penyusunan produk intelijen, Penyusunan intel dasar, prakiraan
intelijen keamanan, dan menyajikan hasil analisis setiap perkembangan
yang perlu mendapat perhatian pimpinan, Pemberian pelayanan dalam
bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya, penerbitan
rekomendasi SKCK
kepada masyarakat
yang memerlukan, serta
melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.
2.3.2. Lalu Lintas (Lantas)
Unit Lalu Lintas (Lantas) merupakan unsur pelaksana tugas pokok
yang berada dibawah pimpinan Kanit Lantas yang bertanggung jawab
terhadap Kapolsek. Yang bertugas melaksanakan Turjawali bidang lalulintas, penyidikan kecelakaan lalu-lintas dan penegakkan hukum dibidang
lalu-lintas.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Unit Lantas
menyelenggarakan fungsi sebagai, pembinaan partisipasi masyarakat
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dibidang lalu-lintas melalui kerja sama lintas Sektoral dan Dikmaslantas,
pelaksanaan Turjawali lalu-lintas dalam rangka Kamtibcarlantas, dan
pelaksanaan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalulintas dalam rangka penegakkan hukum lalu-lintas.
2.3.3. Reserse Kriminal (Reskrim)
Unit Reskrim bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan
tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi. Fungsi unit Reskrim adalah
sebagai pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana,
pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak-anak dan wanita
baik sebagai pelaku tindak pidana maupun korban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan pengidentifikasian untuk kepentingan
penyidikan
2.3.4. Shabara
Samapta Bhayangkara yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan
sebutan satuan Sabhara Polri adalah salah satu dari fungsi teknis
operasional Polri yang mengemban tugas utama bersifat preventif atau
pencegahan. Patroli, pengaturan, penjagaan, dan pengawalan serta
pelayanan masyarakat adalah tugas-tugas esensial bagi satuan ini, yang
sasaran utamanya adalah menghilangkan atau sekurang-kurangnya
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
meminimalisasi bertemunya niat dan kesempatan terjadinya pelanggaran
atau kejahatan.
Tugas utama Sabhara adalah patroli, karena dengan patroli yang
benar, bukan saja dicegah niat dan kesempatan berbuat jahat dari penjahat
atau calon penjahat, tetapi sekaligus menarik simpati rakyat. Karena harus
senantiasa siaga 24 jam sehari, kepolisian di seluruh dunia menjadikan
satuan semacam ini sebagai divisi terbesar dalam kesatuannya.
Perumusan dan
Pengembangan
Fungsi
Samapta
meliputi,
pelaksanaan tugas Polisi Umum, menyangkut segala upaya pekerjaan dan
kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan, patroli, pengamanan
terhadap Hak Penyampaian Pendapat dimuka umum (PPDU), pembinaan
Polisi Pariwisata, Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP),
SAR Terbatas, TPTKP, TIPIRING, dan PERDA, Pengendalian Massa
(Dalmas), negoisasi, pengamanan terhadap proyek vital/ Obyek vital dan
pemberdayaan masyarakat, pembinaan bantuaan satwa untuk kepentingan
perlidungan, pengayoman, pertolongan dan penertiban masyarakat.
2.3.5. Bhabinkamtibmas
Bhabinkamtibmas adalah anggota Polri yang bertugas melakukan
pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya
untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan
yang berlaku dan juga merupakan petugas Polmas di Desa atau Kelurahan.
Berikut merupakan lingkup tugas Bhabinkamtibmas meliputi:
1. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi
tanggung
jawabnya
untuk
dapat
meningkatakan
partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku
2. Melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis
dengan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda,
tokoh adat dan para sesepuh yang ada di desa atau kelurahan
3. Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhdap
masyarakat
4. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan
membantu penanganan rehabilitasi yang terganggu
5. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga
masyarakat terhadap timbulnya gangguan kamtibmas
6. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka
pembinaan kamtibmas secara swakarsa di desa/kelurhan
7. Kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan kelompok
atau forum kamtibmas guna mendorong peran sertanya dalam
binkamtibmas
dan
dapat
mencari
solusi
dalam
penganan
permsalahan atau potensi gangguan dan ambang gangguan yang
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terjadi di masyarakat agar tidak berkembang manjadi gangguan
nyata kamtibmas
8. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan
perundang-undangan
9. Memberikan bantuan dalam rangka penyelsaian perselisihan warga
masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum
10. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka
pengamanan lingkungan
11. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat
untuk sementara waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang
12. Mengimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk
memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang
tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan kepolisian serta
permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.
Kerangka Berfikir
Dalam bekerja seorang karyawan akan sangat sering menghadapi
kondisi yang menekan. Kondisi yang menekan dan terus-menerus pada
seorang karyawan akan menimbulkan stres. Tekanan yang mungkin
datang tidak hanya bersumber dari pekerjaan, tuntutan lainnya yang
mungkin datang bersumber dari keluarga maupun diri individu sendiri.
Stres kerja dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan,
faktor organisasi, dan faktor individu.
Individu yang mengalami stres kerja dapat dilihat dengan
terpenuhinya gejala-gejala fisik, emosi, kognitif, dan sosial. Gejala stres
kerja antara lain kepuasa kerja yang rendah, kinerja yang menurun,
semangat dan energi yang hilang, komunikasi tidak lancar, pengambilan
keputusan yang buruk, kreatifitas serta inovasi berkurang, dan selalu
bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif. Terpenuhinya gejala-gejala
stres selanjutnya akan menimbulkan reaksi stres yang antara lain adalah
reaksi emosional, reaksi perubahan kebiasaan, dan perubahan fisiologis.
Faktor individu merupakan salah satu dari faktor yang berperan
terhadap timbulnya stres kerja. Faktor ini dapat muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
Dalam hal ini karakteristik kepribadian bawaan merupakan kodrat
kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan
pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Karketristik kepribadian yang banyak diteliti berhubungan dengan
stres kerja salah satunya adalah kepribadian hardiness. Kepribadian
hardiness adalah suatu konstelasi karakteristik kepribadian yang membuat
individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi
stres dan mengurangi efek negatif yang dihadapi. Kepribadian hardiness
memiliki tiga aspek pendukung yaitu kontrol, komitmen, dan tantangan.
Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi
peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya. Komitmen memrupakan
kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang sedang
dihadapi. Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu
perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri,
bukan sebagai ancaman terhadap rasa amannya.
Anggota polri yang memiliki kepribadian hardiness cenderung
akan lebih tahan terhadap situasi stres terutama stres yang ditimbulkan dari
beban tugas yang dimilikinya. Disisi lain polisi merupakan profesi yang
secara langsung akan berhadapan dengan masyarakat setiap harinya maka
polisi dituntut untuk memberikan pengayoman, perlindungan, dan
pelayanan kepada masyarakat serta memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Kepribadian
hardiness
merupakan
aspek
psikologis
yangs
eharusnya dimiliki oleh anggota Polri untuk mengatasi stres kerja yang
dialaminya. Maka peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara
kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada Polisi
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Polsek Tambun, Bekasi. Berikut ini akan digambarkan kerangka teori
mengenai hubungan anatara kepribadian hardiness dengan stres kerja pada
anggota Polri di Polsek Tambun, Bekasi.
Hardiness
Stres Kerja
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
 Aktif
terhadap
lingkung
an
 Kuat,
tahan,
stabil
 Optimis
 Menghindar
 Pesimis
 Tidak
ingin
melibatka
-n diri
dalam
aktivitas
 Kepuasan
kerja
tinggi
 Produktif
 Lebih
kreatif
dan
inovatif
 Kepuasan
kerja
rendah
 Semangat
hilang
 Tidak
kreatif,
inovatif,
dan
produktif
Individu :
Karakteristik
Kepribadian
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hardiness mempengaruhi stres kerja
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5.
Hipotesis
Penelitian diarahkan dalam upaya menjawab pokok permasalahan
ini yaitu apakah ada hubungan antara kepribadian tahan banting (hardines)
dengan stres kerja pada Polisi Polsek Tambun, Bekasi. Hipotesis ini
merupakan jawaban sementara permasalahan tersebut. Karena merupakan
penelitian kuantitatif, maka hipotesis yang diterapkan adalah hipotesis
statistik, yang akan diuji dengan menggunakan data-data yang diperoleh.
Adapun hipotesanya adalah :
1. Ho :
Terdapat hubungan Negatif yang signifikan antara kepribadian tahan
banting (hardiness) dengan stres kerja pada anggota Polri di Polsek
Tambun, Bekasi.
2. Ha :
Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara kepribadian
tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada anggota Polri di
Polsek Tambun, Bekasi.
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download