BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Lokasi 2.1.1.1 Pengertian dan Pentingnya Lokasi Lokasi merupakan struktur fisik dari sebuah usaha yang merupakan komponen utama yang terlihat dalam membentuk kesan sebuah usaha yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penempatan usahanya dan kegiatan dalam menyediakan saluran pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen (Utami, 2012:89). Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi akan ditempatkan. Hal yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang terlibat. Dalam bisnis, mencari dan menentukan lokasi merupakan tugas yang paling penting karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan suatu bisnis.Dalam menentukan lokasi usaha, faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu kestrategisan, apakah daerah tersebut dapat dijadikan pusat bisnis atau bukan. Hal lain yang juga harus dipertimbangkan yaitu arus lalu lintasnya. Arus lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi usaha karena dapat menarik konsumen untuk mengunjungi bisnis tersebut dan bahkan juga memungkinkan konsumen untuk membeli (Utami, 2012:89). Universitas Sumatera Utara Lokasi juga seringkali menentukan kesuksesan suatu bisnis, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial suatu perusahaan. Fleksibilitas suatu lokasi merupakan sejauh mana suatu bisnis dapat bereaksi terhadap situasi ekonomi yang berubah karena keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang bersifat capital intensif, maka suatu perusahaan haruslah benar-benar mempertimbangkan dan menyeleksi lokasi yang responsif terhadap perubahan-perubahan ekonomi, demografis, budaya, dan persaingan di masa mendatang (Tjiptono, 2004:41). Dalam menentukan lokasi dimulai dengan memilih komunitas.Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomis dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik (Utami, 2012:93). 2.1.1.2 Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pemilihan Lokasi Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut (Tijptono, 2004:42-43) : 1. Akses, lokasi yang dilalui mudah dijangkau sarana transportasi umum. 2. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 3. Lalu lintas (traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: a. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying (proses pembelian tidak terencana). b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan. 4. Tempat parkir yang luas dan aman 5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di kemudian hari. Universitas Sumatera Utara 6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. 7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. 8. Peraturan Pemerintah 2.1.2 Kualitas Produk 2.1.2.1 Pengertian dan Pentingnya Kualitas Produk Menurut Kotler, definisi produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan (Angipora 1999:127). Crosby dalam Nasution (2005:2) mendefinisikan kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Maka, suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan, meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Selanjutnya, Juran (Nasution, 2005:2) mendefinisikan kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan diatas memiliki dua aspek utama, yaitu: 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan Ciri-ciri produk berkualitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga memuaskan pelanggan. Universitas Sumatera Utara Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. 2. Bebas dari kelemahan Suatu produk berkualitas tinggi apabila di dalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada yang cacat sedikit pun. Menurut Assauri (2007:202), pada hakikatnya, seseorang membeli suatu produk bukanlah hanya sekedar ia ingin memiliki produk tersebut. Para pembeli membeli barang atau jasa, karena barang atau jasa tersebut dapat dipergunakannya sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Terdapat beberapa faktor yang terkandung dalam suatu produk, yaitu mutu/kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada (options), gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packacing), ukuran (sizes), jenis (product lines), macam (product items), jaminan (warranties), dan pelayanan (services) (Assauri, 2007:200). Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keputusan pembelian akan suatu produk adalah kualitas produk. Kualitas produk yang baik dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari perusahaan/produsen, mengingat kualitas suatu produk berkaitan erat dengan masalah kepuasan konsumen, yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan. Setiap perusahaan harus memilih tingkat kualitas yang akan membantu atau menunjang usaha untuk meningkatkan atau Universitas Sumatera Utara mempertahankan posisi produk itu dalam pasar sasarannya. Kualitas merupakan satu dari alat utama untuk mencapai posisi produk.Kualitas menyatakan tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsinya yang diharapkan (Assauri, 2007:211). Terdapat kaitan yang erat antara kualitas, kepuasan, dan profitabilitas. Kualitas produk yang baik akan menciptakan kepuasan konsumen. Dari kepuasan konsumen akan memberikan profitabilitas bagi perusahaan. Semakin tinggi tingkat kualitas, semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan yang dihasilkan, yang mendukung harga yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah (Kotler, 2009:144). Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayanya produk itu, ketepatan produk, mudah mengoperasikannya dan memeliharanya serta atribut lain yang dinilai. Kualitas yang tinggi biasanya diikuti dengan pembebanan harga yang relatif tinggi kepada konsumen oleh perusahaan, tetapi tidak berarti bahwa biaya yang timbul dalam pembebanan harga berlebih-lebihan. Sedangkan pengadaan produk dengan kualitas rendah, tidak berarti total keuntungan yang diperoleh kecil (Assauri, 2007:212). Membuat produk berkualitas tinggi merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan pemasaran internasional sekarang ini dan pemasaran dari bisnis yang satu ke bisnis yang lain (Mowen dan Minor, 2002: 90). Dalam pengembangan suatu produk, perusahaan awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Disini, kualitas produk berarti kualitas kinerja – kemampuan produk untuk melaksanakan Universitas Sumatera Utara fungsinya.Perusahaan lebih memilih tingkat kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat kualitas produk pesaing.Selain tingkat kualitas, kualitas yang tinggi dapat pula berarti tingkat dari konsistensi kualitas yang tinggi.Disini, kualitas produk berarti kualitas kesesuaian – bebas dari kerusakan, serta konsistensi dalam memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan. Perusahaan apa pun harus mengejar tingkat kesesuaian kualitas yang tinggi (Sunarto, 2004:159). Untuk menciptakan kualitas produk yang baik, perusahaan harus benarbenar dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen atas suatu produk, dan berusaha untuk mewujudkan kebutuhan dan keinginan tersebut melalui produk yang dihasilkan. Selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah, sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan kualitas produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen (Nasution, 2005:3). 2.1.2.2 Faktor dalam Pemilihan Produk Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh suatu organisasi bisnis dalam memilih produk yang dijualnya, yaitu (Utami, 2012: 86-87): 1. Keanekaragaman (Variety) Kelengkapan produk yang dijual dapat mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu bisnis. Universitas Sumatera Utara 2. Kelebaran atau Keluasan Produk (Width or Breadth) Tersedianya produk-produk pelengkap dari produk utama yang ditawarkan. 3. Kedalaman (Depth) Merupakan macam dan jenis karakteristik dari suatu produk 4. Konsistensi (Consistency) Produk yang sudah sesuai dengan keinginan konsumen harus tetap dijaga keberadaannya dengan cara menjaga kelengkapan, kualitas, dan harga dari produk yang dijual. 5. Keseimbangan (Balance) Berkaitan dengan usaha untuk menyesuaikan jenis dan macam-macam produk yang dijual dengan pasar sasarannya. 2.1.2.3 Dimensi Kualitas Produk Garvin dalam Nasution (2005:4) mengidentifikasi delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk, yaitu sebagai berikut: 1. Kinerja (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Fitur (features), merupakan aspek kedua dari kinerja yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. 3. Keandalan (reability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk. 4. Konformasi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konformasi merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan. 5. Daya Tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. 6. Kemampuan Pelayanan (service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk. Sedangkan untuk kualitas makanan, ditentukan oleh bahan makanan, cara penyimpanan bahan makanan, cara pengolahan makanan, cara pengangkutan makanan, cara penyimpanan makanan jadi, dan cara menyajikan makanan (Mukono, 2004:46) 2.1.2.4 Kategori dan Tingkatan Produk Berdasarkan tujuan penggunaannya, produk dikategorikan menjadi dua, yaitu (Kismono, 2001:326-329): Universitas Sumatera Utara 1. Produk Konsumen (Consumer Product) Produk konsumen adalah barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau individual. Produk yang dibeli konsumen akan langsung dikonsumsi sendiri. Produk konsumen digolongkan menjadi tiga, yaitu convience goods, shopping goods, specialty goods, dan unsought goods. a. Convenience Goods (Produk Kebutuhan Sehari-hari) merupakan barang dan jasa yang harganya relatif tidak mahal, frekuensi pembeliannya tinggi, dan konsumen mengeluarkan sedikit usaha maupun pertimbangan sebelum membuat keputusan pembelian. Contohnya: permen, minuman, gula pasir, makanan, sabun, bensin, dan sebagainya. b. Shopping Goods (Produk Belanja) merupakan produk yang dibeli konsumen berdasarkan perbandingan dengan produk lain melalui informasi yang memerlukan dikumpulkan waktu, usaha, dari dan berbagai tenaga sumber. untuk Konsumen menemukan dan mendapatkan produk ini. Contohnya: televisi, perabot rumah tangga, dan sebagainya. c. Specialty Goods (Produk Khusus) merupakan produk yang unik di mata konsumen tertentu, sering kali konsumen harus membelinya meski berapapun harganya dan jauh lokasi pembeliannya. Harganya relatif mahal sehingga hanya terjangkau oleh sedikit konsumen saja. Contohnya: jam tangan mewah, mobil Rolls Royce dan sebagainya. d. Unsought Goods (Produk yang tidak dicari) merupakan barang-barang yang belum diinginkan oleh konsumen potensial, atau konsumen belum Universitas Sumatera Utara tahu bahwa mereka dapat membelinya. Contohnya: asuransi jiwa dan sebagainya. 2. Produk Industrial (Industrial Goods) Produk industrial adalah barang atau jasa yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa lain, atau dibutuhkan untuk kegiatan operasional perusahaan tersebut. Kategori produk industri meliputi: instalasi, peralatan tambahan, bahan-bahan mentah, bagian-bagian komponen dan material, persediaan, dan pelayanan. Adapun tingkatan produk, adalah sebagai berikut (Hurriyati, 2005:51): a. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. b. Produk Generik (generic product), yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). c. Produk Harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli. d. Produk Pelengkap (augmented products), yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk pesaing. Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Harga 2.1.3.1 Pengertian dan Pentingnya Harga Menurut Stanton dalam Angipora (1999:174), harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.Definisi lainnya, harga merupakan nilai tukar suatu produk yang dinyatakan dalam satuan moneter (Kismono, 2001:346). Harga sangat berhubungan dengan nilai dasar dari persepsi konsumen berdasarkan dari keseluruhan unsur bauran pemasaran dalam menciptakan suatu gambaran dan pengalaman bertransaksi. Tingkat harga pada suatu bisnis dapat mempengaruhi cara berpikir konsumen terhadap unsur-unsur lain dari bauran pemasaran. Tingkat harga sering kali dianggap dapat mencerminkan kualitas dari barang dagangan dan pelayanan yang diberikan, sehingga akan mempengaruhi konsumen dalam menentukan pilihannya untuk berbelanja pada sebuah bisnis (Utami, 2012:87). Segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Dengan demikian semua keputusan yang berkaitan dengan harga harus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dan mendalam serta memperhatikan aspek intern dan ekstern perusahaan. Harga mempunyai dampak psikologis kepada para pembeli. Penetapan harga yang terlalu tinggi akan menciptakan kesan negatif di benak konsumen mengenai suatu bisnis. Demikian sebaliknya, penetapan harga yang terjangkau Universitas Sumatera Utara akan menciptakan kesan positif di benak konsumen. Namun berbeda halnya dengan produk yang berkualitas.Harga yang tinggi mencerminkan kualitas produk yang tinggi pula. Harga juga merupakan suatu cara bagi produsen untuk membedakan penawaran barangnya dari pesaing. Perbedaan harga diantara pesaing dapat menarik konsumen dan tidak beralih ke pesaing lainnya. Konsumen sangat mempertimbangkan harga sebelum melakukan keputusan pembelian. Menurut Stanton (dalam Susanti, 2012), terdapat tiga ukuran harga, yaitu: 1. Harga yang sesuai dengan kualitas suatu produk 2. Harga yang sesuai dengan manfaat suatu produk 3. Perbandingan harga dengan produk lain 2.1.3.2 Tujuan Penetapan Harga Pada umumnya para penjual memiliki beberapa tujuan dalam penetapan harga atas barang atau jasa yang dihasilkan antara lain sebagai berikut (Angipora, 1999:177): a. Mendapatkan laba maksimal b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih c. Mencegah atau mengurangi persaingan d. Mempertahankan atau memperbaiki market share. Menurut Tjiptono (1997:152-153) terdapat empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Tujuan Berorientasi pada Laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Dalam hal ini, perusahaan akan menggunakan target laba. 2. Tujuan Berorientasi pada Volume Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa pasar. 3. Tujuan Berorientasi pada Citra Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetepan harga.Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.Sementara itu, harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu. 4. Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka.Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri. 5. Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Universitas Sumatera Utara 2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan harga, yaitu (Stanton, 1996:315): 1. Permintaan produk 2. Target pangsa pasar 3. Reaksi pesaing 4. Penggunaan strategi penetapan harga: penetrasi atau saringan 5. Bagian lain dari bauran pemasaran – produk, saluran distribusi, dan promosi 6. Biaya untuk memproduksi atau untuk membeli produk. Menurut Philip Kotler dalam Laksana (2008:108-109) bahwa terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi kepekaan pembeli terhadap harga, yaitu: 1. Pengaruh keunikan, semakin unik sebuah produk, semakin berkuranglah kepekaan pembeli terhadap harga. 2. Pengaruh kesadaran adanya pengganti, semakin rendah kesadaran pembeli tentang adanya pengganti, semakin berkuranglah kepekaan pembeli terhadap harga. 3. Pengaruh sulitnya membandingkan, semakin sulit pembeli membandingkan mutu produk-produk pengganti, semakin kuranglah kepekaan pembeli terhadap harga. 4. Pengaruh jumlah total pengeluaran, semakin rendah jumlah total pengeluaran untuk membeli sebuah produk dalam rasio terhadap penghasilan pembeli, semakin berkuranglah kepekaan pembeli terhadap harga. Universitas Sumatera Utara 5. Pengaruh manfaat akhir, semakin rendah pengeluaran dibandingkan dengan biaya total produk akhir, semakin berkuranglah kepekaan pembeli terhadap harga. 6. Pengaruh biaya bersama, jika sebagian biaya untuk membeli sebuah produk ditanggung oleh pihak lain, kepekaan pembeli terhadap harga berkurang. 7. Pengaruh investasi tergabung, kepekaan pembeli terhadap harga berkurang bila produk tadi digunakan dalam hubungannya dengan aktiva yang telah ditanamkan sebelumnya. 8. Pengaruh mutu harga, kepekaan pembeli terhadap harga berkurang jika produk dianggap lebih bermutu, lebih bergengsi dan lebih eksklusif. 9. Pengaruh persediaan, kepekaan pembeli terhadap harga berkurang jika mereka tidak dapat menyimpan produk tertentu. 2.1.3.4 Peranan Harga dalam Keputusan Pembelian Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu (Tjiptono, 1997:152): 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat dan utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ‘mendidik’ konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Keputusan Pembelian 2.1.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2002:289) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Assauri, 2007:141). Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan pembelian merupakan suatu keputusan yang dilakukan konsumen apakah melakukan pembelian atau tidak berdasarkan alternatif-alternatif produk yang ditawarkan oleh penjual. 2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Menurut Swastha (1997:122), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih penjual (motif langganan/patronage motive). Motif ini sering menjadi latar belakang pembelian konsumen. Faktorfaktor tersebut antara lain: a. Lokasi penjual yang strategis, pelayanan yang baik, tempat persediaan yang mudah dicapai, dan tidak ramai. Pembeli cenderung akan memilih lokasi yang benar-benar strategis dan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, tenaga dan biaya. Disamping lokasi, Universitas Sumatera Utara pelayanan yang baik juga menjadi pertimbangan konsumen untuk berbelanja di suatu toko. b. Harga Harga merupakan faktor penentu dalam keputusan pembelian. Terjadinya perbedaan harga antar pesaing menyebabkan konsumen cenderung akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga lebih murah. c. Penggolongan barang Penggolongan barang yang baik dapat memudahkan konsumen dalam pencarian barang. d. Servis yang ditawarkan Konsumen cenderung tertarik memilih toko yang menawarkan servis-servis yang menguntungkan mereka. e. Toko yang menarik Tampilan toko juga menjadi daya tarik bagi pembeli untuk memilih sebuah toko.Tampilan toko seperti tata ruang, desain toko, warna, penerangan, dan lain sebagainya. f. Kemampuan tenaga penjualnya Kemampuan tenaga penjual yang terampil dan kompeten dapat memuaskan konsumen dan mendukung dalam kegiatan pemasaran. 2.1.4.3 Peran Pembeli dalam Keputusan Pembelian Terdapat lima peran pembeli yang dimainkan konsumen dalam keputusan pembelian (Sunarto, 2006:97): Universitas Sumatera Utara a. Pencetus : seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu produk atau jasa. b. Pemberi Pengaruh : seseorang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan. c. Pengambil Keputusan : seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeli, bagaimanan membeli, dan dimana akan membeli. d. Pembeli : orang yang melakukan pembelian sesungguhnya. e. Pemakai : seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. 2.1.4.4 Model Perilaku Pembeli Perilaku konsumen atau pembeli akan mencerminkan tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan (stimuli) pemasaran, yang terlihat dari tanggapan mereka akan berbagai bentuk produk (product features), harga, daya tarik advertensi (advertising appeals), dan sebagainya. Perilaku konsumen berdasarkan model rangsangan tanggapan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 : Model Perilaku Pembeli Sumber: Assauri (2007:136) Universitas Sumatera Utara Dari model diatas terlihat bahwa kegiatan pembelian yang akan dilakukan pembeli atau konsumen ditentukan oleh pemikiran dan tindakan calon pembeli atau konsumen tersebut, terdiri dari dua komponen, yaitu pertama, ciri-ciri pembeli yang akan mempengaruhi reaksi mereka terhadap rangsangan, dan kedua, proses pengambilan keputusan oleh pembeli itu, yang akan terlihat dari hasil terjadinya transaksi pembelian. Ciri-ciri pembeli akan menentukan rangsangan apa yang sebaiknya dapat dipergunakan secara efektif, baik rangsangan pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi, maupun rangsangan lainnya yang timbul dari lingkungan si pembeli, yang terdiri dari ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Rangsangan ini akan mempengaruhi proses keputusan pembeli, yang tercermin dalam tanggapan pembeli, yang berupa pilihan produk, pilihan merek, pilihan toko, pilihan waktu, dan jumlah pembelian (Assauri, 2007:135-136). 2.1.4.5 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian Secara umum, konsumen akan melalui lima tahap dalam membeli sesuatu. Namun, hal ini tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang kurang memerlukan keterlibatan konsumen.Para konsumen dapat melompati beberapa tahap atau urutannya tidak sesuai. Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut (Utami, 2012:56-63): 1. Pengenalan Kebutuhan Pada saat konsumen menyadari adanya kebutuhan yang belum terpuaskan, pada saat itulah mereka berada pada tahap pengenalan kebutuhan. Universitas Sumatera Utara 2. Pencarian Informasi Setelah konsumen mengidentifikasi suatu kebutuhan, maka mereka akan mencari informasi tentang ritel atau produk untuk membantu mencukupi kebutuhan mereka. 3. Evaluasi atas Alternatif-alternatif Setelah mempertimbangkan berbagai faktor sebagai hasil dari proses pencarian informasi, maka konsumen berada pada tahapan evaluasi atas alternatif-alternatif yang telah ditetapkan oleh konsumen. Evaluasi tersebut terkait dengan alternatif pilihan toko maupun pilihan produk dan merek. 4. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan keputusan akhir konsumen apakah membeli atau tidak setelah melalui tahap-tahap sebelumnya. 5. Evaluasi Setelah Belanja (Perilaku Pascapembelian) Setelah melakukan pembelian, konsumen menggunakan produk itu dan kemudian mengevaluasi pengalaman ini untuk menentukan apakah produk ini memuaskan atau tidak memuaskan. Gambar2.2 : Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen Pengenalan Masalah Pencarian informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pascapembelian Sumber: Kotler (2009:185) Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Hubungan antar Variabel 2.1.5.1 Hubungan Lokasi dengan Keputusan Pembelian Dalam bisnis, mencari dan menentukan lokasi merupakan tugas yang paling penting karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan suatu bisnis.Dalam menentukan lokasi usaha, faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu kestrategisan, apakah daerah tersebut dapat dijadikan pusat bisnis atau bukan. Hal lain yang juga harus dipertimbangkan yaitu arus lalu lintasnya. Arus lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi usaha karena dapat menarik konsumen untuk mengunjungi bisnis tersebut dan bahkan juga memungkinkan konsumen untuk membeli (Utami, 2012:89). Konsumen cenderung memilih bisnis yang yang berlokasi di tempat yang mudah dijangkau, aman dan nyaman, dan memiliki area parkir yang luas.Lokasi yang strategis dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. 2.1.5.2 Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian Loudon dan Bita dalam Utami (2012:75) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu bisnis, antara lain produk, harga, promosi, layanan, dan fasilitas fisik termasuk didalamya lokasi. Produk merupakan tujuan konsumen dalam melakukan sebuah pembelian untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.Kualitas produk menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membuat keputusan pembelian.Konsumen mengharapkan produk yang dapat memuaskan mereka. Produk yang berkualitas tentu telah mengikuti standar dalam proses Universitas Sumatera Utara pembuatannya sehingga dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Konsumen yang puas akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan karena konsumen yang puas dengan kualitas yang diberikan cenderung loyal dan memiliki kemungkinan besar untuk melakukan pembelian ulang secara terus-menerus. Hal ini tentu dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. 2.1.5.3 Hubungan Harga dengan Keputusan Pembelian Menurut Swastha (1997:122), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih toko/penjual. Motif ini sering menjadi latar belakang pembelian konsumen.Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi penjual yang strategis, harga, penggolongan barang, servis yang ditawarkan, toko yang menarik, dan kemampuan tenaga penjualnya. Harga menjadi faktor pertimbangan konsumen dalam pemilihan sebuah produk dan juga keputusan pembelian.Informasi mengenai harga merupakan hal penting untuk diketahui oleh konsumen.Harga suatu produk dapat mencerminkan kualitas dari produk yang bersangkutan. Kualitas produk yang tinggi biasanya akan diikuti dengan harga yang tinggi pula. Disamping itu, sebelum melakukan keputusan pembelian, konsumen biasanya akan membandingkan harga-harga di tempat lain terlebih dahulu. Konsumen cenderung memilih toko yang menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga pesaing. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu (Tjiptono, 1997:152): Universitas Sumatera Utara 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat dan utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Peran alokasi dari harga ini akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk. Berdasarkan peran dari alokasi harga tersebut, konsumen dapat mempertimbangkan terlebih dahulu produk mana yang dapat memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih tinggi dan sesuai dengan daya belinya dari berbagai jenis produk yang ada. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ‘mendidik’ konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Peran informasi dari harga akan memberikan informasi yang dibutuhkan konsumen dalam melakukan evaluasi terhadap suatu produk sebelum melakukan pengambilan keputusan pembelian. Harga mencerminkan kualitas suatu produk, sehingga penetapan harga yang tinggi dapat menyakinkan konsumen bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang lebih baik. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar dan bahan referensi dalam penelitian ini. Adapun beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian ini, antara lain: Ika Putri Iswayanti (2010) dari Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarangmelakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Harga, dan Tempat terhadap Keputusan Universitas Sumatera Utara Pembelian (Studi pada Rumah Makan “Soto Angkring Mas Boed” di Semarang)”.Sampel yang diambil sebanyak 100 responden denganmenggunakan teknik Non-Probability Sampling dengan pendekatan accidentalsampling.Pada pengujian asumsi klasik, model regresi bebasmultikolonieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan berdistribusi normal.Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan, harga dan tempat terhadap keputusan pembelian.Urutan variabel yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi 0,260, kualitas layanan dengan koefisien regresi 0,253,harga dengan koefisien regresi 0,239, dan tempat dengan koefisien regresi 0,206. Septhani Rebeka Larosa (2011)dari Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian pada WarungWarung Makan di Sekitar Simpang Lima Semarang”.Sampel pada penelitian ini sebanyak 80 responden dan teknik yang digunakan adalah teknik Non-probability sampling dengan pendekatan accidental sampling.Dari hasil analisis, faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel harga (dengan koefisien regresi sebesar 0,365), kemudian diikuti variabel lokasi (koefisien regresi sebesar 0,341), dan terakhir adalah variabel kualitas produk (koefisien regresi sebesar 0,292). Bonaventura Efrian Antyadika (2012) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Lokasi, Harga, dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Universitas Sumatera Utara Wong Art Bakery& Café Semarang)”. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden dengan teknik Non probability sampling dengan pendekatan accidental sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi, harga, dan kualitas produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.Urutan secara individu dari masing-masing variabel yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas produk, kemudian harga, dan yang paling rendah adalah lokasi. Tina Susanti (2012) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Waroeng Spesial Sambal Cabang Tembalang, Semarang)”.Sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik Non-probability sampling dengan pendekatan accidental sampling.Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh kualitas produk, harga, lokasi, dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian.Variabel yang paling berpengaruh adalah variabel harga dengan koefisien regresi sebesar 0,252, sedangkan yang paling rendah adalah kualitas produk dengan koefisien regresi sebesar 0,203. Widha Emil Luthfia (2012)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian pada Coffee Shop Kofisyop Tembalang”.Sampel pada penelitian ini sebanyak 75 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.Teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis regresi berganda.Analisis ini meliputi Uji Validitas, Universitas Sumatera Utara Uji Reliabilitas, Analisis Regresi Berganda, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis melalui Uji F dan Uji t, serta analisis Koefisien Determinasi (R²). Secara individual, variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi sebesar 0,374, kemudian diikuti oleh variabel harga dengan koefisien regresi 0,331, dan yang tidak memiliki pengaruh positif adalah variabel kualitas pelayanan dengan koefisien regresi -0,028. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor lokasi, kualitas produk, dan harga merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian pada suatu bisnis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi, kualitas produk dan harga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.Meskipun hasil penelitian terdahulu diatas menunjukkan hasil yang berbeda-beda mengenai faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian, namun ketiga faktor tersebut terbukti memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada objek yang diteliti, sehingga besar pengaruh dari masing-masing faktor tergantung pada kebijakan objek penelitian yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, penentuan kualitas produk, dan penetapan harga. Beberapa penelitian terdahulu diatas juga menambahkan faktor kualitas pelayanan disamping faktor lokasi, kualitas produk, dan harga yang mempengaruhi keputusan pembelian.Namun, tidak semua hasil penelitian Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu N o 1. Peneliti Sumber Ika Putri Iswayanti (2010) Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang 2. Septhani Rebeka Larosa (2011) Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro 3. Bonaventura Efrian Antyadika (2012) Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 4. Tina Susanti (2012) Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang Alat Hasil Penelitian Analisis “Analisis Pengaruh Regresi Hasil penelitian Kualitas Produk, Linier menunjukkan adanya Kualitas Pelayanan, Berganda pengaruh kualitas Harga, dan Tempat produk, kualitas terhadap Keputusan pelayanan, harga dan Pembelian (Studi tempat terhadap pada Rumah Makan keputusan pembelian. “Soto Angkring Mas Boed” di Semarang)” “Analisis Pengaruh Regresi Hasil penelitian Harga, Kualitas Linier menunjukkan bahwa Produk, dan Lokasi Berganda terdapat pengaruh Terhadap Keputusan harga, kualitas Pembelian pada produk, dan lokasi Warung-Warung terhadap keputusan Makan di Sekitar pembelian Simpang Lima Semarang”. “Analisis Lokasi, Regresi Hasil penelitian Harga, dan Kualitas Linier menunjukkan bahwa Produk terhadap Berganda lokasi, harga, dan Keputusan Pembelian kualitas produk (Studi pada Wong Art memiliki pengaruh Café positif dan signifikan Bakery& Semarang)” terhadap keputusan pembelian. “Analisis Pengaruh Regresi Hasil penelitian Kualitas Produk, Linier menunjukkan bahwa Harga, Lokasi, dan Berganda terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan kualitas produk, terhadap Keputusan harga, lokasi dan Pembelian (Studi kualitas pelayanan pada Waroeng terhadap keputusan Judul Penelitian Universitas Sumatera Utara 5. Widha Emil Luthfia (2012) Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang Spesial Sambal pembelian Cabang Tembalang, Semarang)” “Analisis Pengaruh Regresi Hasil penelitian Kualitas Produk, Linier menunjukkan bahwa Kualitas Layanan, Berganda terdapat pengaruh dan Harga terhadap positif antara kualitas Keputusan Pembelian produk, dan harga pada Coffee Shop terhadap keputusan Kofisyop pembelian. Tembalang” Sedangkan kualitas pelayanan tidak memiliki pengaruh positif. Sumber: Peneliti-peneliti terdahulu 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diatas, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut: Gambar 2.3 : Model Kerangka Pemikiran Lokasi (X1) H1 H2 Kualitas Produk (X2) H4 Keputusan Pembelian (Y) H3 Harga (X3) Sumber: Pengembangan Konsep Peneliti Universitas Sumatera Utara