konsepsi perencanaan organisasi ruang islami

advertisement
KONSEPSI PERENCANAAN ORGANISASI RUANG ISLAMI
Sri Puji Astuti
Prodi D-III Teknologi Batik, Fakultas Batik, Universitas Pekalongan
[email protected]
Abstrak
Public housing issue in Indonesia, particularly in the urban area, has become a widely discussed
issue, whether related to land limitation, increasing price, or the developer promises that
sometimes differ from the existing facts. Whatever the problem is, the housing requirements for
the predominantly Moslem population should be the major consideration, before other aspects are
considered. The fact is that this matter has been neglected due to the consideration of bigger
people needs. Other than that, the highly increasing price should be reconsidered because it is
related to purchasing power of the people. In other words, in the end, people do not always have an
option to choose the best they think because at the same time they have to fulfill their basic needs.
This writing attempts to provide an alternative concept that can be applied in creating a conducive
housing for Moslem families. It is expected that this concept can be applied in the general
housing planning.
Key words: rooms, housing, Moslem
terpacu untuk berakhlak dan beramal
Pendahuluan
ibadah sebagaimana yang di-gariskan
Mayoritas
adalah
penduduk
pemeluk
Indonesia
agama
Islam.
oleh aturan agama.
Fenomena
kebutuhan
mayoritas
Pegangan utama pemeluk agama
penduduk yang mayoritas beragama
Islam dalam kehidupan sehari-hari
Islam
adalah bersumber pada Al-Qur'an
sebagai sebuah keadaan yang perlu
dan Hadits. Rumah tinggal sebagai
dipikirkan. Banyak iklan perumahan
wadah untuk melakukan aktivitas
yang
dalam kehidupan sehari-hari para
ditawarkan
pemeluk
idealnya
Islami, tetapi sesungguhnya hanya
kehidupan
sekedar nama atau iming-iming.
dapat
agama
Islam,
mengakomodasi
tersebut
jarang
mengklaim
adalah
disentuh
bahwa
yang
rumah
yang
Islami penghuninya yang berdasar
Pada
Al-Qur'an
Dengan
demikian. Rumah Islami tidak hanya
demikian, rumah tinggal tersebut
sekedar rumah yang menyediakan
menjadikan penghuninya semakin
area untuk sholat bagi anggota
dan
Hadits.
kenyataannya
tidaklah
106
keluarganya, bukan pula
sekedar
tinggal
yang
Islami.
sebuah rumah yang cukup dihias
demikian,
dengan ornamen-ornamen kaligrafi
dalam
atau bercat hijau dan sebuah warna
aturannya
yang identik dengan Islam. Pada sisi
apabila
yang lain, baik Al-Qur'an maupun
aturan-aturan yang terdapat dalam
Hadits
Al-Qur'an dan Hadits.
tidak
secara
eksplisit
rumah
Dengan
bentuk
tinggal
fisik
tetapi
Islami
tidak
ada
terekspresikan
penghuninya
mengikuti
menyebutkan bagaimana sesungguh-
Melihat perbandingan keadaan yang
nya rumah tinggal yang Islami.
sudah dikemukakan di atas dan
Dengan kata lain, batasan tentang
ketiadaan sumber yang memberikan
rumah
standar yang pasti, akhir-nya muncul
tinggal
Islami
tak
terdefinisikan secara tegas, bahkan
keraguan
oleh sumber utamanya sekalipun,
SESUNGGUHNYA
RUMAH
yaitu
TINGGAL
ISLAMI
Al-Qur'an
dan
Hadits.
dan
per-tanyaan:
YANG
Al-Qur'an dan Hadits memang tidak
APAKAH PERLU DIPIKIRKAN?
mengatur bentuk fisik sebuah rumah
SESUNGGUHNYA
tinggal
STANDAR ORGANISASI RUMAH
yang
Islami
tetapi
ADAKAH
mengaturnya dalam bentuk atur-
TINGGAL YANG ISLAMI ?
an-aturan dalam berperilaku sehari-
Apakah perlu atau tidak perlu sebuah
hari sebagai anggota keluarga dan
organisasi
masyarakat. Apabila aturan-aturan
dipikirkan, pada akhirnya terpulang
itu sudah mendarah daging menjadi
pada
norma-norma yang mengendalikan
penggunanya. Sebagian orang yang
setiap tindakan maka dengan sen-
tidak peduli pada hal tersebut ke-
dirinya
perilaku kita adalah pe-
mungkinan akan mengatakan bah-wa
rilaku yang Islami, baik di dalam
hal tersebut hanya membuang-buang
rumah
waktu, apalagi dalam AI-Qur'an dan
maupun
di
lingkungan
rumah
masing
masyarakat. Berperilaku Islami, di
Haditspun
dalam sebuah rumah tangga adalah
eksplisit.
tinggal
masing
tidak
diatur
Islami
individu
secara
dasar untuk mewujudkan rumah
107
Berpijak pada keadaan bahwa pada
dekonstruksi dan interpretasi suatu
prinsipnya membentuk akhlak Islami
permasalahan dan tidak menjawab
diawali
dari
terkecil
pertanyaan (Agus Sachari, 2005).
dalam
sebuah
yaitu
Merujuk pada teori yang digagas
akh-lak
oleh Derrida bahwa suatu obyek atau
Islami dalam sebuah keluarga akan
teks cukup diamati dan diintepretasi
lebih sempurna bila diwadahi oleh
„jejak-jejaknya‟,
wadah (rumah) yang Islami pula.
direfleksikan melalui pembenaran
Begitu
juga
konsep.
Islami
dengan
keluarga.
komunitas
masyarakat
Pembentukan
sebaliknya,
Akhlak
sendirinya
akan
kemudian
Dalam
awam/sederhana
bahasa
bahwa
mencari wadah yang Islami pula.
namanya
Dalam posisi Islam sebagai agama
identik
mayoritas maka keadaan tersebut
terhadap suatu permasalahan. Dasar-
sangat memberikan kontribusi bagi
dasar teori yang ada prinsipnya
pembentukan kualitas masyarakat
bukan untuk menjawab pertanyaan
yang lebih baik.
tetapi untuk melakukan dekonstruksi
dan
discourse
yang
dengan
analysis
kajian
interpretasi
ini
pustaka
terhadap
Metode Penelitian
permasalahan/atau fenomena yang
Tulisan ini merupakan studi pustaka
ada.
tentang sebuah aturan yang belum
Sedangkan untuk tahap selanjutnya
tersistemkan dengan jelas. Metode
dari penelitian ini, dapat mengambil
yang digunakan dalam penelitian
kasus yang terjadi sekarang ini, yaitu
adalah
wacana
rumah-rumah tinggal yang ada di
Hakekat
suatu permukiman atau pemukiman
metode
(discourse
analisis
analysis).
metode ini adalah mengutamakan
tertentu.
pengamatan kritis dan kepustakaan
yang memadai. Metode ini tidak
dikatagorikan
sebagai
penelitian
kualitatif maupun kuantitatif. Metode
ini
merupakan
suatu
proses
108
Hasil Pembahasan
Allah akal yang seharusnya dapat
Standar Organisasi Ruang Rumah
digunakan untuk memahami atur-
Tinggal Islami
an-aturan yang sudah digariskan-Nya
alat
dalam Al-Qur'an dan Hadits sebagai
pengamanan bagi manusia, bukan
pelengkapnya. Demikian yang terjadi
sebagai benteng tetapi pelindung
dalam
yang
organisasi ruang rumah Islami.
Rumah
tinggal
harus
adalah
membuka
diri
dan
proses
mencari
standar
menyatu sebagai bagian dari ling-
1. Konsepsi menurut kebudayaan
kungannya. Di dalam rumah dan
masyarakat muslim
lingkungannya manusia dibentuk dan
berkembang menjadi manusia yang
berkepribadian.
Rumah
juga
membentuk ketenteraman hidup dan
sebagai pusat kegiatan berbudaya
(Siswono Yudohusodo, 1991).
Langkah
terbaik
dalam
proses
mencari standar organisasi ruang
rumah tinggal Islami adalah mencari
jejak arsitekturalnya di jazirah Arab,
tempat awal berkembangnya Islam.
Dalam hal ini terdapat masalah
Sedemikian luasnya batasan tentang
bahwa budaya masyarakat dan iklim
rumah
di
tinggal
dan
sedemikian
wilayah
tersebut
memiliki
beratnya tugas rumah tinggal untuk
karakteristik tersendiri yang belum
menjadikan penghuninya berbudaya.
tentu dapat dijadikan standar secara
Dalam
umum.
kaitannya
dengan
Disamping
itu
jejak
menciptakan budaya tinggal sebagai
arsitektural yang dimaksud tidak
muslim yang kaffah maka rumah
pemah
tinggal Islami idealnya mempunyai
meninggalkan
standar-standar
menciptakan sebuah rumah tinggal
fisik
yang
dapat
dijadikan acuan.
Seperti
tetapi
tidak
dikemukakan
arsitekturalnya,
sebelumnya bahwa Al-Qur'an dan
tempat ibadah.
Hadits
sudah
ada.
tidak
mengatur
secara
eksplisit standar organisasi ruang
rumah Islami. Manusia dikaruniai
Islam
dasar
meninggalkan
kecuali
hanya
dalam
jejak
masjid/
Turunnya Al-Qur'an di jazirah Arab
pada prinsipnya memperbaiki budaya
109
masyarakat wilayah tersebut untuk
Dalam
menuju pada kualitas terbaiknya
disebutkan bahwa : “Wahai Nabi,
sebagai khalifah di muka bumi.
katakanlah
Budaya
anak anak perempuanmu dan istri-
yang
menjerumuskan
QS.AI-Ahzab
kepada
:
59
istri-istrimu,
masyarakat
diharamkan
untuk
istri orang beriman”, “Hendaklah
dilakukan,
sedangkan
yang
mereka mengulurkan jilbabnya ke
membawa pada kebaikan dianjurkan
seluruh tubuh mereka”. “Yang de-
bahkan diwajibkan.
mikian itu supaya mereka lebih
Diantara
budaya
dipelihara
yang
tetap
budaya
tidak diganggu."
sebagai
Dengan adanya hijab ini maka
dijaga
wanita terhalang dari penglihatan
kesuciannya.
laki-laki selain muhrimnya. Aplikasi
adalah
menempatkan
manusia
wanita
yang
kehormatan
Budaya
harus
dan
ini
pada
memunculkan
Hijab/tabir
akhirnya
istilah
dalam
mudah dikenal, karena itu mereka
hal
budaya
hijab
dalam
kedudukan
hijab.
menjaga kesucian dan kehormatan
ini
wanita, dalam budaya tinggal di
mengandung pengertian tirai penutup
dalam
atau sesuatu yang memisahkan /
AI-Ahzab:
membatasi, baik berupa tembok,
meminta sesuatu (keperluan) kepada
bilik, korden, kain dan lain-lain
mereka (istri- istri Nabi), maka
(Mulhandy Ibn Haj dkk, 1992).
mintalah dari belakang tabir. Cara
Sedangkan hijab dalam kaitannya
yang demikian itu lebih suci bagi
dengan
hatimu dan hati mereka."
dengan
pakaian
adalah
pengertian
sejajar
rumah
diperkuat
53:"Apabila
QS.
kamu
pemakaian
Diceritakan dari `Uqbah bin Amir ra,
kerudung atau jilbab yang hukumnya
ia berkata bahwa Rasulullah pemah
sunnat
bersabda:
bagi
wanita
mukminat.
Dengan kata lain, penerapan hijab
dalam
pengertian
adalah
untuk
kerudung/jilbab
perlindungan
dan
kehormatan bagi wanita itu sendiri.
"Hindarkanlah
dirimu,
jangan
sampai kamu memasuki suatu rumah
yang di dalamnya ada wanitanya,
110
lalu salah seorang dari sahabat
kultur seperti itu. Karena budaya
Anshar
"Wahai
hijab mengandung nilai positif bagi
Rasulullah, bagaimana pendapatmu,
kesucian dan kehormatan wanita
bila di dalamnya itu ada ibu
maka
mertua?"
sebagai
bertanya:
Beliau
bersabda:
"(Meskipun) ibu mertua itu mati"
(HR. Mutta-faq'Alaih).
Aturan-aturan
tersebut
anjuran
menegaskannya
yang
sebaiknya
dilaksanakan.
Hijab dalam aplikasi arsitektural
yang
berangkat
Al-Qur'an
dianjurkan
budaya
yang tegas zona publik yang identik
masyarakat Arab tentang persepsi
dengan zona laki-laki (birun) dan
publik dan privat. Masyarakat Arab
zona privat untuk wanita (anderun).
tidak memiliki konsep tentang zona
Bentuk sederhana pemisahan zona
privat
laki-laki
selain
dari
pada prinsipnya adalah pemisahan
tubuhnya,
mereka
dengan
wanita
adalah
bersikap ekstrim terhadap batasan
dengan menggantungkan tabir atau
publik
Dalam
kain hitam pada batas zona tersebut.
dengan
arsitektural,
Rumah-rumah yang lebih miskin
area
dinyatakan
tidak memisahkan ruang untuk tamu,
sebagai zona publik maka setiap
tetapi ruang untuk kepala keluarga
orang berhak untuk
ditempatkan dekat
dan
hubungannya
apabila
privat.
suatu
kannya
secara
memanfaatmaksimal
sebagaimana ketentuannya. Misal,
seseorang
tidak
berhak
marah
apabila dihadapkan pada kondisi
bahwa orang lain berada terlalu dekat
dengan
tubuhnya
padahal
space
cukup luas.
dengan pintu
masuk.
Jika pada akhimya muncul budaya
pemisahan area wanita sebagai satu
group atau dikenal dengan nama
harem/
harim,
hal
ini
bukan
merupakan hak istimewa bangsa
Arab
atau
peradaban
muslim.
Dapat kita bayangkan apabila hijab
Pemisahan tersebut terjadi karena
bagi
diberlakukan
gaya hidup, muncul ketika suku-suku
dalam masyarakat yang memiliki
Arab mulai tinggal di pusat-pusat
wanita
tidak
111
kota, terjadi kira-kira 150 tahun
pada Tabel 1 (lihat lampiran).
setelah
Sedangkan dalam aplikasi fisiknya
Rasulullah
wafat
(Mona
AlMunajjed, 1997).
Zein
2. Konsepsi menurut beberapa
teori
mengacu
pada
pembagian ruang versi Barat oleh
Woods Kennedy (lihat Tabel 2
lampiran).
Di bawah ini merupakan intisari
beberapa teori yang berkaitan dengan
rumah
Moedjijono
tinggal
dikemukakan
Islami
oleh
yang
beberapa
peneliti/penulis yang intens pada
masalah tersebut.
Pada Tabel 1 disebutkan bahwa
konsepsi
terbagi
sebuah
rumah
menjadi
Islami
Konsepsi
Non
Fisik/Abstrak yang diaplikasikan
pada Perwujudan Fisik. Konsepsi
non
fisik/abstrak
memberikan
a). Zein Moedjijono
tekanan pada hablum minallah yang
Zein Moedjijono dalam makalahnya
diwujudkan dalam bentuk rumah
yang dimuat di Bunga Rampai
yang mendukung aktifitas beribadah
Arsitektur ITS (Josef Priyotomo dkk,
penghuninya,
1997) mendefinisikan bahwa rumah
ruang-ruang yang mem-perhatikan
Islami adalah berlandaskan pada tata
arah
nilai/ tata laku masyarakat muslim
ornamentasi
yang mengacu pada Al-Qur'an dan
aturan agama, berpenampilan bersih
Hadits. Dengan demikian konsepsi
(tidak kumuh atau rusuh).
rumah Islami (rumah muslim) ber-
Konsep
landaskan pada ajaran Islam hablum
diwujudkan
minallah, hablum minan-nas wa
ruang untuk tamu, ruang untuk
hablum
kegiatan
bersama,
ruang
bersifat
privasi,
baik
minal'alamien,
mengandung
arti
yang
keserasian/
misal
kiblat,
perencanaan
ada
yang
mushola,
mengindahkan
hablum
minannas
dalam
ketersediaan
yang
untuk
keselarasan hubungan secara Islami
anak-anak dengan jenis kelamin
antara manusia dengan Allah, de-
yang berbeda maupun untuk orang
ngan sesamanya dan dengan alam
tua. Sebagai catatan bahwa tamu
lingkungannya. Hal ini dapat dilihat
112
memiliki kedudukan yang istimewa
organisasi ruang-ruang yang terbagi
dalam setiap rumah tangga Islami
atas ruang publik, semi publik, privat
berkaitan dengan hablum minannas,
dan operatif. Dengan kata lain,
sebagaimana dikuatkan oleh Hadits
pembagian zona
sebagai berikut.
untuk
Abu Syuraih(Chuwailid) bin Amru
Alchuza'i
r.a
berkata
:
Saya
mendengar Rasulullah bersabda :
"Sia-pa yang percaya kepada Allah
dan
hari
menghormati
kemudian,
harus
tamunya
bagian
tersebut
mendukung
adalah
privasi
masing-masing pelaku kegiatannya
tanpa meninggalkan keakraban yang
harus tetap terjalin dalam sebuah
rumah tinggal, baik antar anggota
keluarga
maupun
dengan
lingkungannya.
istimewanya. Sahabat bertanya :
Meskipun terdiri dari 4 (empat) zona
Apakah keistimewaannya ? Jawab
tetapi pada prinsipnya terdapat satu
Nabi : yaitu bagiannya pada hari
pembagian yang jelas antara ruang
dan malam pertama. Dan hormat
untuk tamu dan ruang-ruang untuk
tamu itu sampai tiga hari kemudian
keluarga. Ruang tamu dipisahkan
selebih-nya
dari ruang-ruang untuk keluarga,
dari
itu,
maka
itu
sedekah." (HR.-Buchary, Muslim)
Sedangkan
konsep
hablum
minal'alamien
diwujudkan
pada
pemanfaatan lingkungan alam sekitar
dengan maksimal, misalnya pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan
lingkungan sekitar sebagai wujud
rasa syukur kita kepadaNya yang
telah
menyediakannya
untuk
ummatNya.
sedangkan ruang tidur untuk tamu
disatukan zonanya dengan ruang
privat keluarga.
b). Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan dalam bukunya
yang
Rumah
berjudul
Tangga
"Pernik-
pernik
Islami"
(1997),
memberikan patokan dasar rumah
tinggal
Islami
dalam
pengertian
secara non fisik/ abstrak maupun
Pada Tabel 2 (lihat lampiran),
dalam perwujudan fisik. Non fisik
sebuah
(abstrak) adalah dalam kaitannya
rumah
Islami
memiliki
113
dengan standar perilaku menurut
Ruang publik diperuntukkan bagi
Islam. Sedangkan perwujudan fisik
ruang laki-laki (birun), sedangkan
merupakan
yang
ruang privat adalah untuk ruang
diharapkan dapat mengakomodasi
wanita (anderun). Dalam masyarakat
kebutuhan non fisik.
Islam, wanita memiliki kedudukan
refleksi
wadah
Konsepsi Cahyadi Takariawan dapat
dilihat pada Tabel 3 (lihat lampiran).
Konsepsi tersebut tidak memberikan
penjelasan detil ten-tang pembagian
zona,
tetapi
lang-sung
mengaplikasinya pada wujud yang
diidealkan.
Pada
prinsipnya
perwujudan rumah tinggal Islami
yang
dikonsepkan
adalah
yang
memegang prinsip hijab.
bukunya
yang
berjudul
Vernacular Architecture The House
and
Society
(1989),
disebutkan
bahwa berdasar budaya masyarakat
Arab yang membedakan dengan
tegas kehidupan pribadi dan sosial
maka pembagian ruang dalam rumah
tinggal
Islami
terbagi
atas
kepentingan publik dan privat. Hal
ini berbeda dengan pembagian ruang
gaya
Eropa
yang
aktivitas-aktivitas
terbagi
khusus
atas
seperti
ruang tidur atau ruang makan dan
lain-lain.
laki-laki yang bukan mahram-nya.
Oleh karena itu wanita ditempatkan
pada ruang yang disebut harim,
haram atau harem, hal ini mengacu
pada pengertian sacred area (tempat
/ area suci). Di harem, ruang dalam
tidak difungsikan spesifik, ruangruang dapat digunakan untuk banyak
keperluan
seperti
makan,
tidur,
berekreasi dan untuk tugas- tugas
c). Guy T.Petherbridge
Dalam
terhormat untuk tidak terlihat oleh
domestik.
Rumah yang memiliki court-yard
adalah yang paling ideal untuk
konsep
pembagian
yang
tegas
kehidupan sosial dan pribadi. Bagian
depan rumah terlihat jelas tetapi
interior courtyard tetap merupakan
tempat keluarga melakukan tugas
dan pekerjaannya dengan leluasa
yang terlindungi dari angin, debu,
matahari dan terutama terlindungi
dari
pandangan
laki-laki
bukan
mahram yang berada di luar rumah
tersebut.
114
Berkaitan dengan jalan masuk ke
pusat wanita bergaul. Pintu yang
dalam rumah, maka rumah tinggal
digunakan untuk serambi dan ke
Islami membedakan jalan masuk
dapur juga dibedakan.
untuk wanita dengan yang lainnya.
d). Mohamad Tajuddin
Mohammad
Simpulan :
Dari
Tajuddin,
seorang
teori-teori
dikemukakan
yang
sebelumnya,
sudah
pada
profesor di University Teknologi
prinsipnya hal utama yang menjadi
Malaysia yang ahli dalam teori dan
patokan
sejarah
rumah tinggal Islami adalah :
arsitektur
Islam,
dalam
http://www.tajuddin.cjb.net
perancangan
organisasi
1. Privasi yang mengacu pada
menyebutkan bahwa rumah tinggal
prinsip hijab. Perbedaan kultur
Islami adalah rumah yang dapat
antara masyarakat di jazirah Arab
berfungsi sebagai masjid, sebagai
sebagai wilayah munculnya kultur
tempat
hijab (yang kemudian dikuatkan
melayani
masyarakat,
tempat
menampung
manusia
dari
perkawinan
(tempat
sebelum
siklus
sejak
hingga
mayat
tamu
dan
yang
dapat
Al-Qur'an)
dengan
kehidupan
masyarakat Indonesia yang relatif
kelahiran,
lebih fleksibel, maka aplikasi
ke-matian
hijab dalam organisasi rumah
disemayamkan
dikuburkan).
oleh
Sedangkan
aspek perancangannya yang utama
tinggal
Islami
yang universal
adalah :
●terlindunginya
kegiatan
yang
adalah privasi, hal ini berkaitan
dilakukan oleh para anggota
dengan
keluarga dari pandangan umum,
prinsip
hijab
yang
membedakan ruang untuk laki-laki
dan wanita.
bersama
Dalam rumah Melayu tradisional,
ruang laki-laki adalah di serambi
atau
anjung
●tersedianya ruang untuk kegiatan
rumah.
Sedangkan
dan
ruang
untuk
kegiatan yang bersifat privasi
untuk
masing-masing
jenis
kelamin,
rumah ibu dan rumah dapur menjadi
115
●tersedianya ruang untuk
tamu
perlu diutamakan. Dengan adanya
yang bukan mahram sebagai
ruang
bentuk aplikasi perbedaan fungsi
seluruh anggota keluarga untuk
yang tegas antara ruang yang
berkumpul dan saling nasehat
digunakan untuk umum (tamu)
menasehati dalam kebaikan.
dengan ruang untuk keluarga
rumah
harus
dipikirkan
tinggal
Islami
memungkinkan
4. Ragam Hias. Pemanfaatan ragam
2. Orientasi kiblat. Hal utama lain
yang
tersebut
hias yang dipajang di rumah
dalam
tinggal
adalah
merupakan
sebaiknya
bukan
gambar
makhluk
orientasi kiblat pada ruang-ruang
hidup,
tertentu. Orientasi kiblat disini
binatang, karena setan sangat
mengandung
untuk
menyenangi media ini sebagai
menghormati kiblat sebagai arah
rumahnya. Hal ini diperkuat oleh
sholat ummat Islam, sehingga
Hadits sebagai berikut :
ruang
untuk
Ibn „Abbas r.a berkata : Rasulul-
sebaiknya
lah s.a.w. bersabda: “Mereka
arti
yang
sholat
digunakan
jama'ah
baik
manusia
memudahkan penghuninya untuk
yang
menghadap
disiksa pada hari kiamat dan
kiblat;
posisi
wc
membuat
maupun
gambar
akan
sebaiknya tidak menghadap atau
diperintah-kan
membelakangi kiblat; ruang tidur
menghidupkan apa yang kamu
apabila sekaligus digunakan untuk
buat
ruang sholat sebaiknya penataan
Muslim).
perabotnya
penghuni
memudahkan
untuk
menghadap
kiblat.
ruang
(HR.
Buchary,
lingkungan.
Hal-hal yang berkaitan dengan
sekitar,
lingkungan
alam
sebaiknya
juga
Allah
sudah
cukup
diperhatikan.
sholat
menyediakan pencahayaan dan
jama'ah, mengaji dan kumpul
penghawaan yang cukup untuk
keluarga juga merupakan hal yang
ummat-Nya,
menampung
yang
"
Pemanfaatan
pemanfaatan
3. Mushola. Keberadaan mushola
atau
5.
itu.
supaya
kegiatan
seyogyanya
kita
116
mampu
pada
mengaplikasikan-nya
hunian.
perwujudan
Selain
rasa
sebagai
syukur
atas
rumah dari pandangan umum atau
tamu yang datang, ruang-ruang
yang
dibedakan
atas
ruang
karuniaNya, pada dasarya segala
bersama dan ruang-ruang pribadi
sesuatu yang sifatnya alami akan
serta ruang-ruang yang dibedakan
lebih menyehatkan daripada yang
untuk
imitasi.
kelamin.
6. Pada prinsipnya rumah tinggal
masing-masing
sebuah
jenis
Bagaimana
keluarga
dengan
yang
hanya
Islami adalah rumah yang dapat
memiliki rumah kecil ?
mengakomodasi
kebutuhan
Dengan luas rumah tinggal yang
aktivitas penghuni baik dalam
sangat terbatas, apakah mungkin
beribadah,
mengaplikasikan organisasi ruang
berinteraksi
sesama
anggota keluarga dan interaksi
yang
dengan masyarakat menurut adab
diperhatikan, untuk mengatasinya
yang telah diatur dalam Al-Qur'an
hal-hal
dan Hadits, sehingga dapat meraih
adalah:
kemuliaan
●penerapan hijab dari pandangan
akhlak
sebagai
Islami?
Yang
yang dapat
perlu
dilakukan
tanggungjawab manusia selaku
umum
khalifah di muka bumi.
menerima tamu laki-laki yang
Rekomendasi :
atau
tamu,
sehingga
bukan mahram dapat dilakukan
di teras
1. Keterbatasan ruang dan lahan.
Teori-teori
yang
telah
●penempatan
pintu
keluar
danmasuk
yang
dikemukakan sebelumnya dapat
penghuni
(terutama
memberikan persepsi pada kita
dapat nyaman keluar dan masuk
bahwa
ke
idealnya
rumah
tinggal
memiliki
area
Islami
yang
dalam
memenuhi
tepat
rumah
agar
wanita)
untuk
kepentingannya
cukup bahkan luas. Hal ini dilihat
sekalipun
dari prinsip hijab yang antara lain
laki-laki yang bukan mahramnya
:
menjaga
kegiatan
sedang
ada
tamu
penghuni
117
●ruang-ruang yang harus terjaga
privasinya adalah ruang tidur
untuk
orang
perempuan
tua,
dan
anak
pembantu
perempuan (apabila ada).
●penciptaan ruang multi fungsi
untuk kegiatan bersama akan
sangat
membantu
keterbatasan
misal
luas
ruang
mengatasi
yang
makan,
ada,
ruang
3. Salim Bahreisy, 1986. Tarjamah
Riadhus Shalihin. PT. Alma'arif,
Bandung.
4. Mulhandy Ibn Haj, dkk, 1992.
Enam Puluh Satu Tanya Jawab
tentang
Jilbab. Espe Press,
Bandung.
5. Zein Moedjijono, 1998. “Laporan
Penelitian Konsepsi Arsitektur
Rumah Muslim”. FTSP–ITS,
Surabaya.
6.
Moh.Tajuddin.
http//www.tajuddin.cjb.net
7.
Guy T. Petherbridge, 1989.
Vernacular Architecture
The
House and society. Thames and
Hudson, London.
keluarga dan dapur bergabung
menjadi satu; penciptaan ruang
multi fungsi ini dapat didukung
dengan penciptaan perabot multi
fungsi pula.
2. Ragam hias. Ragam hias atau
gambar-gambar
yang
dapat
kaligrafi
berupa
gambar
dipajang
pemandangan
atau
alam.
Selain itu, penampilan rumah dan
ruang-ruang yang selalu terjaga
kebersihannya juga tidak dapat
diabaikan
karena
kebersihan
adalah sebagian dari iman.
***
DAFTAR PUSTAKA :
1. Al-Qur'anul Kariem
8. Josef
Prijotomo,
dan Mas
Santosa, 1997. Bunga Rampai
Arsitektur
ITS. FTSP-ITS,
Surabaya.
9. Sri Puji Astuti, 2002. Tesis :
“Rumah Tinggal Etnis Keturunan
Arab di Pekalongan”, Magister
Teknik
Arsitektur
–Undip,
Semarang.
10.Cahyadi
Takariawan,
1997.
Pernak-Pernik Rumah Tangga
Islami. Intermedia, Solo.
11.Siswono Yudohusodo, 1991.
Rumah Untuk Seluruh Rakyat.
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta.
2. Mona AlMunajjed, 1997. Woman
in Saudi Arabia Today. Mac
Millan Press Ltd, London.
118
Download