KAJIAN STRATEGI PEMASARAN IKAN ASAP

advertisement
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN IKAN ASAP (Smoked
Fish)
DI UKM PETIKAN CITA HALUS CITAYAM - BOGOR
USEP SUHENDAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
laporan akhir saya yang berjudul:
“Kajian Strategi Pemasaran Ikan Asap (smoked fish) di UKM Petikan Cita Halus
Citayam – Bogor”
Merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan
pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan
rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,
Desember 2008
Usep Suhendar
F052050045
ABSTRACT
Usep Suhendar. Study on Marketing Strategy of Smoked Fish Processing
at Petikan Cita Halus Citayam Company – Bogor. Under direction of
Soewarno T. Soekarto and Nurheni Sri Palupi.
Petikan Cita Halus Company which categorized as a small entreprise has
been producing smoked fish since 2001. This company owned by Haji Amril
Lubis and produce various smoked fish from cat fish, tunas, marlin, skipjack,
mackerel and stingray. The aims of this research are to analyse the marketing
strategy of smoked fish processing of Petikan Cita Halus Company and to
determine the company’s marketing strategy in dealing with other competitors.
This research has objective to give some information to the company in
determining the right strategy to win the market competition.
Based on data, the total production of smoked fish approximately 3
tons/year. It is still not fulfilled the company’s full capacity that reach 120
tons/year. This caused by the low selling value of smoked fish so that the
management decide not to take product optimalisation strategy into
consideration. Refer to cost analysis, in 2007, the company’s benefit has
decreased about 31.41% than in 2006. This caused by the decrease of selling
value in 2007 about 35.21% than in 2006. But in the other side the profit margin
in 2007 increased 0.65% than in 2006. Based on industry analysis, it concludes
that the processing industry has strategy factor at fair level which means that the
market is still open and has a big potential to develop related to raw material
supply factor. Based on SWOT analysis, The increasing of fuel price, material
supply and product quality as the factors that become very dominant in
influencing continuity and activity of enterprises. The marketing strategy that
used by the company’s management has not at optimal level yet. This indicates
by the lower profit and selling value in 2007 than in 2006.
RINGKASAN
Petikan Cita Halus (PCH) merupakan perusahaan Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang memproduksi ikan asap. Perusahaan ini didirikan oleh
Haji Amril Lubis dengan melibatkan anggota keluarga sebagai personel yang
menjalankan kegiatan usahanya. Saat ini, produk yang dihasilkan antara lain
ikan asap tuna, Marlin, cakalang, layang, pari, patin, dan lele.
Persoalan
utama
yang
dihadapi
perusahaan
adalah
rendahnya
permintaan ikan asap di pasar dalam negeri sehingga keuntungan yang didapat
perusahaanpun jauh dibawah angka yang diproyeksikan.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji strategi pemasaran UKM Petikan
Cita Halus – Citayam Bogor, serta merumuskan strategi pemasaran perusahaan
yang tepat dalam menghadapi intensitas persaingan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi
menejemen perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran tepat sehingga
mampu bertahan dan berkembang.
Berdasarkan hasil pengamatan, produksi ikan asap UKM Petikan Cita
Halus yaitu sekitar 3 ton, jauh dibawah kemampuan produksi perusahaan yaitu
sekitar 120 ton per tahun. Kondisi ini akibat dari rendahnya tingkat penjualan
ikan asap sehingga pihak perusahaan tidak berani bersepekulasi untuk
mengoptimalkan produksi.
Strategi pemasaran yang dijalankan oleh UKM Petikan Cita Halus belum
optimal sehingga nilai penjualan pada tahun 2007 mengalami penurunan
sebesar 35,21% dibandingkan nilai penjualan pada tahun 2006 akibatnya pada
tahun 2007 keuntungan perusahaan turun sebesar 31,41%. Disisi lain, profit
margin (laba bersih dibandingkan dengan nilai penjualan) pada tahun 2007
mengalami peningkatan sebesar 0,65% dibandingkan tahun 2006. Hal ini
menunjukkan bahwa pada periode tersebut perusahaan dapat mengupayakan
efisiensi biaya.
Berdasarkan hasil analisis SWOT dan analisis Industry Foresight,
strategi pemasaran adalah :
a)
Strategi efisiensi yang ditujukan untuk mengefisiensikan pengeluaran untuk
memperoleh keuntungan optimal.
b)
Strategi blue ocean dilakukan dengan mengembangkan dan memperbanyak
faktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan tapi tidak dimiliki oleh para
pesaing sehingga produknya unik.
c)
Strategi membangun kemitraan strategis (strategic partnership) dilakukan
terutama dengan para pembudidaya ikan atau para pemasok ikan dalam
ikatan kerjasama yang saling menguntungkan. Strategi ini ditujukan untuk
menjaga kelangsungan pasokan bahan baku.
d)
Strategi pengembangan dan perluasan pasar produk ikan asap UKM
Petikan Cita Halus dilakukan melalui kerjasama dengan pemodal (investor)
untuk membangun outlet-outlet penjualan ikan asap. Kerjasama ini bisa
dalam bentuk franchise (waralaba) atau bentuk kerjasama lainnya yang
saling menguntungkan.
e)
Strategi Pemilihan Produk Utama ditujukan untuk mencari produk yang
menghasilkan keuntungan maksimal dilihat dari segi biaya dan respon
konsumen. Dari hasil kombinasi tersebut dapat disimpulkan antara lain:
• Ikan pari merupakan produk utama yang mempunyai margin yang tinggi
dengan prospek pemasaran yang lebih baik.
• Ikan asap lainnya sebagai alternatif adalah ikan patin, ikan tuna dan ikan
lele karena selain memiliki margin dan permintaan yang cukup tinggi juga
ketersediaan bahan bakunya relatif mudah.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN IKAN ASAP (Smoked Fish)
DI UKM PETIKAN CITA HALUS CITAYAM - BOGOR
USEP SUHENDAR
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Tugas Akhir
UKM
: Kajian Strategi Pemasaran Ikan Asap (Smoked Fish) di
Petikan Cita Halus Citayam - Bogor
Nama Mahasiswa
: Usep Suhendar
Nomor Pokok
: F052050045
Program Studi
: Industri Kecil Menengah
Disetujui
Komisi Pembimbing,
Prof.Dr. Soewarno T. Soekarto, MSc
Ketua
Dr.Ir. Nurheni S. Palupi, MS
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Industri Kecil Menengah,
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Notodiputro, MS
Tanggal Lulus : 2 Desember 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Khairil A.
Tanggal Ujian :
PRAKATA
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, laporan tugas akhir yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program
Studi Industri Kecil Menengah ini berhasil diselesaikan.
Tugas akhir dengan judul
Kajian Strategi Pemasaran Ikan Asap
(Smoked Fish) Di UKM Petikan Cita Halus Citayam – Bogor ini dipilih dengan
tujuan untuk mengkaji strategi pemasaran usaha pengolahan ikan asap UKM
Petikan Cita Halus – Citayam Bogor, serta merumuskan strategi pemasarannya
dalam menghadapi intensitas persaingan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan sumbangan pemikiran khususnya bagi manajemen
perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran produknya di tengah-tengah
persaingan yang sangat ketat sehingga mampu bertahan dan berkembang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Drh. Soewarno T.
Soekarto, MSc, dan Ibu Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MS selaku Pembimbing atas
pengarahan, bimbingan dan dorongannya dalam penyusunan dan penyelesaian
tugas akhir ini. Di samping itu, penulis menyampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Program Pascasarjana, Bapak
Haji Amril Lubis, pemilik UKM Petikan Cita Halus yang telah memperkenankan
perusahaannya sebagai obyek kajian dan membantu dalam penyempurnaan
informasi dan data yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada istri, anak-anak dan seluruh keluarga atas
segala do’a dan kasih sayangnya.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan membantu semua
pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Desember 2008
Usep Suhendar
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 06 Juli 1967 dari ayah alm.
Yusuf Supriadi dan ibu Dedeh.
Penulis merupakan anak ke tiga dari lima
bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Perikanan, Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro Semarang, dan lulus pada tahun 1994.
Pengalaman kerja penulis dimulai tahun 1995 dengan bekerja di PT.
Asuransi Jiwa Sopo Indah Asih. Pada tahun 1996 penulis bekerja di PT.
Lenggogeni Jakarta dan ditempatkan di Kabupaten Bima Provinsi NTB. Pada
tahun 1999, penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan
Agribisnis, Departemen Pertanian Republik Indonesia. Pada tahun 2003, penulis
dimutasikan ke Departemen Kelautan dan Perikanan RI dan ditempatkan di
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Jakarta sampai dengan
sekarang.
Penulis menikah pada
tanggal 4 Mei 1997 dengan Elvita, Spi, MP dan
dikaruniai tiga orang putri yaitu Annida Aulia Zhafira, Annisa Aulia Zhafira dan
Elsyifa Tsabita Rahma serta satu orang putra yaitu Muhammad Firas Rizky
Fadillah.
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi
..................................................................................... xi
Daftar Tabel
..................................................................................... xiii
Daftar Gambar
.....................................................................................
xv
Daftar Lampiran ....................................................................................
xvi
I.
II.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1
Latar Belakang ..........................................................................
1.2
Permasalahan .........................................................................
1.3
Tujuan dan Kegunaan .............................. ................................. 3
1
..
2
1.3.1
Tujuan .........................................................................
3
1.3.2
Kegunaan ......................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
4
2.1
Potensi dan Produksi Ikan ...........................................................
4
2.2
Pengolahan dan Mutu Ikan .........................................................
5
2.2.1
Pengolahan Ikan Asap .....................................................
8
2.2.2
Aspek Mutu Produk .......................................................... 10
2.2.3
Aspek Keamanan Produk .................................................. 11
2.2.4
GMP dan HACCP
2.2.5
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ................................. 17
2.3
2.4
2.5
III.
1
.......................................................... 15
Pemasaran Ikan .......................................................................
2.3.1
Permintaan Produk Perikanan di Pasar ...............................
2.3.2
Pola Distribusi ........................ ........................................
18
18
Kerangka Teoritis Strategi pemasaran ...........................................
19
2.4.1
Definisi dan Prinsip Pemasaran ..........................................
19
2.4.2
Definisi dan Prinsip Strategi Pemasaran ..............................
20
2.4.3
Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy) ....................
26
2.4.4
Analisis Strategi Pemasaran ...............................................
29
2.4.5
Kajian Penelitian Terdahulu ...............................................
41
Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................
42
METODOLOGI KAJIAN .....................................................................
3.1
17
44
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 44
IV.
3.2
Aspek Kajian ..............................................................................
44
3.3
Metode Kajian ...........................................................................
44
3.4
Data yang Diperlukan dan Sumbernya .......................................... 44
3.5
Teknik Pengumpulan Data dan Informasi ...................................... 45
3.6
Teknik Pemilihan Responden ……………………………………...... 46
3.7
Pengolahan dan Analisis Data ….............…………………............. 47
HASIL dan PEMBAHASAN ................................................................
4.1
52
Kondisis Umum Perusahaan ........................................................
52
4.1.1
Identitas Perusahaan .......................................................
52
4.1.2
Proses Produksi ...............................................................
55
4.1.3 Mutu
Produk
Akhir
…………………………………………………………..
61
4.1.4
Pemasaran produk ...........................................................
62
4.1.5
Preferensi Konsumen .......................................................
64
4.1.6
4.2
Kesenjangan (Gap) Kondisi ..................................................
64
Evaluasi Strategi Pemasaran ...........................................................
65
4.2.1
Aspek Produksi .....................................................................
65
4.2.2
Aspek Pemasaran .................................................................
72
4.2.3
Aspek Nilai-Nilai Manajerial ..................................................
76
4.2.4
Aspek Profitabilitas ...............................................................
81
4.2.5 Aspek Kelayakan Industri Dan Prospek Masa Depan
(Foresight) ............................................................................
84
Aspek Situasi SWOT .............................................................
94
Program Pemasaran UKM Petikan Cita Halus ................................
103
4.3.1
Tujuan dan Sasaran Perusahaan ..........................................
103
4.3.2
Arsitektur Strategik Pengembangan Bisnis Perusahaan ......
103
4.3.3
Perencanaan Strategik Perusahaan ..................................
106
4.3.4
Program Pengembangan Bisnis Perusahaan .......................
108
4.3.5
Strategi Pemilihan Produk Utama ........................................
109
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
115
6.1
Kesimpulan
..................................................................................
115
6.2
Rekomendasi ...................................................................................
116
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
117
LAMPIRAN .........................................................................................................
121
4.2.6
4.3
V.
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan (SDI) menurut Badan
Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan Tahun 2001...................................................................
4
2.
Produksi Ikan Olahan Periode 2000 – 2004..................................
8
3.
Strategi Generik dan Strategi Utama Fred R. Davis.....................
21
4.
Matrik Analisis Strategi Pemasaran (SWOT)................................
36
5.
Model Analisis Faktor Internal (IFAS) dan Faktor Eksternal
(EFAS)............................................................................................
37
6.
Ringkasan Analisis Faktor-faktro Strategis (SFAS).......................
37
7.
Matrik Kerangka Pemikiran Konseptual Kajian..............................
42
8.
Jumlah Kebutuhan bahan baku ikan asap UKM Petikan Cita
Halus..............................................................................................
57
9.
Volume Produksi Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus...................
59
10.
Kesenjangan (GAP) antara kondisi sekarang dengan kondisi
yang diharapkan pada UKM Petikan Cita Halus………………..…
65
11.
Hasil Kuesioner Penilaian Visi dan Misi Perusahaan.....................
76
12.
Parameter dan Indikator Penilaian Visi...........................................
77
13.
Perkembangan Bisnis Sesuai Misi Perusahaan.............................
78
14.
Peta Stakeholder berdasarkan hubungan antara Power dan
Predictability....................................................................................
79
Peta stakeholder berdasarkan hubungan antara Power dan
Interest............................................................................................
80
16.
Laporan Laba Rugi UKM Petikan Cita Halus Tahun 2006 – 2007.
81
17.
Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2005 – 2007.............................
81
18.
Hasil Analisis Biaya Tahun 2006 – 2007…………………………..
85
19.
Hasil Kuesioner Penilaian Ancaman Pendatang Baru...................
85
20.
Hasil Kuesioner Penilaian Tingkat Persaingan Antar Perusahaan
87
21.
Hasil Kuesioner Penilaian Ancaman Produk Substitusi.................
88
22.
Hasil Kuesioner Penilaian Kekuatan Tawar Pemasok..................
90
23.
Hasil Kuesioner Penilaian Kekuatan Tawar Pembeli....................
92
24.
Hasil Kuesioner Analisis Industri....................................................
93
25.
Hasil Penilaian Faktor-faktor Internal..............................................
94
26.
Faktor-faktor strategis Internal UKM Petikan Cita Halus................
95
27.
Hasil Penilaian Faktor-faktor Eksternal..........................................
97
28.
Isu Strategik Eksternal....................................................................
97
15.
xi
29.
Faktor-faktor strategis Eksternal UKM Petikan Cita Halus............
99
30.
Faktor-faktor Strategis Perusahaan UKM Petikan Cita Halus.....
100
31.
Program-Program Berdasarkan Inisiatif Strategik Eksternal.........
109
32.
Perbandingan tingkat penjualan ikan asap dan preferensi
konsumen.......................................................................................
110
Perbandingan nilai margin yang diperoleh UKM Petikan Cita
Halus per 100 kg bahan baku dengan rendemen 33%.................
110
33.
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Proses pembuatan ikan asap........................................................
9
2.
Contoh produk ikan olahan di asap (ikan asap)...........................
10
3.
Pola distribusi pemasaran ikan....................................................
19
4.
Dinamika diferensiasi biaya rendah yang mendasari inovasi nilai
27
5.
Skema Kerangka Kerja Empat Langkah (four actions
framework) dari Blue Ocean Strategy...........................................
29
6.
Kekuatan dalam Persaingan Industri............................................
39
7.
Formulasi matrik SWOT................................................................
50
8.
Matrik internal dan eksternal.........................................................
51
9.
Struktur organisasi UKM Petikan Cita Halus Citayam – Bogor....
54
10.
Denah tataletak pengolahan ikan asap UKM Petikan Cita Halus..
56
11.
Ruang penerimaan bahan baku ikan (penyiangan)………………
57
12.
Contoh produk ikan asap UKM Petikan Cita Halus Citayam –
Bogor.............................................................................................
62
13.
Matrik SWOT UKM Petikan Cita Halus Citayam – Bogor...........
102
14.
Arsitektur strategik UKM Petikan Cita Halus Citayam – Bogor....
104
15.
Arsitektur strategik UKM Petikan Cita Halus Citayam – Bogor
Tahun 2008 – 2018.......................................................................
104
Strategy Transformation Map UKM Petikan Cita Halus...............
108
16.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Hasil penilaian responden terhadap Visi dan Misi UKM Petikan
Cita Halus……………………………………………………………...
119
Penilaian responden terhadap kekuatan (Power) stakeholders
terhadap UKM Petikan Cita Halus…………………………………..
120
Penilaian responden terhadap Predictability Stakeholder UKM
Petikan Cita Halus……………………………………………………
120
Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan (Interest)
Stakeholder UKM Petikan Cita Halus……………………………...
121
Rekapitulasi penilaian responden terhadap stakeholder UKM
Petikan Cita Halus…………………………………………………….
121
Penilaian responden terhadap Faktor Internal UKM Petikan Cita
Halus…………………………………………………………………..
122
Penilaian responden terhadap Probabilitas Faktor Eksternal
UKM Petikan Cita Halus……………………………………………..
122
Penilaian responden terhadap Dampak Faktor Eksternal pada
UKM Petikan Cita Halus……………………………………………..
123
Penilaian responden terhadap Waktu berpengaruhnya Faktor
Eksternal pada UKM Petikan Cita Halus…………………………..
123
Penilaian responden terhadap Waktu berpengaruhnya Faktor
Eksternal terhadap UKM Petikan Cita Halus………………………
124
Pengaruh Parameter Ancaman Pendatang Baru terhadap bisnis
UKM Petikan Cita Halus berdasarkan penilaian responden……..
124
Tingkat Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter
Ancaman Pendatang Baru berdasarkan penilaian responden…..
125
Pengaruh Parameter Tingkat Persaingan Dalam Industri
terhadap bisnis UKM Petikan Cita Halus berdasarkan penilaian
responden……………………………………………………………..
125
Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Tingkat
Persaingan Dalam Industri berdasarkan penilaian responden…..
126
Pengaruh Parameter Ancaman Produk Substitusi terhadap
bisnis UKM Petikan Cita Halus berdasarkan penilaian
responden……………………………………………………………..
126
Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Ancaman
Produk Substitusi berdasarkan penilaian responden……………..
127
Pengaruh Parameter Kekuatan Tawar Pemasok terhadap bisnis
UKM Petikan Cita Halus berdasarkan penilaian responden……..
127
Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Kekuatan
Tawar Pemasok berdasarkan penilaian responden………………
128
xiv
19.
20.
21.
Pengaruh Parameter Kekuatan Tawar Pembeli terhadap bisnis
UKM Petikan Cita Halus berdasarkan penilaian responden……..
128
Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Kekuatan
Tawar Pembeli berdasarkan penilaian responden………………..
129
Daftar kuesioner Kajian Strategi Pemasaran UKM Petikan Cita
Halus Citayam – Bogor……………………………………………..
130
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan sebagai salah satu sumberdaya alam yang terkandung di perairan laut
dan perairan umum yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia,
merupakan
sumberdaya yang sangat berpotensi untuk dikembangkan bagi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat secara luas.
Secara umum, potensi sumberdaya ikan dibagi menjadi dua sesuai dengan
wilayahnya yaitu sumberdaya ikan yang terdapat di perairan laut dan
sumberdaya ikan yang terdapat di perairan umum yaitu sungai, danau, waduk
dan rawa-rawa. Sumberdaya ikan yang terdapat di perairan laut dimanfaatkan
dengan melakukan eksploitasi usaha penangkapan mulai dari skala kecil sampai
dengan
skala
besar
(modern).
Ikan-ikan
yang
dihasilkan
dari
usaha
penangkapan yaitu ikan pelagis kecil (kembung, layang, lemuru, cumi-cumi dan
lain-lain), ikan pelagis besar (tuna, tenggiri, tongkol dan lain-lain) dan ikan
demersal (ikan karang, udang, kerang-kerangan dan lain-lain). Sedangkan
pemanfaatan sumberdaya ikan yang terdapat di perairan umum dilakukan
melalui usaha penangkapan ikan skala kecil dengan hasil tangkapan antara lain
ikan belida, ikan patin, gabus dan lain-lain.
Selain eksploitasi usaha penangkapan, pemanfaatan sumberdaya ikan
dapat dilakukan melalui penerapan usaha budidaya ikan baik di perairan laut, air
payau maupun di perairan air tawar. Ikan-ikan yang dihasilkan dari usaha
budidaya antara lain udang, bandeng (budidaya air payau), kerapu, beronang
(budidaya air laut), nila, mas, gurame dan patin (budidaya air tawar). Seluruh
hasil dari pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan di pasar dalam negeri maupun kebutuhan di pasar luar negeri
(ekspor).
Kegiatan usaha pemanfaatan sumberdaya ikan tidak akan menghasilkan
manfaat serta nilai ekonomis yang tinggi apabila tidak diikuti dengan kegiatan
usaha pengolahan dan pemasaran yang baik. Untuk mendorong terciptanya
peningkatan pemanfaatan sumberdaya ikan yang optimal dan sekaligus
memberikan nilai ekonomis yang tinggi, perlu dilakukan kegiatan pengolahan
produk hasil perikanan yang berkelanjutan. Dengan pengembangan kegiatan
112
usaha pengolahan ikan ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah (value
added) dan menciptakan variasi (ragam) produk sehingga segmen pasar lebih
luas serta mampu menyerap tenaga kerja.
Pengasapan ikan merupakan salah satu usaha pengolahan ikan yang
tergolong tradisional yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan.
Produk Ikan asap merupakan makanan yang siap dikonsumsi karena selama
proses pengasapan ikan telah mendapatkan perlakuan panas yang cukup untuk
mematangkan daging ikan dan membunuh bakteri-bakteri yang bersifat
pathogen. Selain itu, pengasapan juga menghasilkan aroma yang khas ikan
asap dan memberikan efek pengawetan bagi ikan karena adanya zat-zat kimia
yang terkandung dalam asap yang mampu berperan sebagai zat pengawet
seperti aldehid, keton dan berbagai asam organik. Proses pengasapan dikenal
dengan 2 cara yaitu pengasapan panas (hot smoked) dan pengasapan dingin
(cold smoked).
Pengasapan ikan telah dikenal sejak lama terutama di daerah-daerah
pesisir utara Pulau Jawa yaitu Jawa tengah dan Jawa Timur. Hampir semua
jenis ikan bisa diolah menjadi ikan asap. Ikan-ikan yang umum diolah menjadi
ikan asap antara lain ikan pari, ikan tuna, tongkol, cakalang, tenggiri, layaran,
patin, lele dan lain-lain. Secara umum, pengolahan ikan asap kurang populer
dibandingkan
dengan
pengolahan
pemindangan/ presto dan
ikan
lainnya
seperti
pengasinan,
pengalengan. Kemungkinan besar kondisi ini
disebabkan oleh pengolahan ikan asap hanya dikenal di daerah-daerah tertentu
dengan konsumen yang terbatas, seperti di Jawa Tengah dan Jawa timur yang
dikenal dengan ikan mangut.
UKM Petikan Cita Halus merupakan salah satu perusahaan Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang memproduksi ikan asap. Perusahaan ini merintis
usahanya dari skala rumah tangga dengan melibatkan anggota keluarga sebagai
personel yang menjalankan kegiatan usahanya. Saat ini, produk yang dihasilkan
antara lain ikan asap tuna, Marlin, cakalang, layang, pari, patin, dan lele.
1.2
Permasalahan
Kemampuan produksi yang tinggi tidak akan berarti apabila tidak didukung
oleh sistem pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang tepat akan
membuat perusahaan berkembang menjadi bisnis yang menguntungkan.
Mempertimbangkan pencapaian keuntungan perusahaan yang jauh lebih
kecil dari proyeksi yang ditetapkan dalam rencana bisnis perusahaan terdahulu
113
dan masa depan perusahaan maka perlu disusun suatu perencanaan strategi
jangka panjang dari usaha pengolahan ikan asap UKM Petikan Cita Halus
Citayam – Bogor tersebut dengan rumusan permasalahan sebagai berikut :
a)
Bagaimana mengoptimalkan sumberdaya yang ada sehingga produk yang
dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi ?
b)
Bagaimana
meningkatkan
penjualan
ikan
asap
sehingga
dapat
meningkatkan keuntungan bagi perusahaan ?
1.3
Tujuan dan Kegunaan
1.3.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
a)
Mengkaji
strategi
pemasaran
usaha pengolahan ikan asap UKM Petikan Cita Halus – Citayam Bogor.
b)
Merumuskan strategi pemasaran UKM Petikan Cita Halus – Citayam Bogor
dalam menghadapi intensitas persaingan.
1.3.2 Kegunaan
Laporan akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran khususnya bagi manajemen UKM Petikan Cita Halus Citayam – Bogor
dalam menentukan strategi pemasaran produk ikan di tengah-tengah persaingan
yang sangat ketat sehingga mampu bertahan dan berkembang yang pada
akhirnya ikut membantu dalam menyediakan lapangan pekerjaan.
Dalam rangka menumbuhkembangkan usaha kecil menengah secara
umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan wacana
menentukan strategi pemasaran yang tepat di masa-masa mendatang.
dalam
114
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi dan Produksi Ikan
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang sangat besar
dan bervariasi yang tersebar di wilayah perairan laut dan perairan darat (seperti
danau, waduk, sungai dan rawa-rawa). Hasil pengkajian stock ikan di perairan
Indonesia
yang dilaksanakan
Badan Riset Kelautan dan Perikanan-DKP
bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun
2001, potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4
juta ton/tahun. Jika diasumsikan 80% dari potensi lestari merupakan jumlah
tangkapan maksimum yang diperbolehkan, maka jumlah ikan laut yang dapat
dimanfaatkan maksimal 5,12 juta ton/tahun.
Tabel 1. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan (SDI) menurut Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun
2001
1.
Jenis
Sumberdaya
Ikan
Ikan Pelagis Besar
2.
No
Potensi
(ton/th)
JTB
(ton/tahun)
Produksi
(ton)
Tingkat
Pemanfaatan
(%)
78,97
1.165.360
932.288
736.170
Ikan Pelagis Kecil
3.605.660
2.884.528
1.784.330
61,86
3.
Ikan Demersal
1.365.090
1.092.072
1.085.500
99,40
4.
Ikan Karang
145.250
116.200
156.890
135,02
5.
Udang Penaeid
94.800
75.840
259.940
342,75
6.
Lobster
4.800
3.840
4.080
106,25
7.
Cumi-cumi
28.250
22.600
42.510
188,10
6.409.210
5.127.368
4.069.420
79,37
Jumlah
Keterangan : JTB = Jumlah tangkapan yang diperbolehkan
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap tahun 2005, angka perkiraan produksi penangkapan ikan di laut
mencapai 4,97 ton atau sekitar 77,7% dari jumlah potensi lestari atau 97% dari
jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB). Sedangkan penangkapan di
wilayah perairan umum dengan luas sekitar 54 juta hektar, sebagian besar
berupa perairan rawa yaitu ±39,4 juta hektar (71,63%) dan perairan sungai dan
danau ±14,6 juta hektar (28,37%), total potensi produksi diperkirakan sebanyak
115
0,9 juta ton/tahun. Sementara itu, produksi perikanan Indonesia selain dari
penangkapan, juga dihasilkan dari usaha budidaya seperti budidaya air laut,
budidaya air payau dan budidaya air tawar. Pada tahun 2004, budidaya air laut
mampu menghasilkan ikan sebanyak 420.919 ton, budidaya air payau
menghasilkan sekitar 559.612 ton dan budidaya air tawar sekitar 488.179 ton
(Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005).
Secara umum, produksi ikan nasional dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2006 mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 6,36% yaitu 5,1
juta ton produksi pada tahun 2000 menjadi 7,4 juta ton pada tahun 2006.
Kontribusi produksi ikan nasional masih didominasi oleh usaha penangkapan
khususnya penangkapan di laut. Kontribusi perikanan budidaya terhadap
produksi ikan nasional pada tahun 2006 naik menjadi 35,5%, dimana pada tahun
2005 kontribusi produksi ikan nasional hanya mencapai 31,5% dari total produksi
(Siaran pers Perikanan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat. 27/06/07). Dari
jumlah produksi ikan nasional tersebut, sebagian besar (70%) dipasarkan dalam
bentuk segar dan frozen dengan tujuan pasar ekspor dan pasar domestik, dan
sisanya (30%) dipasarkan dalam bentuk ikan olahan seperti ikan asin, ikan asap,
ikan pindang/ presto, ikan kaleng, bakso ikan, nuget, otak-otak dan lain-lain.
2.2 Pengolahan dan Mutu Ikan
Usaha pengolahan ikan dewasa ini berkembang cukup pesat seiring
dengan perkembangan teknologi pengolahan. Berbagai usaha pengolahan ikan
telah dikenal di Indonesia dari yang tradisional sampai yang menggunakan
teknologi
modern.
Berkembangnya
pengolahan
ikan
ini
dilandasi
oleh
pemanfaatan produk ikan yang memberikan keuntungan yang optimal. Di
samping
itu,
pengolahan
ikan
dapat
dijadikan
sebagai
upaya
dalam
mempertahankan mutu dan dapat menciptakan margin harga baru yang
menguntungkan bagi para pelaku usaha.
Menurut terminologi FAO, ikan olahan tradisional atau ”cured fish” adalah
ikan yang diolah secara sederhana dan umumnya dilakukan dalam skala industri
rumah tangga. Jenis produk olahan yang termasuk industri olahan tradisional
antara lain ikan asin kering, ikan pindang, ikan asap dan fermentasi. Produk
seperti ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Asia,
Afrika bahkan sampai ke Eropa (Inggris, Norwegia, Polandia). Produk olahan
116
ikan tradisional ini mempunyai sebaran distribusi yang luas karena pada
umumnya produk relatif stabil walaupun pengawetan dan pengemasan masih
sangat sederhana.
Data statistik perikanan Indonesia menunjukan bahwa produksi ikan
olahan dari perikanan laut mengalami perkembangan secara signifikan. Pada
kurun waktu antara tahun 1993 – 2003, produksi ikan olahan mengalami
peningkatan rata-rata 13,13% per tahun. Sementara produksi ikan olahan dari
perairan umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7,57% per tahun. Bila
dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan ikan pada tahun 2003 maka jumlah
hasil tangkapan ikan yang diproses menjadi produk olahan baru mencapai 30%
dari total produksi (Ditjen Perikanan Tangkap, 2005).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan (2005), total produksi perikanan Indonesia pada
tahun 2004 mencapai 6.275.810 ton, dan 1.501.064 ton dari total produksi
tersebut adalah produk olahan hasil perikanan. Dari jumlah produk olahan hasil
perikanan tersebut, produksi pengolahan hasil perikanan dari industri menengah
dan modern (produk pembekuan atau frozen ) memberi kontribusi yang paling
dominan yaitu sebesar 631.320 ton (42,06%), kemudian diikuti oleh produksi
ikan asin/kering UKM memberi kontribusi sebesar 586.323 ton (37,86%),
produksi pemindangan sebesar 122.807 ton (8,8%) dan produksi ikan kaleng
(industri pengalengan) sebesar 31.945 ton (2,13%).
Usaha pengolahan produk perikanan dikelompokan menjadi beberapa
kelompok berdasarkan jenis produknya, yaitu pembekuan (frozen), pengalengan
(canning), pengasinan, pengasapan, pemindangan dan pengolahan produk
turunan (diversifikasi produk). Sedangkan berdasarkan skala usahanya, usaha
pengolahan produk perikanan secara umum dikelompokan menjadi:
a)
Pengolahan tradisional/kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM), umumnya
berskala kecil dilakukan secara manual dan menggunakan peralatan yang
relatif
sederhana.
Jenis
penggaraman/pengasinan
usaha
kelompok
(dried/salted),
ini
antara
pemindangan
lain
(boiling),
pengasapan (smoking), fermentasi (fermentation) dan pengolahan lainnya.
Beberapa hal yang merupakan ciri-ciri pengolahan tradisional/ kelompok
UKM sekaligus merupakan permasalahan utama dalam pengembangannya
antara lain :
117
1)
Teknologi dalam proses pengolahan masih sederhana dan hampir tidak
ada perkembangan.
2)
Variasi produk terbatas.
3)
Penanganan mutu produksi dan pasca produksi seperti pengemasan,
pelabelan dan pergudangan masih terbatas bahkan hampir tidak ada.
4)
Pengetahuan dalam pemasaran masih terbatas akibat kurangnya
informasi penjualan.
b)
5)
Permodalan relatif kecil.
6)
Tidak mempunyai sistem manajemen dalam mengembangkan usaha.
7)
Tingkat pendidikan Sumberdaya Manusia-nya relatif rendah.
Pengolahan modern/ kelompok skala industri, umumnya skala besar dengan
menggunakan peralatan modern sebagai alat bantu. Jenis usaha kelompok
ini antara lain pembekuan (freezing), pengalengan (canning), pembuatan
tepung ikan (fishmeal making ) dan pengolahan lainnya seperti nuget ikan,
surimi dan lain-lain. Usaha pengolahan modern biasanya berorientasi pada
pasar ekspor dengan menitikberatkan pada produk yang dihasilkan dalam
jumlah yang banyak dan berkesinambungan serta mutu yang sangat baik.
Pengolahan modern biasanya sudah menerapkan kaidah-kaidah cara
penanganan yang baik (Good Handling Practices), pengolahan yang baik
(Good Manufacturing Practices) dan pendistribusian/ pemasaran yang baik
(Good Distributing Practices). Penerapan kaidah-kaidah tersebut ditujukan
untuk menghasilkan suatu produk yang prima sesuai dengan standar mutu
yang telah ditetapkan dari mulai produksi, distribusi
sampai ke tangan
konsumen, seperti zero tolerance terhadap bahan-bahan pencemar baik
kimia (chloromphenicol dan nitrofuran), fisika (partikel logam atau benda
lain) maupun biologi (bakteri Vibrio parahaemaliticus, Salmonella dan
Escherichia coli ).
Tabel 2. Produksi Ikan Olahan Periode 2000 – 2004
No
Jenis Olahan
1. Penggaraman/Pengeringan
Volume Produksi (ton)
2000
2001
2002
2003
2004
611.662
584.394
571.577
598.235
568.323
118
2. Pemindangan
66.457
134.071
124.826
121.491
122.807
3. Pembuatan Terasi
16.457
21.607
7.251
9.342
9.809
4. Pembuatan Peda
7.950
13.442
4.996
4.911
4.665
76
524
2
6
10
6. Pengasapan
37.641
36.561
53.905
56.574
59.403
7. Pembekuan
305.923
307.235
319.237
573.911
631.320
8. Pengalengan
21.227
25.299
36.913
28.415
31.945
9. Pembuatan Tepung Ikan
1.640
12.204
16.612
8.635
7.339
10. Lain-lain
9.195
30.158
53.645
53.355
65.443
5. Pembuatan Kecap Ikan
Jumlah
1.078.352 1.165.495 1.188.364 1.453.875 1.501.064
Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, 2005
2.2.1
Pengolahan Ikan Asap
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki
kandungan gizi sangat lengkap, mudah didapat, dan harganya relatif murah.
Namun dibalik kelebihan itu, ikan memiliki kelemahan yaitu cepat mengalami
pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Proses pembusukan ini
disebabkan oleh aktivitas bakteri pengurai yang ada dalam tubuh ikan dan proses
penguraian dari reaksi kimia organik yang terdapat dalam ikan. Ciri-ciri ikan yang
segar antara lain daging kenyal, mata jernih menonjol, sisik kuat dan mengkilat,
sirip kuat, warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang, insang berwarna merah,
dinding perut kuat dan bau ikan segar. Sedangkan ciri-ciri ikan yang tidak segar
(busuk) antara lain mata suram dan tenggelam, sisik suram dan mudah lepas,
warna kulit suram dengan lendir tebal, insang berwarna kelabu dengan lendir
tebal, dinding perut lembek, warna keseluruhan suram dan berbau busuk.
Salah satu usaha untuk mempertahankan mutu ikan adalah pengawetan
secara tradisional dengan metode pengasapan yang bertujuan mengurangi kadar
air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk
tumbuh dan berkembang biak. Ikan asap adalah hasil pengawetan ikan yang
pengerjaannya merupakan gabungan dari penggaraman (perendaman dalam air
garam) dan pengasapan sehingga menghasilkan aroma dan rasa yang khas
(spesifik).
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pembuatan ikan asap
adalah tungku (drum) pengasapan, meja, pisau, baskom, kayu bakar, rak, ikan
segar, bumbu atau rempah-rempah, freezer, kemasan, timbangan dan vacuum
119
sealer. Secara umum proses pembuatan ikan asap dapat diilustrasikan seperti
Gambar 1.
Gambar 1.
Proses Pembuatan ikan asap
Sumber : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001
Sebagai bahan makanan, ikan asap harus memenuhi syarat layak untuk
dikonsumsi, aman bagi kesehatan dan memiliki manfaat mutu bagi kesehatan.
Kriteria Ikan Asap yang bermutu :
1)
Rupa dan warna ikan asap yang dihasilkan harus licin, mengkilat, dan
berwarna coklat emas muda;
2)
Bau dan rasa dari ikan asap yang baik dapat memberikan bau atau aroma
yang khas ikan asap (bau asap yang sedap dan merangsang selera);
120
3)
Proses pengasapan ikan dengan metode menggunakan panas pada suhu 70
~ 80 C, dapat menghasilkan ikan yang tahan lama (awet) disimpan sampai 1
bulan, dibandingkan dengan pengasapan pada suhu 20 ~ 30 C (kurang dari
1 bulan).
Gambar 2. Contoh produk ikan olahan di asap (ikan asap)
2.2.2 Aspek Mutu Produk
Proses pengolahan ikan secara tradisional dapat menyebabkan penurunan
mutu protein sampai dengan 5% tergantung dari lamanya proses pengolahan
tersebut. Pada proses pengasapan ikan sebaiknya dilakukan pada waktu singkat
dan kepekatan asap rendah, karena asap mengandung senyawa-senyawa
karbonil yang akan bereaksi dengan lisin dan mereduksi kualitas protein. Bahan
baku yang disimpan beku hingga 33 minggu dapat menyebabkan hilangnya lisin
dan tiamin yang tersedia masing-masing 74% dan 90% setelah proses
pengasapan (Zotos et al., 1995). Burt (1988) menyatakan bahwa beberapa jenis
vitamin yang terdapat dalam ikan akan mengalami kerusakan sebagai akibat
proses pengeringan atau pengasapan, tergantung waktu dan suhu, pH, serta
terjadinya
penirisan
("drip").
Pengasapan
panas
(di
atas
80DC) dapat
menyebabkan hilangnya vitamin yang larut dalam air seperti niasin, riboflavin,
dan asam askorbat hingga 4% (Bhuiyan et al., 1993).
121
Proses pemanasan pada ikan dapat menyebabkan terjadinya reaksi Maillard
antara senyawa amino dengan gula pereduksi yang membentuk melanoidin yaitu
suatu polimer berwarna coklat yang menurunkan nilai penampakan produk.
Pencoklatan juga terjadi karena reaksi antara protein, peptida, dan asam amino
dengan hasil dekomposisi lemak. Reaksi ini dapat menurunkan nilai gizi protein
ikan yaitu menurunkan nilai cerna dan ketersediaan asam amino, terutama lisin.
Bahkan apabila dilakukan pemanasan yang berlebihan (di atas 90°C) dan
berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan H2S yang merusak aroma dan
mereduksi
ketersediaan
sistein
dalam
produk
(Pan,
1988).
Untuk
mempertahankan mutu dan nilai gizi produk, kondisi tersebut di atas harus
menjadi pertimbangan dalam melakukan pengolahan.
2.2.3 Aspek Keamanan Produk
a. Kimiawi
Makanan yang diolah dengan cara dipanggang menggunakan arang, listrik,
gas, minyak tanah, atau diasap mempunyai potensi besar menimbulkan bahaya
senyawa karsinogenik dan mutagenik. Senyawa polar yang larut dalam air dan
tahan panas, mendorong terjadinya pembentukan mutagen, misalnya karbolin
selama pemanasan makanan (Krone et al., 1986). Kondisi pembakaran,
pemanggangan, dan pengasapan sangat cocok bagi pembentukan hidrokarbon
aromatik polisiklik (PAH), senyawa N-nitroso (NNC), dan amina aromatik
heterosiklik (HAA), yang semuanya bersifat karsinogenik. HAA merupakan hasil
reaksi antara asam amino dengan pirolisat protein, lebih sering ditemukan pada
produk panggang daripada produk asap. Adapun NNC, baik yang berupa N-nitrosamin (NNA), maupun N-nitrosodimetilamin, merupakan hasil reaksi antara
nitrogen oksida, yang berasal dari nitrit atau asap kayu, dengan senyawa amina
sekunder yang banyak terdapat dalam ikan. Pemanggangan dengan kompor gas
atau minyak tanah pada suhu di atas 100°C dapat menghasilkan NNC yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pemanggang listrik. Walaupun demikian, NNC yang
terdapat dalam produk dapat didegradasi dengan sterilisasi (Dikun et al., 1980),
atau melalui metabolisme oleh mikroorganisme (Harada & Yamada, 1979).
Pada ikan asap, PAH berasal dari asap kayu, terutama lignin dan selulosa.
Fraksi hidrokarbon dari asap kayu mengandung lebih dari 24 jenis PAH.
Walaupun tidak semua jenis PAH tersebut bersifat karsinogenik, Benzopirena
122
(BP), salah satu jenis PAH, adalah indikator karsinogenitas. Sikorski (1988)
menyebutkan kandungan BP pada ikan asap sekitar 0,70 hingga 60 ng/g (bb)
terbanyak terdapat di bagian kulit. BP juga lebih banyak ditemukan pada ikan
yang diasap secara tradisional (pengasapan langsung pada suhu tinggi)
dibandingkan dengan yang menggunakan alat pengasap dengan generator asap
yang terpisah yang bekerja pada suhu rendah. Pada prinsipnya pengasapan
harus dilakukan dengan mengatur suhu dan kecepatan aliran udara serta
kepekatan asap agar produksi fenol dan karbonil menjadi seperti yang diinginkan
yakni pembentukan PAH sekecil mungkin. Meskipun demikian, kuantifikasi proses
pengolahan tidak pemah dilakukan karena intensitas asap yang diinginkan konsumen bervariasi, sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap intensitas asap
produk akhir, juga beragam seperti jenis dan kelembaban kayu, atau jenis,
ketebalan, kadar air, dan kadar lemak ikan. Oleh karena itu, pengaturan suhu,
kecepatan udara, dan kepekatan asap diatur secara manual, disesuaikan dengan
intensitas asap yang diinginkan. Sebagai pedoman, Sikorski (1988) menyatakan
bahwa untuk mencegah pembentukan BP, suhu dekomposisi kayu harus di
bawah 40°C dan suhu oksidasi senyawa volatil hasil dekomposisi tersebut tidak
lebih dari 20°C.
b. Mikrobiologis
Kandungan protein ikan yang relatif ‘tinggi’ dengan kandungan air
mencapai 10-60%, memerlukan cara penanganan dan pengolahan yang tepat
serta penyimpanan dengan suhu yang mampu menonaktifkan bakteri pengurai.
Apabila penanganan produk perikanan kurang baik seperti kurang saniter dan
higienis, penyimpanan tidak ditutup/dikemas dengan baik serta temperatur tinggi
maka akan rentan terhadap kerusakan mikrobiologis. Kerusakan mikrobiologis
dapat menyebabkan pembusukan produk baik oleh bakteri, jamur yang patogen
ataupun oleh enzim (racun) yang terbentuk dari hasil reaksi pembusukan.
Sikorski et al. (1998) menyatakan bahwa Enterobacteriaceae, Salmonella
typhimurium dan Vibrio parahaemolyticus sering ditemukan pada ikan asap yang
berkadar air tinggi. Karena cara pengolahan yang tidak saniter dan higienis maka
tidak menutup kemungkinan terjadinya kontaminasi baik dengan peraltan,
lingkungan, udara maupun dengan para pengolah, sehingga menjadikan produk
ikan asap rentan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Walaupun
123
demikian, Listeria monocytogenes, bakteri penyebab meningitis yang sering
ditemukan pada ikan asap di beberapa negara, namun belum pernah dilaporkan
terjadi pada produk olahan ikan di Indonesia. Hal ini kemungkinan disebabkan
ikan asap di lndonesia tidak disimpan pada suhu rendah (beku) yang merupakan
persyaratan bagi kehidupan bakteri tersebut.
Selain penyakit yang disebabkan oleh bakteri, bahaya lain adalah
terjadinya keracunan akibat pertumbuhan Clostridium botulinum, bakteri
pembentuk spora yang tahan terhadap panas dan menghasilkan racun
botulisme. Bakteri ini bersifat anaerobik yaitu mampu hidup di tempat yang
hampa udara sehingga penggunaan kemasan yang hampa udara pada produk
perikanan belum tentu terhindar dari serangan bakteri.
Bakteri lain yang
merusak ikan dan menimbulkan suatu toksin bagi manusia adalah bakteri
Morganella, Proteus, dan Klebsiella, yang mampu merubah kandungan hidtidin
dalam ikan berdaging merah menjadi histamine melalui proses dekarboksilasi.
Pada orang-orang tertentu, histamine dapat menyebabkan keracunan berupa
gatal-gatal yang cukup hebat. Penyimpanan ikan tanpa pendinginan sebelum
diolah dapat mempercepat terjadinya pembentukan histamin. Salah satu derivatif
histamin yang toksik adalah senyawa yang disebut giserosin, yang dapat
menyebabkan tukak lambung (GE).
Jamur yang sering tumbuh pada kondisi aktivitas air atau kadar air rendah,
selain menurunkan nilai estetika, juga potensial untuk menghasilkan racun. Ikan
asin, ikan pindang, dan ikan asap paling sering ditumbuhi Aspergillus spp. dan
Penicillium spp. Jenis jamur yang dominan pada ikan asin adalah Polypaecilum
pisce dan A. niger (Wheeler et al., 1986), namun jenis serofilik yang ditemukan
pada ikan asin adalah A. crwamori, A. carbonarius, A. glaucus, A. tamarii, dan
Eurotium glaucus (Santoso et al., 1999). Pada ikan kayu dari cakalang
(katsuobushi), jenis jamur yang sering ditemukan yakni A. glaucus, P glaucus, A.
melleus. E repem, danE rubrum. Jamur ini diyakini mampu memberikan aroma
yang lezat pada ikan kayu, sedangkan A. flavoviridescens, Torula spp.,
Clado~porium herbarum, dan Catennlaria faliginea adalah kontaminan yang
tidak disukai (Motohiro, 1988).
Jenis jamur yang potensial menghasilkan racun karsinogenik adalah
Aflavus, yang menghasilkan aflatoksin. Jamur ini mempunyai waktu germinasi 8
124
jam pada aktivitas air 0,97 dan suhu 30°C, sehingga untuk menghambat
pertumbuhannya dapat dilakukan dengan pengaturan aktivitas air. Radiasi
dengan sinar gamma pada 0,62-5,00 KGy dapat mematikan spora Aflavus.
Wheeler et al, (1986) menemukan Aflavus pada beberapa sampel ikan asin yang
diambil dari pasar-pasar di Indonesia, walaupun aflatoksin tidak ditemukan pada
sampel sampel tersebut. Toksin lain yang ditemukan pada ikan asin adalah
moniliformin yang dihasilkan oleh Fusariumfusaroides (Rabie et all, 1978)
Kerusakan oleh bakteri maupun jamur sebenarnya dapat dihindari dengan
mengembangkan model-model pembusukan produk olahan oleh beberapa jenis
bakteri dan jamur tertentu. Suatu model pembusukan ikan asin oleh bakteri
Staphylococcus xylosus, Halobacterium salinarium, dan jamur telah dihasilkan
oleh Doe dan Heruwati (1988). Sebagai contoh, dengan model yang merupakan
fungsi antara aktivitas air produk, suhu dan waktu penyimpanan dapat diprediksi
bahwa bila suatu produk yang mempunyai aktivitas air antara 0,75-0,90
disimpan pada suhu antara 25-45°C, maka produk tersebut akan mengalami
penjamuran setelah disimpan lebih dari 20 jam.
2.2.4 Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and
Critical Control Point (HACCP)
Asal mula Good Manufacturing Practices (GMP) adalah suatu peraturan
yang dicetuskan oleh pemerintah Amerika Serikat (US-FDA) yang menuntut
sistem manajemen mutu dan keamanan pangan, penentuan kriteria yang
mampu memenuhi the code of Federal Regulation (21 CFR parts 110) guna
memperoleh produk pangan yang bebas dari penyimpangan mutu. Definisi GMP
adalah minimum standar sanitasi dan proses pengolahan yang diperlukan untuk
menjamin produksi pangan secara utuh (Luning et al., 2002). Lebih lanjut
menjelaskan tentang unsur-unsur GMP yang terkandung antara lain dokumentasi
dan
pencatatan
(recordkeeping),
kualifikasi
personal/SDM
(personnel
qualification), sanitasi dan higienis (Hygienee and Sanitation), verifikasi alat dan
peralatan (equipment verification), validasi proses (procces validation) dan
penanganan bahan (complaint handling).
Dalam implementasinya, GMP dapat berperan dalam menjamin untuk
menghasilkan suatu produk pangan yang bermutu dan aman bagi kesehatan.
125
Sebelumnya, baik-buruknya mutu produk ditentukan dengan mengandalkan
pengujian akhir di laboratorium. Namun hal itu ternyata tidak efektif, sehingga
diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen
lingkungan, dan sistem produksi pangan yang baik (Good Manufacturing
Practices). Dengan menerapkan GMP diharapkan produsen pangan dapat
menghasilkan produk makanan yang bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai
dengan tuntutan konsumen, bukan hanya konsumen lokal tetapi juga konsumen
global (Fardiaz, 1997).
Fardiaz (1997) mengemukan ada dua hal yang berkaitan dengan
penerapan GMP di industri pangan yaitu Critical Control Point (CCP) dan Hazard
Analysis and Critical Control Point (HACCP). Critical Control Point (CCP) atau
Titik Kendali Kritis adalah setiap titik, tahap atau prosedur dalam suatu sistem
produksi pangan yang apabila tidak terkendali dapat menimbulkan resiko
kesehatan yang tidak diinginkan. CCP diterapkan pada setiap tahap proses mulai
dari produksi, pertumbuhan dan pemanenan, penerimaan dan penanganan
bahan tambahan (ingredien), pengolahan, pengemasan, distribusi
sampai
dikonsumsi oleh konsumen. Batas kritis (critical limit) adalah toleransi yang
ditetapkan dan harus dipenuhi untuk menjamin bahwa suatu CCP secara efektif
dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia maupun fisik. Batas kritis
pada CCP menunjukkan batas keamanan.
Sedangkan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) atau
Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis adalah suatu analisis yang
dilakukan terhadap bahan, produk, atau proses untuk menentukan komponen,
kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat
dengan tujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. HACCP merupakan suatu sistem
pengawasan yang bersifat mencegah (preventif) terhadap kemungkinan
terjadinya keracunan atau penyakit melalui makanan (Fardiaz, 1997). Sistem
HACCP memuat 7 prinsip yang merupakan konsepsi HACCP antara lain analisis
bahaya (Hazard Analysis), pengendalian titik kritis (Critical Control Point),
penentuan batas kritis (Critical Limit), pemantauan titik kritis (Monitoring),
tindakan perbaikan (Corective Action), pencatatan (Record keeping) dan
verifikasi (Verification).
126
Sistem HACCP mempunyai tiga pendekatan penting dalam pengawasan
dan pengendalian mutu produk pangan, yaitu: (1) keamanan pangan (food
safety), yaitu aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit; (2) kesehatan dan kebersihan pangan (whole-someness),
merupakan
karakteristik
produk
atau
proses
dalam
kaitannya
dengan
kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan higiene; (3) kecurangan ekonomi
(economic fraud), yaitu tindakan ilegal atau penyelewengan yang dapat
merugikan konsumen. Tindakan ini meliputi antara lain pemalsuan bahan baku,
penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat yang tidak sesuai dengan
label, “overglazing” dan jumlah yang kurang dalam kemasan (Hadiwihardjo,
1998).
Penerapan GMP dan HACCP merupakan implementasi dari jaminan mutu
pangan sehingga dapat dihasilkan produksi yang tinggi dan bermutu oleh
produsen yang pada akhirnya akan menciptakan kepuasan bagi konsumen
(Hubeis, 1994).
2.2.5 Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Industri pengolahan ikan memiliki mata rantai yang melibatkan banyak
pelaku, yaitu mulai dari produsen primer, pendistribusian, pengolah, penyalur,
pengecer, konsumen. Pada masing-masing mata rantai tersebut diperlukan
pengendalian mutu (quality control) yang berorientasi pada standar jaminan
mutu (quality assurance) baik di tingkat produsen sampai ke konsumen.
Penanganan mutu dalam rangka menciptakan jaminan mutu dan keamanan
harus dilakukan melalui penerapan dan penguasaan total quality management
(TQM) yang dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan sertifikat mutu
internasional seperti ISO seri 9000 s.d. ISO-9004.
Sertifikat sebagai senjata untuk menembus pasar internasional merupakan
sebuah
dokumen
yang
menyatakan
suatu
produk/jasa
sesuai
dengan
persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu (Hubeis, 1994). Indonesia
mengadopsi ISO-9000 dengan nama SNI-seri 19-9000-Manajemen Mutu. ISO
seri 9000 memberikan pedoman tentang bagaimana suatu organisasi dapat
menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, dengan mutu yang konsisten.
Standar ISO seri 9000 mengarahkan keseluruhan sistem manajemen mutu
127
untuk menyempurnakan dan menjaga mutu produk.
Sistem ini mengakui
bahwa proses mutu terpadu melibatkan semua bagian dan fungsi organisasi.
ISO-9000 dapat digunakan pada situasi tanpa kontrak (ISO 9004) dan situasi
kontrak (ISO-9001, ISO-9002, dan ISO-9003). Tiga model jaminan mutu untuk
situasi kontrak yaitu ISO-9001 : sistem mutu dalam desain/pengembangan,
produksi dan instalasi; ISO-9002 : sistem mutu dalam produksi dan instalasi;
sedangkan ISO-9003 : sistem mutu dalam inspeksi dan uji akhir (Kadarisman,
1996). Dengan diperolehnya sertifikat tersebut diharapkan dapat meningkatkan
posisi tawar produk yang dihasilkan baik di pasar dalam negeri maupun di pasar
internasional.
2.3 Pemasaran Ikan
Pemasaran ikan menunjukan kenaikan permintaan yang positif seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatnya kesadaran masyarakat
akan ’makanan sehat’ yang terdapat pada ikan sebagai akibat dari peningkatan
pengetahuan. Sementara itu, suplai ikan untuk mencukupi permintaan tersebut
dipasok dari hasil tangkapan dan hasil budidaya.
2.3.1
Permintaan Produk Perikanan di Pasar
Jumlah pasokan ikan dari usaha penangkapan cenderung pertumbuhannya
relatif stagnan sehingga secara umum mengakibatkan pasar dalam negeri
mengalami kekurangan pasokan ikan sebesar 0,6 juta ton per tahun (Badan
Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, 2006). Disisi lain, kekurangan
pasokan tidak otomatis menyebabkan harga ikan naik. Berdasarkan uji koefisien
trend harga menunjukan tidak adanya peningkatan harga yang signifikan,
dengan kata lain harga ikan relatif stabil di tengah kekurangan pasokan. Kondisi
ini juga mengindikasikan bahwa pengelolaan produk perikanan belum memenuhi
standar kualitas dunia dan sistem distribusi yang efektif.
Berdasarkan pengukuran tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun
Indonesia, yang pada tahun 2006 berkisar 28,69 kg dan diperkirakan akan
meningkat terus menjadi 30 kg per kapita pada tahun 2006/2007, maka
diprediksikan permintaan produk perikanan di pasar dalam negeri akan
mengalami kenaikan. Selain itu trend konsumsi ikan di masyarakat perkotaan
cenderung naik sejalan dengan tingkat kesadaran akan hidup sehat yang
berkembang akhir-akhir ini. Sebagian besar produk perikanan laut digunakan
128
untuk memenuhi permintaan akhir yang terdiri atas konsumsi rumah tangga,
industri/usaha pengolahan dan sisanya untuk memenuhi permintaan ekspor.
2.3.2
Pola Distribusi
Secara umum pola distribusi produk perikanan di Indonesia antara satu
pola dengan pola yang lain berbeda panjang rantai distribusinya. Panjang rantai
pemasaran
menandai banyaknya jumlah
penyampaian
produk
perikanan
yang
perantara yang
dihasilkan
terlibat
dalam
nelayan/pembudidaya
(produsen) ke konsumen yaitu konsumen terlembaga (hotel, restoran, industri
pengolahan dan ekspor) dan konsumen akhir (rumah tangga). Panjangnya rantai
pemasaran menandakan terjadinya beberapa kali transaksi jual beli, yaitu
pertukaran hasil ikan dengan uang sebelum ikan dibeli oleh konsumen akhir. Pola
distribusi produk perikanan dari nelayan/ produsen sampai ke konsumen akhir
dapat digambarkan pada Gambar 3 sebagai sebagai berikut :
Gambar 3. Pola distribusi pemasaran ikan
Sumber :
Kajian
Rantai
Ditribusi
Produk
Pengembangan Perdagangan,
Perdagangan RI, Jakarta.
Perikanan
2006).
(Diseminasi Hasil Penelitian dan
Balitbang Perdagangan, Departemen
2.4 Kerangka Teoritis Strategi Pemasaran
2.4.1 Definisi dan Prinsip Pemasaran
Definisi pemasaran banyak dikembangkan oleh para pakar antara lain
American Marketing Association, 1960 mendefinisikan bahwa Pemasaran adalah
129
pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa
dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Definisi ini menekankan pada
aspek distribusi ketimbang pada kegiatan pemasaran. Kemudian definisi lain
dikemukakan oleh Kotler (1990) dalam bukunya Marketing Management Analysis,
Planning, and Controling, bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial, dimana
individu dan kelompok mendapatkan yang dibutuhkan, dan diinginkan dengan
menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai.
Tujuan
pemasaran
sebuah
perusahaan
bukanlah
laba
melainkan
menciptakan dan mempertahankan pelanggan atau konsumen (Levitt, 1989).
Dengan menciptakan konsumen-konsumen baru dan mempertahankannya maka
sistem penjualan akan terjaga stabil dan tentunya akan mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Menurut sebuah penelitian Boston Consulting
Group yang diacu dalam Zimmerer dan Scarborough (2002) mengemukakan
bahwa mempertahankan pelanggan akan menghasilkan laba diatas rata-rata dan
pertumbuhan pangsa pasar yang sangat baik.
2.4.2
Definisi dan Prinsip Strategi Pemasaran
Istilah strategi
diambil dari bahasa Yunani yaitu ’strategos’ yang
mempunyai pengertian ilmu perencanaan dan pengerahan sumberdaya untuk
operasi besar-besaran, melansir kekuatan pada posisi siap yang paling
menguntungkan sebelum melakukan penyerangan terhadap lawan. Dalam
bidang ekonomi dan manajemen, pengertian strategi bervariasi. Johnson &
Scholes (1997) dan Hutabarat & Huseini (2006) mendefinisikan strategis sebagai
arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk memperoleh keunggulan
melalui konfigurasi sumberdaya dalam lingkungan yang berubah-ubah untuk
mencapai
kebutuhan
pasar
dan
memenuhi
keharapan
pihak
yang
berkepentingan. Sementara Henry Mintzberg (1994) dan Hutabarat & Huseini
(2006) mendefinisikan strategi sebagai 5 P yaitu :
a)
Strategi sebagai perspektif, dimana strategi dalam membentuk misi yang
menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas.
b)
Strategi sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing
c)
Strategi sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan
performansi perusahaan.
130
d)
Strategi sebagai pola kegiatan, dimana dalam suatu strategi dibentuk suatu
pola yaitu umpan balik dan penyesuaian.
Strategi sebagai penipuan (ploy) yaitu muslihat rahasia.
e)
Hamel dan Prahalad (1994) dan Umar (2001) mendefinisikan strategi
sebagai tindakan yang bersifat incremental, terus menerus dan dilakukan
berdasarkan apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.
Strategi diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Strategi Generik (Generic Strategy),
Strategi Utama (Grand Strategy) dan Strategi Fungsional. Strategi generik adalah
suatu pendekatan strategi perusahaan secara umum untuk mengungguli
pesaing, yang akan ditindaklanjuti dengan strategi operasional yaitu strategi
utama (Umar, 2000). Penjelasan lebih jauh seperti diuraikan dalam Tabel 3.
Strategi utama yang dijabarkan di tingkat fungsional perusahaan sering kali
disebut strategi fungsional.
Tabel 3. Strategi Generik dan Strategi Utama Fred R. David
Strategi Generik (Generic Strategy)
Strategi Utama (Grand Strategy)
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Strategi Integrasi
(Integration Strategy)
Strategi Intensif
(Intensive Strategy)
Strategi Diversifikasi
(Diversification Strategy)
Strategi Bertahan
(Defensive Strategy)
Strategi Integrasi ke depan
Strategi Integrasi ke belakang
Strategi Integrasi horisontal
Strategi Pengembangan Pasar
Strategi Pengembangan Produk
Strategi Penetrasi Pasar
Strategi Diversifikasi Konsentrik
Strategi Diversifikasi Konglomerat
Strategi Diversifikasi Horisontal
Strategi Usaha Patungan
Strategi Penciutan Biaya
Strategi Penciutan Usaha
Strategi Likuidasi
Sumber: Buku Metode Riset Bisnis, Husein Umar, 2002.
Kotler (1990) mendefinisikan strategi pemasaran adalah logika pemasaran
dan
berdasarkan
itu
unit
usaha
diharapkan
mencapai
sasaran-sasaran
pemasarannya. Dalam mendisain strategi pemasaran yang paling penting
dilakukan adalah menerapkan konsep segmentasi pasar (segmentation),
penentuan target pasar (targeting) dan penentuan posisi pasar (positioning).
Tujuannya adalah memposisikan suatu produk dalam benak konsumen sehingga
produk tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
131
a.
Segmentasi Pasar (Segmenting)
Pada dasarnya segmentasi pasar adalah suatu strategi yang didasarkan
pada falsafah manajemen pemasaran yang orientasinya pada konsumen. Dengan
melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih
terarah dengan penggunaan sumberdaya yang dimiliki secara lebih efektif dan
efisien guna memberikan kepuasan bagi konsumen.
Prinsip dari segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar yang bersifat
heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang
bersifat homogen. Berdasarkan definisi di atas diketahui bahwa pasar suatu
produk tidaklah homogen, akan tetapi pada kenyataannya adalah heterogen. Ada
empat ktiteria yang harus dipenuhi segmen pasar agar proses segmentasi pasar
dapat dijalankan dengan efektif dan bermanfaat bagi perusahaan, yaitu:
1)
Terukur (Measurable), artinya segmen pasar tersebut dapat diukur, baik
besarnya, maupun luasnya serta daya beli segmen pasar tersebut.
2)
Terjangkau (Accessible), artinya segmen pasar tersebut dapat dicapai
sehingga dapat dilayani secara efektif.
3)
Cukup luas (Substantial), sehingga dapat menguntungkan bila dilayani.
4)
Dapat dilaksanakan (Actionable), sehingga semua program yang telah
disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar itu dapat efektif.
Dalam kegiatan bisnis, segmentasi pasar digunakan untuk mendisain
produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar, merumuskan
pesan-pesan komunikasi yang efektif, menciptakan keunggulan dan menganalisis
perilaku konsumen. Segmentasi pasar dibagai dalam tiga kelompok yaitu :
1)
Pemasaran segmen yaitu kelompok besar yang dapat diidentifikasikan dalam
sebuah dengan perbedaan keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku
membeli sehingga dapat dipisahkan beberapa segmen yang luas.
2)
Pemasaran ceruk (niche) yaitu kelompok yang diidentifikasi secara lebih
sempit dari segmen, yang merupakan sub-segmen atau kelompok yang
memilih sekumpulan ciri berbeda tetapi mencari gabungan manfaat khusus.
3)
Pemasaran individual yaitu tingkat segmentasi yang paling terperinci pada
pemasaran secara individual atau sesuai dengan pesanan (costumized).
Segmentasi pasar dapat dilakukan melalui dua cara yaitu segmentasi yang
dilakukan sebelum produk diluncurkan ke pasar (segmentasi apriori) dan
segmentasi yang dilakukan setelah produk beredar di pasar (segmentasi post-
132
hoc). Purnama (2002) menjelaskan bahwa variabel dalam melakukan segmentasi
pasar konsumen adalah segmentasi geografis, demografis, psikologis dan
perilaku konsumen. Sedangkan variabel dalam melakukan segmentasi pasar
bisnis demografis, operasional, pendekatan pembelian, situasi dan karakteristik
pribadi.
b. Penentuan Pasar Target ( Targeting)
Targeting merupakan suatu kegiatan dalam pemasaran yang berisi menilai
serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu
perusahaan. Dalam menentukan segmen pasar yang akan dimasuki, maka
langkah yang pertama adalah menghitung dan menilai potensi profit yang akan
didapat dari berbagai segmen yang ada.
Tujuan
utama
penentuan
pasar
target
(targeting)
adalah
untuk
menghindari kerugian-kerugian yang bakal terjadi dalam kegiatan pemasaran,
atau paling tidak menguranginya sekecil mungkin. Hal yang harus diperhatikan
dalam menentukan pasar sasaran (targeting) adalah ukuran dan potensi
pertumbuhan segmen, karakteristik struktural segmen, dan kesesuaian produk
dan pasar/product – market fit (Chandra (2005).
c.
Penempatan produk ( Product Positioning)
Menurut Kotler (2002), positioning adalah tindakan merancang tawaran
dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi yang terbedakan di
antara pesaing dalam benak pelanggan sasaran. Hasil akhir penentuan dari
positioning adalah keberhasilan penciptaan suatu usulan nilai yang terfokus pada
pasar. Penempatan posisi produk (positioning) adalah bagaimana cara produk,
merek atau organisasi perusahaan dipersepsikan secara relatif dibandingkan
dengan para pesaingnya oleh pelanggan saat ini atau calon pelanggan (Chandra,
2005). Secara garis besar positioning terdiri atas 3 hal utama yaitu :
1) Pemilihan konsep positioning
2) Perancangan
dimensi
atau
fitur
yang
paling
efektif
dalam
mengkomunikasikan positioning.
3) Mengkoordinasikan dengan bauran pemasaran untuk menyampaikan pesan
yang konsisten.
133
Banyak ahli pemasaran menyarankan agar mempromosikan produk hanya
satu manfaat sentral. Penentuan posisi nomor satu yang paling umum
dipromosikan adalah kualitas terbaik, pelayanan terbaik, harga termurah, nilai
terbaik, paling aman, paling cepat, dan teknologi paling maju. Penekankan
terhadap salah satu penentuan posisi produk dan menyampaikannya dengan
penuh keyakinan, memungkinkan perusahaan tersebut akan selalu diingat dan
terkenal karena kekuatan yang dimiliki. Kotler (2002) menjelaskan ada beberapa
strategi penentuan posisi bagi suatu perusahaan, yaitu:
1) Penentuan posisi menurut atribut, yaitu terjadi bila suatu perusahaan
memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaannya.
2) Penentuan posisi menurut manfaat, yaitu Produk diposisikan sebagai
pemimpin dalam suatu manfaat tertentu.
3) Penentuan posisi menurut penggunaan/penerapan, yaitu suatu perusahaan
memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/
penerapan.
4) Penentuan posisi menurut pemakai yaitu perusahaan dapat memposisikan
produk sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai.
5) Penentuan posisi menurut pesaing yaitu produk memposisikan diri sebagai
lebih baik dari pesaing yang disebutkan namanya atau yang tersirat.
6) Penentuan posisi menurut kategori produk yaitu produk diposisikan sebagai
pemimpin di suatu kategori produk.
Kotler (2002:343) juga mengatakan bahwa saat perusahaan menambah
jumlah pengakuan terhadap manfaat merek mereka, maka mereka juga
menghadapi risiko ketidakpercayaan dan kehilangan penentuan posisi yang jelas.
Secara umum, perusahaan harus menghindari empat hal utama dalam
penentuan positioning :
1)
Penentuan positioning yang kurang (underpositioning)
Pembeli tidak benar-benar merasakan sesuatu yang khusus tentang produk
yang ditawarkan dan dianggap hanya sekedar pendatang baru di pasar.
2)
Penentuan positioning yang berlebihan (overpositioning)
Pembeli mungkin memiliki citra yang terlalu sempit terhadap produk yang
ditawarkan.
3)
Penentuan positioning yang membingungkan (confused positioning)
134
Pembeli mungkin memiliki citra yang membingungkan tentang produk yang
ditawarkan karena perusahaan terlalu banyak membuat pengakuan atau
terlalu sering mengubah positioning produk.
4)
Penentuan positioning yang meragukan (doubtful positioning)
Pembeli mungkin sukar mempercayai pengakuan dari suatu merek karena
pengaruh harga, ciri khusus, atau perusahaan pembuat produk itu.
Strategi
positioning
yang
ditentukan
oleh
perusahaan
harus
dikomunikasikan secara efektif baik secara visual maupun secara tulisan.
Misalnya perusahaan memilih posisi sebagai terbaik dalam mutu, maka mutu
perlu dikomunikasikan dengan memilih tanda atau petunjuk fisik yang umumnya
berkaitan dengan penilaian mutu. Harga yang mahal biasanya identik dengan
produk yang bermutu tinggi.
d.
Bauran Pemasaran
Pemasaran dapat diartikan, selain yang telah didefinisikan di atas, sebagai
proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan
distribusi gagasan, barang dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan individu
dan organisasi (Chandra, 2005). Dalam implementasinya, organisasi perusahaan
atau individu menggunakan serangkaian alat pemasaran yang dikenal dengan
Bauran Pemasaran (Maketing Mix).
Marketing mix merupakan kombinasi variabel-variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran, yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasaran. Stanton (1986)
mendefinisikan marketing mix adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan
kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi.
Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan
promosi, dan sistem distribusi yang disebut Four P's yaitu :
1)
Product (Produk/Jasa)
Terdiri atas variasi produk/ jasa, kualitas, kuantitas, desain, fitur, merek,
kemasan, ukuran, layanan dan garansi. Produk merupakan elemen yang
paling penting, karena dengan produk inilah perusahaan berusaha untuk
memenuhi "kebutuhan dan keinginan" konsumen.
2)
Price (Harga)
135
Terdiri atas harga katalog, diskon, potongan khusus, periode pembayaran,
dan persyaratan kredit.
3)
Place (tempat/Saluran Distribusi)
Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan
konsumen dan menetapkan harga yang layak, tahap selanjutnya adalah
menentukan metode penyampaian produk/jasa tersebut ke konsumen/pasar.
Pengertian tempat dalam kontek marketing mix tidak hanya merupakan
pengertian secara fisik tetapi tempat atau keberadaan produk yang mudah
didapat oleh konsumen baik di suatu took, distributor, atau jaringan
pemasaran lainnya. Semakin mudah tempat/ keberadaan suatu produk akan
sangat mudah dilihat, diingat dan diputuskan untuk memilihnya.
4)
Promotion (Promosi)
Aspek ini berhubungan erat dengan berbagai kegiatan untuk memberikan
informasi tentang produk/jasa yang ditawarkan yang meliputi antara lain
kegiatan periklanan (advertising), penjualan pribadi (Personal Selling),
Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas (Publicity).
2.4.3 Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy)
Persaingan dalam pemasaran produk merupakan hal yang wajar dan sering
terjadi. Perusahaan berlomba-lomba untuk saling ’mengalahkan satu sama
lainnya’ demi mendapatkan pangsa permintaan yang lebih besar dalam ruang
pasar yang semakin sempit dengan prospek keuntungan/laba dan pertumbuhan
semakin berkurang.
Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy) merupakan suatu strategi
pemasaran yang berusaha keluar (menghindari) kompetisi baik dengan produk
sejenis maupun tidak sejenis dan menciptakan ruang pasar baru yang belum
terjelajahi,
menciptakan
permintaan
dan
peluang
pertumbuhan
yang
menguntungkan. Fokus utama dari Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy)
ini adalah menciptakan inovasi nilai (Value Innovation).
a.
Inovasi Nilai : Batu-Pijak Strategi Samudera Biru
Inovasi nilai memberikan penekanan setara pada nilai dan inovasi. Nilai
tanpa inovasi cenderung berfokus pada penciptaan nilai dalam skala besar,
dengan kata lain sesuatu yang meningkatkan nilai produk tetapi tidak memadai
untuk membuat unggul secara menonjol di pasar. Inovasi tanpa nilai cenderung
136
bersifat mengandalkan teknologi, pelopor pasar atau futuristik dan sering
membidik sesuatu yang belum siap diterima dan dikonsumsi oleh pembeli (Kim
& Mauborgne, 2005). Dalam pengertian ini, sangat penting membedakan antara
inovasi nilai, inovasi teknologi, dan usaha menjadi pelopor pasar. Inovasi nilai
diciptakan
dalam wilayah
di
mana tindakan perusahaan secara
positif
memengaruhi struktur biaya dan tawaran nilai bagi pembeli. Penghematan biaya
dilakukan dengan menghilangkan dan mengurangi faktor-faktor yang menjadi
titik persaingan dalam industri. Nilai pembeli ditingkatkan dengan menambah dan
menciptakan elemen-elemen yang belum ditawarkan industri. Dalam perjalanan
waktu, biaya berkurang lebih jauh ketika skala ekonomi bekerja setelah terjadi
volume penjualan tinggi akibat nilai unggul yang diciptakan.
Sebagaimana ditunjukan dalam Gambar 4 dibawah ini, penciptaan
samudera biru adalah menekan biaya seefisien mungkin dan meningkatkan nilai
produk bagi pembeli, sehingga nilai yang diterima pembeli berasal dari manfaat
dan harga yang ditawarkan perusahaan kepada pembeli, dan nilai bagi
perusahaan dihasilkan dari harga dan struktur biaya. Inovasi nilai tercapai hanya
ketika keseluruhan system kegiatan utilitas, harga, dan biaya perusahaan
terpadu dengan tepat (Kim & Mauborgne, 2005).
Biaya
Inovasi
Nilai
Nilai Pembeli
Upaya Bersamaan dalam mengejar Diferensiasi dan Biaya Rendah
Gambar 4. Dinamika diferensiasi-biaya rendah yang mendasari inovasi
nilai.
Sumber : ”Strattegi Samudera Biru”. Kim, W.C. and R. Mauborgne. 2005. Hal. 36
b. Prinsip-prinsip Strategi Samudera Biru
137
Dalam mendukung perumusan dan penerapan Strategi Samudera Biru,
telah dirumuskan enam prinsip Strategi Samudera Biru yang mendorong
kesuksesan penerapan dan pelaksanaannya beserta resiko-resiko yang ditangani
oleh prinsip-prinsip tersebut
(Kim & Mauborgne, 2005). Ke-enam prinsip
tersebut adalah merekonstruksi batasan-batasan pasar, fokus pada gambaran
pasar bukan pada angka, menjangkau melampaui permintaan yang ada,
melakukan rangkaian strategis dengan tepat, mengatasi hambatan-hambatan
utama dalam organisasi dan mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi.
c. Kerangka Kerja dan Alat Analisis
Kerangka kerja dan alat analitis untuk menciptakan inovasi nilai
dalam
penerapan Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy) adalah:
1)
Kanvas Strategi
Yaitu kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk membangun strategi
samudera biru yang baik. Kanvas strategi memiliki fungsi merangkum situasi
saat ini dalam ruang pasar yang sudah dikenal sehingga bisa memahami
dimana kompetisi saat ini sedang tercurah, faktor-faktor apa yang sedang
dijadikan ajang kompetisi dalam produk dan jasa serta memahami apa yang
didapatkan konsumen dari penawaran kompetitip di pasar.
2)
Kerangka Kerja Empat Langkah (four actions framework)
Yaitu
suatu
langkah
kerja
yang
mengevaluasi
faktor-faktor
yang
berpengaruh dalam penciptaan kurva nilai baru. Kerangka kerja empat
langkah mempunyai empat pertanyaan kunci antara lain :
a) Faktor apa saja yang harus dihapuskan dari faktor-faktor yang telah
berlangsung selama ini pada industri?
b) Faktor apa saja yang harus dikurangi hingga di bawas standar industri?
c) Faktor apa saja yang harus ditingkatkan hingga di atas standar industri?
d) Faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industri sehingga harus
diciptakan?
Hapuskan
Faktor-faktor yang
harus dihapuskan dari
faktor yang umum
138
Kurangi
Faktor-faktor yang
harus dikurangi
hingga dibawah
standar industri
Ciptakan
Faktor-faktor yang
belum pernah
ditawarkan industri
Kurva
Nilai
Baru
Tingkatkan
Faktor-faktor yang
harus ditingkatkan
hingga diatas standar
Gambar 5.
Skema
Kerangka
Kerja
Empat
Langkah
framework) dari Blue Ocean Strategy.
(four
actions
Sumber : ”Strattegi Samudera Biru”. Kim, W.C. and R. Mauborgne. 2005. Hal. 53
3)
Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Yaitu alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat langkah. Skema ini
akan mendorong perusahaan untuk bertindak berdasarkan pertanyaan pada
kerangka kerja empat langkah dalam menciptakan suatu kurva nilai baru.
Skema ini memberikan empat manfaat utama yaitu mendorong perusahaan
untuk
mengejar
menganalisis
diferensiasi
setiap
faktor
dan
yang
biaya
murah
menjadi
ajang
secara
bersamaan,
kompetisi
sehingga
menemukan berbagai asumsi implisit yang dibuat secara tidak sadar dalam
berkompetisi, menghindari kesalahan dalam struktur biaya dan modifikasi
produk secara berlebihan sehingga menyebabkan kenaikan biaya dan mudah
dipahami oleh menejer di segala level.
2.4.4 Analisis Strategi Pemasaran
Dalam penerapan suatu strategi pemasaran, keberhasilan suatu stategi
yang diterapkan sangat bergantung pada hasil analisis faktor internal dan
eksternal perusahaan saat ini. Untuk menghasilkan suatu hasil analisis yang
optimal diperlukan alat-alat analisis antara lain :
a.
Analisis Eksternal
Analisis Eksternal merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap
faktor-faktor yang berada di luar organisasi/perusahaan dan tidak dapat dikontrol
oleh organisasi tersebut. Tujuan dari Analisis Eksternal ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi menjadi peluang dan ancaman
139
terhadap organisasi. Secara umum faktor-faktor eksternal dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori sebagai berikut :
1) Faktor politik, hukum dan pemerintahan, merupakan faktor eksternal yang
berupa kebijakan-kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Daerah maupun
Pemerintah Pusat yang dikeluarkan dalam bentuk peraturan, undang-undang,
atau himbauan yang dapat mempengaruhi organisasi.
2) Faktor ekonomi, merupakan faktor eksternal yang berkaitan dengan bidang
ekonomi yang dapat mempengaruhi suatu organisasi seperti suku bunga
kredit, ketersediaan kredit, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, tingkat
penghasilan dan sebagainya.
3) Faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan, merupakan faktor eksternal
yang berkaitan dengan bidang sosial, budaya, demografi dan lingkungan
yang dapat memberikan dampak terhadap produk, jasa, pasar dan
pelanggan.
4) Faktor teknologi, merupakan faktor eksternal yang berkaitan dengan
perkembangan
dan
pemanfaatan
teknologi
melalui
perubahan
atau
penemuan baru yang dapat mempengaruhi organisasi.
Untuk melihat faktor-faktor yang merupakan peluang/ancaman yang
mungkin akan dihadapi oleh perusahaan, maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menentukan probabilitas terjadinya peluang/ancaman dengan kategori
Rendah, Sedang atau Tinggi.
2) Menilai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh peluang/ancaman tersebut
dengan kategori Rendah, Sedang atau Tinggi.
3) Mengidentifikasi problem yang mungkin timbul terhadap manajemen akibat
peluang/ancaman yang memiliki probabilitas tinggi dan dampak yang juga
tinggi.
4) Menilai urgensi terhadap perusahaan dari seberapa besar dampak pada
kelangsungan perusahaan dan kapan akan dialami oleh perusahaan.
5) Menetapkan isu strategik eksternal. Isu strategik eksternal ditetapkan dari
penilaian terhadap peluang/ancaman yang probabilitasnya tinggi dan
dampaknya tinggi serta akan dialami oleh perusahaan dalam waktu dekat.
6) Menetapkan key performance indicator (KPI) sebagai alat untuk mengukur
isu strategik eksternal.
140
7) Melakukan inisiatif strategik berikut target dan program yang akan dilakukan.
Untuk memudahkan dalam evaluasi, langkah-langkah tersebut di atas
dapat disederhanakan dalam bentuk Tabel 4 seperti tersaji dibawah ini.
b. Analisis Internal
Analisis Internal adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap seluruh
aspek yang berada di dalam organisasi dan dapat dikontrol sepenuhnya oleh
organisasi tersebut. Analisis Internal bertujuan mengetahui kekuatan dan
kelemahan dari suatu organisasi/perusahaan.
Untuk melihat aspek-aspek yang merupakan kekuatan dan kelemahan
organisasi/
perusahaan,
maka
dilakukan
analisis
yang
akurat
terhadap
parameter-parameter kunci dalam organisasi sebagai berikut :
1)
Key Result Area
Key Result Area merupakan kinerja pokok yang dituntut dari suatu organisasi
atau bidang yang harus dikelola dengan baik karena hasilnya akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Drucker, 1993).
Lebih lanjut Drucker (1993) mengemukakan bahwa Key Result Area dari
suatu perusahaan terdiri atas :
a) Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
buat perusahaan.
b) Produktivitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk
atau jasa buat konsumen.
c) Pengelolaan Dana, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola dana
yang mampu menghasilkan pengembalian (return) yang baik.
d) Kedudukan
Pasar,
yaitu
posisi
perusahaan
dalam
persaingan
dibandingkan dengan pesaing dalam produk yang sejenis.
e) Pengembangan Organisasi, Sarana dan Prasarana, yaitu kemampuan
perusahaan dalam mengembangkan organisasi dan fasilitas yang dimiliki.
f) Pengembangan Sumberdaya Manusia, yaitu kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan kualitas dan potensi dari sumberdaya manusia yang
dimiliki.
g) Inovasi dan Pembaruan, yaitu kemampuan perusahaan dalam melakukan
inovasi dan pembaruan baik dalam bentuk produk maupun proses
produksi.
141
h) Tanggung
Jawab
Sosial,
yaitu
kemampuan
perusahaan
dalam
menjalankan peran dalam bidang sosial dan kemasyarakatan.
2)
Functional Management
Functional
Management
merupakan
penilaian
terhadap
kinerja
dari
manajemen yang terdiri atas :
a) Kinerja keuangan, yaitu penilaian terhadap segala hal yang berhubungan
dengan aspek keuangan mulai pendapatan, keuntungan sampai dengan
persediaan.
b) Kinerja pemasaran, yaitu penilaian terhadap segala hal yang berhubungan
dengan aspek pemasaran mulai dari tingkat penjualan sampai dengan
promosi.
c) Kinerja
operasional,
yaitu
penilaian
terhadap
segala
hal
yang
berhubungan dengan aspek operasional mulai dari sumberdaya manusia
sampai dengan tingkat efisiensi proses produksi.
3)
Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard
membantu
para
merupakan
eksekutif
suatu
dalam
kerangka
komprehensif
menterjemahkan
tujuan
yang
strategis
perusahaan ke dalam serangkaian ukuran kinerja yang koheren yang
kemudian mengkomunikasikannya kepada karyawan sebagai pelaksana.
Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen yang dapat memotivasi
untuk peningkatan yang terkait dengan produk, proses, pelanggan dan
perkembangan pasar. Sebagai suatu sistem manajemen kinerja, Balanced
Scorecard terdiri atas empat perspektif atau pandangan yang membentuk
suatu kerangka kerja dalam mengukur kinerja organisasi sebagai berikut :
a) Perspektif Finansial, bertujuan meningkatkan nilai dan memuaskan para
pemegang saham. Isu strategis yang diukur dalam Perspektif Finansial
adalah pertumbuhan dan peningkatan penerimaan, reduksi biaya atau
peningkatan produktivitas dan peningkatan utilisasi aset.
b) Perspektif Pelanggan, bertujuan memuaskan pelanggan dengan cara
mengidentifikasi pelanggannya dan segmen pasar dimana mereka
bermain.
c) Perspektif Proses Bisnis Internal, bertujuan mengetahui proses-proses
kritis yang teridentifikasi dalam perusahaan. Ini dilakukan untuk mencapai
tujuan peningkatan nilai pelanggan dan peningkatan nilai pemegang
142
saham. Model yang biasa digunakan adalah model rantai nilai proses
bisnis internal yang terdiri atas proses inovasi, proses operasional dan
proses pelayanan.
d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, bertujuan mengetahui cara
mempertahankan keberlangsungan perusahaan terhadap perubahan dan
peningkatan. Tujuan ini dimanfaatkan untuk pengendali dalam mencapai
keunggulan hasil dari perspektif finansial, perspektif pelanggan dan
perspektif proses bisnis internal.
c.
Analisis Nilai-Nilai Manajerial
Nilai-nilai manajerial adalah jiwa dan spirit dari suatu organisasi yang
menjadi arah dan pemandu langkah-langkah yang akan dilakukan yang meliputi
visi dan misi, tujuan dan norma/ nilai perusahaan.
1) Visi dan Misi
Visi merupakan suatu pernyataan tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi/perusahaan. Pernyataan Visi ini harus singkat dan memuat makna
yang jelas. Visi yang jelas menjadi dasar untuk membuat pernyataan Misi yang
komprehensif.
Misi merupakan suatu pernyataan bisnis yang menjadi landasan yang
digunakan perusahaan dalam mencari keunggulan bersaing. Dalam Misi ini
tertuang untuk kepentingan siapa perusahaan dioperasikan dan kriteria yang
digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Pernyataan Misi yang jelas sangat
membantu dalam menetapkan tujuan-tujuan dan merumuskan strategi secara
efektif.
Menurut David (2003), pernyataan Misi yang baik dan efektif harus
memiliki sembilan komponen atau ciri sebagai berikut :
a. Pelanggan : ”Siapakah para pelanggan dari perusahaan?”
b. Produk atau jasa: ”Apa produk atau jasa utama yang dihasilkan perusahaan?”
c. Pasar : ”Secara geografis dimanakah pasar perusahaan dalam bersaing?”
d. Teknologi : ”Apakah perusahaan memiliki teknologi yang mutakhir ?”
e. Perhatian terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan keuntungan:
”Apakah perusahaan memiliki komitmen terhadap pertumbuhan dan kondisi
keuangan yang sehat?”
143
f.
Filsafat: ”Apakah keyakinan, nilai-nilai, cita-cita dan prioritas etis dasar
perusahaan?”
g. Konsep diri : ”Apakah kompetensi perusahaan yang mencolok atau
keunggulan kompetitif utamanya?”
h. Perhatian terhadap citra publik: ”Apakah perusahaan tanggap terhadap
persoalan-persoalan sosial, komunitas dan lingkungan?”
i.
Perhatian terhadap karyawan: ”Apakah para karyawan merupakan asset
perusahaan yang berharga ?”
2) Tujuan Utama Perusahaan
Perumusan
tujuan
utama
perusahaan
adalah
usaha
untuk
lebih
mengaktualkan misi bisnis perusahaan tersebut. Pada umumnya tujuan utama
perusahaan mengandung karakteristik sebagai berikut (Dess and Miller, 1993) :
a. Mengenai masalah keuangan dan non keuangan
b. Dapat dicapai dengan usaha yang keras
c. Dihubungkan dengan dimensi waktu
d. Memfasilitasi trade-off antara tujuan-tujuan yang sama baiknya
e. Mengurangi konflik antara kepentingan yang saling bersimpangan
f.
Dapat diukur perkembangannya
g. Menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan
3) Norma-Norma dan Nilai-Nilai Perusahaan
Norma-norma dan nilai-nilai perusahaan merupakan software yang
menggerakkan seluruh aktivitas organisasi baik bisnis maupun non bisnis.
Norma-Norma merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh
anggota organisasi yang disertai sanksi-sanksi bagi yang melanggarnya dengan
tujuan untuk mencapai kesejahteraan organisasi yang maksimal.
d. Analisis Kesenjangan (Gap)
Analisis gap adalah analisis perbandingan yang menunjukkan adanya
perbedaan antara nilai sebuah atribut layanan atau produk dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan (Radian, 2003). Dalam penetapan standar ini bisa
bersifat subyektif dan sangat bergantung pada tolak ukur yang ditetapkan.
Misalnya gap bisa teridentifikasi ketika membandingkan antara skor atribut
sebuah produk dengan skor rata-rata untuk atribut yang sama yang dimiliki
144
pesaing. Bisa juga analisis gap ini didasarkan pada hasil perbandingan antara
skor tiap atribut dengan standar yang diinginkan oleh perusahaan.
Menurut Radian (2003), hasil dari analisis gap bisa digunakan sebagai
acuan untuk memperbaiki kinerja produk atau layanan yang ditawarkan kepada
konsumen. Analisis gap ini bisa bersifat positif atau negatif. Gap positif jika
realisasi skor untuk atribut produk atau jasa lebih tinggi dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan, dan jika ternyata lebih kecil, maka termasuk gap
negatif. Baik gap positif maupun negatif, maka hasil yang bisa diperoleh adalah
skor perbandingan yang akan mampu menunjukkan posisi produk yang
ditawarkan perusahaan dibandingkan dengan produk yang ditawarkan oleh
pesaing.
e.
Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
dari hasil Analisis Eksternal, Analisis Internal dan pengkajian terhadap Nilai-Nilai
Manajerial. Analisis SWOT pada model manajemen strategis dari Fred R. David
yaitu analisis yang umum digunakan dalam merumuskan strategi yang dapat
diambil oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Analisis ini
terdiri atas tahapan antara lain:
1) Tahapan masukan (Input Stage)
Menggabungkan hasil Analisis Internal dan Eksternal untuk mendapatkan
kondisi perusahaan secara utuh dan menyeluruh yang mencakup kekuatan
(strenth) dan kelemahan (weakness) perusahaan itu sendiri serta peluang
(oportunity) dan ancaman (treath) dari pihak luar.
2) Tahap mencocokan (Matching Stage)
Membandingkan dan mencocokan kekuatan (strenth) dan kelemahan
(weakness) internal perusahaan dengan peluang (oportunity) dan ancaman
(treath) dari pihak luar. Kemudian menyusun strategi-strategi yang dapat
dikembangkan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan.
3) Tahap keputusan (Decision Stage)
Membahas strategi pemasaran yang cocok dengan karakter produk dari hasil
analisis dan membandingkan dengan alternatif strategi lain yang sesuai.
Kemudian memetakan faktor internal dan eksternal. Hunger & Wheelen
(2003) menyatakan bahwa Analisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi
145
langka (distinctive competence) perusahaan yaitu keahlian tertentu dan
sumber-sumber yang dimiliki perusahaan serta metode unggul yang
digunakan. Kompetensi langka sering juga dikatakan sebagai kapabilitas inti
(core capability) yaitu kapabilitas yang secara strategis membuat sebuah
perusahaan berbeda.
Tabel 4. Matrik analisis strategi pemasaran (SWOT)
Kekuatan
(strengths)
Strategi WO :
Strategi SO:
Peluang
(opportunities)
Ancaman
(Threats)
Kelemahan
(weakness)
Menggunakan kekuatan inter- Mengembangkan kelemahan
nal untuk meraih keuntungan internal dengan meraih keundari peluang eksternal
tungan dari peluang eksternal
Strategi ST :
Strategi WT :
Menggunakan kekuatan
inter nal untuk
menghindari/ mengurangi
pengaruh/ ancaman
eksternal
Mengarahkan taktik bertahan
untuk mengurangi kelemahan
internal dan menghindari
ancaman lingkungan
Sumber : Diadaptasi dari Buku Manajemen Strategis, J. David Hunger & Thomas L.
Wheelen. 2003, halaman 231.
Berikut ini disajikan tabel analisis faktor Internal (IFAS) dan faktor External
(EFAS).
Tabel 5. Model Analisis Faktor Internal (IFAS) dan Faktor
Bobot
Peringkat
(B)
(P)
Faktor Strategis Internal
Kekuatan :
0–1
1–5
• Faktor I, II, dst
Kelemahan :
0–1
1–5
• Faktor I, II, dst
Total
1.00
Faktor Strategis External
Peluang :
• Faktor I, II, dst
Ancaman :
• Faktor I, II, dst
Total
External (EFAS).
Skor
Keterangan
(B X P)
BXP
BXP
.........
0–1
1–5
BXP
0–1
1.00
1–5
BXP
.........
Sumber : Buku Manajemen Strategis, J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003, halaman 197.
146
Untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis suatu perusahaan, maka faktor
strategis eksternal (EFAS) dengan faktor strategis internal (IFAS) dikombinasikan
ke dalam sebuah ringkasan analisis faktor strategis (SFAS) (Tabel 6).
Tabel 6. Ringkasan Analisis faktor-faktor Strategis (SFAS)
Faktor Strategis Kunci
(Faktor yang terbaik)
IFAS yang terbaik
• Faktor I
• Faktor II, dst
EFAS yang terbaik
• Faktor I
• Faktor II, dst
Total
Bobot
(B)
Peringkat
(P)
Skor
(B X P)
0-1
1–5
BXP
0-1
1.00
1–5
BXP
.........
Durasi
P M PJ
Ket.
Sumber : Buku Manajemen Strategis, J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003, halaman 197.
f.
Analisis Industri dan Foresight
Analisis
Industri
adalah
suatu
analisis
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi struktur utama dari suatu industri yang memberikan gambaran
tingkat profitibilitas. Analisis Industri akan menghasilkan peta intensitas
persaingan dari suatu industri yang sedang dianalisis dan perkiraan tinggi
rendahnya
tingkat
keuntungan
dari
industri
tersebut.
Porter
(2000)
mengidentifikasi lima perangkat kekuatan (Competitive Strategy Porter ) dalam
persaingan industri sebagai berikut :
1)
Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru pada suatu industri berasal dari penambahan
kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar yang sudah ada dan
kemampuan sumberdaya yang besar. Ini akan mengakibatkan kemungkinan
penurunan harga atau kenaikan biaya sehingga kemampuan perusahaan
menghasilkan laba menurun. Besarnya ancaman pendatang baru terhadap
suatu industri bergantung pada besarnya rintangan masuk ditambah dengan
reaksi pemain lama dan menciptakan “standar“ bagi peserta yang akan
masuk.
2)
Persaingan di antara perusahaan yang ada
Persaingan
di
antara
perusahaan
yang
ada
lebih
ditujukan
untuk
mendapatkan posisi yang paling menguntungkan. Persaingan timbul karena
satu atau lebih pesaing merasakan tekanan atau melihat suatu kesempatan
147
untuk meningkatkan posisinya. Persaingan ini dilakukan melalui penurunan
harga, perang iklan dan peningkatan pelayanan.
3)
Ancaman produk substitusi
Ancaman produk substitusi dialami oleh semua perusahaan dalam industri.
Produk substitusi yang perlu dicermati adalah yang memiliki harga atau
prestasi yang lebih baik atau berasal dari industri yang memiliki laba tinggi.
4)
Kekuatan tawar pembeli
Kekuatan tawar pembeli terbentuk dari kemampuan mereka (konsumen)
memaksa penurunan harga, menawar dengan meminta kualitas yang lebih
baik dengan pelayanan yang diinginkan sehingga menurunkan kemampuan
menghasilkan laba.
5)
Kekuatan tawar pemasok
Kekuatan
tawar
pemasok
terbentuk
melalui
kemampuan
mereka
mengancam untuk menaikkan harga ataupun menurunkan kualitas barang
yang
dipasok.
perusahaan
Pemasok
untuk
yang
menghasilkan
kuat
laba.
mampu
menekan
Kekuatan
ini
kemampuan
bisa
menekan
keuntungan sampai pada tingkat dimana harga jual lebih rendah dari biaya
produksi.
PENDATANG BARU
POTENSIAL
Kekuatan dari
Pemerintah, organisasi
Stakeholder
Lainnya
PARA PESAING
INDUSTRI
Kekuatan tawar
menawar pembeli
PEMBELI
Kekuatan tawar
menawar
PEMASOK
Ancaman pendatang
baru
Persaingan di antara
Perusahaan yang ada
Ancaman produk
substitusi
PRODUK SUBSTITUSI
Gambar 6. Kekuatan Dalam Persaingan Industri
Sumber : Buku Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Michael E. Porter
@1980. Terjemahan Agus Maulana (2000). Erlangga, Jakarta
148
Industry Foresight yaitu suatu tinjauan yang digunakan untuk merumuskan
suatu pandangan baru tentang suatu industri di masa depan. Industry Foresight
ini perlu dilakukan
mempertimbangkan kecenderungan perubahan pada sisi
teknologi, demografi, regulasi/peraturan, gaya hidup, geopolitik dan sebagainya.
Industri Foresight memberikan kerangka berfikir baru buat perusahaan untuk
melakukan langkah-langkah strategis menghadapi perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi di masa depan.
g. Perencanaan Strategik
Perencanaan strategik adalah suatu rangkaian tindakan dan keputusan
yang dibuat oleh manajemen yang memandu pada pengembangan strategi
tertentu yang dirancang untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Perencanaan strategik merupakan suatu usaha untuk merumuskan kegiatan
dimasa depan dengan mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan
perubahan-perubahan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kegiatan
tersebut dalam kerangka waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan strategik ini penting karena dapat menjadi pedoman
pelaksanaan yang mengarahkan kegiatan ke arah tujuan yang ingin dicapai,
memberikan alternatif pilihan yang dapat memberikan manfaat yang optimal,
menjadi tolok ukur dalam evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan
memberikan perkiraan terhadap hambatan dan peluang sehingga pelaksanaan
dapat terjamin.
Perencanaan strategik memiliki beberapa komponen penting yang biasa
digunakan untuk merumuskan perencanaan jangka panjang perusahaan yaitu :
1) Tujuan, merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh perusahaan pada masa
depan. Tujuan biasanya merupakan konversi dari visi perusahaan dan
bersifat jangka panjang dan kualitatif.
2) Sasaran, merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh perusahaan pada masa
depan dalam kerangka waktu yang lebih pendek. Sasaran biasanya lebih
specifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, terikat waktu, memberikan
tantangan dan bersifat kuantitatif.
3) Arsitektur Strategik, merupakan jalur dan cetak biru dari strategi perusahaan
untuk meraih masa depan yang diinginkan sesuai dengan situasi dan
tantangan yang dihadapi oleh perusahaan. Arsitektur strategik biasanya berisi
149
pengembangan
fungsi-fungsi
baru
dalam
perusahaan,
mengakuisisi
kompetensi baru, melakukan migrasi dari kompetensi yang sudah ada atau
melakukan konfigurasi ulang terhadap pelanggan yang akan dihadapi dimasa
mendatang melalui pemetaan kondisi saat ini dan kondisi pada masa depan.
Arsitektur strategik merupakan pemandu arah yang akan dituju oleh
perusahaan pada masa mendatang dengan rentang waktu yang disepakati.
Arsitektur strategik merupakan penghubung antara saat ini dan masa depan,
penghubung antara jangka pendek dan jangka panjang.
4) Program, merupakan rencana kerja yang akan dilakukan sesuai dengan
strategi dan arsitektur strategik yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran perusahaan.
5) Rencana Tindakan (Action Plan), merupakan langkah-langkah atau tindakantindakan yang akan dilakukan sebagai penjabaran dari program kerja yang
telah ditetapkan.
2.4.5 Kajian Penelitian Terdahulu
Kajian strategi pemasaran ini bukan merupakan yang pertama. Beberapa
penelitian sebelumnya yang menyinggung tentang strategi pemasaran telah
banyak dilakukan sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penulisan ini.
Pada tahun 2002, Agus Setia Sembiring telah melakukan penelitian
perencanaan strategik jangka panjang di P.T. Dafa Teknoagro Mandiri, dengan
memfokuskan pada analisis faktor eksternal dan internal perusahaan. Alat
analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, Analisis Fungsional, Analisis
EFE/IFE, Analisis I-E dan Analisis SWOT.
Kemudian pada tahun 2004, Aryanto Purwadi melakukan penelitian
perencanaan strategik dalam peningkatan pangsa pasar penghimpunan dana dan
penyaluran kredit di PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Cabang Imam Bonjol Padang.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif,
Matriks EFI, Matriks EFE, Matriks Profil Persaingan, Matriks SWOT dan Matriks
Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Pada tahun yang sama, Agus Winasis
Chandra (2004) menyusun karya ilmiah Formulasi Strategi Bisnis di P.T.
Metalisha Intiguna. Fokus penelitian ini adalah memformulasikan beberapa
alternatif strategi usaha yang sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan
ekternal perusahaan serta merekomendasikan prioritas alternatif strategi. Alat
150
analisis yang digunakan adalah Analisis Five’s Porter dengan Metode Delphi,
Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks I-E, Matriks TOWS dan QSPM.
Pada tahun 2006, Rafian Joni melakukan penelitian tentang perencanaan
strategik P.T. Anugrah Jaya Agung. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi
bersaing P.T. Anugrah Jaya Agung - Hotel Salak The Heritage Bogor dalam
menghadapi intensitas persaingan industri perhotelan di Kota Bogor dalam
beberapa tahun mendatang serta merumuskan perencanaan strategik jangka
panjang perusahaan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Eksternal dan Internal, Analisis Industri dan Foresight, Analisis SWOT,
Analisis Biaya Strategik dan Blue Ocean Strategy.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
adalah dilakukannya analisis biaya strategik lanjutan yang dipadukan
dengan
Program Linear penentuan produk yang paling menguntungkan. Selain itu
pendekatan Blue Ocean Strategy dari W. Chan Kim dan Renee Mauborgne lebih
difokuskan pada ‘penciptaan nilai‘ produk yang diharapkan dapat meningkatkan
daya saing.
2.5
Kerangka Pemikiran Konseptual
Kerangka pemikiran konseptual dalam penyusunan kajian ini mengacu
pada tujuan penelitian dan target output yang ingin dicapai. Kerangka konseptual
ini dapat digambarkan seperti dalam tabel dibawah ini :
Tabel 9. Kerangka pemikiran konseptual kajian
Tujuan
b) Mengkaji strategi
pemasaran usaha
pengolahan ikan
asap
UKM
Petikan
Cita
Halus – Citayam
Bogor.
Metodologi
‐ Analisis Biaya
‐ Analisis
Manajerial
‐ Analisis Industri
‐ Analisis SWOT
2. Merumuskan
strategi
pemasaran UKM
Petikan Cita Halus
– Citayam Bogor
Analisis Kesenja
ngan terhadap aspek Biaya, mana
jerial, kelayakan
industry dan situasi
Indikator/ Parameter
Target Output
‐ Profitabilitas Perusahaan
(BEP)
‐ Visi - Misi dan
Stakeholder
‐ Kelayakan industri
(bahan baku, bahan
penunjang, pesaing,
pembeli, produk sejenis)
‐ Strategi Pemasaran
berdasarkan kelemahan,
kekuatan dan peluang –
ancaman
Strategi
Pemasaran Yang
diterapkan saat
ini
Draft rumusan Strattegi
Pemasaran UKM Petikan
Cita Halus.
Rumusan Strategi
pemasaran UKM
Petikan Cita
Halus – Citayam
Bogor (Jangka
151
dalam
menghadapi
intensitas
persaingan.
berdasarkan SWOT.
Panjang dan
Jangka Pendek)
Kerangka pemikiran ini diimplemetasikan melalui tahapan-tahapan antara
lain :
1) Tahap Pertama adalah mengkaji strategi pemasaran yang diterapkan
perusahaan selama dua tahun terakhir serta mengumpulkan informasiinformasi yang terkait dengan kinerja perusahaan baik internal maupun
eksternal.
2) Tahap kedua adalah melakukan Analisis Eksternal dengan merumuskan
faktor-faktor eksternal, mengidentifikasi peluang dan ancaman perusahaan
dan menetapkan isu strategik eksternal.
3) Tahap yang ketiga adalah melakukan Analisis Internal dengan merumuskan
faktor-faktor internal, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahan
dan menetapkan isu strategik internal.
4) Tahap yang keempat adalah melakukan Analisis Nilai-nilai Manajerial yang
meliputi analisis Visi dan Misi perusahaan, analisis tujuan utama perusahaan
dan analisis Norma-norma dan Nilai-nilai perusahaan.
5) Tahap yang kelima adalah melakukan Analisis Industri dan Foresight, untuk
memperoleh struktur persaingan industri dan merumuskan strategi bersaing
perusahaan serta pandangan industri pada masa depan untuk menentukan
langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan.
6) Tahap yang keenam adalah menentukan faktor-faktor strategis perusahaan
dari hasil Analisis SWOT, sehingga dapat ditentukan strategi perusahaan
dalam menghadapi persaingan.
7) Tahap yang ketujuh adalah menyusun perencanaan strategik perusahaan
secara lengkap dan menyeluruh.
152
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di
Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi
Raya RT. 01/01 Kampung Sawah, Desa Raga Jaya – Citayam, Kabupaten Bogor.
Pengambilan dan analisis data dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret
2008.
3.2 Aspek Kajian
Aspek
umum
yang
dibahas
adalah
analisis
SWOT
dengan
fokus
pembahasan pada faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dan
analisis Industry Foresight
yang ditujukan untuk mengetahui posisi bersaing
perusahaan baik dengan industri sejenis maupun yang berlainan.
Aspek kajian khusus yang dibahas adalah mengenai strategi fungsional
pemasaran sebagai berikut : (a) Segmentasi dan target pasar (segmenting and
targetting); (b) Posisi produk di pasar (positioning); (c) Bauran pemasaran
(marketing mix) yang meliputi Strategi produk (portepel produk, merek, jaminan,
kemasan, kualitas
dan volume produksi), Strategi distribusi (penyimpanan
produk, saluran pemasaran, wilayah pengiriman, transportasi dan pengaturan
waktu), Strategi promosi (iklan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat),
Strategi harga (diskon penetapan harga berdasarkan nilai, biaya atau kompetisi);
(d) Analisis penjualan berdasarkan siklus umur produk dengan data penjualan
dua tahun terakhir.
3.3 Metode Kajian
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif, yang
ditujukan untuk melukiskan fakta atau data ekternal dan internal dari UKM
Petikan Cita Halus secara faktual dan sistematis.
3.4
Data yang Diperlukan dan Sumbernya
Data yang diperlukan dalam kajian ini terdiri atas data primer yang meliputi
data faktor-faktor eksternal
yang berpengaruh terhadap perusahaan, data
faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, aspek
nilai-nilai manajerial perusahaan seperti Visi, Misi dan kebijakan perusahaan
153
terkait dengan stakeholder dan aspek finansial yang meliputi laporan keuangan
dan laporan penjualan.
Data primer diperoleh dari responden yang dipilih secara sengaja
(purposive sampling) yang terdiri atas Direktur Utama (Haji Amril Lubis) yang
merangkap sebagai pemilik perusahaan, seluruh Kepala Bagian yang berjumlah 3
orang, expert dalam bidang industri pengolahan ikan asap dan pemasaran dari
luar perusahaan yang berjumlah 3 orang yaitu Dr. Ir. Achmad Poernomo, MSc,
Prof. Dr. Martani Huseini dan Ir. Muchlison Zaini
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data suplai
bahan baku, produk dari kompetitor dan literatur-literatur tentang ikan asap,
jurnal-jurnal dari internet dan lain-lain.
3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Data primer yang dihasilkan dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
sebagai berikut :
a. Metode Wawancara, yaitu wawancara langsung dengan Direktur Utama,
Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pemasaran dan Kepala Bagian
Keuangan. Selain itu juga dilakukan dengan para ahli (expert) untuk
mengetahui industry foresight dari industri pengolahan ikan asap di masamasa mendatang.
b. Metode Focus Group Discussion (FGD), yaitu diskusi kelompok dengan
pemilik perusahaan, Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pemasaran dan
Kepala Bagian Keuangan untuk membahas tentang stakeholder, merumuskan
faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan serta merumuskan strategi
dan program efisiensi biaya.
c. Metode Kuesioner yaitu memberikan serangkaian pertanyaan tertulis dan
daftar isian kepada beberapa karyawan yang dipilih untuk mendapatkan data
dan informasi terkait dengan industri forsight
serta pemberian kuesioner
preferensi konsumen kepada 65 responden sebagai konsumen ikan asap.
d. Metode Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung di
lokasi penelitian untuk mengetahui aktivitas dan proses internal perusahaan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan berbagai
laporan seperti laporan hasil penelitian atau jurnal tentang ikan asap dari
berbagai instansi dan studi pustaka terhadap berbagai literatur yang berkaitan.
154
3.6. Teknik Pemilihan Responden
Teknik pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling)
dengan memilih pihak-pihak yang menjadi responden yang terdiri atas
responden internal yaitu manajemen perusahaan dan responden eksternal yang
terdiri atas expert dalam industri pengolahan ikan asap dan pemasaran. Kriteria
yang digunakan dalam pemilihan responden internal adalah yang bersangkutan
harus tokoh kunci perusahaan, memiliki power dalam menentukan kebijakan
yang
berkaitan
dengan
kinerja
perusahaan,
memiliki
kemampuan
dan
pengetahuan yang memadai di bidangnya masing-masing. Sedangkan kriteria
yang digunakan untuk memilih responden eksternal adalah memiliki keahlian dan
pengalaman dalam industri pengolahan dan pemasaran ikan.
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
a. Analisis Deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai perusahaan
secara menyeluruh.
b. Analisis Biaya perusahaan yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap biaya.
c. Analisis Industri Foresight yaitu digunakan untuk mengidentifikasi struktur
utama dari suatu industri yang memberikan gambaran tingkat profitibilitas
serta merumuskan suatu pandangan baru tentang industri pengolahan ikan
asap di masa depan. Analisis ini dilakukan sebagai berikut :
1) Mempelajari struktur persaingan yang ada dalam industri pengolahan ikan
asap saat ini dan beberapa tahun mendatang.
2) Menyusun kuesioner untuk mendapatkan kondisi persaingan industri
pengolahan ikan asap, pemasok dan konsumen.
3) Menyusun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap 5 Faktor persaingan
industri (Ancaman Pendatang Baru, Persaingan di antara perusahaan
yang ada, Ancaman Produk Substitusi, Kekuatan Tawar Pembeli dan
Kekuatan Tawar Pemasok).
4) Memilih responden internal sebanyak 11 responden untuk memberikan
penilaian
terhadap
masing-masing
parameter
dari
kelima
faktor
persaingan industri. Nilai yang diberikan berkisar antara 1 (sangat
155
rendah) sampai 5 (sangat tinggi) yang menunjukan respon perusahaan
terhadap parameter yang dinilai.
5) Menghitung nilai rata-rata dari setiap responden sehingga menghasilkan
nilai dari masing-masing faktor strategis perusahaan. Kemudian nilai ratarata dari 5 faktor industri tersebut dijumlahkan. Klasifikasi nilai analisis
persaingan industri adalah :
-
Skor 1
–
2,33 : Faktor strategis lemah
-
Skor 2,34 –
3,67 : Faktor strategis sedang
-
Skor 3,68 –
5,00 : Faktor strategis kuat
6) Meminta pendapat dari beberapa expert mengenai kecenderungan yang
akan terjadi di industri pengolahan ikan asap pada masa depan.
7) Hasil analisis lebih lanjut dari industry foresight digunakan untuk
merumuskan rencana pengembangan perusahaan pada saat ini dan
masa-masa mendatang.
8) Hasil analisis dari kuesioner digunakan untuk merumuskan strategi
bersaing perusahaan.
d. Analisis Eksternal perusahaan yaitu untuk mengetahui peluang atau ancaman
yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan. Analisis Eksternal ini dilakukan
sebagai berikut:
1) Menyusun faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang atau ancaman
perusahaan dengan seluruh personal perusahaan melalui Focus Group
Discussion (FGD).
2) Menyusun tabel isian faktor-faktor eksternal untuk menilai probabilitas
terjadinya peluang atau ancaman, dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh peluang atau ancaman, dan sejauh mana peluang atau ancaman
tersebut berpengaruh pada perusahaan.
3) Hasil analisis digunakan untuk menetapkan isu strategis eksternal. Isu
strategis eksternal ditetapkan dari penilaian terhadap peluang atau
ancaman yang probabilitasnya tinggi dan dampaknya tinggi serta akan
dialami oleh perusahaan dalam waktu dekat.
e. Analisis Internal perusahaan yaitu untuk menilai kekuatan/kelemahan
perusahaan. Analisis Internal ini dilakukan sebagai berikut :
156
1) Menyusun faktor-faktor internal yang dapat menjadi kekuatan atau
kelemahan perusahaan melalui analisis terhadap data dan dokumen
internal perusahaan.
2) Menyusun tabel isian untuk menilai faktor-faktor yang dapat menjadi
kekuatan atau kelemahan perusahaan.
3) Hasil analisis digunakan untuk menetapkan isu strategis internal. Isu
strategis internal ditetapkan dari penilaian terhadap kekuatan atau
kelemahan yang memiliki nilai tinggi.
f.
Analisis Situasi SWOT yaitu untuk merumuskan strategi yang dapat diambil
oleh perusahaan sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan. Analisis
ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
1) Tahapan masukan (Input Stage) yaitu menggabungkan hasil Analisis
Internal
dan
Analisis
Eksternal
untuk
mendapatkan
kondisi
dan
kemampuan perusahaan secara menyeluruh.
a) Pembuatan Matrik Faktor Strategi Eksternal
Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor peluang
dan ancaman yang kemungkinan memberikan dampak terhadap faktor
strategis perusahaan. Kemudian faktor-faktor tersebut dipilih 5 sampai 10
faktor dan ditempatkan pada kolom 1. Masing-masing faktor dalam kolom
1 diberi bobot mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak
penting) dan ditempatkan pada kolom 2 (bobot). Jumlah total bobot dari
semua faktor-faktor tersebut harus sama dengan 1,0.
Selain menentukan bobot, maka ditentukan juga angka rating dari
masing-masing faktor tersebut dengan memberikan angka mulai dari 5
(sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah) berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan. Pemberian nilai rating untuk
faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating
5, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Sedangkan untuk
ancaman berlaku sebaliknya yaitu nilai ancamannya sedikit maka
ratingnya 5 dan ancamannya semakin besar maka ratingnya 1.
5
4
3
2
1
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
sangat rendah
157
Untuk menghasilkan pembobotan dari masing-masing faktor, maka
bobot pada kolom 2 dikalikan dengan rating pada kolom 3 dan
ditempatkan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor. Kemudian skor pembobotan dalam kolom 4
dijumlahkan sehingga diperoleh total skor bagi perusahaan yang
bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini
dapat
digunakan
untuk
membandingkan
perusahaan
ini
dengan
perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
b)
Matrik Faktor Strategi Internal
Penentuan faktor strategi internal dilakukan sama seperti pennetuan
factor strategi eksternal. Faktor-faktor strategis internal diidentifikasi,
kemudian disusun tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis
Summary) yang ditujukan untuk merumuskan faktor-faktor strategis
internal dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan.
Penentuan
angka
rating
dari
masing-masing
faktor
tersebut
dilakukan dengan memberikan nilai mulai dari 5 (sangat tinggi) sampai
dengan 1 (sangat rendah) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat
positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai
dari +1 sampai dengan +5 (sangat baik) dengan membandingkannya
dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan
variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan
perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya
adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata
industri, nilainya adalah 5.
2) Tahap
mencocokan
(Matching
Stage)
yaitu
membandingkan
dan
mencocokan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) internal
perusahaan dengan peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dari
pihak
luar.
Kemudian
Menyusun
strategi-strategi
yang
dapat
dikembangkan oleh UKM Petikan Cita Halus Citayam - Bogor sesuai
dengan kondisi dan kemampuan perusahaan. Tahap ini merupakan
Analisis
terhadap
berbagai
faktor
secara
sistematika
untuk
158
merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness)
dan ancaman (Threat).
a) Matrik TOWS atau SWOT
OPPORTUNITIES (O)
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5 – 10
faktor-faktor
kekuatan
internal
perusahaan
Tentukan 5 – 10
faktor-faktor
kelemahan
internal
perusahaan
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Ciptakan
strategi
yang menggunakan
kekuatan
untuk
memanfaatkan
peluang
Ciptakan
strategi
yang meminimalkan
kelemahan
untuk
memanfaatkan
peluang
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Ciptakan
strategi
yang menggunakan
kekuatan
untuk
mengatasi ancaman
Ciptakan
strategi
yang meminimalkan
kelemahan
dan
menghindari
ancaman
Tentukan 5 – 10 faktorfaktor pelaung ekternal
perusahaan
THREATS (T)
Tentukan 5 – 10 faktorfaktor
ancaman
eksternal perusahaan
Gambar 7. Formulasi matrik SWOT
Kekuatan Bisnis/ Posisi Kompetitif Perusahaan
(Kekuatan dan Kelemahan)
KUAT
TINGGI
1
PERTUMBUHAN
RATA-RATA
STABILITAS
Hati-hati
LEMAH
3
2
PERTUMBUHAN
PENGURANGAN
Konsentrasi melalui
integrasi harizontal
Konsentrasi melalui
integrasi vertikal
4
SEDANG
Daya Tarik Industri (Peluang dan Ancaman)
b) Matrik Internal-Eksternal (IE)
5
PERTUMBUHAN
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
-----------------------STABILITAS
Tak ada perubahan
profit strategi
Turn around
(Berputar)
6
PENGURANGAN
Captive Company
atau Divestment
159
RENDAH
7
PERTUMBUHAN
8
Difersifikasi
konsentris
PERTUMBUHAN
Difersifikasi
konglomerat
9
PENGURANGAN
Bangkrut atau
likuidasi
Gambar 8. Matrik Internal-Eksternal (IE)
3) Tahap keputusan (Decision Stage) yaitu membahas strategi pemasaran
yang
cocok
dengan
karakter
produk
dari
hasil
analisis
dan
membandingkan dengan alternatif strategi lain yang sesuai.
g.
Kanvas Strategi Analisis dari Blue Ocean Strategy yaitu untuk merangkum
situasi saat ini dalam ruang pasar yang sudah dikenal sehingga bisa
memahami dimana kompetisi saat ini sedang tercurah, faktor-faktor apa
yang sedang dijadikan ajang kompetisi dalam produk dan jasa serta
memahami apa yang didapatkan konsumen dari penawaran kompetitip di
pasar.
h.
Menyusun perencanaan strategis dari UKM Petikan Cita Halus Citayam –
Bogor yang akan memuat visi dan misi, tujuan, sasaran, strategi
perusahaan, program kerja dan rencana tindakan (action plan).
160
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Perusahaan
UKM Petikan Cita Halus merupakan kepanjangan dari Usaha Kecil
Menengah Petani ikan Citayam Haji Amril Lubis, didirikan oleh Haji Amril
Lubis pada tahun 2001 dan resminya dideklarasikan pada tanggal 11
Maret 2002.
Berdirinya perusahaan ini berawal dari keinginan Haji Amril Lubis
untuk memanfaatkan lahan seluas 3500 M² miliknya yang berada di
Citayam-Bogor menjadi kolam-kolam ikan yang ditebari bibit ikan lele, nila
dan patin.
Pada panen pertama diperoleh hasil yang luar biasa. Namun ada
kendala baru yaitu kemana hasil panen tersebut dipasarkan. Dari kondisi
ini, akhirnya melahirkan ide untuk membuat usaha pengolahan yang
dapat berfungsi mengawetkan atau memperpanjang daya simpan
sekaligus memberikan nilai tambah (value added) yaitu pengolahan ikan
asap.
Pada ujicoba pertama, Haji Amril Lubis melakukan pengolahan ikan
asap lele dan nila sebanyak 30 kg, kemudian hasilnya dibagi-bagikan ke
tetangga sekitar tempat tinggalnya. Responnya cukup positif, ikan asap
buatannya sangat disukai terutama ikan lele karena rasanya yang lezat
dan spesifik. Untuk lebih meyakinkan, dilakukan ujicoba yang kedua
dengan perlakuan yang sama kemudian ditawarkan ke rekan-rekan
kerjanya semasa di PT Pertamina. Dan hasilnya ikan asapnya sangat
disukai. Sejak saat itu, Haji Amril Lubis menekuni usaha pengolahan ikan
asap dan diberi nama UKM Petikan Cita Halus.
Saat ini UKM Petikan Cita Halus berkembang dan
mampu
menghasilkan ikan asap sebanyak 500 – 1000 kg per minggu (tergantung
permintaan pasar) dan dapat dikembangkan menjadi 1 ton per hari
dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 25 orang.
161
4.1.1 Identitas Perusahaan
a. Visi Dan Misi
Walaupun sebagai perusahaan skala kecil, UKM Petikan Cita Halus
mempunyai
pandangan dan cita-cita yang menginginkan suatu peningkatan usaha dan
peningkatan kesejahteraan bagi seluruh personel yang terlibat yang
dituangkan dalam bentuk visi dan misi.
Visi UKM Petikan Cita Halus adalah mendirikan, menjalankan dan
mengembangkan usaha ikan asap untuk menampung hasil petani ikan dan
nelayan agar memiliki nilai jual yang lebih baik, serta dapat meningkatkan
makan ikan bagi masarakat agar sehat, cerdas dan kuat.
Visi tersebut menggambarkan keinginan perusahaan untuk tumbuh
dan berkembang menjadi perusahaan yang sehat dan senantiasa
menampung hasil panen petani ikan dan nelayan. Selain itu, visi ini
mencerminkan tekad perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
petani ikan dan nelayan dengan meningkatkan nilai jual yang lebih baik
serta turut mencerdaskan bangsa Indonesia melalui peningkatan konsumsi
ikan.
Sedangkan misi yang ingin dicapai adalah
1) Mendirikan, menjalankan dan mengembangkan usaha ikan asap
dengan segala turunannya untuk memperoleh nilai jual yang lebih
baik hasil petani ikan dan nelayan.
2) Melalui usaha ikan asap dapat membantu pemerintah menciptakan
lapangan
kerja
untuk
masarakat,
oleh
masyarakat
dan
dari
masyarakat.
3) Meningkatkan konsumsi ikan masarakat melalui pengembangan hasil
olahan ikan asap dan segala turunannya agar tercipta masyarakat
Indonesia yang sehat, cerdas serta kuat.
b. Struktur Organisasi Perusahaan
162
UKM Petikan Cita Halus merupakan usaha keluarga yang melibatkan
seluruh anggota keluarga untuk duduk di jajaran pengelola perusahaan.
Pimpinan Perusahaan dijabat oleh H. Amril Lubis, Kepala Administrasi
dijabat oleh Lilis Liswara (istri), Kepala Pemasaran dipercayakan kepada
Ceppy Amwara (anak pertama) dan Kepala Produksi dijabat oleh Bellya
Amwara (anak kedua).
PEMILIK
PEMASARAN
PRODUKSI
BAGIAN BAHAN BAKU
PEMASARAN
DALAM NEGERI
BAGIAN PRODUKSI
BAGIAN EKSPOR
BAGIAN PENGEMASAN
BAGIAN TRANSPORTASI
BAGIAN TEKNISI AIR
Gambar 9.
ADMINISTRASI
ADM KEU
ADM UMUM
SARANA
BAGIAN KEAGENAN
Struktur Organisasi UKM Petikan Cita Halus Citayam –
Bogor
c. Sumberdaya Manusia
Sebagai perusahaan skala UKM, tenaga kerja/sumberdaya manusia
yang dipekerjakan sebagian besar adalah masyarakat
sekitar lokasi
perusahaan yang pendidikannya relatif rendah. Jumlah pegawai yang aktif
saat ini adalah 25 orang yang terdiri atas 7 orang tenaga wanita dan 18
orang tenaga pria, dengan komposisi pegawai sebagai berikut :
1) Bagian Produksi sebanyak 11 orang yang terdiri atas 1 orang sarjana,
1 orang diploma (D3) dan 9 orang berpendidikan SD.
163
2) Bagian Pemasaran sebanyak 8 Orang yang terdiri atas 3 orang
sarjana, 2 orang diploma (D3), 1 orang lulusan SMA dan 2 orang
berpendidikan SD.
3) Bagian Adminstrasi sebanyak 5 Orang yang terdiri atas 1 orang
sarjana, 1 orang diploma (D3), 1 orang lulusan SMA , 1 orang
berpendidikan SMP dan 1 orang berpendidikan SD.
Secara umum tingkat pendidikan SDM yang dimiliki UKM Petikan
Cita Halus sangat beragam mulai dari tamatan SD sampai dengan Sarjana
(S1). Komposisinya antara lain lulusan sarjana (S1) sebanyak 6 orang,
lulusan diploma (D3) sebanyak 4 orang, lulusan SMA sebanyak 2 orang,
lulusan SMP sebanyak 1 orang dan sebanyak 12 orang hanya lulusan SD.
d. Sarana dan Prasarana
Saat ini perusahaan telah memiliki beberapa kelengkapan sarana dan
prasarana
yang
diharapkan
mampu
mendukung
seluruh
kegiatan
operasionalnya. UKM Petikan Cita Halus menempati lahan seluas ± 3500
m2, dengan luas bangunan
pabrik sekitar 144 m2, bangunan tempat
tinggal pegawai seluas ±60 m2 serta 11 unit kolam ikan air tawar dengan
luas masing-masing ± 300 m2 (15 m x 20 m).
Akses jalan menuju lokasi pabrik cukup memadai artinya lokasi
pabrik berada di samping jalan yang cukup besar sehingga bisa dilalui oleh
kendaraan sejenis truk ukuran menengah untuk mengangkut bahan baku
ataupun produk akhir, walaupun belum bisa masuk ke dalam lokasi pabrik
karena permukaan tanah yang curam. Sedangkan peralatan yang dimiliki
antara lain :
1) Freezer sebanyak 7 unit dengan kapasitas masing-masing 100 liter
2) Dapur pengasapan sebanyak 4 unit dengan kapasitas masing-masing
sebanyak 250 kg.
3) Vacum sealer sebanyak 2 unit
4) Dua unit mobil bak terbuka
5) Satu unit mobil operasional
164
4.1.2 Proses Produksi
Teknologi pengolahan ikan asap sudah lama dikenal dan relatif
sederhana pengerjaanya sehingga dikategorikan sebagai pengolahan ikan
tradisional. Secara umum proses pengolahan ikan asap di UKM Petikan
Cita Halus sama dengan pengolahan ikan asap lainnya. Namun ada
beberapa tahapan perlakuan yang membedakan dengan pengolahan ikan
asap lainnya yaitu penanganan bahan baku, proses pengasapan dan
pengemasan yang lebih baik dan lebih higienis.
a. Tata Letak Pabrik
Proses pengolahan dimulai dari penerimaan bahan baku sampai ke
pengemasan dilaksanakan dalam satu bangunan dengan ruangan yang
terpisah. Luas bangunan pengolahan mencapai 16 m x 9 m = 144 m2 di
lantai 1, dan akan dikembangkan di lantai 2. Bangunan pengolahan terdiri
atas :
1) Ruang penanganan bahan baku berukuran 8 m x 5 m = 40 m2 yang
difungsikan untuk pembelahan/penyiangan ikan, perendaman dan
penirisan ikan.
2) Ruang penyimpanan bahan baku berukuran 6 m x 3 m = 18 m2
dengan 7 buah freezer yang difungsikan tempat penyimpanan bahan
baku.
3) Ruang pengasapan berukuran 16 m x 3 m = 48 m2 dengan 4 dapur
(cerobong) yang mempunyai kapasitas pengasapan 250 kg setiap
dapur (cerobong).
4) Ruang pengemasan yang steril berukuran 6 m x 6 m = 36 m2 yang
difungsikan untuk penimbangan, pengemasan dan proses vakum
dengan 2 vacum sealer.
165
Gambar 10.
Denah tataletak pengolahan ikan asap UKM Petikan
Cita Halus.
b. Penerimaan Bahan Baku
Ikan yang dikirim seperti patin, lele, pari, tuna, cakalang, layang dan
marlin
dimasukan
ke
ruang
Penanganan
Bahan
Baku
untuk
dibersihkan/dipotong. Selanjutnya ikan-ikan tersebut siap diolah atau
disimpan di freezer sebagai stok.
Alur penerimaan bahan baku sebagaimana ditunjukan dalam Gambar
11 yaitu:
1) Ikan yang masuk ditempatkan dalam meja penirisan (60 cm x 120 cm
x 60 cm).
2) Kemudian dicuci di bak pencucian untuk menghilangkan kotoran dan
jeroan ikan.
3) Ikan yang akan diasap, langsung direndam dalam larutan garam. Bila
pengolahannya ditunda, ikan ditiriskan kemudian dimasukan ke dalam
freezer.
166
Gambar 11. Ruang penerimaan bahan baku ikan (penyiangan).
Pengecekan mutu dan kesegaran ikan tidak dilaksanakan di tempat
pengolahan karena ikan-ikan yang dikirim sudah dipilih mutu dan
kesegarannya sangat bagus. Untuk ikan-ikan laut didatangkan dari TPI
Muara Baru dan untuk ikan air tawar berasal waduk Cirata dan Saguling
disamping dari produksi kolam sendiri.
Tabel 8.
Jumlah Kebutuhan bahan baku ikan asap UKM Petikan Cita
Halus
N0.
Jenis Ikan
Kebutuhan (Kg)
Harga (Rp/Kg)
2006
2006
2007
2007
Nilai Pembelian (Rp)
2006
2007
1.
Pari
4.738
5.092
5.800
5.800
27.483.100
29.168.200
2.
Tuna
1.636
318
10.275
10.275
16.807.500
3.267.450
3.
Marlin
1.502
126
16.000
16.000
22.522.000
2.040.000
4.
Lele
727
366
7.700
7.700
5.584.000
2.818.200
5.
Patin
672
386
8.100
8.100
5.440.500
3.126.600
6.
Cakalang
407
440
7.750
7.750
3.165.000
3.410.000
7.
Layur
120
-
8.000
8.000
967.500
-
8.
Layaran
55
50
11.500
11.500
632.500
575.000
9.
Nila
20
-
12.500
12.500
250.000
-
9.877
6.725
82.852.100
44.405.450
Total
c. Proses Pengolahan Ikan Asap
167
Ikan-ikan yang akan diolah dibedakan menurut jenis ikannya serta
diproses secara sendiri-sendiri sehingga tidak tercampur.
Tahapan dalam pengolahan ikan asap di UKM Petikan Cita Halus
antara lain:
1) Ikan dibersihkan di ruang pencucian dan pemotongan.
2) Ikan dibilas dengan air bersih, kemudian dipotong sesuai dengan
ukurannya dan ditempatkan dalam gentong plastik.
3) Kemudian direndam dalam larutan garam kurang lebih selama 30
menit.
4) Selanjutnya, ikan dimasukan dalam larutan jeruk nipis untuk
menghilangkan bau amis dan direndam selama 30 menit.
5) Khusus untuk ikan pari, setelah perendaman dengan air jeruk,
kemudian direndam dalam ekstrak buah spesifik selama 20 menit.
Tujuan perendaman dengan ekstrak buah spesifik adalah untuk
menghilangkan bau amis ikan pari yang sangat menusuk.
6) Ikan yang sudah direndam ditempatkan diatas rak (tray) berukuran 1
m2 yang terbuat dari anyaman bambu.
7) Kemudian rak (tray) tersebut ditempatkan dalam dapur (tempat
pengasapan) secara tersusun dan proses pengasapan siap dimulai.
Satu dapur pengasapan mampu menampung sebanyak 10 rak/tray
dan waktu pengasapan berkisar antara 6 – 8 jam.
8) Untuk menghasilkan asap yang banyak dan aroma yang khas, maka
kayu bakar yang digunakan harus dipilih dari jenis kayu penghasil
buah-buahan. Selain itu kayu yang terbakar harus ditutup dengan
daun pisang agar tidak menghanguskan ikannya.
9) Selama proses pengasapan berlangsung, rak/ tray ikan harus dirotasi
agar ikan asap mendapat panas yang merata sehingga matang secara
menyeluruh.
10) Setelah ±8 jam, ikan diangkat dan ditempatkan di meja penyajian
untuk disortir apakah sudah cukup tingkat kematangannya atau
belum.
168
11) Ikan asap hasil sortiran, selanjutnya dikemas dalam kemasan sesuai
ukurannya.
12) Selanjutnya adalah proses vacum ikan dalam kemasan dengan
vacuum sealer.
13) Ikan asap siap dipasarkan dan disimpan dalam freezer.
d. Produktivitas
Operasional UKM Petikan Cita Halus secara efektif dimulai sejak
tahun 2005, dan mulai melakukan pencatatan pada akhir tahun 2006.
Pada tahun 2006 volume produksi secara keseluruhan hanya mencapai
3,175 ton per tahun dengan kebutuhan bahan baku sekitar 9,9 ton per
tahun. Kemudian pada tahun 2007, produksinya mengalami penurunan
menjadi 2,623 ton per tahun dengan kebutuhan bahan baku sekitar 6,725
ton per tahun. Produksi ikan asap yang paling dominan adalah ikan pari
yang hampir mencapai 47% dari total produksi kemudian diikuti oleh ikan
tuna dan ikan marlin.
Tabel 9.
N0.
Volume Produksi Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus
Jenis
Ikan
2006
1.
Pari
2.
Harga (Rp/Kg)
Produksi Ikan
Asap (Kg)
Nilai Penjualan
(Rp)
2007
2006
2007
2006
2007
1.494
1.926
48.000
48.000
71.712.000
92.448.000
Tuna
548
181
78.000
78.000
42.744.000
14.118.000
3.
Marlin
492
105
80.000
80.000
39.360.000
8.400.000
4.
Lele
236
120
64.000
64.000
15.104.000
7.680.000
5.
Patin
201
127
64.000
64.000
12.864.000
8.128.000
6.
Cakalang
132
148
72.000
72.000
9.504.000
10.656.000
7.
Layur
46
0
54.000
54.000
2.484.000
-
8.
Layaran
19
16
78.000
78.000
1.482.000
1.248.000
9.
Nila
7
0
64.000
64.000
448.000
-
3.175
2.623
195.702.000
142.678.000
Total
Berdasarkan perhitungan, kapasitas produksi ikan asap UKM Petikan
Cita Halus dengan sarana dan SDM yang dimiliki mampu menghasilkan
169
sekitar 360 ton per tahun atau 1 ton per hari. Sementara itu rata-rata
volume produksi per hari untuk seluruh ikan adalah 20 kg. Angka ini
sangat jauh bila dibandingkan dengan kemampuan produksi yang dimiliki
perusahaan. Faktor-faktor penyebabnya antara lain :
1) Penyerapan pasar masih relatif sedikit sehingga produksi ikan asap
disesuaikan dengan kemampuan penjualan.
2) Pasokan bahan baku terutama untuk ikan laut sering tersendat akibat
faktor cuaca (musim) yang menyebabkan kelangkaan ikan di TPI.
e. Pengemasan
Menyadari akan pentingnya menjaga mutu produk dan disatu sisi
ikan mudah mengalami penurunan mutu, perusahaan telah menerapkan
suatu sistem pengemasan yang steril dan hampa udara. Kemasan yang
digunakan adalah kantong plastik yang didesain dengan warna dan
gambar spesifik ikan.
Kemasan ini dipesan secara langsung berdasarkan desain yang
diinginkan disertai dengan label nama produk, jenis, berat, komposisi
bahan baku, masa kadaluarsa dan bar code. Kemasan ini dipesan dalam
jumlah yang cukup banyak dengan harga sekitar Rp. 15.000.000 sebanyak
300.000 lembar.
Pengemasan ikan asap Petikan Cita Halus sudah cukup bagus dari
segi penampilan dan higienis dari segi kebersihan dan mutunya. Tahapan
proses pengemasan ikan asap antara lain:
1) Ikan yang sudah matang dipilih sesuai dengan tingkat kematangan dan
warna penampakan.
2) Kemudian ikan hasil sortasi ditimbang sesuai dengan ukuran kemasan
(205 gr, 250 gr dan 500 gr) kemudian dimasukan dalam kemasan.
3) Kemasan yang sudah terisi dimasukan dalam vacuum sealer untuk
menghasilkan kemasan yang kedap udara.
4) Ikan-ikan asap dalam kemasan selanjutnya disimpan dalam lemari
pendingin (freezer) dan siap dipasarkan.
170
5) Sementara itu, ikan-ikan yang tidak tersortir ditempatkan dalam
kemasan ukuran besar (5 kg ) kemudian disimpan dalam freezer. Ikan
asap kemasan ini khusus dipasarkan dalam bentuk curah.
Dalam proses pengemasan ini, tenaga kerja yang terlibat sebanyak 3
orang yaitu untuk sortasi, pengemasan dan penimbangan serta proses
vacuum sealer. Kecepatan dalam mengemas 1 kemasan diperlukan waktu
selama 60 detik. Sehingga untuk melakukan pengemasan sebanyak 25 kg
ikan asap dengan kemasan 250 gr, diperlukan waktu selama 1 jam 40
menit.
f.
Penyimpanan (Stocking)
Penyimpanan produk yang dilakukan oleh perusahaan dengan
menggunakan freezer dibagi dua yaitu penyimpanan bahan baku dan
penyimpanan
produk
akhir.
Keduanya
ditempatkan
dalam
Ruang
Penyimpanan.
Penyimpanan bahan baku ditujukan untuk menjaga kelangsungan
produksi walaupun pasokan ikan terganggu. Namun karena keterbatasan
tempat penyimpanan yaitu freezer yang jumlahnya sangat terbatas, maka
volume
penyimpanan
bahan
baku
terbatas
dan
hanya
mampu
menampung sekitar 100 kg. Sehingga akan menyulitkan menampung
bahan baku apabila pasokannya cukup melimpah. Lamanya penyimpanan
bahan baku berkisar antara 2 – 3 hari dengan kisaran suhu penyimpanan
antara -5 sampai 10 0C.
Untuk produk akhir, sebelum dipasarkan ikan asap yang telah
dikemas disimpan dalam freezer agar mutunya terjaga. Lamanya
penyimpanan bergantung pada tingkat penjualan ikan asap di pasar serta
permintaan dari pihak supermarket. Sementara untuk suhu penyimpanan
sama dengan tempat penyimpanan untuk bahan baku. Kendala yang
dihadapi dalam penyimpanan adalah terbatasnya tempat penyimpanan
(freezer) sehingga produk akhir disimpan bersama dengan bahan baku.
171
4.1.3 Mutu Produk Akhir
Produk ikan asap yang dihasilkan saat ini berasal dari bahan baku
ikan patin, nila, lele, pari, cakalang, tuna dan laying. Jumlah produksi dari
masing-masing jenis ikan tersebut tergantung dari permintaan dan
pasokan bahan baku.
Jumlah produksi ikan asap yang paling banyak
adalah ikan pari asap yang mencapai 48,7% dari total produksi per tahun.
Sementara yang lainnya hampir berimbang yaitu antara 15% - 20% dari
total produksi.
Dalam pemasarannya, produk ikan asap yang ditawarkan kepada
konsumen dikemas dengan kemasan kedap udara dalam berbagai ukuran
yaitu kemasan 205 kg, 250 gr, 500 gr dan 1 kg. Selain itu, untuk beberapa
jenis ikan asap seperti marlin, tuna dan pari dijual dalam bentuk tanpa
kemasan (curah ) dan biasanya untuk pemasaran ke supermarket.
Sementara untuk Label kemasan ikan asap yang digunakan adalah Aneka
Ikan Asap Citayam.
Dengan proses produksi dan pengemasan yang baik, ikan asap yang
dihasilkan mampu bertahan disimpan dalam freezer selama 8 bulan
dengan mutu tetap terjaga. Selain itu, UKM Petikan Cita Halus telah
mengantongi sertifikat Halal No. MUI - JB 01101007780805 dan Ijin dari
Dep. Kesehatan RI No. SP - 605/10.09/04.
172
Gambar 12. Contoh Produk ikan asap UKM Petikan Cita Halus
4.1.4 Pemasaran Produk
Sebagaimana dikemukanan Levitt (1989) bahwa tujuan pemasaran
sebuah
perusahaan
bukanlah
laba
melainkan
menciptakan
dan
mempertahankan pelanggan atau konsumen. Pada sistem perdagangan
saat ini, kebanyakan produsen suatu barang atau jasa tidak menjual
produknya secara langsung ke pemakai akhir. Antara produsen dan
konsumen itu ada sekumpulan perantara pemasaran yang melakukan
fungsi mencari pelanggan dan melakukan negosiasi.
Pemasaran ikan asap UKM Petikan Cita Halus dilakukan dengan
menjual secara langsung ke konsumen akhir melalui pendistribusian di
pasar-pasar tradisonal, oulet Mall UKM dan beberapa supermarket seperti
Hero, Giant dan Carefour. Bahkan saat ini, Giant dan Carefour bersedia
menampung seluruh produknya dalam jumlah yang tidak dibatasi. Hal ini
menunjukan bahwa produk ikan asap tersebut sudah layak dijual dan
cukup memiliki daya saing. Namun bukan berarti bahwa pemasaran ikan
asap hanya cukup sampai disitu, karena menurut teori pemasaran, bahwa
display produk di outlet-outlet (supermarket dan pasar tradsional)
merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran (4 P) yaitu place
173
(tempat) tersedianya barang-barang yang ditawarkan. Sehingga perlu
didukung dengan 3 P lainnya yaitu product, price dan promotion.
Pada dasarnya perusahaan dapat menjual produknya secara
langsung ke konsumen akhir, tetapi dengan menggunakan perantara ada
beberapa keuntungan yang akan diperoleh antara lain sumber daya
keuangan yang dibutuhkan dapat dihemat sehingga lebih efisien dan biaya
distribusi lebih ekonomis.
a. Distribusi dan Transportasi Produk
Prinsip
distribusi
pemasaran
adalah
melakukan
kegiatan
memindahkan barang dari produsen sampai ke konsumen. Distribusi ini
mengatasi kesenjangan waktu dan tempat. Perusahaan telah melakukan
hal yang sama dalam menyalurkan produknya sehingga bisa sampai ke
konsumen akhir.
Model distribusi pemasaran yang diterapkan oleh UKM Petikan Cita
Halus adalah:
1) Distribusi melalui outlet-outlet pemasaran
Model distribusi ini sudah dilaksanakan selama lebih dari 2 tahun
dengan memanfaatkan outlet-outlet pemasaran di supermarket dan
pasar tradsional. Ikan asap UKM Petikan Cita Halus telah tersebar ke
seluruh kota besar di Pulau Jawa melalui jaringan supermarket Giant
dan Carefour. Sedangkan untuk pasar tradisional masih berkisar di
daerah Jakarta, Bogor dan Depok.
2) Distribusi melalui keagenan atau distributor
Sejak pertengahan tahun 2007, pemilik perusahaan memutuskan
untuk membuat terobosan baru dalam mendistribusikan produknya
melalui pembentukan ke-agenan atau Ditributor ikan asap. Dalam
mendukung sistem keagenan ini, perusahaan bekerjasama dengan PT.
Sanyo Indonesia yang memproduksi lemari pendingin (freezer) melalui
kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan.
174
b. Promosi Penjualan
Faktor lain yang turut berperan dalam pemasaran adalah kegiatan
promosi yang bertujuan memperkenalkan produk ikan asap ke masyarakat
luas serta. Kegiatan promosi merupakan ujung tombak pemasaran bagi
perusahaan dan ini telah disadari betul oleh pemilik UKM Petikan Cita
Halus.
Bentuk-bentuk promosi yang telah dilaksanakan oleh menejemen
perusahaan antara lain penyebaran brosur dan leaflet, partisipasi dalam
pameran nasional, promosi melalui media cetak (majalah dan Koran),
promosi liputan di media elektronik Trans TV, TV7, dan TVRI.
4.1.5 Preferensi Konsumen
Untuk melihat sebebrapa jauh respon masyarakat terhadap ikan asap
UKM Petikan Cita Halus, telah disebarkan kuesioner ke beberapa
responden yang diambil secara acak. Jumlah responden yang diambil
berjumlah 50 orang. Selain itu dilakukan wawancara secara langsung
terhadap responden yang ditemui di pasar tradisional dan supermarket.
Jumlah responden untuk wawancara langsung berjumlah sekitar 15 orang.
Hasil kuesioner dan wawancara langsung yang berjumlah 65
responden adalah:
a) Menyukai ikan asap sebanyak 46 orang
b) Mengenal UKM Petikan Cita Halus sebanyak 28 orang
c) Jenis Ikan Asap yang disukai (1 responden lebih dari satu jawaban)
antara lain tuna asap sebanyak
34
responden,
cakalang
asap
sebanyak 32 responden, layang asap sebanyak 5 responden, marlin
asap sebanyak 10 responden, pari asap sebanyak 59 responden, patin
asap sebanyak 42 responden dan lele asap sebanyak 18 responden.
4.1.6 Kesenjangan (Gap) Kondisi
Dari kondisi umum perusahaan yang telah diuraikan di atas, terlihat
ada kesenjangan (Gap) antara hasil akhir yang diharapkan dengan hasil
yang diperoleh seperti terlihat dalam Table 10.
175
Tabel 10. Kesenjangan (Gap) antara kondisi sekarang dengan kondisi
yang diharapkan pada UKM Petikan Cita Halus.
No.
DIMENSI
1.
Produksi
2.
Pemasaran
3.
Profitabilitas
KONDISI SEKARANG
KONDISI OPTIMAL
a. Kemampuan produksi
kurang dari 5 ton per
tahun.
b. Pasokan bahan baku
kurang dari 10 ton per
tahun.
Penjualan kurang dari 4
ton per tahun
Laba perusahaan kurang
dari Rp. 30.000.000 per
tahun
a. Kemampuan
Produksi mencapai
120 ton per tahun
b. Bahan baku yang
dibutuhkan berkisar
300 ton per tahun
Penjualan
mencapai
100 ton per tahun
Laba
perusahaan
mencapai
Rp.
90.000.000 per tahun
Kemampuan produksi perusahaan saat ini kurang dari 5 ton per
tahun sementara kapasitas optimal dapat menghasilkan sekitar 120 ton
per tahun. Pasokan bahan baku yang didapat oleh perusahaan yang
berlangsung saat ini yaitu kurang dari 10 ton per tahun. Sementara
kebutuhan bahan baku untuk mengoptimalkan kapasitas produksi bisa
mencapai 300 ton per tahun. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan
permodalan perusahaan dalam pembelian bahan baku sangat terbatas
dan sarana penyimpanan stok bahan baku hanya mampu menampung
sekitar 100 kg ikan. Selain itu, faktor penyerapan pasar menjadi alasan
utama
bagi
perusahaan
untuk
tidak
mengoptimalkan
kapasitas
produksinya.
Hasil penjualan produk saat ini yaitu sebesar kurang dari 4 ton per
tahun, masih sangat jauh dari yang diharapkan yaitu sekitar 100 ton per
tahun. Kondisi ini disebabkan oleh masih rendahnya permintaan ikan asap
sehingga perusahaan tidak berani memproduksi lebih banyak lagi.
4.2 Evaluasi Strategi Pemasaran
4.2.1 Aspek Produksi
a. Bahan Baku
176
Pasokan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan selama ini berasal dari :
1) PPS Muara Baru
Bila ditinjau dari letaknya, lokasi PPS Muara Baru dengan UKM Petikan
Cita Halus relatif dekat dan ini sangat menguntungkan perusahaan
dalam hal penyediaan bahan baku. Di sisi lain, PPS muara Baru
merupakan pelabuhan pendaratan ikan terbesar di Indonesia yang
menjadi tujuan pendaratan para nelayan. Berdasarkan data dari
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan periode tahun 2005 sampai tahun 2006 diperoleh bahwa
jumlah kapal yang mendaratkan ikan di PPS Muara Baru sebanyak
3899 unit sepanjang tahun 2005 dan 3330 unit sepanjang tahun 2006.
Sementara itu, volume ikan yang didaratkan di PPS Muara Baru
berjumlah 90.615 ton selama tahun 2005 dan menurun pada tahun
2006 menjadi 39.876,9 ton. Dengan kondisi ini, sumber bahan baku
sangat mendukung terhadap kelangsungan operasional perusahaan,
karena hampir semua jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis
penting tersedia di PPS Muara baru.
2) Jatiluhur dan Saguling
Untuk ikan-ikan air tawar, bahan bakunya dipasok oleh para
pembudidaya ikan di Jatiluhur dan Saguling. Pasokan bahan baku ikan
air tawar sampai saat ini tidak ada masalah karena di samping
melimpahnya bahan baku, kebutuhan ikan air tawar seperti lele, nila
dan patin lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan ikan laut.
b. Tata Letak Pabrik
Berdasarkan hasil pengamatan, luas bangunan (±144 m2) sudah
cukup memadai untuk melakukan aktivitas pengolahan ikan asap dengan
kapasitas di bawah 1 ton per hari.
1) Ruang Pembersihan dan Penirisan
177
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa rata-rata penanganan
bahan baku per setiap kali proses produksi hanya berkisar 100 kg – 250
kg atau membutuhkan tempat sekitar 3 m2 berikut alat dan wadah/
penampungan. Dengan kondisi ini, ruang penyiangan dan pembersihan
masih cukup longgar akan tetapi apabila volume produksi ditingkatkan
menjadi 1 ton per hari maka ruangan ini jelas perlu diperluas.
Ketersediaan air bersih ini yang dihasilkan dari sumur pompa sudah
sangat cukup untuk melakukan proses pembersihan dan penyiangan serta
kualitas airnya cukup bersih.
2) Dapur Pengasapan
Dari segi kapasitas produksi, dapur pengasapan yang berjumlah 4
buah mempunyai kapasitas yang besar yaitu mampu memproduksi
masing-masing 250 kg bahan baku per hari. Namun apabila ditinjau dari
tata letaknya, dapur ini ada beberapa kelemahan yaitu ruang di depan
tungku terlalu sempit sehingga menggangu ruang gerak pekerja, dan
lantai dapur pengasapan masih dari tanah sehingga akan memberikan
dampak yang kurang bagus bagi produk yang dihasilkan.
3) Ruang Pengemasan dan Sortasi
Ruangan ini cukup steril dengan ukuran yang relatif luas sehingga
memberikan keleluasaan ruang gerak bagi para pekerja. Dalam ruang ini
sudah tersedia alat untuk penimbangan, pengemasan dan proses vakum
dengan 2 vacum sealer.
4) Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan difungsikan sebagai tempat penyimpanan
produk akhir. Selain untuk menyimpan produk akhir, ruang ini juga
difungsikan untuk menyimpan bahan baku yang belum sempat diolah.
Sesuai dengan kaidah GMP, penempatan bahan baku dan produk akhir
dalam satu ruang tidak disarankan. Hal ini akan mempengaruhi terhadap
mutu produk akhir seperti terjadinya kontaminasi bau/aroma khas ikan
asap yang bercampur dengan bau ikan basah. Untuk kapasitas
penyimpanan produk saat ini, ruang penyimpanan yang tersedia masih
178
cukup longgar, namun apabila kapasitas produksi ditingkatkan maka
ruang penyimpanan harus ditingkatkan juga.
c. Proses Pengolahan
Proses pengolahan ikan di UKM Petikan Cita Halus masih sederhana.
Peralatan yang digunakan merupakan hasil rakitan sendiri seperti tungku
pengasapan, rak (tray) bambu dan perlengkapan lainnya. Namun ada juga
sebagian peralatan yang sudah menggunakan teknologi modern seperti
lemari pendingin (freezer), vakum sealer dan bahan kemasan.
1) Standar Prosedur Operasi (SPO)
Dari hasil pengamatan, proses pengolahan ikan asap di UKM Petikan
Cita Halus sesuai dengan prosedur umum pengolahan ikan asap,
walaupun ada beberapa perlakuan lain di luar perlakuan yang lazim
seperti pemberian rempah-rempah dan perlakuan lainnya yang dianggap
akan meningkatkan mutu produk akhir.
Pada dasarnya UKM Petikan Cita Halus memiliki Standar Prosedur
Operasi (SPO) dalam melakukan proses pengolahannya, namun SPO ini
tidak tercatat dan terdokumentasi dengan baik. Dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari, para karyawan bagian produksi sudah terbiasa dan
terlatih
dengan rutinitas pekerjaannya berdasarkan proses pengerjaan
dari waktu ke waktu. Proses pengolahan seperti ini dirasakan lebih praktis
dan tidak bertele-tele dibandingkan dengan mengikuti prosedur tertulis.
Namun dalam proses pengolahan yang modern dan terencana, standar
prosedur oparasi mutlak dibutuhkan untuk menghasilkan produk dengan
mutu yang standar dan terjaga secara kontinyu.
2) Good Manufacturing Practices (GMP)
Kaidah yang umum digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang
bermutu secara berkelanjutan adalah Good Manufacturing Practices (GMP).
Dalam implementasinya, GMP dapat berperan menjamin dalam menghasilkan
produk pangan yang bermutu dan aman bagi konsumen.
Dari hasil pengamatan, UKM Petikan Cita Halus belum menerapkan kaidah
GMP (cara pengolahan dengan baik ). Hal ini terbukti dari tidak diterapkannya
179
unsur-unsur GMP antara lain:
a)
Dokumentasi dan pencatatan (recordkeeping)
Tidak ada atau belum dilakukannya dokumentasi dan pencatatan dari
seluruh aktivitas pengolahan dari mulai penerimaan bahan baku sampai
produk akhir siap dipasarkan. Selama ini yang tercatat adalah jumlah bahan
baku dan nilai nominal rupiah.
b)
Kualifikasi personal/ SDM (personnel qualification)
Spesifikasi pegawai sesuai dengan keahlian dan bidang ilmunya belum
sepenuhnya diterapkan, karena terbatasnya anggaran untuk pegawai, maka
sumberdaya manusia yang digunakan belum sepenuhnya menerapkan right
man on right place.
c)
Sanitasi dan Higienis (Hygienee and Sanitation)
Sebagai salah satu syarat dalam menunjang terciptanya produk yang
bermutu, maka sanitasi dan higienis menjadi salah satu parameter dalam
penerapan GMP. Dari hasil pengamatan, UKM Petikan Cita halus sudah
melakukan sanitasi lingkungan dengan baik. Ini terbukti dari halaman
tempat bekerja yang bersih, saluran air lancar, tidak ada genangan air dan
tersedia toilet yang cukup dan letaknya agak jauh dari ruang produksi. Akan
tetapi penerapan sanitasi dan higienis secara keseluruhan belum dilakukan
karena keterbatasan biaya dan SDM.
d)
Verifikasi alat dan peralatan (equipment verification)
Unsur lain yang belum diterapkan adalah verifikasi alat dan peralatan
yang digunakan. Unsur ini berhubungan dengan alat-alat yang
bersinggungan langsung dengan produk yang akan diolah. Untuk
menghasilkan produk yang bermutu dan bebas dari kontaminasi baik
fisik, kimia dan biologi, maka pengendalian terhadap kebersihan dan
sterilisasi alat-alat dan peralatan mutlak harus dilakukan. Sebagai
contoh, wadah atau tempat ikan, rak (tray) bamboo, tempat
pengasapan dan lain-lain harus dalam kondisi bersih dan tidak
terkontaminasi.
e)
Validasi proses (procces validation)
Proses pengolahan ikan asap berjalan sebagai sesuatu rutinitas yang
mengolah ikan mentah menjadi ikan asap. Dari hasil pengamatan dan
180
informasi
dari
pemilik
perusahaan,
evaluasi
terhadap
proses
pengolahan dari mulai pembersihan sampai produk akhir jarang sekali
dilakukan oleh menejemen perusahaan. Untuk menghasilkan produk
yang bermutu dan standar, perlu dilakukan validasi proses sehingga
dapat mencegah terjadinya kekeliruan selama proses berlangsung. Hal
ini bisa menyebabkan perbedaan mutu, rasa, dan penampilan produk
yang dihasilkan.
f)
Penanganan Bahan (complaint handling)
Untuk penanganan bahan baku, perusahaan telah menerapkan
penanganan
produk
dengan
metode
rantai
dingin
dengan
menggunakan peralatan sederhana yaitu box atau kotak yang diisi
dengan es balok. Berdasarkan hasil pengamatan, alat-alat yang
digunakan
dalam
penanganan
ini
belum
bisa
menjamin
mempertahankan mutu ikan selama pengangkutan dari PPS Muara
Baru ke lokasi pengolahan karena suhu yang dihasilkan oleh es balok
dalam kotak masih di atas 5°C.
Penanganan bahan baku selama proses produksi belum optimal
karena masih digunakannya alat dan peralatan yang kurang bersih
sehingga dikhawatirkan terjadi kontaminasi baik secara fisik, kimia
dan biologi. Sementara untuk penanganan produk akhir, perusahaan
sudah menerapkan metode pengemasan kedap udara sehingga
terhindar dari kontaminasi dan produk bisa tahan lama.
d. Pengemasan
Pengemasan ikan asap produksi Petikan Cita Halus sudah cukup
bagus baik dari segi penampilan (estetika) maupun dari segi mutunya,
sehingga akan meningkatkan daya saing di pasar. Selain itu dengan
digunakannya kemasan kedap udara, produk yang dihasilkan UKM Petikan
Cita Halus mampu bertahan sampai 1 tahun bila disimpan dalam lemari
pendingin.
Kondisi
ini
merupakan
modal
bagi
perusahaan
untuk
meningkatkan daya saing dan sekaligus sebagai suatu faktor keunggulan
dari para pesaingnya.
181
e. Penyimpanan
Berdasarkan hasil pengamatan, tempat penyimpanan produk baik
ikan segar maupun ikan asap menggunakan 7 unit freezer. Dalam
perencanaannya, 7 unit freezer tersebut dibagi dua yaitu 2 unit untuk
penyimpanan bahan baku (ikan segar) dan 5 unit untuk penyimpanan
produk akhir (ikan asap) dan semuanya ditempatkan dalam Ruang
Penyimpanan.
Namun
dalam
pelaksanaannya,
seringkali
terjadi
pencampuran penyimpanan produk mentah dengan produk akhir akibat
keterbatas tempat atau daya tampung freezer yang dimiliki terbatas.
Kondisi ini sering terjadi bila pasokan bahan baku cukup melimpah tapi
proses
produksi/pengasapan
tidak
mampu
mengimbanginya
atau
sebaliknya, dimana produk akhir yang siap dipasarkan belum terdistribusi
tetapi pasokan bahan baku sudah terlanjur datang.
Pencampuran penyimpanan antara produk mentah dengan produk
akhir dalam satu tempat sedikit banyak dapat mempengaruhi mutu,
sehingga hal ini harus dihindari. Perusahaan harus sudah memikirkan
penyediaan atau penambahan freezer baru untuk mengatasi masalah
tersebut.
f.
Penerapan Menejemen Mutu
Berdasarkan pengamatan selama proses pengolahan berlangsung,
penerapan sistem jaminan mutu di UKM Petikan Cita Halus belum
sepenuhnya diterapkan. Hal ini terlihat dari beberapa point yang menjadi
persyaratan utama dalam penerapan jaminan mutu yaitu sanitasi dan
higienis menyeluruh yang meliputi sanitasi lingkungan, sanitasi karyawan,
dan sanitasi alat dan sanitasi ruang.
Lingkungan di sekitar UKM Petikan Cita Halus yang merupakan
pedesaan yang masih alami dengan pohon-pohon yang masih lebat,
sangat mendukung terhadap pelaksanaan program sanitasi dan higienis
karena lingkungannya masih bersih dan belum terkontaminasi oleh limbah
dan kotoran.
182
Sanitasi dari karyawan yang terlibat dalam proses produksi,
pengolahan dan pengemasan
karyawan
ini
diwujudkan
adalah mutlak diterapkan. Sanitasi
dengan
cara
membersihkan
diri
dan
menggunakan pakaian kerja kerja (khusus), tutup kepala, sepatu khusus
dan
sarung
tangan.
Hal ini belum terlihat pada pelaksanaan proses
produksi. Sanitasi karyawan diperlukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap produk ikan asap.
Sanitasi
peralatan
penting
dilakukan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi baik fisik, biologi dan kimia terhadap produk ikan
asap. Sanitasi alat dilakukan dengan pencucian alat sebelum digubakan
dengan menggunakan larutan pembersih yang diperbolehkan seperti
larutan air yang telah ditambah chlorine dalam dosis tertentu.
Sanitasi ruang ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
kimia dan biologi seperti ruang peralatan dan perlengkapan mesin harus
berjauhan dengan ruang penyimpanan bahan baku atau produk akhir.
Ikan asap yang mampu bersaing dan diterima pasar adalah ikan
asap
yang
mempunyai
kualitas
(mutu)
yang
baik.
Berdasarkan
pengamatan, ikan asap produksi UKM Petikan Cita Halus mempunyai mutu
yang cukup bagus walaupun dengan keterbatasan sarana. Dalam proses
produksinya, faktor-faktor yang mendukung terciptanya produk yang
bermutu telah diterapkan dengan baik seperti pemilihan bahan baku yang
berkualitas, proses produksi yang relatif higienis, penyimpanan produk
dalam suhu rendah (freezer) dan penggunaan kemasan kedap udara.
4.2.2 Aspek Pemasaran
Pemasaran ikan asap UKM Petikan Cita Halus dilakukan dengan
menjual secara langsung ke konsumen akhir melalui pendistribusian
produknya di pasar-pasar tradisonal, oulet Mall UKM dan beberapa
supermarket seperti Hero, Giant dan Carefour. Bahkan saat ini, Giant dan
Carefour bersedia menampung ikan asap UKM Petikan Cita Halus dalam
jumlah yang tidak dibatasi. Dengan diterimanya ikan asap UKM Petikan
183
Cita Halus di supermarket besar menunjukan bahwa produk tersebut
sudah layak dijual dan memiliki daya saing.
Pada dasarnya UKM Petikan Cita halus dapat menjual produknya
secara langsung ke konsumen akhir, tetapi dengan menggunakan
perantara ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh antara lain
sumber daya keuangan yang dibutuhkan dapat dihemat sehingga lebih
efisien dan biaya distribusi lebih ekonomis.
a. Segmentasi Pasar (Segmenting)
Prinsip dari segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar yang
bersifat heterogen ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang
bersifat homogen.
Berdasarkan hasil kajian, segmen pasar UKM Petikan Cita Halus
ditujukan untuk memenuhi kalangan ekonomi menengah bawah. Namun
dilihat dari tujuan penjualannya selama ini, produk UKM Petikan Cita Halus
lebih banyak diserap oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas. Hal ini
bisa dilihat dari pendistribusian ikan asap lebih banyak dilakukan ke
supermarket daripada ke pasar-pasar tradisional. Selain itu harga ikan
asap yang dikemas dalam kemasan 1 kg seharga Rp. 65.000 – Rp. 75.000
dirasakan relatif mahal, sehingga agak sulit terjangkau oleh kalangan
masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Apabila segmen pasar yang
dituju adalah segmen masyarakat ekonomi menengah ke bawah, maka
perlu dilakukan strategi penurunan harga melalui perubahan bentuk
kemasan dan volume sehingga terjangkau masyarakat luas. Misalnya
dengan membuat kemasan ikan asap yang lebih kecil (ukuran 100 gr).
Selain itu, segmentasi pemasaran UKM Petikan Cita Halus didasarkan pada
segmentasi demografi yaitu pemasaran yang hanya difokuskan pada
wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi.
b. Penetapan Pasar Sasaran (Targetting)
Dalam menentukan segmen pasar yang akan dimasuki, maka
langkah yang pertama adalah menghitung dan menilai potensi profit yang
184
akan didapatkan dari berbagai segmen yang ada. Tujuan utama
penentuan pasar target (targeting) adalah untuk menghindari kerugian
yang mungkin terjadi dalam kegiatan pemasaran, atau paling tidak
menguranginya sekecil mungkin.
Berdasarkan kajian, targetting atau penentuan pasar sasaran yang
dilakukan oleh UKM Petikan Cita Halus lebih cenderung pada pembeli di
pasar swalayan. Target pasar ini relatif lebih tepat bila disesuaikan antara
harga ikan asap dengan daya beli pasar sasaran yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan pasar tradisional. Disisi lain, perusahaan harus
senantiasa menjaga mutu dan pelayanan sehingga konsumen merasa
puas.
Kelebihan dari penentuan pemasaran di supermarket adalah image
positif terhadap perusahaan terutama dalam hal brand image produk
terbentuk, penempatan produk lebih teratur dan strategis dan daya beli
konsumen relatif tinggi karena pembelinya kalangan menengah ke atas.
Sementara kekurangannya adalah perusahaan dikenakan biaya-biaya oleh
supermarket sebagai fee, yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan
pasar tradisional serta pembeli adalah konsumen kritis (masyarakat
berpendidikan).
c. Penetapan Posisi Produk (Product Positioning)
Hasil akhir dari positioning adalah keberhasilan dalam menciptakan
image yang positif sehingga menarik pasar sasaran untuk membeli produk
itu. Produk UKM Petikan Cita Halus diposisikan sebagai makanan laukpauk yang disajikan dengan nasi, dan dapat dikonsumsi oleh semua
kalangan baik muda, tua, kaya atau miskin. Dengan kata lain positioning
ikan asap UKM Petikan Cita Halus termasuk kategori Underpositioning atau
tidak ada positioning yang jelas.
Berdasarakan hasil penelitian, ikan asap UKM Petikan Cita Halus
memiliki mutu yang cukup bagus dengan kemasan kedap udara sehingga
produk tersebut memiliki kadaluarsa yang lama yaitu sekitar 1 tahun bila
185
disimpan dalam freezer. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai positioning
perusahaan dalam melakukan promosi dan mengkomunikasikannya
sebagai produk bermutu tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan para
pesaingnya. Oleh sebab itu perusahaan perlu melakukan
repositioning
upaya
yaitu upaya untuk membangun kembali kepercayaan
pelanggan.
Repositioning dapat dilakukan perusahaan, disesuaikan dengan
sumber daya internal dan sumberdaya eksternal perusahaan, sebagai
berikut:
1) Menyediakan paket hemat dengan kemasan ekonomis
UKM Petikan Cita Halus perlu merencanakan untuk memproduksi ikan
asap dalam paket hemat dengan kemasan ekonomis yang terjangkau
masyarakat sehingga akan menarik minat konsumen membeli
produknya. Penyediaan paket hemat ini ditujukan untuk kalangan
konsumen keluarga kecil dan sederhana yang menginginkan bahan
makanan yang bergizi dengan harga terjangkau.
2)
Peningkatan ketersediaan produk di pasar dan supermarket
Produk ikan asap yang selama ini didistribusikan melalui supermarketsupermarket perlu dipertahankan dan dikembangkan baik dalam
jumlah pasokannya maupun jumlah supermarket yang dipasok. Selain
itu pengembangan kios-kios pemasaran (outlet) dibeberapa daerah
perlu ditingkatkan melalui kerjasama dengan pemodal (investor)
dalam bentuk waralaba.
3) Mengikuti perkembangan teknologi dan trend selera konsumen
Teknologi pengolahan ikan asap yang dilaksanakan perusahaan masih
tergolong
tradisional
walaupun
ada
beberapa
proses
sudah
menggunakan peralatan semi modern seperti penggunaan vacuum
sealer untuk pengemasan dan penggunaan alat pendingin (freezer).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, perusahaan dituntut untuk
memperbaharui peralatannya dengan yang lebih modern serta
modernisasi teknologi pengolahannya seperti penggunaan liquid
186
smoke
yang
menggantikan
pengasapan
dengan
kayu
bakar.
Penggunaan liquid smoke mampu memperpendek waktu pengolahan
sehingga produksi bisa lebih optimal.
d. Saluran Distribusi
Prinsip
distribusi
pemasaran
adalah
melakukan
kegiatan
memindahkan barang dari produsen sampai ke konsumen. Distribusi ini
mengatasi kesenjangan waktu dan tempat. UKM Petikan Cita Halus
melakukan hal yang sama dalam menyalurkan produknya sehingga bisa
sampai ke konsumen akhir. Model distribusi pemasaran yang diterapkan
oleh UKM Petikan Cita Halus adalah:
1) Distribusi melalui outlet-outlet pemasaran
Model distribusi ini sudah dilaksanakan selama lebih dari 2 tahun
dengan memanfaatkan outlet-outlet pemasaran di supermarket dan
pasar tradsional. Ikan asap UKM Petikan Cita Halus telah tersebar ke
seluruh kota besar di Pulau
Jawa melalui jaringan supermarket Giant dan Carefour. Sedangkan
untuk pasar tradisional masih berkisar di daerah Jakarta, Bogor dan
Depok.
2) Distribusi melalui keagenan atau distributor
Sejak pertengahan tahun 2007, pemilik UKM Petikan Cita Halus
memutuskan untuk membuat terobosan baru dalam mendistribusikan
produknya melalui pembentukan ke-agenan atau Ditributor ikan asap.
Dalam mendukung system keagenan ini, UKM Petikan Cita Halus
bekerjasama dengan PT. Sanyo Indonesia yang memproduksi lemari
pendingin
(freezer)
melalui
kerjasama
kemitraan
yang
saling
menguntungkan.
e. Promosi (Promotion )
Kegiatan ini berperan dalam memberikan informasi kepada pasar
tentang ikan asap yang ditawarkan. Informasi yang disampaikan harus
mampu mempengaruhi atau meyakinkan pasar bahwa produk ikan asap
187
tersebut memang layak untuk dibeli dan dikonsumsi. Beberapa cara untuk
menyebarkan
informasi
antara
lain
melalui
kegiatan
periklanan
(advertising), penjualan pribadi (personal selling), promosi penjualan
(sales promotion) dan publisitas (publicity).
Berdasarkan hasil kajian, penyebaran informasi yang bisa dilakukan
oleh perusahaan dan cukup efisien dari segi biaya adalah penyebaran
informasi melalui kegiatan periklanan dan promosi penjualan.
Kegiatan promosi melalui periklanan telah dilakukan perusahaan
seperti penyebaran brosur atau leaflet, promosi dalam bentuk liputan di
majalah, radio dan televisi. Kegiatan promosi ini bisa lebih ditingkatkan
lagi terutama promosi secara khusus di koran, majalah dan radio.
Untuk promosi penjualan (sales promotion) secara tidak langsung
sudah dilakukan dengan memasok ikan asap ke pasar-pasar swalayan
(supermarket). Kegiatan ini bisa ditingkatkan lagi dengan menjalin
kerjasama pemasran dengan supermarket lain.
4.2.3 Aspek Nilai-Nilai Menejerial
Aspek nilai-nilai menejerial meliputi visi dan misi perusahaan dan
hubungan dengan stakeholder. Untuk melihat sejauh mana aspek ini
berpengaruh, maka dilakukan analisis terhadap nilai-nilai Menejerial
tersebut dengan difokuskan pada dua komponen utama yang paling
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yaitu visi dan misi perusahaan
dan peta stakeholder.
a. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan Misi perusahaan yang baik dapat mendorong pertumbuhan
dan perkembangan perusahaan.
Untuk melakukan penilaian terhadap
baik-tidaknya Visi dan Misi UKM Petikan Cita Halus, maka dilakukan survei
dengan memberikan kuesioner kepada responden sebanyak 11 orang
yang
terdiri
atas
pimpinan
perusahaan
dan
beberapa
karyawan.
Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh hasil seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Kuesioner Penilaian Visi dan Misi Perusahaan.
188
No.
Parameter
Oriented
Nilai
Keterangan
2,86
Perlu perbaikan
1.
Market
Pasar)
(Berorentasi
2.
Realistis (Nyata)
2,91
Perlu perbaikan
3.
Specific (Jelas dan focus)
2,86
Perlu perbaikan
4.
Fit Market Environment
2,77
Perlu perbaikan
5.
Distinctive Competencies
3,27
OK
6.
Motivating
2,77
Perlu perbaikan
3,55
OK
7. Triple Bottom Line
Keterangan : Nilai maksimum adalah 4
Hasil penilaian menunjukkan bahwa parameter market oriented
(berorientasi pasar), realistic (realistis), specific
distinctive competencies
(jelas dan fokus),
(menjelaskan kompetensi yang unik) dan
motivating (memotivasi) dari Visi dan Misi UKM Petikan Cita Halus masih
perlu diperbaiki karena lebih dari separuh responden memberikan nilai di
bawah
maksimum.
Untuk
parameter
fit
market
environment
(mengakomodir kondisi lingkungan pasar) dan triple bottom line (aspek
social, ekonomi dan lingkungan) dari Visi dan Misi dari UKM Petikan Cita
Halus sudah cukup baik karena hampir lebih dari separuh responden
memberikan penilaian maksimum.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari Visi perusahaan, dapat
dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap parameter sesuai
indikator seperti yang tertera pada Tabel 12. Parameter-parameter ini
digunakan
untuk
menilai
sejauh
mana
Visi
perusahaan
berhasil
direalisasikan oleh seluruh Tim menejemen UKM Petikan Cita Halus.
Tabel 12. Parameter dan Indikator Penilaian Visi
No.
Parameter
1.
Unggul
2.
Terkemuka
Indikator
Pemimpin pasar dalam market share
Dikenal oleh masyarakat luas
189
3.
Investor global
4.
Handal
Wilayah operasi lintas Negara
Sukses diberbagai situasi dan kondisi
Berdasarkan analisis lebih lanjut terhadap Misi perusahaan juga
diperoleh kesimpulan yang sama. Misi perusahaan yang ada saat ini
memiliki beberapa kelemahan antara lain :
1) Tujuan bisnis perusahaan belum jelas.
2) ’Misi mendirikan dan menjalankan perusahaan...’ kurang cocok dengan
kondisi perusahaan saat ini yang memang sudah menjalankan
aktivitas.
3) Tidak
dapat
diukur
fleksibilitas
dari
Misi
yang
ada
untuk
pengembangan bisnis masa depan. Mengembangkan usaha ikan asap
dalam misi tersebut tidak tergambarkan sampai sejauh mana
perusahaan ini berkembang.
Untuk menjadi Misi yang baik bagi suatu perusahaan, maka perlu
dilakukan pembenahan dengan menghilangkan kelemahan-kelemahan dari
misi yang ada, kemudian disusun kembali misi perusahaan dengan
mempertimbangkan sembilan komponen misi yang baik yang disampaikan
oleh David (2003).
Dari hasil pembahasan bersama dengan pimpinan perusahaan,
diperoleh rumusan misi perusahaan UKM Petikan Cita Halus antara lain :
1. Mengembangkan usaha ikan asap menjadi industri pengolahan ikan
asap dengan turunannya yang berdaya saing tinggi baik.
2. Meningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga menjadi perusahaan
yang sehat dengan tingkat pendapatan meningkat setiap tahun.
3. Mengembangkan
usahan
pengolahan
ikan
menjadi
industri
pengolahan ikan modern.
Dari misi yang baru ini, selain menjawab kelemahan pada misi
sebelumnya juga terbuka luas usaha-usaha lain yang dapat dikembangkan
oleh perusahaan pada masa yang akan datang seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Perkembangan Bisnis Sesuai Misi Perusahaan.
190
Bisnis Saat Ini
Misi
Bisnis Masa Depan
o Single processing of
smoked fish company
o Processing
company
holding
o Fish & Seafood Processing
company
b. Analisis Peta Stakeholder
Stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan merupakan
pihak-pihak yang memiliki kaitan, minat, perhatian, keinginan dan harapan
terhadap
suatu
perusahaan
atau
institusi.
Untuk
mengidentifikasi
stakeholder ikan asap, maka dilakukan diskusi bersama dengan pimpinan
perusahaan melalui Focus Group Discussion (FGD), hasilnya diperoleh
para stakeholder dari usaha pengolahan ikan asap UKM Petikan Cita Halus
antara
lain
pemilik
perusahaan,
menejemen,
karyawan,
Dinas
Perindustrian, Dinas Kelautan dan Perikanan, pelanggan, pemasok,
supermarket/pasar retail, Pemerintah Daerah, tetangga dan masyarakat,
pesaing dan media masa.
Dari daftar stakeholder tersebut kemudian disusun kuesioner untuk
menilai hubungan antara power dengan predictability dan interest dari
masing-masing stakeholder.
Responden dari kuesioner tersebut adalah
pimpinan perusahaan dan beberapa karyawan sebanyak 11 orang dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Power dan Predictability
Untuk
hubungan
antara
power dan predictability dari setiap
stakeholder diperoleh peta seperti terlihat pada Tabel 14. Berdasarkan
peta tersebut maka hal-hal yang dapat dinilai dari masing-masing
stakeholder
terkait dengan setiap strategi, kebijakan dan program
yang akan dijalankan oleh perusahaan adalah :
- Pemilik
perusahaan
beserta
jajarannya
merencanakan
dan
menjalankan setiap strategi, kebijakan dan program perusahaan.
- Pelanggan dan supermarket/retailer bisa menjadi peluang dan bisa
juga
menjadi
ancaman
terhadap
keberadaan
perusahaan
191
tergantung strategi, kebijakan dan program yang dirumuskan dan
dijalankan.
Apabila
strategi
dan
kebijakan
yang
diterapkan
menguntungkan pelanggan maka mereka menjadi peluang bagi
perusahaan dan begitu pula sebaliknya.
- Karyawan, pesaing dan pemasok bisa memberikan sedikit masalah
terkait dengan strategi, kebijakan dan program yang dijalankan
perusahaan walaupun frekuensinya rendah. Hal ini bisa diselesaikan
dengan memberikan penjelasan dan informasi yang transparan
terkait dengan setiap strategi, kebijakan dan program yang
dijalankan perusahaan.
Tabel 14. Peta Stakeholder Berdasarkan Hubungan Antara Power dan
Predictability
Rendah
POWER
Tinggi
PREDICTABILITY
Tinggi
1. Pemilik perusahaan
Rendah
1. Pelanggan
2. Menejemen
2. Supermarket/ Pasar
Retail
1. Karyawan
1. Dinas Perindustrian
2. Pesaing
2. Dinas Kelautan dan
Perikanan
3. Pemasok
3. Tetangga dan
masyarakat
4. Media Masa
- Dinas Perindustrian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah,
tetangga sekitar, dan media massa secara umum masih dapat
dikelola dengan menjalin komunikasi yang baik terkait dengan
strategi, kebijakan dan program perusahaan.
2. Power dan Interest
Hubungan antara power dan interest dari setiap stakeholder
digambarkan dalam peta seperti terlihat pada Tabel 15. Berdasarkan
192
peta tersebut, langkah-langkah yang perlu dilakukan perusahaan
terkait dengan setiap strategi, kebijakan dan program adalah :
- Pelanggan dan supermarket/ retailer harus dikondisikan merasa
puas dengan menggunakan produk perusahaan apapun strategi,
kebijakan dan program yang dijalankannya.
- Karyawan, pesaing, pemasok, dan media massa dikendalikan
dengan menjaga informasi dan komunikasi terhadap mereka yang
seimbang sesuai kebutuhan dengan mengacu kepada setiap
strategi, kebijakan dan program perusahaan yang akan dijalankan.
- Dinas Perindustrian, Dinas Kelautan dan Perikanan. Pemerintah,
dan tetangga sekitar harus dijaga hubungannya dengan baik
sehingga tetap berjalan harmonis untuk kelancaran strategi,
kebijakan dan program yang akan dijalankan.
Tabel 15. Peta Stakeholder
Power dan Interest
Berdasarkan Hubungan Antara
INTEREST
Tinggi
Rendah
POWER
Tinggi
Rendah
1. Pemilik perusahaan
1. Pelanggan
2. Menejemen
2. Supermarket/ Pasar
Retail
1.
1.
2.
3.
1. Dinas Perindustrian
2. Dinas Kelautan dan
Perikanan
3. Tetangga dan
masyarakat
Karyawan
Pesaing
Pemasok
Media Massa
4.2.4 Aspek Profitabilitas
Berdasarkan laporan keuangan UKM Petikan Cita Halus, keuntungan
yang diperoleh perusahaan pada periode tahun 2007 mengalami
penurunan sebesar 31,41% dibandingkan tahun 2006, hal ini terjadi
karena penjualan pada tahun 2007 turun sebesar 35,21% dibandingkan
penjualan pada tahun 2006. Dilihat dari nilai nominal laba perusahaan
tahun 2006 dan tahun 2007, terjadi penurunan laba yaitu sebesar Rp.
193
6.979.000
(Rp.
22.230.000,00
pada
tahun
2006
menjadi
Rp.
15.251.000,00 pada tahun 2007). Namun profit margin (laba bersih
dibandingkan dengan nilai penjualan) tahun 2007 (11,69%) mengalami
peningkatan sebesar 0,65% dibandingkan tahun 2006 (11,04%).
Penurunan volume dan nilai penjualan pada tahun 2007 diakibatkan
oleh berkurangnya jumlah produksi dari tahun sebelumnya, dimana
volume produksi tahun 2006 sebesar 3175 kg sedangkan pada tahun 2007
hanya sebesar 2623 kg atau turun sebesar 17% ( Tabel 16). Selain itu
biaya operasional pada tahun 2007 juga mengalami kenaikan sebesar
7,25% dibandingkan tahun 2006 sehingga laba perusahaan semakin
berkurang.
Tabel 16. Laporan Laba Rugi UKM Petikan
2007
2006
No
Uraian
Realisasi
(Rp. 000)
1 Penjualan
201.429
2 Biaya Produksi
91.752
3 Biaya Penjualan
30.740
Laba Kotor
78.937
4 Biaya Operasional
56.700
Laba Bersih
22.237
Cita Halus Tahun 2006 –
2007
%
Realisasi
%
(Rp. 000)
100.00
130.500 100,00
45,55
50.949 39,04
15,26
18.100 13,87
39,19
61.451 47,09
28,15
46.200 35,40
11,04
15.251 11,69
Sumber : Laporan Keuangan UKM Petikan Cita Halus Tahun 2006 - 2007
Jika kenaikan profit margin perusahaan ditambah dengan rata-rata
inflasi selama tahun 2007 yaitu sebesar 6,59% (Tabel 17), maka kenaikan
biaya operasional yang wajar adalah rata-rata sebesar 7,24%. Jika
kenaikan biaya melebihi angka tersebut maka perlu dilakukan evaluasi
lebih lanjut terhadap seluruh komponen pada struktur biaya.
Tabel 17. Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2005 – 2007
No.
1.
2.
3.
Tahun
Tingkat Inflasi (%)
2005
17,10
2006
6,60
2007
6,59
Sumber : Biro Pusat Statistik Tahun 2008
194
Berdasarkan analisis lanjutan terhadap komponen-komponen pada
struktur biaya perusahaan seperti terlihat pada Tabel 18 tercatat bahwa
sebagian besar komponen mengalami penurunan biaya. Hal ini disebabkan
oleh berkurangnya pembelian bahan baku akibat dari ketidaklancaran
pasokan bahan baku dan juga disesuaikan dengan besarnya permintaan
ikan asap pada tahun tersebut.
Tabel 18. Hasil Analisis Biaya Tahun 2006 – 2007
Tahun
No.
Uraian
2006
Rp. 000
Kenaikan
2007
%
Rp. 000
%
%
1
Pembelian Bahan Baku
82.852
46,24
44.405
36,30
-9,93
2
Biaya Gaji dan upah
24.000
13,39
24.000
19,62
6,23
3
Biaya Pembelian Kayu Bakar
2.000
1,12
1.500
1,23
0,11
4
Ongkos Fillet ikan
7.400
4,13
5.044
4,12
-0,01
5
Beban Penjualan dan Promosi
30.740
17,15
25.164
20,57
3,42
6
Biaya Listrik
1.800
1,00
1.800
1,47
0,47
7
Biaya pengemasan
6.200
3,46
3.400
2,78
-0,68
8
Beban Asap
16.000
8,93
8.800
7,19
-1,73
9
Biaya Telepon
3.000
1,67
3.000
2,45
0,78
10
Biaya Pembelian BBM
5.200
2,90
5.200
4,25
1,35
Total Biaya
179.19
2
122.313
Dari tabel di atas, terlihat beberapa komponen biaya mengalami
tingkat kenaikan positif dan negatif yang cukup signifikan. Komponen
biaya yang mengalami kenaikan positif antara lain :
a) Biaya Gaji dan upah
Persentase biaya gaji dan upah pada tahun 2006 mengalami kenaikan
sebesar 6,23% pada tahun 2007. Angka ini memang masih dibawah
angka tingkat pendapatan perusahaan ditambah inflasi rata-rata tahun
2007 (7,24%), namun secara nominal uang, biaya gaji dan upah
tahun 2006 dan 2007 tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp.
24.000.000. Hal ini disebabkan karena beban kerja pada tahun 2006
195
lebih tinggi dari pada beban kerja pada tahun 2007. Pada tahun 2006
proses produksi mampu mengolah ikan sebanyak 9.877 kg, sedangkan
pada tahun 2007 proses produksi hanya mampu mengolah ikan
sebanyak
6.778
kg.
Penurunan
proses
produksi
inilah
yang
menyebabkan tingkat biaya gaji dan upah meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Oleh karena itu perlu pengkajian lebih
mendalam
mengenai sistem pemberian gaji dan upah yang
proporsional dan saling menguntungkan.
b) Beban penjualan dan Promosi
Hampir sebagian besar produk ikan asap UKM Petikan Cita Halus dijual
di outlet-outlet supermarket (Giant, Hero dan Carefour) dimana
perusahaan dikenakan beban penjualan dan promosi yang besarnya
ditentukan oleh pihak supermarket. Beban penjualan ini sebagai biaya
potongan, promosi dan allowance yang merupakan kebijakan yang
harus diikuti oleh setiap pemasok.
Beban penjualan dan promosi mengalami kenaikan sebesar 3,42%
yaitu 17,15% pada tahun 2006 menjadi 20,57% pada tahun 2007.
Bila dibandingkan dengan angka tingkat pendapatan ditambah ratarata inflasi tahun 2007, kenaikan beban penjualan dan promosi dapat
dikatakan wajar. Namun nilai nominal beban penjualan dan promosi
jauh diatas keuntungan perusahaan dan perlu pengkajian dan
pengontrolan yang lebih seksama terhadap kebijakan yang diterapkan
olah pihak supermarket.
c) Biaya pembelian bahan bakar minyak (BBM), ongkos fillet dan biaya
telepon.
Biaya bahan bakar minyak (BBM) turut mengalami kenaikan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat kenaikan pembelian
bahan bakar minyak (BBM) dari tahun 2006 ke tahun 2007 adalah
sebesar 1,35%. Persentase kenaikan biaya pembelian BBM ini masih
dikatakan wajar karena nilainya masih di bawah tingkat pendapatan
perusahaan ditambah dengan tingkat inflasi rata-rata. Namun secara
196
nominal, biaya pembelian bahan bakar minyak (BBM) dari tahun 2006
ke tahun 2007 tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 5.200.000.
Kondisi ini disebakan oleh turunnya kapasitas produksi pada tahun
2007 dibandingkan dengan kapasitas produksi tahun 2006, sementara
beban biaya nilainya tetap. Untuk kasus yang sama terjadi pula pada
komponen ongkos fillet ikan dan biaya telephone, dimana secara
nominal uang, nilainya sama antara biaya yang dikeluarkan pada
tahun 2006 dengan tahun 2007.
Berdasarkan
observasi
langsung
terhadap
seluruh
aktivitas
operasional perusahaan diperoleh beberapa hal yang perlu diperbaiki
antara lain:
1) Sistem pemberian gaji dan upah
Melihat sering terjadinya fluktuasi pasokan bahan baku yang
menyebabkan terganggunya proses produksi, maka perlu dilakukan
perubahan system penggajian yang diseuaikan dengan beban kerja
yang dilakukan. Sistem penggajian karyawan yang berlangsung saat
ini masih menerapkan system penggajian tetap yang dibayarkan
setiap bulan. Sistem penggajian ini tidak cocok untuk usaha yang
proses produksinya berlangsung dengan volume yang tidak tetap.
2) Optimalisasi kapasitas produksi
Kapasitas produksi ikan asap UKM Petikan Cita Halus masih
memungkinkan untuk ditingkatkan. Kapasitas terpasang saat ini
mampu mengolah ikan mentah sebanyak 1 ton per hari. Dengan
jumlah kapasitas yang sangat besar ini, apabila dimanfaatkan akan
menurunkan
komponen
biaya-biaya
satuan
sehingga
akan
menimbulkan profit dari efisiensi usaha.
3) Pemanfaatan jaringan pemasok bahan baku untuk menciptakan
kelangsungan pasokan bahan baku yang terjamin.
4) Efisiensi terhadap pengeluaran-pengeluaran rutin.
197
4.2.5 Aspek Kelayakan Industri Dan Prospek Masa Depan
(Foresight)
Kelayakan industri pengolahan ikan asap dan prospek di masa
mendatang perlu diperhitungkan sebagai acuan dalam menentukan
apakah industri masih layak di masa kini dan masa mendatang. Untuk itu
diperlukan suatu analisis terhadap industri pengolahan ikan asap yang
ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor persaingan dalam
industri tersebut. Analisis ini didasarkan pada konsep Competitive Strategy
Porter yang menganalisa tingkat persaingan industri berdasarkan lima
variabel utama yang disebut lima kekuatan bersaing
yaitu ancaman
pendatang baru, persaingan di antara perusahaan yang telah ada,
ancaman produk substitusi, kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar
pembeli.
a. Ancaman Pendatang Baru
Masuknya
menimbulkan
pendatang
implikasi
baru
ke
dalam
suatu
industri
akan
bagi perusahaan yang sudah ada apalagi
pendatang baru tersebut memiliki
keunggulan-keunggulan dan unik.
Implikasi tersebut dapat berupa berkurangnya pangsa pasar akibat
beralihnya sebagian konsumen ke pendatang baru, berkurangnya sumber
daya dan bahan baku. Hasil kuesioner dalam analisis industri menunjukan
bahwa tingkat ancaman pendatang baru dikategorikan sebagai faktor
strategis sedang dengan skor 3,609 dan merupakan faktor straegis
tertinggi diantara lima faktor strategis Porter (Tabel 19). Parameter yang
paling menentukan dari faktor ancaman pendatang baru adalah akses ke
saluran distribusi dengan bobot 16,4%, kemudian parameter akses ke
pemasok bahan baku 15,3%, diferensiasi produk dengan bobot 14,9%,
kebutuhan modal dengan bobot 14,5%, biaya untuk berpindah ke produk
lain (14,2%), independensi ukuran kerugian biaya (13,1%) dan kebijakan
pemerintah (11,6%).
Tabel 19. Hasil Kuesioner Penilaian Ancaman Pendatang Baru
198
Parameter Ancaman Pendatang
No.
Baru
Bobot
Nilai
Skor
1
Diferensiasi produk
14,9%
3,45
0,515
2
Kebutuhan modal
14,5%
3,82
0,555
3
Independensi ukuran kerugian biaya
13,1%
3,18
0,417
4
Akses ke saluran distribusi (pemasaran)
16,4%
4,09
0,669
5
Akses ke pemasok bahan baku
15,3%
3,91
0,597
6
Biaya untuk berpindah (switching cost)
14,2%
3,27
0,464
7
Tanggung jawab sosial perusahaan
11,6%
3,36
0,391
100%
Total
3,609
Lebih lanjut dari pengolahan hasil kuesioner diperoleh skor tertinggi
yang merupakan parameter yang paling berpengaruh dari ancaman
pendatang baru adalah akses ke saluran distribusi dengan skor 0,669.
Penilaian responden terhadap akses ke saluran distribusi dari pendatang
baru dalam industri pengolahan ikan asap cukup tinggi yaitu 4,09 yang
artinya bahwa perusahaan baru yang memiliki akses ke saluran distribusi
(pemasaran) yang baik akan menjadi ancaman serius bagi perusahaan
UKM Petikan Cita halus karena mereka akan merebut sebagian potensi
pasar yang ada bahkan mungkin mereka akan menjadi dominan.
Parameter kedua yang memberikan skor tinggi adalah Akses ke
pemasok bahan baku dengan skor 0,597. Penilaian responden terhadap
Akses ke pemasok bahan baku dari pendatang baru dalam industri
pengolahan ikan asap adalah cukup tinggi yaitu 3,91. Pasokan bahan baku
merupakan salah satu nadi bagi industri pengolahan ikan asap. Beberapa
kasus
yang
terjadi,
banyak
industri
pengolahan
ikan
mengalami
kebangkrutan akibat dari sulitnya mendapatkan bahan baku sehingga
menjadi biaya tinggi yang akhirnya membebani biaya perusahaan yang
tidak bisa ditutup dari hasil penjualan. Perusahaan baru yang mempunyai
akses ke pemasok bahan baku akan cukup mudah mendapatkan bahan
baku sehingga akan mudah pula bagi mereka untuk menyusun strategi
pemasarannya.
199
Parameter ketiga yang memberikan skor tertinggi adalah kebutuhan
modal dengan skor 0.555. Penilaian responden terhadap kebutuhan modal
dari industri pengolahan ikan asap adalah cukup tinggi yaitu 3,82. Industri
baru yang mempunyai tingkat permodalan yang tinggi akan dengan
mudah menyusun strategi bersaingnya sehingga akan menjadi ancaman
bagi perusahaan yang sudah ada.
b. Tingkat Persaingan Dalam Industri
Persaingan dalam industri dapat diukur melalui beberapa parameter
seperti banyak tidaknya jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri
yang
ada,
besarnya
jumlah
biaya
tetap,
peningkatan
kapasitas,
karakteristik produk dan diversitas pesaing. Tingkat persaingan dalam
industri digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan-perusahaan
yang ada dalam industri tersebut menyiasati persaingan untuk merebut
pangsa pasar yang tersedia.
Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian tingkat persaingan dalam
industri pengolahan ikan asap dikategorikan sedang dengan skor 3,432
(Tabel 20). Parameter jumlah pesaing dengan bobot 23,5% merupakan
parameter yang paling penting karena mendapat bobot paling tinggi dari
responden. Kemudian parameter peningkatan kapasitas produksi dengan
bobot 16,9% sebagai parameter terpenting kedua, tingkat pertumbuhan
industri dengan bobot 16,40%, karakteristik produk dengan bobot 16,0%.
Parameter jumlah biaya tetap dan diversitas pesaing dengan bobot
masing-masing
13,6%
merupakan
parameter
yang
tidak
terlalu
menentukan.
Skor terbesar dari penilaian responden terhadap tingkat persaingan
dalam industri adalah jumlah pesaing dengan skor 1,024 yang merupakan
hasil perkalian antara bobot dengan nilai. Penilaian responden terhadap
jumlah pesaing pada industri pengolahan ikan asap sangat tinggi yaitu
4,36. Para pesaing dalam industri pengolahahn ikan asap terdiri atas
200
perusahaan lokal yang dikelola sendiri maupun yang dikelola secara
korporasi dengan permodalan yang cukup kuat.
Tabel 20. Hasil Kuesioner
Perusahaan
No.
Penilaian
Parameter
Tingkat
Persaingan
Antar
Bobot
Nilai
Skor
1
Jumlah Pesaing
23,5%
4,36
1,024
2
Tingkat Pertumbuhan Industri
16,4%
3,64
0,598
3
Jumlah Biaya tetap
13,6%
3,18
0,433
4
Peningkatan kapasitas produksi
16,9%
3,36
0,569
5
Karakteristik Produk
16,0%
2,82
0,450
6
Diversitas Pesaing
13,6%
2,64
0,359
100%
3,432
Parameter kedua yang memberikan skor tertinggi adalah tingkat
pertumbuhan industri dengan skor 0.596, dimana penilaian responden
terhadap tingkat pertumbuhan industri dari tingkat persaingan dalam
industri adalah cukup tinggi yaitu 3,64. Perusahaan pengolahan ikan
khususnya ikan asap yang menjadi pesaing UKM Petikan Cita Halus secara
umum memiliki kelebihan dan daya tarik yang berbeda-beda, tetapi tujuan
mereka sama yaitu bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar
(konsumen).
Peningkatan kapasitas produksi dengan skor 0.569 merupakan
parameter ketiga yang memberikan skor tertinggi. Penilaian responden
terhadap peningkatan kapasitas dalam persaingan antar perusahaan
dalam industri pengolahan ikan asap adalah harus cukup besar yaitu 3,46.
Hal ini mengingat bahwa perusahaan yang mampu mentrasi pasar dengan
selalu menyediakan produknya di setiap tempat dan setiap waktu akan
berpeluang besar menjadi perusahaan pemenang dalam persaingan
bisnis.
c. Ancaman Produk Substitusi
201
Ancaman Produk Substitusi dalam analisis industri merupakan
alternatif bagi konsumen untuk beralih ke produk lain yang bukan sejenis
tapi memiliki fungsi yang sama atau sebagai pengganti. Dalam industri
pengolahan ikan asap, ancaman produk substitusi bisa datang dari
produk-produk olahan hasil ikan seperti ikan pindang, presto, otak-otak,
kaki naga dan produk olahan ikan lainnya, ataupun produk olahan yang
berasal dari daging ternak seperti chicken nugget, fried chicken, daging
asap dan lain-lain.
Berdasarkan hasil kajian, parameter-parameter yang termasuk dalam
anacaman produk substitusi adalah produk yang mempunyai fungsi sama,
tingkat ketersediaan produk penggati, tingkat harga dari produk substitusi
dan tingkat biaya peralihan (switching cost ).
Tabel 21. Hasil Kuesioner Penilaian Ancaman Produk Substitusi
No.
Parameter Ancaman Produk
Substitusi
Bobot
Nilai
Skor
1
Produk yang mempunyai fungsi
sama
27,1%
3,73
1,009
2
Tingkat ketersediaan produk
pengganti
25,9%
3,91
1,012
3
Tingkat harga produk substitusi
28,2%
4,09
1,155
4
Tingkat biaya peralihan (switching
cost)
18,8%
2,82
0,530
100%
3,706
Penilaian ancaman produk substitusi berdasarkan hasil kuesioner
dikategorikan memiliki faktor strategis kuat dengan skor 3,706 seperti
terlihat pada Tabel 21. Dari hasil pembobotan yang dilakukan oleh
responden, parameter yang paling menentukan adalah tingkat harga
produk substitusi dengan bobot 28,2%, kemudian diikuti oleh parameter
produk yang mempunyai fungsi sama dengan bobot 27,1%, tingkat
ketersediaan produk pengganti dengan bobot 25,9% dan tingkat biaya
peralihan dengan bobot 18,8%.
202
Untuk penilaian parameter ancaman produk substitusi Proporsi
terbesar yang paling berpengaruh adalah tingkat harga produk substitusi
dengan skor 1,155. Penilaian responden terhadap tingkat harga produk
substitusi sangat kompetitif dengan nilai 4,09. Kecenderungan konsumen
adalah mencari produk yang mempunyai fungsi sama dengan harga yang
lebih murah. Produk ini akan menjadi pilihan utama konsumen, apalagi
dengan kondisi perekonomian secara makro sedang dalam masa krisis.
Dengan kata lain produks substitusi yang menawarkan produknya dengan
murah merupakan ancaman yang sangat serius bagi perusahaan.
Parameter kedua yang memberikan skor tertinggi adalah tingkat
ketersediaan produk pengganti dengan skor 1,012. Penilaian responden
terhadap tingkat ketersediaan produk substitusi dalam industri pengolahan
ikan asap adalah cukup tinggi yaitu 3,91. Ketersediaan produk di pasar
(fungsi distribusi dalam pemasaran) akan membantu mendekatkan pada
konsumen dan pada akhirnya akan menjadi pilihan dalam pembelian.
Parameter ketiga yang memberikan skor tertinggi adalah produk
yang memiliki fungsi sama dengan skor 1,009. Penilaian responden
terhadap produk yang memiliki fungsi sama dalam industri pengolahan
ikan asap cukup tinggi yaitu 3,73. Produk-produk yang memiliki fungsi
sama dalam industri pengolahan ikan asap adalah makanan lauk pauk
sebagai sumber protein hewani (ternak, unggas dan ikan) antara lain
pindang ikan, ikan asin, dendeng sapi, ayam goreng dan lain-lain.
Kehadiran produk-produk tersebut tentu akan meramaikan persaingan
dalam memperebutkan pangsa pasar yang ada.
Parameter terakhir dari ancaman produk substitusi adalah tingkat
biaya peralihan (switching cost) dengan skor 0,530. Penilaian responden
untuk parameter ini cukup rendah yaitu 2,82. Apabila tingkat biaya
peralihan (switching cost) rendah, maka produk substitusi akan menjadi
ancaman yang serius bagi industri karena mempunyai pengaruh yang
kuat.
Sebagai
contoh,
dendeng
sapi
atau
ikan
pindang
akan
dipertimbangkan menjadi pilihan utama menggantikan ikan asap apabila
203
harga ikan asap menjadi mahal dan beban biaya perpindahan (switching
cost ) dari ikan asap ke dendeng sapi atau ikan pindang sangat rendah.
d. Kekuatan Tawar Pemasok
Kekuatan tawar pemasok dapat dinilai dari jumlah pemasok, bahan
baku pengganti, biaya pengganti bahan baku, Integrasi Pemasok ke
depan menjadi pesaing, dan Ketepatan Pasokan Bahan Baku. Makin besar
kekuatan tawar pemasok makin besar ancaman yang diberikan terhadap
strategis perusahaan.
Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian kekuatan tawar pemasok
dikategorikan sedang dengan skor 3,374 ( Tabel 22). Parameter yang
paling berpengaruh adalah jumlah pemasok bahan baku dengan bobot
21,6%, Integrasi Pemasok menjadi pesaing dengan bobot 21,1% dan
Ketepatan Pasokan Bahan Baku dengan bobot 20,6%. Sedangkan
parameter Bahan Baku Pengganti dengan bobot 18,6% dan Biaya
Pengganti Bahan Baku dengan bobot 18,1% dikategorikan sebagai
parameter yang kurang berpengaruh terhadap faktor kekuatan tawar
pemasok.
Tabel 22. Hasil Kuesioner Penilaian Kekuatan Tawar Pemasok
NO.
VARIABLE KEKUATAN TAWAR PEMASOK
BOBOT
NILAI
SKOR
1
Jumlah Pemasok Bahan Baku
21,6%
3,64
0,786
2
Bahan Baku Pengganti
18,6%
3,36
0,625
3
Biaya Pengganti Bahan Baku
18,1%
3,09
0,559
4
Integrasi Pemasok ke depan menjadi
pesaing
21,1%
3,45
0,729
Ketepatan Pasokan Bahan Baku
20,6%
3,27
0,674
5
100%
3,374
Dari Tabel 24, jumlah pemasok bahan baku memiliki skor tertinggi
yaitu 0,786. Penilaian responden terhadap jumlah pemasok bahan baku
cukup tinggi yaitu 3,64 artinya jumlah pemasok bahan baku memiliki
204
peranan penting dalam menentukan posisi tawar pemasok. Pemasok
tunggal akan mempunyai berganing position yang tinggi dan akan
mengontrol terhadap penentuan harga dan jumlah pasokan sehingga hal
ini kurang baik bagi perusahaan karena mempunyai ketergantungan yang
tinggi terhadap satu pemasok.
Parameter kedua dengan skor tertinggi adalah integrasi pemasok
menjadi pesaing di masa mendatang dengan skor 0,729. Penilaian
responden terhadap tingkat Integrasi Pemasok menjadi pesaing di masa
depan adalah cukup tinggi yaitu 3,45. Bahan baku yang dipasok ke
industri pengolahan ikan asap adalah ikan segar yang terdiri atas jenis
ikan patin, nila, tuna, layang, marlin, pari dan cakalang. Proses
pengolahan ikan asap relatif sederhana dengan tingkat permodalan yang
sedikit
ada
kemungkinan
akan
merangsang
pemasok
untuk
mengembangkan usahanya sampai ke pengolahan yaitu berbisnis dalam
pengolahan ikan baik ikan asap ataupun jenis olahan lainnya. Kondisi ini
merupakan ancaman yang cukup serius bagi perusahaan pengolahan ikan
di masa datang.
Parameter ketiga yang memberikan skor tertinggi adalah ketepatan
pasokan bahan baku dengan skor 0,674. Penilaian responden terhadap
ketepatan pasokan bahan baku ikan asap cukup tinggi yaitu 3,27.
Ketepatan pasokan bahan baku akan mendorong kontinyuitas proses
produksi sehingga pasokan ikan asap ke pasar akan berjalan dengan
lancar.
e. Kekuatan Tawar Pembeli
Untuk menilai intensitas persaingan dalam industri pengolahan ikan
asap,
Kekuatan tawar pembeli merupakan salah satu variabel penting
yang dapat memberikan gambaran seberapa besar pengaruhnya terhadap
persaingan industri. Semakin tinggi kekuatan tawar pembeli semakin kuat
pengaruh pembeli terhadap industri tersebut.
205
Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian kekuatan tawar pembeli dari
responden secara umum dikategorikan sedang dengan skor 3.254 seperti
terlihat pada Tabel 23. Parameter yang paling menentukan adalah
parameter yang memiliki bobot tertinggi yaitu Pembeli Potensial (yang
membeli sebagian besar produk) dengan bobot 17,9%, kemudian diikuti
parameter Kemampuan integrasi pembeli menjadi produsen di masa
mendatang dengan bobot 17,4%,
parameter produk tidak berdampak
pada mutu dan harga produk akhir pembeli dengan bobot 17,0% dan
parameter tingkat kepentingan kualitas produk bagi pembeli dengan bobot
16,6%. Selebihnya adalah parameter yang kurang berpengaruh terhadap
faktor strategis dari kekuatan tawar pembeli adalah parameter biaya
pengalihan ke produk pengganti dengan bobot 15,3% dan parameter
Keuntungan yang diperoleh pembeli dengan bobot 15,7%.
Tabel 23.
No.
Hasil Kuesioner Penilaian Kekuatan Tawar Pembeli
Nilai Variabel Kekuatan Tawar
Bobot
Nilai
Skor
Pembeli
1.
2.
3.
Pembeli Potensial
Kemampuan integrasi sebagai produsen
Biaya pengalihan ke produk pengganti
17,9%
17,4%
15,3%
3,64
3,36
2,91
0,650
0,587
0,446
4.
5.
Keuntungan yang diperoleh pembeli
Tingkat kepentingan mutu produk bagi
pembeli
Produk tidak berdampak pada mutu dan
harga produk akhir pembeli
15,7%
16,6%
3,27
2,73
0,515
0,453
17,0%
3,55
0,603
6
100%
3,254
Skor terbesar yang paling berpengaruh dari kekuatan tawar pembeli
adalah parameter Pembeli Potensial (membeli sebagian besar produk)
dengan skor 0,650. Penilaian responden terhadap parameter pembeli
potensial (membeli sebagian besar produk) dalam industri pengolahan
ikan asap sangat tinggi yaitu 3,64. Artinya pembeli potensial merupakan
konsumen tetap yang membeli produk hampir sebagian besar dari produk
206
yang dihasilkan industri. Kondisi ini menyebabkan perusahaan sangat
bergantung pada pembeli potensial dengan kata lain pemasaran
produknya ditujukan ke pemasaran single market. Sebagai contoh,
komoditi udang Indonesia diekspor ke Negara-negara maju khususnya ke
Jepang dan Amerika yang merupakan pasar (pembeli) potensial yang
mempunyai posisi tawar yang tinggi sehingga mampu mempengaruhi
posisi strategis industri.
Parameter kedua yang memberikan skor tertinggi adalah produk
tidak berdampak pada mutu dan harga produk akhir pembeli dengan skor
0,603. Penilaian responden terhadap parameter produk tidak berdampak
pada mutu dan harga produk akhir dalam industri pengolahan ikan asap
cukup tinggi yaitu 3,55, artinya parameter ini cukup berpengaruh terhadap
posisi strategis industri. Pada kondisi ini, produk yang dibeli merupakan
bahan
baku
bagi
menghiraukan
produk
mengenai
olahan
mutu
selanjutnya
produk
yang
dan
pembeli
tidak
dibeli
karena
tidak
berpengaruh terhadap produk akhirnya baik dari segi mutu maupun
harga. Pembeli mepunyai posisi tawar yang tinggi karena tidak
bergantung pada satu produk dengan kualifikasi tertentu.
Parameter
ketiga
yang
memberikan
skor
tertinggi
adalah
kemampuan integrasi pembeli menjadi produsen dengan skor 0,587.
Penilaian responden terhadap parameter kemampuan integrasi pembeli
sebagai produsen dalam industri pengolahan ikan asap adalah cukup
tinggi yaitu 3,36. Pembeli atau konsumen tetap berpotensi menjadi
pesaing baru dengan mendirikan usaha yang sama atau sejenis.
Berubahnya pembeli menjadi pesaing baru selain mengurangi pangsa
pasar yang ada juga akan turut memperebutkan pasar yang sudah
berkurang.
Dari hasil rekapitulasi penilaian variabel persaingan industri diperoleh
skor intensitas persaingan industri pengolahan ikan asap adalah 3,475
(skala 1-5) yang artinya intensitas persaingannya tergolong dalam faktor
strategis sedang (Tabel 24), sehingga industri pengolahan ikan asap
207
masih memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai suatu usaha yang
memiliki profit yang tinggi.
Tabel 24. Hasil Kuesioner Analisis Industri
No.
Variabel
Skor
Keterangan
1
Ancaman Pendatang Baru
3,609
Faktor Strategis
Sedang
2
Tingkat Persaingan Dalam
Industri
3,432
Faktor Strategis
Sedang
3
Ancaman Produk Substitusi
3,706
Faktor Strategis Kuat
4
Kekuatan Penawaran Pemasok
3,374
Faktor Strategis
Sedang
5
Kekuatan Penawaran Pembeli
3,254
Faktor Strategis
Sedang
Total Rata-rata
3,475
Variabel tertinggi yang berpengaruh dan sebagai ancaman terhadap
kelangsungan usaha pengolahan ikan asap adalah Ancaman Produk
Substitusi dengan skor 3,706, kemudian diikuti oleh ancaman pendatang
baru dengan skor 3,609. Kedua variabel ini secara langsung akan
menimbulkan tingkat persaing yang tinggi dalam memperebutkan pasar
yang ada.
4.2.6 Aspek Situasi SWOT
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa analisis situasi
merupakan langkah awal dalam proses perumusan strategi. Dalam analisis
ini para menejer perusahaan diharuskan menemukan kesesuaian strategi
antara peluang eksternal dan kekuatan internal disamping memperhatikan
ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.
a. Penentuan Faktor Strategis Internal
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD), maka diperoleh
sembilan faktor yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Kesembilan faktor tersebut adalah teknologi pengolahan yang dimiliki,
kualitas/mutu produk akhir, kemampuan produksi, penanganan bahan
208
baku,
pengemasan
produk
akhir,
tingkat
pendidikan
karyawan,
kemampuan inovasi dan pembaruan, profitabilitas perusahaan dan
tanggung jawab sosial perusahaan (Tabel 25).
Tabel 25. Hasil Penilaian Faktor Internal
NO.
PARAMETER KUNCI
INDIKATOR KINERJA
K/L
1.
Teknologi Pengolahan yang
dimiliki
Produktivitas rendah, proses lama
L
2.
Kualitas/ mutu produk akhir
Rasa dan penampilan Produk akhir menarik,
waktu kadaluarsa panjang
K
3.
Kemampuan Produksi
Kapasitas dan Jumlah peralatan, jumlah
tenaga kerja
K
4.
Penanganan Bahan Baku
Peralatan dan prosedur kerja
L
5.
Pengemasan produk akhir
Kemasan kedap udara dan menarik
K
6.
Tingkat pendidikan karyawan
Jumlah Sarjana lebih sedikit
L
7.
Kemampuan inovasi dan
pembaruan
Tidak ada variasi produk, positioning belum
tercipta
L
8.
Profitabilitas perusahaan
Profitabilitas perusahaan rendah
L
9.
Tanggung jawab sosial
Penyerapan tenaga kerja dan bahan baku
perusahaan tinggi
lokal tinggi
IK : Indikator Kinerja
K : Kekuatan
L : Kelemahan
K
Dari Tabel 25, terlihat bahwa empat faktor merupakan kekuatan
perusahaan yaitu Kualitas/mutu produk akhir, kemampuan produksi,
pengemasan produk akhir dan tanggung jawab sosial perusahaan, dan
lima faktor merupakan kelemahan perusahaan yaitu teknologi pengolahan
yang dimiliki, penanganan bahan baku, tingkat pendidikan karyawan,
kemampuan inovasi dan pembaruan dan profitabilitas perusahaan.
Tabel 26. Faktor-faktor strategis Internal UKM Petikan Cita Halus
No.
Faktor Strategis
Internal
Bobot
Peringkat
Skor
0,05
4
0,20
0,15
0,15
0,15
4
5
4
0,80
0,75
0,60
0,10
2
0,20
KEKUATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Tanggung jawab sosial
perusahaan
Mutu produk akhir
Kemampuan Produksi
Pengemasan produk akhir
KELEMAHAN
Tingkat pendidikan
Keterangan
209
karyawan
Kemampuan inovasi dan
pembaruan
Teknologi Pengolahan yang
dimiliki
Profitabilitas perusahaan
Penanganan Bahan Baku
TOTAL
6.
7.
8.
9.
Keterangan Peringkat
: 1.
4.
Sangat rendah
Tinggi
0,10
2
0,20
0,15
3
0,45
0,05
0,10
1,00
3
3
0,15
0,30
3,40
2.
5.
Rendah
Sangat Tinggi
3. Sedang
Penilaian lebih lanjut terhadap sembilan faktor internal menghasilkan
faktor mutu produk akhir, kemampuan produksi dan pengemasan produk
akhir merupakan faktor dominan sebagai kekuatan perusahaan dengan
skor masing-masing 0,80, 0,75 dan 0,60 (Tabel 26). Sedangkan faktor
kemampuan inovasi dan pembaruan, teknologi Pengolahan yang dimiliki
dan penanganan bahan baku merupakan faktor-faktor yang berpotensi
sebagai kelemahan perusahaan dengan skor di bawah 0,50.
b. Penentuan Faktor Strategis Eksternal
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) tentang penentuan
faktor
strategis eksternal diperoleh faktor-faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan antara lain:
1) Dukungan pemerintah dalam menggalakan peningkatan konsumsi
ikan
di
masyarakat
dapat
mendorong
pertumbuhan
industri
perikanan.
2) Trend permintaan produk ikan cenderung naik sebagai dampak dari
meningkatnya pengetahuan tentang manfaat makan ikan bagi
kesehatan.
3) Perkembangan teknologi pengolahan mendorong terciptanya produkproduk olahan ikan yang mempunyai value added hasil inovasi baru
sehingga menimbulkan persaingan baru.
210
4) Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat meningkatkan aktivitas
ekonomi dan bisnis yang mampu menciptakan lapangan kerja
sehingga daya beli masyarakat meningkat.
5) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan
untuk
membantu
kegiatan
promosi,
memperkuat
positioning
perusahaan dan meningkatkan penjualan.
6) Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dapat menyebabkan
kenaikan harga barang-barang pendukung lainnya baik secara
langsung maupun tidak langsung akan menaikkan biaya operasional
perusahaan yang pada akhirnya akan menaikan harga satuan produk
akhir.
7) Kebijakan otonomi daerah telah mendorong munculnya bermacammacam PERDA yang identik dengan retribusi dan perijinan yang harus
dikeluarkan perusahaan sehingga membebani biaya produksi. Kondisi
ini akan menimbulkan biaya tinggi yang memberatkan bagi pelaku
bisnis.
8) Kelancaran pasokan bahan baku dalam usaha pengolahahn ikan asap
sangat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan produksi.
Berdasarkan hasil penilaian, diperoleh lima isu strategik eksternal
yang diyakini berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penilaian
terhadap lima isu strategik eksternal tersebut didasarkan pada faktorfaktor yang memiliki probabilitas dan dampak tinggi terhadap perusahaan
serta akan terjadi dalam waktu yang relatif singkat yaitu paling lama 0 - 1
tahun (Tabel 27).
Tabel 27. Hasil Penilaian Faktor-Faktor Eksternal
No.
Faktor
Area
DTA
P
D
W
1.
Kebijakan Pemerintah dalam
peningkatan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia.
Pemasaran
Ya
Tinggi
Tinggi
1-3 Th
2.
Pertumbuhan ekonomi
Pemasaran
Ya
Tinggi
Tinggi
>3 Th
211
3.
Perkembangan teknologi
pengolahan memunculkan
produk baru sebagai
pesaing
Pemasaran
Tidak
Tinggi
Tinggi
0- 1 Th
4.
Kebijakan otonomi daerah
dalam peningkatan PAD
Pemasaran
Tidak
Sedang
Sedang
1- 3 Th
5.
Trend
Peningkatan
permintaan ikan naik di
pasar dalam negeri.
Pemasaran
Ya
Tinggi
Tinggi
0-1 Th
6.
Kelancaran pasokan bahan
baku
Biaya
Ya
Tinggi
Tinggi
0-1 Th
7.
Perkembangan
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
sebagai media promosi
Biaya
Ya
Tinggi
Tinggi
0-1 Th
8.
Kenaikan harga BBM
Biaya
Tidak
Tinggi
Tinggi
0-1 Th
DTA
P
: Daya Tarik Industri
: Probabilitas (Rendah, Sedang, Tinggi)
W : Waktu (0-1;1-3; >3 tahun)
D : Dampak (Rendah, Sedang,
Tinggi)
Hasil penilaian lanjutan terhadap lima isu strategik eksternal tersebut
diperoleh 2 faktor eksternal sebagai ancaman, 1 faktor eksternal sebagai
peluang dan 2 faktor bisa menjadi peluang dan ancaman (Tabel 28).
Tabel 28. Isu-Isu Strategik Eksternal
No.
Isu Strategik Eksternal
Status
1.
Trend Peningkatan permintaan ikan di
pasar dalam negeri.
Peluang
2.
Perkembangan teknologi pengolahan
memunculkan produk baru sebagai
pesaing
Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi sebagai media promosi
Kenaikan harga BBM
Ancaman
3.
4.
5.
Kelancaran pasokan bahan baku
Peluang dan Ancaman
Ancaman
Peluang dan Ancaman
Trend peningkatan permintaan ikan akibat dari meningkatnya
konsumsi ikan masyarakat
menjadi peluang bagi perusahaan untuk
meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Peningkatan permintaan dipicu
oleh berkembangnya konsumsi ikan di masyarakat metrpolis sebagai trend
gaya hidup modern. Selain itu diakibatkan oleh meningkatnya kesadaran
212
hidup sehat di masyarakat dan pengetahuan tentang manfaat makan ikan
baagi kesehatan menyebabkan terjadinya perrubahan pola konsumsi dari
pola konsumsi red meat (daging dengan kolesterol tinggi) ke white meat
(ikan dengan kolesterol rendah).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi selain menjadi
peluang juga bisa menjadi ancaman, artinya isu tersebut menjadi peluang
apabila perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan dengan baik untuk
meningkatkan daya tarik produk dan kegiatan promosi perusahaan.
Sementara isu tersebut akan menjadi ancaman apabila informasi tersebut
berkembang di masyarakat dan memunculkan pesaing-pesaing baru
dalam industri pengolahan ikan asap. Sedangkan kelancaran pasokan
bahan baku
juga bisa menjadi peluang bisa juga menjadi ancaman.
Kelancaran pasokan bahan baku
secara kontinyu akan menciptakan
kesinambungan proses produksi sekaligus dapat mendorong peningkatan
volume produksi. Sebaliknya Kelancaran pasokan bahan baku terganggu
maka
akan
berpengaruh
terhadap kelangsungan
proses
produksi,
menyebabkan kenaikan biaya satuan produksi dan kontinyuitas pasokan
ikan asap ke pasar terganggu.
Isu kenaikan harga BBM dan perkembangan teknologi pengolahan
memunculkan produk baru sebagai pesaing akan berpotensi menjadi
ancaman. Kenaikan harga BBM jelas akan membebani biaya produksi yang
akibatnya akan menaikan harga jual di tingkat kosumen, dan hal ini
tentunya akan melemahkan posisi tawar produk ikan asap di pasar.
Sementara perkembangan teknologi pengolahan yang memunculkan
produk baru sebagai pesaing seperti baso ikan, kaki naga, nugget ikan
dan otak-otak turut berpotensi menjadi ancaman bagi kelangsungan
usaha pengolahan ikan asap.
Tabel 29. Faktor-faktor strategis Eksternal UKM Petikan Cita Halus
213
No.
Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Peringka
t
Skor
Ket.
PELUANG
1.
Kebijakan Pemerintah dalam
peningkatan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia.
0,10
4
0,40
2.
Pertumbuhan ekonomi
0,15
3
0,45
3.
Trend Peningkatan permintaan
ikan di pasar dalam negeri.
0,20
5
1,00
4.
Perkembangan
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
sebagai media promosi
0,05
3
0,15
ANCAMAN
1.
Perkembangan teknologi
pengolahan memunculkan
produk baru sebagai pesaing
0,05
3
0,15
2.
Kebijakan otonomi daerah
dalam peningkatan PAD
0,10
3
0,30
3.
Kelancaran pasokan bahan
baku
0,15
4
0,60
4.
Kenaikan harga BBM
0,20
5
1,00
Jumlah
1,00
4,05
Dari hasil penilaian, faktor-faktor Trend Peningkatan permintaan
ikan di pasar dalam negeri, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan
pemerintah dalam peningkatan konsumsi ikan merupakan faktor eksternal
yang
berpengaruh
terhadap
perusahaan
sebagai
peluang
dalam
pengembangan di masa mendatang. Sedangkan faktor-faktor kenaikan
BBM, kelancaran pasokan bahan baku dan kebijakan otonomi daerah
dalam peningkatan PAD merupakan ancaman dominan bagi kelangsungan
perusahaan.
c. Penentuan Faktor-Faktor Strategis Perusahaan
214
Untuk menentukan faktor-faktor strategis perusahaan, maka faktorfaktor strategis eksternal dan internal yang dominan dikombinasikan dan
dimasukan ke dalam ringkasan anlisis faktor-faktor strategis (Tabel 30).
Faktor-faktor dominan yaitu faktor-faktor strategis yang memiliki bobot
paling tinggi dari dan merupakan faktor yang paling penting.
Tabel 30. Faktor-Faktor Strategis Perusahaan UKM Petikan Cita Halus
No.
Faktor Strategis
Kunci
Bobot Pering- Skor
kat
Durasi
PD
M
1.
Mutu produk akhir
0,15
4
0,60
X
2.
Kemampuan Produksi
0,10
5
0,50
X
3.
Pengemasan produk
akhir
0,10
4
0,40
X
4.
Kemampuan inovasi
dan pembaruan
0,10
2
0,20
X
5.
Pertumbuhan ekonomi
0,10
3
0,30
6.
Kenaikan harga BBM
0,20
5
1,00
7.
Trend Peningkatan
permintaan ikan di
pasar dalam negeri.
0,10
5
0,50
8.
Kelancaran pasokan
bahan baku
0,15
4
0,60
Jumlah
1,00
PD
M
: Jangka Pendek (< 1 tahun)
: Jangka Menengah ( 1 – 3 tahun)
PJ
Keter
angan
X
X
X
X
4,10
PJ
: Jangka Panjang ( >3 tahun)
Berdasarkan hasil kombinasi faktor-faktor dominan, diperoleh bahwa
faktor strategis perusahaan yang paling penting dengan skor tertinggi
adalah:
1) Kenaikan Harga BBM, dengan skor 1,00 merupakan faktor strategis
yang
paling
perusahaan.
dominan
berpengaruh
terhadap
faktor
strategis
Faktor ini merupakan Ancaman yang mungkin akan
dihadapi oleh perusahaan dan harus mendapat perhatian serius dari
menejemen perusahaan dalam mensiasatinya.
215
2) Kelancaran pasokan bahan baku, dengan 0,60 merupakan faktor
strategis dominan berikutnya yang juga sangat berpengaruh terhadap
posisi strategis perusahaan. Kelancaran pasokan bahan baku akan
menciptakan kesinambungan proses produksi yang optimal, sebaliknya
kelancaran
pasokan
bahan
baku
akan
berpengaruh
terhadap
profitabilitas perusahaan dan efisiensi biaya, sehingga faktor ini juga
dikategorikan sebagai ancaman bagi perusahaan.
3) Mutu produk akhir, dengan skor 0,60 sama seperti skor Kelancaran
pasokan bahan baku, juga merupakan faktor dominan yang sangat
berpengaruh terhadap faktor strategis perusahaan. Produk dengan
mutu yang bagus akan mendapat respon positif dari konsumen
bahkan akan menciptakan loyalitas konsumen yang tinggi. Produk
yang dihasilkan UKM Petikan Cita Halus mempunyai mutu yang bagus
yang mampu bersaing dengan produk-produk sejenis walaupun masih
skala usaha kecil menengah, sehingga faktor ini merupakan faktor
kekuatan dari perusahaan yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.
4) Pengemasan Produk Akhir, dengan skor 0,40 dikategorikan
sebagai faktor dominan berikutnya yang cukup berpengaruh terhadap
posisi strategis peru sahaan. Pengemasan yang baik mampu
mempertahankan mutu produk sehingga mempunyai masa kadaluarsa
yang cukup lama. Selain itu pengemasan berfungsi sebagai daya tarik
yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen dalam
memilih
produk.
UKM
Petikan
Cita
Halus
sudah
menerapkan
pengemasan yang baik dengan menggunakan kemasan yang menarik
dan kedap udara. Hal ini merupakan suatu faktor kekuatan dari
perusahaan
dan
juga
suatu
keunggulan
dari
perusahaan
dibandingkan dengan aperusahaan UKM lainnya.
Secara umum, hasil dari kombinasi faktor internal dan faktor
eksternal dapat dikelompokan menjadi:
1) Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan adalah:
216
- Mutu produk akhir bagus dengan masa kadaluwarsa sampai 1
tahun.
- Pengemasan dengan menggunakan kemasan kedap udara.
- Kemampuan produksi tinggi (kapasitas produksi mencapai 1 ton per
hari).
2) Kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan adalah kurangnya memiliki
kemampuan inovasi dan pembaruan dalam bisnis.
3) Peluang pengembangan usaha cukup terbuka terkait dengan:
- Trend peningkatan permintaan ikan terus meningkat seiring dengan
gencarnya pemerintah dalam menggalakan peningkatan konsumsi
ikan di masyarakat.
- Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik sehingga meningkatkan
daya beli masyarakat.
4) Ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan adalah
kenaikan harga BBM dan Kelancaran pasokan bahan baku
d.
Matrik SWOT UKM Petikan Cita Halus
Untuk menentukan alternatif strategi pemasaran, perusahaan dapat
menggunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan
peluang-peluang pasar dan menghindari atau meminimalkan ancamanancaman serta mengatasi atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
dimiliki, maka dibuat Matrik SWOT seperti terlihat pada Gambar 15.
KEKUATAN
FAKTOR INTERNAL
•
•
•
•
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG
•
•
•
•
Mutu produk akhir
Kemampuan Produksi
Pengemasan produk akhir
Tanggung jawab sosial
perusahaan
STRATEGI SO:
Kebijakan Pemerintah
• Mengoptimalkan
produksi
Pertumbuhan ekonomi
untuk
memanfaatkan
Tren permintaan ikan naik
kenaikan permintaan
teknologi
Perkembangan Teknologi • Memanfaatkan
informasi untuk promosi
Informasi dan Komunikasi
produk
ANCAMAN
STRATEGI ST:
KELEMAHAN
• Tingkat pendidikan karyawan
• Kemampuan
inovasi
dan
pembaruan
• Teknologi yang dimiliki
• Profitabilitas perusahaan
STRATEGI WO:
Memanfaatkan
tekno
logi
informasi untuk melakukan
pembaruan
dan
inovasi
teknologi pengolahan.
STRATEGI WT:
217
• Perkembangan
teknologi • Meningkatkan mutu produk • Meningkatkan kemampuan
untuk
mengantisipasi
pengolahan memunculkan
inovasi
dan
pembaruan
ancaman pesaing baru
produk baru (pesaing)
untuk
menghadapi
kerjasama
• Kebijakan otonomi daerah • Melakukan
persaingan
teknologi
kemitraan untuk menjamin • Meningkatkan
dalam peningkatan PAD
pasokan bahan baku
• Kelancaran pasokan bahan
pengolahan
guna
• Mengoptimalkan kapasitas
mengantisipasi persaingan
baku
produksi untuk meminimal
• Kenaikan harga BBM
kan biaya satuan produksi
Gambar 13. Matrik SWOT UKM Petikan Cita Halus Citayam - Bogor
4.3 Program Pemasaran UKM Petikan Cita Halus
4.3.1 Tujuan dan Sasaran Perusahaan
a. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah sesuatu yang ingin dicapai perusahaan
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dan bersifat
kualitatif. Berdasarkan penjelasan dari pemilik perusahaan serta kajian
dari visi dan misi perusahaan, maka tujuan utama perusahaan UKM
Petikan Cita Halus adalah sebagai berikut :
1) Menjalankan dan mengembangkan usaha pengolahan ikan asap
dengan segala turunannya untuk memperoleh keuntungan yang lebih
baik bagi perusahaan.
2) Menghasilkan profit margin perusahaan minimal 20% per tahun dan
tingkat kenaikan sebesar 5% setiap tahun.
3) Mengembangkan usaha pengolahan ikan menjadi industri pengolahan
modern melalui kemitraan dan kerjasama dengan investor yang
akhirnya akan menyediakan lapangan kerja baru.
b. Sasaran Perusahaan
Sasaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka pendek dan
bersifat kuantitatif. Sasaran yang ingin dicapai oleh UKM Petikan Cita
Halus dalam lima tahun ke depan adalah :
1) Meningkatkan kapasitas produksi dari kurang dari 5 ton per tahun
menjadi 120 ton per tahun dalam 3 tahun pertama.
218
2) Menghasilkan pendapatan perusahaan minimal Rp. 100.000.000 per
bulan atau Rp. 1.200.000.000 per tahun.
3) Meningkatkan daya tarik produk dengan memperbaharui tampilan
kemasan dan variasi ukuran kemasan.
4) Memiliki outlet-outlet penjualan sebagai frenchise ikan asap paling
sedikit 10 lokasi baik di wilayah Bogor maupun di kota-kota lainnya.
4.3.2 Arsitektur Strategik Pengembangan Bisnis Perusahaan
Arsitektur Strategik merupakan cetak biru (blue print) dari target
yang diinginkan perusahaan pada masa-masa yang akan datang.
Arsitektur strategik disusun berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan
Industry Foresight yang ingin dicapai UKM Petikan Cita Halus di masa
mendatang. Hasil penyusunan Arsitektur Strategik dari UKM Petikan Cita
Halus seperti disajikan pada Gambar 14.
Processing Holding
Company (Single
Product)
Usaha
Pengolahan
Berbadan
Hukum
USAHA KECIL
MENENGAH
2008
Processing Holding
Company (Multi
Product)
MODERN
PROCESSIN
G INDUSTRY
2009 - 2010 2011-2012 2013-2014 2015 – 2016 2016-2018
Gambar 14. Arsitektur Strategik UKM Petikan Cita Halus Citayam Bogor
Untuk mencapai tujuan perusahaan sebagai Modern Processing
Company, Arsitektur Strategik UKM Petikan Cita Halus terdiri atas 4
periode yaitu sebagaimana ditunjukan pada Gambar 15.
2008 – 2011
2011 – 2013
2013 – 2015
2015 – 2018
Mo
der
n
Ika
n
Arsitektur Strategik UKM Petikan Cita Halus 2008 – 2018
219
Single
processing
for smoked
fish
Company.
Penguatan
Internal
Processing
Processing
Modern Fish
Holding
Holding
Processing
Company
Company
Company
(single product : (multi product
smoked fish )
)
Penguatan
Bisnis
Pengembanga
n Bisnis
Transformasi
Bisnis
KOMPETENSI INTI
Kemampuan Kemampuan
Kemampuan
produksi dan menjual
dan analisis pasar
menjual
analisis pasar
dan mengelola
kemitraan
Kemampuan
mengelola
kemitraan
dan
pemahaman
modernisasi
industri
Gambar 15. Arsitektur Strategik UKM Petikan Cita Halus Tahun 2008 –
2018
a. Single processing for smoked fish Company
Perusahaan saat ini sebagai satu unit usaha pengolahan ikan asap
(Single processing for smoked fish Company). Dalam periode ini,
perusahaan memfokuskan perhatiannya pada perbaikan aspek-aspek
internal seperti profitabilitas, sumberdaya manusia dan pengelolaan
administrasi untuk memperkuat posisi. Selain itu, pada periode ini aspek
legalitas perusahaan ditingkatkan menjadi perusahaan yang berbadan
hukum dengan status lebih tinggi menjadi suatu perusahaan dengan
status Perseroan Terbatas (PT). Diharapkan dengan profitabilitas yang
kuat dan didukung sumber daya manusia yang baik serta asfek legal yang
jelas,
perusahaan
mampu
memiliki
kekuatan
dalam
melakukan
pengembangan dan perluasan usaha (ekspansi). Periode ini disebut
Periode Penguatan Internal dan berlangsung dari tahun 2008 sampai
dengan 2011.
b. Processing Holding Company (single product : smoked fish )
Periode ini dilakukan setelah perusahaan memiliki kemampuan
keuangan yang kuat, maka perusahaan dapat mendirikan unit-unit
220
pengolahan ikan asap sebagai cabang-cabang dengan lokasi yang tersebar
di wilayah-wilayah yang prospektif. Dengan bertambahnya unit-unit
pengolahan,
maka
status
perusahaan
berubah
menjadi
industri
pengolahan sekaligus pengelola dari beberapa unit usaha pengolahan ikan
asap (Processing Holding Company, single product : smoked fish). Periode
ini dilakukan pada tahun 2011 – 2013. Selama periode ini perusahaan aktif
melakukan ekspansi melalui pembukaan unit pengolahan baru atau
mengakuisisi beberapa usaha pengolahan ikan asap. Periode ini disebut
Periode Penguatan Bisnis.
c. Processing Holding Company (multi product )
Setelah perusahaan menjadi Processing Holding Company (single
product : smoked fish), maka perusahaan memiliki peluang untuk
mengembangkan bisnisnya dari unit pengolahan ikan asap (singel
product) menjadi unit pengolahan ikan multi product. Artinya produk yang
dihasilkan tidak hanya ikan asap saja tetapi produk-produk olahan ikan
lainnya seperti ikan pindang (presto) dan lain-lain. Periode ini dilakukan
selama 2013 – 2015. Selama periode ini perusahaan mulai melakukan
pengembangan-pengembangan bisnis sebagai perusahaan pengolah ikan
semi modern. Periode ini disebut Periode Pengembangan Bisnis.
d. Modern Fish Processing Company
Periode selanjutnya yang menjadi sasaran utama adalah menjadi
perusahaan pengolahan ikan modern (Modern Fish Processing Company ).
Kemampuan
keuangan
yang
kuat
ini
dapat
dimanfaatkan
dan
dikembangkan dalam bentuk investasi-investasi dalam pengembangan
sarana dan prasarana yang prospektif dan menguntungkan. Investasiinvestasi ini akan menjadi aset yang mempunyai equitas yang tinggi
sehingga perusahaan dapat mengembangkan asset dan portofolionya
menjadi lebih besar lagi. Perusahaan menjadi perusahaan yang berbasis
industri. Periode ini dilakukan selama 2015 – 2018. Selama periode ini
perusahaan melakukan perubahan pada bidang bisnis menjadi perusahaan
221
pengolahan ikan modern berbasis industri. Periode ini disebut Periode
Transformasi Bisnis.
4.3.3 Perencanaan Strategik Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis SWOT dan analisis Industry Foresight,
strategi yang sesuai untuk diterapkan pada UKM Petikan Cita Halus
adalah:
1) Strategi efisiensi biaya
Strategi efisiensi dilakukan dengan menjalankan program penurunan
biaya berkelanjutan (sustainable cost reduction program) berdasarkan
Analisis Biaya Strategik. Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan menghasilkan return usaha atau keuntungan perusahaan
dengan mengefisiensikan semua biaya. Dengan keuntungan (laba bersih)
yang baik maka kemampuan keuangan perusahaan semakin kuat
sehingga perusahaan dapat mengembangkan diri menjadi perusahaan
yang lebih besar dan kuat.
2) Strategi blue ocean
Strategi blue ocean
dilakukan dengan mengembangkan dan
memperbanyak faktor-faktor positif yang dimiliki oleh perusahaan tapi
tidak dimiliki oleh para pesaing. Faktor-faktor positif tersebut merupakan
hasil
value innovation diharapkan dapat diterima konsumen dan
meningkatkan loyalitasnya pada perusahaan. Strategi blue ocean ini bisa
menjawab hasil Analisis Industri yang menunjukkan bahwa variabel
tertinggi yang paling menentukan dalam intensitas persaingan industri
pengolahan ikan adalah kekuatan tawar pembeli. Dengan strategi blue
ocean keinginan dari para pembeli dapat diakomodasi dengan penyediaan
produk yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah (value) yang
sebesar-besarnya bagi kepuasan konsumen.
3) Strategi
partnership)
membangun
kemitraan
strategis
(strategic
222
Strategi membangun kemitraan yang strategis dilakukan dengan
para pembudidaya atau para pemasok ikan. Strategi ini menciptakan
keuntungan bagi kedua pihak. Perusahaan akan diuntungkan dengan
kelancaran pasokan bahan baku seingga akan menjamin proses produksi.
Sementara bagi para pembudidaya atau pemasok ini, kemitraan ini
merupakan
bentuk
kepastian
pasar.
Kemitraan
lainnya
disamping
kemitraan yang sudah ada seperti dengan Giant, Carefour dan Hero
supermarket, perlu juga dijalin kemitraan dengan pemilik modal untuk
membangun outlet-outlet atau kios-kios penjualan ikan asap. Dengan
kemitraan ini diharapkan ada dua permasalah utama yang bisa diantisipasi
yaitu kelancaran pasokan bahan baku dan pendistribusian pemasaran
produk akhir.
4) Strategi pengembangan dan perluasan pasar
Strategi pengembangan dan perluasan pasar dilakukan melalui
pendirian
atau
pembangunan
outlet-outlet
penjualan
ikan
asap.
Pembangunan outlet bisa dilakukan dengan menggandeng para pemodal
untuk bekerjasama dalam bentuk franchise (waralaba) atau bentuk
kerjasama lainnya yang saling menguntungkan. Semakin banyak outletoutlet penjualan maka akan semakin tinggi pula peluang penyerapan
produk ikan asap oleh pasar (konsumen). Dengan perkembangan dan
perluasan pasar, konsumen yang selama ini tidak terakomodasi karena
keterbatasan informasi dan jarak dapat dilayani. Strategi ini diyakini akan
bermanfaat untuk meningkatkan penjualan atau pendapatan perusahaan.
5) Strategi pertumbuhan yang agresif
Strategi pertumbuhan yang agresif dijalankan setelah perusahaan
mampu menghasilkan pendapatan dan profitabilitas tinggi. Dengan
pengelolaan yang efisien, kemampuan keuangan yang kuat dan dukungan
lembaga keuangan yang mantap maka strategi ini seharusnya dapat
berjalan mulus. Strategi pertumbuhan yang agresif ini dilakukan dengan
mengoptimalkan kapasitas produksi (1 ton ikan per hari) yang didukung
223
dengan penditribusian dan pemasaran yang aktif melalui outlet-outlet
penjualan serta penjualan di supermarket-supermarket.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap rencana
strategi maka disusun suatu Strategy Transformation Map yaitu suatu
gambar
yang
perubahan
dapat
strategi
menjelaskan
yang
bagaimana
dijalankan
perkembangan
perusahaan
terkait
dan
dengan
transformasi bisnis yang dilakukan seperti terlihat pada Gambar 16.
USAHA KEC I LMENENGAH
Strategi Blue Ocean
Strategi
Efisiensi
Program
Penguatan
Internal
Strategi Pengembangan dan
Perluasan Pasar
Program
Penguatan
Bisnis
2008-2009 2010-2011
Program
Pengembangan
Bisnis
Strategi
Pertumbuhan Agresif
Program
Transformasi Bisnis
2012-2013 2014-2015 2016-2017
MODERN PROCESS ING INDUSTRY
Strategi
Kemitraan
St t i
2018
Gambar 16. Strategy Transformation Map UKM Petikan Cita Halus
4.3.4 Program Pengembangan Bisnis Perusahaan
Dari hasil analisa matrik SWOT, kemudian
dirumuskan dan
ditetapkan program-program dari masing-masing strategi. Perumusan
program ini dilakukan bersama-sama dengan pimpinan perusahaan dan
hasilnya seperti terlihat dalam Table 31.
Tabel 31. Program-Program Berdasarkan Inisiatif Strategik Eksternal
NO.
INISIATIF
PROGRAM
224
STRATEGIK
1.
Mengoptimalkan
o Pengembangan
kerjasama
dengan
kemam puan produksi
produsen
bahan
baku
untuk
untuk
memanfaatkan
memperlancar pasokan.
kenaikan
permintaan o Penambahan modal melalui jasa perserta efisiensi biaya
bank-an.
satuan
o Penambahan dan pembinaan SDM yang
terampil
o Piningkatan teknologi pengolahan ikan
asap.
2.
Memanfaatkan
o Penyusunan program promosi yang
teknologi
informasi
efisien
untuk promosi produk
o Peningkatan kerjasama dengan media
massa (cetak dan elektrik) dalam bentuk
liputan.
3.
Meningkatkan
mutu o Pinangkatan teknologi pengolahan ikan
produk
untuk
asap.
mengantisipasi adanya o Penerapan menejemen mutu berdasarkan
ancaman pesaing baru
Good Manufacturing Practices (GMP)
o Peningkatan
pelayan
dalam
pendistribusian ikan asap ke pasar atau
konsumen.
4.
Melakukan
kerjasama o Mencari pasokan bahan baku yang lebih
kemitraan
untuk
murah.
menjamin
kelancaran o Melakukan kontrak kerjasama dengan
pasokan bahan baku
produsen (kelompok nelayan dan petani
ikan)
5.
Memanfaatkan
o Mencari dan menciptakan produk ikan
teknologi
informasi
asap yang memberikan nilai tambah dan
untuk
melakukan
daya saing
pembaruan dan inovasi o Menentukan positioning ikan asap bagi
teknologi pengolahan
konsumen
6.
Meningkatkan teknologi o Modernisasi teknologi pengolahan ikan
pengolahan
guna
asap
mengantisipasi
o Melakukan kerjasama kemitraan dalam
persaingan
pengembangan teknologi pengolahahn
dengan terkait.
4.3.5 Strategi Pemilihan Produk Utama
225
Sejauh ini perusahaan UKM Petikan Cita Halus memproduksi ikan
asap dengan bahan baku dari Sembilan jenis ikan baik ikan tawar maupun
ikan
laut.
Berdasarkan
hasil
kuesioner
serta
laporan
penjualan
perusahaan, ikan pari asap paling banyak digemari oleh konsumen seperti
terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 32. Perbandingan tingkat penjualan ikan asap dan preferensi
konsumen
No.
Jenis Produk
Jumlah
Responden
Produksi
(Kg)
1926
Nilai Penjualan
(Rp)
92.448.000
1.
Pari
59
2.
3.
4.
5.
Tuna
Marlin
Lele
Patin
34
10
18
42
181
105
120
127
14.118.000
8.400.000
7.680.000
8.128.000
6.
7.
8.
9.
Cakalang
Layur
Layaran
Nila
32
5
-
148
0
16
0
2.623
10.656.000
1.248.000
142.678.000
Berdasarkan hasil kuesioner, dari 65 responden yang memilih ikan
asap yang disukai, dimana setiap responden memilih lebih dari satu
produk, yang memilih ikan asap pari sebanyak 59 orang kemudian diikuti
ikan patin sebanyak 42 responden, ikan tuna sebanyak 34 responden dan
ikan cakalang sebanyak 32 responden. Hasil kuesioner ini hampir sama
dengan laporan penjualan perusahaan.
Berikut ini disajikan tabel harga pembelian bahan baku dan
penjualan ikan asap dari UKM Petikan Cita Halus tahun 2007 serta margin
yang diperoleh perusahaan per 100 kg ikan.
Tabel 33. Perbandingan nilai margin UKM Petikan Cita Halus per 100 kg
bahan baku.
Harga
Harga
Nilai
Bahan
N0.
Jenis Ikan
Margin
(%)
Penjualan
baku per
(Rp)
(Rp)
100 kg
226
1.
2.
3.
Pari
Tuna
Marlin
580.000
1.027.500
1.500.000
1.584.000
2.574.000
2.640.000
1.004.000
1.546.500
1.140.000
173%
151%
76%
4.
5.
6.
7.
Lele
Patin
Cakalang
Layur
800.000
810.000
1.100.000
-
2.112.000
2.112.000
2.376.000
-
1.342.000
1.302.000
1.601.000
-
164%
161%
107%
8.
9.
Layaran
1.150.000
2.574.000
1.424.000
124%
Nila
- Dari hasil perbandingan margin yang diperoleh perusahaan dari
produk yang dihasilkan, terlihat bahwa tingkat margin yang paling tinggi
adalah ikan pari sebesar 173%, kemudian diikuti oleh ikan lele sebesar
164%, ikan patin sebesar 161% dan ikan tuna sebesar 151%. Jelas
terlihat bahwa dari segi margin yang diperoleh, ikan pari lebih
menguntungkan dibandingkan ikan-ikan lain. Di sisi lain berdasarkan hasil
kuesioner konsumen cenderung memilih
ikan asap pari yang pertama,
kemudian ikan patin, tuna, dan ikan cakalang.
Dari kondisi tersebut di atas, strategi bisnis yang perlu diterapkan
dalam memilih produk utama adalah dengan mengkombinasikan antara
preferensi konsumen dengan margin yang maksimal. Dari kombinasi
tersebut, strategi pemilihan produk utama ditentukan sebagai berikut:
1) Ikan pari merupakan produk utama UKM Petikan Cita Halus yang harus
dikembangkan karena mempunyai margin yang tinggi dan prospek
pemasaran yang lebih baik.
2) Ikan asap lainnya sebagai alternatif adalah ikan patin, ikan tuna dan
ikan lele karena selain memiliki margin dan permintaan yang cukup
tinggi juga faktor ketersediaan bahan baku relatif mudah didapat.
227
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
a)
Strategi pemasaran yang dijalankan oleh UKM Petikan Cita Halus belum
optimal sehingga nilai penjualan pada tahun 2007 mengalami penurunan
sebesar 35,21% dibandingkan nilai penjualan pada tahun 2006 akibatnya
pada tahun 2007 keuntungan perusahaan turun sebesar 31,41%. Disisi
lain, profit margin (laba bersih dibandingkan dengan nilai penjualan) pada
tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,65% dibandingkan tahun
2006. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode tersebut perusahaan dapat
mengupayakan efisiensi biaya.
b)
Berdasarkan hasil analisis SWOT dan analisis Industry Foresight, strategi
pemasaran adalah :
f)
Strategi efisiensi yang ditujukan untuk mengefisiensikan pengeluaran
untuk memperoleh keuntungan optimal.
g) Strategi
blue
ocean
dilakukan
dengan
mengembangkan
dan
memperbanyak faktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan tapi tidak
dimiliki oleh para pesaing sehingga produknya unik.
h) Strategi membangun kemitraan
strategis (strategic partnership)
dilakukan terutama dengan para pembudidaya ikan atau para pemasok
ikan dalam ikatan kerjasama yang saling menguntungkan. Strategi ini
ditujukan untuk menjaga kelangsungan pasokan bahan baku.
i)
Strategi pengembangan dan perluasan pasar produk ikan asap UKM
Petikan Cita Halus dilakukan melalui kerjasama dengan pemodal
(investor) untuk membangun outlet-outlet penjualan ikan asap.
Kerjasama ini bisa dalam bentuk franchise (waralaba) atau bentuk
kerjasama lainnya yang saling menguntungkan.
j)
Strategi Pemilihan Produk Utama ditujukan untuk mencari produk yang
menghasilkan keuntungan maksimal dilihat dari segi biaya dan respon
konsumen. Dari hasil kombinasi tersebut dapat
disimpulkan antara
lain:
•
Ikan pari merupakan produk utama yang mempunyai margin yang
tinggi dengan prospek pemasaran yang lebih baik.
119
•
Ikan asap lainnya sebagai alternatif adalah ikan patin, ikan tuna dan ikan
lele karena selain memiliki margin dan permintaan yang cukup tinggi juga
ketersediaan bahan bakunya relatif mudah.
6.2 SARAN
Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, saran-saran yang dapat diberikan
terkait dengan strategi yang harus diterapkan adalah sebagai berikut :
•
Mengoptimalkan
kemampuan
produksi
untuk
memanfaatkan
peningkatan
permintaan ikan di pasar dalam negeri melalui program-program :
o Pengembangan kerjasama dengan produsen bahan baku untuk memperlancar
pasokan.
o Penambahan modal melalui jasa per-bank-an.
o Penambahan dan pembinaan SDM yang terampil
o Peningkatan teknologi pengolahan ikan asap
•
Memanfaatkan teknologi informasi untuk promosi produk melalui program-program :
o Penyusunan program promosi yang efisien
o Peningkatan kerjasama dengan media massa (cetak dan elektrik) dalam bentuk
liputan.
•
Strategi Pemilihan Produk Utama dengan memproduksi lebih mengutamakan produk
unggulan yang digemari konsumen dan biaya produksi paling minimal yaitu ikan
asap patin.
120
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2008. Monthly Indonesia's consumers price indices and
inflations. Monthly inflations rate trend. http://www.bps.go.id [25/04/2008]
[Depdag] Departemen Perdagangan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Perdagangan. 2006. Kajian Rantai Ditribusi Produk Perikanan. Jakarta.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2001.
Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Indonesia. Jakarta.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
2005. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2005.
Jakarta.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan. 2005. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Tahun 2005. Jakarta.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
2003. Statistika Perikanan Tangkap Indonesia Tahun 2003. Jakarta.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
2005. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2005.
Jakarta.
Bhuiyan AKMA, Ratnayake WMN, Ackman RG. 1993. Nutritional Consumption of Raw and
Smoked Atlantic Mackerel (Scomber scombrus): Oil and Water Soluble Vitamins.
Burt JR. 1988. The Efect of Drying and Smoking on The Vitamine Content of Fish in Fish
Smoking and Drying. London: Elsevier Applied Science.
Chandra Gregorius. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
David FR. 2003. Strategic Management 9th edition. New Jersey : Prentice Hall
International, Inc. Upper Saddle River.
Dikun PP, Romanova LE, Sheidrikova JA, ID Rheim, Z Yu, Yunosova. 1980. The Content
of N-nitrosamine in Some Varieties of Canned Fish. Rybnoe Khozyaistvo.
Doe P.E, Heruwati. 1988. A model for the prediction of the microbial spoilage of
sun-dried tropical fish. J. Food Engineering 8.
121
Drucker P.F. 1993. Managing For Result. Terjemahan Udjian Wahyusuprapto.
Jakarta : Erlangga.
1997. “Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis”. Pelatihan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan Bagi Staf Pengajar. Kerjasama Pusat
Fardiaz S.
Studi Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB dengan Dirjen Dikti. Bogor, 21 Juli – 2 Agustus
1997.
Hadiwihardjo B.H. 1998. Mutu dan Keamanan Pangan dan Perdagangan Internasional.
Di dalam Prosiding Seminar Nasional Pangan ’98. Penelitian dan Pengembangan
di Bidang Industri Pangan untuk Meningkatkan Mutu dan Daya Saing di Era Pasar
Bebas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kimia Terapan-LIPI. Bandung, 1921 Oktober 1998.
Harada K, Yamada K. 1979. ”Microbial Degradation of Nitrosamine”. I. Bull. Japan Social
Sci. Fisheries 45.
Hamel, G. and Prahalad, C.K. 1994. Computing for the Future. Boston : Harvard Business
School Press.
2002. ”Pengolahan Ikan Secara Tradisional: Prospek dan Peluang
Pengembangan”. Jurnal Litbang Pertanian. Pusat Riset Pengolahan Produk dan
Heruwati.
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Hubeis
M. 1994. “Pemasyarakatan
ISO
9000
untuk
Industri
Pangan
di
Indonesia”. Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Vol. V (3). Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB.
Kadarisman D. 1996. “ISO (9000 dan 14000) dan Sertifikasi”. Buletin Teknologi dan
Industri Pangan. Vol. VII (3). Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Hunger J. David, Thomas L. Whelen. 1996. Manajemen Strategis. Terjemahan Juliato
Agung S. SE. S.Kom Tahun 2003. Jakarta : Penerbit Andi.
Hutabarat Jemsly, Huseini Martani. 2006. Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer
Di Tengah Operasional. Jakarta : PT. Gramedia.
Johnson Gerry, Kevan Scholas. 1997. Exploring Corporate Strategy. Fourth Edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Kim WC, Mauborgne R. 2005. Blue Ocean Strategy. How to Create Uncontested Market
Space and Make the Competition Irrelevant. Boston : Harvard Business School
Press.
Kotler P. 1990. Manajemen Pemasaran – Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
122
Kotler P. 1994. Marketing Management: analysis, planning, implementation and control,
8th edition. Prentice Hall : Englewood Cliffs.
Krone CA, Yeh SMJ, Iwaoka WT. 1986. “Mutagen Formation during Commercial
Processing of Foods”. Environmental Health Perspective 67: 143 – 146.
Levitt T. 1989. Imajinasi Pemasaran. Jakarta : Erlangga.
Luning PA, Marcelis WJ, Jongen WMF. 2002.”Food Quality Manajemen”. Wegeningen :
Wageningen Pers.
Mintzberg Henry. 1994. ”The Rise and Fall Of Strategic Planning”. Boston : Harvard
Business Press.
Motohiro T. 1988. ”Effect of Smoking and Drying on The Nutritive Value of Fish : a
review of Japanese Studies in Fish Smoking and Drying”. , London : Elsevier
Applied Science.
Pan BS. 1988. “Undeserible Factors in Dried Fish Products in Fish Smoking and
Drying the Effect of Smoking and Drying on the Nutritional Properties of Fish.
London : Elsevier Applied Science.
Porter ME. 2000. Strategi Bersaing. Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Terjemahan Agus Maulana. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Purnama CML. 2002. Strategic Marketing Plan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pusdatin. Juli 2007. Majalah Kelautan dan Perikanan. Demersal: 15.
Rabie CJ, A Luebben, AI Louw, EB Rathbone, PS Steyn, R Vleffar. 1978. ”Moniliformin, a
mycotoxin from Fusarium fusariodes”. J. Agric. Food Chem.
Santoso I, Ganjar I, Sari RD, Sembiring ND. 1999. ”Xerophilic moulds Isolated from
Salted and Unsalted Dried Fish from Traditional Markets in Jakarta”. Indonesia
Food and Nutrition Progress.
Santosa Ippho. 2006. Hot Branding. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sikorski Z, N Haard, T Motohiro, BS Pan. 1998. “Quality in Fish Smoking and Drying,
Production and Quality”. USA : Technomic Publishing.
Stanton J William. 1986. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Umar Husein. 2001. Strategic Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
123
Umar Husein. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wheeler KA, AD Hocking, JI Pitt, AM Anggawati. 1986. ”Fungi Associated with
Indonesian Dried Fish”. Food Microbiol.
Zimmerer TW, NM Scarborough. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis
Kecil. Jakarta: Prehallindo.
Zotos A, M Hole, G Smith. 1995. ”The Effect of Frozen Storage of Mackerel (Scomber
scombrus) on its Quality When Hot-smoked”. J Science Food Agric.
124
LAMPIRAN
125
Lampiran 1. Penilaian responden terhadap Visi dan Misi UKM Petikan Cita Halus
NO.
PARAMETER/ SUB
PARAMETER
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
1
1
2
7
8
9
SUB
10 11 PARAMETER
2
4
3
3
4
3
2
4
3.00
- Mengakomodir keinginan
konsumen
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2.73
2.91
Realistic
3
3
3
2
4
2
3
2
2
3
3
2.73
3
2
3
3
4
3
3
3
3
2
3
2.91
4
3
4
3
4
2
2
4
3
2
3
3.09
2.86
Specific
- Tujuan dapat dilihat jelas
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2.82
- Fokus pada hal tertentu
2
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
2.91
2.77
Fit Market Environment
3
3
2
2
3
2
3
3
2
3
4
2.73
3
3
2
2
3
2
4
3
2
3
4
2.82
3.27
Distinctive Competencies
3
4
3
2
4
3
3
4
4
2
4
3.27
2.77
Motivating
2
3
3
2
3
3
2
3
2
3
4
2.73
2
3
3
2
3
3
2
2
4
3
4
2.82
3.55
Triple Bottom Line
- Aspek ekonomi
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3.45
- Aspek sosial
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3.55
- Aspek lingkungan
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
3.64
Keterangan :
- Nilai <= 3.0 :
- Nilai > 3.0 :
PARAMETER
2.86
3
- Membangkitkan semangat
karyawan
- Menggerakkan seluruh
sumber daya
7
6
3
- Menjelaskan kompetensi
yang unik
6
5
2
- Mengakomodir kondisi
lingkungan pasar saat ini
- Relevan dengan kondisi 5
tahun mendatang
5
4
- Beorientasi pada pasar
- Memperhitungkan patok
duga
- Mengakomodir kinerja masa
lalu
4
3
Market Oriented
- Dapat dicapai dalam 5 tahun
3
2
RATA-RATA
Perlu Perbaikan
OK
Lampiran 2. Penilaian responden terhadap kekuatan (Power) stakeholders terhadap UKM Petikan
Cita Halus.
126
NO.
STAKEHOLDER
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
RATARATA
1
Pemilik perusahaan
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
4
10
4
11
4
2
Manajemen
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3.45
3
Karyawan
3
3
3
2
4
2
3
3
3
2
3
2.82
4
Dinas Kelautan dan Perikanan 3
3
2
2
3
2
3
2
2
3
3
2.55
5
Dinas Perindustrian
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
2
2.45
6
Pelanggan
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3.45
7
Pemasok
4
4
3
3
2
4
2
3
4
2
3
3.09
8
Super Market/ Pasar Retail
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3.18
9
Pemerintah Daerah
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1.91
10
Pesaing
2
3
2
2
3
3
3
2
4
2
2
2.55
11
Tetangga dan masyarakat
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1.64
12
Media massa
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2.18
4.00
Lampiran 3. Penilaian responden terhadap Predictability Stakeholder UKM Petikan Cita Halus.
NO.
STAKEHOLDER
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
RATARATA
1
Pemilik perusahaan
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3.64
2
Manajemen
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
4
3.73
3
Karyawan
4
4
4
2
3
4
4
2
4
4
3
3.45
4
Dinas Kelautan dan Perikanan 2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2.27
5
Dinas Perindustrian
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2.18
6
Pelanggan
4
3
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2.64
7
Pemasok
3
3
4
2
2
3
3
3
3
4
3
3.00
8
Super Market/ Pasar Retail
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2.73
9
Pemerintah Daerah
1
1
1
1
2
1
1
2
2
3
2
1.55
10
Pesaing
3
3
2
2
2
3
2
3
4
3
2
2.64
11
Tetangga dan masyarakat
1
1
1
2
1
2
1
1
2
2
2
1.45
12
Media massa
3
3
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2.36
Lampiran 4. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan (Interest) Stakeholder UKM
Petikan Cita Halus.
NO.
STAKEHOLDER
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
127
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
RATARATA
1
Pemilik perusahaan
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4.00
2
Manajemen
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3.73
3
Karyawan
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3.36
4
Dinas Kelautan dan
Perikanan
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
3
3.55
5
Dinas Perindustrian
4
3
3
2
4
3
3
3
4
2
4
3.18
6
Pelanggan
4
3
4
3
2
3
4
4
4
3
4
3.45
7
Pemasok
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3.18
8
Super Market/ Pasar Retail
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2.73
9
Pemerintah Daerah
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
1.64
10
Pesaing
2
2
1
2
3
1
2
1
2
2
2
1.82
11
12
Tetangga dan masyarakat
2
3
2
3
1
3
1
4
2
3
2
3
1
3
1
3
1
2
1
2
2
2
1.45
Media massa
2.82
Lampiran 5. Rekapitulasi penilaian responden terhadap stakeholder UKM Petikan Cita Halus.
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
NO.
STAKEHOLDER
POWER
PREDICTABILITY
INTEREST
NILAI
KUALITAS
NILAI
KUALITAS
NILAI
KUALITAS
1
Pemilik perusahaan
4.00
Tinggi
3.64
Tinggi
4.00
Tinggi
2
Manajemen
3.45
Tinggi
3.73
Tinggi
3.73
Tinggi
3
Karyawan
2.82
Rendah
3.45
Tinggi
3.36
Tinggi
4
Dinas Kelautan dan
Perikanan
2.55
Rendah
2.27
Rendah
3.55
Rendah
5
Dinas Perindustrian
2.45
Rendah
2.18
Tinggi
3.18
Tinggi
6
Pelanggan
3.45
Tinggi
2.64
Tinggi
3.45
Rendah
7
Pemasok
3.09
Rendah
3.00
Tinggi
3.18
Tinggi
8
Super Market/Pasar Retail
3.18
Rendah
2.73
Rendah
2.73
Rendah
9
Pemerintah Daerah
1.91
Rendah
1.55
Rendah
1.64
Rendah
10
Pesaing
2.55
Rendah
2.64
Rendah
1.82
Tinggi
11
Tetangga dan masyarakat
1.64
Rendah
1.45
Rendah
1.45
Tinggi
2.18
2.36
2.82
12 Media massa
Lampiran 6. Penilaian responden terhadap Faktor Internal UKM Petikan Cita Halus.
NO.
FAKTOR INTERNAL
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
1
2
3
4
5
6
7
8
RATA9 10 11 RATA
KRITERIA
128
1
2
2
1
2
2
1
1
2
2 2
3
1.82
2
Teknologi Pengolahan yang
dimiliki
Kualitas/ mutu produk akhir
4
3
3
3
3
3
3
3
3 3
2
3.00
Kekuatan
3
Kemampuan Produksi
4
3
4
3
3
4
3
4
3 3
4
3.45
Kekuatan
4
Penanganan Bahan Baku
3
4
3
3
3
3
3
3
2 2
3
2.91
Kelemahan
5
Pengemasan Produk Akhir
4
3
3
3
3
2
3
3
4 3
3
3.09
Kekuatan
6
Tingkat pendidikan karyawan 2
2
1
2
2
2
1
2
3 2
2
1.91
Kelemahan
7
Kemampuan inovasi dan
pembaruan
Profitable perusahaan
Tanggung jawab sosial
perusahaan tinggi
3
3
3
3
3
3
2
3
2 2
2
2.64
3
4
3
3
4
4
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3 3
3 3
3
3
2.91
3.18
8
9
Kelemahan
Kelemahan
Kelemahan
Kekuatan
Lampiran 7. Penilaian responden terhadap Probabilitas Faktor Eksternal UKM Petikan Cita Halus.
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
FAKTOR EKSTERNAL
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
RATARATA
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3,27
Pertumbuhan ekonomi
Perkembangan teknologi
pengolahan memunculkan
produk baru sebagai
pesaing
Kebijakan otonomi daerah
dalam peningkatan PAD
Trend
Peningkatan
permintaan ikan di pasar
dalam negeri.
Kelancaran pasokan bahan
baku
Perkembangan
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
sebagai media promosi
4
3
3
3
3
4
4
2
3
4
2
3,18
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3,27
3
3
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2,64
3
3
4
3
4
3
3
4
3
2
3
3,18
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3,36
4
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3,45
Kenaikan harga BBM
3
4
3
2
3
4
3
4
3
4
3
3,27
Kebijakan Pemerintah dalam
peningkatan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia.
Lampiran 8. Penilaian responden terhadap Dampak Faktor Eksternal pada UKM Petikan Cita
Halus.
NO.
FAKTOR EKSTERNAL
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
RATARATA
129
1
Kebijakan Pemerintah dalam
peningkatan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi
2
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3,27
4
3
3
3
3
4
4
2
3
4
2
3,18
Perkembangan teknologi
pengolahan memunculkan produk
baru sebagai pesaing
Kebijakan otonomi daerah dalam
peningkatan PAD
Trend Peningkatan permintaan ikan
di pasar dalam negeri.
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3,27
3
3
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2,64
3
3
4
3
4
3
3
4
3
2
3
3,18
6
Kelancaran pasokan bahan baku
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3,36
7
Perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi sebagai media
promosi
Kenaikan harga BBM
4
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3,45
3
4
3
2
3
4
3
4
3
4
3
3,27
3
4
5
8
Lampiran 9. Penilaian responden terhadap Waktu berpengaruhnya Faktor Eksternal pada UKM
Petikan Cita Halus.
NO.
FAKTOR INTERNAL
PENILAIAN RESPONDEN (1 – 5)
1
2
3
4
5
6
7 8
9 10 11
RATARATA
1
Kebijakan Pemerintah dalam
peningkatan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia.
3
3
3
2
2
2
3
3
3
1
1
2,36
2
Pertumbuhan ekonomi
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2,55
3
Perkembangan teknologi
pengolahan memunculkan produk
baru sebagai pesaing
Kebijakan otonomi daerah dalam
peningkatan PAD
Trend Peningkatan permintaan
ikan di pasar dalam negeri.
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1,73
2
2
3
3
2
1
3
3
2
1
3
2,27
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1,73
4
5
6
Kelancaran pasokan bahan baku
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1,27
7
Perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai
media promosi
2
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
1,55
8
Kenaikan harga BBM
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1,18
Lampiran 10. Penilaian responden terhadap Waktu berpengaruhnya Faktor Eksternal terhadap
UKM Petikan Cita Halus.
130
Ket. = Pendek : 0 - 1 Tahun ;
NO.
Menengah : 1 - 3 Tahun ;
PROBABILITA
S
FAKTOR INTERNAL
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
Kebijakan Pemerintah dalam
peningkatan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi
Kriteria
Panjang : > 3 Tahun
DAMPAK
WAKTU
Nilai
Kriteria Nilai
Kriteria
3,27
Tinggi
3,73
Besar
2,36
Meneng
ah
3,18
Tinggi
3,27
Besar
2,55
Panjang
Perkembangan teknologi
pengolahan memunculkan
produk baru sebagai pesaing
Kebijakan otonomi daerah
dalam peningkatan PAD
Trend Peningkatan permintaan
ikan di pasar dalam negeri.
3,27
Tinggi
3,18
Besar
1,73
Pendek
2,64
Sedang
2,64
2,27
3,18
Tinggi
3,36
Sedan
g
Besar
1,73
Meneng
ah
Pendek
Kelancaran pasokan bahan
baku
Perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi
sebagai media promosi
Kenaikan harga BBM
3,36
Tinggi
3,64
Besar
1,27
Pendek
3,45
Tinggi
3,45
Besar
1,55
Pendek
3,27
Tinggi
3,55
Besar
1,18
Pendek
Lampiran 11. Pengaruh Parameter Ancaman Pendatang Baru terhadap bisnis UKM Petikan Cita
Halus berdasarkan penilaian responden.
NO.
PARAMETER
ANCAMAN PENDATANG
BARU
PENILAIAN RESPONDEN
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
RATARATA
1
Diferensiasi produk
4 4 5 4 3 3 4 4 3 4 3
3.73
2
Kemampuan permodalan
5 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3
3.64
3
Independensi ukuran kerugian
biaya
Akses ke saluran distribusi
(pemasaran)
Akses ke pemasok bahan baku
4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3
3.27
5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4
4.09
5 5 3 4 4 4 3 4 3 4 3
3.82
Biaya untuk berpindah
(switching cost)
Kebijakan Pemerintah
4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3
3.55
4 3 4 3 3 3 2 4 2 2 2
2.91
4
5
6
7
Jumlah
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2
Rendah
BOBOT
14.91%
14.55%
13.09%
16.36%
15.27%
14.18%
11.64%
25.00
3
Sedang
4
Tinggi
5
Sangat Tinggi
Lampiran 12. Tingkat Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Ancaman Pendatang
Baru berdasarkan penilaian responden.
131
NO.
PENILAIAN RESPONDEN
PARAMETER
ANCAMAN PENDATANG
BARU
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
RATARATA
1
Diferensiasi produk
5
4
5
5
3
3
3
3
3
2
2
3.45
2
Kemampuan permodalan
5
5
4
5
4
3
3
3
4
3
3
3.82
3
Independensi ukuran kerugian
biaya
Akses ke saluran distribusi
(pemasaran)
Akses ke pemasok bahan baku
4
3
3
2
3
3
2
4
3
4
4
3.18
5
5
4
4
3
4
5
4
5
3
3
4.09
5
4
4
3
3
4
4
5
3
4
4
3.91
3
3
3
4
3
3
3
4
2
4
4
3.27
4
3
4
3
4
3
3
3
4
3
3
3.36
4
5
6
Biaya untuk berpindah
(switching cost)
Kebijakan Pemerintah
7
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2 Rendah
3
4
Sedang
Tinggi
5
Sangat Tinggi
Lampiran 13. Pengaruh Parameter Tingkat Persaingan Dalam Industri terhadap bisnis UKM
Petikan Cita Halus berdasarkan penilaian responden.
NO.
PARAMETER TINGKAT
PERSAINGAN DALAM
INDUSTRI
PENILAIAN RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RATARATA
BOBOT
1
Jumlah Pesaing
5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5
4.55
23.47%
2
Tingkat Pertumbuhan
Industri
3 4 3 4 3 3 2 2 4 3 4
3.18
16.43%
3
Jumlah Biaya tetap
4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2
2.64
13.62%
4
Peningkatan kapasitas
2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 3
3.27
16.90%
5
Karakteristik Produk
4 4 2 2 2 5 3 5 3 2 2
3.09
15.96%
6
Diversitas Pesaing
3 3 2 2 3 2 4 3 1 3 3
2.64
13.62%
19.37
100%
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2 Rendah
3
4
Sedang
Tinggi
5 Sangat Tinggi
132
Lampiran 14. Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Tingkat Persaingan Dalam
Industri berdasarkan penilaian responden
NO.
PARAMETER TINGKAT
PERSAINGAN DALAM
INDUSTRI
PENILAIAN RESPONDEN
RATARATA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
Jumlah Pesaing
5
5
4
5
4
5
5
4
4
3
4
4.36
2
Tingkat Pertumbuhan
Industri
4
5
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3.64
3
Jumlah Biaya tetap
4
4
3
3
3
3
4
4
3
2
2
3.18
4
Peningkatan kapasitas
4
4
3
4
3
4
3
4
2
3
3
3.36
5
Karakteristik Produk
4
3
2
2
3
3
3
4
2
3
2
2.82
6
Diversitas Pesaing
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2.64
5
Sangat Tinggi
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2 Rendah
3
4
Sedang
Tinggi
Lampiran 15. Pengaruh Parameter Ancaman Produk Substitusi terhadap bisnis UKM Petikan Cita
Halus berdasarkan penilaian responden.
NO.
1
2
3
4
PENILAIAN RESPONDEN
PARAMETER
ANCAMAN PRODUK
SUBSTITUSI
Produk yang mempunyai
fungsi sama
Tingkat ketersediaan
produk pengganti
Tingkat harga produk
substitusi
Tingkat biaya peralihan
(switching cost)
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1
Sangat Rendah
2
Rendah
3
4
RATARATA
BOBOT
5
4.18
25.41%
4
4
4.00
24.31%
5
4
4
4.36
5
3
3
3.91
23.76%
16.45
100%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
5
4
4
3
4
5
5
4
4
3
5
4
5
3
4
4
4
4
3
5
4
4
4
5
4
4
5
5
3
4
5
4
3
4
4
Sedang
Tinggi
5
Sangat Tinggi
26.52%
133
Lampiran 16. Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Ancaman Produk Substitusi
berdasarkan penilaian responden
NO.
PENILAIAN RESPONDEN
PARAMETER
ANCAMAN PRODUK
SUBSTITUSI
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
RATARATA
1
Produk yang mempunyai
fungsi sama
4
3
4
4
5
3
2
5
5
4
2
3.73
2
Tingkat ketersediaan
produk pengganti
4
4
3
3
4
4
4
5
4
4
4
3.91
3
Tingkat harga produk
substitusi
5
5
4
3
4
4
5
4
3
4
4
4.09
4
Tingkat biaya peralihan
(switching cost)
4
2
2
4
4
3
4
4
3
4
3
3.36
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2 Rendah
3
4
Sedang
Tinggi
5
Sangat Tinggi
Lampiran 17. Pengaruh Parameter Kekuatan Tawar Pemasok terhadap bisnis UKM Petikan Cita
Halus berdasarkan penilaian responden.
NO.
1
2
3
4
5
PENILAIAN RESPONDEN
PARAMETER
KEKUATAN TAWAR
PEMASOK
Jumlah Pemasok
Bahan Baku
Bahan Baku Pengganti
Biaya Pengganti
Bahan Baku
Integrasi Pemasok ke
depan menjadi
pesaing
Ketepatan Pasokan
Bahan Baku
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2 Rendah
3
4
RATARATA
BOBOT
3
3.91
21.61%
4
3
3.36
18.59%
3
4
3
3.27
18.09%
3
4
4
3
3.82
4
3
3
3
3.73
20.60%
18.09
100 %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
4
4
5
4
5
4
3
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
2
3
4
4
4
3
4
5
4
4
4
5
5
4
4
3
3
Sedang
Tinggi
5
Sangat Tinggi
21.11%
134
Lampiran 18.
NO.
Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Kekuatan Tawar Pemasok
berdasarkan penilaian responden
PENILAIAN RESPONDEN
PARAMETER KEKUATAN
TAWAR PEMASOK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
RATARATA
1
Jumlah Pemasok Bahan Baku
4
5
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3.64
2
Bahan Baku Pengganti
4
3
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3.36
3
Biaya Pengganti Bahan Baku
4
2
3
2
3
4
3
3
2
4
4
3.09
4
Integrasi Pemasok ke depan
menjadi pesaing
Ketepatan Pasokan Bahan
Baku
4
3
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3.45
4
4
4
2
3
3
3
3
4
3
3
3.27
5
Keterangan = Penilaian (1 – 5)
1 Sangat Rendah
2 Rendah
Lampiran 19.
NO.
3
4
Sedang
Tinggi
5
Sangat Tinggi
Pengaruh Parameter Kekuatan Tawar Pembeli terhadap bisnis UKM Petikan Cita
Halus berdasarkan penilaian responden.
PARAMETER KEKUATAN
TAWAR PEMBELI
PENILAIAN RESPONDEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
RATARATA
BOBOT
1
Pembeli Potensial (membeli
sebagian besar produk)
5
5
4
3
4
3
4
5
1
3
3
3.64
17.92%
2
Kemampuan integrasi
pembeli sebagai produsen
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3.36
17.41%
3
Biaya pengalihan ke produk
pengganti
3
3
3
4
3
4
3
3
1
3
2
2.91
15.33%
4
Keuntungan yang diperoleh
pembeli
4
4
3
4
3
4
3
3
2
4
2
3.27
15.71%
5
Tingkat kepentingan
kualitas produk bagi
pembeli
4
3
2
3
3
3
3
3
1
3
2
2.73
16.60%
6
Produk tidak berdampak
pada mutu dan harga
produk akhir pembeli
5
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
3.55
17.03%
23.49
100%
135
Lampiran 20.
NO.
Respon UKM Petikan Cita Halus terhadap Parameter Kekuatan Tawar Pembeli
berdasarkan penilaian responden
PARAMETER KEKUATAN
TAWAR PEMBELI
PENILAIAN RESPONDEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
Pembeli Potensial (membeli
sebagian besar produk)
4
5
4
4
5
4
4
3
5
4
4
2
Kemampuan integrasi
pembeli sebagai produsen
5
4
4
3
4
4
3
5
4
4
5
3
Biaya pengalihan ke produk
pengganti
4
3
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
Keuntungan yang diperoleh
pembeli
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
Tingkat kepentingan kualitas
produk bagi pembeli
4
3
3
5
4
5
4
4
3
4
4
6
Produk tidak berdampak
pada mutu dan harga produk
akhir pembeli
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
RATARATA
4.21
4.09
3.60
3.69
3.90
4.00
136
Lampiran 21. Daftar kuesioner Kajian Strategi Pemasaran UKM Petikan Cita
Halus Citayam – Bogor.
A.
LATAR BELAKANG
1. Latar belakang didirikan/dijalankan perusahaan ini ?
Dimulai dari inisiatif pendiri perusahaan/ Direktur (mandiri)
Untuk meneruskan usaha orangtua / keluarga
Atas gagasan dan kerjasama pihak lain
2. Alasan memilih untuk menjalankan usaha ikan asap adalah :
Sudah mengetahui usaha ini dari orang tua / keluarga
Prospek penjualannya bagus
Mengikuti lingkungan/ masyarakat/ teman di sekitar
3. Struktur modal usaha:
Kredit Modal Kerja dari Bank =……………%
Kredit investasi dari Bank = ……………%
Modal lainnnya = ……………%
Modal sendiri = ……………%
3. Rencana dalam 10 tahun mendatang, perusahaan akan diarahkan menjadi
:
Perusahaan besar (konglomerasi)
Perusahaan menengah (middle)
Perusahaan kecil (ritel)
Tidak tahu / belum ada rencana
B.
STRATEGI MENGHADAPI KENDALA
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi perusahaan sesungguhnya
(jawaban bisa lebih dari satu) :
1. Bagaimana jumlah produksi Ikan Asap dari tahun ke tahun :
Cenderung meningkat
Cenderung menurun
Cenderung tetap / sama saja
Berubah-ubah / fluktuatif
137
2. Faktor yang mempengaruhi jumlah produksi tersebut pada no. 1 adalah
(dapat lebih dari 1 jawaban ):
Modal / kondisi keuangan perusahaan
Kapasitas produksi
Jumlah tenaga kerja perusahaan
Unit sarana pengolahan (mesin) sangat terbatas
Ketersediaan pasokan bahan baku
Jumlah permintaan dari industri kecil, menengah dan besar
3. Faktor-faktor lain yaitu : ..................................................................
Kendala-kendala yang dihadapi berkaitan dengan produksi Ikan Asap
adalah :
Keterbatasan bahan baku
Modal kerja (operasional)
Faktor cuaca buruk
Sumber daya manisia
Lain-lain : ……………………………………………………………………..
4. Bagaimana penjualan Ikan Asap saat ini dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya:
Cenderung meningkat
Cenderung menurun
Cenderung tetap / sama saja
Berubah-ubah / fluktuatif
5. Faktor yang berpengaruh terhadap penjualan pada no . 4 adalah (dapat
lebih dari 1 jawaban) :
Faktor Peluang Pasar dan persaingan
Faktor Harga Produk
Faktor Mutu produk
Faktor Distribusi produk
Faktor Promosi/ Sosialisasi Produk
Faktor Lainnya : ………………………………………………………………………
6. Selama ini apakah perusahaan mengalami masalah keuangan, baik untuk
biaya produksi maupun biaya pemasaran ?
Ya
Tidak
138
7. Jika mengalami masalah keuangan, apa penyebab utamanya ? (jawaban
dapat lebih dari 1) :
Kerugian perusahaan akibat rendahnya penjualan
Suku bunga pinjaman yang tinggi menggangu keuangan perusahaan
Peningkatan
penjualan
harga
bahan
baku
melebihi
peningkatan
harga
Perusahaan mengalami kesulitan dalam penagihan piutang
Perusahaan kesulitan dalam memperoleh pinjaman
Penyebab lainnya yaitu : .............................................................
8. Apabila perusahaan tidak mengalami masalah keuangan (mengalami
keuntungan), apa yang dilakukan untuk rencana ke depan? ...................
9. Apakah prusahaan, sejak pertama kali beroperasi sampai saat ini
mengalami kemajuan ?
Ya, kemajuan yang pesat
Ya, kemajuan yang cukup
Ya, sedikit kemajuan
Tidak mengalami kemajuan
10. Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan ? (bisa lebih dari
1)
Faktor peluang pasar
Faktor harga produk kompetitif
Faktor kebijakan pemerintah
Faktor kesetiaan pelanggan
Faktor kualitas produk
Faktor manajemen perusahaan
Faktor finansial
Faktor pengalaman
Faktor lainnya berupa : ................................................................
11. Faktor apa yang paling menentukan diantara faktor diatas (no. 10) ? .....
Alasan : .................................................................... ........................
139
C. ORIENTASI PERUSAHAAN
Pilihlah salah satu kondisi dibawah ini yang paling mewakili perusahaan
sebagai berikut : (beri tanda ”√” pada kotak jawaban yang paling sesuai)
Orientasi utama perusahaan pada proses dan kelancaran produksi
dengan faktor kunci keberhasilan perusahaan berupa efisiensi
opersional, standarisasi produk dan distribusi secara masal.
Orientasi utama perusahaan pada proses dan kelancaran penjualan
dengan faktor kunci keberhasilan perusahaan berupa pendekatan
penjualan, tampilan produk dan promosi secara masal.
Orientasi utama perusahaan terfokus pada penentuan pasar yang dituju
dengan faktor kunci keberhasilan perusahaan berupa efektifitas
pemasaran, variasi produk dan promosi yang seimbang /
proporsional
Perusahaan sangat terpengaruh dan ”dikendalikan” oleh pasar
dengan faktor kunci keberhasilan perusahaan berupa pemilihan pangsa
pasar, spesialiasasi produk dan komunikasi pemasaran yang
menyeluruh
Perusahaan sangat terpengaruh dan ”dikendalikan” oleh konsumen
dengan faktor kunci keberhasilan perusahaan berupa informasi pasar
yang dapat diandalkan, kesesuaian produk dengan konsumen / pasar
dan komunikasi pemasaran interaktif.
D.
STRATEGI PEMASARAN
1. Peluang dan Ancaman
Berikut ini beberapa pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
peluang-ancaman bagi industri pengolahan ikan asap secara umum, beri tanda
”√” pada kotak disebelah kanan pertanyaan untuk jawaban yang paling sesuai :
a) Apakah pasar ikan asap
nasional 5 tahun terakhir ini, mengalami
pertumbuhan yang baik ? √ Ya
Tidak
b) Apakah pasokan bahan baku dari nelayan kepada produsen ikan asap pada
saat ini mengalami gangguan / ketidaklancaran ? √ Ya
Tidak
c) Apakah ada industri sejenis yang menghasilkan Ikan Asap di wilayah
Kabupaten Bogor atau Jawa Barat ?
√ Ya
Tidak
d) Apakah ada industri lain yang memanfaatkan produk Ikan Asap sebagai
bahan baku untuk produk lain yang dihasilkan ? √ Ya
Tidak
140
e) Apakah sudah ada hubungan kerjasama dengan industri besar dalam
pemasaran?
√
Ya
Tidak
2. Kekuatan dan Kelemahan
Berikut ini beberapa pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kekuatan dan kelemahan industri Ikan Asap secara umum, beri tanda ”√” pada
kotak disebelah kanan pertanyaan untuk jawaban yang paling sesuai :
a) Apakah penjualan ikan asap saat ini mengalami pertumbuhan yang baik ?
√
Ya
Tidak
b) Apakah kinerja perbankan saat ini telah mampu diandalkan oleh perusahaan
dalam mendukung pertumbuhan perusahaan ? √ Ya
Tidak
c) Apakah manajemen perusahaan dalam beberapa tahun terakhir mengalami
perubahan yang baik/ peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
?
√
Ya
Tidak
d) Apakah kualitas produk ikan asap saat ini telah memenuhi persyaratan yang
diinginkan oleh pasar ? √ Ya
Tidak
e) Apakah produsen ikan asap nasional mengalami ketergantungn bahan baku
dari supplier/ nelayan untuk memproduksi ikan asap ?
√
Ya
Tidak
f)
Apakah pangsa pasar perusahaan pada saat ini sudah cukup luas untuk
ekspansi penjualan yang lebih besar ?
Ya
√ Tidak
g) Apakah pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan pengolahan Ikan Asap
sudah menggunakan manajemen pemasaran yang baik ?
Sudah
√
Belum
h) Apakah kapasitas produks industri pengolahan Ikan Asap saat ini mampu
memenuhi pesanan dalam jumlah dan jangka waktu permintaan konsumen ?
√
Ya
Tidak
3. Strategi Fungsional Pemasaran
Permasalahan :
Sulitnya memasarkan produk akhir (ikan asap) yang mendatangkan profit
yang tinggi bagi perusahaan. Kemampuan produksi yang tinggi menjadi tidak
berarti apabila perusahaan tidak mampu memasarkan produknya. Strategi
pemasaran yang tepat akan membuat perusahaan berkembang menjadi bisnis
yang menguntungkan.
Pertanyaan :
141
Berikut ini beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan strategi pemasaran
dan rencana perusahaan di masa mendatang.
Jawaban :
Beri tanda ”√” pada kotak yang tersedia untuk jawaban yang paling sesuai dan
penjelasan pada titik-titik yang telah disediakan, apabila tidak mencukupi, dapat
ditulis di balik kertas ini maupun di kertas lain dengan mencantumkan nomor
jawaban.
1) Faktor Produk
a) Ikan jenis apa saja yang digunakan perusahaan untuk membuat Ikan
Asap .................................................................................. ................
b) Bahan bakunya adalah
Ikan ekonomis penting (segar/ second grade) : ..................................
Ikan bukan ekonomis penting (segar/second grade) : ..........................
c) Bahan tambahan apa saja yang digunakan untuk membuat Ikan Asap?.....
d) Bahan tambahan tersebut berasal dari
Produk lokal yang dibeli dari (nama kota) : ......................................
Produk impor yang dibeli dari (nama negara):..................................
e) Mesin atau peralatan apa saja yang digunakan dalam membuat Ikan
Asap? ..................................................................................................
f) Mesin tersebut berasal dari
Produk lokal yang dibeli dari (nama kota) : ......................................
Produk impor yang dibeli dari (nama negara) ...................................
g) Lain-lain : …………………………………..
h) Apakah dalam produksi Ikan Asap menggunakan kemitraan?
Bentuk kemitraan
Ya
Tidak
Bermitra dengan Koperasi
Bermitra dengan BUMN
Bermitradengan perusahaan swasta
Masyarakat setempat
Kemitraan lainnya : .........................................
i) Jika ya, kemitraan dalam hal apa? .........................................................
j) Pertimbangan apa yang melatarbelakangi kemitraan tersebut ? ................
k) Apa saja keinginan konsumen yang perlu dipenuhi atas produk ?...................
142
l) Merk dagang apa yang digunakan oleh perusahaan untuk Ikan Asap yang
diproduksi dan dipasarkan ? .......................................................................
m) Apakah untuk semua produk dinamakan dengan merek dagang yang
sama ?
Ya
Tidak, apa merek dagang lainnya ? ........................................................
n) Apakah merk dagang tersebut telah terdaftar / dipatenkan oleh
perusahaan?
Ya , tahun berapa ......................................
Tidak / Belum
o) Apakah perusahaan memberikan jaminan mutu atas produk yang dijual ?
Ya, berupa apa? ..........................................................................................................
(contoh : jaminan produk rusak bisa ditukar / jaminan uang kembali)
Tidak , alasan? ...........................................................................................................
p) Apakah dalam proses produksi dilakukan pengawasan mutu (quality
control)?
Ya, alasan? ................................................................................................................
Tidak, alasan? ...........................................................................................................
q) Apakah produk yang dijual digolongkan berdasarkan mutu yang berbeda?
Ya, bagaimana? .................................................................................
Tidak, alasan? ......................................................................................................
r) Apa yang dilakukan perusahaan terhadap Produk yang tidak layak jual :
Produk dimusnahkan
Produk dibuang
Produk diberikan kepada pihak tertentu yakni: ........................................
Produk dijual kepada .............................................................................................
s) Apakah produk dibungkus / dikemas ?
Ya, produk dikemas / dibungkus dengan menggunakan merk dagang
Ya, produk dikemas / dibungkus dengan kemasan polos
Tidak, produk hanya ditempatkan dalam kotak / dus besar tanpa
dikemas satu persatu.
t) Ikan Asap yang diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan sampai saat
ini ditujukan untuk ?
143
•
Lokasi
•
Pengguna
Market
Lokal (Ja-Bar)
Dalam negeri
Rumah Tangga
Hotel/Restoran
Modern
Lainnya yaitu : ..........................................................................................
u) Sudah cukupkah segmen pasar tersebut diatas ?
Ya, alasan ? ...............................................................................................................
Tidak, mengapa ? ....................................................................................................
v) Perlukah perusahaan membuat dan memasarkan Ikan Asap dengan
keanekaragaman produk?
Ya,
Tidak, mengapa? ....................................
w) Jika perlu, keanekaragaman seperti apa yang perlu diproduksi perusahaan
?
Variasi menurut lokasi pemasaran dan pengguna
Variasi menurut kemasan
Variasi menurut harga
Variasi lainnya yaitu ............................................................................
x) Apakah ada hambatan / kendala yang berkaiatan dengan produk atau
proses produksi yang sampai saat ini belum terselesaikan ?
Tidak ada,
Ya, jelaskan! ........................................................................................
2. Faktor Harga
a) Dalam menentukan harga siapakah yan paling banyak berperan ?
.......................................................................................... P
erusahaan dalam hal ini (jabatan) : ......................................................
P
embeli (buyer)
.......................................................................................... P
ihak lainnya .......................................................................................
idak ada dominan, harga ditentukan berdasarkan kesepakatan
bersama.
b) Apakah perusahaan menjual barang berdasarkan kontrak ?
Tidak
Ya
T
144
c) Jika ya, bagaimana mekanisme kontrak yang dilakukan ? .............................
d) Jika tidak menggunakan kontrak, menggunakan sistem apa perusahaan
melakukan penjualan ? ..............................................................................
e) Apakah perusahaan mampu bersaing dari sisi harga ?
Ya, alasan? .............................................................................................................
Tidak, alasan? ........................................................................................................
f) Apakah perusahaan bersedia memberikan potongan harga ?
Ya, alasan? ...........................................................................................................
Tidak, alasan? .......................................................................................................
g) Apakah perusahaan menghadapi hambatan dalam menentukan harga
pokok produk?
Ya, alasan? .........................................................................................
Tidak, alasan? .....................................................................................
h) Apakah perusahaan menetapkan harga tinggi, sedang atau rendah
dibandingkan dengan harga pasar ?
Tinggi, mengapa? ................................................................................
Sedang, mengapa?...............................................................................
Rendah, mengapa? ..............................................................................
i) Apakah konsekuensi yang harus dihadapi apabila harga jual ditetapkan
tinggi, sedang atau rendah ?
Jika harga tinggi, konsekuensinya adalah ..............................................
Jika harga sedang, konsekuensinya adalah ............................................
Jika harga rendah, konsekuensinya adalah ............................................
j)
Apakah perusahaan memberikan jangka waktu pembayaran kepada
pembeli ?
Ya
Tidak
Jika ya, berapa lama jangka waktu yang diberikan ? ........................................
c) Faktor Tempat :
a) Pasar bagaimana yang harus dituju / dijangkau oleh perusahaan ?
b) Apakah pemasaran diarahkan pada suatu wilayah geografis (Propinsi)
tertentu ?
Ya
Tidak
145
c) Propinsi mana saja yang menjadi tujuan pemasaran perusahaan saat ini ? .........
d) Sudah tepatkah Propinsi tujuan ekspor tersebut ?
Ya
Tidak
Jika jawaban Ya, pertimbangan apa ? .............................................................
Jika jawaban Tidak, mengapa ? .......................................................................
e) Jika No. 4 Tidak, Propinsi manakah yang paling tepat menjadi tujuan
pemasaran saat ini maupun masa datang ? ......................................................
f) Pertimbangan apa saja yang menjadikan propinsi tersebut tepat ? .....................
g) Jika dihadapkan pada pilihan pasar yang akan dijadikan tujuan seperti untuk
ekspor, maka perusahaan akan memilih :
Pasar yang didalamnya perusahaan besar mengekspor ke Negara
tersebut.
Pasar yang didalamnya perusahaan menengah yang bersaing.
Pasar yang didalamnya perusahaan kecil bersaing (ceruk pasar)
Pasar lainnya yaitu ..............................................................................
h) Jika tidak keberatan, siapakah nama pembeli/ perusahaan yang membeli Ikan
Asap saat ini ? ................................................................................................
i) Saluran distribusi apa yang digarap dan dimanfaatkan ?
Menjual langsung kepada konsumen akhir (nelayan)
Menjual langsung kepada perusahaan/ industri pakan dalam negeri
Menjual langsung kepada perusahaan / industri pakan luar negeri
Menggunakan cara lain yaitu : ………………………………………
j). Apakah berbagai saluran itu dapat diandalkan dilihat dari segi pemasaran,
Ya
Tidak
struktur dan manajemen ?
k) Apakah perusahaan memiliki kantor perwakilan/ staf pemasaran perwakilan
di daerah lain ?
Ya
Tidak
l) Apakah Manajemen perusahaan perlu mengkaji ulang jalur pemasaran yang
selama ini digunakan ?
Ya
Tidak
Jika ya, bagaimana ? ....................................................................................
Jika tidak, mengapa tidak perlu .......................................................................
m) ................................................................................................................................... P
erusahaan pesaing yang juga membuat Ikan Asap sudah diketahui :
Ya, sudah diketahui
Tidak tahu
146
Jika ya, perusahaan manakah yang menjadi pesaing utama ? ...........................
n) Perlukah perusahaan mengetahui para pesaing ?
Ya
Tidak
Jika Ya, langkah apa yang selanjutnya diambil oleh perusahaan ? .......
Jika tidak, apakah dapat mengancam perusahaan ?
Ya
Tidak
Mengapa ? .............................................................................................................................
o) .................................................................................................................................... B
agaimana pengiriman dan pendistribusian produk ?
Diangkut dan didsitribusikan dengan kendaraaan milik sendiri
Diangkut dengan menggunakan jasa angkutan (perusahaan ekspedisi)
Diangkut oleh Pembeli (buyer)
p) Hambatan apakah yang dihadapi oleh perusahaan dalam pengangkutan /
distribusi
produk ? ........................................................................................................
d) Faktor Promosi :
a). Prioritas promosi bagaimana yang sudah maupun akan dilakukan ? ...................
b) Media promosi mana yang paling tepat digunakan oleh perusahaan ?
-
Televisi, Radio, Internet, Koran / Majalah, Signboard / billboard dan
Leaflet
-
Kekuatan atas kualitas produk sehingga promosi dilakukan dari mulut ke
mulut diantara pembeli / konsumen (kepuasan konsumen)
-
Kekuatan merek
-
Harga yang bersaing / menarik (termasuk potongan harga/ diskon
harga)
-
Promosi denga cara lain, yakni : ..............................................................
-
Tidak perlu promosi
c) Apakah perusahaan membuat iklan ?
-................................................................................................................................
Ya, bagaimana? Dan siapa target yang dituju? ..........................................
-................................................................................................................................ T
idak pernah, mengapa? ...........................................................................
d) Kalau Ya, Bagaimanakah kira-kira kaitan isi iklan dengan moral dan etika ? ........
e) Pembiayaan bagaimana yang perlu diberikan dalam menunjang promosi ?
147
-................................................................................................................................. T
idak ada yang perlu dibiayai.
-................................................................................................................................. P
embuatan Website di Internet
-................................................................................................................................. B
iaya promosi di Koran / majalah / media cetak
-................................................................................................................................. B
iaya promosi untuk signboard / billboard
-................................................................................................................................. B
iaya pembuatan label / merek dagang dalam brosur / leaflet yang
diberikan Cuma-cuma di tempat tertentu (baik di dalam negeri / di luar
negeri)
-................................................................................................................................. B
iaya berupa insentif bagi staff pemasaran
-................................................................................................................................. B
iaya berupa pelayanan ekstra (termasuk entertainment)
-................................................................................................................................. B
iaya lainnya : ..........................................................................................
f) Hambatan apakah yang dihadapi oleh perusahaan dalam melakukan promosi
penjualan ? ...................................................................................................
E. PREFERENSI KONSUMEN
Permasalahan :
Beberapa jenis produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kadangkala
tidak semua jenis tersebut dapat diterima oleh pasar. Ada yang mampu
memberikan kontribusi keuntungan yang nyata bagi perusahaan, ada pula yang
justru membebani keuangan suatu perusahaan karena produk tersebut
mengalami kerugian akibat dari biaya produksi tinggi sementara penjualan
sangat minim. Untuk melihat sejauh mana produk tersebut diterima tidaknya
oleh konsumen, maka perlu dilakukan survey ke konsumen langsung dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk questioner. Hasil dari
survey ini akan memberikan gambaran terhadap jenis-jenis produk yang kurang
disukai, disukai dan sangat disukai oleh konsumen (pasar).
Pertanyaan :
Berikut ini beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan prilaku konsumen
Jawaban :
Beri tanda ”√” pada kotak yang tersedia untuk jawaban yang paling sesuai dan
penjelasan pada titik-titik yang telah disediakan, apabila tidak mencukupi, dapat
148
ditulis di balik kertas ini maupun di kertas lain dengan mencantumkan nomor
jawaban.
1) Apakah anda menyukai ikan asap?
Ya
Tidak, alasannya ? …………………………………………………………….
2) Ikan asap jenis apa yang anda sukai?
Ikan asap Tuna
Ikan asap Marlin
Ikan asap lele
Ikan
cakalang
Ikan asap pari
Semuanya
asap
Ikan asap patin
Lainnya …………..
Ikan asap layang
3) Sebutkan merk dan nama perusahaan ikan asap yang sering anda beli ?
(boleh lebih dari satu).
a.
..............................................................................................
b.
..............................................................................................
c.
..............................................................................................
4) Apakah anda mengenal ikan asap produksi UD. Petikan Cita Halus ?
Ya
Tidak, (lanjutkan ke no. 6)
5) Dari mana anda mengenal ikan asap produksi UD. Petikan Cita Halus?
Iklan
cetak
di
media
Brosur
Reklame
Pameran
Semuanya
Iklan di Televisi
6) Apakah sering membeli ikan asap produksi UD. Petikan Cita Halus ?
Ya
Tidak, produksi dari perusahaan ……………………………………………..
dan
Jenis
ikan
asap
yang
paling
disukai
……………………………………………. (lanjutkan ke no. 8)
7) Jenis ikan asap apa saja yang sering dibeli dari UD. Petikan Cita Halus?
Ikan asap Tuna
Ikan asap Marlin
Ikan asap patin
Ikan
cakalang
Ikan asap pari
Ikan asap lele
asap
Ikan asap laying
Semuanya
149
8) Jenis ikan asap yang paling anda sukai ?
Ikan asap Tuna
Ikan asap Marlin
Ikan asap patin
Ikan
cakalang
Ikan asap pari
Ikan asap lele
asap
Semuanya
Ikan asap layang
9) Rasa ikan asap yang paling anda sukai ?
Asin
Manis
Asin Sedang
Manis sedang
Pedas Asin
Pedas Manis
Lainnya
:
……………………….
10) Berapa Jumlah kebutuhan ikan asap setiap minggu per keluarga?
Kurang dari 1 Kg
2 kg – 3 kg
1 kg – 2 kg
3 kg – 4 kg
Diatas 5
11) Bagaimana menurut anda harga yang ditawarkan untuk ikan asap?
Sangat Murah
Murah
Mahal
Sangat Mahal
Sedang/ Wajar
12) Dimana anda membeli ikan asap?
Pasar Tradisional
Langsung Pabrik
Super Market
Pengecer/pedagang
Warung/ Toko
13) Dimana tempat yang paling anda sukai untuk membeli ikan asap ?
Pasar Tradisional
Langsung Pabrik
Super Market
Pengecer/pedagang
Warung/ Toko
Download
Study collections