“SPBE Salatiga dalam Berita”(Analisis Wacana Kritis Model Van Djik

advertisement
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 PENDAHULUAN
Setelah jatuhnya rezim Orde baru yaitu pada tahun 1998, pers
benar-benar memperoleh kebebasan dalam melakukan peran dan
fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Pada masa pemerintahan Presiden
Baharuddin Jusuf Habibie, yang dengan Mentri Penerangannya yaitu
Letjen TNI Yunus Yoswiah, menerapkan sistem kebijakan pers yang lebih
liberal.
Secara yuridis, UU Pokok Pers No. 21/1982 pun diganti dengan
UU Pokok pers No. 40/1999. Dengan UU dan pemerintahanm baru,
siapapun bias menerbitkan dan mengelola dan menerbitkan pers. Siapapun
bisa menjadi wartawan dan masuk dalam organisasi manapun. Tak ada
lagi kwajiban hanya menginduk kepada satu organisasi pers. Seperti
ditegaskan pasal 9 Ayat (1) UU Pokok Pers No. 40/1999, setiap warga
Negara Indonesia dan Negara berhak mendirikan perusahaan pers. Pada
pasal (2) ditegaskan lagi, setiap perusahaan pers harus berbentuk badan
hukum Indonesia (Sumadiria, 2005:25).
Sementara itu pada masa kekuasaan presiden K.H. Abdurahman
Wahid, Pers benar-benar menemukan kebebasan yang substansial. Adapun
langkah yang di tempuh oleh presiden K.H. Abdurahman Wahid adalah
dengan menghapus Departemen Penerangan (Deppen) merupakan “puncak
1
proses keterbukaan” dan demokratisasi kehidupan pers di Indonesia.
Bersama penghapusan Deppen, maka hilang pula lembaga SIUPP yang
selama Orde Baru menjadi penghalang terwujudnya kebebasan pers. Pers
dapat mengemban fungsi sebagai pengawas terhadap pemerintah dan
masyarakat (watchdog function). Disini pers akan senantiasa “menyalak”
ketika berbagai penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat
atau Negara. Dengan fungsi kontrol sosial (social control) yang dimiliki,
pers biasa disebut sebagai institusi sosial yang tidak pernah tidur
(Sumadiria, 2005:33).
Dalam teori jurnalistik, disebutkan bahwa pers mempunyai fungsi
sebagai;
memberi
pendidikan
(education),
memberi
informasi
(information), memberi koreksi (to influence), memberi mediasi (to
mediated) dan memberi hiburan (entertainment) (Sumadiria, 2005:32).
Oleh karena itu, peranan peranan pers sangat besar dalam konteks
pemberdayaan masyarakat. Pers dapat memberikan pendidikan kepada
masyarakat mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah, memberikan
informasi tentang kegiatan dan dinamika masyarakat, memberikan hiburan
kepada masyarakat ditengah-tengah berbagai krisis. Dalam melakukan
fungsi-fungsi tersebut, pers membentuk pendapat umum, sehingga sangat
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan negara.
Informasi yang disajikan oleh pers merupakan apa yang sedang
ramai diperbincangkan orang. Pers menyuplai dan menyebarluaskan
informasi yang dibutuhkan untuk penentuan sikap dan memfasilitasi
2
pembentukan pendapat umum. Menurut (Meinenda, 1981:56) informasi
yang disebarluaskan kepada khalayak melalui media merupakan suatu
bentuk berita. Berita menduduki tempat terpenting dalam bidang
jurnalistik. Hampir 90 prosen dari surat kabar adalah berita, demikian pula
pada media-media lainnya, berita mempunyai kedudukan penting.
Berkaitan dengan masalah kebebasan, pers menempatkan diri
sebagai wadah yang independen pada saat isu umum dapat diperdebatkan.
Artinya adalah segala pemberitaan oleh pers yang berkaitan dengan isu
tersebut haruslah bersifat netral dan objektif tanpa ada tekanan atau
pengaruh dari pihak manapun baik itu pemerintah ataupun kelompokkelompok yang lebih kuat, sehingga beritanya tidak menjadi alat untuk
mengendalikan suara ataupun sebagai alat propaganda bagi pihak yang
memiliki kepentingan didalamnya.
Berbagai peristiwa mengenai gerakan masa sering kali terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik itu yang dilatarbelakangi
oleh masalah sosial, politik, ekonomi ataupun budaya yang terjadi mulai
dalam lingkup pemerintahan nasional Indonesia sampai dengan lingkup
pemerintahan paling bawah yaitu kelurahan atau pemerintahan Desa.
Nampaknya masing-masing peristiwa tersebut selalu menjadi sorotan
utama oleh banyak media massa baik media cetak maupun media
elektronik.
Seperti halnya yang juga terjadi di Kota Salatiga, dimana ada
sekelompok atau organisasi masyarakat yang menamakan dirinya sebagai
3
Forum
Kerukunan
Masyarakat
Pamot,
disingkat
FOKERMAPA
melakukan suatu gerakan yaitu dengan membuat aksi protes terhadap
kebijakan pemerintah daerah terkait dengan proyek pendirian Stasiun
Pengisisan Bulk “tabung gas” Elpiji oleh PT Capital Realm Indonesia
(CRI) diwilayah mereka, yaitu di daerah Dukuh Pamot Kelurahan Nobo
Rejo, Kecamatan Argomulya Salatiga.
Didalam hal ini, warga masyarakat memohon kepada Pemerintah
Kota Madya Salatiga terlebih kepada Walikota untuk meninjau ulang dan
membatalkan pembangunan SPBE tersebut yang karena demi ketenangan
dan ketenteraman warga Dusun Pamot dan sekitarnya. Berdasarkan
keterangan dari salah seorang anggota masyarakat yang tergabung dalam
FOKERMAPA menyatakan bahwa aksi protes yang mereka lakukan
tersebut didasarkan atas beberapa alasan sebagai berikut :
1. Bahwa pada saat dimulainya pembangunan tersebut, warga
Masyarakat Dusun Pamot Kelurahan Noborejo dan sekitarnya
tidak diberitahu terlebih dahulu, baik secara lisan maupun secara
tertulis.
Baru setelah dipertanyakan oleh masyarakat kepada penanggung
jawab pelaksana pembangunan dan pembangunan telah berjalan 15
hari, kami diundang oleh kepala Kelurahan Noborejo untuk
menerima penjelasan tentang pembangunan tersebut. Dan warga
masyarakat baru tahu bahwa industri tersebut bergerak dibidang
SPBE yang dikelola oleh CRI.
4
2. Setelah masyarakat mengetahui bahwa proyek tersebut untuk
Stasiun Pengisian Bulk (tabung gas) Elpiji disingkat SPBE,
masyarakat merasa ketakutan dan was-was kalau terjadi bencana
(meledak) mengingat kapasitas yang ditampung 6 ton x 6 tangki
(sesuai sosialisasi) apalagi letak SPBE tersebut berada ditengah
pemukiman, dekat dengan sarana pendidikan (SD Noborejo 1 ) dan
berdekatan dengan bengkel las konstruksi.
3. Seperti halnya berita yang diterima oleh masyarakat baik melalui
media cetak, elektronik, maupun wilayah terdekat, tabung gas 3 kg
meledak dapat meratakan satu rumah apalagi ini yang 36 ton.
4. Selayaknyalah sebelum melakukan pembangunan industri, apalagi
industri yang beresiko tinggi masyarakat diberitahu dan dimintai
persetujuan/ijin. Dan sampai saat ini warga masyarakat Dusun
Pamot dan sekitarnya merasa belum pernah memberikan tanda
tangan untuk kepentingan pabrik tersebut. Kecuali tanda tangan
daftar hadir pada waktu sosialisasi dan tanda tangan beberapa
warga yang tanahnya dibeli oleh PT. CRI sebagai bukti pelepasan
hak atas tanah tersebut dan tanda tangan batas-batas atas tanah
tersebut.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang sudah dipaparkan
diatas, Warga Dusun Pamot meminta dengan sangat kepada Pemerintah
secara khusus adalah Walikota untuk segera memberikan tanggapan dan
tindak lanjut.
5
Tetapi dalam kenyataannya, bahwa apa yang dikehendaki oleh
masyarakat tersebut ternyata tidak mendapatkan respon seperti apa yang
mereka harapkan. Dengan kata lain, pihak pemerintah Kota Madya
Salatiga justru mengeluarkan pernyataan untuk tetap melanjutkan proyek
pembangunan SPBE tersebut, yaitu dengan alasan bahwa secara prosedur
PT
Capital
Realm
Indonesia
(CRI)
sudah
memenuhi
segala
persyaratannya.
Berbagai upaya untuk menolak serta menggagalkan proyek
pembangunan SPBE tersebut terus dilkukan oleh warga masyarakat dukuh
pamot Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Salatiga, pertama
kalinya adalah muncul dalam aksi demo yang dilakukan lokasi SPBE
dengan diikuti kurang lebih sekitar 150 orang. Mereka membawa spanduk,
poster, dan keranda, yang intinya menolak keberadaan pengisian bahan
bakar elpiji tersebut. Kemudian Warga memblokade jalan masuk SPBE
menggunakan kayu dan bambu. Di sela-sela aksi tersebut, warga juga
membubuhkan tanda tangan penolakan pada kain putih sepanjang 10
meter, yang telah disediakan. (Suara Merdeka 20 Juli 2010). Tidak puas
dengan sikap pemerintah yang dirasa kurang serius dan tidak
mendengarkan apa yang menjadi keinginan masyarakat akhirnyapun
warga menggelar aksi demonstrasi lagi yang diadakan di depan Balai Kota
Salatiga, meski tidak bisa bertemu dengan wali Kota mereka tetap
melakukan orasi dan menabur bunga, mereka juga membawa keranda
yang bertuliskan “Pak Wali Inikah Yang kau Mau”, dan menggelar doa
6
serta tahlilan di kompleks Balai Kota. Sebelum ke Balai Kota, mereka juga
menggelar aksi di depan Kantor Kecamatan Argo Mulyo. Warga
menganggap camat melecehkan dan merendahkan warga Pamot pada saat
mereka meminta perlindungan kepada Camat. (Suara Merdeka, 6 Agustus
2010)
Sampai pada saat ini konflik masih terus berlanjut dan belum ada
titik temu pemecahannnya sehingga masih banyak lagi aksi lain yang
dilakukan oleh masyarakat, dalam hal ini dikarenakan bahwa PT Capital
Realm Indonesia (CRI) dengan masyarakat sama-sama merasa berada
pada posisi yang benar dan juga ingin saling mempertahankan dan
memperebutkan kepentingannya masing-masing. Pihak pengelola PT. CRI
sendiripun merasa telah memenuhi prosedur perizinan, baik perizinan
kepada seluruh pihak yang berkaitan dilingkup Pemerintahan Kota Madya
Salatiga ataupun mengadakan sosialisasi kepada masyarakat. Sehingga hal
tersebutlah yang menimbulkan proses penyelesaian menjadi relatif lama.
Kontroversi tentang pendirian Stasiun Pengisian Bulk (tabung gas) Elpiji
(SPBE) di Dukuh Pamot Kelurahan Nobo Rejo, Kecamatan Argomulya
Salatiga seperti yang dijelaskan diatas tidak terlepas dari pemberitaan
media massa khususnya yang berskala lokal. Media massa menyampaikan
segala bentuk informasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Seiring dengan berkembangnya zaman, media menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Keberadaan media
massa nasional maupun lokal merupakan suatu bentuk tuntutan untuk
7
memenuhi kebutuhan masyarakat. Perbedaan mendasar dari keduanya
adalah jangkauan wilayah yang berdampak pada berita yang dihasilkan.
Seperti yang diungkapkan oleh Harold D Laswell, media massa
memiliki fungsi penting ditengah kehidupan masyarakat, yaitu pertama,
menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai segala kejadiankejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Kedua, adalah membangun
hubungan-hubungan
dalam
masyarakat
(korelasi).
Ketiga,
untuk
mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan
khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru (kesinambungan).
Keempat untuk menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana
relaksasi serta meredakan ketegangan sosial. (Dennis McQuail 1987 : 69)
Pers sebagai media informasi haruslah lebih spesifik dan
proporsional dalam melihat persosalan sehingga mampu menjadi media
edukasi dan media informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.
Selain itu ketika memotret sebuah realitaspun, pers harus fokus pada
realitas masyarakat bukan pada potret kekuasaan yang ada pada
masyarakat itu, sehingga informasi tidak menjadi propaganda kekuasaan,
potret figur kekuasaan. Ketika pers dapat melakukan peranannya seperti
ini, maka dapat menjadi suatu bukti bahwa pers dapat menunjukan
keindependensian dan keobjektifitasnya.
Independen dan objektifitas merupakan dua kata kunci yang
menjadi kiblat dan klaim setiap jurnalis di Dunia. Seorang jurnalis selalu
menyatakan dirinya telah bertindak objektif, seimbang dan tidak berpihak
8
pada pada kepentingan apa pun kecuali keprihatinan atas hak masyarakat
untuk mengetahui kebenaran. Meskipun sikap independen dan objektif
menjadi kiblat setiap jurnalis, pada kenyataannya kita sering kali
mendapatkan suguhan berita yang beraneka warna dari suatu peristiwa
yang sama. Berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media tertentu
mewartakannya dengan cara berbeda, media yang satu menonjolkan sisi
atau aspek tertentu, sedangkan media lainnya meminimalisir, memelintir,
bahkan menutup sisi atau aspek tersebut. Atau lebih jelasnya dapat
dikatakan bahwa pada pemberitaan dalam peristiwa yang sama, namun
disajikan berbeda antara media yang satu dengan yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini akan membuat suatu kajian dengan
menggunakan analisis wacana kritis model Van Dijk terhadap pemberitaan
soal kontroversi didirikannya Stasiun Pengisian Bulk (tabung gas) Elpiji
(SPBE) di Dukuh Pamot Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulya
Salatiga, oleh harian Suara Merdeka. Alasan mengapa memilih Harian
Suara Merdeka sebagai objek penelitian adalah :
1. Dari beberapa media yang ada di Salatiga Suara Merdeka yang
paling banyak memberitakan kasus tersebut bila dibanding dengan
media-media cetak yang lain.
2. Setelah membaca beberapa berita yang ditampilkan oleh Suara
Merdeka, penulis berasumsi bahwa Suara Merdeka kurang objektif
dan memihak pemerintah dan pihak investor.
9
Maka dari itu agar dalam penelitian ini mencapai sasaran yang
diharapkan, masalah dalam penelitian ini dirumuskan pada hal-hal berikut
ini.
1. Bagaimanakah teks pemberitaan kasus SPBE di Salatiga, yaitu
yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur mikro
teks berita?
2. Bagaimanakah kognisi sosial teks berita kasus SPBE di Salatiga?
3. Bagaimanakah konteks sosial teks berita kasus SPBE di Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Teks pemberitaan kasus SPBE di Salatiga, yaitu yang terdiri dari
struktur makro, superstruktur dan struktur mikro teks berita
2. Kognisi sosial teks berita kasus SPBE di Salatiga
3. Konteks sosial teks berita kasus SPBE di Salatiga
1.4 Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang bisa diperoleh dalam penelitian ini :
1. Manfaat Akademis
Memberikan sumbangsih bagi ilmu komunikasi khususnya penelitian
dengan menggunakan metode analisis wacana yang menjelaskan
bahwa media massa mempunyai tujuan dan kepentingan yang
berbeda – beda dalam setiap pemberitaannya.
10
2. Manfaat Praktis
•
Untuk media, diharapkan agar lebih objektif, berimbang dan
netral dalam penyusunan berita.
•
Untuk masyarakat, agar mengetahui bagaimana sebuah berita
diproduksi sehingga diharapkan dapat lebih kritis dan selektif
dalam memahami berita yang disajikan oleh sebuah media
tidak selalu bersifat netral.
11
Download