BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Soemantri, 2008). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus,maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. Dalam topik ini akan dibahas ISPA yang hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang disebabkan oleh mikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneumonia (Soemantri, 2008). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila dibandingkan denagn kelompok penyakit lain. lebih dari 50% absensi atau dari semua angka tidak masuk kerja/sekolah disebabkan penyakit ini. Angka kekerapan kejadian ISPA, tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup dimasyarakat, misalnya penghuni asrama, kesatriaan, sekolah atau sekolah yang juga menyelenggarakan pemondokan (boarding school). Di negara barat, kasus ini banyak dijumpai pada recruitment dan murid sekolah pada musim dingin, awal musim gugur, atau pada masa-masa pergantian musim (Soemantri, 2008). 6 Universitas Sumatera Utara 7 2.1.2 PATOGENESIS Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna nmengatasinnya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu : 1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia 2. Makrofag alveoli 3. Antibodi setempat Hal ini menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu.Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah : 1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara. 2. Sindroma imotil. 3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih). Gambaran klinik radang yang disebabkan oleh Infeksi Sangat Tergantung Pada : a. Karakteristik inokulum. b. Daya tahan tubuh. c. Umur. Universitas Sumatera Utara 8 Karakteristik Inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad renik yang masuk. Daya Tahan Tubuh Seseorang terngantung pada utuhnya sel epitel mukosa,gerak mukosilia, makrofag alveol dan IgA (Soemantri, 2008). Umur mempunyai pengaruh besar terhadap ISPA. Yang terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan dampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah (Soemantri, 2008). 2.1.3 Penyebaran Infeksi Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu : 1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk. 2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersinbersin. 3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik (hand to hand transmission). Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus ke darah sekitar terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus yang menyebabkan ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak di dalam mukosa hidung dari pada mukosa faring. Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan Universitas Sumatera Utara 9 modus yang terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerogen ( yang semula banyak diduga sebagai penyebab utama) (Soemantri, 2008). 2.1.4 Gambaran Klinik Gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah: rinitis, nyeri tenggorakan,batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental,nyeri retrosternal dan konjungtivitis.Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit (Soemantri, 2008). 2.1.5 Bahaya ISPA 1. Penyakit Acute Sinusutis Apabila hingus tidak dicuci dan berlaku infeksi, bakteri akan menyebar ke sekitar dan yang paling dekat ialah rongga sinus.Infeksi rongga sinus yang terjadi dengan cara yang mengejut dan tidak terkawal (acute sinusitis) boleh menyebabkan pernanahan di dalamnya. Nanah yang banyak meningkatkan pula tekanan rongga sinus dan menyebabkan sakit kepala/lama-kelamaan, nanah tersebut akan merebak ke tisu sekitar yang terdekat, termasuk selaput otak (meninges) dan juga otak itu sendiri. Apabila infeksi meninges (meningitis) atau infeksi otak (brain absces)terjadi, maka prognosisnya amat buruk, bahkan boleh membawa maut. Ada juga yang mengalami masalah mata karena nanah atau proses peradangan yang terjadi disinus paling dekat dengan tulang penampung mata (orbital bone).Mata mungkin tertekan keluar dan Universitas Sumatera Utara 10 salah kedudukannya.Akibatnya,biji mata akan mengalami pembengkakan (oedematous) yang boleh menganggu penglihatan mata itu. Tekanan yang berterusan kepada saraf optik (saraf yang menghubungkan bola mata dengan otak) boleh menyebabkan buta.Jika infeksi ini tidak dirawat, tulang-tulang muka yang berhampiran turut terbabit.Akibatnya, muka akan sembab, merening, merah dan tidak boleh disentuh (tender), karena kesakitan yang amat sangat. 2. Penyakit Infeksi Paru-paru Salah satu puncak komplikasi utama masalah pernafasan atas ialah penyakit infeksi paru-paru.Ini selalu disebabkan oleh kuman bakteria.Paruparu yang mengalami peradangan yang teruk seperti penyakit pneumonia atau bronchitis boleh berakhir dengan maut jika tidak dirawat segera.Puncak kematian seperti ini adalah lanjutan daripada ketidakmampuan paru-paru menjalankan fungsinya dengan baik.Kuman yang terdapat dalam kes-kes seperti ini adalah lanjutan daripada infeksi lain di tubuh anak sehingga menjadi lebih toksik dan tubuhnya tidak lagi dapat dikawal dengan baik. 3. Penyakit Infeksi Telinga Infeksi di rongga hidung boleh juga menjalar dan tersebar ke bahagian tengah telinga (middle ear) melalui saluran eustachian yang terdapat di dinding rongga hidung di sebelah dalam (nasopharynx). Proses peradangan yang terajadi menyebabkan nanah terbentuk (jika mikrobanya ialah bakteria saja) dan jika kandungan nanahnya banyak nanah Universitas Sumatera Utara 11 itu boleh menekan sekitarnya sehingga gendang telinga pecah dan nanah meleleh keluar dari lubang telinga. 4. Memperlambat Pertumbuhan Masalah sesak dan hidung tersumbat yang berulang bukan saja menyukarkan pernafasan, tetapi juga menghilangkan selera makan.Akibatnya, khasiat yang diperlukan untuk pembesaran juga kekurangan.Selain itu, oksigen juga berkurangan dan ini pasti mempengaruhi proses pembesaran anak berkenaan. 5. Keracunan Jantung dan Saraf Jika anak mengalami infeksi hidung yang di sebabkan oleh kuman difteria, risiko yang dialami anak akan lebih buruk.Racun atau toksin yang dikeluarkan boleh melumpuhkan jantung dan juga saraf-saraf. 6. Kulit Hidung Mengelupas Membersihkan hidung dengan kertas tisu atau kain yang kasar boleh merusakkan kulit hidung.Walau bagaimanapun, cara ini tidaklah berbahaya jika dilakukan dengan lembut.Di segi kosmetik, keadaan ini pasti akan merisaukan ibu jika yang mengalami masalah ini ialah anak gadisnya (Widoyono, 2008). Universitas Sumatera Utara 12 2.1.6 Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. (Dirjen PPM & PLP, 2004) 2.2 Fungsi Pernafasan Fungsi pernafasan adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel secara terus menerus (Soemantri, 2008). Pada dasarnya saluran pernafasan terjadi alveoli dan kapilar-kapilarnya yang membentuk unit pertukaran gas paru-paru.Pergerakan udara secara besarbesaran berakhir dan satu-satu molekul (komponen dasar yang amat kecil) udara bergerak lewat pipa bronchioli dan alveoli yang amat halus dengan cara difusi. Asap yang mengandung zat kimia masuk ke dalam paru-paru, sudah pasti akan sampai ke alveoli serta darah. Pengaruh yang terus menerus dari racun (zat kimia) ini akan merusak jaringan paru-paru timbullah peradangan hal ini dapat menimbulkan kanker paru-paru yang mematikan dan karbondioksida bertarung dengan oksigen untuk merebut haemoglobin (Sitorus, 2005). Universitas Sumatera Utara 13 2.1 Gambaran Anatomi Saluran Pernafasan Gambar 1 : Anatomi Saluran Pernafasan (Sumber : Soemantri, 2008) 2.2.2 Anatomi Saluran Pernafasan 1. Anatomi Saluran Pernafasan Bagian Atas Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari: a. Lubang hidung (cavum nasalis) yang berfungsi sebagai jalan nafas, pengatur udara, pengatur kelembapan udara, pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra penciuman serta resonator suara. b. Sinus Parasinalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala yang berfungsi untuk: 1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi. 2. Meringankan berat tulang tengkorak. 3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi. c. Faring berfungsi saat menelan seperti saat kita bernafas. Universitas Sumatera Utara 14 d. Laring memiliki fungsi untuk pembentukan suara,sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. 2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah Saluran pernafasan bagian bawah terbagi atas : 1. Saluran pernafasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri dari Saluran udara konduktif yaitu trakhea, bronkhus dan bronkhiolus. 2. Saluran respiratorius terminal terdiri dari alveoli,paru-paru,dada,diafragma, pleura dan sirkulasi pulmoner. 2.2.3 Keluhan Pada Saluran Pernafasan Gangguan pada fungsi paru biasanya ditandai dengan manifestasi klinik berupa keluhan atau gejala-gejala pada sistem pernafasan sebagaimana diuraikan berikut ini : 1. Bersin Refleks bersin bermanfaat untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke rongga hidung atau saluran pernafasan bagian bawah. 2. Batuk Batuk adalah suatu bentuk refleks perlindungan yang mengeluarkan sekret, lendir atau bahan iritan lainnya dari saluran nafas bagian bawah. 3. Nyeri Dada Mekanisme pertahanan tubuh,rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri,baik nyeri cepat atau nyeri lambat. Universitas Sumatera Utara 15 4. Sesak Nafas Sesak merupakan bertambahnya frekuensi pernafasan serta meningkatnya upaya seseorang untuk bisa bernafas (Tamher & Heryati, 2008). 2.2.4 Patologi Pada Sistem Pernafasan 1. Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek,hidung tersumbat,bersin-bersin dan tenggorokan terasa gatal. 2. Asma merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut,bulu,debu atau tekanan psikologis. 3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring/laring yang dibedakan atas infeksi pada saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawah. Gejalanya pegal-pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala dan sakit pada tenggorokan 4. Infeksi kronis pada paru Infeksi kronis pada paru dikenal dengan istilah PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) atau COPD (Chronic Obsructive Pulmonary Disease). Pada saluran nafas bagian bawah dengan gejala-gejala berupa kesulitan pada waktu ekspirasi. Penyakit yang ditemukan disini adalah asma, bronkhitis kronis dan emfisema. 5. ARDS (Acute Respiratori Distress Syndrome) atau Gawat Nafas Pada keadaan ini, membran alveolus / kapiler mengalami trauma secara difusi yang mengakibatkan permeabilitasnya meningkat, sehingga berakibat oedem Universitas Sumatera Utara 16 paru-paru. Atelektasis adalah menciutnya alveolus (kolaps) akibat penekanan. Sedangkan oedema paru menandai menumpuknya cairan pada jaringan paru akibat meningkatnya tekanan hidrostatik seperti pada kegagalan jantung kiri. 6. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis.Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus.Jika bagian paruparu yang diserang meluas maka sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya nafas penderita terengah-engah. 7. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paruparu dapat menjalar ke seluruh tubuh.Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paruparu adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum dan kromium (Tamher & Heryati, 2008). 2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pernafasan Berlangsung Normal 1 Suplai oksigen yang adekuat, apabila suplai oksigen terganggu disebabkan tercampurnya udara yang dihirup dengan gas-gas inert, asap, keracunan CO2 menyebabkan nyeri kepala, sesak nafas, lemah, mual, berkeringat, penglihatan kabur, pendengaran berkurang dan mengantuk. 2 Saluran udara yang utuh dimana tidak ada hambatan saluran udara yang mengalirkan O2 melalui trakheabronkhial menuju membran alveolus kapiler. Universitas Sumatera Utara 17 3 Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal. Jika fungsi dinding dada lemah akan mempengaruhi pernafasan.Penyebabnya trauma pada dinding dada yang mengakibatkan fraktur iga. 4 Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama berfungsi membentuk unit pernafasan terminal dalam jumlah yang cukup. 5 Jumlah haemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel-sel tubuh. 6 Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif. 7 Berfungsinya pusat pernafasan (Soemantri, 2008). 2.3 Rumah Sehat 2.3.1 Pengertian Rumah Rumah adalah pusat kehidupan keluarga. Bentuk, macam dan keadaan rumah akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Rumah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan justru akan merugikan kesehatan orang yang bersangkutan (Chandra, 2007). Seorang kader kesehatan masyarakat seyogyanya mengetahui bagaimana pola perumahan mempengaruhi derajat kesehatan dan seyogianya pula seorang kader kesehatan masyarakat itu mampu memberikan penjelasan tentang bagaimanakah caranya membangun atau mengembangkan rumah yang sehat dengan maksud untuk menciptakan sebuah lingkungan yang sehat dan derajat kesehatan yang lebih baik. Untuk menilai bagaimanakah sebuah rumah yang memenuhi syaratsyarat kesehatan, maka pertimbangkan lima hal berikut ini: Universitas Sumatera Utara 18 a. Tempat dimana rumah itu didirikan. b. Jumlah atau besar ruangan, tata ruang serta ventilasinya. c. Cara perlindungan terhadap angin dan hujan, panas dan dingin, serangga serta binatang-binatang lainnya. d. Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun. e. Bagaimanakah caranya orang-orang memelihara dan memakai rumah mereka (Chandra, 2007). 2.3.2 Pengertian Rumah Sehat Sebuah rumah yang sehat tidak harus merupakan rumah yang besar dan dibuat dengan gaya mutakhir. Rumah-rumah tradisional sering kali dapat memenuhi selera orang-orang serta kegiatan yang mereka lakukan, justru biasanya rumah-rumah tradisional itu terasa lebih cocok dengan cuaca setempat. Telah banyak contoh dilakukan yaitu rumah-rumah tradisional itu dibuat sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya saja tentang kebersihan, pencahayaan matahari, ventilasi dan sebagainya. Tentu saja semua itu dapat dilakukan tanpa mengeluarkan banyak biaya (Chandra, 2007). 2.3.3 Letak Rumah Letak rumah yang didirikan adalah amat penting artinya bagi kesehatan. Sebagai contoh adalah, sebuh rumah seyogianya tidak didirikan didekat tempat dimana sampah-sampah dikumpulkan atau dibuang disitu. Pertimbangannya adalah karena ditempat pembuangan sampah itu akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang akan membawa kuman-kuman Universitas Sumatera Utara 19 penyakit. Demikian pula bila air hujan mengenangi tempat tersebut, atau bila air tanah merembes ke dalam dinding rumah, maka sebagai akibatnya rumah akan menjadi lembab dan tidak sehat (Chandra, 2007). Paparan sinar matahari terhadap tempat tersebut sebaiknya diperhatikan benar, misalnya pada musim kemarau karena amat panas, maka alangkah baiknya bila memlih rumah yang di kanan kirinya banyak ditumbuhi pohon-pohonan.sebaliknya pada musim hujan, karena dingin, maka sebaiknya tempat yang dipilih adalah memungkinkan sinar matahari menyinari dingding rumah, jadi agar terasa hangat (Chandra, 2007). Jadi secara umum, rumah yang sehat adalah mempunyai : a. Ruangan yang cukup sehingga penghuninya tidak terlalu padat, terutama saat mereka sedang tidur. b. Pelindung terhadap binatang-binatang buas dan menempatkan binatangbinatang piaraan ke dalam kandang khusus sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dari rumah. c. Mempunyai tempat untuk mandi dan mencuci pakaian serta alat-alat rumah tangga lainnya dengan limbah rumah tangga yang digunakan untuk menyirami tanaman di halaman atau di kebun. d. Mempunyai tempat khusus untuk menyimpan makanan dan minuman yang dapat diraih secara mudah, namun juga cukup aman dari gangguan debu, tikus, serangga serta binatang lainnya. Universitas Sumatera Utara 20 e. Tempat khusus untuk memasak yang menyediakan lubang atau saluran pembuangan asap di atap rumah. Hal ini perlu agar dapat memperkecilkan bahaya kebakaran terutama bagi anak-anak. f. Jendela yang memungkinkan udara segar masuk ke dalam ruangan sehingga udara kotor atau asap yang berada di dalam rumah segara terbawa keluar. g. Tempat-tempat terlindung guna menyimpan barang-barang atau apapun yang sekiranya tidak perlu diambil atau dilihat oleh anak-anak. h. Atap yang baik agar terlindung dari air hujan. i. Dinding dan pintu yang baik agar terlindung dari iklim yang buruk serta gangguan binatang-binatang. j. Kaca yang dapat dipasang pada pintu dan jendela serta kelambu yang dipasang saat tidur. Hal ini penting untuk mencegah gigitan nyamuk. k. Atap tambahan atau beranda yang dapat digunakan untuk mengurangi panas matahari pada saat musim kemarau (Chandra, 2007). 2.3.4 Perumahan dan Kesehatan World Health Organisation (WHO) telah merumuskan sembilan karakteristik lingkungan perumahan yang dapat memberikan efek penting secara langsung atau tudak langsung terhadap kesehatan fisik maupun mental dari penghuni : a) Struktur dari rumah yang mencakup (sejauh mana rumah melindungi penghuni dari panas atau dingin yang ekstrim, kebisingan, masuknya debu, hujan, serangga, dan rodensia). Universitas Sumatera Utara 21 b) Sejauh mana suplai air yang memasuki rumah sudah cukup memadai, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. c) Efektifitas sarana pembuangan (dan manajemen selanjutnya) dari ekskreta dan limbah cair maupun padat. d) Kualitas lokasi rumah, termasuk sejauh mana secara struktural aman untuk perumahan dan terlindung dari kontaminasi (dengan demikian, penyediaan pengaliran air merupakan aspek yang paling penting). e) Akibat dari kepadatan yang berlebihan, temasuk meliputi kecelakaan rumah tangga, infeksi melalui udara, penyakit pernafasan akut, pnemonia, dan tuberkolosis. f) Adanya pemcemaran udara di dalam rumah yang berkaitan dengan bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan untuk penghangatan. g) Standar-standar keamanan makanan termasuk sejauh mana tempat tinggal itu telah memiliki sarana untuk menyimpan makanan serta melindunginya dari pembusukan serta pencemaran. h) Vektor-vektor dan hospes-hospes penyakit yang berkaitan dengan lingkungan domestik dan peri domestik. Rumah sebagai tempat kerja, dimana pertanyaan-pertanyaan mengenai kesehatan kerja seperti penggunaan dan penyimpanan bahan-bahan kimia toksik serta berbahaya dan aspek-aspek kesehatan serta keselamatan keamanan dari peralatan perlu dipertimbangan (Mukono, 2006) Perumahan juga memiliki aspek-aspek sosial penting yang mempengaruhi keamanan dan rasa kesejahteraan dari para penghuni.Ketidakpuasan dengan Universitas Sumatera Utara 22 perumahan dalam hal karakteristik internal dan dalam hal mutu serta keamanan dari lingkungan tetangga,dan ketidakcukupan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sosial dari para penghuni mungkin akan berpengaruh penting terhadap penyakit mental dan masalah-masalah psikososial (Mukono, 2006). 2.4 Kondisi Fisik Rumah Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Penyakit atau gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang buruk.Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi, kepadatan penghuni, suhu, kelembaban.Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadp terjadinya penyakit saluran pernapasan (Slamet, 2009). 2.4.1 Ventilasi Menurut Chandra (2007) Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Hawa segar diperlukan dalam rumah guna mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Guna memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi yang baik. Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Universitas Sumatera Utara 23 1) Ventilasi alam Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara kelembabannya.Ventilasi alam yaitu jendela, pintu, dan lubang angin. Ventilasi yang baik minimal 10% dari luas lantai; 5% ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) dan 5% ventilasi permanen (tetap). 2) Ventilasi buatan Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik.Alat-alat tersebut adalah kipas angin, exhauter dan AC (air conditioner). Tidak tersedianya ventilasi yang baik pada suatu ruangan akan membahayakan kesehatan karena dapat menyebabkan pencemaran oleh bakteri ataupun pelbagai zat kimia. Adanya bakteri di udara umumnya disebabkan debu, uap air dan sebagainya yang akan menyebakan penyakit pernapasan (Prasetya, 2005). Ventilasi yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. 2.4.2 Pencahayaan Alami Menurut Sastra (2006), Cahaya matahari sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi kesehatan. Selain untuk penerangan cahaya matahari juga Universitas Sumatera Utara 24 dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman penyakit tertentu seperti ISPA, TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain. Cahaya berperan sebagai gemercid (pembunuh kuman atau bakteri). Cahaya matahari banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka menciptakan kesehatan yang lebih sempurna, seperti membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam rumah, karena cahaya matahari pagi tersebut banyak megandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Azwar, 2002). Agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, setiap ruang harus memiliki lubang cahaya yang memungkinkan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan baik secara langsung maupun tidak langsung.Sedikitnya setiap rumah harus mempunyai lubang cahaya yang dapat berhubungan langsung dengan cahaya matahari, minimal 10% dari luas lantai rumah; 5% dapat dibuka (Prasetya, 2005). Pencahayaan alami yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) pencahayaan alami dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux atau lebih dari 120 Lux. 2.4.3 Lantai Menurut Achmadi (2008) lantai yang baik harus selalu kering, tinggi lantai harus disesuaikan dengan kondisi setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah.Ubin atau semen adalah baik.Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga dapat mencegah terjadinya penularan penyakit terhadap penghuninya. Lantai rumah sangat penting untuk diperhatikan terutama dari segi kebersihan dan persyaratan.Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi Universitas Sumatera Utara 25 karena jika musim hujan akan menjadi lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman penyakit, termasuk bakteri penyebab ISPA. Sebaiknya lantai rumah tersebut dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 25 cm dari permukaan tanah (Prasetya, 2005). Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab.Bahan lantai harus kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menghasilkan debu (Ditjen PPM dan PL, 2002). Lantai yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana lantai kedap air, mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. 2.4.4 Dinding Dinding adalah pembatas, baik antara ruangan dalam dengan ruang luar ataupun ruang dalam dengan ruang dalam yang lain. Bahan dinding dapat terbuat dari papan, triplek, batu merah, batako, dan lain-lain (Prasetya, 2005). Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah batu, tembok, sedangkan kayu, papan, bambu kurang baik. Menurut Suryatno (2003) rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA, selain Universitas Sumatera Utara 26 itu dinding yang sulit dibersihkan dan penumpukan debu pada dinding, merupakan media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman. Dinding yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana dinding rumah sehat harus memiliki ventilasi, kedap air dan mudah dibersihkan. 2.4.5 Langit-langit Menurut Sastra (2006), langit-langit merupakan bidang pembatas antara atap rumah dan ruangan di bawahnya.Langit-langit rumah memiliki banyak fungsi, fungsi utama dari langit-langit adalah untuk menjaga kondisi suhu di dalam ruangan akibat sinar matahari yang menyinari atap rumah.Udara panas di ruang atap ditahan oleh langit-langit sehingga tidak langsung mengalir ke ruang di bawahnya sehingga suhu ruang dibawahnya tetap terjaga. Selain menjaga kondisi suhu ruang dibawahnya,langit-langit juga berfungsi untuk melindungi ruangan-ruangan di dalam rumah dari rembesan air yang masuk dari atas atap, menetralkan bunyi atau suara yang bising pada atap pada saat hujan.Selain itu juga langit-langit dapat membantu menutup dan menyembunyikan benda-benda (seperti: kabel instalasi listrik, telfon, pipa hawa) dan struktur atap sehingga interior ruangan tampak lebih indah. Pemilihan bahan langit-langit sebaiknya yang bisa menyerap panas, sehingga suhu dan kenyamanan udara dalam ruangan tetap terjaga.Langit-langit dapat menahan rembesan air dari atap dan menahan debu yang jatuh dari atap rumah (Prasetya, 2005). Universitas Sumatera Utara 27 Langit-langit yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan dan langit-langit harus mudah dibersihkan. 2.4.6 Kepadatan Hunian Rumah Persyaratan kepadatan hunian rumah (KepmenKes 1999) yaitu luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam 1 ruang tidur kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Kepadatan yang berlebihan seperti itu akan memudahkan penyakitpenyakit seperti tuberkolosis, influnza, dan maningitis ditularkan dari satu orang ke yang lain.Beberapa penelitian telah mencatat keterkaitan antara infeksi pernafasan secara umum, kelembaban, dan polusi udara di dalam ruangan , tetapi sejauh mana infeksi-infeksi ini diperberat oleh kondisi-kondisi lingkungan belum di ungkapkan secara sepenuhnya pada penelitian-penelitian ini.Infeksi pernafasan akut, merupakan yang paling banyak dari semua penyakit, semakin dikenal sebagai penyebab utama tingkat kematian dan morbiditas.Infeksi pernafasan akut oleh karena bakteri dan virus, bersama dengan tuberkulosis, mengakibatkan 5 juta kematian setiap tahun.Tuberkolosis (sebagian besar di paru-paru) menyebabkan lebih dari separuh di antara kematian-kematian ini (Wardhana, 2004). 2.4.7 Kelembaban Kelembaban yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) kelembapan yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70%. Universitas Sumatera Utara 28 Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya.Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, ricketsia dan virus.Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara (Achmadi, 2008). Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme. Bakteri pneumokokus seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk >80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.Selain itu jika udara terlalu banyak mengandung uap air, maka udara basah yang dihirup berlebihan akan mengganggu pula fungsi paru (Azwar, 2002). 2.5 Pencemaran Udara 2.5.1 Pengertian Udara Udara sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Udara digunakan untuk pernapasan, menghirup gas oksigen ke paru-paru yang kemudian diserap oleh darah, mengandung hemglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut oksigen), lalu diangkut ke seluruh tubuh sebagai pemasok oksigen bagi sel-sel tubuh. Udara juga berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh agar dalam keadaan normal dengan mekanisme secara fisik (Mudya, 2001). Universitas Sumatera Utara 29 2.5.2 Pencemaran Udara dan Dampaknya Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I. No.KEP 0-3/MENKLH/II/191 menyebutkan: pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kusnanto, 2001). Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim.Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan.Salah satu dampak kronis dari pencemaran udara adalah bronchitis dan emphysema (Kusnanto, 2001). 2.5.3 Sumber Pencemaran Sumber-sumber pencemaran udara dapat dibagi dalam dua kelompok besar, sumber alamiah dan akibat perbuatan manusia seperti berikut. 1. Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam. Contoh : kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi, dan lainnya. 2. Sumber pencemaran buatan manusia (berasal dari kegiatan manusia). Contoh: a. Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor berupa gas CO,CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehide, dan Pb. Universitas Sumatera Utara 30 b. Limbah industri : kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak bumi. c. Sisa pembakaran dari gas alam , batubara, dan minyak, seperti asap,debu dan sulfurdioksida. d. Lain-lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, sampah, dan limbah reaktor nuklir. 2.5.4 Klasifikasi Bahan Pencemaran Udara Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian: 1. Polutan Primer Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa: a. Poltan Gas terdiri dari: - Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dam karbon oksida CO atau CO2). - Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida. - Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak. - Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin. Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor atau industri.Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3,ozon,CO,HC, dan partikel debu. Universitas Sumatera Utara 31 Gas NO2,SO2,HC, dan CO dapat dihasilkan oleh proses pembakaran dari mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil. 2. Partikel Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer.Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi misalnya proses menyemprot/spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (partikulate matter), uap(fumes), gas, dan kabut (mist). 3. Polutan Sekunder Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia.Sebagai contoh disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: a) Konsentrasi relatif dari bahan reaktan b) Derajat fotoaktivitasi c) Kondisi iklim d) Topografi lokal dan adanya embun Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dari sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan formaldehid. Universitas Sumatera Utara 32 2.5.5 Dampak Pencemaran Udara Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara industri.Akibatkan yang ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat merugikan.Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya seperti hewan, tanaman, bangunan gedung lain sebagainya (Kusnanto, 2001). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disesbabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang.Angka tersebut cukup mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan penyakit lainnya, seperti kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung kanker, AIDS dan lain sebagainya. Menurut para ahli, pada sekitar tahun 2000-an kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara akan mencapai angka 57.000 orang per tahunnya.Selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara naik mendekati 14% atau mendekati 0,7% per tahun.Selain itu kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang, dapat mencapai sekitar 12-16 juta US dollar pertahun, suatu angka yang sangat berarti bila dibelanjakan untuk kesejahteraan umat manusia (Kusnanto, 2001). Universitas Sumatera Utara 33 2.5.6 Efek Terhadap Kesehatan Manusia Pada Umumnya Menurut Mukono (2006), baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa: a. Sakit, baik yang akut maupun kronis. b. Penyakit yang tersembunyi,yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan, dan perkembangan. c. Menganggu fungsi fisiologis dari: - Paru - Saraf - Transpor oksigen oleh hemoglobin - Kemampuan sensorik d. Kemunduruan penampilan, misalnya pada: - Aktivitas atlet. - Aktivitas motorik. - Aktivitas belajar e. Iritasi sensorik f. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh g. Rasa tidak nyaman (bau) Universitas Sumatera Utara 34 2.5.7 Efek terhadap Saluran Pernafasan Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya: a. Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pengerakkan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan. b. Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar. c. Produksi lendir dapat menyebabkan penyimpitan saluran pernafasan d. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan e. Pembengkakan saluran pernafasan dan meransang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit. f. Lepasnya silia dan lapisan sel selapt lendir. g. Akibat dari semua hal tersebut diatas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Mukono, 2006). 2.5.8 Parameter Lain Untuk Indikator Pencemaran Udara Menurut Prasetya (2005), berikut beberapa parameter lain yang dapat digunakan untuk menentukan derajat pencemaran udara yang terjadi. Universitas Sumatera Utara 35 1. Karbon monoksida Karbon monoksida juga dapat dipakai sebagai parameter untuk indikator pencemaran udara, terutama yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor. 2. Oksidan (O3) Oksidan misalnya saja ozon (O3), dihasilkan akibat kerja sinar matahari terhadap asap pembuangan kendaraan bermotor di kota – kota besar. 3. Nitrogen dioksida Nitrogen dioksida merupakan gas yang dihasilkan baik akibat kegiatan manusia maupun akibat proses alam semacam aktivitas gunung berapi. Gas ini dapat dipakai sebagai indikator pencemaran udara. 4. Timah hitam atau timbale Sering dipakai sebagai bahan untuk menambah kekuatan dan kecepatan mobil dan biasanya ditambah ke dalam bahan bakar bensin. 2.5.9 Pencemaran Udara di dalam Ruangan Umumnya daerah perkotaan, 80% dari individu yang tinggal di dalam ruangan (indoor). diantaranya anak, bayi, orang tua dan penderita penyakit kronis, waktu tinggal di dalam lebih banyak.Bahan polutan di dalam rumah, tempat kerja, maupun dalam gedung yang merupakan tempat – tempat umun, kadarnya berbeda dengan bahan polutan di luar ruangan.Meningkatnya bahan polutan di dalam ruangan selain dapat berasal dari penetrasi polutan dari luar ruangan, dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan, seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur, atau pemakaian obat anti nyamuk. Universitas Sumatera Utara 36 Sumber lain dari bahan polutan di dalam perlengkapan lainnya yang dibawa masuk ke dalam rumah dari tempat kerja. Perbedaan bahan polutan di dalam dan di luar ruangan tergantung dari beberapa faktor seperti: a. Gaya hidup individu (life style) b. Keadaan sosial ekonomi c. Stuktur gedung d. Kondisi bahan polutan di dalam dan di luar ruangan e. Ventilasi dan sistem pendingin ruangan (AC) geografi dan meteorologi (Mukono, 2006) Bahan bakar pada umumnya dibakar di api terbuka atau di tungku tanah liat atau logam sederhana.Tungku tersebut sering diletakkan di atas lantai sehingga menambah risiko kecelakaan, khususnya kebakaran pada anakanak, dan mengganggu higiene makanan, sering tidak dilengkapi dengan cerobong. Di daerah dingin (termasuk di daerah pegunungan di negara tropik), kombinasi pembakaran api secara terbuka atau tungku yang tidak efisien, tanpa cerobong asap, dan ventilasi yang jelek telah mengakibatkan polusi udara dalam rumah sehingga mengganggu kesehatan (Kusnanto, 2001). Konsentrasi dalam rumah bervariasi, sangat umum ditemukan kadar yang beberapa kali lebih tinggi dari standar pedoman WHO.Dengan menggunakan tungku-tungku yang lebih baik dengan ventilasi dan cerobong asap dapat menurunkan emisi partikel yang tersuspensi sampai 60%, karbon monoksida sampai 86%, dan aldehide sampai 30% (Kusnanto, 2001). Universitas Sumatera Utara 37 Risiko-risiko kesehatan yang paling serius diakibatkan oleh kebakaran dan inhalasi asap.Keparahan risiko dari inhalasi asap dipengaruhi oleh lama dan tingkat pemaparan.Pemaparan terhadap karsinogen dalam emisi dari kebakaran bahan biomassa telah dikonfirmasi di penelitian-peelitian melibatkan para subyek terpapar yang mengenakan peralatan untuk memantau secara perorangan. Wanita yang menghabiskan waktu 2-4 jam sehari di depan tungku terpapar oleh partikel tersuspensi dan benzoapyrene pada tingkat tinggi. Pemaparan dapat juga mengakibatkan penurunan fungsi paru, dan pada tahap lebih lanjut, prevalensi 6 kali lipat lebih tinggi menderita cor pulmonale, khususnya di daerah pegunungan yang dingin.Bayi dan anak-anak mungkin sangat terpapar oleh asap karena mereka berada bersama ibu-ibu mereka selama penyiapan api di tungku dan memasak.Pemaparan ini jika disertai malnutrisi dapat memperlambat pertumbuhan dan menimbulkan paru-paru yang lebih kecil serta prevalensi lebih tinggi bronkhitis kronik (Kusnanto, 2001). 2.6 Perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benyamin Bloom dalam buku Notoatmodjo (2012), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu: Universitas Sumatera Utara 38 2.6.1 Pengetahuan (Kognitif) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).Pengetahuan yang dicakup didalam kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebgaia suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsanagan yang telah diterima 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebgai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (analysa) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sma lain. Universitas Sumatera Utara 39 5. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada. 2.6.2 Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo, Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan ataiu kesediaan untuk bertindak dan merupakan pelaksana dari suatu motif tertentu. Alfort (1954) didalam buku Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok antara lain: 1. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek. 2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. kecenderungan untuk bertindak. - Berbagai tingkatan sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 40 Dari berbagai tingkat sikap diatas peneliti membahas lebih khusus tentang sikap “merespon” yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Remaja dapat melakukan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS). - Ciri-ciri Sikap a. Sikap seseorang tidak dibawa lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya. b. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deret-deretan objek yang sama. c. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada. 2.6.3 Tindakan (Practice) Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan atau mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan.Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak. Tindakan terlihat menjadi lebih konsisten (serasi, sesuai) dengan sikap bila sikap individu sama dengan sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya Universitas Sumatera Utara 41 atau anggotanya. Menurut Notoatmodjo (2012), praktek atau tindakan itu mempunyai beberapa tingkatan yaitu : 1) Persepsi (perseption) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar. 3) Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. 4) Adaptasi (adaptation) Merupakan suatu proyek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Dari berbagai tingkat praktek atau tindakan maka peneliti menjelaskan tentang persepsi dan responden terpimpin dimana persepsi adalah para ibu yang membawa bayinya untuk imunisasi agar mencegah terjadinya penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2012). Universitas Sumatera Utara 42 2.7 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent Variabel Dependen Kondisi Fisik Rumah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ventilasi Pencahayaan Alami Kelembaban Lantai Dinding Langit-langit Kepadatan penghuni kamar Kejadiaan ISPA Pada Balita Jarak antara dapur dengan rumah responden Karakteristik Perilaku Responden yang menggunakan kayu bakar 1 Pengetahuan 2 Sikap 3 Tindakan Universitas Sumatera Utara