12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita. (http://tanaman-obat.com/2009) Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya. Walaupun demikian bukan berarti obat tradisional memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Dan kurangnya informasi tentang obat tradisional oleh masyarakat merupakan Universitas Sumatera Utara 13 salah satu kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya menjadi kurang optimal. (Anonim, 2008) Dengan banyaknya penelitian ilmiah yang dilakukan untuk mengetahui kandungan-kandungan yang dimiliki oleh tanaman sirsak, maka tanaman ini bergeser dari tanaman buah menjadi tanaman obat. Dari penelitian – penelitian tersebut, ditemukan bahwa hampir semua bagian dari tanaman ini, termasuk buah, bunga, daun, biji, akar hingga kulit batangnya bisa digunakan sebagai ramuan obat yang terbukti manjur. Salah satunya yang paling terkenal adalah pemanfaat ekstrak daun sirsak sebagai obat antikanker. Sirsak (Annona muricata Linn) masih merupakan saudara dekat dengan srikaya (Anona squamosa Linn). Tanaman sirsak berasal dari daerah tropis Amerika, yaitu sekitar Peru, meksiko, dan Argentina. Tanaman buah ini sudah diperkenalkan ke dunia jauh sebelum Colombus menemukan Benua Amerika. Sedangkan penyebarannya didaerah Asia Tenggara dimulai oleh orang- orang Spayol yang membawanya ke Filipina. (Hamid Bahari,2011) Sebuah penelitian menemukan bahwa ternyata sirsak memiliki efek anti-tumor dan anti-kanker yang sangat kuat. Kandungan bahan aktif sirsak memiliki daya kerja kuat dalam memperlambat pertumubuhan sel kanker. Hal tersebut telah dibuktikan dengan membandingkan dengan obat-obat kanker yang sudah ada sebelumnya. Kandungan bahan aktifnya bekerja secara selektif. Ia hanya membasmi dan membunuh sel-sel kanker dan tidak mengganggu fungsi sel sehat. Selain itu, keampuhan buah sirsak adalah melindungi sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi yang mematikan. Dampaknya bagi penderita kanker adalah energi anda semakin meningkat dan penampilan fisik pun semakin membaik.(Enik Rahima,2011) 1.2. Permasalahan Dari beberapa uraian diatas penulis ingin mengetahui apakah ekstrak daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherchia coli, dan Staphylococcus aureus. Universitas Sumatera Utara 14 1.3. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan di batasi pada : 1. Daun sirsak yang digunakan adalah daun yang masih segar yang di ambil dari pohonnya di sekitar pekarangan rumah. 2. Pelarut yang digunakan adalah metanol dan aquades yang di beli dari Bratachem. 3. Bakteri yang digunakan Escherchia coli, dan Staphylococcus aureus diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU. 4. Variasi konsentrasi ekstrak sirsak pelarut metanol dan pelarut air yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. 5. Metode uji aktifitas anti bakteri yang digunakan adalah metode Difusi Cakram dan luas zona bening yang diukur menggunakan jangka sorong. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherchia coli, dan Staphylococcus aureus. 2. Untuk mengetahui apakah metanol dan air juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherchia coli dan Sthapylococcus aureus. 3. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak daun sirsak mulai menghambat pertumbuhan bakteri Escherchia coli, dan Staphylococcus aureus dan berapa besar zona bening yang terbentuk. 1.5. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi ilmiah terhadap masyarakat pada umumnya dan peneliti khususnya serta para pakar farmakologi bahwa daun sirsak dapat di gunakan sebagai anti bakteri yang memberikan kontribusi dalam pengembangan penggunaan obat tradisional. Universitas Sumatera Utara 15 1.6. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU dan penyediaan ekstrak daun sirsak dilaksanakan di laboratorium Polimer FMIPA USU. 1.7. Metodologi Penelitian Penelitan ini adalah ekperimental laboratorium dengan menggunakan sampel daun sirsak yang masih segar yang di peroleh dari pohonnya disekitar pekarangan rumah. Dengan langkah – langkah analisis sebagai berikut : 1. Daun sirsak yang masih segar dikering anginkan selama 5 – 6 hari setelah itu di keringkan dan dimaserasi menggunakan pelarut metanol dan air selama 3 x 24 jam kemudian di pekatkan dengan rotari evaporator 2. Escherchia coli, dan Staphylococcus aureus dibiakkan lalu diencerkan dengan NaCl 0,9% steril hingga sama dengan suspensi Mc. Farland dengan kekeruhan 108 koloni/ml kemudian dibiakkan pada MHA dalam cawan petri. 3. Ekstrak pekat daun sirsak diencerkan dengan metanol dan air dengan variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Blank dish direndam dalam variasi berbagai konsentrasi ekstrak daun sirsak dan diletakkan diatas permukaan MHA yang telah bercampur bakteri. 4. Blank dish direndam dengan metanol dan air dan diletakkan diatas permukaan MHA yang telah dicampur bakteri sebagai pembanding terhadap ekstrak daun sirsak. 5. Penentuan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode Difusi Cakram dengan cara mengukur besarnya diameter zona bening yang terbentuk disekitar blank dish. Universitas Sumatera Utara