universitas indonesia efek adisi brinzolamide 1

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK ADISI BRINZOLAMIDE 1% ATAU LATANOPROST 0,005%
DALAM KOMBINASI TETAP DENGAN TIMOLOL 0,5% TERHADAP
GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA YANG TELAH DITERAPI
TIMOLOL 0,5%
TESIS
DISSY PRAMUDIA
1006767840
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
JAKARTA
DESEMBER 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK ADISI BRINZOLAMIDE 1% ATAU LATANOPROST
0,005% DALAM KOMBINASI TETAP DENGAN TIMOLOL
0,5% TERHADAP GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA
YANG TELAH DITERAPI TIMOLOL 0,5%
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata
DISSY PRAMUDIA
1006767840
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
JAKARTA
DESEMBER 2014
i
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
berkah, dan karunia yang terus menerus sehingga hanya dengan kuasa-Nya saya
dapat
menyelesaikan
seluruh
tahapan
pendidikan
spesialis
ini,
serta
menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Spesialis Mata pada program pendidikan dokter spesialis di Departemen
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Proses penulisan dan penyelesaian tesis ini melibatkan banyak pihak yang turut
membantu dengan segenap hati, baik dalam bentuk pemikiran, pelaksanaan,
pendanaan, serta berbagai bentuk bantuan tak ternilai lainnya. Oleh karena
itu,pada kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati setulustulusnya saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam penyelesaian tesis ini.
Rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya
sampaikan kepada para pembimbing penelitian saya: dr. Virna Dwi Oktariana
Sp.M (K), yang dengan sepenuh hati telah memberikan ide penelitian ini, dr.
Syukri Mustafa, Sp.M (K) dan dr. Joedo Prihartono, MPH. Mereka semua dengan
sabar dan tulusnya bersedia meluangkan waktu untuk membimbing saya di tengah
kesibukan mereka. Segala bimbingan, pemikiran dan pencerahan yang diberikan
dalam penyusunan tesis ini menjadikan saya semangat dalam menjalani dan
menyelesaikan penelitian ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Dr.dr. Widya
Artini, Sp.M(K) sebagai Kepala Departemen Mata FKUI, dr. Yudisianil, Sp.M(K)
dan dr. Tri Rahayu, Sp.M (K) FIACLE sebagai Ketua dan Sekretaris Program
Studi Departemen Mata FKUI, serta seluruh guru besar dan staf pengajar
Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI/RSCM yang telah dengan sabar dan
iv
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
tulus memberikan Ilmu, bimbingan, dorongan dan teladan yang baik kepada saya
selama saya menjalani masa pendidikan ini.
Terima kasih kepada staff tata usaha S2 dan perpustakaan Mata : ibu Kholidah,
dan Mba Siti atas segala kerjasama dan bantuannya selama menempuh pendidikan
PPDS Mata. Mohon maaf atas kesalahan baik yang disengaja ataupun tak
disengaja.
Tak lupa, saya ucapkan rasa terima kasih kepada teman-teman residen mata tahap
3 Divisi Glaukoma periode Juni – Oktober 2014 : Ndit, Hisar, Manda, Valen,
Rara dan Nuriadara; serta kepada perawat dan asisten administrasi Divisi
Glaukoma : Mba Nia dan Mba siska yang telah terlibat untuk membantu dalam
proses pengumpulan sampel penelitian dan membantu berperan sebagai evaluator
tersamar dalam penelitian ini.
Kepada teman-teman seperjuangan saya : Dini Hapsari, Novita Christine, Cut
Putri Samira, Azrina Noor dan Dian Farikha, terima kasih yang sebesar-besarnya
atas segala bantuan, kerjasama, dan kebersamaan selama inidalam menyelesaikan
masa residensi dalam suka dan duka. Semoga persahabatan ini terus berlanjut
selamanya. Juga kepada semua rekan-rekan residen mata yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, terima kasih atas dorongan dan kerja samanya.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh pasien Divisi Glaukoma RSCM
Kirana yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk ikut serta dalam
penelitian ini, semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan dan
menjaga kesehatan Bapak/Ibu.
Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya hanturkan kepada kedua
orang tua saya yang tersayang, Ibu Ratih Susanti dan Bapak Zulman, yang telah
membesarkan, mendidik, memberikan dukungan, doa, nasehat dan bantuan yang
tak pernah putus kepada saya. Kepada suami saya tercinta, dr. Wahyu Priatmoko,
terima kasih banyak atas segala dukungan, kesabaran, nasehat, semangat, dan
pengertian yang selalu diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan masa
pendidikan ini hingga akhir program pendidikan ini. Kepada buah hati saya,
v
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Asyraf Khairul Azzam, yang selalu setia menunggu di rumah, terima kasih karena
telah menjadi penyemangat utama untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya selama ini. Mohon maaf bila saya tidak bisa sebutkan satu persatu, semoga
Allah SWT senantiasa memberi rahmat dan perlindungan bagi kita semua.
Semoga tesis ini membawa manfaat bagi masyarakan dan bagi ilmu pengetahuan.
Amin.
Jakarta, Desember 2014
Penulis
Dissy Pramudita
vi
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Abstrak
Nama
: Dissy Pramudita
Program Studi
: Ilmu Kesehatan Mata
Judul
: Efek Adisi Brinzolamide 1% atau Latanoprost 0,005%
dalam Kombinasi Tetap dengan Timolol 0,5% terhadap
Glaukoma Primer Sudut Terbuka yang Telah Diterapi
Timolol 0,5%
Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar yang bertujuan membandingkan
efektivitas dan keamanan obat Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Brinzolamide 1%
(KT-TB) dengan Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% (KT-TL)
preservative free pada pasien glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) yang tidak
terkontrol dengan Timolol 0,5%. Sebanyak 42 pasien GPSTa dibagi secara acak
menjadi dua kelompok. Hasil penelitian mendapatkan bahwa KT-TL preservative
free memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menurunkan TIO dibandingkan
KT-TB. Keduanya mampu mempertahankan rentang TIO diurnal < 3 mmHg.
Efek samping tersering yang ditemukan pada kedua obat adalah hiperemi
konjungtiva, dengan efek samping multipel lebih terkait dengan pemberian obat
KT-TB.
Kata Kunci : Obat kombinasi tetap, terapi glaukoma primer sudut terbuka.
viii
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Abstract
Name
: Dissy Pramudita
Study programme
: Ilmu Kesehatan Mata
Title
: Additional Effect of Brinzolamide 1% or Latanoprost
0,005% in Fixed-Combination with Timolol 0,5% for
Patients with Primary Open-Angle Glaucoma Previously on
Timolol 0,5%
This is a prospective, randomized clinical trial. The purpose of this study were to
compare the efficacy and safety of fixed-combination Timolol 0,5%/Latanoprost
0,005% (TL-FC) preservative free and fixed-combination Timolol
0,5%/Brinzolamide 1% (TB-FC) in POAG patients transitioned from Timolol
0,5% monoterapi. Fourty two POAG patients were divided randomly into 2
groups. The result of this study were TL-FC preservative free has a greater effect
in lowering IOP than TB-FC. Both treatment can controlled the diurnal IOP range
under 3 mmHg. The most common ocular AEs was hyperemia conjunctiva.
Multiple subjective AEs were more related to TB-FC.
Key words : Fixed-combination drug, Primary Open Angle Glaucoma treatment.
ix
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS............................................
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................
ABSTRAK...................................................................................................
ABSTRACT.................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
i
ii
iii
iv
viii
ix
x
xii
xiii
ix
I.
1
1
3
4
4
4
4
5
5
5
5
PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar belakang............................................................................
1.2 Rumusan masalah.......................................................................
1.3 Tujuan penelitian........................................................................
1.3.1 Tujuan umum penelitian ..................................................
1.3.2 Tujuan khusus penelitian...................................................
1.4 Hipotesis penelitian....................................................................
1.5 Manfaat penelitian......................................................................
I.5.1 Manfaat penelitian untuk institusi pendidikan ................
I.5.2 Manfaat penelitian untuk masyarakat.............................
I.5.3 Manfaat penelitian untuk peneliti ....................................
II.`` TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
2.1 Glaukoma primer sudut terbuka.................................................
2.2 Pembentukan akuous humor......................................................
2.3 Aliran keluar akuous humor...................................................... .
2.4 Variasi diurnal TIO....................................................................
2.5 Obat anti-glaukoma....................................................................
2.5.1 Timolol ............................................................................
2.5.2 Brinzolamide.....................................................................
2.5.3 Latanoprost.......................................................................
2.5.4 Kombinasi tetap timolol 0,5%-brinzolamide 1%.............
2.5.5 Kombinasi tetap timolol 0,5%-latanoprost 0,005%.........
2.6 Kerangka teori............................................................................
2.7 Bagan kerangka teori.................................................................
2.8 Bagan kerangka konsep.............................................................
6
6
7
9
10
11
11
13
15
16
17
18
19
20
III.
21
21
21
21
21
23
23
METODOLOGI PENELITIAN..........................................................
3.1 Desain penelitian........................................................................
3.2 Waktu dan tempat penelitian......................................................
3.3 Populasi dan sampel penelitian..................................................
3.4 Estimasi besar sampel................................................................
3.5 Kriteria pemilihan sampel penelitian..........................................
3.5.1 Kriteria inklusi................................................................
x
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
3.5.2 Kriteria eksklusi.............................................................
3.5.3 Kriteria drop-out............................................................
3.6 Alokasi subyek...........................................................................
3.7 Pengukuran dan intervensi.........................................................
3.7.1 Pemeriksaan sebelum penelitian.....................................
3.7.2 Pemeriksaan saat penelitian............................................
3.8 Bagan alur penelitian..................................................................
3.9 Identifikasi variabel....................................................................
3.9.1 Variabel bebas................................................................
3.9.2 Variabel tergantung........................................................
3.10 Analisis data...............................................................................
3.11 Definisi operasional...................................................................
23
23
24
24
24
25
28
29
29
29
29
29
IV.``HASIL..................................................................................................
4.1 Pengambilan data.......................................................................
4.2 Karakteristik subyek penelitian..................................................
4.3 Perbandingan efektivitas obat....................................................
4.4 Efek obat terhadap fluktuasi tekanan intra-okular.....................
4.5 Efek samping obat......................................................................
32
32
33
33
36
38
V.
DISKUSI.............................................................................................
40
VI.
SIMPULAN DAN SARAN...............................................................
6.1
SIMPULAN..........................................................................
6.2
SARAN.................................................................................
49
49
49
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
50
LAMPIRAN.................................................................................................
54
xi
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Aliran keluar akuos humour.................................................
Struktur kimia timolol...........................................................
Struktur kimia latanoprost.....................................................
Bagan kerangka teori............................................................
Bagan kerangka konsep........................................................
Bagan alur penelitian.............................................................
Diagram alur subyek penelitian.............................................
Kurva perbandingan rerata TIO kelompok kombinasi tetap
Timolol 0,5%-Latanoprost0,005% preservative free
dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%.....................................
Persentase pasien yang mencapai TIO target (<18 mmHg)
pada minggu ke-empat pemberian obat kombinasi tetap
Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% presertvative free dan
Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%.............................................
Tekanan intra-okular variasi diurnal sebelum dan setelah
mendapat obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost
0,005% preservative free.......................................................
Tekanan intra-okular variasi diurnal sebelum dan setelah
mendapat obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamid
1%.........................................................................................
Grafik persentase efek samping subyektif kelompok obat
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%..........
Perbandingan persentase kuantitas efek samping subyektif
pasien yang mendapat obat kombinasi tetap Timolol 0,5%Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol 0,5%Brinzolamid 1%....................................................................
xii
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
10
12
15
19
20
28
32
35
36
36
37
39
39
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Analisis kesetaraan karakteristik dasar kedua kelompok......
Sebaran subyek menurut perubahan TIO antara kelompok
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%..........
Rerata dan persentase penurunan TIO pada kelompok obat
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%..........
Rerata TIO±SD pada kelompok obat kombinasi tetap
Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan
Timolol 0,5%-Brinzolamid 1% ............................................
Perbandingan rerata TIO±SD (mmHg) berdasarkan jumlah
terapi antiglaukoma sebelumnya...........................................
Persentase penurunan TIO pada pasien yang mendapat
obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%..........
Rerata rentang fluktuasi TIO pada kelompok kombinasi tetap
Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan
Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%.............................................
Rerata efek samping okular obat kombinasi tetap Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol
0,5%-Brinzolamid 1%...........................................................
xiii
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
33
34
34
34
35
37
38
38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed consent penelitian .................................................
Lampiran 2. Formulir persetujuan ikut penelitian.....................................
Lampiran 3. Status subyek penelitian........................................................
Lampiran 4. Kuesioner efek samping subyektif........................................
Lampiran 5. Tabel induk.............................................................................
Lampiran 6. Kajian uji normalitas untuk data numerik.............................
Lampiran 7. Sebaran usia subyek penelitian..............................................
Lampiran 8. Sebaran tekanan intra-okular subyek setelah washout
(baseline)...............................................................................
Lampiran 9. Sebaran tekanan intra-okular subyek pada minggu ke-dua...
Lampiran 10. Sebaran tekanan intra-okular subyek pada minggu ke-empat
xiv
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
54
56
59
61
62
66
66
66
67
67
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Glaukoma merupakan suatu kelompok penyakit mata yang ditandai oleh adanya
kerusakan neuropati optik (neuropati optik glaukomatosa) dan hilangnya lapang
pandangan yang khas dan bersifat progresif, dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO) sebagai faktor risiko utama.1,2 Glaukoma primer sudut terbuka
(GPSTa) merupakan glaukoma yang terjadi pada pasien dengan gambaran sudut
bilik mata depan yang terbuka pada pemeriksaan gonioskopi, tanpa ditemukan
adanya penyebab lain terjadinya peningkatan TIO. Glaukoma primer sudut
terbuka biasanya melibatkan kedua mata dengan gambaran yang asimetris.1,3
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua tersering di seluruh dunia setelah
katarak. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO, didapatkan bahwa angka
kebutaan karena glaukoma di dunia mencapai 12,3% pada tahun 2002.1,4
Berdasarkan survei kesehatan indra penglihatan dan pendengaran tahun 19931996, didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua tersering
di Indonesia setelah katarak dengan angka kebutaan mencapai 13,4% dari seluruh
angka kebutaan di Indonesia.5 Angka kejadian glaukoma primer sudut terbuka
dilaporkan lebih sering terjadi daripada glaukoma primer sudut tertutup, dengan
perbandingan berkisar antara 3:1.1 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Faiqoh M6, didapatkan bahwa di RSCM jumlah penderita glaukoma primer sudut
terbuka juga lebih banyak dibandingkan dengan penderita glaukoma primer sudut
tertutup, yaitu sebanyak 650 kasus selama tahun 2001-2010.
Pada sebagian besar kasus GPSTa ditemukan TIO berada diatas rentang normal,
yaitu antara 22-40 mmHg. Meskipun peningkatan TIO bukan merupakan satusatunya faktor risiko kerusakan papil optik pada GPSTa, namun hal ini merupakan
faktor risiko utama terhadap terjadinya kerusakan papil optik dan perubahan
lapang pandangan secara progresif.3,7 Pemberian terapi antiglaukoma pada pasien
dengan GPSTa bertujuan untuk menurunkan TIO hingga mencapai tekanan yang
1
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
mampu mencegah progresifitas kerusakan nervus optikus.1,3 Terapi ini dapat
dimulai dengan pemberian satu jenis obat antiglaukoma topikal (monoterapi).
Terapi kombinasi diberikan jika pemberian monoterapi tidak mampu menurunkan
TIO hingga mencapai tekanan target.3 The Recent Ocular Hypertension Treatment
Study menyatakan bahwa sebanyak 40% pasien dalam penelitiannya memerlukan
lebih dari satu obat antiglaukoma untuk mencapai tekanan target.8
Saat ini sudah banyak kemajuan yang dicapai dalam perkembangan terapi
antiglaukoma, yang mencakup obat-obatan yang lebih efektif dan mudah
ditoleransi oleh pasien, salah satunya adalah obat antiglaukoma dalam bentuk
kombinasi tetap. Obat ini mengandung kombinasi dari dua jenis obat penurun TIO
dalam satu botol. Hal ini menyebabkan pemakaian obat menjadi lebih sederhana
dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien yang membutuhkan terapi
kombinasi, dapat menyingkirkan kemungkinan terjadinya pencucian efek obat
pertama akibat pemberian obat kedua yang terlalu cepat dan dapat menurunkan
risiko toksik terhadap permukaan okular akibat penggunaan beberapa jenis obat
tetes mata.9 Obat antiglaukoma kombinasi tetap yang telah beredar di Indonesia
saat ini adalah Timolol 0,5%-Travoprost 0,004%, Timolol 0,5%-Latanoprost
0,005%, Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan yang terbaru
adalah Timolol 0,5%-Brinzolamide 1%.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilaporkan selama ini, pemakaian obat
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% sudah cukup efektif dalam
menurunkan TIO dengan memberikan total penurunan TIO sebesar 25%-34,2%
dibandingkan TIO awal, dan memberikan efek adisi sebesar 11,2%-14,9%
terhadap pasien yang telah mendapatkan Timolol 0,5% monoterapi.10,11,12 Namun
demikian, pemakaian obat ini banyak menimbulkan efek samping berupa iritasi
mata, hiperemi konjungtiva, peningkatan pigmentasi iris, dan hipertrikosis akibat
kandungan obat golongan analog prostaglandin di dalamnya.12 Tersedianya obat
kombinasi tetap baru tanpa kandungan obat analog prostaglandin di dalamnya,
yaitu obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamid 1% diharapkan dapat
mengurangi kejadian efek samping tersebut. Beberapa penelitian melaporkan
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
3
bahwa obat ini mampu memberikan total penurunan TIO sebesar 29,6%-33,5%
dan memberikan efek adisi sebesar 14,90%-15,49% pada pasien yang telah
menggunakan Timolol 0,5% monoterapi.13,14 Meskipun demikian, pada penelitian
Kaback M14 dilaporkan bahwa obat ini juga dapat menimbulkan efek samping
berupa penglihatan buram, mata kering, sekret mata, sensasi benda asing di mata
dan juga hiperemi konjungtiva. Pemilihan obat antiglaukoma dengan efektivitas
yang lebih tinggi dan memiliki angka kejadian efek samping yang lebih rendah
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
jangka panjang. Efektivitas obat antiglaukoma dalam mencegah progresifitas
penyakit glaukoma dapat diketahui dari kemampuannya dalam menurunkan TIO
dan mempertahankan rentang fluktuasi TIO agar tetap stabil di siang dan malam
hari.
1.2 Rumusan masalah
Obat antiglaukoma kombinasi tetap yang banyak digunakan di RSCM saat ini
adalah kombinasi Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free (KT-TL)
karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan obat kombinasi tetap
lainnya. Pemberian obat KT-TL selama ini sudah mampu memberikan tambahan
penurunan TIO yang lebih besar dibandingkan dengan pemberian obat
antiglaukoma monoterapi, namun demikian banyak dilaporkan adanya keluhan
iritasi mata dan mata merah akibat kandungan obat golongan analog prostaglandin
di dalamnya. Meskipun kandungan obat golongan analog prostaglandin sering
menimbulkan efek samping berupa mata merah, namun obat ini mampu
memberikan rentang fluktuasi TIO yang lebih stabil di siang dan malam hari.
Hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang menilai perubahan TIO dan
perubahan rentang fluktuasi TIO dari penggunaan obat kombinasi tetap Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free (KT-TL), serta bagaimana efektivitas
kombinasi obat ini jika dibandingkan dengan kombinasi tetap lain yang
mengandung obat golongan yang berbeda, yaitu kombinasi Timolol 0,5%Brinzolamide 1% (KT-TB).
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
4
Berdasarkan uraian di atas, timbul pertanyaan apakah terdapat perbedaan
efektivitas pada pemakaian obat KT-TB dengan KT-TL dalam menurunkan TIO
dan menjaga rentang fluktuasi TIO pada pasien glaukoma primer sudut terbuka
yang belum terkontrol dengan Timolol 0,5%?
1.3
Tujuan penelitian
1.3.1
Tujuan umum penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas
obat KT-TB dengan KT-TL
pada pasien glaukoma primer sudut terbuka
(GPSTa).
1.3.2
Tujuan khusus penelitian
1. Menilai perubahan TIO pada penggunaan obat KT-TB dan obat KT-TL
pada pasien glaukoma primer sudut terbuka yang belum terkontrol dengan
Timolol 0,5% monoterapi.
2. Menilai fluktuasi TIO pada penggunaan obat KT-TB dan obat KT-TL pada
pasien glaukoma primer sudut terbuka
3. Menilai perbedaan rerata TIO pada penggunaan obat KT-TB dan obat KTTL pasien glaukoma primer sudut terbuka.
4. Membandingkan proporsi efek samping penggunaan obat KT-TB dan obat
KT-TL pada pasien glaukoma primer sudut terbuka.
1.4
Hipotesis penelitian
Pasien glaukoma primer sudut terbuka yang diterapi dengan obat tetes mata
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamide 1% akan menunjukkan penurunan
TIO yang tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pasien yang diterapi
dengan obat tetes mata kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
5
I.5
Manfaat penelitian
1.5.1
Manfaat penelitian untuk Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi
mengenai pilihan obat antiglaukoma dalam upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
1.5.2
Manfaat penelitian untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih
obat yang lebih efektif dan memiliki efek samping lebih sedikit bagi pasien
glaukoma primer sudut terbuka yang memerlukan terapi kombinasi obat
antiglaukoma.
1.5.3
Manfaat penelitian untuk Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
penyakit glaukoma terutama glaukoma primer sudut terbuka, menambah
pengetahuan mengenai terapi antiglaukoma terutama peranan terapi kombinasi
tetap pada pasien glaukoma primer sudut terbuka, serta menambah pengalaman
peneliti dalam melakukan penelitian.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glaukoma Primer Sudut Terbuka (GPSTa)
Glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) merupakan glaukoma yang terjadi pada
pasien dengan gambaran sudut bilik mata depan yang terbuka pada pemeriksaan
gonioskopi, tanpa ditemukan adanya kelainan lain sebagai penyebab terjadinya
peningkatan TIO.1,3 Beberapa faktor risiko terjadinya GPSTa antara lain adalah
ras kulit hitam, penurunan ketebalan kornea sentral, usia yang bertambah, pasien
dengan miopia, adanya riwayat keluarga dengan GPSTa. Disamping itu,
menurunnya perfusi ke nervus optikus, adanya gangguan metabolisme axon atau
sel ganglion dan adanya kelainan matriks ekstraselular lamina kribosa juga diduga
merupakan faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit GPSTa.1,3,15,16
Glaukoma primer sudut terbuka biasanya terjadi bilateral, namun derajat beratnya
penyakit tidak simetris diantara kedua mata.15 Pasien dengan GPSTa tahap dini
biasanya belum mengeluhkan gejala terkait dengan glaukomanya (asimptomatis)
dan sekitar 40% pasien dengan GPSTa memiliki TIO awal kurang dari 21
mmHg.3,16 Hasil pengukuran TIO ini dipengaruhi oleh ketebalan kornea sentral.
Kornea yang menjadi tebal karena adanya jaringan tambahan akan menyebabkan
TIO yang terukur menjadi lebih tinggi, sementara kornea yang lebih tipis dari
normal akan memberikan hasil pengukuran TIO yang lebih rendah dari
seharusnya. Hasil pengukuran TIO perlu dikoreksi sesuai dengan ketebalan
kornea pada kasus ketika ketebalan kornea kurang dari 545 mikron atau lebih dari
600 mikron. Hingga saat ini belum terdapat formula yang benar-benar akurat
untuk menghitung TIO pada ketebalan kornea yang bervariasi, namun demikian
pemeriksaan ketebalan kornea sentral tetap perlu dilakukan untuk menilai risiko
progresifitas penyakit.1,17 The Ocular Hypertension Treatment Study (OHTS)
menyatakan bahwa ketebalan kornea sentral merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya progresifitas dari hipertensi okuli ke glaukoma primer sudut terbuka.17
6
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
7
Hingga saat ini, etiologi dari glaukoma primer sudut terbuka masih belum
diketahui dengan pasti. Pada anyaman trabekulum pasien dengan GPSTa dapat
ditemukan adanya kelainan enzim. Selain itu, anyaman trabekulum pada pasien
dengan GPSTa juga mengandung sel plasma, gamma globulin dan reaksi
antinueclear antibody yang lebih tinggi, yaitu sebanyak enam kali lipat
dibandingkan dengan pasien normal. Dikatakan pula bahwa adanya peningkatan
materi ekstraselular yang mengandung asam mukopolisakarida dan glikoprotein di
garis endotel kanal Schlemm’s pada pasien GPSTa menyebabkan terjadinya
hambatan parsial dari kanal Schlemm’s.16 Diagnosis GPSTa dapat ditegakkan
dengan melakukan evaluasi terhadap faktor risiko, gejala pasien, kedalaman sudut
bilik mata depan, tekanan bola mata, kondisi nervus optikus serta lapang
pandangan pasien.3,16
Terapi dengan obat medikamentosa, laser ataupun operasi dapat dilakukan pada
pasien GPSTa untuk menurunkan TIO dan menghambat progresifitas penyakit.
Sebagian besar pasien GPSTa mampu mempertahankan penglihatan sepanjang
hidupnya. Insiden kebutaan pada GPSTa bervariasi, diperkirakan sekitar 27%
pasien GPSTa mengalami kebutaan unilateral dan 9% kebutaan bilateral dalam 20
tahun setelah terdiagnosis GPSTa. Terapi GPSTa dengan obat-obatan untuk
menurunkan TIO dilaporkan mampu menghambat progresifitas penyakit ini. The
Early Manifest Glaucoma Trial menyatakan bahwa penurunan TIO sebesar 25%
mampu mengurangi progresifitas penyakit dari 62% menjadi 45% dalam 6 tahun
follow up. Sementara, The Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS)
menyatakan bahwa progresifitas kerusakan lapang pandangan dapat dihambat
dengan menurunkan TIO hingga selalu dibawah 18 mmHg.3,18
2.2 Pembentukan Akuos Humor
Proses pembentukan akuos humor melibatkan proses ultrafiltrasi, proses sekresi
aktif dan proses difusi dari cairan dan larutan yang terkandung di dalam plasma
darah.3,15 Ultrafiltrasi merupakan proses ketika cairan dan larutan didalamnya
mengalir menyebrangi membran semipermeabel di bawah pengaruh perbedaan
tekanan. Proses ultrafiltrasi dapat membantu pergerakan carian keluar dari kapiler
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
8
pembuluh darah menuju ke stroma badan siliaris. Proses ultrafiltrasi ini
merupakan proses yang memegang peranan penting dalam pembentukan akuos
humor, namun proses ini sendiri tidak mampu untuk memindahkan carian ke bilik
mata belakang. Diperlukan tambahan proses sekresi aktif untuk membantu
perpidahan cairan dari stroma badan siliaris ke bilik mata belakang.3
Proses transpor aktif (proses sekresi) merupakan suatu proses yang tergantung
energi yang mampu memindahkan suatu substansi melewati membran sel
melawan gradien elektrokimiawinya. Proses ini dilakukan oleh epitel badan siliar
yang tidak berpigmen. Pompa Na+/K+ATPase pada epitel badan siliar akan
mensekresikan ion Na+ ke bilik mata belakang yang selanjutnya akan
menciptakan perbedaan tekanan osmotik dengan sel epitel badan siliar, sehingga
air akan ikut bergerak secara pasif sesuai gradien osmotiknya menuju ke bilik
mata belakang.3,15
Difusi merupakan proses perpindahan suatu substansi melalu membran sesuai
dengan gradien konsentrasinya. Sepanjang perjalan akuos humor mengalir dari
bilik mata belakang ke kanal Schlemm’s, cairan ini berkontak dengan badan siliar,
iris, lensa, vitreous, kornea dan anyaman trabekulum. Terjadi pertukaran substansi
melalui proses difusi dengan jaringan-jaringan yang dilalui oleh akuos humor. Hal
ini menyebabkan komposisi akuos humor di bilik mata depan dapat lebih
menyerupai komposisi plasma darah dibandingkan dengan kompoisi akuos humor
di bilik mata belakang.3
Kecepatan produksi akuos humor adalah 2-3 µL/menit. Proses pembentukan
akuos humor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kondisi sistemik yang dapat
menurunkan kecepatan produksi akuos humor antara lain adalah kondisi
hipotermia, asidosis dan penyakit diabetes melitus. Beberapa faktor intra-okular
yang dapat menurunkan produksi akuos humor antara lain adanya ablasio retina,
choroidal
detachment,
3,15
cyclodialysis.
inflamasi
okuli,
prosedur
siklodestruktif,
dan
Disamping itu, dikatakan pula bahwa kecepatan produksi akuos
humour menurun saat tidur di malam hari. Hal ini mungkin terkait dengan adanya
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
9
penurunan stimulasi dari epitel badan siliar oleh katekolamin. Penurunan produksi
akuos humor juga terjadi seiring dengan bertambahnya usia pasien, terutama
setelah usia 60 tahun, ketika produksi cairan akuos menurun sekitar 3,2% setiap
dekadenya pada orang dewasa. Penyebab penurunan kecepatan produksi akuos
humor seiring dengan bertambahnya usia masih belum diketahui dengan jelas.
Terdapat teori yang menyatakan bahwa hal ini terkait dengan adanya perubahan
ultrastruktur akibat penuaan sel epitel badan siliaris.3
Peningkatan TIO pada pasien glaukoma terjadi akibat penurunan aliran keluar
akuos humor, bukan akibat dari peningkatan produksi akuos humor.3,19 Namun
demikian, terdapat beberapa kelainan sistemik yang dapat meningkatkan laju
pembentukan cairan akuos antara lain adalah kondisi hipertermia dan alkalosis.3
Selain dipengaruhi oleh kondisi sistemik, produksi akuos humor juga dipengaruhi
oleh obat-obatan yang dikonsumsi secara sistemik ataupun topikal. Hanya
terdapat dua kelas obat yang dapat menstimulasi sekresi akuos humor, yaitu obat
golongan beta-adrenergik dan kortikosteroid.3 Sementara itu beberapa obat yang
dapat menurunkan kecepatan produksi akuos humor antara lain ouabain, cyclic
guanosine monophosphate, atrial natriuretic peptide, vanadate, cholera toxin,
prazosin, metyrapone, vasopressin, halothane, barbiturates, keamine, forskolin,
tetraydrocannabinol,
obat
penghambat
reseptor
beta-adrenergik,
obat
simpatomimetik, obat penghambat karbonat anhidrase.3,15
2.3 Aliran Keluar Akuos Humor
Akuos humor mengalir dari bilik mata belakang menuju ke bilik mata depan
melalui pupil. Dari bilik mata depan, akuos humor akan meninggalkan mata
melalui dua jalur utama, yaitu melalui anyaman trabekulum (90%) dan juga
melalui jalur uveosklera (10%).15,19 Dalam keadaan normal, kecepatan aliran
keluar akuos humor dari bola mata bervariasi antara 0,1-0,4 µl/menit/mmHg.1
Pada jalur trabekulum, akuos humor akan mengalir melalui anyaman trabekulum
menuju ke kanal Schlemm’s yang selanjutnya akan dialirkan ke vena episklera.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
10
Pada jalur uveosklera, akuos humor akan mengalir melalui permukaan badan
siliar menuju ke ruang suprakoroidal yang selanjutnya akan dialirkan melalui
sirkulasi vena di badan siliar, koroid dan sklera. Aliran akuos humor di jalur
uveosklera ini dapat menurun di bawah pengaruh obat miotikum dan akan
meningkat di bawah pengaruh atropin, simpatomimetik dan prostaglandin.
Sebagian kecil akuos humor juga dilaporkan keluar melalui iris.19
Gambar 2.1. Aliran Keluar Akuos Humour A. Anyaman Trabekulum B. Jalur
Uveosklera C. Iris15
2.4 Variasi diurnal TIO
Tekanan intraokular ditentukan oleh keseimbangan antara kecepatan produksi
akuos humor dari badan siliar, resistensi aliran keluar akuos humor pada sudut
bilik mata depan dan tekanan pada vena episklera.1,20 Ukuran tekanan bola mata
yang normal bervariasi sepanjang waktu, dipengaruhi oleh frekuensi nadi, tekanan
darah dan pernapasan. Tekanan bola mata cenderung untuk lebih tinggi di pagi
hari dan lebih rendah di sore dan malam/dini hari, namun demikian tidak semua
orang memiliki pola variasi diurnal yang konsisten. Mata yang normal memiliki
TIO dengan variasi diurnal sekitar 2-6 mmHg.1,3,15 Pasien glaukoma biasanya
menunjukkan variasi diurnal TIO yang lebih dari 10 mmHg.3 Pemeriksaan TIO
pada awal pertemuan seringkali tidak menunjukkan rata-rata TIO pasien yang
sebenarnya dalam 24 jam siklus diurnalnya karena sekitar 80% pasien memiliki
puncak TIO pada pukul 8.00 pagi hingga 12.00 siang.15,16
Sebagian besar variasi diurnal TIO terjadi karena adanya fluktuasi dari kecepatan
produksi akuos humor. Kecepatan produksi akuos humor menurun saat seseorang
tidur dan akan meningkat di siang hari, sebagian besar diduga sebagai respon
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
11
terhadap katekolamin yang bersirkulasi dalam darah. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa variasi diurnal TIO mengikuti siklus variasi diurnal
glukokortikoid dalam tubuh, yaitu TIO puncak terjadi pada 3-4 jam setelah
terbentuknya kortisol dalam plasma.1
Besarnya variasi diurnal TIO merupakan faktor risiko terjadinya progresifitas
glaukoma, karena itu disarankan untuk dilakukan pemeriksaan berulang di
beberapa waktu yang berbeda untuk mendeteksi adanya variasi diurnal yang
cukup besar terhadap TIO pasien. Pengukuran kurva diurnal dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan TIO setiap satu atau dua jam dari pukul 08.00
pagi hingga pukul 18.00 sore. Mata dengan standar deviasi TIO harian lebih
dari/sama dengan 3 mmHg cenderung menunjukkan progresifitas penyakit.16,20
2.5 Obat Anti-Glaukoma
Ther Recent Ocular Hypertension Treatment Study menyatakan bahwa sebanyak
40% pasien dalam penelitiannya memerlukan lebih dari satu obat antiglaukoma
untuk mencapai tekanan target.8 Untuk meningkatkan kepatuhan pasien yang
memerlukan lebih dari satu jenis obat antiglaukoma, maka kini telah beredar
beberapa jenis obat antiglaukoma dalam bentuk kombinasi tetap. Hingga saat ini
belum terdapat sumber kepustakaan yang mampu menjelaskan farmakokinetik
dari obat antiglaukoma kombinasi tetap, termasuk obat kombinasi tetap
Brinzolamid-Timolol (KT-TB) ataupun Latanoprost-Timolol (KT-TL). Namun
demikian mekanisme kerja dan efek samping dari masing-masing zat aktif yang
terkandung didalamnya sudah banyak diketahui.
2.5.1 Timolol
Mekanisme Kerja
Timolol mulai digunakan sebagai obat penurun TIO topikal sejak awal tahun
1980an. Timolol merupakan obat dari golongan non-selektif beta bloker yang
bekerja dengan menghambat produksi cyclic adenosine monophosphate (cAMP)
di epitel badan siliar, yang selanjutnya akan mengurangi sekresi dari akuos humor
sebanyak 20-50% (2.5 µL/min – 1.9 µL/min).15 Timolol dilaporkan dapat
menurunkan TIO sekitar 5,7 - 6,9 mmHg dari TIO awal, atau berkisar antara 20-
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
12
30%.14,15 Efek pemberian timolol terhadap produksi akuos humor muncul dalam
rentang waktu 1 jam setelah pemberian dan dapat bertahan hingga 4 minggu
setelah penghentian obat. Dalam 1 jam setelah pemberian, dosis Timolol di bilik
mata depan mencapai 1-2 µM. Konsentrasi yang di butuhkan oleh timolol untuk
menghambat reseptor adrenergik beta-1 atau beta-2 adalah 1-10 nM.15
Obat golongan beta bloker dilaporkan mampu menurunkan produksi akuos
humour di siang hari, namun efeknya lebih sedikit saat malam hari. Hal ini
mungkin disebabkan karena aliran akuos di malam hari (saat tidur) cenderung
lebih sedikit dibandingkan di siang hari, sehingga pemberian obat golongan betabloker hanya memberikan sedikit efek.15,21
Timolol mampu memberikan tambahan efek penurunan TIO saat dikombinasikan
dengan obat penurun TIO lainnya, seperti miotikum, agonis adrenergik,
penghambat karbonat anhidrase (baik topikal ataupun sistemik), analog
prostaglandin. Obat yang seringkali menjadi pilihan utama untuk dikombinasikan
dengan Timolol adalah obat dari golongan penghambat karbonat anhidrase dan
obat dari golongan analog prostaglandin karena kedua golongan obat ini mampu
memberikan tambahan penurunan TIO yang cukup besar bagi pasien glaukoma
yang tidak terkontrol dengan monoterapi. Pemberian timolol dikombinasikan
dengan penghambat karbonat anhidrase mampu memberikan penurunan TIO
tambahan sebesar 15%, sementara pada kombinasi dengan obat golongan analog
prostaglandin didapatkan penurunan TIO tambahan sebesar lebih dari 20%.21
Gambar 2.2. Struktur Kimia Timolol21
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
13
Efek Samping
Efek samping pemberian timolol dapat dibagi menjadi efek samping okular dan
efek samping sistemik. Beberapa efek samping okular yang dapat ditimbulkan
pada pemberian timolol antara lain alergi, erosi kornea pungtata dan berkurangnya
sekresi air mata. Sementara efek samping sistemik yang dapat terjadi antara lain
adalah bradikardi, hipotensi, bronkospasme, gangguan tidur, halusinasi, depresi,
lelah, letargi, alergi, sakit kepala, mual, menurunnya libido, dan sebagainya.3,15
Kontraindikasi pemberian Timolol antara lain gagal jantung kongestif, bradikardi,
asma dan gangguan saluran napas obstruktif. Disamping itu, obat dari golongan
beta bloker juga tidak dianjurkan untuk digunakan saat tidur karena dapat memicu
penurunan tekanan darah selama tidur. Hal tersebut mampu mengurangi perfusi
pembuluh darah ke diskus optikus dan berpotensi menimbulkan gangguan
penglihatan.15
2.5.2 Brinzolamide
Mekanisme Kerja
Brinzolamide merupakan obat tetes mata dari golongan penghambat karbonat
anhidrase. Karbonat anhidrase merupakan enzim yang dapat ditemukan di seluruh
jaringan tubuh, termasuk mata yaitu di lensa, kornea, badan siliar dan retina.
Enzim ini terdapat dalam beberapa bentuk isoenzim. Brinzolamide memiliki
afinitas yang tinggi dan bekerja dengan menghambat isoenzim human carbonic
anhidrase II, yang merupakan isoenzim utama, ditemukan terutama di sel darah
merah dan di prosesus siliaris. Hambatan human carbonic anhidrase II di
prosesus siliaris akan menghambat pembentukan ion bikarbonat dan diikuti oleh
berkurangnya jumlah sodium dan transpor cairan sehingga mampu menurunkan
sekresi akuos humor. Pemberian brinzolamide satu kali sehari mampu
menurunkan TIO selama kurang lebih 12 jam dan membutuhkan waktu selama 7
hari untuk hilang dari tubuh setelah penggunaan yang lama (kronik).22,23,24
Pemberian brinzolamid 1% tiga kali setiap hari memiliki efektifitas yang sama
dengan pemberian obat tetes mata dorzolamide 2% tiga kali setiap hari, dengan
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
14
rasa tidak nyaman yang lebih rendah pada penggunaan brinzolamide.1,23
Pemberian brinzolamide 1% tiga kali sehari dilaporkan mampu menurunkan TIO
sebesar 4-5 mmHg.14,23 Brinzolamide 1% yang dikombinasi dengan terapi timolol
maleate dua kali sehari mampu memberikan tambahan penurunan TIO sebanyak
13-16%.1
Struktur
kimiawi
Brinzolamide
adalah
(R)-(+)-4-ethylamino-2-(3-
methoxypropyl)-3,4-dihydro-2H-thieno[32-e]-1,2-thiazine-6-sulfonamide-1,1dioxida,
dengan
rumus
kimianya
C12H21N3O5S3.
Berdasarkan
struktur
kimiawinya, terdapat kandungan sulfonamide didalam brinzolamide, karena itu
brinzolamide tidak boleh diberikan pada pasien dengan riwayat alergi obat
golongan sulfa. Brinzolamide di eksresikan dari tubuh terutama melalui ginjal,
karena itu pemebrian obat ini tidak direkomnedasikan untuk pasien dengan
penyakit gagal ginjal.23
Efek Samping
Pemberian tetes mata brizolamide dua atau tiga kali sehari dilaporkan dapat
menimbulkan beberapa efek samping okular yang ringan hingga sedang, seperti
tajam penglihatan kabur, rasa tidak nyaman di mata (seperti rasa nyeri atau rasa
terbakar saat penetesan), mata merah, keratitis, blefaritis, sensasi benda asing,
mata kering dan lain sebagainya.23,25 Beberapa efek samping sistemik yang
mungkin timbul pada pemberian Brinzolamid antara lain mual, perubahan
persepsi rasa, nyeri pada area faring, sakit kepala, dan lain lain.14
Pemberian Brinzolamid tetes mata pada penderita dengan alergi obat sulfonamide
dapat menimbulkan efek samping berat yang berbahaya, serperti sindroma
Steven-Johnson, toxic epidermal necrolysis, nerosis hepar, agranulositosis,
anemia aplastik dan berbagai kelainan darah lainya. Meskipun Brinzolamide
diberikan secara topikal, namun obat ini dapat diserap secara sistemik dan
menimbulkan reaksi alergi yang cukup berat.23
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
15
2.5.3 Latanoprost
Mekanisme Kerja
Latanoprost merupakan obat dari golongan F2-alpha analogues yang bekerja
secara selektif sebagai agonis reseptor FP prostanoid. Obat ini mempunyai nama
sebagai
Isopropyl-(Z)-7[1R,2R,3R,5S),
3,5-dihydroxy-2-[(3R)-3-hydroxy-5-
phenylpentyl]cyclopentyl]-5-heptenoate. Rumus mokularnya adalah C26H40O5.26
Gambar 2.3 . Struktur Kimiawi Latanoprost 23
Obat ini mampu menurunkan TIO dengan meningkatkan jarak antara fasikulus
otot di badan siliar yang diduga mampu meningkatkan aliran keluar akuos melalui
anyaman trabekulum dan melalui jalur uveosklera.1,26,27 Latanoprost diabsorbsi
melalui kornea dimana prodrug dalam bentuk isopropyl ester akan di hidrolisis di
kornea menjadi bentuk aktifnya. Konsemtrasi puncak latanoprost di akuos humor
dicapai setelah 2 jam penetesan obat. Obat ini dimetabolisme di hepar dan
dieksresikan terutama melalui ginjal.26
Latanoprost 0,005% merupakan obat tetes mata yang digunakan dengan frekuensi
satu kali/hari di malam hari dan mempunyai kemampuan untuk menurunkan TIO
di malam hari (nocturnal period). Kemampuannya dalam menurunkan TIO lebih
superior dibandingkan Timolol. Latanoprost dikatakan mampu memberikan
tambahan efek dalam menurunkan TIO sebesar 14-28% ketika dikombinasi
dengan timolol.15
Efek Samping
Efek samping okular yang dapat terjadi setelah pemberian obat tetes mata
Latanoprost antara lain adanya hiperemis dan hiperpigmentasi area konjungtiva;
adanya sensasi benda asing; bulu mata menjadi lebih panjang, lebih tebal, lebih
berpigmen, dan bertambah banyak; terjadi hiperpigmentasi iris; hiperpigmentasi
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
16
di kulit sekitar mata; edema makula kistik; uveitis anterior, serta dapat
meningkatkan rekurensi keratitis herpes.15,26 Efek samping sistemik yang dapat
terjadi pada penggunaan obat tetes mata Latanoprost antara lain sakit kepala,
migrain, timbulnya ruam di kulit, timbulnya gejala sakit saluran napas atas.
Penggunaan Latanoprost tidak dianjurkan untuk ibu hamil, karena pada penelitian
di hewan coba di dapatkan adanya efek teratogenik.15
2.5.4 Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Brinzolamide 1%
Obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamide 1% (KT-TB) merupakan obat
yang mengandung kombinasi Brinzolamide 10 mg/ml dan Timolol 5 mg/ml
dalam satu botol. Obat ini dianjurkan untuk diberikan dengan frekuensi dua kali
dalam sehari. Obat ini tersedia dalam bentuk suspensi dengan pH 7,2 dan
mengandung bahan pengawet berupa benzalkonium chloride 0,001%.24
Mekanisme kerja obat ini serupa dengan mekanisme kerja dari masing-masing
obat yang terkandung di dalamnya. Brinzolamide mampu menurunkan produksi
akuos humour dengan menghambat enzim karbonat anhidrase yang selanjutkan
akan memperlambat pembentukan ion bikarbonat diikuti oleh berkurangnya
transport sodium dan cairan. Timolol bekerja dengan menghambat produksi cyclic
adenosine monophosphate (cAMP) di epitel badan siliar, yang selanjutnya akan
mengurangi sekresi dari akuos humor.15,24
Pemberian KT-TB pada pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka atau
hipertensi okuli dilaporkan dapat memberikan penurunan TIO sebesar 30,6-34,9%
dibandingkan dengan TIO awal.24 Kaback M dkk14 juga melaporkan bahwa
penurunan TIO pada pemberian obat KT-TB memiliki variasi antara 8.0-8.7
mmHg dibandingkan dengan TIO awal (yaitu sekitar 29.6%-33,5%). Pemberian
obat KT-TB dapat memberikan tambahan penurunan TIO sebesar 3,38 mmHg
(sekitar 15,49%) jika dibandingkan dengan TIO saat pasien hanya menggunakan
Timolol 0,5%.13
Efek samping yang banyak ditemukan pada pemberian obat KT-TB antara lain
rhinofaringitis (21%), keratitis pungtata (10%) dan iritasi mata (6%). Beberapa
efek samping lain yang juga dilaporkan antara lain hiperemi konjungtiva, mata
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
17
kering, fotofobia, penglihatan buram, vertigo, rhinitis alergi, batuk, malaise,
perubahan persepsi rasa dan leukositopenia. Obat KT-TB tidak dapat diberikan
pada pasien dengan gagal ginjal, alergi sulfa, asma, penyakit obstruktif paru, dan
sakit jantung.14,24,28
2.5.5 Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
Obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% merupakan obat yang
berisi kandungan Timolol 5 mg/ml dan Latanoprost 5µg/ml dalam satu botol.
Obat ini tersedia dalam
larutan dengan pH antara 5,8-6,2. Kedua obat ini
memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam menurunkan TIO yaitu
Latanoprost bekerja dengan meningkatkan aliran keluar uveosklera sementara
Timolol mampu menurunkan TIO dengan menurunkan produksi akuos humour.
Pemberian obat tambahan Latanoprost terhadap Timolol dilaporkan mampu
memberikan penurunan TIO yang lebih besar dibandingkan dengan efek masingmasing obat sebagai monoterapi.1,11,15,26,27
Dilaporkan bahwa pemberian obat tetes mata kombinasi tetap Latanoprost
0,005%-Timolol 0,5% mampu memberikan penurunan TIO antara 25%-34,2%
dibandingkan dengan TIO awal.11,12 Webers dkk10 melaporkan bahwa pemberian
obat tetes mata kombinasi tetap Latanoprost 0,005%-Timolol 0,5% pada pasien
yang telah mendapat Timolol 0,5% monoterapi dapat memberikan tambahan
penurunan TIO sebesar 2,8 mmHg (sekitar 13,1%). Obat ini memberikan
penurunan TIO yang lebih besar ketika diberikan pada malam hari dibandingkan
dengan pemberian pada pagi hari, namun tidak didapatkan adanya perbedaan
penurunan TIO yang bermakna diantara keduanya. Penurunan TIO maksimal
didapat setelah 6,4 jam pemberian obat kombinasi tetap Latanoprost 0,005%Timolol 0,5% (antara 5,2-7,7 jam).12
Beberapa efek samping okular yang dilaporkan pada pemberian obat kombinasi
tetap Latanoprost 0,005%-Timolol 0,5% antara lain iritasi mata (5,5%), perubahan
lapang pandangan (4,8%), pigmentasi iris ( 1,6%), hiperemi konjungtiva (1,6%),
dan hipertrikosis (1,1%).12
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
18
2.6 Kerangka teori
1. Pada pasien glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) terjadi peningkatan
resistensi aliran keluar akuos humor di anyaman trabekulum sehingga
terjadi peningkatan tekanan intra okular.
2. Tingginya tekanan intra okular dan besarnya rentang variasi diurnal TIO
pada GPSTa merupakan faktor risiko terjadinya progresifitas glaukoma.
3. Besarnya rentang variasi diurnal TIO terjadi karena adanya fluktuasi dari
kecepatan produksi akuos humor dan aliran keluarnya. Pada pasien
glaukoma, variasi diurnal TIO lebih besar dari 10 mmHg dan hal ini dapat
mempengaruhi prograsifitas penyakit glaukoma.
4. Progresifitas penyakit glaukoma dapat dihambat dengan memberikan
terapi medikamentosa untuk menurunkan TIO dan untuk mempertahankan
TIO yang stabil dalam 24 jam.
5. Sebagian besar obat glaukoma bekerja dengan menurunkan produksi
akuos humor di badan siliar, beberapa diantaranya adalah obat dari
golongan beta bloker, seperti Timolol 0,5% dan obat golongan
penghambat karbonik anhidrase, seperti Brinzolamide 1%
6. Obat dari golongan analog prostaglandin, seperti Latanoprost 0,005%
bekerja dengan meningkatkan aliran keluar akuos melalui jalur trabekulum
dan jalur uveosklera.
7. Sebagian besar pasien dengan GPSTa memiliki TIO yang tidak terkontrol
dengan monoterapi dan memerlukan memerlukan lebih dari satu jenis obat
antiglaukoma untuk mengontrol TIO
8. Obat dalam bentuk kombinasi tetap dapat meningkatkan kepatuhan pasien
dalam berobat dan menurunkan risiko toksik terhadap permukaan okular
akibat penggunaan bebrapa jenis obat tetes mata.
9. Obat KT-TL bekerja dengan menurunkan produksi akuos humor dan
meningkatkan aliran keluar akuos humor.
10. Obat KT-TB bekerja dengan menurunkan produksi akuos humor melalui
dua mekanisme yang berbeda, yaitu menghambat siklik adenosin
monofosfat dan menghambat enzm human carbonic anhidrase II yang ada
di epitel badan siliar.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
19
2.7 Bagan kerangka teori
Timolol 0,5%
Proses
Ultrafiltrasi
BADAN
SILIAR
Brinzolamide 1%
Proses
Difusi
Proses Sekresi (Transpor Aktif)
- NaK ATP-ase
- Human Carbonic Anhidrase
- Cyclic Adenosin Monofosfat
Tekanan Vena Episklera
TIO Meningkat
Produksi akuous humor
Jalur trabekulum
Jalur uveosklera
Resistensi meningkat
Glaukoma primer
sudut terbuka
Aliran keluar akuous humor
menurun
Gambar 2.4. Bagan Kerangka Teori
Latanoprost 0,005%
Keterangan:
: Proses di badan siliar
: aliran akuous humor
: Faktor yang mempengaruhi
TIO
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
20
2.8 Bagan Kerangka Konsep
Obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-
Glaukoma primer sudut
Latanoprost 0,005% (Preservative free)
Perubahan TIO
terbuka
Obat kombinasi tetap Timolol 0,5%Brinzolamide 1%
Kepatuhan
penetesan obat
Keterangan:
Variabel bebas
Variabel tergantung
Variabel perancu
Gambar 2.5. Bagan Kerangka Konsep
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain uji klinis (equivalence study) acak tersamar
untuk mengetahui perbandingan perubahan TIO antara penggunaan obat tetes
mata kombinasi tetap Timolol 0,5% Brinzolamide 1% (KT-TB) dengan
penggunaan obat tetes mata kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free (KT-TL) pada pasien glaukoma primer sudut terbuka yang sudah
mendapatkan Timolol 0,5% monoterapi. Ketersamaran penelitian terdapat pada
evaluator.
3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di poliklinik mata divisi glaukoma RSCM Kirana pada bulan
Juni 2014 sampai dengan Oktober 2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien dengan glaukoma primer sudut
terbuka berusia di atas 40 tahun. Sementara yang menjadi populasi terjangkau
dalam penelitian ini adalah pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka berusia
di atas 40 tahun yang berobat ke RSCM Kirana selama bulan Juni 2014 hingga
Oktober 2014. Sampel penelitian dipilih dengan metode consecutive sampling,
yaitu semua pasien GPSTa yang datang ke poliklinik mata RSCM Kirana divisi
glaukoma yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dimasukkan ke dalam
penelitian dan dilakukan randomisasi oleh peneliti.
3.4 Estimasi Besar Sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan penelitian sebelumnya yang mengukur
perubahan TIO pada penggunaan terapi obat antiglaukoma kombinasi tetap pada
pasien glaukoma primer sudut terbuka atau pasien hipertensi okuli. Dari penelitian
sebelumnya didapatkan standar deviasi sebesar 2,6 mmHg (penelitian oleh
21
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
22
Olander K dkk29) dengan rerata perubahan TIO obat kombinasi tetap Brinzolamid
1%-Timolol 0,5% adalah sebesar 10,6 mmHg (penelitian oleh Mani G dkk30) dan
rerata perubahan TIO obat kombinasi tetap Latanoprost 0,005-Timolol 0,5%
adalah sebesar 8,2 mmHg (penelitian oleh Stewart WC dkk31).
Besar sampel setiap kelompok dihitung dengan menggunakan rumus :
2
n1=n2 = 2
(Zα + Zβ) S
(X1-X2)
n1=n2 = 2
(1,96 + 0,84) 2,6
2
=18,4 ≈ 19 orang untuk setiap kelompok
(2,4 mmHg)
Keterangan :
α
= kesalahan tipe I. Oleh peneliti ditetapkan α = 5%
Zα
= deviat baku α ( dengan α 5%, nilai Zα = 1,96)
β
= kesalahan tipe II. Oleh peneliti ditetapkan β = 20%
Zβ
= deviat baku β (dengan β = 20%, nilai Zβ = 0,84)
S
= simpang baku gabungan, didapatkan dari penelitian sebelumnya
sebesar 2,6 (penelitian oleh Olander K dkk29)
X1
= Rerata penurunan TIO obat kombinasi tetap Brinzolamide1%Timolol 0,5%, yaitu sebesar 10,6 mmHg (penelitian oleh Mani
G dkk30).
X2
= Rerata penurunan TIO obat kombinasi tetap Latanoprost
0,005%-Timolol 0,5%, yaitu sebesar 8,2 mmHg (penelitian oleh
Stewart WC dkk31).
X1-X2
= Perbedaan maksimal TIO yang dianggap tidak bermakna, yaitu
sebesar 2,4 mmHg
Untuk mengantisipasi kemungkinan drop-out sebesar 10% maka estimasi total
besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 42 orang. Setiap subyek
penelitian hanya akan diteliti satu mata. Jika kedua mata memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, maka mata yang memiliki TIO terendah yang ikut
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
23
dimasukkan ke dalam penelitian ini. Jika kedua mata memiliki TIO yang sama,
maka mata kanan yang akan dimasukkan ke dalam penelitian.
3.5 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian
3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Pasien yang telah di diagnosa dengan glaukoma primer sudut terbuka, baik
pasien lama ataupun pasien baru.
2. Usia lebih dari/sama dengan 40 tahun
3. Pasien dengan tekanan intra-okular lebih dari/sama dengan 18 mmHg dan
kurang dari/sama dengan 35 mmHg dengan monoterapi.
4. Cup-disk ratio antara 0,3 sampai dengan 0,7
5. Bersedia ikut dalam penelitian ini dengan menandatangani informed
consent
3.5.2 Kriteria Eksklusi
1. Riwayat alergi terhadap kandungan obat yang digunakan
2. Riwayat asma bronkial atau penyakit paru obstruktif
3. Riwayat sakit jantung
4. Riwayat sakit ginjal
5. Wanita hamil dan menyusui
6. Terdapat kelainan permukaan kornea
yang dapat mempengaruhi
pengukuran TIO dengan tonometer aplanasi
7. Pasien yang telah menjalani operasi filtrasi atau operasi glaukoma lainnya
dalam waktu kurang dari 6 bulan sebelumnya.
8. Pasien dengan TIO < 18 mmHg (terkontrol) atau TIO > 35 mmHg setelah
mendapatkan Timolol 0,5% monoterapi
3.5.3 Kriteria Drop-Out
1. Subyek penelitian yang mengalami efek samping yang tidak dapat
ditoleransi akan dihentikan keikutsertaannya dari penelitian. Data subyek
akan tetap dimasukkan ke dalam perhitungan data hasil efek samping yang
ditimbulkan oleh terapi.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
24
3.6 Alokasi Subyek
Alokasi subyek dilakukan dengan menggunakan randomisasi blok. Randomisasi
akan dilakukan oleh pihak ketiga sebelum penelitian dimulai. Subyek yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian diminta untuk menandatangi
informed consent dan dirandomisasi ke dalam kelompok A (mendapat obat tetes
mata kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamide 1%) atau kelompok B
(mendapat obat tetes mata kombinasi tetap Timolol 0,5% Latanoprost 0,005%
preservative free) sesuai dengan hasil randomisasi.
3.7
Pengukuran dan Intervensi
3.7.1.Pemeriksaan Sebelum Penelitian
Pada tahap awal, pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka di poliklinik
divisi glaukoma RSCM kirana akan menjalani serangkaian pemeriksaan yang
meliputi :
1. Anamnesis, untuk mendapatkan data dasar mengenai identitas pasien (usia
dan jenis kelamin), perjalanan penyakit saat ini, riwayat penyakit
sebelumnya (sistemik dan okular), dan riwayat pengobatan atau operasi
mata sebelumnya, riwayat keluarga dengan glaukoma.
2. Pemeriksaan oftalmologis yang dilakukan meliputi :
ï‚·
Pemeriksaan
tajam
penglihatan
tanpa
koreksi
(TPTK)
menggunakan Snellen chart untuk pasien yang dapat membaca
atau dengan menggunakan illiterate E chart untuk pasien yang
tidak dapat membaca. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam
LogMar.
ï‚·
Pengukuran tekanan intra-okular dengan tonometer aplanasi
Goldmann yang dilakukan secara tersamar oleh evaluator, yaitu
residen tahap III yang sedang bertugas di divisi Glaukoma.
Pengukuran tekanan intra-okular dilakukan sebanyak tiga kali
beturut-turut dan diambil nilai rerata dari ketiga pengukuran
tersebut.
ï‚·
Pemeriksaan gonioskopi
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
25
ï‚·
Pemeriksaan oftalmologi lengkap dengan menggunakan lampu
celah untuk menyingkirkan kelainan mata lainnya.
ï‚·
Pemeriksaan funduskopi lensa non-kontak untuk menilai nervus
optikus.
ï‚·
Pemeriksaan perimetri Humphrey
ï‚·
Pemeriksaan OCT papil
3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian ditawarkan
untuk mengikuti penelitian ini. Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur
penelitian, cara penggunaan obat yang diberikan, dan kemungkinan efek
samping dari obat yang diberikan. Pasien yang bersedia mengikuti
penelitian diminta untuk menandatangani informed consent.
4. Subyek penelitian akan diberikan obat tetes mata Timolol 0,5% 2x/hari
(pada pukul 06.00 pagi dan 18.00 sore± 1 jam) sebagai monoterapi selama
dua sampai empat minggu (±1 hari), tergantung jenis obat antiglaukoma
yang digunakan sebelumnya.
Pemberian obat tetes mata Timolol 0,5% selama dua sampai empat minggu
bertujuan untuk melakukan wash-out efek obat antiglaukoma yang digunakan
sebelumnya. Subyek penelitian yang belum pernah mendapat obat antiglaukoma
akan diberikan Timolol 0,5% monoterapi selama dua minggu (±1 hari). Subyek
penelitian yang sudah pernah mendapatkan salah satu obat antiglaukoma dari
golongan penghambat karbonat anhidrase, golongan alfa agonis atau golongan
antagonis beta-adrenergik sebelumnya akan diminta untuk mengganti obatnya
dengan Timolol 0,5% monoterapi selama dua minggu (±1 hari). Sementara
subyek penelitian yang sebelumnya mendapat obat dari golongan prostaglandin
analog atau obat kombinasi tetap akan diminta untuk mengganti obatnya dengan
Timolol 0,5% monoterapi selama empat minggu.(±1 hari).30
3.7.2. Pemeriksaan Saat Penelitian
Setiap subyek penelitian yang telah menggunakan obat tetes mata Timolol 0,5%
monoterapi sesuai anjuran selama 2-4 minggu akan diminta datang kembali
untuk dilakukan :
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
26
1. Pemeriksaan tajam penglihatan tanpa koreksi (TPTK) menggunakan
Snellen chart untuk pasien yang dapat membaca atau dengan
menggunakan illiterate E chart untuk pasien yang tidak dapat membaca.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam LogMar.
2. Pengukuran tekanan intra-okular awal (baseline) dengan tonometer
aplanasi Goldmann yang dilakukan secara tersamar oleh evaluator, yaitu
residen tahap III yang sedang bertugas di divisi Glaukoma. Pemeriksaan
TIO dilakukan pada pukul 09.00 ± 2 jam, pukul 12.00 ± 2 jam dan pukul
15.00 ± 2 jam. Jika rerata TIO kurang dari 18 mmHg atau lebih dari 35
mmHg maka pasien akan di eksklusi dari penelitian ini.
3. Subyek penelitian akan diperiksa dengan lampu celah dan pewarnaan
fluorescein untuk evaluasi bola mata.
4. Subyek penelitian selanjutnya akan dirandomisasi menjadi kelompok A
atau kelompok B
5. Kelompok A akan diminta untuk menghentikan terapi timolol 0,5%
monoterapi dan diganti dengan pemberian terapi KT-TB dengan frekuensi
pemberian 2x/hari, yaitu pukul 06.00 pagi hari dan pukul 18.00 sore hari
(± 1 jam)
6. Kelompok B akan diminta untuk menghentikan terapi timolol 0,5%
monoterapi dan diganti dengan pemberian terapi KT-TL dengan frekuensi
pemberian 1x/hari pada pukul 20.00 malam hari ( ± 1 jam)
Evaluasi Minggu Ke-dua Setelah Intervensi
Kedua kelompok akan di evaluasi ulang pada minggu ke-dua (± 1 hari) setelah
mendapat terapi intervensi. Evaluasi di minggu ke-dua ini bertujuan untuk menilai
tanda-tanda efek samping okular pada pemberian obat intervensi. Evaluasi yang
dilakukan mencakup:
1. Evaluasi keluhan subyektif pasien dengan memberikan kuesioner efek
samping obat.
2. Pemeriksaan tajam penglihatan tanpa koreksi (TPTK) menggunakan
Snellen chart untuk pasien yang dapat membaca atau dengan
menggunakan illiterate E chart untuk pasien yang tidak dapat membaca.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam LogMar.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
27
3. Pemeriksaan TIO sewaktu dengan tonometer aplanasi Goldmann yang
dilakukan oleh evaluator yang tersamar.
4. Pemeriksaan dengan lampu celah dan pewarnaan fluorescein untuk
evaluasi efek samping okular akibat pemberian obat, seperti hiperemi
konjungtiva, keratitis pungtata, dry eye, epiteliopati, uveitis dan
sebagainya.
Evaluasi Minggu Ke-empat Setelah Intervensi
Kedua kelompok akan di evaluasi ulang pada minggu ke-empat (± 1 hari) setelah
mendapat terapi intervensi. Pemeriksaan yang dilakukan pada minggu ke-empat
bertujuan untuk menilai efektivitas dan menilai efek samping okular pada
pemberian obat intervensi. Evaluasi yang dilakukan mencakup:
1. Evaluasi keluhan subyektif pasien dengan memberikan kuesioner efek
samping obat.
2. Pemeriksaan tajam penglihatan tanpa koreksi (TPTK) menggunakan
Snellen chart untuk pasien yang dapat membaca atau dengan
menggunakan illiterate E chart untuk pasien yang tidak dapat membaca.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam LogMar.
3. Pemeriksaan TIO dengan tonometer aplanasi Goldmann yang dilakukan
oleh evaluator yang tersamar. Pemeriksaan TIO dilakukan pada pukul
09.00 ± 2 jam, pukul 12.00 ± 2 jam dan pukul 15.00 ± 2 jam.
4. Pemeriksaan dengan lampu celah dan pewarnaan fluorescein untuk
evaluasi efek samping okular akibat pemberian obat, seperti hiperemi
konjungtiva, keratitis pungtata, dry eye, epiteliopati, uveitis dan
sebagainya.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
28
3.8 Bagan Alur Penelitian
Pasien GPSTa di Divisi Glaukoma RSCM Kirana
Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Informed consent
kcconsetcconsent
Washout dengan monoterapiSubyek
Timolol
0,5% 2x/hari (pukul 06.00 pagi
penelitian
hari dan pukul 18.00 sore hari ± 1 jam) selama 2-4 minggu (± 1 hari)
Subyek penelitian
Subyek penelitian
Evaluasi kondisi awal (baseline):
1. Pemeriksaan TPTK
2. Pemeriksaan TIO pukul 09.00, 12.00, dan pukul 15.00 (± 2 jam)
3. Pemeriksaan lampu celah dan pewarnaan fluorescein
Rerata TIO < 18
mmHg
Eksklusi
18 mmHg ≤ Rerata
TIO ≤ 35 mmHg
Rerata TIO > 35
mmHg
Eksklusi
Randomisasi
Kelompok A
Kelompok B
1.
2.
3.
4.
Evaluasi minggu ke-dua (± 1 hari) setelah intervensi
Memberikan kuesioner efek samping obat
Pemeriksaan TPTK
Pemeriksaan TIO sewaktu
Pemeriksaan lampu celah dan pewarnaan fluorescein
1.
2.
3.
4.
Evaluasi minggu ke-empat (± 1 hari) setelah intervensi
Memberikan kuesioner efek samping obat
Pemeriksaan TPTK
Pemeriksaan TIO pukul 09.00, 12.00, dan pukul 15.00 (± 2 jam)
Pemeriksaan lampu celah dan pewarnaan fluorescein
Analisis data
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
29
3.9
Identifikasi Variabel
3.9.1 Variabel Bebas
Pemakaian obat KT-TB dua kali sehari dan pemakaian obat KT-TL satu kali
sehari merupakan variabel bebas dalam penelitian ini.
3.9.2 Variabel Tergantung
Hasil pengukuran TIO pada pasien setelah penggunaan obat intervensi merupakan
variabel tergantung dalam penelitian ini. Yang menjadi keluaran primer dalam
penelitian ini adalah hasil perubahan TIO setelah 4 minggu menggunakan obat
KT-TL dan KT-TB. Keluaran sekunder dalam penelitian ini adalah perbedaan
fluktuasi TIO, perbedaan rerata TIO dan efek samping dari penggunaan obat KTTL dan KT-TB.
3.10 Analisis Data
Data hasil penelitian akan dicatat dan dimasukkan ke dalam satu tabel induk,
kemudian akan diolah dengan program SPSS versi 16.0. Data yang diolah akan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Perubahan TIO, perbandingan rerata TIO
dan perubahan fluktuasi TIO antara kedua kelompok akan dianalisis dengan
menggunakan uji-t tidak berpasangan jika distribusi data normal, sedangkan jika
distribusi data tidak normal maka akan digunakan uji Mean-Whitney. Batas
kemaknaan yang dipakai adalah p = 0,05. Efek samping yang didapat dari kedua
kelompok
3.11
1.
akan
dinilai
dalam
bentuk
persentase
(proporsi).
Definisi Operasional
Glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) merupakan glaukoma yang terjadi
pada pasien dengan gambaran sudut bilik mata depan yang terbuka pada
pemeriksaan gonioskopi dengan TIO ≥ 21 mmHg.
2.
Usia pasien adalah usia yang dihitung dari pasien lahir hingga saat
dilakukannya pemeriksaan awal penelitian. Usia dinyatakan dalam tahun.
Kelebihan usia dalam tahun berjalan sejumlah 1-6 bulan akan dibulatkan ke
bawah, dan kelebihan 7-11 bulan akan dibulatkan ke atas.
3.
Jenis kelamin sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medis, dibagi
menjadi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
30
4.
Tekanan intra-okular (TIO) adalah nilai rerata dari tiga kali pengukuran
tekanan bola mata. Pengukuran tekanan bola mata dilakukan dengan
menggunakan tonometer aplanasi Goldmann dan dinyatakan dalam mmHg.
5.
Rerata tekanan intra-okular awal (baseline) adalah rerata tekanan bola mata
setelah pasien mendapat monoterapi Timolol 0,5% selama 2-4 minggu.
6.
Rerata tekanan intra-okular akhir adalah rerata tekanan bola mata minggu
ke-empat setelah penggunaan obat tetes mata kombinasi tetap Brinzolamide
1%-Timolol 0,5% dua kali sehari atau Latanoprost 0,005%-Timolol 0,5%
(preservative free) satu kali sehari.
7.
Perubahan tekanan intra-okular adalah perbedaan rerata TIO minggu keempat dibandingkan dengan rerata TIO awal. Tekanan intra-okular
dikatakan naik bila nilai TIO naik lebih dari 1 mmHg dari TIO awal.
Tekanan intra-okular dikatakan turun bila TIO turun lebih dari 1 mmHg dari
TIO awal. Tekanan intra-okular dikatakan menetap jika berada dalam
rentang 1 mmmHg dari TIO awal.32,33
8.
Tekanan intra-okular variasi diurnal adalah tekanan bola mata pasien yang
diukur pada pukul 09.00 (± 2 jam), pukul 12.00 (± 2 jam) dan pukul 15.00
(± 2 jam)
9.
Tekanan intra-okular maksimum adalah tekanan bola mata tertinggi yang
diperoleh selama pengukuran TIO variasi diurnal
10.
Tekanan intra-okular minimum adalah tekanan bola mata terendah yang
diperoleh selama pengukuran TIO variasi diurnal
11.
Rentang fluktuasi tekanan intra-okular adalah perbedaan tekanan bola mata
tertinggi dengan tekanan bola mata terendah selama pengukuran TIO variasi
diurnal.
12.
Efektivitas obat dinilai dengan mengukur perubahan TIO dan mengukur
rentang fluktuasi TIO.
13.
Obat dikatakan efektif jika terjadi penurunan TIO ≥ 15 % atau TIO dibawah
18 mmHg dan rentang variasi diurnal < 3 mmHg.
14.
Efek samping subyektif pasien adalah semua keluhan subyektif lokal yang
dirasakan pada mata pasien setelah menggunakan obat tetes mata kombinasi
tetap Timolol 0,5%- Brinzolamide 1% atau Timolol 0,5%-Latanoprost
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
31
0,005% (preservative free). Hal ini diperoleh dari pengisian kuesioner pada
minggu ke-dua dan minggu ke-empat setelah penggunaan obat intervensi.
15.
Efek samping okular adalah semua temuan kelainan pada mata pasien
setelah menggunakan obat tetes mata kombinasi tetap Timolol 0,5%Brinzolamide 1% atau kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
(preservative free). Hal ini diperoleh dari pemeriksaan lampu celah dan
pewarnaan fluorescein yang dilakukan pada minggu ke-dua dan minggu keempat setelah penggunaan obat intervensi.
16.
Kerusakan permukaan okular adalah kelainan yang terjadi di epitel kornea,
seperti epiteliopati dan erosi kornea. Hal ini diperoleh dari pemeriksaan
lampu celah dan pewarnaan fluorescein.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
BAB IV
HASIL
4.1 Pengambilan Data
Penelitian ini telah dilakukan di poliklinik mata divisi Glaukoma Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kirana sejak bulan Juni 2014 sampai Oktober
2014. Selama rentang waktu tersebut didapatkan sebanyak 42 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Terdapat dua pasien yang tidak
datang sesuai dengan jadwal kontrol pada kelompok kombinasi tetap Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free. Analisis data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah intention to treat, sehingga data pasien tetap di analisis
meskipun pasien tidak datang kontrol. (gambar 4.1)
Memenuhi kriteria sampel
n = 42 orang
Randomisasi
n = 42 orang
Timolol 0,5%-Latanoprost
0,005% presevative free
(n = 21 orang)
Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
(n = 21 orang)
Tidak kontrol
n = 2 orang
Analisis
n = 21 orang
Analisis
n = 21 orang
Gambar 4.1. Diagram alur subyek penelitian
32
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
33
4.2 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik klinis pasien pada penelitian ini telah terangkum pada tabel 4.1.
Pada tabel ini terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata
usia, jenis kelamin, dan riwayat pengobatan sebelumnya antara kelompok obat
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative-free (KT-TL)
dan kelompok obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamid 1% (KT-TB).
Kedua kelompok juga memiliki TIO baseline yang relatif setara tanpa ditemukan
perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0,05).
Tabel 4.1. Analisis Kesetaraan Karakteristik Dasar Kedua Kelompok
Timolol 0,5%Latanoprost 0,005%
(n = 21)
Usia (tahun)
[median (minimum-maximum)]
70 (50-79)
Jenis Kelamin [n,%]
Laki-laki
10 (23,8%)
Perempuan
11 (26,2%)
TIO dengan terapi sebelumnya
[mean±SD]
18,1±5,57
TIO awal (baseline) setelah
washout [mean±SD]
20,16 ± 1,81
Riwayat terapi sebelumnya
[n,%]
Tanpa terapi/monoterapi
10 (47,62%)
Lebih dari satu terapi
11 (52,38%)
TIO = Tekanan Intra-Okular, dinyatakan dalam mmHg
* Uji T-test tidak berpasangan
** Uji Mean Whitney
δ
Uji chi-square
Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
(n = 21)
Nilai p
0,61**
66 (40-79)
0,21δ
14 (33,3%)
7 (16,7%)
0,62*
18,78±4,13
0,84*
20,07 ± 1,51
0,35 δ
13 (61,90%)
8 (38,10%)
4.3 Perbandingan Efektifitas Obat
Pada penelitian ini, tidak semua subyek mengalami perbaikan (penurunan TIO).
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah subyek yang mengalami penurunan
TIO lebih banyak ditemukan pada kelompok KT-TL meskipun tidak ada
perbedaan statistik yang bermakna di antara kedua kelompok. (p=0,59).
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
34
Tabel 4.2. Sebaran Subyek Menurut Perubahan TIO antara Kelompok Kombinasi
Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
Perubahan
TIO
Timolol 0,5%Latanoprost 0,005%
n (%)
Minggu ke-4
Naik
0 (0%)
Tetap
2 (9,5%)
Turun
19 (90,5%)
* Uji Kolmogorov-Smirnov
Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
n (%)
Nilai p
0,59*
1 (4,8%)
7 (33,3%)
13 (61,9%)
Meskipun tidak semua subyek mengalami penurunan TIO, namun dapat dilihat
pada tabel 4.3 bahwa kelompok KT-TL memberikan efek penurunan TIO yang
lebih besar dibandingkan dengan kelompok KT-TB dengan perbedaan statistik
yang bermakna diantara keduanya (p = 0,006).
Tabel 4.3. Rerata dan Persentase Penurunan TIO pada Kelompok Obat Kombinasi
Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
Penurunan TIO
Persentase Penurunan TIO
Timolol 0,5%Latanoprost 0,005%
(n = 21)
5,41±3.20 mmHg
26,32 ± 14,45 %
Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
(n = 21)
2.58±3.05 mmHg
12.39 ± 14,64 %
Nilai p
0,006*
* Uji t-test tidak berpasangan
Pada tabel 4.4 juga terlihat bahwa pada pemeriksaan di minggu ke-empat setelah
intervensi kelompok KT-TL memiliki rerata TIO yang lebih rendah daripada
kelompok KT-TB dengan perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,002).
Meskipun demikian, kelompok KT-TL dan KT-TB sama-sama mengalami
penurunan TIO yang berbeda bermakna dibandingkan dengan kondisi baseline
saat hanya menggunakan terapi Timolol 0,5% (p<0,001 dan p = 0,001).
Tabel 4.4. Rerata TIO ± SD pada Kelompok Obat Kombinasi Tetap Timolol 0,5%Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
Waktu Kunjungan
Timolol 0,5%Timolol 0,5%Nilai p
Latanoprost 0,005%
Brinzolamid 1%
(n = 21 )
(n = 21 )
TIO awal (baseline)
20,16 ± 1,81
20,06 ± 1,51
0,84*
TIO Minggu ke-empat
14,76 ± 2,71
17,48 ± 2,62
0,002*
Nilai p
< 0,001**
0,001**
Satuan dalam mmHg ; * Uji T-test tidak berpasangan ** Uji T-test berpasangan
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
35
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perbedaan TIO antara kedua kelompok
terlihat dengan jelas mulai dari minggu ke-dua dan minggu ke-empat setelah
intervensi.
(n =21)
(n =21)
Gambar 4.2. Kurva Perbandingan Rerata TIO Kelompok Kombinasi Tetap Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% presevative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
Pada tabel 4.5 dapat dilihat perbandingan rerata TIO berdasarkan jumlah terapi
antiglaukoma yang digunakan sebelumnya. Terdapat perbedaan rerata TIO yang
bermakna secara statistik antara kelompok KT-TL dengan kelompok KT-TB pada
subyek yang sebelumnya tidak mendapat terapi/monoterapi (p = 0,02), sementara
pada subyek yang sebelumnya sudah mendapatkan obat antiglaukoma kombinasi
tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik pada rerata TIO di
kedua kelompok terapi (p = 0,05).
Tabel 4.5. Perbandingan Rerata TIO ± SD (mmHg) Berdasarkan Jumlah Terapi
Antiglaukoma Sebelumnya.
Jumlah Terapi
TIO awal (baseline)
TIO minggu ke-empat
Tanpa terapi/monoterapi
Lebih dari satu terapi
Satuan dalam mmHg
*Uji t-test tidak berpasangan
Timolol 0,5%Latanoprost 0,005% (n)
20,16 ± 1,81 (n=21)
Timolol 0,5%Brinzolamid 1% (n)
20,06 ± 1,51 (n=21)
Nilai
p
0,84*
14,5±2,23 (n=10)
15,00±3,17 (n=11)
17,23±2,60 (n=13)
17,89±2,78 (n=8)
0,02*
0,05*
Sebelum diberikan terapi intervensi, semua subyek memiliki rerata TIO > 18
mmHg. Setelah diberikan terapi intervensi selama empat minggu, dapat dilihat
pada gambar 4.3 bahwa jumlah pasien yang mencapai TIO target (TIO < 18
mmHg) lebih banyak ditemukan pada kelompok KT-TL.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
36
Gambar 4.3. Persentase Pasien yang Mencapai TIO Target (<18 mmHg) pada
Minggu ke-empat Pemberian Obat Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost
0,005% preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
4.4 Efek obat terhadap fluktuasi tekanan intra-okular
Pada gambar 4.4 dan 4.5 dapat dilihat bahwa obat KT-TL dan KT-TB mampu
menjaga TIO variasi diurnal pada pengukuran TIO di pukul 09.00, 12.00 dan
15.00. Tekanan intra-okular terendah didapatkan pada pengukuran pukul 09.00±2
jam dan TIO tertinggi didapatkan pada pengukuran pukul 15.00±2 jam, baik pada
kelompok KT-TL ataupun kelompok KT-TB.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
21
14,61
19,14
14,91
20,35
14,75
09.00
12.00
TIO awal
15.00
TIO minggu 4
(n =21)
(n =21)
Gambar 4.4. Tekanan Intra-Okular Variasi Diurnal Sebelum dan Setelah Mendapat
Obat Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
37
(n =21)
(n =21)
Gambar 4.5. Tekanan Intra-Okular Variasi Diurnal Sebelum dan Setelah Mendapat
Obat Kombinasi Tetap Timolol0,5%-Brinzolamid 1%.
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa persentase penurunan TIO terbesar didapatkan pada
pengukuran TIO di pukul 09.00±2 jam pada kedua kelompok. Persentase
penurunan TIO cenderung lebih besar pada kelompok KT-TL, yaitu sebesar
22,1%-30,43%, dibandingkan dengan kelompok KT-TB, yaitu sebesar 10,17%17,45%.
Tabel 4.6 Persentase Penurunan TIO pada Pasien yang Mendapat Obat Kombinasi
Tetap Timolol0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
Waktu
Kunjungan
Minggu ke-empat
09.00
12.00
15.00
Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
(n = 21)
Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
(n = 21)
30,43%
27,52%
22,10%
17,45%
10,17%
10,63%
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara
statistik pada rentang fluktuasi TIO di kedua kelompok terapi, baik di kunjungan
awal ataupun pada minggu ke-empat setelah mendapatkan terapi (p> 0,05). Kedua
kelompok sama-sama memiliki rentang fluktuasi TIO < 3 mmHg.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
38
Tabel 4.7. Rerata Rentang Fluktuasi TIO pada Kelompok Kombinasi Tetap Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
Waktu Kunjungan
Timolol 0,5%-Latanoprost
0,005% (n=21 )
Kunjungan Awal
2,74 ± 1,45 mmHg
Minggu ke-empat
2,67 ± 1,83 mmHg
* Uji T-test tidak berpasangan
Timolol 0,5%Brinzolamid 1% (n=21 )
2.50 ± 1.50 mmHg
2,84 ± 2,09 mmHg
Nilai p
0,56*
0,78*
4.5 Efek samping obat
Efek samping okular tersering yang terjadi pada penelitian ini adalah hiperemi
konjungtiva yang dialami oleh 6 subyek di kelompok KT-TL dan 1 subyek di
kelompok KT-TB. Efek samping lainnya adalah uveitis yang dilaporkan pada 1
pasien setelah 4 minggu penggunaan obat KT-TL (Tabel 4.8)
Tabel 4.8 Efek Samping Okular Obat Kombinasi Tetap Timolol0,5%-Latanoprost
0,005% preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
Efek Samping
Okular
-hiperemi konjungtiva
-uveitis anterior
-keratitis
-kerusakan permukaan okular
-dry eye
-lain-lain
Timolol 0,5%Latanoprost 0,005%
n
%
6
28,57
1
4,76
0
0
0
0
0
0
0
0
Timolol 0,5%Brinzolamid 1%
N
%
1
4,76
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Persentase efek samping subyektif yang dialami oleh pasien dapat dilihat pada
gambar 4.6. Efek samping subyektif terbanyak yang dirasakan oleh pasien di
kelompok KT-TL adalah mata gatal, sementara efek samping subyektif tersering di
kelompok KT-TB adalah mata terasa perih.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
39
Gambar 4.6. Grafik Persentase Efek Samping Subyektif pada Kelompok Obat
Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free dan Timolol
0,5%-Brinzolamid 1%
Kedua kelompok terapi memiliki persentase efek samping subyektif yang sama
besar. Namun demikian, subyek penelitian di kelompok KT-TB lebih banyak yang
mengalami efek samping subyektif campuran yang terdiri dari beberapa keluhan.
Perbandingan hal ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar 4.7.
Gambar 4.7. Perbandingan Persentase Kuantitas Efek Samping Subyektif Pasien
yang Mendapat Obat Kombinasi Tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free dan Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
BAB V
DISKUSI
Glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) merupakan suatu penyakit kronik
progresif yang dapat menimbulkan kebutaan unilateral sebesar 27% dan kebutaan
bilateral sebesar 9% dalam 20 tahun setelah diagnosis ditegakkan.3 The Barbados
Eye Study melaporkan bahwa usia, jenis kelamin laki-laki, tingginya tekanan bola
mata dan riwayat keluarga dengan glaukoma merupakan faktor risiko terjadinya
GPSTa.34 Faktor risiko yang paling berperan pada progresifitas penyakit GPSTa
adalah peningkatan tekanan intra-okular (TIO). Pada sebagian besar kasus GPSTa
ditemukan TIO yang berada diatas rentang normal, yaitu antara 22-40 mmHg. The
Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS) menyatakan bahwa progresifitas
kerusakan lapang pandangan dapat dihambat dengan menurunkan TIO hingga
selalu dibawah 18 mmHg.3 Pada penelitian ini, tekanan intra okular awal
(baseline) kelompok obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free (KT-TL) dan kelompok obat kombinasi tetap Timolol 0,5%Brinzolamid 1% (KT-TB) berturut-turut adalah sebesar 20,16±1,81 mmHg dan
20,07±1,51 mmHg. Hasil ini diperoleh setelah pasien mendapatkan monoterapi
dengan Timolol 0,5% selama 2-4 minggu. Untuk mendapatkan penurunan TIO
yang lebih besar dan mencapai TIO target dibawah 18 mmHg, maka diperlukan
terapi tambahan. Terapi tambahan yang diberikan pada penelitian ini adalah dalam
bentuk obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free
dan obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%. Sampai saat ini sudah
terdapat sejumlah penelitian yang melaporkan bahwa kedua jenis obat tersebut
mampu memberikan tambahan penurunan TIO (efek adisi) jika diberikan terhadap
pasien yang telah mendapatkan Timolol 0,5% monoterapi, namun belum pernah
ada yang membandingkan efektivitas di antara kedua jenis obat ini secara
langsung.
Pada penelitian ini, tidak semua subyek penelitian mengalami penurunan TIO
dengan pemberian terapi intervensi, baik di kelompok KT-TL ataupun di
kelompok KT-TB. Sebanyak 32 subyek mengalami penurunan TIO dan 1 subyek
40
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
41
mengalami peningkatan TIO. Tekanan intra-okular dikatakan turun jika terdapat
penurunan TIO ≥ 1 mmHg dari TIO awal, karena The Early Manifest Glaucoma
Trial Group melaporkan bahwa setiap penurunan TIO sebesar 1 mmHg mampu
menurunkan risiko progresifitas sebesar 10%.32 Sementara tekanan intra-okular
dikatakan naik jika terdapat peningkatan TIO ≥ 1 mmHg dari TIO awal, karena
berdasarkan penelitian dari The Canadian Glaucoma Study Group didapatkan
bahwa setiap peningkatan rerata TIO sebesar 1 mmHg akan meningkatkan risiko
progresifitas sebesar 19%.33 Terdapat 9 subyek dengan TIO yang menetap (TIO
awal ± 1 mmHg), terdiri dari 2 subyek (9,5%) dari kelompok obat KT-TL dan 7
subyek (33,3%) dari kelompok obat KT-TB.
Dilaporkan bahwa TIO yang menetap pada pemberian obat antiglaukoma dapat
terjadi karena terdapat beberapa hal di dalam tubuh yang mempengaruhi aktivitas
obat antiglaukoma, salah satunya adalah faktor genetik yang menjadikan populasi
tertentu responder terhadap satu obat (terjadi penurunan TIO lebih dari 15% pada
puncak kerja) dan nonresponders terhadap obat lain (penurunan TIO tidak
mencapai 10%).35 Selain itu, dilaporkan pula bahwa kornea yang lebih tebal dapat
menghambat aktivitas dari obat antiglaukoma.1 Pada penelitian ini, jumlah subyek
yang memiliki TIO menetap pada kelompok KT-TB lebih tinggi daripada
kelompok KT-TL, walaupun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna diantara
keduanya. Hal ini mungkin terjadi karena lebih banyak subyek yang bersifat nonresponder terhadap kandungan Brinzolamid 1%, karena subyek memiliki lapisan
kornea yang lebih tebal ataupun karena kurangnya kepatuhan subyek untuk
menggunakan obat secara teratur. Namun, penilaian tebal kornea (pachymetry)
dan kepatuhan (compliance) subyek tidak dilakukan pada penelitian ini.
Dilaporkan bahwa memang tidak semua pasien akan berespon baik terhadap
pemberian obat anti-glaukoma. Sebanyak 25% pasien akan memperlihatkan TIO
yang tidak menurun atau hanya sedikit menurun dengan pemberian Latanoprost.
Hal serupa juga dapat ditemukan pada pasien yang mendapatkan obat
antiglaukoma lainnya, termasuk Brinzolamid.1
Selain ditemukan beberapa subyek dengan TIO yang menetap, pada penelitian ini
juga ditemukan satu subyek yang mengalami peningkatan TIO sebanyak 2,67
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
42
mmHg (14,1% dari TIO awal) pada kelompok obat KT-TB. Hal ini terjadi pada
subyek dengan jenis kelamin wanita, usia 64 tahun, dengan sebelumnya subyek
memiliki TIO terkontrol (12 mmHg) menggunakan obat KT-TL. Setelah
dilakukan washout selama 4 minggu, subyek mengalami peningkatan TIO
menjadi 18,97 mmHg. Setelah diberikan obat KT-TB selama empat minggu TIO
subyek semakin meningkat menjadi 21,63 mmHg. Hal ini mungkin terjadi akibat
adanya efek samping dari Brinzolamid 1% berupa efusi koroid karena ditemukan
bilik mata depan pasien yang lebih dangkal di minggu ke-4 (Van Herick 3)
dibandingkan dengan bilik mata depan di awal pertemuan (Van Herick 4) yang
disertai dengan peningkatan TIO. De Rojas dkk36 melaporkan bahwa pemberian
obat golongan penghambat karbonat anhidrase, yaitu acetazolamid, dapat
menimbulkan terjadinya efusi koroid yang disertai dengan peningkatan tekanan
bola mata karena kandungan sulfonamid di dalamnya, meskipun angka
kejadiannya cukup jarang.36 Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan USG
untuk melihat adanya penebalan koroid yang difus disertai efusi koroid yang
menyebabkan terjadinya rotasi badan siliar ke anterior dan menghambat aliran
keluar cairan akuos melalui anyaman trabekulum. Mekanisme pasti terjadinya
penebalan badan siliar pada pemberian obat sulfonamid masih belum diketahui,
meskipun beberapa penulis mengemukakan adanya reaksi alergi
melatarbelakangi hal ini.
36
yang
Efek samping ini dapat diatasi dengan menghentikan
pemberian obat yang mengandung penghambat karbonat anhidrase dan
menggantinya dengan antiglaukoma golongan lainnya.36,37 Pada pasien dalam
penelitian ini, penghentian obat KT-TB dan menggantinya dengan obat KT-TL
berhasil menurunkan kembali TIO-nya dalam 1 bulan.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa obat KT-TL memiliki kemampuan untuk
memberikan tambahan penurunan TIO yang lebih besar daripada obat KT-TB.
Setelah 4 minggu terapi, kelompok KT-TL mengalami rerata penurunan TIO
sebesar 5,41±3.2 mmHg (26,32±14,45%) dari TIO awal saat subyek hanya
menggunakan Timolol 0,5% monoterapi, sementara kelompok KT-TB mengalami
rerata penurunan TIO yang lebih rendah, yaitu 2.58±3.05 mmHg (12.39±14,6%).
Perbedaan penurunan TIO diantara kedua kelompok ini memiliki nilai p= 0,01
(p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
43
Hasil penurunan TIO yang didapatkan pada penelitian ini untuk kelompok obat
KT-TL lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian
oleh Stewart dkk38 dilaporkan bahwa pemberian obat kombinasi tetap Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% dapat memberikan tambahan penurunan TIO sebesar 3
mmHg dari TIO awal saat menggunakan Timolol 0,5% monoterapi. Sementara
Webers dkk10 dan Pfiefer dkk39 melaporkan adanya tambahan penurunan TIO
berturut-turut sebesar 2,8 mmHg (sekitar 13,1%) dan 15,7% pada pemberian obat
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%. Pada penelitian ini,
penurunan TIO yang didapatkan pada pemberian KT-TL adalah sebesar 5,41±3.2
mmHg (26,32±14,45%). Hasil ini serupa jika dibandingkan dengan penelitian lain
yang menilai efek tambahan penurunan TIO pada pemberian Timolol 0,5%Latanoprost 0,005% dalam bentuk terpisah (unfixed combination), seperti pada
penelitian yang dilakukan Bucci and the Italian Latanoprost Study Group40 yang
melaporkan bahwa pemberian tambahan Latanoprost 0,005% dalam bentuk
kombinasi terpisah mampu memberikan tambahan penurunan TIO sebesar 28%
dari TIO awal saat hanya mendapatkan Timolol 0,5% monoterapi. Hasil
penurunan TIO yang lebih besar pada kelompok KT-TL di penelitian ini mungkin
terjadi karena penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan subyeknya berasal dari
ras kulit berpigmen, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada
subyek dengan ras kulit putih. Kitnarong dkk41 dalam penelitiannya melaporkan
bahwa pemberian Latanoprost 0,005% memberikan efek penurunan TIO yang
lebih besar pada kelompok kulit hitam dibandingkan dengan kelompok kulit
putih.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini untuk kelompok KT-TB serupa dengan
penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa obat KT-TB dapat memberikan
tambahan penurunan TIO sebesar 3,38 mmHg (sekitar 15,49%) pada penelitian
Wang dkk
13
dan sebesar 2,4-3,2 mmHg (sekitar 11,7%-15,3%) pada penelitian
jika Yoshikawa dkk42 . Nagayama dkk43 yang melakukan perbandingan terhadap
bentuk kombinasi tetap dan kombinasi terpisah dari Timolol 0,5%-Brinzolamid
1% melaporkan bahwa pemberian Brinzolamid 1% dalam bentuk terpisah
terhadap Timolol 0,5% mampu memberikan tambahan penurunan TIO yang
serupa dengan pemberian Timolol 0,5%-Brinzolamid 1% bentuk kombinasi tetap,
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
44
yaitu sebesar 2,7 mmHg- 3,3 mmHg dan 2,5 mmHg - 3,4 mmHg dibandingkan
dengan TIO awal saat hanya menggunakan Timolol 0,5% monoterapi.43
Kemampuan obat KT-TL dalam memberikan penurunan TIO yang lebih besar
dapat disebabkan karena obat ini memiliki kandungan Latanoprost, yang
merupakan obat golongan analog prostaglandin yang bekerja secara primer
dengan meningkatkan aliran keluar cairan akuos, dan Timolol yang merupakan
obat golongan beta bloker yang bekerja dengan menurunkan produksi cairan
akuos. Kombinasi dari kedua golongan obat ini mampu memberikan efek adisi
dalam menurunkan TIO sehingga memberikan penurunan TIO yang lebih besar.44
Selain itu dilaporkan pula bahwa Lanoprost 0,001% memang memiliki
kemampuan untuk menurunkan TIO sebesar 25%-32% dari baseline.3 Sementara
pada obat KT-TB, kedua jenis obat di dalamnya bekerja untuk menurunkan TIO
dengan menurunkan produksi cairan akuos, sehingga pemberian tambahan obat
Brinzolamid 1% pada pasien yang telah mendapatkan Timolol 0,5% sebelumnya
hanya bersifat partially additive dan dilaporkan pula bahwa Brinzolamid 1%
memang memiliki kemampuan untuk menurunkan TIO yang lebih rendah dari
Latanoprost, yaitu sebesar 15-20%.1,3
Perbedaan rerata TIO diantara kedua kelompok ini terlihat bermakna baik pada
pemeriksaan di minggu ke-dua ataupun di minggu ke-empat. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian obat KT-TL ataupun KT-TB sudah
mampu memberikan tambahan penurunan TIO yang bermakna sejak di minggu
ke-dua terapi, meskipun dikatakan bahwa Latanoprost 0,005% baru dapat
mencapai kemampuan maksimalnya untuk menurunkan TIO setelah 6 minggu
terapi, sementara obat KT-TB sudah dapat memberikan penurunan TIO yang
signifikan setelah 4-6 minggu.3,43
Pada penelitian ini, terdapat perbedaan rerata TIO yang bermakna secara statistik
antara kelompok KT-TL dengan kelompok KT-TB pada subyek yang sebelumnya
tidak mendapat terapi/monoterapi (p=0,02), sementara pada subyek yang
sebelumnya sudah mendapatkan obat antiglaukoma kombinasi tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna secara statistik diantara kedua kelompok (p=0,05). Hal
ini mungkin disebabkan karena sudah adanya kerusakan pada fungsi trabekulum
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
45
dari subyek yang sebelumnya sudah lama mendapatkan obat antiglaukoma
kombinasi,
sehingga
pemberian
terapi
intervensi
yang
berbeda
tidak
memperlihatkan perbedaan efektivitas yang bermakna. Pada pasien yang
mendapatkan terapi kombinasi sebelumnya, pasien sudah mengalami paparan
yang lebih banyak terhadap kandungan benzalkonium klorida (BAK) yang ada di
obat antiglaukoma sebelumnya. Louati Y dkk45 melaporkan bahwa pemberian
obat tetes yang mengandung BAK dengan konsentrasi 0,0001% sudah mempu
menimbulkan reaksi toksis secara langsung di anyaman trabekulum dengan
menimbulkan kematian sel di anyaman trabekulum, sehingga memicu penurunan
fungsi trabekulum pada penggunaan jangka panjang.
Pada pemeriksaan awal (baseline), tidak ada pasien yang memiliki TIO < 18
mmHg. Namun demikian, setelah 4 minggu mendapatkan terapi intervensi
terdapat 80,95% subyek dari kelompok KT-TL dan 47,61% subyek dari kelompok
KT-TB yang memiliki TIO < 18mmHg. Dengan lebih rendahnya kemampuan
obat KT-TB dalam menurunkan TIO dibandingkan dengan obat KT-TL maka
jumlah subyek yang dapat mencapai TIO target di kelompok KT-TB juga menjadi
lebih rendah. The Advanced Glaucoma Intervention Study telah menyebutkan
sebelumnya bahwa dengan mempertahankan TIO < 18 mmHg pada setiap
kunjungan dapat menurunkan progresifitas kerusakan lapang pandang selama
evaluasi 6 tahun. 3,18
The Collaborative Initial Glaucoma Treatments Study (CIGTS) dan the Advaced
Glaucoma Intervention Study (AGIS) melaporkan juga bahwa fluktuasi TIO
sepanjang hari merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam
menentukan progresifitas penyakit glaukoma.46,47 Pada orang normal terdapat
variasi diurnal dan nokturnal TIO berupa TIO yang meningkat di malam hari
hingga pagi hari, dan kemudian TIO mulai menurun pada sore hingga malam
hari.48 Pada suatu studi meta-analisis dilaporkan bahwa obat golongan
prostaglandin analog mampu menurunkan IOP lebih tinggi dalam siklus 24 jam
dibandingkan obat dari golongan beta bloker dan penghambat karbonat anhidrase
topikal, namun hal ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut melalui beberapa
penelitian lainnya.49 He M dkk50 melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
46
reduksi TIO selama pengukuran variasi diurnal antara obat latanoprost dan obat
kombinasi tetap dorzolamid/timolol. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
ini yaitu didapatkan gambaran variasi diurnal yang cenderung konsisten di
beberapa waktu pengukuran, dengan rentang fluktuasi sebesar 2,67 mmHg pada
kelompok KT-TL dan sebesar 2,84 mmHg pada kelompok KT-TB. Besarnya
rentang fluktuasi TIO ini masih merupakan kisaran normal pada penderita
glaukoma yang telah mendapat terapi. Meskipun kelompok KT-TL mampu
mempertahankan rentang fluktuasi TIO yang lebih kecil, namun tidak terdapat
perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok (p=0,78). The Collaborative
Initial Glaucoma Treatment Study46 menyatakan bahwa rentang fluktuasi TIO
yang berada dibawah rerata 3-4 mmHg tidak memiliki pengaruh terhadap
kerusakan lapang pandangan. Rentang fluktuasi TIO yang lebih tinggi dari 3-4
mmHg dilaporkan berperanan penting terhadap progresifitas lapang pandangan.46
Pada pemeriksaan variasi diurnal TIO yang dilakukan pada pukul 09.00±2 jam,
pukul 12.00±2 jam dan pukul 15.00±2 jam diketahui bahwa TIO terendah
didapatkan pada pengukuran pukul 09.00±2 jam. Hal ini sesuai dengan puncak
masa kerja Latanoprost 10-14 jam setelah penetesan, dan puncak masa kerja
Brinzolamid dan Timolol yaitu 2-3 jam setelah penetesan.42 Pada penelitian ini,
subyek dari kelompok KT-TL diminta untuk meneteskan obatnya satu kali sehari
di pukul 08.00 malam, sementara subyek dari kelompok KT-TB diminta untuk
meneteskan obatnya dua kali sehari di pukul 06.00 pagi dan 06.00 malam,
sehingga di dapatkan persentase penurunan TIO terbesar di pukul 09.00±2 jam,
yaitu sebesar 30,43% pada kelompok KT-TL dan sebesar 17,45% pada kelompok
KT-TB. Hal ini tampak jauh berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian oleh
Shim SH51 yang menyatakan bahwa pemberian obat kombinasi tetap TimololLatanoprost memberikan penurunan TIO terbesar sebanyak 17,8% saat 10 jam
setelah penetesan obat. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena penelitian oleh
Shim SH menggunakan subyek orang normal tanpa glaukoma, tidak seperti pada
penelitian ini. Sementara penelitian oleh Yoshikawa42 menunjukkan hasil yang
hampir serupa dengan penelitian ini yaitu obat KT-TB memberikan tambahan
penurunan TIO terbesar pada pemeriksaan 2 jam setelah penetesan obat (pukul
11.00) sebesar 14,4%-15,3%.42
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
47
Pemberian obat KT-TL dan KT-TB dapat ditoleransi dengan baik oleh kedua
kelompok. Tidak ada satupun pasien yang mengundurkan diri karena efek
samping dari obat. Efek samping yang dilaporkan rata-rata ringan. Pada
pemeriksaan okular efek samping terbanyak yang dialami adalah hiperemi
konjungtiva, yang ditemukan pada 6 subyek kelompok KT-TL dan 1 subyek
kelompok KT-TB. Hiperemi konjungtiva memang merupakan efek samping yang
paling sering ditemukan pada pasien yang mendapat Latanoprost.1,12 Meskipun
demikian, adanya hiperemi konjungtiva ini bukanlah indikasi untuk tidak
melanjutkan terapi. Dilaporkan bahwa hiperemi konjungtiva ini akan berkurang
secara perlahan setelah pemakaian obat selama beberapa minggu.1 Disamping
hiperemi konjungtiva, ditemukan pula efek samping berupa uveitis anterior pada 1
subyek setelah 4 minggu pemberian Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%. Uveitis
anterior pada pemberian obat dengan kandungan prostaglandin analog di
dalamnya dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa riwayat uveitis anterior
sebelumnya. Uveitis anterior merupakan efek samping yang jarang terjadi pada
pemakaian terapi Latanoprost 0,005%. Dilaporkan bahwa angka kejadiannya
hanya sekitar 5-6%. Pada rata-rata pasien yang mendapat obat Latanoprost, tidak
ditemukan adanya perubahan dari aqueous-blood barrier. Namun demikian
pernah dilaporkan bahwa pada pasien dengan pseudofakia, seperti pada pasien
dalam penelitian ini, pemberian obat golongan analog prostaglandin dapat
mengganggu aqueous-blood barrier dan menimbulkan reaksi radang di bilik mata
depan.1 Tidak ditemukannya efek samping okular lain seperti keratitis, kerusakan
permukaan okular ataupun dry eye pada penelitian ini mungkin disebabkan karena
lama evaluasi penelitian yang terlalu singkat.
Hampir semua efek samping subyektif berupa mata merah, perih, buram, gatal,
mengganjal dan lengket dirasakan oleh subyek penelitian di kedua kelompok.
Namun demikian efek samping subyektif terbanyak yang dirasakan oleh pasien
kelompok KT-TL di penelitian ini adalah mata gatal, sementara efek samping
subyektif tersering di kelompok KT-TB adalah mata terasa perih. Keluhan
kelopak mata terasa tidak nyaman/gatal hanya dirasakan oleh subyek dari
kelompok KT-TB. Hal ini mungkin terkait dengan timbulnya dermatitis kontak
akibat alergi terhadap kandungan obat turunan sufonamid di dalam obat KT-TB.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
48
Dilaporkan bahwa pemberian topikal Brinzolamid 1% terkait dengan angka
kejadian reaksi alergi yang cukup besar, yaitu 10%. Pada penelitian ini, jumlah
subyek yang mengeluhkan efek samping subyektif sama besar pada kedua
kelompok. Namun demikian, kelompok KT-TB cenderung memiliki efek samping
subyektif yang bersifat campuran (lebih dari satu keluhan). Hal ini mungkin
terjadi akibat adanya ocular surface disorder yang terjadi pada kelompok KT-TB
karena adanya kandungan Benzalkonium chloride (BAK) di dalamnya. Terdapat
beberapa penelitian sebelumnya yang telah melaporkan adanya efek toksis dari
BAK pada permukaan bola mata.52 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Firat
PG dkk52 juga melaporkan bahwa pemberian KT-TB selama 4 minggu sudah
dapat menurunkan nilai tear break-up time (BUT) secara bermakna dibandingkan
dengan kondisi baseline (p=0,03). Karena itu, sebaiknya dihindari pemberian
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamid 1% pada pasien yang sudah memiliki
gejala severe dry eye sebelumnya, karena penggunaan jangka panjang obat ini
dikhawatirkan dapat memperberat keluhan subyektif pada pasien dry eye. Adanya
rasa tidak nyaman pada penggunaan obat anti glaukoma dapat menurunkan
kepatuhan pasien dalam berobat sehingga memperburuk risiko terjadinya
progresifitas penyakit glaukoma.
.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
1. Kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative free
mampu memberikan tambahan penurunan TIO yang lebih besar daripada
Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
2. Kedua obat mampu mempertahankan fluktuasi TIO diurnal dalam batas
kurang dari 3 mmHg.
3. Setelah evaluasi selama 4 minggu, rerata TIO kelompok Timolol 0,5%Latanoprost 0,005% preservative free lebih rendah daripada kelompok
Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%
4. Efek samping okular lebih banyak dialami oleh kelompok timolol 0,5%Latanoprost 0,005% (hiperemi konjungtiva dan uveitis anterior), namun
efek samping subyektif lebih banyak dialami oleh kelompok obat
kombinasi tetap Timolol 0,5%-Brinzolamid 1%.
6.2. Saran
1. Obat tetes kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005% preservative
free dapat dijadikan pilihan terapi bagi pasien yang tidak terkontrol dengan
monoterapi
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efektivitas
dan keamanan obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
preservative free dengan obat kombinasi tetap Timolol 0,5%-Latanoprost
0,005% yang menggunakan benzalkonium chloride (BAK)
49
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Becker-shaffer’s diagnosis and
therapy of the glaucomas. 8th edition. China: Elsevier; 2009. P 1-6, 23955.
2. Canadian ophthalmological society glaucoma clinical practice guideline
expert committee. Canadian ophthalmological society evidence-based
clinical practice guidelines for the management of glaucoma in the adult
eye Can J Ophthalmol. 2009;44: S7-93.
3. Cioffi GA, Durcan FJ, Girkin CA, Gross RL, Netland PA, Samples JR, et
al. Glaucoma. San Francisco: American Academy of Ophthalmology;
2009. P. 85-96
4. Resnikoff S, Pascolini D, Etya’ale D, Kocur I, Prarajasegaram R, Pokharel
GP, et al. Global data on visual impairment in the year 2002. Bulletin of
the world health organization. 2004; 82: 844-51.
5. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Gangguan penglihatan
masih menjadi masalah kesehatan. [Internet]. Kementerian Kesehatan
RI;[cited
29
Oktober
2013].
Available
from:
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=845
6. Faiqoh M, Artini W. Karakteristik pasien di divisi glaukoma poliklinik
mata RSCM tahun 2001-2010. Departemen Mata UI: Jakarta; 2011
7. Medeiros FA, Brandt J, Liu J, Sehi M, Weinreb RN, Susanna R. IOP as a
risk factor for glaucoma development and progression. In : Weinreb RN,
Brandt JD, Heath DG, Medeiros F, editors. Intraocular pressure, consensus
series 4. Amsterdam: Kugler Publications; 2007. P 59-74.
8. Khouri AS, Realini T, Fechtner RD. Fixed-combination drugs. In :
Netland PA. Editor. Glaucoma medical therapy, principles and
management. New york: Oxford university press; 2008. P 139-46.
9. Cox JA, Mollan SP, Brankart J, Robinson R. Efficacy of antiglaucoma
fixed combination therapy versus unfixed components in reducing
intraocular pressure: a systematic review. Br J Ophthalmol. 2008. 92(6):
729-34.
10. Webers CAB, Beckers HJM, Zeegers MP, Nuijts RMMA, Hendrikse F,
Schouten JSAG.
The intraocular pressure-lowering eefect of
prostaglandin analogs combined with topical b-blocker therapy, a
systematic review and meta-analysis. Ophthalmology. 2010; 117:2067-74.
11. Diestelhorst M, Larsson L. A 12-week, randomized, double-masked,
multicenter study of the fixed combination of latanoprost and timolol in
the evening versus the individual component. Ophthalmology. 2006; 113:
70-76
12. Higginbotham EJ, Diestelhorst M, Pfeiffer N, Rouland JF, Alm A. The
efficacy and safety of unfixed and fixed combination of latanoprost and
other antiglaucoma medications. Survey of ophthalmology. 2002; 47:
S133-140
13. Wang CY, Chen YY, Liu CJ. Assessing the safety and efficacy of
switching to brinzolamide/timolol fixed combination as a replacement
50
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
51
therapy in patients with uncontrolled intraocular pressure in taiwan.
Taiwan journal of ophthalmology. 2012;2:85-88
14. Kaback M, Scoper SV, Arzeno G, James JE, Hua SY, Salem C, et al.
Intraocular pressure-lowering efficacy of brinzolamide 1%/timolol 0,5%
fixed combination compared with brinzolamide 1% and timolol 0,5%.
Ophthalmology. 2008; 115: 1728-34.
15. Kanski JJ. Clinical ophthalmology a systematic approach. 6th edition.
China: Elsevier; 2007. P 371-439..
16. Bartlett JD, Fingeret M. Medical management of the glaucomas.In :
Bartlett JD, Jaanus SD, editors. Clinical ocular pharmacology, third
edition. United states of America: Butterworth-Heinemann; 1995. P 877902.
17. Dueker DK, Singh K, Lin SC, Fechtner RD, Minckler DS, Samples JR, et
al. Corneal thickness measurement in the management of primary open
angle glaucoma. Ophthalmology. 2007; 114: 1779-1787.
18. Goldberg I. Relationship between intraocular pressure and preservation of
visual field in glaucoma. Surv ophthalmol. 2009. 48: 53-7
19. McLaren NC, Moroi SE. Clinical implication of pharmagonetics for
glaucoma therapeutics. The pharmacogenomics journals. 2003; 3: 197-201
20. Tamm ER, Toris C, Crowston J, Sit A, Lim S, Lambrou G, Alm A. Basic
science of intraocular pressure. In : Weinreb RN, Brandt JD, Heath DG,
Medeiros F, editors. Intraocular pressure, consensus series 4. Amsterdam:
Kugler Publications; 2007.p 1-14
21. Novack GD. Ophthalmic beta-blockers since timolol. In : Mindel JS,
Mishima S, editors. Therapeutic review. Surv ophthalmol. 1987. 31: 30727
22. Silver LH, The brinzolamide primary therapy study group. Clinical
efficacy and safety of brinzolamide (Azopt), a new topical carbonic
anhydrase inhibitor for primary open angle glaucoma and ocular
hypertension. Am J Ophthalmol. 1998; 126: 400-408.
23. Alcon. Azopt® (brinzolamide ophthalmic suspension) 1% [internet].Alcon
laboratories, Inc; [diunduh 2013 Desember 29]. Diunduh dari :
www.fda.gov/ohrms/dockets/ac/07/briefing/2007-4325b_05_04_
brinzolamide%20Label.pdf.
24. Beckers HJM, Schouten JSAG, Webers CAB. Role of fixed-combination
brinzolamide 1%/timolol 0,5% in the treatment of elevated intraocular
pressure in open-angle glaucoma and ocular hypertension..Clin
ophthalmol. 2009; 3: 593-99.
25. March WF, Ochsner KI, the brinzolamide long term therapy study group.
The long term safety and efficacy of brinzolamide 1.0% (Azopt) in
patients with primary open-angle glaucoma or ocular hypertension. Am J
Ophthalmol. 2000; 129: 136-143
26. Pfizer. Xalatan® latanoprost ophthalmic solution [internet]. Pfizer
pharmacia & upjohn co; [Diunduh 2013 Desember 30]. Diunduh dari :
www.labelling .pfizer.com/showlabeling.aspx?id=613.
27. Lim KS, Nau CB, O’byrne MM, Hodge DO, Toris CB, McLaren JW.
Mechanism of action of bimatoprost, latanoprost, and travoprost in healthy
subjects: a crossover study. Ophthalmology. 2008; 115(5): 790-95e4
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
52
28. Nakajima M, Iwasaki N, Adachi M. Phase III safety and efficacy study of
long-term brinzolamide/timolol fixed combination in japanese patients
with open-angle glaucoma or ocular hypertension. Clinical
ophthalmology. 2014; 8: 149-56
29. Olander K, Zimmerman TJ, Downes N, Schoenfelder J. Switching from
latanoprost to fixed-combination latanoprost timolol: a 21 day, randomied,
double masked, active-control study in patients with glaucoma and ocular
hypertension. Clin Ther. 2004. 26(10): 1619-29
30. Manni G, Denis P, Chew P, Sharpe ED, Orengo NS, Coote MA, et al. The
safety and efficacy of brinzolamide 1%/timolol 0,5% fixed combination
versus dorzolamide 2%/timolol 0,5% in patients with open-angle
glaucoma or ocular hypertension. J Glaucoma. 2008;0:1-9
31. Stewart WC, Stewart JA, Day DG, Sharpe ED, Jerkins JN. Efficacy and
safety of the latanoprost/timolol maleate fixed combination vs concomitant
brimonidine and latanoprost therapy. Eye. 2004; 18: 990-5
32. Leske MC, Connel AM, Wu SY, Hyman LG, Schachat AP. Risk Factors
for open-angle glaucoma, The Barbados Eye Study. Arch Ophthalmology.
1995;113(7):918-24
33. Leske MC, Heijil A, Hussein M, Bengtsson, Hyman L, Komaroff E, et al.
Factors for glaucoma progression and the effect of treatment, the early
manifest glaucoma trial. Arch ophthalmol. 2003; 121: 48-56
34. Chauhan BC, Mikelberg FS, Balaszi G, LeBlanc RP, Lesk MR, The
Canadian Glaucoma Study Group. Risk factors for the progression of
open-angle glaucoma. Arch Ophthalmol. 2008; 126(8): 1030-1036.
35. Sachdev M, Yadava U, Bamrolia N. Pharmacokinetics of antiglaucoma
medications. Journal of Current Glaucoma Practice. 2011; 5(2): 21-26.
36. De Rojas V, Gonzalez-Lopez F, Baviera J. Acetazomaide-induced bilateral
choroidal effusion following insertion of a phakic implantable collamer
lens. Journal of refractive surgery. 2013. 29(8): 570-2.
37. Davani S, Delbosc B, Royer B, Kantelip JP. Choroidal detachment
induced by dorzolamide 20 years after catarct surgery. Br J Ophthalmol.
2002; 86: 1457-8.
38. Stewart WC, Stewart JA, Day D, et al. Efficacy and safety of timolol
maleate/latanoprost fixed combination versus timolol maleate and
brimonidine given twice daily. Acta ophthalmol Scand. 2003; 81: 242-46
39. Pfeiffer N, the GLFCSG: a comparison of the FC of L and T with its
indivitual components in patients with glaucoma or OHTN [abstract].
Invest Ophthalmol Vis Sci. 2000; 41: 754
40. Bucci MG. Intraocular pressure-lowering effects of latanoprost
monotherapy versus latanoprost of pilocarpine in combination with
timolol, a randomized, observer-masked multicenter study in patient with
open-angle glacoma. Italian Latanoprost Study Group. J Glaucoma. 1999;
8 :24-30.
41. Kitnarong N, Zhao Y, Netland PA, Kent AR. Efficacy of latanoprost and
timolol maleate in black and white patients. Advances in therapy. 2004;
21(4): 203-13.
42. Yoshikawa K, Kozaki J, Maeda H. Efficacy
and safety of
brinzolamide/timolol fixed combination comapred with timolol in
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
53
japanese patients with open-angle glaucoma or ocular hypertension.
Clinical ophthalmology. 2014; 8:389-99
43. Nagayama M, Nakajima T, Ono J. Safety and efficacy of a fixed versus
unfixed brinzolamide/timolol combination in Japanese patients with openangle glaucoma or ocular hypertension. Clinical ophthalmology. 2014;
8:219-228.
44. Schwenn O, Heckmann B, Guzy C, Miller PJ. Long-term effect of
latanoprost/timolol fixed combination in patients with glaucoma or ocular
hypertension: a prospective, observational, noninterventional study. BMC
Ophthalmology. 2010; 10(21):1-9
45. Louati Y, Shaarawy T. Controversy: is benzalkonium chloride necessary
in antiglaucoma drops?. Journal of current glaucoma practive. 2012; 6(3):
104-107.
46. Musch DC, Gillespie BW, Niziol LM, Lichter PR, Varma R. CIGTS Study
Group. Intraocular pressure control and long-term visual field loss in the
Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study. Ophthalmology.
2011;118:1766-73.
47. Caprioli J, Coleman AJ. Intraocular pressure fluctuation a risk factor for
visual field progression at low intraocular pressures in the advanced
glaucoma intervention study. Ophthalmology. 2008; 115: 1123-9.
48. Wax MB, Camras CB, Fiscella RG, Girkin C, Sigh K, Weinreb RN.
Emerging perspective in glaucoma: optimizing 24-hours control of
intraocular pressure. Am J Ophthalmol. 2002; 133:S1-10
49. Boland MV, Ervin AM, Friedman D, Jampel H, Hawkins B,
Volendweider D, et al. Treatment for glaucoma, comparative
effectiveness. Number 60. Maryland: Joh Hopkins University Evidencebased Practice Center; 2012. 1-68.
50. He M, Wang W, Huang W. Efficacy and tolerability of the fixed
combinations latanoprost/timolol versus dorzolamide/timolol in patients
with elevated intraocular pressure, a meta-analysis of randomized
controlled trials. PloS ONE. 2013; 8(12): 1-11
51. Shim SH, Kim JM, Choi CY, Kim CY. Diurnal intraocular pressure with
bimatoprost/timolol fixed combination versus latanoprost/timolol fixed
combination in healthy subjects. Korean J Ophthalmol. 2014;28(1): 39-48.
52. Firat PG, Samdanci E, Doganay S, Cavdar M, Sahin N, Gunduz A. Shortterm effect of topical brinzolamide-timolol fixed combination on ocular
surface of glaucoma patients. Int J Ophthalmol. 2012;5(6): 714-18.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
54
Lampiran 1.
Informed Consent Penelitian
Bapak/Ibu yang terhormat,
Saat ini telah diketahui bahwa Bapak/Ibu menderita suatu penyakit glaukoma.
Glaukoma merupakan suatu penyakit kerusakan pada saraf mata yang terutama
disebabkan karena adanya peningkatan tekanan bola mata. Penyakit ini dapat
menyebabkan terjadinya kebutaan yang menetap apabila tidak diobati. Tujuan dari
pemberian obat pada penderita glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan bola
mata hingga dibawah 18 mmHg pada setiap kunjungan pemeriksaan. Sekitar 40%
penderita glaukoma memerlukan penggunaan lebih dari satu jenis obat untuk
mendapatkan tekanan bola mata yang diharapkan. Saat ini sudah tersedia obat
antiglaukoma kombinasi tetap yang mengandung dua jenis obat dalam satu botol.
Obat kombinasi tetap ini diharapkan dapat mempermudah pasien dalam
penggunaan obat dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menurukan
tekanan bola mata.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingan kemampuan kerja dua macam obat
antiglaukoma kombinasi tetap dalam menurunkan tekanan bola mata. Obat yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah obat yang berisi kombinasi Timolol
0,5%-Brinzolamide 1% atau berisi kombinasi Timolol 0,5%-Latanoprost 0,005%
(tanpa bahan pengawet) di dalam satu botol. Untuk mendapatkan data awal yang
serupa, Kami akan meminta Bapak/Ibu untuk menghentikan obat-obatan tetes
mata yang saat ini sedang digunakan, dan menggantinya dengan tetes mata
Timolol 0,5% dua kali/hari (pukul 06.00 dan 18.00) selama dua/empat minggu.
Selanjutnya Bapak/Ibu akan kami berikan obat tetes mata kombinasi tetap yang
digunakan dalam penelitian ini untuk dipakai selama 1 bulan. Beberapa efek
samping yang dapat timbul adalah mata merah, gatal, terasa mengganjal, perih,
berair, mata terasa kering, sakit kepala, dan lain-lain. Namun dari penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya, tidak didapatkan efek samping yang serius pada
pemakaian obat ini. Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau keluhan lain,
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
55
Bapak/Ibu boleh datang untuk kontrol kapan saja untuk mendapatkan penanganan
yang sesuai.
Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Data
yang didapat akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian. Apabila bersedia, mohon Bapak/Ibu untuk dapat mengisi
surat persetujuan ikut penelitian dan bersedia kontrol sesuai dengan tanggal
kunjungan yang ditetapkan. Selama penelitian ini berlangsung pembiayaan untuk
kontrol, obat tetes yang digunakan, pemeriksaan di poliklinik dan pembiayaan
apabila terjadi komplikasi/efek samping yang tidak diinginkan akan ditanggung
oleh pihak peneliti. Bapak/Ibu berhak untuk mengajukan pertanyaan apabila
informasi yang diberikan terasa kurang jelas. Bapak/Ibu juga berhak untuk
membatalkan diri dari penelitian apabila dirasa ada sesuatu yang dianggap
merugikan selama penelitian berlangsung.
Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengikuti penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi dokter mata dalam memilih obat yang lebih
efektif dan memiliki efek samping lebih sedikit bagi pasien glaukoma yang
memerlukan terapi kombinasi obat antiglaukoma.
dr. Dissy Pramudita
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
RSCM Kirana, Jakarta
(085697245665)
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
56
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(FORMULIR INFORMED CONSENT)
Peneliti Utama
: dr. Dissy Pramudita
Pemberi Informasi
: dr. Dissy Pramudita
Penerima Informasi
Nama Subyek
:
Tanggal Lahir (umur)
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
No Telp (HP)
:
JENIS
ISI INFORMASI
TANDAI
INFORMASI
1
Judul Penelitian
2
Tujuan Penelitian
3.
Metodologi
Efek adisi Brinzolamide 1% atau
Latanoprost 0,005% dalam kombinasi
tetap dengan Timolol 0,5% terhadap
glaukoma primer sudut terbuka yang
telah diterapi Timolol 0,5%
Menilai perbandingan efektivitas antara
obat kominasi tetap Brinzolamide 1%Timolol 0,5% dengan Latanoprost
0,005%-Timolol 0,5% (tanpa pengawet)
pada pasien glaukoma primer sudut
terbuka
Uji klinis, acak, tersamar
Penelitian
4.
Risiko dan Efek
samping penelitian
Pada umumnya tidak didapatkan efek
samping yang bermakna. Namun
kemungkinan efek samping antara lain
mata merah, penglihatan buram, infeksi
mata, mata kering, bulu mata bertambah
tebal, mata bertambah gelap, dll
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
57
5.
Manfaat Penelitian
6.
Prosedur Penelitian
Menjadi dasar pertimbangan bagi dokter
mata untuk memilih obat yang lebih
efektif dengan efek samping yang lebih
sedikit pada pasien glaukoma
Subyek penelitian awalnya akan diterapi
dengan Timolol 0,5% monoterapi selama
2-4 minggu.
Kemudian subyek penelitian akan dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
yang mendapat kombinasi tetap Timolol
0,5%-Latanoprost
0,005%
(tanpa
pengawet) dan kelompok kombinasi
tetap Timolol 0,5%-Brinzolamide 1%.
Obat ini akan digunakan selama 4
minggu.
7.
Ketidaknyamanan
subyek penelitian
8.
Alternatif penelitian
9.
Penjagaan
Kerahasiaan data
10
Kompensasi bila
terjadi efek samping
11
Nama dan alamat
peneliti dan no telp
12. Jumlah Subyek
13. Bahaya Potensial
14. Biaya yang timbul
Subyek akan diminta kontrol setelah 2
minggu dan 4 pemakaian obat penelitian
untuk diperiksa tekanan bola mata, efek
samping obat dan mengisi kuesioner efek
samping obat
Ketidaknyamanan mungkin dapat terjadi
akibat efek samping obat, berupa iritasi
mata, mata merah, mata kering, dll.
Tidak ada
Data penelitian akan dijaga kerahasiaan
oleh peneliti
Selama ini tidak pernah dilaporkan efek
samping berat akibat penggunaan obat
ini. Jika terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan, subyek diminta datang ke
poliklinik RSCM Kirana dan akan diberi
penanganan selanjutnya sesuai kondisi
mata pasien. Biaya pengobatan akan
ditanggung oleh peneliti.
dr. Dissy Pramudita (085697245665)
Departemen Ilmu Kesehatan Mata,
RSCM Kirana
21 orang untuk masing-masing kelompok
(total 42 orang)
Tidak ada
Seluruh pembiayaan untuk pemeriksaan
dan penebusan obat untuk penelitian ini
akan ditanggung oleh peneliti
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
58
15. Insentif bagi subyek
Biaya transportasi ke RSCM
Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh dr.Dissy Pramudita dengan judul Efek Adisi
Brinzolamide 1% atau Latanoprost 0,005% dalam Kombinasi Tetap dengan
Timolol 0,5% terhadap Glaukoma Primer Sudut Terbuka yang Telah
Diterapi Timolol 0,5%, informasi tersebut telah Saya pahami dengan baik.
Dengan menandatangai formulir ini, saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam
penelitian di atas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apablia
suatu waktu Saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, Saya berhak
membatalkan persetujuan ini.
Jakarta, ............................... 2014
(
)
Nama Subyek
(
)
Nama Saksi/Wali
Ket: Tanda tangan saksi/wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan
kesadaran, mengalami gangguan jiwa dan berusia dibawah 18 tahun.
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
59
Lampiran 3.
Status Subyek Penelitian
Identitas
Nama
:
Tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Suku
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
No Telp
:
Mata
:
Kanan
Jenis Obat
:
Kombinasi tetap Timolol 0,5%- Brinzolamide 1%
Kiri
Kombinasi tetap Timolol 0,5%- Latanoprost 0,005%
(preservative free)
Obat yang digunakan sebelumnya :
Tanggal informed consent
Tanggal dilakukan informed consent :
/
/
(hari/bulan/tahun)
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
60
(lanjutan)
Status Oftalmologi:
Variabel
Data Awal
Kunjungan
Data Setelah Mendapat Timolol 0,5%
09.00
12.00
15.00
(±2 jam) (± 2 jam)
(±2 jam)
Data Minggu ke-dua
Intervensi
Data Minggu ke-empat Intervensi
09.00
12.00
15.00
(±2 jam)
(± 2 jam) (±2 jam)
Tanggal pemeriksaan
TIO
TPTK
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris/pupil
Lensa
Vitreous
Funduskopi
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
61
Lampiran 4. Kuesioner Efek Samping Subyektif
Nama Pasien:
Apakah Bapak/Ibu merasa terganggu karena hal-
Ya
Tidak
hal tersebut dibawah ini, setelah menggunakan
obat tetes yang akan diteliti?
1. Mata terlihat merah
2. Mata terasa nyeri atau perih
3. Penglihatan menjadi lebih buram
4. Mata terasa mengganjal
5. Mata terasa gatal
6. Mata terasa lengket
7. Rasa tidak nyaman atau gatal pada kelopak
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
62
Lampiran 5. Tabel Induk
No
Nama
Jenis
Kelamin
Usia
OD/OS
Pengobatan
sebelumnya
Intervensi
1
Ny.R
P
64
OD
Glaoplus
Azarga
2
Tn. M
L
63
OD
Azopt, Glaupen
3
Ny.P
P
73
OS
4
Tn. M
L
69
OD
5
Tn. G
L
52
6
Ny.S
P
7
Ny.M
8
Tn.B
9
Tn.E
10
Tn.J
11
12
TIO preintervensi
12
TIO
awal
pagi
18,7
TIO
awal
siang
17,5
TIO
awal
sore
20,7
Azarga
19
23,7
22,6
Tanpa terapi
Glaoplus
34
22,9
Timol, Glaupen
Glaoplus
15
21,7
OS
Tanpa terapi
Glaoplus
22
60
OD
Timolol, Azopt
Glaoplus
P
63
OD
Timolol
L
66
OD
Timolol
L
77
OS
Xalatan
L
74
OD
Ny.S
P
66
Tn.S
L
66
13
Tn.D
L
14
Tn.S
15
16
TIO 2
minggu
19
TIO
akhir
pagi
20
TIO
akhir
siang
21
TIO
akhir
sore
23,9
19
17,7
24,3
20,3
15,7
23,9
22,3
10,3
10,3
14,7
10,2
23,7
19,3
11
13,5
12,6
12,7
17
18,5
19
18,1
17
18,5
19
18,5
19,3
19,7
17,7
12,7
11,7
18,2
15,3
Azarga
23
23,7
24
23,7
23
20,3
21
15,3
Azarga
18,3
18,3
18,7
21,9
14
13
16,5
14,4
Glaoplus
14
19,3
18
18
13,7
12,3
10,7
12,7
Timolol, Glaupen
Azarga
22
22
19,3
19,3
18
14
17,3
16,5
OS
Timolol, Glaupen
Azarga
18
20,6
18,3
19,3
16,7
15,7
15,3
17,4
OS
Tanpa terapi
Glaoplus
25,2
22
18,3
19,7
14,8
16
18
14,7
66
OS
Tanpa terapi
Azarga
25,5
20
20
19,7
15,7
19,7
19
20,9
L
74
OS
Glaupen
Glaoplus
25
23
23
20
16,6
12,7
14,4
18,7
Ny.L
P
70
OD
Xalatan
Glaoplus
21
22,7
21,7
18,3
17
15
13,7
15,3
Ny.N
P
50
OD
Glaoplus
Glaoplus
18
22
20
18,4
22,2
20
19,7
21,7
17
Tn.M
L
66
OS
Timol, Glaupen
Azarga
13
22,7
21
20
16
14,3
13,7
14
18
Ny.K
P
46
OS
Xalatan
Azarga
19
19,3
17,7
20,3
20,7
16,3
16,3
17,3
19
Ny.N
P
52
OD
Glaoplus
Glaoplus
12
24,7
19,3
19
12,7
17
13,7
12,7
20
Tn.S
L
69
OD
Tanpa terapi
Azarga
25,5
24,3
22
22,4
16,7
13,3
16
14,7
21
Tn.P
L
67
OD
Glaoplus, Timolol
Azarga
15
19,7
20
17,2
15,7
16,3
13,7
17,3
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
63
(Lanjutan)
No
Nama
Jenis
Kelamin
Usia
OD/OS
Pengobatan sebelumnya
Intervensi
22
Tn.M
L
70
23
Tn.A
L
73
OD
Glaoplus, Azopt
Glaoplus
OS
Timolol, Xalatan
Glaoplus
24
Tn.D
L
60
OD
Timolol
25
Tn.Y
L
57
OS
26
27
Ny.S
P
62
Tn.R
L
46
28
Tn.K
L
29
Tn.K
30
31
TIO preintervensi
10
TIO
awal
pagi
19,7
TIO
awal
siang
18,3
TIO
awal
sore
17,7
14
19
18,3
18,3
Azarga
23
23
18,5
Glaoplus, Azopt
Glaoplus
13
23,7
OD
Travatan
Glaoplus
14
OD
Timolol
Azarga
18,7
79
OD
Xalatan, Timolol
Glaoplus
20,1
L
76
OD
Glaopen
Azarga
Ny.S
P
40
OD
Tanpa terapi
Ny.E
P
57
OD
Timolol, Glaoplus, Azopt
32
Tn.I
L
73
OD
33
Ny.S
P
78
34
Tn.U
L
35
Ny.R
P
36
Ny.R
37
TIO 2
minggu
11,7
TIO
akhir
pagi
11,7
TIO
akhir
siang
13,3
TIO
akhir
sore
13
10
11,5
12,7
14,7
20,3
18
21
21
21
21
20,2
15,7
11
11
10,3
18
19,3
16,7
15
14
13,7
13,7
19,7
19,3
18,7
17
16
14,3
17,7
23
23
23,7
17
13,7
14,7
12
21
22,3
18,1
18
12,3
12,3
13,7
11
Azarga
22
21,7
21
18,3
16,3
19,7
19
19,7
Glaoplus
21
22
25,3
24,7
20
19,3
18,7
20,1
Travatan
Azarga
17
20
17
18
17,3
18,7
18,7
18
OS
Timolol
Azarga
18
18
18
18
14,4
16
18,7
20,7
79
OD
Glaoplus,Azopt
Azarga
9,3
18
18
18
14,7
18,7
16,3
21,7
76
OS
Xalatan
glaoplus
16
19
17,8
18,3
15,1
15,1
15,1
15,1
P
78
OS
Glaoplus, Azopt
Glaoplus
14
18,4
19,9
16
13
16
11,7
13,7
Ny.T
P
50
OS
Glaoplus, Azopt
Azarga
19
21,7
19
21,3
20,7
21,7
19
21,3
38
Tn.I
L
73
OS
Travatan
Azarga
18
23
18,3
20
19,7
18,7
19,3
19
39
Ny.E
P
57
OS
Timolol, Glaoplus, Azopt
Glaoplus
19
20,3
20
19,7
18,3
19
18
20
40
Tn.E
L
77
OD
Xalatan
Glaoplus
13,5
21
19
18,3
12,3
11
12,7
11
41
Ny.L
P
70
OS
Xalatan
Glaoplus
19
22,3
19,3
17,7
16,3
19
14
16,5
42
Tn.K
L
76
OS
Glaopen
Azarga
18
20
18,4
20,7
16
13,5
15,3
15
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
64
(Lanjutan)
No
Nama
Intervensi
ES Okular Minggu 2
ES Okular Minggu 4
Mata
Nyeri
0
Buram
Mengganjal
Gatal
Lengket
0
Mata
Merah
0
0
0
0
0
Kelopak
Gatal
0
1
Ny.R
2
Tn. M
Azarga
0
Azarga
0
0
0
1
0
0
0
0
0
3
Ny.P
Glaoplus
0
uveitis
1
0
0
1
1
0
0
4
Tn. M
Glaoplus
hiperemi konjungtiva
0
0
1
0
0
0
0
0
5
Tn. G
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Ny.S
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
1
1
0
7
Ny.M
Azarga
0
0
0
0
0
1
0
0
1
8
Tn.B
Azarga
0
0
0
1
0
0
0
1
0
9
Tn.E
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Tn.J
Azarga
0
0
0
1
0
0
0
1
1
11
Ny.S
Azarga
0
0
0
0
0
0
1
0
0
12
Tn.S
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Tn.D
Azarga
0
0
0
1
0
0
0
0
1
14
Tn.S
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
1
0
0
15
Ny.L
Glaoplus
hiperemi konjungtiva
hiperemi konjungtiva
0
0
0
1
1
0
0
16
Ny.N
Glaoplus
hiperemi konjungtiva
hiperemi konjungtiva
0
0
0
0
0
0
0
17
Tn.M
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
Ny.K
Azarga
19
Ny.N
Glaoplus
20
Tn.S
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
hiperemi konjungtiva
0
0
0
0
0
0
0
0
Azarga
0
hiperemi konjungtiva
0
0
0
0
0
0
0
Tn.P
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tn.M
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Keterangan : 0 = tidak ada ; 1 = ada
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
65
(Lanjutan)
No
Nama
Intervensi
ES Okular Minggu 2
ES Okular Minggu 4
Mata
Nyeri
0
Buram
Mengganjal
Gatal
Lengket
0
Mata
Merah
0
0
0
0
0
Kelopak
Gatal
0
23
Tn.A
Glaoplus
hiperemi konjungtiva
24
Tn.D
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Tn.Y
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
Ny.S
Glaoplus
0
0
0
1
0
0
0
0
0
27
Tn.R
Azarga
0
0
0
1
1
1
1
0
0
28
Tn.K
Glaoplus
0
hiperemi konjungtiva
0
0
1
0
0
1
0
29
Tn.K
Azarga
0
0
1
1
0
1
0
0
0
30
Ny.S
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31
Ny.E
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
1
0
0
32
Tn.I
Azarga
0
0
1
1
1
0
0
1
0
33
Ny.S
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
Tn.U
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
Ny.R
glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
36
Ny.R
Glaoplus
0
0
0
0
1
0
0
0
0
37
Ny.T
Azarga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
Tn.I
Azarga
0
0
1
1
1
0
0
1
0
39
Ny.E
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
1
0
0
40
Tn.E
Glaoplus
0
0
0
0
0
0
0
0
0
41
Ny.L
Glaoplus
0
0
0
0
0
1
1
0
0
42
Tn.K
Azarga
0
0
0
1
0
0
0
0
0
Keterangan : 0 = tidak ada ; 1 = ada
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
66
Lampiran.6. Kajian Uji Normalitas untuk Data Numerik
Variabel
Uji Shapiro-Wilk
(nilai p)
0,02
0,01
0,88
0,13
Usia
Rerata TIO setelah washout (baseline)
Rerata TIO minggu ke-dua
Rerata TIO minggu ke-empat
TIO = Tekanan intra-okular
Kesimpulan
Tidak normal
Tidak normal
Normal
Normal
Lampiran 7. Sebaran Usia Subyek Penelitian
Jumlah
Usia
Lampiran 8. Sebaran Tekanan Intra-Okular Subyek Setelah washout (baseline)
Jumlah
Tekanan Intra-Okular
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
67
Lampiran 9. Sebaran Tekanan Intra-Okular Subyek pada Minggu ke-dua
Jumlah
Tekanan Intra-Okular
Lampiran 10. Sebaran Tekanan Intra-Okular Subyek pada Minggu ke-empat
Jumlah
Tekanan Intra-Okular
Universitas Indonesia
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Additional Effect of Brinzolamide 1% or Latanoprost 0,005% in FixedCombination with Timolol 0,5% for Patients with Primary Open-Angle Glaucoma
Previously on Timolol 0,5%
Dissy Pramudita1, Virna Dwi Oktariana1, Syukri Mustafa1, Joedo Prihartono 2
1
Department of Ophthalmology, 2 Department of Community Medicine,
Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Kirana Cipto Mangukusumo Hospital, Jakarta
ABSTRACT
Objective : To compare the efficacy and safety of Timolol 0.5%/Latanoprost 0.005% fixedcombination (TL-FC) preservative free and Timolol 0.5%/Brinzolamide 1% fixed-combination
(TB-FC) in POAG patients transitioned from Timolol 0.5% monotherapy because of insufficient
IOP control.
Methods : This is a 4-week, prospective randomized study. Forty two POAG patients with IOP
18-35 mmHg at baseline (on Timolol 0.5% monotherapy) were randomly assigned to receive
either TL-FC preservative free or TB-FC. The primary efficacy endpoint was mean IOP change
from baseline at week 4. The secondary efficacy endpoints were diurnal IOP fluctuation range and
mean IOP at week 4. The IOP profiles were evaluated at 09.00, 12.00 and 15.00 on baseline and
week 4. Ocular and subjective adverse events (AEs) were assessed as the safety endpoints.
Results: Mean IOP change was significantly different after 4 weeks of treatment, 5.41±3.20
mmHg (26.32±14.45%) and 2.58±3.05 mmHg (12.39±14.64%) in TL-FC preservative free group
and TB-FC group respectively (p = 0.006). Both treatments could control the diurnal IOP range
under 3 mmHg (p = 0.78). Mean IOP of TL-FC preservative free was significantly lower than TBFC (14.76 ± 2.71 mmHg and 17.48 ± 2.62, respectively, p = 0.002). The most common ocular AEs
were hyperemia conjunctiva. Multiple subjective AEs were more related to TB-FC.
Conclusions : After a washout period using Timolol 0.5% monotherapy, the IOP-lowering effect
of TL-FC preservative free was greater than TB-FC. Both combinations are generally welltolerated and provide a convenient alternative for glaucoma patients who cannot achieve IOP
target using Timolol 0.5% monotherapy.
Keyword : Fixed-combination drug, Primary Open Angle Glaucoma treatment.
Glaucoma is the second leading cause of
blindness in worldwide and Indonesia. It
figures 13.4% of the total number of
blindness in Indonesia.1
mechanisms of action in a single topical
medication, providing additive IOP
lowering efficacy, increasing patient’s
compliance, lowering exposure of drug
preservatives and lowering treatment
cost.6
Elevated intra-ocular pressure (IOP) is
the major risk factor for primary openangle
glaucoma
(POAG).
Antiglaucoma therapies aimed to inhibit the
progression of glaucoma by lowering
IOP.2,3,4
The
Recent
Ocular
Hypertension Treatment Study reported
that 40% of patients in the study
additional
anti-glaucoma
required
medications to achieve IOP target.5
Fixed-combination drug for glaucoma
enable
treatment
with
multiple
The most commonly used fixedcombination
agent
in
Cipto
Mangunkusumo Hospital is Timolol
0,5%/Latanoprost
0,005%
fixedcombination (FC-TL) preservative free
due to its affordability compared to
other fixed-combination drug. It is
reported that FC-TL drug is able to
provide 11.2%-14.9% additional IOP
reduction in patients who have been
using Timolol 0.5%..7,8,9 However, the
use of TL-FC commonly causes
Introduction
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
conjunctival
hyperemia
due
to
prostaglandin analogue inside of the it.9
The availability of Timolol 0.5% Brinzolamid 1% fixed-combination (TBFC) is expected to reduce the incidence
of this side effect. Several studies have
reported that FC-TB is able to provide a
total of IOP reduction by 29.6%-33.5%
and an additional IOP reduction by
14.90% -15.49% in patients who have
been using Timolol 0.5%.10,11
The objective of this study is to compare
efficacy and safety of TL-FC
preservative free drugs with TB-FC in
POAG patients who have got Timolol
0.5%.
Materials and Methods
This is a randomized clinical trial
(equivalence study) that is conducted in
Glaucoma
Division
Cipto
Mangunkusumo Hospital during the
period from June through October 2014.
Inclusion criteria in this study were
POAG patients, aged more than/equal to
40 years, have a cup-disc ratio (CDR)
between 0.3 to 0.7, and are willing to
participate in the study by signing the
informed consent.
Patients will be excluded from the study
if the patient has a history of allergy to
the drug content, asthma, obstructive
lung disease, heart disease, kidney
disease, is pregnant/lactating, has
abnormal corneal surface, has undergone
glaucoma surgery in less than 6 months
in advance and had IOP <18 mmHg or
IOP> 35 mmHg after applying 0.5%
Timolol monotherapy.
The subjects of the research will be
required to use Timolol 0.5% for 2-4
weeks to do the wash-out of the effects
of previously used anti-glaucoma drugs.
Subjects who had previously received
drugs known as prostaglandin analogues
or combination drug will still be
required to use Timolol 0.5% for 4
weeks, while subjects who use other
classes or have never received previous
anti-glaucoma drug will be required to
use Timolol 0.5% for 2 weeks.12
Subjects were then allocated according
to a randomized block into group A who
received FC-TB drugs 2 times a day
(6:00 am and 06.00 pm) and group B
who received drug TL-FC preservative
free once a day (08.00 pm).
The primary output of this research is
the measurement of IOP changes in
fourth week. While, the secondary
output are IOP fluctuation range (at
measurement 09.00 ± 2 hours, 12:00 ± 2
hours, and 15:00 ± 2 hours), the mean
IOP after 4 weeks of intervention
therapy, and the proportion of side
effects.
Statistical Analysis
Data analysis was performed with SPSS
16. For IOP data changes, the
comparison of the mean IOP and IOP
fluctuation range between the two
groups will be analyzed using the
unpaired t-test if the data were normally
distributed. If the data distribution is not
normal, it will be used Mean-Whitney
test with the limit of significance used
was p = 0.05. While, the side effects
data which were obtained from both
groups will be assessed in terms of
percentage (proportion).
The Results
Table 1 shows that there was no
significant difference in mean age, sex,
and history of previous treatment IOP
between Timolol 0.5%-Latanoprost
0.005% fixed-combination (TL-FC)
with preservative-free group and
Timolol 0.5%-Brinzolamid 1% fixed
combination (TB-FC) group (p>0.05).
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Table 1. Basic Characteristics Analysis in Both Groups
Timolol 0,5%Latanoprost 0,005%
(n=21)
Age (year)
70 (50-79)
Sex [n,%]
Male
10 (23.8%)
Female
11 (26.2%)
IOP baseline after washout
20.16±1.81
History of previous therapy [n,%]
Without therapy/monotherapy
10 (47.62%)
Combination therapy
11 (52.38%)
Timolol 0,5%Brinzolamide 1%
(n=21)
66 (40-79)
P value
14 (33.3%)
7 (16.7%)
20.07 ± 1.51
0.21δ
0.61**
0.84*
0.35 δ
13 (61.90%)
8 (38.10%)
IOP = Intra Ocular Pressure (mmHg); * Unpaired t-test; ** Mann Whitney test; δ Chi-square test
Table 2 and 3 show that the TL-FC
preservative-free group had greater IOP
reduction (p = 0.006) and a lower mean
IOP (p = 0.002) in the examination at
week 4 compared to TB-FC group.
Both drugs were able to maintain IOP
diurnal variation, with the lowest IOP
measurements 09.00 ± 2 hours. There is
no statistically significant difference in
IOP fluctuation range in both treatment
groups (p> 0.05). Both groups had the
same IOP fluctuation range of <3 mmHg
(Table 4).
Table 2. Mean and Percentage of Intra-Ocular Pressure (IOP) Reduction
Timolol 0,5%-Latanoprost
Timolol 0,5%0,005% (n=21)
Brinzolamide 1% (n=21)
Mean IOP Reduction
5.41±3.20 mmHg
2.58±3.05 mmHg
Percentage IOP Reduction
26.32±14.5%
12.39±14.6%
Pvalue
0.006
Unpaired t-test
Table 3. Comparison of Mean Intra-Ocular Pressure (IOP)
Timolol 0,5%-Latanoprost
Timolol 0,5%0,005% (n=21)
Brinzolamide 1% (n=21)
Week 0 (Baseline)
20.16 ± 1.81
20.06 ± 1.51
Week 4
14.76 ± 2.71
17.48 ± 2.62
p-value
< 0.001**
0.001**
Measurement in mmHg; * Unpaired T-test
P-value
0.84*
0.002*
** Paired T-test
Table 4. Range of Diurnal Intra-Ocular Preesure Fluctuation
Timolol 0,5%-Latanoprost
Timolol 0,5%0,005% (n=21)
Brinzolamide 1% (n=21)
Week 0 (Baseline)
2.74 ± 1.45
2.50 ± 1.50
Week 4
2.67 ± 1.83
2.84 ± 2.09
Measurement in mmHg; * Unpaired T-test
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
P-value
0.56*
0.78*
Ocular side effects that occurred in this
study are shown in Table 5. Anterior
uveitis occurs in 1 subject after 4 weeks
of TB-FC drug. Percentage of subjective
side effects experienced by patients can
be seen in Figure 1 and 2. The frequency
of side effects was subjectively similar
in both groups, but the TB-FC group
experienced more multiple side effects
consisting
of
several
subjective
symptoms.
Table 5. Ocular Side Effects
Timolol –Brinzolamide
(n)
(%)
1
4.76
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Timolol -Latanoprost
(n)
(%)
6
28.6
1
4.8
0
0
0
0
0
0
0
0
-Conjunctiva hyperemia
-Anterior uveitis
-Keratitis
-Dry eye
- Ocular surface defects
-Others
Itchy eyelids
Sticky
Timolol 0,5%Brinzolamide 1% (n=21)
Itch
Discomfort
Timolol 0.5%-Latanoprost
0,005% (n=21)
Blurry vision
Tenderness
Red eye
0
10
20
30
40
50
Figure 1. Subjective Side Effects Percentage
Fixed Combination Timolol
0,5%-Latanoprost 0,005% (%)
(n=21)
Fixed Combination Timolol
0,5%-Brinzolamid 1%
(%) (n=21)
None
23,81
47,62
28,57
Single side
effect
Mixed side
effects
None
38,1
14,28
47,62
Single side
effect
Mixed side
effect
Figure 2. Comparison of Subjective Side Effects Quantitative Percentage
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Discussion
In this study, it was found that the Timolol
0.5%-Latanoprost 0.005% fixed combination
(TL-FC) preservative-free drug has the ability to
provide greater additional IOP reduction than
Timolol 0.5% - Brinzolamide 1% fixed
combination (TB-FC) drug, so that TL-FC freepreservative group has a lower IOP mean after 4
weeks of therapy compared to TB-FC group,
with significant differences between them.
Timolol 0.5%-Latanoprost 0.005% fixedcombination with free-preservative group
decreased IOP by 5.41 ± 3.2 mmHg (26.32 ±
14.45%) of the initial IOP when the subject was
only using Timolol 0.5% monotherapy, while
TB-FC group decreased IOP lower at 2.58 ±
3.05 mmHg (12.39 ± 14.6%).
Intra-ocular pressure reduction result obtained in
this study to TL-FC preservative-free group is
greater than other previous studies. Webers et al7
and Pfiefer et al13 reported that TL-FC drug can
give additional IOP reduction of 2.8 mmHg
(approximately 13.1%) and 15.7%, respectively,
in patients who had previously received Timolol
0.5%. Results which state that greater IOP
reduction in TL-FC group preservative-free in
this study may have occurred because this study
was conducted in Indonesia with the subjects are
racially having pigmented skin, in contrast to
previous studies conducted in subjects who are
racially having white skin. Kitnarong et al14
reported that administration of Latanoprost
0.005% have greater IOP reduction effects in the
black races compared with whites.
The results obtained in this study for TB-FC
group are similar to previous studies that
reported that TB-FC drug could provide
additional IOP reduction of 3.38 mmHg (about
15.49%) on the study conducted by Wang et al10
and by 2.4 to 3.2 mmHg (about 11.7% -15.3%)
in the study conducted by Yoshikawa et al.15 The
ability of TL-FC preservative-free drugs in
giving greater IOP reduction can be caused by
the contents of this medication which consist of
two drugs with different mechanisms of action,
of which increasing the aquos fluid outflow
(prostaglandin analogue) and decreasing aqueos
humour
production
(beta-blockers).
Combination of these drugs is able to give
additional effect in reducing IOP.16 In the TBFC drug, the two types of medication work by
decreasing the production of aqueous humour,
thus giving additional drugs Brinzolamid 1% in
patients who have earned a Timolol 0.5%
previously only was partially additive.4
On examination of the diurnal variation of IOP,
IOP was obtained at its lowest at 09.00 ± 2
hours. This is consistent with the peak period of
Latanoprost half-life (10-14 hours after
hatching) and brinzolamide (2-3 hours after
hatching).15 However, there was no significant
difference in diurnal IOP fluctuation range of the
two groups, which both have a range of IOP
fluctuation under 3 mmHg (p = 0.78). The
Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study
states that IOP fluctuation range which is below
the average of 3-4 mm Hg did not have an
influence on the field of sight damage.17
Timolol 0.5% - Latanoprost 0.005% fixed
combination with free-preservative (TL-FC) and
TB-FC drug delivery can be well tolerated by
both groups. Most ocular side effects are
conjunctival hyperemia. Conjunctival hyperemia
is the most common side effect found in patients
who received Latanoprost.4,9 In TL-FC
preservative-free group, it was also found
anterior uveitis as one of the side effects.
Anterior uveitis is a rare side effect of the use of
Latanoprost 0.005% (± 5-6%). This side effect
may occur in patients with / without a previous
history of anterior uveitis and pseudophakic
patients, such as those found in patients in this
study.4
From the subjective side effects questionnaire
assessment, TB-FC group complained more
mixed subjective side effects (more than one
complaint). This may occur as a result of ocular
surface disorder due to the content of
Benzalkonium chloride (BAK) in it. Firat PG et
al18 reported that administration of TB-FC for 4
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
weeks was able to lower the tear break-up time
(BUT) value significantly (p = 0.03). Therefore,
it should be avoided to give TB-FC in patients
who already have severe symptoms of dry eye
before.
Conclusion
Timolol 0.5%-Latanoprost 0.005% fixed
combination with free-preservative drug has
greater effect in lowering IOP and less
subjective side effects than Timolol 0.5%Brinzolamide 1 % fixed-combination drug.
References
1. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Gangguan penglihatan masih menjadi masalah
kesehatan. [Internet]. Kementerian Kesehatan
RI;[cited 29 Oktober 2013]. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.
php?vw=2&id=845
2. Cioffi GA, Durcan FJ, Girkin CA, Gross RL,
Netland PA, Samples JR, et al. Glaucoma. San
Francisco:
American
Academy
of
Ophthalmology; 2009. P. 85-96
3. Medeiros FA, Brandt J, Liu J, Sehi M, Weinreb
RN, Susanna R. IOP as a risk factor for glaucoma
development and progression. In : Weinreb RN,
Brandt JD, Heath DG, Medeiros F, editors.
Intraocular pressure, consensus series 4.
Amsterdam: Kugler Publications; 2007. P 59-74.
4. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Beckershaffer’s diagnosis and therapy of the glaucomas.
8th edition. China: Elsevier; 2009. P 1-6, 239-55.
5. Khouri AS, Realini T, Fechtner RD. Fixedcombination drugs. In : Netland PA. Editor.
Glaucoma medical therapy, principles and
management. New york: Oxford university press;
2008. P 139-46.
6. Cox JA, Mollan SP, Brankart J, Robinson R.
Efficacy of antiglaucoma fixed combination
therapy versus unfixed components in reducing
intraocular pressure: a systematic review. Br J
Ophthalmol. 2008. 92(6): 729-34.
7. Webers CAB, Beckers HJM, Zeegers MP, Nuijts
RMMA, Hendrikse F, Schouten JSAG. The
intraocular
pressure-lowering
eefect
of
prostaglandin analogs combined with topical bblocker therapy, a systematic review and metaanalysis. Ophthalmology. 2010; 117:2067-74.
8. Diestelhorst M, Larsson L. A 12-week,
randomized, double-masked, multicenter study of
the fixed combination of latanoprost and timolol
in the evening versus the individual component.
Ophthalmology. 2006; 113: 70-76
9. Higginbotham EJ, Diestelhorst M, Pfeiffer N,
Rouland JF, Alm A. The efficacy and safety of
unfixed and fixed combination of latanoprost and
other antiglaucoma medications. Survey of
ophthalmology. 2002; 47: S133-140
10. Wang CY, Chen YY, Liu CJ. Assessing the safety
and efficacy of switching to brinzolamide/timolol
fixed combination as a replacement therapy in
patients with uncontrolled intraocular pressure in
taiwan. Taiwan journal of ophthalmology.
2012;2:85-88
11. Kaback M, Scoper SV, Arzeno G, James JE, Hua
SY, Salem C, et al. Intraocular pressure-lowering
efficacy of brinzolamide 1%/timolol 0,5% fixed
combination compared with brinzolamide 1% and
timolol 0,5%. Ophthalmology. 2008; 115: 172834.
12. Manni G, Denis P, Chew P, Sharpe ED, Orengo
NS, Coote MA, et al. The safety and efficacy of
brinzolamide 1%/timolol 0,5% fixed combination
versus dorzolamide 2%/timolol 0,5% in patients
with open-angle glaucoma or ocular hypertension.
J Glaucoma. 2008;0:1-9
13. Pfeiffer N, the GLFCSG: a comparison of the FC
of L and T with its indivitual components in
patients with glaucoma or OHTN [abstract].
Invest Ophthalmol Vis Sci. 2000; 41: 754
14. Kitnarong N, Zhao Y, Netland PA, Kent AR.
Efficacy of latanoprost and timolol maleate in
black and white patients. Advances in therapy.
2004; 21(4): 203-13.
15. Yoshikawa K, Kozaki J, Maeda H. Efficacy and
safety of brinzolamide/timolol fixed combination
comapred with timolol in japanese patients with
open-angle glaucoma or ocular hypertension.
Clinical ophthalmology. 2014; 8:389-99
16. Schwenn O, Heckmann B, Guzy C, Miller PJ.
Long-term effect of latanoprost/timolol fixed
combination in patients with glaucoma or ocular
hypertension: a prospective, observational,
noninterventional study. BMC Ophthalmology.
2010; 10(21):1-9
17. Musch DC, Gillespie BW, Niziol LM, Lichter
PR, Varma R. CIGTS Study Group. Intraocular
pressure control and long-term visual field loss in
the Collaborative Initial Glaucoma Treatment
Study. Ophthalmology. 2011;118:1766-73.
18. Firat PG, Samdanci E, Doganay S, Cavdar M,
Sahin N, Gunduz A. Short-term effect of topical
brinzolamide-timolol fixed combination on ocular
surface of glaucoma patients. Int J Ophthalmol.
2012;5(6): 714-18.
Efek adisi…, Dissy Pramudita, FK UI, 2014
Download