337 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT. Gosyen Global Aquaculture (GGA) Admi Athirah dan Erna Ratnawati Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Upaya dalam memadukan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam sehingga tercipta suatu pembangunan yang berkelanjutan, perlu didukung oleh teknologi budidaya yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran potensi keberadaan teknologi tambak intensif yang diperlukan untuk operasional atau keberadaan usaha dalam mencapai target produksi tambak, dan mengkaji profil budidaya tambak dengan teknologi budidaya intensif yang ada di PT. Gosyen Global Aquaculture di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Teknik pengumpulan data primer yang diaplikasikan dalam penelitian ini berupa observasi yaitu melakukan pengamatan wawancara langsung dengan petambak melalui pengajuan kuisioner secara terstruktur. Data sekunder diperoleh dari laporan hasil penelitian dan berbagai instansi yang terkait dengan penelitian. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Ada beberapa alasan teknologi budidaya intensif yang dilakukan oleh PT. GGA dapat tetap berjalan aktivitasnya yaitu tersedianya sarana dan prasarana (infrastruktur) yang memadai seperti ketersediaan listrik dan akses jalan ke lokasi tambak, aspek sosial-ekonomi masyarakat, dan aspek legalitas usaha tambak intensif. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi lingkungan tambak yang ada pada saat penelitian berlangsung, mendukung keberadaan usaha budidaya tambak intensif di lokasi penelitian. KATA KUNCI: potensi; tambak intensif; PT. GGA; Kabupaten Bulukumba PENDAHULUAN Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu daerah dengan karakter maritim yang kuat dan ini terbukti pada pertumbuhan ekonomi bidang kelautan dan perikanan yang melampaui pertumbuhan ekonomi daerah secara umum, di mana pertumbuhan ekonomi bidang kelautan dan perikanan mencapai 9,42% sementara daerah hanya mencapai 8,97%. Selain itu, kontribusi bidang kelautan dan perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga semakin meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan fakta ini terlihat bahwa ke depan pengembangan potensi kelautan dan perikanan lebih prospektif untuk dikembangkan. Dengan panjang garis pantai 128 km menjadikan sebagai salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan garis pantai terpanjang, di mana luasan tambak mencapai 3.576 ha dengan potensi 4.000 ha yang dapat dikembangkan (Sandi, 2015). PT. Gosyen Global Aquaculture (GGA) adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang budidaya tambak intensif yang berlokasi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Budidaya tambak merupakan usaha perikanan dengan memanfaatkan kawasan pesisir yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, dan perolehan devisa Negara. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi perikanan budidaya sekitar 16,8 juta ton pada tahun 2014 yang berarti peningkatan produksi sampai 353%. Untuk itu, KKP mencanangkan revitalisasi perikanan dengan mengembangkan kegiatan terpadu perikanan yang berbasis kawasan dengan konsep minapolitan. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu daerah dari 197 kabupaten/kota yang akan dikembangkan kegiatan perikanan berbasis kawasan minapolitan (KKP, 2010). Tujuan pengembangan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman, serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak swasta (Tarigan, 2009; Djakapermana, 2010). Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang Potensi keberadaan teknologi tambak intensif ..... (Admi Athirah) 338 paling maksimal, setelah memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai pihak dan aspek legalitas dari pemerintah setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran potensi dari keberadaan teknologi tambak intensif yang diperlukan untuk operasional atau keberadaan usaha dalam mencapai target produksi tambak, dan mengkaji profil budidaya tambak dengan teknologi budidaya intensif yang ada di PT. Gosyen Global Aquaculture (GGA) di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pesisir Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Gambar 1. Peta lokasi penelitian tambak intensif vanname PT. GGA di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan 339 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi berbagai aspek yaitu data kualitas tanah, kualitas air dan data pasang surut di lokasi penelitian, wawancara dengan manajer teknis tambak yang dianggap memahami aspek teknis budidaya tambak intensif yang meliputi aspek perencanaan dan pengelolaan budidaya juga dilakukan. Selanjutnya dilakukan verifikasi melalui wawancara instansi pemerintah yaitu pegawai dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba yang dianggap mengetahui dan/ atau terlibat langsung dalam kegiatan budidaya tambak intensif vaname tersebut serta wawancara dengan masyarakat yang ada di lapangan. Selain itu, juga dilakukan observasi langsung di wilayah pertambakan serta memanfaatkan informasi dari data sekunder berupa profil Kabupaten Bulukumba. Pengukuran pasang surut dilakukan di salah satu titik pengamatan di lokasi penelitian. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan interval satu jam selama 15 piantan (15 hari). Penentuan titik-titik pengambilan contoh tanah didasarkan pada peta satuan unit. Pengambilan contoh tanah dan air dilakukan pada titik di lokasi pertambakan dan titik untuk contoh air laut. Pengukuran dan pengambilan contoh air dilakukan di sungai, laut, saluran dan tambak. Peubah kualitas air yang diukur langsung di lapangan adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH dengan menggunakan Hydrolab ® Minisonde. Contoh air untuk analisis di laboratorium diambil dengan menggunakan Kmerer Water Sampler dan dipreservasi mengikuti petunjuk APHA (2005). Peubah kualitas air yang dianalisis di Laboratorium Air BPPBAP di Maros meliputi: NH 4, NO3, NO2 dengan metode spektrofotometri dan PO4 dengan metode spektrofotometer mengikuti petunjuk APHA (2005). Seluruh titik-titik pengambilan contoh ditentukan titik koordinatnya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai laporan, pustaka, hasil penelitian dari berbagai instansi terkait, dan peta. Peta yang dikumpulkan antara lain peta jenis tanah, peta administrasi wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba, peta daerah genangan di wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba. Analisis Data Statistik deskriptif digunakan untuk dapat menggambarkan data yang ada secara umum. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982 dalam Sukardi, 2004). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: merumuskan masalah, menentukan jenis informasi yang diperlukan, menentukan prosedur pengumpulan data, menentukan prosedur pengolahan informasi atau data dan menarik kesimpulan penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Sehingga kesimpulan yang dibuat juga berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan. Asumsi yang diterapkan dalam mengevaluasi dan melihat potensi keberadaan tambak teknologi intensif adalah usaha perbaikan lahan untuk mendapatkan kondisi potensial dipertimbangkan dan disesuaikan dengan pengelolaannya. Hasil proses penilaian dibahas secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, yang secara geografi terletak pada 5°20’00" - 5°40’00" LS dan 119°58’00" - 120°28’00" BT. Daerah ini berada di sebelah Potensi keberadaan teknologi tambak intensif ..... (Admi Athirah) 340 tenggara Kota Makassar, terbagi atas 10 wilayah kecamatan dan terdiri atas 24 kelurahan serta 102 desa; dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai; Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone; Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores; dan Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba adalah 1.154,67 km 2 atau sekitar 2,5% dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 kecamatan dan terbagi ke dalam 24 kelurahan dan 102 desa. Ditinjau dari segi luas, Kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing seluas 173,5 km 2 dan 171,3 km2 atau sekitar 30% dari luas kabupaten (DKP Kabupaten Bulukumba, 2013). Tambak di Kecamatan Gantarang dibangun sejak tahun 1990-an berada pada kawasan supratidal dengan rentang pasut ± 1,30 m. Budidaya tambak intensif vaname PT. Gosyen Global Aquaculture (GGA) telah berjalan selama dua tahun dengan padat tebar 150 ekor/m2. Tinggi air tambak rata-rata 1,5 m dengan pergantian air 10-20% per hari. Karakteristik tanah dengan tekstur lempung berpasir cukup mendukung konstruksi petakan tambak. Dasar tambak dan pematang dilapisi plastik mulsa tipe HDPE 0,75 mm. Untuk sektor perikanan budidaya tambak selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan sekitar 9,34%, penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2012 di mana pada tahun 2011 produksi tambak mencapai 5.478,2 ton dan pada tahun 2012 turun menjadi 4.380,8 ton atau turun 1.097,4 ton (Tabel 1). Secara umum penurunan produksi ini disebabkan karena kondisi lingkungan tambak sudah menurun untuk mendukung kehidupan komoditas yang dibudidayakan. Tanah dasar tambak umumnya mengalami kondisi yang masam karena pada saat budidaya para pembudidaya belum menerapkan sepenuhnya kaidah-kaidah CBIB (Cara Berbudidaya Ikan yang Baik). Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan Kecamatan Gantarang Ujung Bulu Ujung Loe Bontobahari Bontotiro Herlang Kajang Total (ton) 2008 1.485,60 498,10 1.297,70 430,70 222,90 1.302,00 1.430,10 6.667,10 2009 966,30 416,10 1.423,80 359,40 205,50 182,70 1.953,30 5.507,10 Tahun 2010 1.120,50 419,30 1.514,50 342,20 172,00 202,40 1.309,50 5.080,40 2011 1.046,90 331,40 2.913,70 235,10 80,60 69,50 801,00 5.478,20 2012 927,00 263,90 2210,90 162,60 83,50 52,90 680,00 4.380,80 Rata-rata kenaikan -9,25 -14,26 21,09 -20,87 -18,41 -41,18 -12,58 -9,34 Sumber data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba (2013) Selain kondisi itu, penyebab lain dari menurunnya produksi tambak adalah suplai air ke wilayah tambak kurang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk mengatasi hal ini diperlukan normalisasi saluran tambak sekaligus menerapkan sistem irigasi gravitasi untuk menekan biaya dalam produksi. Kualitas Tanah dan Kualitas Air Tambak Tanah tambak pada lokasi penelitian umumnya merupakan tanah endapan (aluvial), yang kesuburannya sangat ditentukan oleh kualitas mineral yang diendapkan. Tanah juga merupakan komponen utama dalam pembuatan petakan tambak, pematang, saluran air dan pintu air serta mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas air (Mintardjo et al., 1985). Jenis tanah di 341 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 Tabel 2. Statistik peubah kualitas tanah yang diukur di tambak Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan (n = 14) Standar deviasi pH H 2O (n= 14) 3,35 7,99 6,54 1,29 pH KCl (n= 14) 3,61 7,87 6,68 1,19 Pasir (%) (n= 14) 52 92 76,57 10,12 Liat (%) (n= 14) 0 10 1 2,69 Debu (%) (n= 14) 8 48 22,43 9,9 Kelas tekstur (n= 14) Lempung liat berpasir (71,43 %), Pasir (14,29 %), Pasir Peubah Minimum Maksimum Rata-rata kawasan pesisir Kabupaten Bulukumba adalah tergolong tanah dengan tekstur lempung liat berpasir (Tabel 2). Dari nilai tekstur tanah lokasi ini tergolong memiliki tekstur yang kasar dengan kelas tekstur dominan adalah lempung liat berpasir dan pasir. Tekstur tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam penentuan apakah tanah memenuhi syarat untuk pertambakan. Semakin kompak tekstur tanah semakin baik tanah tersebut untuk dijadikan tambak (Mintardjo et al., 1985). Tanah yang ideal untuk tambak adalah tanah yang mengandung fraksi liat 30% (Mustafa et al., 2008). Tekstur tanah yang baik untuk budidaya udang secara ekstensif adalah lempung sampai liat berpasir, karena tambak ekstensif sangat membutuhkan pakan alami seperti klekap yang hanya dapat tumbuh dengan baik pada tekstur tanah tersebut. Hasil penelitian di Kabupaten Bulukumba menunjukkan bahwa fraksi tanah yang dominan adalah pasir dengan kandungan pasir 52-98%. Berdasarkan hasil penelitian tekstur tanah berupa tanah pasir, permasalahan yang sering terjadi pada perletakan pondasi di atas tanah pasir adalah penurunan yang tidak seragam, namun karena prosentasi tanah liatnya rata-rata 21,58% termasuk dalam kategori ideal dalam konstruksi tambak intensif (Tabel 3). Tabel 3. Statistik Deskriptif Fraksi Tanah di Tambak Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan Fraksi tanah (%) Pasir Debu Liat Minimum Maksimum 52 0 8 92 10 48 Rata-rata 76,57 1,00 22,43 Standar deviasi 10,12 2,69 9,90 Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan budidaya ikan atau udang di tambak, karena itu penurunan kualitas air akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan atau udang yang dibudidaya. Hasil penelitian terhadap kualitas air laut di perairan tersaji pada Tabel 4. Secara umum nilai kualitas air laut tersebut layak untuk keberadaan tambak PT. GGA di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu sumber air untuk kelangsungan dan pengelolaan tambak intensif. Pasang Surut Salah satu faktor dominan yang memengaruhi pasok air dan buang air dalam mengoperasikan tambak adalah pasang surut. Agar kelancaran pengelolaan terjamin baik dengan biaya yang kecil, perlu diperhatikan kondisi pasang surut yang menguntungkan. Poernomo (1992) berpendapat bahwa lokasi yang fluktuasi pasangnya sedang (kisarannya maksimum antara 200-300 cm dan rata-rata amplitudonya antara 110-210 cm) adalah layak bagi pengelolaan pertambakan di kawasan intertidal. Lokasi yang fluktuasi pasangnya besar (400 cm atau lebih) akan menimbulkan masalah, karena diperlukan pematang yang besar untuk melindungi tambak dari pasang tinggi dan sebaliknya Potensi keberadaan teknologi tambak intensif ..... (Admi Athirah) 342 Tabel 4. Kualitas air laut di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan (n = 67) Peubah Salinitas (ppt) pH Oksigen terlarut (mg/L) Suhu (oC) Kecerahan (m) NO3 (mg/L) NO2 (mg/L) NH3 (mg/L) PO4 (mg/L) Bahan organik total (mg/L) Padatan tersuspensi total (mg/L) Min Maks Rata-rata 17,16 7,79 5,41 20,5 0,5 0,09 0 0,15 0 7,5 2 32,05 9,13 12,87 32,7 5 1,02 0,1 0,49 0,59 68,82 98 30,88 8,155 8,793 30,02 2,149 0,329 0,022 0,262 0,034 56,399 26,675 Standar Deviasi 2,928 0,186 1,002 1,331 1,261 0,286 0,025 0,085 0,093 10,818 19,854 menimbulkan kesukaran mempertahankan air di dalam tambak pada saat surut rendah. Kawasan yang amplitudo pasangnya sangat kecil (kurang 100 cm) akan dihadapkan pada masalah pengisian dan pembuangan air dari tambak karena tidak dapat dilaksanakan secara sempurna. Tunggang pasang surut (tidal range) terbesar di kawasan pesisir Kabupaten Bulukumba sebesar 150 cm. Grafik hasil pengamatan pasang surut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik pengamatan pasang surut di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan Kondisi Pendukung Lainnya Secara umum kondisi prasarana dan sarana di Kabupaten Bulukumba relatif baik dalam mendukung pengembangan produksi perikanan budidaya, akan tetapi masih diperlukan perbaikan-perbaikan di beberapa titik. Prasarana tersebut antara lain, meliputi akses jalan (produksi), jaringan listrik, jaringan komunikasi, serta transportasi baik darat maupun laut. 343 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa ketersediaan infrastruktur di Kecamatan Gantarang pada umumnya cukup baik, sarana dan prasarana jalan, akses komunikasi, listrik maupun prasarana terkait lainnya cukup mendukung keberlangsungan tambak intensif yang berjalan pada saat penelitian. Akses jalan produksi ke lokasi budidaya di tambak umumnya memiliki kondisi jalan yang cukup baik namun perlu penanganan. Kebutuhan akan energi listrik sangat dirasakan bagi mereka para pelaku usaha budidaya perikanan khususnya budidaya air payau (tambak udang). Kebijaksanaan pemerintah di bidang kelistrikan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi dalam hal ini sektor perikanan. Untuk mencapai sasaran tersebut diupayakan peningkatan daya terpasang pembangkit tenaga listrik dan perluasan jaringan distribusi agar tersedia tenaga listrik dengan jumlah yang cukup dan mutu pelayanan yang baik. Dari informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa pembudidaya tradisional dan pengelola tambak intensif, kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat baik sehingga potensi konflik yang mungkin terjadi akibat adanya tambak intensif maupun calon tambak superintensif yang akan dibangun nantinya tidak akan menimbulkan konflik sosial maupun gesekan antara masyarakat sekitar dengan pengusaha tambak. Bahkan masyarakat, khususnya pembudidaya merasa terbantu dengan keberadaan tambak intensif maupun superintensif nantinya. Dari segi legalitas usaha, dukungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba merupakan hal utama yang menjadi dorongan yang cukup kuat untuk keberlangsungan dan keberadaan tambak bagi pengusaha maupun para pembudidaya di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba. Secara umum kondisi perlistrikan di wilayah Kabupaten Bulukumba cukup baik. KESIMPULAN Kondisi lingkungan tambak di Kecamatan Gantarang secara umum baik dan layak untuk keberlangsungan budidaya tambak intensif dengan kondisi yang ada pada saat penelitian. Ada beberapa alasan teknologi budidaya intensif yang dilakukan oleh PT. GGA dapat tetap eksis keberadaannya yaitu tersedianya sarana dan prasarana (infrastruktur) yang memadai seperti ketersediaan listrik dan akses jalan ke lokasi tambak; aspek sosial-ekonomi masyarakat, dan aspek legalitas usaha tambak intensif. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi lingkungan tambak yang ada pada saat penelitian berlangsung, mendukung keberadaan usaha budidaya tambak intensif di lokasi penelitian. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terima kasih kepada Tim Sumberdaya dan Lingkungan atas kerjasamanya di lapangan. Juga diucapkan terima kasih kepada Kamariah, Rosiana Sabang, Rahmiyah dan Maryam atas bantuannya dalam analisis kualitas tanah di laboratorium. Ucapan terima kasih juga dismpaikan kepada St. Rohani, Kurnia dan Tim atas analisis kualitas air di laboratorium. Kepada staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba juga diucapkan banyak terima kasih atas bantuannya selama di lapangan. DAFTAR ACUAN APHA (American Public Health Association). (2005). Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. APHA-AWWA-WEF, Washington. DC. 1185 pp. Djakapermana, R.D. (2010). Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. IPB Press, Bogor. 192 hlm. DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Bulukumba. (2013). Laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba Tahun 2013. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba. 47 hlm. KKP. (2010). Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2010. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.120 hlm. Mustafa A., Paena, M., Tarunamulia, & Sammut, J. (2008). Hubungan antara faktor kondisi lingkungan dan produktivitas tambak untuk penajaman criteria kesesuaian lahan:2. Kualitas Tanah. Jurnal Riset Akuakultur 3(1):105–121. Potensi keberadaan teknologi tambak intensif ..... (Admi Athirah) 344 Poernomo, A. (1992). Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. Sandi, Y. (2015). Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulukumba. Ditulis 1 Februari 2015 dari: http://serikattanitambakbulukumba.blogspot.com/2015/02/potensi-perikananbulukumba.html. Diakses 6 Februari 2015. Tarigan, R. (2009). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta. 274 hlm.