PENGANTAR KETUA PANITIA Salam sejahtera, Selamat datang di CERIL, sebuah kegiatan yang didedikasikan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mada (FKG UGM) bagi para akademisi, klinisi, dan peneliti untuk saling membagi ilmu pengetahuan terkini di bidang kedokteran gigi, pada 13 Juli 2013 di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan temu ilmiah CERIL yang telah rutin diselenggarakan tiap tahun kali ini dihadiri oleh 2 pembicara utama bidang konservasi gigi dan orthodonsi, serta lebih dari 40 pemakalah yang akan mempresentasikan laporan penelitian dan kasus klinis. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, FKG UGM melalui CERIL 13 Juli 2013 melakukan sinergi kegiatan temu ilmiah dan penerbitan berkala ilmiah, Majalah Kedokteran Gigi dan The Indonesian Journal of Dental Research. Dengan demikian, CERIL menjadi salah satu kegiatan yang menyokong keberlanjutan penerbitan kedua jurnal yang berperan sebagai salah satu pintu bagi penulis untuk berkontribusi melalui publikasi ilmiah pada terbitan berkala. Kegiatan temu ilmiah CERIL 13 Juli 2013 diharapkan mampu menjadi media bagi para akademisi, klinisi, dan peneliti untuk berlatih memaparkan hasil perawatan atau temuan penelitiannya, sekaligus mendapatkan saran membangun dari peserta untuk meningkatkan kualitas perawatan dan penelitian di masa yang akan datang. Hal ini diharapkan berdampak luas pada perbaikan dan peningkatan kualitas perawatan dan penelitian kedokteran gigi di Indonesia. Dalam perumpamaan, temu ilmiah CERIL merupakan sebuah langkah kecil ke depan untuk melakukan lompatan besar menuju kemajuan ilmu pengetahuan bidang kedokteran gigi di Indonesia. drg. Sri Suparwitri, S.U., Sp.Ort (K) KETUA PANITIA 1 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 DAFTAR ISI PENGANTAR KETUA PANITIA……………………………………………………... 1 DAFTAR ISI……………………………………………………………………...…….. 2 PROGRAM……....…………………………………………………………………….. 3 INFORMASI UMUM…………………………………………………………………… 7 KUMPULAN ABSTRAK………………………………………………………………. 8 1. PEMBICARA UTAMA………………………………………………...……...... 9 2. PRESENTASI ORAL…………………………………………………………… 12 INDEKS PENULIS…………………………………………………………………….. 54 SUSUNAN PANITIA…………………………………………………………………... 55 2 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PROGRAM WAKTU AUDITORIUM LANTAI DASAR MODERATOR SESI I: Prof. Dr.drg. Pinandi SP, S.U., Sp.Ort.(K) 07.3007.40 SESI I 07.4007.50 07.5008.00 Yohana Retno W. P (UGM, Lapsus): Perawatan Maloklusi Klas III dengan Reverse Overjet Menggunakan Alat Ortodontik Cekat Teknik Begg Herna Juliana N (UGM, Lapsus): Penggunaan Vertikal Loop pada Perawatan Gigi Berjejal Berat dan Crossbite Anterior dengan Teknik Begg Timothy Soewito (UGM, Lapsus): Perawatan Ortodontik Inkonvensional Gigi Atas Berjejal Terkait Keberadaan Kista 08.0008.10 DISKUSI SESI I MODERATOR SESI II : Prof. Dr.drg. Pinandi SP, S.U., Sp.Ort.(K) 08.1008.20 Sherli Diana (UGM, Lapsus): Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan dengan Instrumen Rotary dengan Teknik Preparasi Crown Down dan Restorasi Resin Komposit Kelas II pada Premolar Pertama Maksila Kiri Nekrosis Pulpa Ricky Ferdian Raja (UGM, Lapsus): Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Disertai Crown Lengthening Pada Gigi 21 Fraktur dengan Nekrosis Pulpa MODERATOR SESI I: drg. Ema Mulyawati, M.S., Sp.KG.(K) Intan Dhamayanti (UGM, Lapsus): Restorasi Menggunakan Fiber Reinforced Composite Pada Gigi Premolar Pertama Kanan Mandibula Pasca Perawatan Saluran Akar 08.3008.40 Ni Kadek Eka Widiadnyani (UGM, Lapsus): Apeksifikasi pada Gigi Insisivus Kanan Maksila dengan Mineral Trioxide Agregrat Surya Triharsa (UGM, Lapsus): Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Teknik Preparasi Step Back Disertai Pasak Fiber Reinforce Composit dan Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal pada Gigi Insisivus Sentralis Kanan Maksila Nekrosis Pulpa Muhammad Syafri (UGM, Lapsus): Pengambilan Lentulo Patah dalam Perawatan Endodontik Gigi Molar Satu Kiri Bawah Nekrosis Pulpa 08.4008.50 DISKUSI SESI II DISKUSI SESI I 08.2008.30 3 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 WAKTU 08.5009.00 09.0009.40 MAIN LECTURE I AUDITORIUM SAMBUTAN DEKAN FKG UGM (DRG. ERWAN SUGIATNO, M.S., SP. PROS (K), PH.D) DRG. WAYAN ARDHANA, M.S., SP.ORT (K): IDENTIFIKASI PERAWATAN ORTODONTIK SPESIALISTIK & UMUM MODERATOR: Prof. Dr.drg. Pinandi SP, S.U., Sp.Ort.(K) DISKUSI 09.4010.20 10.2010.30 10.3010.40 10.4010.50 ISTIRAHAT MODERATOR SESI III: drg. Christnawati, M.Kes., Sp.Ort.(K) MODERATOR SESI II drg. Ema Mulyawati, M.S., Sp.KG.(K) Kristina Wijaya Gunawan (UGM, Lapsus): Perawatan Teknik Begg pada Maloklusi Klas I dengan Kaninus Impaksi dan Insisivus Lateral Agenesis Evi Aisyah Ulfah (UGM, Lapsus): Perawatan Lengkung Asimetri pada Kasus Maloklusi Angle Klas I dengan Teknik Begg Fransisca Prima Sagita Maryana (UGM, Lappel): Perubahan Profil Jaringan Lunak Pada Perawatan Maloklusi Angle Klas I Protrusif Bimaksilar Dengan Teknik Begg Ria Ariani (UGM, Lapsus): Pasak Fiber Reinforced Composites Sebagai Penguat Restorasi Komposit Kelas III Pada Gigi Insisivus Sentralis Kanan Maksila Nekrosis Pulpa Ni Gusti Ayu Ariani (UGM, Lapsus): Perawatan Saluran Akar Ulang Insisivus Sentralis Kiri Maksila Non Vital dengan Lesi Periapikal Ellen (UGM, Lapsus): Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan dengan Restorasi Resin Komposit pada Gigi Insisivus Sentralis Kiri Maksila Nekrosis Pulpa yang Disertai Lesi Periapikal DISKUSI SESI III DISKUSI SESI II MODERATOR SESI IV : drg. Christnawati, M.Kes., Sp.Ort.(K) MODERATOR SESI III drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes., Ph.D 10.5011.00 11.0011.10 11.1011.20 LANTAI DASAR Yenni Hanimastuti (UGM, Lappel): Perbandingan Profil Bibir dan Insisivus Kasus Borderline Klas I Antara Perawatan Dengan Pencabutan Dan Tanpa Pencabutan Tri Utami Widhayanti (UGM, Lappel): Hubungan Antara Perubahan Inklinasi Gigi Insisivus Bawah, Posisi Mandibula, dan Posisi Bibir Bawah Pada Perawatan Dengan Teknik Begg Supriatno (UGM, Lappel): Pengaruh Ritma Circadian Terhadap Produksi Volatile Sulfur Compounds (VSC) Oral Juni Handajani (UGM, Lappel): Minyak Atsiri Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc., Zingiberaceae) Menurunkan Ekspresi Cd4+ pada Gingiva Terpapar A. Actinomycetemcomitans 4 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 WAKTU 11.2011.30 AUDITORIUM LANTAI DASAR Siti Fatimah (UGM, Lappel): Pelepasan Ion Nikel pada Braket Stainless Steel Baru dan Daur Ulang dalam Saliva Buatan 11.3011.40 DISKUSI SESI IV 11.4012.20 MAIN LECTURE II DRG. WIGNYO HADRIYANTO, M.S., SP.KG (K): PERAWATAN GIGI NEKROSIS SEKALI KUNJUNGAN MODERATOR: Dr.drg. Siti Sunarintyas, M.Kes. DISKUSI 12.2012.50 DISKUSI SESI III ISTIRAHAT MODERATOR SESI V: Dr.drg. Siti Sunarintyas, M.Kes. 12.5013.00 13.0013.10 13.1013.20 Marisa Mifta H (UGM, Lappel): Deformasi Slot Beberapa Prouk Braket Stainless Steel Akibat Gaya Torque Kawat Beta Titanium Atika Zairina (UGM, Lappel): Deformasi Slot Beberapa Produk Braket Stainless Steel Akibat Gaya Torque Kawat Stainless Steel Ruliyanto (UGM, Lapsus): Perawatan Maloklusi Angle Kelas Ii Divisi 2 Dengan Impaksi Kaninus Mandibula Menggunakan Alat Cekat Begg 13.2013.30 13.3013.40 13.4013.50 Mufidana Azis (UGM, Lappel): Waktu Produksi Yolk Immunoglobulin (IGY) Kuning Telur Ayam yang Diimunisasi Streptococcus Mutans MODERATOR SESI IV: drg. JCP Heryumani S, M.S.,Sp.Ort(K) Zenia Adindaputri (UGM, Lappel): Pengaruh Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Konsentrasi 10% terhadap Aktivitas Enzim Glukosiltransferase Streptococcus Mutans Rurie Ratna S (UGM, Lappel): Increasing Number of Micronucleus After Panoramic Radiography Exposure in Rabbit’s Gingival Mucosa Sri Hartati (UGM, Lappel): Perubahan Posisi Mandibula pada Perawatan Kamuflase Maloklusi Klas III Skeletal DISKUSI SESI V DISKUSI SESI IV MODERATOR SESI VI: Dr.drg. Siti Sunarintyas, M.Kes. Dwi Wahyu Indrawati (UNAIR, Lappel): The Use of Low Docycyclin in the Case of Aggresive Periodontitis MODERATOR SESI V: drg. JCP Heryumani S, M.S.,Sp.Ort(K) Ernie Maduratna Setiowati (UNAIR, Lappel): Minocycline 0,1% as An Antibacteria and Anti Oxidant Inhibit Progressivity of Periodontitis Apreka Tigor Kusumasmara (UGM, Lapsus): Perawatan Impaksi Gigi Premolar Pertama Mandibula pada Maloklusi Angle Klas II Divisi 2 Subdivisi dengan Teknik Begg Henni Kusumaningrum (UGM, Lapsus): Perawatan Maloklusi Angel Klas II Divisi 1 Bidental Protrusif dengan Teknik Begg 5 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 WAKTU 13.5014.00 AUDITORIUM Aditya Sutrisno (UNAIR, Lapsus): Handling Cases of Hiperplasi Due to Ortodontia Treatment 14.0014.10 14.1014.20 14.2014.30 14.3014.40 14.4014.50 LANTAI DASAR Pratiwi Setyowati (UGM, Lapsus): Perawatan Maloklusi Klas I dengan Hubungan Skeletal Klas III Disertai Makroglosia Menggunakan Alat Ortodontik Cekat Teknik Begg DISKUSI SESI VI DISKUSI SESI V MODERATOR SESI VII: drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes., Ph.D Taufik Akbar (UNEJ, Lappel): Perbedaan Kandungan Kalsium (Ca) pada Ikan Teri Nasi (Stolephorus Spp.) Lokal dan Susu Sapi Lokal di Kabupaten Jember Gina Gratiana (UNIBRAW, Lappel): Uji Efektifitas Antimikroba Ekstrak Propolis Trigona Sp., Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans Secara In Vitro Arief Waskito (UGM, Lapsus): Rehabilitasi Prostetik Pada Kehilangan Bulbus Oculi Akibat Trauma MODERATOR SESI VI: drg. JCP Heryumani S, M.S.,Sp.Ort(K) Putu Ika Anggaraeni (UGM, Lapsus): Treatment of Skeletal Class III Malocclusion with Open Bite Sing Begg Technique Novarini Prahastuti (UGM, Lapsus): Perawatan Kaninus Maksila Ektopik dengan L Loop pada Alat Cekat Teknik Begg Andhika Priyatama (UGM, Lapsus): Intrusi Berat Dengan Keterlibatan Multipel Gigi Insisivus Maksila Akibat Trauma pada Anak 14.5015.00 DISKUSI SESI VII Heri Susilo W (UGM, Lapsus): Perawatan Maloklusi Klas II Divisi I Disertai Crowding dan Openbite Menggunakan Teknik Begg Erna Rahmawati (UGM, Lapsus): Perawatan Maloklusi Kelas I Bimaksiler Protrusi Disertai Crowding dan Pergeseran Midline Menggunakan Teknik Begg DISKUSI SESI VI PENUTUPAN 6 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 INFORMASI UMUM Waktu Pelaksanaan Jumat, 13 Juli 2013 Lokasi Gedung Margono Suradji Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Jl. Denta Sekip Utara, Yogyakarta Kontak Panitia: drg. Harsini, M.S. (informasi, pendaftaran, peserta pameran) Telepon: 0817 9424 780 Fax: 0274 547 130 E-mail: [email protected] Biaya registrasi Rp 250.000,- untuk drg/SP dan Rp 200.000,- untuk mahasiswa Fasilitas: seminar kit, snack, lunch box, sertifikat SKP No.Rek. Bank Mandiri 1370098168087 a/n drg. Hendrawati M.Kes. 7 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 KUMPULAN ABSTRAK 8 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 -Pembicara Utama- 9 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 IDENTIFIKASI PERAWATAN ORTODONTIK SPESIALISTIK DAN UMUM drg. Wayan Ardhana, M.S., Sp.Ort. (K) Ketua Program Studi Ortodonsia PPDGS FKG UGM ABSTRAK Latar Belakang: Tujuan perawatan ortodontik adalah untuk mendapatkan susunan gigi yang teratur, kontak oklusal yang baik, sehingga dapat dicapai fungsi oklusi yang efisien, dan estetika penampilan wajah yang menyenangkan serta hasil perawatan yang stabil. Untuk mencapai tujuan tersebut dokter gigi sangat perlu memahami kasus-kasus maloklusi yang akan dirawat, kemampuan dan kompetensi untuk mencapai tujuan perawatan sehingga dapat dicapai hasil perawatan yang memuaskan. Tujuan Presentasi: membahas tentang kasus-kasus maloklusi berdasarkan keterlibatan komponen dentoskeletal yang membentuk maloklusi, identifikasi tingkat kesulitan perawatan, dan pemahaman kita sebagai dokter gigi tentang kemampuan dan keterbatasan untuk mencapai tujuan perawatan tersebut sehingga dikemudian hari tidak menimbulkan masalah baik bagi pasien maupun bagi dokter yang merawat. Kata kunci: Perawatan ortodontik, kasus-kasus maloklusi, identifikasi kesulitan perawatan, pemahaman tentang kompetensi, hasil perawatan yang diinginkan 10 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN TERKINI drg. Wignyo Hadriyanto, M.S., Sp.KG. (K) Bagian Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Latar Belakang: Kasus penyakit dan kelainan gigi yang membutuhkan pelayanan perawatan konservasi gigi yakni endodontik dan restorasi semakin meningkat dan kompleks, demikian juga tuntutan masyarakat yang membutuhkannya. Berdasarkan data di Kementrian Kesehatan RI menunjukkan bahwa kasus penyakit pulpa gigi merupakan kasus rawat inap terbesar di Indonesia setelah penyakit Isfa. Triad endodontik yang terdiri dari preparasi, sterilisasi dan obturasi berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi bahan dan alat pendukung perawatan di bidang endodontik sudah sangat tinggi, maka pelayanan perawatan endodontik semakin baik, khususnya khasus endodontik yang membutuhkan perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar yang sebelum ini dilakukan secara multi kunjungan, sekarang dapat dilakukan satu kunjungan. Namun demikian tidak semua kasus-kasus penyakit pulpa dan jaringan periapikal gigi dapat dilakukan dalam waktu satu kunjungan. Permasalahan: kasus penyakit pulpa gigi bagaimana yang dapat dilakukan dalam waktu satu kunjungan dan bagaimana prosedur tekniknya. Tujuan dari laporan kasus ini: untuk melaporkan kasus dan indikasi perawatan saluran akar satu kunjungan. Manajemen kasus: Pasien kasus konservasi yang membutuhkan pelayanan perawatan endodontik (perawatan saluran akar), dilakukan pemeriksaan klinis, radiografis, kemudian dilakukan perawtan saluran akar satu kunjungan. Kata kunci: Perawatan saluran akar satu kali kunjungan 11 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 -Presentasi Oral- 12 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN MALOKLUSI KLAS III DENGAN REVERSE OVERJET MENGGUNAKAN ALAT ORTODONTIK CEKAT TEKNIK BEGG Yohana Retno Wikandari Purwaningsih *, Wayan Ardhana**, Christnawati** *Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang : Maloklusi klas III true skeletal merupakan kasus yang sulit dirawat dan mudah terjadi relaps. Perawatan ideal maloklusi klas III tipe true skeletal memerlukan tindakan bedah, namun apabila hal tersebut tidak memungkinkan maka dilakukan perawatan kamuflase. Hasil perawatan kamuflase diharapkan mendekati perawatan ideal. Kasus maloklusi klas III dengan reverse overjet ditandai adanya penyimpangan posisi insisivus atas dan bawah akibat malrelasi maksila dan atau mandibula. Tujuan : tujuan artikel ini adalah menyajikan perawatan ortodontik teknik Begg disertai reverse overjet. Laporan kasus : pasien perempuan umur 24 tahun mengeluhkan gigi depan berjejal dan tidak nyaman untuk mengunyah makanan. Diagnosis : Maloklusi Angle klas III, hubungan skeletal klas III dengan protrusif bimaksilar, incisivus atas dan bawah retrusif, pergeseran median line rahang atas ke kanan, disertai edge to edge bite anterior, cross bite posterior dan openbite posterior. Penanganan : pasien dirawat menggunakan alat cekat teknik Begg. Sebelum perawatan dilakukan pencabutan 4 gigi yaitu gigi premolar kedua atas,dan premolar pertama bawah untuk mengatasi kondisi kasus tersebut. Kesimpulan: Dua tahun setelah dirawat, tampak sudut interinsisal berkurang, reverse overjet terkoreksi, edge to edge bite, cross bite dan openbite terkoreksi. Kata kunci : Maloklusi klas III, reverse overjet, teknik Begg 13 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PENGGUNAAN VERTIKAL LOOP PADA PERAWATAN GIGI BERJEJAL BERAT DAN CROSSBITE ANTERIOR DENGAN TEKNIK BEGG (LAPORAN KASUS) Herna Juliana Nainggolan* Wayan Ardhana** Christnawati** * Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis-1, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Gigi berjejal dapat terjadi pada semua klasifikasi maloklusi.Penggunaan vertikal loop berfungsi untuk meningkatkan kelentingan archwire supaya dapat terpasang pada hampir semua gigi berjejal sehingga levelling dan unravelling gigi anterior dapat tercapai. Tujuan artikel ini untuk menerangkan manfaat dari vertikal loop pada kasus gigi berjejal berat. Pada artikel ini disajikan dua kasus gigi berjejal berat. Kasus pertama: laki-laki 17 tahun tidak percaya diri karena berjejal dan gingsul. Diagnosis: maloklusi Angle klas III subdivisi tipe skeletal klas III dengan retrusif maksila dan prognatik mandibula, gigi berjejal berat dan crossbite anterior. Kasus kedua: perempuan 18 tahun, mengeluhkan gigi berjejal, sulit dibersihkan dan gusi sering berdarah. Diagnosis: Maloklusi Angle klas I tipe skeletal klas I dengan bimaksiler retrusif dan bidental protrusif gigi berjejal berat dan crossbite anterior. Pada kedua kasus dilakukan perawatan dengan alat ortodontik cekat teknik Begg, pada tahap pertama digunakan archwire diameter 0,014” dengan vertikal loop untuk koreksi gigi malposisi berupa gigi berjejal, membuka dan menutup ruang gigi anterior dengan menggerakkan gigi ke arah mesiolabial dan labiolingual sehingga gigi berjejal dan crossbite anterior dapat terkoreksi. Hasil: Koreksi inklinasi gigi-gigi rahang atas dan bawah, overjet dan overbite dipertahankan, penutupan sisa ruang, koreksi aksial gigi-gigi dan perbaikan interdigitasi sesuai dengan oklusi normal. Kesimpulan: Penggunaan vertikal loop pada perawatan ortodontik cekat dengan teknik Begg sangat efektif mengoreksi gigi berjejal berat dan crossbite anterior. Kata kunci: Vertikal loop, berjejal berat, crossbite anterior, teknik Begg 14 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN ORTODONTIK INKONVENSIONAL GIGI ATAS BERJEJAL TERKAIT KEBERADAAN KISTA Timothy Soewito, D.M.D Bagian Ortodonsia; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta, Indonesia; ABSTRAK Keberadaan kista dapat menghambat perawatan ortodontik konvensional yang diberikan pada pasien. Tujuan artikel ini adalah menyajikan laporan kasus perawatan ortodontik seorang pasien perempuan berusia 17 tahun dengan kondisi gigi atas berjejal berat dan kista di antara gigi insisivus lateral dan kaninus kiri atas. Setelah menetapkan diagnosis ortodontik, perawatan pertama yang dilakukan adalah pengangkatan kista. Kista dikirim untuk biopsi dan didiagnosis sebagai kista jinak. Orang tua dan pasien memutuskan untuk mencabut gigi insisivus lateral atas setelah mengetahui bahwa gigi insisivus lateral kiri atas nekrosis. Setelah gigi dicabut, bracket ortodontik dipasang di gigi bawah pasien. Tiga bulan kemudian, bracket ortodontik dipasang di gigi atas pasien. Kondisi gigi atas yang berjejal terkoreksi dan kaninus atas menggantikan posisi insisivus lateral. Saat ini, perawatan aktif masih dilanjutkan dan terpasang bracket ortodontik dengan elastik kelas III pada pasien. Kesimpulan artikel ini adalah pendekatan perawatan ortodontik inkonvensional dapat menjadi pertimbangan ketika ditemukan hambatan seperti adanya kista. Pasien dan orang tua harus diberi informasi mengenai konsekuensi perawatan sebelum perawatan dimulai. Kata kunci: Gigi berjejal, kista benigna, perawatan ortodontik inkonvensional 15 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 RESTORASI MENGGUNAKAN FIBER REINFORCED COMPOSITE PADA GIGI PREMOLAR PERTAMA KANAN MANDIBULA PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR *Intan Dhamayanti, **Tunjung Nugraheni * Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM **Bagian Konservasi Gigi FKG UGM ABSTRAK Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar membutuhkan restorasi yang tepat untuk mencegah terjadinya fraktur. Restorasi menggunakan fiber reinforced composite ( FRC) memiliki resistensi yang tinggi terhadap fraktur dan estetiknya memuaskan. Laporan kasus ini bertujuan melaporkan restorasi menggunakan FRC pada gigi premolar pertama kanan mandibula pasca perawatan saluran akar. Pada kasus ini, pasien wanita 25 tahun, gigi premolar pertama kanan mandibula mengalami nekrosis pulpa. Dilakukan perawatan saluran akar dengan metode crowndown dan obturasi dengan single cone. Restorasi menggunakan FRC dibuat sebagai restorasi akhir. Kesimpulan restorasi menggunakan FRC dapat menjadi pilihan restorasi pada gigi premolar pertama kanan mandibula pasca perawatan saluran akar. Kata kunci: Resistensi, FRC, restorasi 16 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN TEKNIK PREPARASI STEP BACK DISERTAI PASAK FIBER REINFORCE COMPOSIT DAN RESTORASI MAHKOTA JAKET PORSELIN FUSI METAL PADA GIGI INSISIVUS SENTRALIS KANAN MAKSILA NEKROSIS PULPA *Surya Triharsa, **Ema Mulyawati *Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM **Bagian Konservasi Gigi FKG UGM ABSTRAK Laporan kasus ini bertujuan untuk menginformasikan hasil perawatan saluran akar satu kunjungan dengan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal dengan pasak Fiber Reinforce Composit pada gigi insisivus sentralis kanan maksila nekrosis pulpa. Pasien wanita berumur 32 tahun, datang ke Klinik Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, ingin mengganti tambalan gigi depan atas kanan yang telah berubah warna. Pada pemeriksaan objektif diketahui bahwa gigi insisivus sentralis kanan maksila tampak restorasi yang telah berubah warna dimana di bagian palatalnya restorasi tampak menyatu dengan gigi insisivus lateralis kanan maksila yang terletak linguoversi, perkusi negatif, palpasi negatif. Pemeriksaan radiograf terdapat gambaran kavitas yang sudah mencapai kamar pulpa. Diagnosis gigi insisivus sentralis kanan maksila adalah nekrosis pulpa. Rencana perawatan gigi insisivus sentralis kanan maksila adalah perawatan saluran akar satu kunjungan dilanjutkan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal dengan pasak Fiber Reinforce Composit. Kunjungan pertama dilakukan perawatan saluran akar satu kunjungan. Kunjungan ke dua preparasi tonggak, preparasi saluran pasak, pengepasan pasak, pemasangan pasak, pencetakan tonggak dan penentuan warna gigi dengan Vita Lumin Shade guide. Kunjungan ke tiga pengepasan dan penyemenan mahkota jaket porselin fusi metal. Satu minggu kemudian kontrol, tidak ada keluhan rasa sakit. Evaluasi setelah satu bulan tidak ada keluhan sakit, dan dengan pemeriksaan radiograf tidak ada tanda-tanda kelainan pada periapikal serta gigi tersebut dapat berfungsi dengan normal. Kesimpulan kasus gigi insisivus sentralis kanan maksila nekrosis pulpa dapat dikembalikan fungsi gigi dengan perawatan saluran akar satu kunjungan dilanjutkan dengan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal dengan pasak Fiber Reinforce Composit. 17 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PENGAMBILAN LENTULO PATAH DALAM PERAWATAN ENDODONTIK GIGI MOLAR SATU KIRI BAWAH NEKROSIS PULPA (LAPORAN KASUS) *Muhammad Syafri, ** Tunjung Nugraheni *Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM **Bagian Konservasi Gigi FKG UGM ABSTRAK Setiap dokter gigi yang telah melakukan perawatan endodontik memiliki berbagai pengalaman emosional mulai dari sensasi pada saat obturasi hingga kecelakaan prosedural seperti patahnya instrumen. Selama prosedur preparasi saluran akar dilakukan, potensi patahnya instrumen selalu ada. Ketika patah instrumen terjadi, selalu saja menimbulkan kecemasan, dan berharap instrumen tersebut dapat dikeluarkan dari saluran akar tanpa melakukan prosedur bedah. Saat ini instrumen yang patah dapat dikeluarkan dengan menggunakan instrumen ultrasonik, selain itu diperlukan juga akses dan visibiliti yang baik sehingga memudahkan operator untuk mengeluarkan instrumen yang patah tersebut. Dalam makalah ini dilaporkan satu kasus perawatan saluran akar gigi molar satu kiri bawah pulpitis irreversibel pada pasien wanita 20 tahun, namun terjadi kecelakaan prosedur berupa patahnya lentulo saat pengaplikasian bahan sterilisasi saluran akar. Pengambilan lentulo berhasil dilakukan pada kunjungan kedua dengan menggunakan jarum miller yang dihubungkangkan dengan tip ultrasonik endo serta headstrom file no 25. Visibiliti didapatkan dengan melakukan coronal flaring menggunakan hero shaper dari mikro mega yang dihubungkan dengan alat rotary. Setelah 1 minggu berikutnya gigi diobturasi dengan teknik single cone pada saluran akar distal dan teknik kondensasi lateral pada saluran akar mesiobukal dan mesiolingual. Pada kunjungan berikutnya, gigi direstorasi dengan resin komposit disertai pasak dentatus screw. Setelah 2 bulan diamati secara radiografis dan klinis, tidak ada keluhan dari pasien. Kata kunci: Lentulo patah, Hero shaper, jarum miller, Headstrome file, Perawatan saluran akar. 18 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN DENGAN INSTRUMEN ROTARY DENGAN TEKNIK PREPARASI CROWN DOWN DAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS II PADA PREMOLAR PERTAMA MAKSILA KIRI NEKROSIS PULPA (LAPORAN KASUS) *Sherli Diana **Pribadi Santosa *Karyasiswa Program Studi Ilmu Konservasi Gigi PPDGS, FKG UGM **Bagian Ilmu Konservasi Gigi FKG UGM ABSTRAK Preparasi kemomekanik pada saluran akar meliputi instrumentasi mekanis dan irigasi antibakteri yang secara prinsip dapat langsung mengeliminasi mikroorganisme pada sistem saluran akar. Beragam instrumen dan teknik telah digambarkan dan dikembangkan untuk tahap awal pada perawatan saluran akar. Sejak diperkenalkan pada tahun 1988, instrumen rotary nikel-titanium (NiTi) telah digunakan secara umum dalam perawatan endodontik karena kemampuannya membentuk saluran akar dengan prosedur komplikasi yang minimal. Penggunaan instrumen NiTi yang aman secara klinis sangat diperlukan dan pemahaman mengenai dasar metallurgy dari alloy termasuk mekanisme fraktur dan korelasinya dengan anatomi saluran akar agar penggunaan instrumen NiTi dapat dilakukan secara aman. Makalah ini membahas tentang prinsip biologis persiapan saluran akar dengan teknik dan sistem instrumentasi yang benar menggunakan NiTi. Penderita pria 21 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo UGM Yogyakarta mengeluhkan gigi belakang atas kiri yang berlubang tapi tidak sakit dan pasien ingin dirawat. Gigi Premolar satu atas kiri terdapat kavitas disto oklusal dengan pulpa terbuka, pemeriksaan radiografis tidak terdapat lesi, lamina dura masih baik dan saluran akar jelas dan lurus. Pada kasus ini dilakukan perawatan saluran akar dengan menggunakan teknik crown down rotary X-Smart (Dentsply). Pasca perawatan saluran akar, gigi premolar satu atas kiri dilakukan tumpatan resin komposit kelas II. Hasil evaluasi klinik saat kontrol tidak ada keluhan rasa sakit, pemeriksaan objektif juga tidak ada rasa sakit, warna gigi serasi dengan warna gigi tetangga. prognosis pada kasus ini baik dan tidak ada keluhan. Kata kunci: Nikel-Titanium Alloy, instrumentasi saluran akar, perawatan saluran akar nekrosis, teknik preparasi rotary. 19 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN DISERTAI CROWN LENGTHENING PADA GIGI 21 FRAKTUR DENGAN NEKROSIS PULPA: LAPORAN KASUS Ricky Ferdian Raja* dan Diatri Nari Ratih** *Residen PPDGS Konservasi Gigi, FKG Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Staf Pengajar Departemen Konservasi Gigi, FKG Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang: Tujuan utama dilakukannya perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan bakteri dari sistem saluran akar terinfeksi, serta penutupan tiga dimensi yang baik menggunakan material pengisi. Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan non-bedah konservatif pada gigi yang perlu dirawat endodontik, meliputi prosedur pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran akar dalam sekali kunjungan. Hal ini mengurangi resiko kontaminasi antar-kunjungan, juga menghemat waktu pasien dan klinisi.Crown-lengthening merupakan prosedur bedah pembentukan ulang kontur jaringan gingiva yang dapat juga melibatkan tulang di bawahnya, sehingga didapatkan struktur gigi sehat lebih banyak. Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan untuk menginformasikan keberhasilan perawatan saluran akar satu kunjungan pada kasusfraktur gigi 21 yang disertai prosedur crown lengthening. Manajemen kasus: Seorang wanita berusia 46 tahun dirujuk untuk dilakukan perawatan saluran akar pada gigi 21 yang fraktur akibat jatuh tiga minggu sebelum kunjungan. Struktur mahkota gigi supragingiva yang tersisa sekitar sepertiga servikal dengan saluran akar terbuka. Batas tepi gingiva regio gigi 21 tidak segaris dengan regio 11. Tidak terdapat kelainan pada tes perkusi, palpasi maupun mobilitas, namun tes vitalitas pulpa (dingin dan elektrik) tidak memperlihatkan respon pasien. Tidak ada kelainan periapikal yang ditemukan dari pemeriksaan radiografis. Perawatan yang dilakukan berupa perawatan saluran akar satu kunjungan, dilanjutkan prosedur crown lengthening, serta restorasi akhir menggunakan pasak fiber dan mahkota jaket porselin fusi metal. Crown lengthening dilakukan karena alasan fungsional maupun estetika. Kesimpulan: Perawatan satu kunjungan dapat berhasil melalui pembersihan dan pembentukan saluran akar yang baik. Crown lengthening tidak hanya dapat meningkatkan retensi mahkota, tetapi juga estetika tampilan gigi. Kata kunci: Perawatan saluran akar satu kunjungan, crown lengthening, fraktur gigi 20 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 APEKSIFIKASI PADA GIGI INSISIVUS KANAN MAKSILA DENGAN MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE Ni Kadek Eka Widiadnyani* dan drg. Ema Mulyawati, MS.,Sp.KG(K).** *Residen PPDGS Konservasi Gigi FKG Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Staf Pengajar Departement Konservasi Gigi, FKG Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Pendahuluan: Trauma pada gigi permanen imatur non vital dengan apikal terbuka sering terjadi dan melibatkan kurang lebih 30% populasi anak. Mineral trioxide aggregate (MTA) adalah bahan pilihan terbaik yang dipakai sebagai bahan apeksifikasi untuk pembentukan apikal barrier dan penyembuhan pada gigi imatur. Tujuan: Melaporkan keberhasilan penutupan apikal dengan menggunakan MTA pada gigi permanen insisivus non vital dengan apikal terbuka yang diakibatkan trauma. Kasus : Pasien perempuan 18 tahun dengan keluhan gigi depan atas kanan patah dan berubah warna. Kejadian trauma sejak 6 tahun yang lalu dikarenakan jatuh dari sepeda. Pemeriksaan klinis, gigi non vital dengan fraktur ellis klas IV disertai apikal terbuka dan diskolorasi oleh karena trauma. Periapikal radiografis menunjukkan apikal masih terbuka dengan saluran akar yang besar serta terdapat radiolusensi periapikal. Tatalaksana kasus: Apeksifikasi menggunakan MTA dilanjutkan pemasangan pasak pita fiber, pembuatan inti dan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal. Kesimpulan: Apeksifikasi dengan MTA dapat mempersingkat waktu kunjungan dengan pembentukan barier apikal yang merangsang penyembuhan dan dapat langsung dilanjutkan dengan restorasi akhir. Kata kunci : Apeksifikasi, MTA, apikal terbuka 21 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN TEKNIK BEGG PADA MALOKLUSI KLAS I DENGAN KANINUS IMPAKSI DAN INSISIVUS LATERAL AGENESIS (LAPORAN KASUS) Kristina Wijaya Gunawan*, Wayan Ardhana**, Christnawati** * Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang: Maloklusi klas I yang disertai berbagai macam malrelasi, maloklusi gigi individual, dan anomali gigi dapat menggangu penampilan. Tidak adanya satu atau beberapa gigi dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh impaksi atau agenesis. Impaksi kaninus maksila terjadi kurang dari 2% populasi dan lebih sering terjadi pada perempuan. Impaksi kaninus lebih sering terjadi pada sisi palatal daripada labial. Impaksi kaninus pada sisi labial menunjukkan adanya defisiensi panjang lengkung maksila. Agenesis merupakan suatu kondisi anomali pertumbuhan berupa tidak adanya benih satu atau beberapa gigi. Agenesis dapat terjadi pada gigi-gigi selain molar ketiga dengan frekuensi 1,6%-9,6%. Alat cekat teknik Begg dapat digunakan untuk merawat maloklusi klas I. Tujuan: Memaparkan kemajuan perawatan kasus dengan alat cekat teknik Begg. Kasus: Pasien perempuan 20 tahun mengeluhkan gigi-gigi depan atas dan bawah berjejal sehingga mengganggu penampilan. Diagnosis: Maloklusi Angle klas I tipe dentoskeletal disertai deepbite,crossbite pada 25 terhadap 35, pergeseran midline dental maksila ke kanan sebesar 2,5 mm, 13 impaksi vertikal pada sisi labial, 42 agenesis, dan edentulous parsial regio 36. Perawatan: Pencarian ruang dilakukan dengan pencabutan 14 dan 25, dan pemanfaatan ruang bekas pencabutan 36. Gigi kaninus impaksi dilakukan exposure. Perawatan menggunakan alat cekat teknik Begg. Perawatan tahap pertama bertujuan levelling dan unraveling gigi-gigi, termasuk gigi kaninus impaksi. Perawatan tahap kedua adalah koreksi midline dan penutupan sisa ruang bekas pencabutan. Kesimpulan: Kemajuan hasil perawatan menunjukkan kaninus maksila impaksi sudah mencapai bidang oklusi, pergeseran midline dental atas dan crowding dental terkoreksi, namun perawatan masih berlangsung untuk penutupan sisa ruang regio 36, koreksi interdigitasi, dan root paralleling. Kata kunci: Maloklusi klas I, kaninus impaksi, insisivus lateral agenesis, teknik Begg 22 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PASAK FIBER REINFORCED COMPOSITES SEBAGAI PENGUAT RESTORASI KOMPOSIT KELAS III PADA GIGI INSISIVUS SENTRALIS KANAN MAKSILA NEKROSIS PULPA Ria Ariani * Wignyo Hadriyanto ** *Karyasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Konservasi Gigi **Staf Pengajar Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada- Jogjakarta ABSTRAK Perawatan endodontik menyebabkan melemahnya struktur gigi karena penurunan kadar air dan hilangnya dentin yang dapat terjadi peningkatan terjadinya resiko fraktur gigi. Perawatan endodontic dibagi menjadi 3 fase yaitu : pembersihan, pembentukan saluran akar dan obturasi. Setelah perawatan endodontik, perlu dilakukan rekonstruksi pada gigi non vital harus didasarkanpada struktur jaringan keras gigi yang tersisa.Fiber reinforced composite dan inti dari resin komposit dapat digunakan untuk mengurangi fraktur dan estetiknya baik. Pada kasus ini menginformasikan penggunaan fiber reinforced composite sebagai alternatif restorasi estetik setelah perawatan endodontic. Pada kasus ini, pasien wanita, 22 tahun, gigi insisivus sentralis kanan maksila nekrosis pulpa. Perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan evaluasi satu minggu sebelum pemasangan pasak fiber reinforced composite. Resin composite kelas III sebagai akhir perawatan restorasi estetik. 23 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN LENGKUNG ASIMETRI PADA KASUS MALOKLUSI ANGLE KLAS I DENGAN TEKNIK BEGG (LAPORAN KASUS) Evi Aisyah Ulfah*, Prihandini Iman** * Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang : Perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik Begg baik digunakan untuk perawatan maloklusi Angle Kelas II divisi 1 tetapi juga dapat untuk merawat maloklusi Angle Kelas I dan Kelas III. Asimetri lengkung dapat terjadi karena Bad Habit yang diantaranya posisi tidur dan bertopang dagu satu sisi. Tujuan : memaparkan perubahan dental dan skeletal setelah perawatan dengan alat cekat teknik Begg. Kasus : Pasien seorang wanita usia 36 tahun, mengeluhkan keadaan giginya yang kurang rapi dan muka terlihat berbeda antara sisi kanan dengan sisi kiri, pemeriksaan obyek tifter lihat muka yang asimetris sehingga mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Hasil pemeriksaan oral menunjukkan lengkung pada rahang atas dan rahang bawah yang asimetris dengan lengkung normal pada sisi kanan dan lengkung kontraksi pada sisi kiri. Diagnosis : Maloklusi Angle Klas I dengan tipe skeletal klas II disertai bidental protrusive dan rotasi mandi bular clockwise, lengkung asimetris rahang atas dan rahang bawah serta mal posisi gigi-gigi. Garis oklusi terlihat miring dengan penurunan pada sisi kiri. Perawatan : Menggunakan alat cekat teknik Begg dengan perbaikan lengkung dilanjutkan pencabutan empat premolar satu. Kesimpulan: Hasil menunjukkan terjadi perubahan lebar lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah, crowded terkoreksi, garis oklusi terkoreksi. Kata kunci :Maloklusi Angle Kelas I,lengkung asimetris, garis oklusi, teknik Begg 24 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN SALURAN AKAR ULANG INSISIVUS SENTRALIS KIRI MAKSILA NON VITAL DENGAN LESI PERIAPIKAL Ni Gusti Ayu Ariani * dan Wignyo Hadriyanto ** *Residen PPDGS Konservasi Gigi FKG Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Staf Pengajar Departemen Konservasi Gigi,FKG Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang : Kegagalan dalam perawatan saluran akar salah satunya disebabkan masih terdapatnya mikroorganime didalam sistem saluran akar. Lesi periapikal yang ditemukan dalam kegagalan perawatan saluran akar memerlukan perawatan saluran akar ulang. Tujuan : Tujuan dari laporan ini untuk menunjukan keberhasian dari perawatan saluran akar ulang gigi insisivus lateralis kiri maksila dengan lesi periapikal. Managemen Kasus : Pasien wanita umur 53 tahun, gigi insisivus lateralis kiri maksila dengan lesi periapikal. Pemeriksaan radiografi tampak obturasi kurang hermetis dan adanya radiolusen pada daerah periapikal. Perawatan ulang saluran akar, diikuti pemasangan pasak fiber dan restorasi porselin fuse metal. Kesimpulan : Evaluasi setelah enam bulan pasca perawatan saluran akar ulang pemeriksaan radiografi menunjukan radiolusen mengecil dan gigi dapat berfungsi dengan normal. Kata Kunci: Perawatan saluran akar ulang, lesi periapikal 25 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 HUBUNGAN RETRAKSI GIGI ANTERIOR DENGAN BENTUK BIBIR PADA PERAWATAN PROTRUSIF BIMAKSILAR DENGAN TEKNIK BEGG Francisca Prima Sagita Maryana* dan Prihandini** *Program Studi Ortodonsia Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada **Bagian Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Abstrak Latar belakang dan Tujuan :perubahan pada jaringan keras di daerah sepertiga wajah bagian bawah membawa perubahan pada jaringan lunak di atasnya. Pergerakan pada gigi anterior akan mempengaruhi bentuk bibir yang melekat langsung pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan bentuk bibir atas dan bibir bawah setelah perawatan ortodontik pada maloklusi protrusif bimaksilar dengan teknik Begg pada orang dewasa Jawa. Metode Penelitian :Sampel penelitian adalah 17 sefalogram lateral pasien dengan protrusif bimaksilar sebelum dan sesudah perawatan. Perubahan pada posisi gigi anterior (jarak yang diukur dari tepi insisal gigi anterior ke garis referensi yang ditarik dari sella) dikorelaksikan dengan perubahan pada bibir atas dan bawah (ketebalan dan panjang bibir) menggunakan korelasi Pearson. Hasil : Ketebalan dan panjang bibir sebelum dan sesudah perawatan dibandingkan . Ketebalan bibir atas dan bibir bawah bertambah secara bermakna ( P<0,01). Panjang bibir atas dan bibir bawah juga bertambah secara bermakna (P<0,01). Kesimpulan : Retraksi gigi anterior atas dan bawah pada perawatan protrusif bimaksilar akan diikuti oleh pertambahan ketebalan dan panjang bibir atas dan bibir bawah. Kata Kunci: Retraksi, bimaksilar, protrusive, ketebalan, panjang, bibir 26 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN DENGAN TEKNIK PREPARASI CROWN DOWN DISERTAI RESTORASI RESIN KOMPOSIT MENGGUNAKAN PASAK TAPERED SELF THREADING PADA MOLAR KETIGA KIRI MANDIBULA NEKROSIS PULPA Ellen Krisanti*, dan Tri Endra Untara** * Program Studi Konservasi Gigi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang. Morfologi saluran akar gigi molar mandibula ketiga memiliki variasi yang lebih kompleks dibandingkan gigi molar lainnya. Pada gigi molar ketiga sering dilakukan pencabutan, namun dalam keadaan tertentu gigi molar ketiga dapat dipertahankan. Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan pilihan untuk terapi kasus ini. Tujuan. Laporan kasus ini bertujuan untuk memperlihatkan keberhasilan dari perawatan saluran akar satu kunjungan pada gigi molar ketiga nekrosis pulpa disertai restorasi resin komposit dengan pasak tapered self theading. Kasus. Pasien wanita 20 tahun datang ke RSGM-P Universitas Gajah Mada dengan keluhan sakit saat pengunyahan pada gigi molar ketiga dan positif pada perkusi. Gambaran radiografis menunjukkan restorasi yang tidak sempurna, terdapat celah antara kavitas dengan restorasi. Rencana perawatan pada kasus ini, perawatan saluran akar satu kunjungan dan resin komposit dengan pasak tapered self threading sebagai restorasi akhir. Kesimpulan. Perawatan saluran akar satu kunjungan memiliki rekontaminasi mikroorganisme yang lebih kecil dibandingkan dengan multi kunjungan sehingga menjamin keberhasilan perawatannya. Restorasi resin komposit secara direk dengan pasak tapered self threading merupakan restorasi alternatif pasca perawatan endodontik karena lebih cepat dan kuat. Kata kunci : Perawatan saluran akar satu kunjungan, gigi molar ketiga mandibula, resin komposit, pasak tappered self threading 27 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERBANDINGAN PROFIL BIBIR DAN INSISIVUS KASUS BORDERLINE KLAS I ANTARA PERAWATAN DENGAN PENCABUTAN DAN TANPA PENCABUTAN Yenni Hanimastuti*, Pinandi Sri Pudyani**, Darmawan Sutantyo** *Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Penentuan rencana perawatan ortodontik dengan pencabutan atau tanpa pencabutan masih menjadi perdebatan, terutama pada kasus borderline. Perawatan ortodontik dengan atau tanpa pencabutan dapat mempengaruhi profil wajah. Perubahan pada penampilan wajah terjadi akibat adanya perubahan posisi gigi anterior yang dapat mempengaruhi perubahan profil jaringan lunak wajah terutama pada daerah bibir. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan perubahan profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline klas I antara perawatan dengan pencabutan 4 premolar kedua dan tanpa pencabutan. Penelitian dilakukan pada 28 sefalogram lateral kasus borderline klas I yang dirawat dengan teknik straight wire, terdiri dari 2 kelompok (13 kasus dengan pencabutan dan 15 kasus tanpa pencabutan). Masing-masing sefalogram dilakukan pengukuran profil bibir, yaitu jarak bibir atas dan bawah terhadap Vertical Reference Plane (VRP) dan sudut interlabial; serta posisi gigi insisivus, yaitu jarak gigi insisivus atas dan bawah terhadap Vertical Reference Plane (VRP), sebelum dan sesudah perawatan. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap awal perawatan kedua kelompok memiliki karakteristik profil bibir dan posisi gigi insisivus yang sama (p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perubahan posisi bibir, sudut interlabial, dan posisi gigi insisivus antara kelompok yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan setelah perawatan ortodontik. Kesimpulan penelitian ini adalah profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline klas I yang dirawat dengan pencabutan 4 premolar kedua menjadi lebih retrusif daripada profil bibir dan posisi gigi insisivus kasus borderline klas I yang dirawat tanpa pencabutan. Kata kunci: Borderline klas I, pencabutan, tanpa pencabutan. 28 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PENGARUH RITMA CIRCADIAN TERHADAP PRODUKSI VOLATILE SULFUR COMPOUNDS (VSC) ORAL Supriatno Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang. Volatile sulfur compound (VSC) oral dapat mempengaruhi hubungan antar manusia terutama hubungan sosial dan psikologis. VSC dihasilkan dari produk putrifikasi mikroba gas hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (CH3SH) dan dimetil sulfida [(CH3)2S] yang merupakan gas utama penyebab halitosis. Ritma circadian mempunyai pengaruh terhadap fungsi beberapa organ tubuh manusia termasuk sekresi saliva, produksi hormon, aktivitas hemodinamik, fungsi jaringan dan otot, fungsi sistim tubuh, dan aktivitas mikroorganisma termasuk bakteri di dalam mulut. Tujuan penelitian adalah menguji pengaruh ritma circadian terhadap produksi VSC oral yang diukur menggunakan alat OraChroma portable. Metode penelitian dilakukan dengan mengukur gas VSC individu yang sama pada pagi, siang dan malam hari di laboratorium riset terpadu FKG UGM. Hasil pengukuran H2S, CH3SH dan (CH3)2S diuji menggunakan analisis statistik Anava dua jalur dilanjutkan uji post hoc LSD dan uji korelasi Pearson dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara produksi gas H2S, CH3SH dan (CH3)2S dengan waktu pengukuran (efek circadian) (P = 0,000). Perbedaan sangat bermakna diketahui pula pada pengukuran gas H 2S dan (CH3)2S antara pagi, siang dan malam (P = 0,01 dan P = 0,00), serta pengukuran gas CH3SH siang dan malam (P = 0,006), tetapi tidak pada pengukuran CH3SH pagi hari (P = 0,061). Produksi gas H2S tertinggi diketahui pada pagi hari (mean 1,198 ng/10 ml), gas CH3SH pada malam hari (mean 0,099 ng/10 ml), sedangkan produksi gas (CH3)2S tertinggi pada siang hari (mean 1,216 ng/10 ml). Kekuatan hubungan pengukuran antara ke tiga gas dengan efek circadian diketahui sebesar r = 0,738. Kesimpulan, ritma circadian berpengaruh terhadap produksi volatile sulfur compound oral. Produksi gas H2S dan (CH3)2S berbeda antara pagi, siang dan malam, sedangkan produksi gas CH3SH berbeda hanya pengukuran siang dan malam hari. Produksi gas H2S tertinggi pada pagi hari, gas CH3SH pada malam hari, dan gas (CH3)2S pada siang hari. Kata kunci : VSC, halitosis, ritma circadian, ORA-Chroma. 29 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN INKLINASI GIGI INSISIVUS BAWAH, POSISI MANDIBULA, DAN POSISI BIBIR BAWAH PADA PERAWATAN DENGAN TEKNIK BEGG ( KAJIAN SEFALOGRAM LATERAL PADA PERAWATAN MALOKLUSI ANGLE KLAS II DIVISI 1 DENGAN PENCABUTAN EMPAT PREMOLAR PERTAMA) Tri Utami Widhayanti*, Wayan Ardhana**, dan Prihandini I W S** * Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang: Ciri maloklusi Angle klas II divisi 1 diantaranya mandibula retrusif, inklinasi gigi insisivus maksila dan mandibula ke arah labial, dan adanya abnormalitas fungsi dan bentuk bibir. Perawatan ortodontik pada maloklusi klas II divisi 1 terutama bertujuan untuk memperbaiki profil wajah sehingga tercapai keindahan wajah. Teknik Begg paling baik untuk merawat kasus maloklusi klas II divisi 1 karena dapat mengakibatkan pembukaan gigitan, rotasi mandibula, retraksi gigi insisivus atas maupun bawah, dan retraksi bibir. Tujuan: untuk mengetahui hubungan perubahan inklinasi gigi insisivus bawah dan posisi mandibula, terhadap posisi bibir bawah. Cara penelitian: Pengambilan 15 pasang sampel sefalogram lateral sebelum dan sudah perawatan, usia 18-35 tahun yang telah memenuhi kriteria subjek dan mendapat persetujuan dari komite etik. Data diambil dan diukur secara linier dengan titik-titik referensi pada jaringan lunak bibir bawah dan jaringan keras. Data dianalisis dengan analisis korelasi product moment Pearson untuk mengetahui hubungan perubahan inklinasi gigi insisivus bawah dan posisi mandibula, terhadap posisi bibir bawah. Hasil: terdapat hubungan yang bermakna perubahan inklinasi gigi insisivus bawah dan posisi bibir bawah (p<0,05), tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna perubahan posisi mandibula terhadap posisi bibir bawah (p>0,05). Terdapat korelasi antara retraksi gigi insisivus bawah dengan retraksi bibir bawah dengan rasio 1:0,477. Kesimpulan: Terjadinya retraksi bibir bawah diakibatkan karena retraksi gigi insisivus bawah, dan perubahan yang terjadi pada posisi mandibula tidak mempengaruhi retraksi bibir bawah. Kata kunci: Maloklusi klas II divisi 1, teknik Begg, inklinasi gigi insisivus bawah, posisi mandibula, dan posisi bibir bawah 30 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 MINYAK ATSIRI TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria ROSC., ZINGIBERACEAE) MENURUNKAN EKSPRESI CD4+ PADA GINGIVA TERPAPAR A. Actinomycetemcomitans Juni Handajani* *Bagian Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta – Indonesia ABSTRAK Aggregatibacter actinomycetemcomitans (A. actinomycetemcomitans) merupakan bakteri Gram-negatif yang dikaitkan dengan penyakit periodontal. Ekspresi positif CD4 + tampak pada keadaan gingivitis (inflamasi gingiva) maupun periodontitis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek minyak atsiri temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap ekspresi CD4+ pada gingiva terpapar A. actinomycetemcomitans. Penelitian dilakukan pada tikus Wistar jantan umur 3 bulan yang diberi paparan bakteri A. actinomycetemcomitans pada anterior gingiva mandibula. Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor tikus diberikan minum minyak atsiri temu putih dosis 30,6 µl/ml selama 14 hari dan kontrol diberikan aquadest. Bakteri diaplikasikan sebanyak 100 µl hari ke-7 sampai ke-14 lalu hari ke-15 dilakukan pengorbanan tikus teranestesi. Pembuatan preparat histologis pada gingiva anterior mandibula untuk pewarnaan imunohistokimia. Pengamatan ekspresi CD4+ (Santa Cruz Biotechnology, USA) menggunakan mikroskop cahaya. Hasil penelitian menunjukkan ekspresi CD4+ positif kuat di lamina propria dan stratum basale pada kelompok kontrol sedangkan ekspresi postif lemah di area lamina propria tampak pada kelompok perlakuan. Disimpulkan bahwa induksi minyak atsiri temu putih dapat menurunkan inflamasi gingiva ditandai dengan penurunan ekspresi CD4+. Kata kunci: Temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.), minyak atsiri, ekspresi CD4+, gingiva, Aggregatibacter actinomycetemcomitans. 31 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PELEPASAN ION NIKEL PADA BRAKET STAINLESS STEEL BARU DAN DAUR ULANG DALAM SALIVA BUATAN *Siti Fatimah, **Prihandini Iman, **Soekarsono * Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Braket selalu berada dalam rongga mulut selama perawatan ortodonti sehingga terjadi interaksi braket dengan lingkungannya. Salah satu kriteria yang harus dipenuhi oleh braket ortodontik adalah memiliki biokompatibilitas yang baik dan daya tahan yang tinggi terhadap korosi. Produk utama hasil proses korosi yang paling merugikan bagi tubuh adalah ion nikel. Pelepasan ion nikel pada braket dipengaruhi oleh komposisi kandungan logam, metode pembuatan serta lingkungan dalam mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelepasan ion nikel pada braket stainless steel baru dan daur ulang setelah dilakukan perendaman pada saliva buatan pH 5. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris. Sampel yang digunakan berjumlah 48 braket stainless steel untuk gigi premolar, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I braket baru dan kelompok II braket daur ulang kemudian dilakukan perendaman pada saliva buatan pH 5. Data hasil yang didapatkan dari penelitian ini kemudian di analisis menggunakan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan besar pelepasan ion nikel antara braket stainless steel baru dan daur ulang pada perendaman dalam saliva buatan pH 5 (p<0,05). Kata kunci: Braket, pelepasan ion nikel, korosi, daur ulang, saliva buatan 32 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 WAKTU PRODUKSI YOLK IMMUNOGLOBULIN (IGY) KUNING TELUR AYAM YANG DIIMUNISASI Streptococcus mutans Mufidana Azis*, Dhinintya Hyta N.*, Aurita Siwi R.*, Kristiyani Dwi M.**, Norma Dias L.*, Juni Handajani*** *Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ** Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ***Bagian Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Denta Sekip Utara Yogyakarta 55281. Email: [email protected] ABSTRAK Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang tinggi. Karies diketahui sebagai penyakit multifaktorial rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Salah satu metode terbaru dalam melakukan tindakan pencegahan karies gigi, yaitu, melalui imunisasi pasif menggunakan antibodi kuning telur ayam (Yolk Immunoglobulin/IgY). Beberapa penelitian menunjukkan waktu produksi IgY yang bervariasi dengan perbedaan teknik pengujian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi IgY kuning telur ayam yang diimunisasi S. mutans. Metode penelitian menggunakan 4 ekor ayam Hysex Brown sebagai kelompok perlakuan dan 1 ekor ayam sebagai kontrol. Suspensi S. mutans diaplikasikan terhadap ayam saat minggu pertama pada hari ke-1,2,3, kemudian ditambahkan Freund adjuvant saat minggu ke-2 hingga minggu ke-4. Koleksi kuning telur ayam dilakukan pada minggu ke-2 setelah imunisasi. Kuning telur ayam selanjutnya diuji AGPT (Agar Gel Precipitation Test). Hasil positif apabila terbentuk presipitasi diantara sumuran antigen dan antibodi. Hasil penelitian menunjukkan hasil positif pada kuning telur ayam minggu ke-5. Disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk produksi IgY spesifik S. mutans pada kuning telur ayam mulai minggu ke-5 setelah imunisasi. Kata kunci: Waktu produksi, yolk immunoglobulin (IgY), kuning telur ayam, Streptococcus mutans. 33 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PENGARUH EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) KONSENTRASI 10% TERHADAP AKTIVITAS ENZIM GLUKOSILTRANSFERASE Streptococcus mutans Zenia Adindaputri U.*, Nunuk Purwanti**, Ivan Arie Wahyudi** *Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada **Bagian Biomedika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Latar belakang: Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berperan sebagai agen utama penyebab karies gigi, yang memiliki enzim glukosiltransferase (GTF). Enzim GTF akan mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukan. Salah satu herbal tradisional yang dapat berperan sebagai antibakteri adalah kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang mengandung polifenol terutama flavonoid. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) konsentrasi 10% terhadap aktivitas enzim GTF Streptococcus mutans. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan ekstrak kulit jeruk nipis konsentrasi 10% sebagai perlakuan, chlorhexidine gluconate 0,12% sebagai kontrol positif, serta akuades steril sebagai kontrol negatif. Metode penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu penyiapan ekstrak kulit jeruk nipis konsentrasi 10%, penyiapan enzim GTF dari supernatan Streptococcus mutans, dan pengujian aktivitas enzim GTF melalui analisis konsentrasi fruktosa dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pembacaan luas area fruktosa dilakukan berdasarkan waktu retensi. Satu unit aktivitas enzim GTF di definisikan sebagai 1 µmol fruktosa/ml dari enzim/jam. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan one way ANOVA. Hasil Penelitian: Hasil perhitungan aktivitas enzim GTF dengan one way ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan kontrol positif. Kesimpulan: Ekstrak kulit jeruk nipis konsentrasi 10% dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase Streptococcus mutans. Kata kunci: Streptococcus mutans, glukosiltransferase, kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) 34 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 DEFORMASI SLOT BEBERAPA PRODUK BRAKET STAINLESS STEEL AKIBAT GAYA TORQUE KAWAT BETA TITANIUM (PENELITIAN) Marisa Mifta Huda*, Erwin Siregar**, Nada Ismah** *Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti **Staf Pengajar Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia ABSTRAK Latar Belakang: Deformasi slot braket Stainless Steel akan mempengaruhi gaya yang diaplikasikan kepada gigi sehingga menghambat pergerakan gigi dan memperlama waktu perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui deformasi slot braket dari lima merek braket yaitu 3M, Biom, Versadent, Ormco dan Shinye akibat gaya torque kawat Beta Titanium 0.021x0.025 inci dengan sudut puntir 45° dan besar gaya torque dengan sudut puntir 30° dan 45°. Penelitian juga bertujuan untuk membandingkan deformasi dan besar gaya torque antara kelima merek braket. Metode Penelitian: 50 braket Stainless Steel Edgewise dari lima kelompok merek braket (n=10) dilem ke akrilik. Masing-masing braket dilakukan dua tahapan pengukuran yaitu pengukuran deformasi braket dengan menghitung rerata tinggi slot braket dengan mikroskop stereoskopi sebelum dan sesudah uji torque dan pengukuran besar gaya torque dengan alat uji torque. Hasil: Analisa statistik menunjukkan terdapat deformasi slot braket pada kelima merek braket dengan deformasi permanen secara klinis pada braket Biom (2,79 µm) dan Shinye (2,29 µm). Besar gaya torque pada kelima braket dari yang paling besar yaitu 3M, Ormco, Versadent, Shinye dan Biom. Perbandingan deformasi slot braket dan besar gaya torque antara kelima braket adalah terdapat perbedaan deformasi slot braket antara kelima merek braket kecuali antara 3M dan Ormco dan Biom dan Shinye dan terdapat perbedaan besar gaya torque antara kelima braket dengan sudut puntir 30° (kecuali 3M dan Ormco) dan 45°. Kesimpulan: Komposisi logam dan proses pembuatan braket merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya deformasi slot braket dan besar gaya torque. Proses pembuatan dengan metode MIM dan komposisi logam AISI 303 dan 17-4PH menurunkan risiko deformasi. Kata Kunci : Deformasi slot braket, torque, braket Stainless Steel, kawat Beta Titanium. 35 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 INCREASING NUMBER OF MICRONUCLEUS AFTER PANORAMIC RADIOGRAPHY EXPOSURE IN RABBIT’S GINGIVAL MUCOSA Rurie Ratna Shantiningsih 1, Munakhir Mudjosemedi1, Indwiani Astuti2, Suwaldi3 1 Faculty of Dentistry ; 2 Faculty of Medicine; 3 Faculty of Pharmacy University Gadjah Mada Indonesia ABSTRACT Introduction: Micronucleus is one of the early state of DNA damage that has been found in human gingival mucosa after dental panoramic radiography exposure. The increasing number of micronucleus will reach a peak in the tenth day after the exposure and it will continuously decrease rightly after fourteenth day. Rabbits have both character and turnover periods of gingival mucosa similar to the human that ranges from 10-12 days. Objectives: The purpose of this study was to evaluate the increasing number of micronucleus in rabbit’s gingival mucosa after panoramic radiography exposure. Materials and methods: A total of twelve New Zealand rabbits were divided into 4 groups to represent before, the 3rd, 6th and 9th day after panoramic radiography exposure. The mandibular anterior gingival mucosa of each animals was swabbed using a cervical brush at before and after panoramic radiography exposure. The samples were stained by modified Feulgen-Rossenbeck and the number of micronucleus was counted using a microscope that is connected to Optilab. Statistical analysis was performed using paired t-test Results: The statistical analysis showed that there was significant difference (p <0.05) between the number of micronucleus before exposure and 9th day after panoramic radiography exposure. But there were no significant differences (p> 0.05) between the number of micronucleus before exposure compared to 3rd and 6th day after panoramic radiography exposure. Conclusions and discussion: This was consistent with previous studies conducted in humans that the increasing number of micronucleus happened in 9th day after panoramic radiography exposure. This result indicated that rabbit can performe the increasing number of micronucleus in gingival mucosa after panoramic radiography exposure. It then can be concluded that the rabbit can be used as animal model for micronucleus formation due to panoramic radiography exposure. Keyword: Micronucleus, rabbit, panoramic radiography exposure 36 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 DEFORMASI SLOT BEBERAPA PRODUK BRAKET STAINLESS STEEL AKIBAT GAYA TORQUE PADA KAWAT STAINLESS STEEL (PENELITIAN) Atika Zairina*, Erwin Siregar**, Nia Ayu Ismaniati** *Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti **Staf Pengajar Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia ABSTRAK Latar Belakang: Deformasi slot braket dapat mengurangi besar gaya torque yang akan dihantarkan ke gigi dan jaringan pendukungnya. Beberapa braket Stainless Steel yang beredar dipasaran masih diragukan kualitasnya dalam perawatan ortodonti. Tujuan: Untuk membandingkan besar gaya torque akibat sudut puntir 300, 450 kawat Stainless Steel dan deformasi slot permanen akibat gaya torque tersebut antara kelompok merk braket (3M, Biom, Versadent, Ormco dan Shinye). Metode Penelitiian: Lima puluh braket Stainless Steel edgewise dari lima kelompok merk braket (n=10) di lem ke akrilik. Masing-masing braket dilakukan pengukuran tinggi slot dengan mikroskop stereoskopi lalu dipasang ke alat uji torque yang sudah dibuat untuk penelitian ini. Setelah dilakukan uji torque, lalu braket di ukur kembali tinggi slotnya dan dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya untuk mengetahui adanya deformasi slot. Hasil: Analisis statistik menunjukkan perbedaan bermakna besar gaya torque pada sudut puntir 300 dan 450 antara Biom dan Shinye dengan Omrco. Gaya torque paling besar yaitu pada merk braket 3M (300= 442,12 gmcm dan 450= 567,99 gmcm) , sedangkan yang terkecil adalah Biom (300= 285,50 gmcm, 450=361,38 gmcm). Perbedaan deformasi slot braket terjadi hampir pada semua kelompok merk braket. Deformasi slot braket hanya terjadi pada merk braket Biom (2,82 µm) dan Shinye (2,52 µm). Kesimpulan: Salah satu faktor yang mempengaruhi besar gaya torque dan terjadinya deformasi slot yaitu komposisi dan proses manufaktur dari braket Stainless Steel. Proses manufaktur yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan kualitas braket yang buruk. Deformasi slot permanen dalam penelitian ini terjadi pada merek braket Biom dan Shinye. Kata kunci: Deformasi slot, torque, braket Stainless Steel, kawat Stainless Steel 37 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERUBAHAN POSISI MANDIBULA PADA PERAWATAN KAMUFLASE MALOKLUSI KELAS III SKELETAL Sri Hartati*, Heryumani JCP** *Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta **Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan linear dan anguler posisi mandibula pada perawatan maloklusi kelas III skeletal setelah dilakukan perawatan ortodontik dengan teknik Begg. Perubahan linear posisi mandibula dengan melihat perubahan vertikal dan horizontal titik Pg terhadap sumbu X dan sumbu Y, sedangkan perubahan anguler dengan melihat perubahan sudut Y-axis. Penelitian dilakukan pada 20 pasang sefalogram lateral dari subjek laki-laki dan perempuan usia 18-25 tahun yang memenuhi kriteria penelitian. Seluruh subjek dirawat dengan teknik Begg disertai dua gigi pencabutan premolar pertama bawah. Data yang diperoleh dianalisisis dengan Paired t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada pengukuran linear dan anguler posisi mandibula setelah perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik Begg. Titik Pg mengalami pergeseran ke arah posterior dan inferior, sudut Y-axis juga mengalami peningkatan. Kata-kata kunci: Maloklusi skeletal kelas III, perawatan ortodontik dengan teknik Begg, perubahan posisi mandibula 38 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 THE USE OF LOW DOCYCYCLIN IN THE CASE OF AGRESIVE PERIODONTITIS Dwi Wahyu Indrawati*, Erni Maduratna** *Resident Periodontia FKG UNAIR **Lecturer periodontia fakulty of Dentristy Unair ABSTRACT Periodontitis is an inflammation caused not due to local factor. The factors that causet the onset of the disease may be due to the level of stress, sitemic diseases, or factor idiopatic and is usually accompanied by periodontal tissue demage and alveolarbone rosobsi and accompanied. The object is a women age 30 years old, unmarried; there was very severe tooth decay. There is a loosening of dental degrees 3 in all the remaining teeth and alveolar bone resobsi available. Patiens have done treatment periodontia for 6 months. The treatment is to do scaling, rootplaning, dental health education, splinting, mouthwash, oral medication and using toothpaste and a special perio toothbrush and regular control during treatment. Key word: peridontitis agresif, low doxcycyclin, emotional stress 39 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN IMPAKSI GIGI PREMOLAR PERTAMA MANDIBULA PADA MALOKLUSI ANGLE KLAS II DIVISI 2 SUBDIVISI DENGAN TEKNIK BEGG (LAPORAN KASUS) Apreka Tigor Kusumasmara*, Wayan Ardhana**, Christnawati** * Residen Ortodonsia **Dosen, Bagian Ortodonsia Fakultas Kedokteran gigi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang: Impaksi gigi terjadi karena gigi gagal untuk erupsi secara sempurna pada posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak atau padat di sekitarnya. Gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi geraham ketiga rahang bawah, gigi kaninus rahang atas, dan gigi premolar kedua. Impaksi premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi geraham desidui. Gigi premolar pertama jarang terjadi impaksi dibandingkan premolar kedua. Tujuan: Perawatan untuk mengkoreksi gigi impaksi premolar pertama mandibula dengan menggunakan alat cekat teknik Begg. Kasus dan penanganannya: Pria 21 tahun mengeluhkan gigi yang tidak rapi pada rahang atas dan rahang bawah, serta masih terdapatnya gigi taring desidui kiri rahang atas dan rahang bawah. Diagnosis: Maloklusi Angle Klas II divisi 2 dengan hubungan skeletal klas II dengan bimaksiler protrusif, retrusif gigi anterior maksila, disertai impaksi gigi premolar pertama mandibula kiri. Perawatan menggunakan alat cekat teknik Begg tanpa dilakukan pencabutan. Kesimpulan: Perawatan menunjukkan hasil gigi premolar pertama mandibula yang impaksi sudah terkoreksi. 40 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 MINOCYCLINE ORAL RINSE AS AN ANTIBACTERIA, ANTI INFLAMMATION AND ANTI OXIDANT INHIBIT PROGRESSIVITY OF CHRONIC PERIODONTITIS Ernie Maduratna Setiawatie Department of Periodontics, Faculty of Dentistry, Airlangga University ABSTRACT Background : Minocycline, have been shown to suppress the growth of bacteria periodontopathogen, Minocycline were reported to induce cytoprotective effects in gingival epithelium induced Agregatebacter actinomyctemcomitans serotype b. The beneficial effects of the minocyclines were shown to be related to a reduction of the inhibition of inducible nitric oxide synthase and interleukin (IL)–1β expression . The rationale of the study is based on our previous studies demonstrating the beneficial effect of minocycline 0,1% in vitro . Minocycline 0,1% inhibit sub bacterial plaque growth and also has anti oxidant effect. Purpose : The aim of the present study is to assess the clinical efficacy of topical minocycline 0,1% in managing of symptoms associated with progressivity of chronic periodontitis. Material and method : Patients with chronic periodontitis will randomly receive minocycline rinses. Thirty adult chronic periodontitis patient divided into two groups . group 1 : comprised fifteen chronic periodontitis involved sites managed by scaling root planing alone. And group II : comprised fifteen chronic periodontitis involved sites treated by the same technique in adjunct with the application of antioxidant mouth rinse minocycline 0,1% . The patients will rinse 5 ml of the mouthwash, 2 times daily for 14 days. Clinical examination include probing depth (PD) and bleeding on probing (BOP). Result : These findings suggest that minocycline oral rinse 0,1% may actually decrease bleeding on probing dan pocket depth significantly (p<0,05) . Conclusion : We report that minocycline provides inhibitor effect against progressivity of chronic periodontitis. Minocycline 0,1% potential as adjunct theurapetic agent after scaling root planing to prevent progressivity of chronic periodontitis. Key words: Minocycline 0,1%, progressivity of chronic periodontitis 41 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN MALOKLUSI ANGLE KELAS II DIVISI 1 BIDENTAL PROTRUSIF DENGAN TEKNIK BEGG Henni Kusumaningrum*, Pinandi Sri Pudyani** * Karyasiswa PPDGS Ortodonsia FKG UGM, ** Dosen PPDGS Ortodonsia FKG UGM ABSTRAK Maloklusi Kelas II divisi 1 bidental protrusif adalah salah satu maloklusi yang prevalensinya besar pada populasi Asia. Pasien dengan maloklusi ini sering datang dengan keluhan utama profil wajah yang tidak menarik dan protrusif. Laporan kasus ini mempresentasikan pasien wanita berumur 19 tahun dengan maloklusi Kelas II divisi 1 bidental protrusif dengan mandibula retrusif, deepbite, garis tengah gigi rahang atas tidak segaris. Perawatan dimulai dengan pencabutan premolar pertama rahang atas dilakukan dengan teknik Begg dengan elastik kelas II dengan prinsip differential force yang dapat mengkoreksi deepbite dengan cepat. Setelah dirawat selama 2 tahun, didapatkan hasil profil muka menjadi lebih menarik, mandibula retrusif terkoreksi, terkoreksinya overjet dan deepbite, pergeseran garis tengah rahang atas dan gigi berjejal telah terkoreksi. Kata kunci: Maloklusi Kelas II divisi 1, teknik Begg 42 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 HANDLING CASES OF HIPERPLASI DUE TO ORTHODONTIA TREATMENT Aditya Sutrisno,Dwi Wahyu Indrawati Resident of periodontia FKG UNAIR ABSTRACT Hiperplasi common in cases of treantment of causative factor of orthodontia.hiperplasi is due to the continuous pull of so doing so resistence gingival hiperplasi. Besides the traction can also be caused due to the deris cleanup is not the maximum that led to chronic inflammation of the surrounding gingival hiperplasi. Hiperplasi so disturbing aesthetic.to overcome the hiperplasi do gingivektomi to the gingival become healthy and normal. Object a women”s age 16 already using breket about 3 year, during the last 3 moth of the complain of bleeding gum. Key words: Hiperplasi, treatment orthodontia and calculus, gingivectomy. 43 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I DENGAN HUBUNGAN SKELETAL KELAS III DISERTAI MAKROGLOSIA MENGGUNAKAN ALAT ORTODONTIK CEKAT TEKNIK BEGG Pratiwi Setyowati* dan Wayan Ardhana** *Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang : Maloklusi Angle Kelas I adalah maloklusi dengan tonjol mesio-bukal molar pertama rahang atas tepat berada pada lekukan bukal molar pertama rahang bawah. Maloklusi Angle kelas I dapat disertai gigi-gigi anterior berjejal, spacing, jarak gigit dan tumpang gigit yang besar. Pola skeletal arah sagital pada maloklusi kelas I pada umumnya adalah kelas I, tidak jarang pola skeletal kelas II dan kelas III ringan. Perawatan ortodontik teknik Begg dapat digunakan untuk merawat semua jenis kasus maloklusi. Tujuan : Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan hasil perawatan ortodontik dengan teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas I dengan hubungan skeletal klas III disertai makroglosia. Laporan Kasus : Pasien laki-laki umur 21 tahun mengeluhkan gigi depan yang tidak rapi dan renggang. Diagnosis : Maloklusi Angle Klas I, hubungan skeletal klas III; retrognatik maxilla dan protrusif mandibula; bidental protrusif; spacing anterior; edge to edge bite; cup to cup bite 15 terhadap 45; open bite; cross bite 12, 13 terhadap 42, 43; pergeseran garis tengah rahang atas ke kiri sebesar 2,2 mm; makroglosia. Penanganan : Pasien dirawat menggunakan alat cekat teknik Begg tanpa pencabutan. Kesimpulan : Hasil menunjukkan jarak gigit, tumpang gigit, cup to cup bite, cross bite, dan open bite terkoreksi. 44 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERBEDAAN KANDUNGAN KALSIUM (Ca) PADA IKAN TERI NASI (Stolephorus spp.) LOKAL DAN SUSU SAPI LOKAL DI KABUPATEN JEMBER Taufik Akbar Wahyu Putra, Dwi Prijatmoko, Desi Sandrasari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected] ABSTRAK Kalsium sangat dibutuhkan tulang dan gigi selama masa pertumbuhan. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pada gigi, terutama selama proses remineralisasi pembentukan dentin dan email gigi, serta gangguan kepadatan tulang dalam artian osteoporosis. Asupan sumber kalsium biasanya didapat dari susu atau sumber makanan lain, yaitu ikan. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti kandungan kalsiium ikan teri nasi local yang banyak dikonsumsi masyarakat jember dibandingkan dengan mengkonsumsi air susu sapi. 500 ml susu saapi cair dan 500 gr ikan teri didestruksi kering menurut prosedurr kerja sudarmaji. Pengukuran kadar kalsium dengan titrasi menurut prosedur kerja dari apriyanto. Hasil peneltian didapat kandungan kalsium susu sapi dari rata–rata 100 gr susu sapi local mengandung 106,32 mg kalsium, jika pada rata–rata 100 gr ikan teri nasi lokal mengandung 330.10 mg kalsium. Pada uji organoleptik yang dilakukan oleh 20 orang sukarelawan, 40% menyatakan abu ikan teri nasi enak dan 60% menyatakan abu ikan teri nasi tidak enak. Jiika pada abu susu sapi 25% menyatakan enak dan 75% menyatakan tidak enak. Kesimpulan kandungan kalsium ikan teri nasi lokal lebih tinggi daripada susu sapi lokal. Dan rasa abu ikan teri nasi lebih disukai dari pada abu susu sapi lokal. Kata Kunci: Ikan teri, kalsium, osteoporosis, susu sapi 45 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 TREATMENT OF SKELETAL CLASS III MALOCCLUSION WITH OPEN BITE USING BEGG TECHNIQUE (CASE REPORT) Putu Ika Anggaraeni*; Sri Suparwitri** *Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang dan Tujuan: Overjet negatif pada maloklusi klas III dapat terjadi karena penyimpangan hubungan incisivus atas dan bawah, adanya malrelasi antara maksila dan mandibula, atau kombinasi keduanya. Maloklusi klas III dapat disertai dengan crowding, deep bite, maupun open bite. Tujuan perawatan adalah untuk mengoreksi cross bite dan open bite, memperoleh overjet dan overbite normal serta hubungan oklusal yang stabil. Kasus dan Penanganannya: Pasien laki-laki usia 15 tahun dengan maloklusi Angle klas III dan relasi skeletal klas III, mandibula protrusif, cross bite anterior (overjet -3 mm), open bite regio 12 dan 43 serta 22 dan 34, cross bite posterior bilateral, dan pergeseran garis tengah inter incisivus rahang bawah kekanan 0,7 mm. Perawatan ortodontik dilakukan dengan alat cekat teknik Begg, diawali dengan pencabutan gigi 34 dan 44 serta grinding gigi anterior rahang atas. Elastik intermaksiler klas III, cross elastic posterior, dan elastic box vertikal digunakan untuk koreksi cross bite anterior dan posterior serta open bite. Hasil perawatan: cross bite anterior dan posterior serta open bite terkoreksi (overjet 2 mm dan overbite 2 mm). Garis tengah inter incisivus rahang bawah sejajar dengan garis tengah wajah. Kesimpulan: Teknik Begg dapat digunakan untuk merawat maloklusi klas III dengan open bite. Kata kunci: maloklusi klas III, open bite, teknik Begg 46 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 UJI EFEKTIFITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK PROPOLIS TRIGONA SP TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA IN VITRO Noorhamdani AS*, Delvi Fitriani**, Gina Gratiana*** *Laboratorium Mikrobiologi FKUB ** Laboratorium Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKUB ***Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKUB ABSTRAK Karies merupakan salah satu keadaan patologis dari gigi. Karies merupakan penyakit gigi dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebab karies adalah bakteri Streptococcus mutans, akan tetapi bakteri ini tidak bekerja sendiri sehingga juga harus didukung oleh beberapa faktor yaitu host (gigi dan saliva), substrat (makanan) serta waktu. Secara umum, mekanisme terjadinya karies adalah makanan yang tertinggal di pit/fissure gigi bereaksi dengan saliva dan bakteri Streptococcus mutans sehingga menghasilkan asam yang dapat merusak jaringan keras gigi, dan apabila hal ini berlangsung lama akan membuat gigi keropos dan berlubang. Propolis Trigona sp merupakan salah satu hasil produksi dari lebah Trigona sp dan sudah dibudidayakan di Indonesia. Dari kajian teoritis yang ada, propolis Trigona sp memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan juga antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas propolis Trigona sp sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan melihat nilai KHM dan KBM. Untuk menentukan KHM dan KBM digunakan metode dilusi tabung. Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi dengan pengulangan masing-masing konsentrasi 4 kali. Konsentrasi yang digunakan adalah 10%, 12%, 14%, 16%, dan 18%. Hasil penelitian menunjukkan nilai KHM didapatkan pada konsentrasi 16% sedangkan nilai KBM didapatkan pada konsentrasi 18%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak propolis Trigona sp terbukti dapat menurunkan jumlah kolonisasi bakteri Streptococcus mutans. Kata Kunci: ekstrak propolis Trigona sp; Streptococcus mutans; karies; antibakteri 47 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN MALOKLUSI ANGLE KELAS II DIVISI 2 DENGAN IMPAKSI KANINUS MANDIBULA MENGGUNAKAN ALAT CEKAT BEGG (LAPORAN KASUS) Ruliyanto*, Sri Suparwitri **, Soekarsono H** *Residen Program Studi Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Latar belakang dan tujuan: Gigi kaninus sangat penting untuk estetika dan fungsi mastikasi seseorang. Impaksi gigi adalah gagalnya gigi untuk muncul ke dalam lengkung gigi yang dapat disebabkan karena kekurangan ruang, adanya sesuatu yang menghalangi jalur erupsi gigi atau karena faktor keturunan. Prevalensi impaks gigi kaninus maksila adalah 0,9-2,2%, sedangkan impaksi gigi kaninus mandibula lebih jarang terjadi. Alternatif perawatan gigi impaksi kaninus mandibula adalah operasi exposure dan diikuti dengan kekuatan erupsi alat cekat ortodontik. Tujuan dari perawatan adalah untuk koreksi malrelasi dan malposisi gigi geligi. Kasus dan penanganannya: Pasien perempuan, 17 tahun, gigi sangat berjejal, gigi kaninus kanan rahang bawah impaksi, kelas II divisi 2 Angle, deepbite, pergeseran midline gigi rahang atas dan bawah ke arah kanan, overjet 2,49 mm dan overbite 5,45 mm. Perawatan dilakukan dengan menggunakan alat cekat Begg dengan pencabutan keempat gigi premolar pertama. Operasi exposure dilakukan untuk membuka gigi kaninus kanan bawah yang impaksi yang diikuti perekatan braket ortodontik. Kawat busur multiloop, anchorage bend dan elastik intermaksiler klas II digunakan pada tahap leveling dan unreveling. General alignment dicapai dalam waktu 13 bulan, pergeseran midline terkoreksi, gigi kaninus kanan rahang bawah erupsi sempurna, relasi kaninus kelas I Angle, overjet 2,00 mm, overbite 2,68 mm. Saat ini perawatan masih berlangsung pada tahap koreksi kesejajaran akar gigi. Kesimpulan: Perawatan maloklusi angle klas II divisi 2 dengan crowded berat dan impaksi kaninus mandibula dapat dilakukan dengan operasi exposure gigi kaninus impaksi diikuti alat cekat begg. Kata kunci : Impaksi kaninus, operasi exposure, alat cekat Begg 48 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 REHABILITASI PROSTETIK PADA KEHILANGAN BULBUS OCULI AKIBAT TRAUMA Arief Waskitho Residen Program Studi Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Kehilangan dari sebuah bola mata adalah sebuah proses yang sangat traumatik dalam kehidupan seorang manusia, baik secara medis maupun secara emosi. Protesa maksilofasial dapat membantu pada kasus seperti ini dan membuat pasien diterima secara sosial. Pasien laki-laki, usia 50 tahun ingin memasang protesa mata pada mata kanannya yang diambil akibat trauma 3 tahun yang lalu. Pemeriksaan dari soket mata menunjukkan konjungtifa yang sehat dan tidak terdapat infeksi. Rencana perawatan dengan pembuatan protesa mata non fabricated berbahan resin akrilik. Prosedur perawatan diawali dengan pembuatan sendok cetak individual dan dilanjutkan dengan pencetakan metode double impresion dengan bahan cetak silikon dan diisi dengan gips. Setelah gips mengeras dilanjutkan dengan pembuatan pola malam dilanjutkan dengan try in dan dilanjutkan dengan proses laboratoris untuk membuat sklera disesuaikan dengan warna sklera mata sebelahnya dan dilanjutkan try in. Try in dari sklera dilanjutkan dengan penaentuan posisi iris dengan bantuan tanda anatomis dan mata sebelahnya dan dilanjutkan dengan melukis iris di laboratorium. Setelah proses laboratoris selesai dilanjutkan dengan insersi pada soket mata. Pada saat kontrol terlihat warna iris sudah sesuai dan tidak adanya inflamasi pada soket mata. Keuntungan dari protesa mata non fabricated adalah kesesuaian dengan soket, mobilitas, dan estetika yang baik. Protesa jenis ini dapat membuat pasien nyaman dan diterima secara sosial, sehingga dapat meningkatkan kondisi psikisnya dan memperbaiki kepribadiannya. Kata kunci: Luka trauma, soket mata, protesa mata 49 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN KANINUS MAKSILA EKTOPIK DENGAN L LOOP PADA ALAT CEKAT TEKNIK BEGG (LAPORAN KASUS) Novarini Prahastuti* dan Soekarsono** * Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang : Gigi kaninus berperan penting dalam kestabilan bentuk lengkung gigi, fungsi oklusi dan kesimetrisan profil wajah Kaninus maksila walaupun ektopik dalam perencanaan perawatan ortodontik biasanya keberadaannya tetap dipertahankan, sehingga perlu dikoreksi.. Koreksi maksila ektopik membutuhkan gaya untuk mengekstrusi sekaligus distalisasi gigi tersebut. Tekukan L loop pada wire dapat memberikan gaya ke arah vertikal - horisontal pada gigi secara bersamaan. Perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik Begg dapat mengkoreksi malposisi gigi dengan gaya yang ringan tanpa membutuhkan waktu lama pada tahap I. Tujuan: memaparkan hasil perawatan kaninus maksila ektopik dengan L loop pada alat cekat teknik Begg. Kasus : perempuan 28 th mengeluhkan gigi-giginya berjejal dan gingsul sehingga mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Diagnosis : Maloklusi Angle Klas I tipe skeletal klas II dengan retrognatik bimaksiler, bidental protrusif, shalow bite dan midline mandibula bergeser ke kanan 1 mm disertai crossbite, openbite serta malposisi gigi. Perawatan: menggunakan alat cekat teknik Begg dengan pencabutan 4 gigi premolar pertama. L loop pada wire dibuat untuk koreksi kaninus maksila ektopik pada tahap I perawatan. Kesimpulan: Hasil menunjukkan perbaikan malrelasi, gigi berjejal, overjet dan overbite. L loop pada alat cekat teknik Begg dapat digunakan untuk mengkoreksi kaninus maksila ektopik dengan gaya yang ringan. Kata kunci: Kaninus maksila ektopik, L loop, teknik Begg. 50 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 INTRUSI BERAT DENGAN KETERLIBATAN MULTIPEL GIGI INSISIVUS MAKSILA AKIBAT TRAUMA PADA ANAK (LAPORAN KASUS) Andhika Priyatama Poerwati Soetji Rahajoe Rahardjo * Residen Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Staf Pengajar Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UGM ABSTRAK Latar Belakang: Trauma gigi pada anak-anak merupakan kasus yang sering dijumpai. Intrusi gigi merupakan salah satu akibat trauma gigi berupa pergeseran atau perpindahan gigi masuk ke dalam soket alveolarisnya. Intrusi gigi permanen anak dengan pertumbuhan akar sempurna perlu segera ditangani untuk menghindari kerusakan permanen pada gigi dan jaringan pendukung. Reposisi secara bedah dipilih dengan pertimbangan kondisi umum pasien, lama waktu kejadian, keparahan dislokasi (intrusi), kondisi mahkota dan pertumbuhan akar gigi. Tujuan: Melaporkan satu kasus trauma gigi dengan keterlibatan multipel gigi anterior maksila pada anak dengan dislokasi cukup parah. Laporan Kasus: Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gigi masuk ke langit-langit setelah terjatuh di sekolah kurang lebih 30 menit sebelum kedatangan di RSGM. Keadaan umum baik, compos mentis, GCS 15, tanda vital dalam batas normal, rasa sakit pada gigi atas (Skor VAS 7), tidak dicurigai adanya cedera kepala dan tidak ditemukan trauma di tempat lain. Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya vulnus laceratum pada gingiva anterior maksila , empat gigi incisivus maksila (12,11, 21, 22) mengalami intrusi. Gigi insisivus sentral dan lateral kanan hanya terlihat sepertiga mahkota, gigi insisivus sentral dan lateral kiri mahkota tidak tampak. Pemeriksaan penunjang radiografis menunjukkan dislokasi keempat gigi insisivus maksila ke arah apikal (intrusi) dengan kedalaman lebih dari 7 milimeter, akar gigi yang intrusi telah tumbuh sempurna, dan tidak terdapat fraktur akar , tidak ada fraktur mahkota dan tidak ada fraktur rahang. Tindakan perawatan yang dilakukan adalah reposisi gigi intrusi dan fiksasi interdental maksila. Kesimpulan: Kasus intrusi berat yang melibatkan empat gigi incisivus maksila, tanpa fraktur rahang akibat trauma pada anak dengan akar yang sudah tumbuh sempurna, perawatan bedah dan fiksasi interdental memberikan hasil yang sangat baik. Hasil kontrol (1 dan 2 bulan) pasca perawatan didapatkan oklusi tercapai seperti sebelum terjadinya trauma, tanpa gangguan fungsional. Pasien mampu membuka dan menutup mulut tanpa ada gangguan, gigi-gigi yang mengalami intrusi dalam kondisi vital, tidak ada sakit untuk mastikasi, dan estetika baik. Kata kunci: Trauma, intrusi, reposisi bedah 51 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN MALOKLUSI KLAS II DIVISI I DISERTAI CROWDING DAN OPENBITE MENGGUNAKAN TEKNIK BEGG (LAPORAN KASUS) Heri Susilo Winarti* ; Pinandi Sri Pudyani** *Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang dan Tujuan: Teknik Begg spesifik digunakan untuk merawat maloklusi Angle Klas II divisi I. Maloklusi Angle Klas II divisi I dapat disertai dengan crowding, open bite dan deep bite.Tujuan perawatan adalah untuk mengoreksi crowding, open bite anterior, diastemata rahang bawah, memperoleh overjet dan overbite normal, serta hubungan oklusal yang stabil. Kasus dan Penanganannya: Pasien laki-laki berumur 19 tahun, dengan keluhan gigi-gigi rahang atas berjejal dan maju sehingga sulit menutup mulut,serta gigi-gigi rahang bawah renggang. Diagnosis: maloklusi Angle klas II divisi I dengan hubungan skeletal klas II disetaiopen bite,crowding dan protrusi gigi-gigi anterior rahang atas, diastemata gigigigi rahang bawah, molar pertama bawah kanan dan kiri telah dicabut, dan impaksi gigi kaninus kanan bawah. Perawatan menggunakan teknik Begg yang diawali dengan pencabutan kedua gigi premolar pertama rahang atas. Tahap pertama perawatan menggunakan multiloop arch wire 0,014” dan elastik intermaksiler klas II. Hasil perawatan setelah 16 bulan: crowding dan open bite anterior terkoreksi, diastemata menutup, dan pasien sudah tidak kesulitan dalam menutup mulut. Kesimpulan: Perawatan maloklusi klas II divisi 1 menggunakan teknik Begg menunjukkan hasil yang baik. Kata kunci: Klas II divisi 1, open bite, crowding, teknik Begg 52 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I BIMAKSILER PROTRUSI DISERTAI CROWDING DAN PERGESERAN MIDLINE MENGGUNAKAN TEKNIK BEGG (Laporan kasus) Erna Rahmawati* dan Soekarsono Hardjono** *Program Studi Ortodonsi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Ortodonsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang: Maloklusi kelas I Angle dengan bimaksiler protrusi merupakan maloklusi yang paling sering dijumpai. Kelainan yang banyak menyertai maloklusi kelas I bimaksiler protrusi adalah gigi depan berdesakan dan pergeseran midline. Adanya persepsi negatif di masyarakat terhadap gigi dan bibir yang protrusif mendorong pasien untuk melakukan perawatan ortodontik. Tujuan: Perawatan pada kasus ini bertujuan untuk mengurangi kecembungan wajah dengan meretraksi gigi anterior atas maupun bawah, mengoreksi midline rahang atas dan bawah serta gigi berdesakan anterior dengan perawatan ortodontik teknik Begg sehingga dapat memperbaiki estetik wajah. Laporan kasus: Pasien wanita usia 34 tahun mengeluhkan gigi -gigi depan atas dan bawah yang sangat berdesakan dan pasien mengalami kesulitan dalam menutup mulut. Diagnosis: Maloklusi Angle kelas I dengan bimaksiler protrusi disertai gigi berdesakan anterior, pergeseran midline rahang atas dan rahang bawah. Penanganan: Pasien dirawat menggunakan alat cekat teknik Begg. Sebelum perawatan dilakukan pencabutan premolar pertama rahang bawah kanan dan kiri dan rahang atas kanan. Pada rahang atas kiri dilakukan pencabutan insisivus lateral yang berada diluar lengkung. Kesimpulan: Setelah 2 tahun perawatan terlihat bimaksiler protrusi, gigi berdesakan anterior dan median line terkoreksi Kata kunci: Kelas I Angle, bimaksiler protrusi, midline, gigi berdesakan, teknik Begg 53 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 INDEKS PENULIS A Aditya Sutrisno Andhika Priyatama Apreka Tigor Kusumasmara Arief Waskitho Atika 43 51 40 49 37 D Dwi Wahyu Indrawati 39 E Ellen Erna Rahmawati Ernie Maduratna Setiowatie Evi Aisyah Ulfah 26 53 41 25 F Fransisca Prima Sagita Maryana 27 G Gina Gratiana 47 H Henni Kusumaningrum Heri Susilo Winarti Herna Juliana Nainggolan 42 52 14 I Intan Dhamayanti 16 J Juni Handajani 31 K Kristina Wijaya Gunawan 22 M Marisa Mifta Huda Mufidana Azis Muhammad Syafri 35 33 18 N Ni Gusti Ayu Ariani Ni Kadek Eka Widiatnyani Novarini Prahastuti 25 21 50 P Pratiwi Setyowati Putu Ika Anggaraeni 44 46 R Ria Ariani Ricky Ferdian Raja Ruliyanto Rurie Ratna Shantiningsih 23 20 48 36 S Sherli Diana Sri Hartati Siti Fatimah Supriatno Surya Triharsa 19 38 32 29 17 T Taufik Akbar Timothy Soewito Tri Utami Widhayanti 45 15 30 Y Yenni Hanimastuti Yohana Retno WP 28 13 Z Zenia Adinda Putri 34 54 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013 SUSUNAN PANITIA PELAKSANA Penasihat : drg. Erwan Sugiatno, M.S., Sp.Pros(K), Ph.D. drg. Nunuk Purwanti, M.Kes, Ph.D Ketua : drg. Sri Suparwitri, S.U., Sp.Ort.(K) Wakil Ketua : Dr.drg. Dewi Agustina, M.DSc.(UMelb), M.DSc.(UGM) Sekretaris /Sie Registrasi : drg. Harsini, M.S. Dwi Faivan (PPDGS) Bendahara : drg. Endang Wahyuningtyas, M.S., Sp. Pros.(K) drg. Hendrawati, M.Kes. Sie Publikasi /Sie Dana : drg. Pramudya Aditama drg. Hendri Susanto, M Abu Bakar Bohlam, M.BA.(PPDGS) Sie Ilmiah : drg. Cendrawasih Andusyana Farmasyanti, M.Kes., Sp.Ort.(K) Dr.drg. Siti Sunarintyas, M.Kes. drg. Retno Ardhani, M.Sc. Sie Konsumsi : drg. Niswati Fatmah Nurjanah (S2/S3) Perlengkapan: Arif Eko Sancoko, A.Md.(PPDGS) 55 CERIL FKG UGM Jumat, 13 Juli 2013