Ringkasan Jurnal “An Exploratory Study of Software Piracy in Jordan”

advertisement
Ringkasan Jurnal
“An Exploratory Study of Software Piracy in Jordan”
Asim El Sheikh, Abdullah Abdali Rashed, Bashar Al Qudah, A.Graham Peace
Kelompok 146: Jaka N. Indrawan (1202000591)
Jurnal ini merupakan studi eksplorasi terhadap kasus pembajakan software pada negara
berkembang Jordan. Seperti pada negara-negara berkembang lainnya tingkat pembajakan
software di Jordan sangat tinggi yaitu 64% dimana hal ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tingkat pembajakan rata-rata pada Afrika dan Timur-Tengah yaitu 58% (Business
Software Alliances (BSA), 2005). Tingkat pembajakan di Jordan menyebabkan kerugian
hingga US$ 15 juta pada industri software (BSA, 2005).
Kebudayaan dari suatu negara dikemukan sebagai salah satu alasan yang mempengaruhi
tingkat pembajakan. Jurnal ini membagi kebudayaan tersebut menjadi dua yaitu
Kebudayaan Barat yang lebih berfokus kepada hak kepemilikkan dan kebudayaan nonBarat yang lebih berfokus kepada keuntungan yang didapat oleh masyarakat secara
keseluruhan. Pada kasus negara berkembang, kebanyakan dari negara-negara tersebut
menganut kebudayaan non-barat dimana organisasi termasuk didalamnya pemerintah,
berfokus untuk menyebarkan teknologi seluas dan secepat mungkin guna meningkatkan
produktivitas yang dapat mendukung tercapainya kehidupan sosial yang lebih baik
(Steidlmeier, 1993;Davidson, 2000). Faktanya pembajakan lebih rentan terjadi pada
negara-negara yang menganut kebudayaan non-barat seperti Jordan dan China. Tetapi hal
ini bukan berarti etika dari individual-individual pada negara yang menganut kebudayaan
Barat lebih baik jika dibandingkan dengan etika dari individual-individual pada negara
yang menganut kebudayaan non-Barat
GNU Free Documentation License
Selain pemerintah, telah banyak organisasi-organisasi yang turun tangan dalam mengatasi
masalah pembajakan software di Jordan, seperti Jordan Intellectual Property Association
(JIPA), BSA dan sebagainya. Tetapi dapat dikatakan bahwa organisasi yang paling aktif
dalam menangani kasus ini adalah BSA. BSA menggunakan dua metode pendekatan
dalam mengurangi pembajakan yaitu dengan mendidik organisasi dan masyarakat
berkenaan dengan hukum dan etika yang berhubungan dengan pembajakan dan
bekerjasama dengan pemerintah, penegak hukum dan organisasi internasional dalam
meningkatkan level dari hukuman dan penegakkan hukum yang berhubungan dengan
pembajakan.
Metode yang digunakan dalam studi eksplorasi ini adalah dengan menggunakan kuisioner
yang dibuat di Arab. Kuisioner ini menggunakan skala Basic Likert untuk mengukur
pandangan responden terhadap topik yang diangkat yaitu yang berhubungan dengan
pembajakan software. Kuisioner ini dibagikan kepada beberapa grup yaitu: Arab
Academy for Banking and Financial Services (AABFS) di Amman, Jordan dan pekerjapekerja di beberapa institusi pemerintahan dan swasta, selain itu 3 mahasiswa S1 tingkat
akhir juga diikutsertakan sebagai responden. Tidak ada insentif yang diberikan dalam
mengerjakan kuisioner dan responden dijanjikan kerahasiaannya. Kuisioner yang disebar
berjumlah 110 dan 100 kuisioner yang dikembalikan dan dapat digunakan dalam
melakukan studi (response rate 90,9%).
Dari kuisioner didapatkan beberapa hasil diantaranya; 74% responden mengaku
membajak software, dimana responden pria lebih banyak melakukan pembajakan (79%
dari jumlah responden pria) dibandingkan responden wanita (57% dari jumlah responden
wanita). Tetapi hanya 78% responden yang mengerti bahwa hal tersebut ilegal. Selain itu
juga didapatkan bahwa 63% responden menganggap bahwa pembajakan merupakan
tindakan yang tidak etis dan 11% menganggap bahwa pembajakkan merupakan tindakan
ilegal tetapi etis. Yang mengkhawatirkan dari hasil kuisioner ini adalah 22% dari
responden tidak tahu bahwa pembajakan merupakan hal yang ilegal, padahal kebanyakan
dari responden merupakan para pekerja industri yang berpendidikan.
GNU Free Documentation License
Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam studi eksplorasi ini yaitu: Pertama survey
dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa inggris sehingga ditakutkan ada kesalahan penterjemahan. Kedua survey
dilakukan terhadap sampel responden yang nyaman/gampang untuk digunakan, sehingga
masih kurang tepat untuk digeneralisasi hasilnya. Dan yang terakhir, responden terkadang
memberikan jawaban yang bias.
GNU Free Documentation License
Download