RASULULLAH SEBAGAI l'ENDIDIK PERSPEKTIF AL-QUR' AN Skripsi ·:I Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Srnjana Pendidikan Agama Islam Oleh: -Hasan Mustofa Nim : 0011017745 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMUTARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAR JAKARTA 1426 HI 2005 M '1! RASUL ULLAH SEBAGAI PENDIDIK PERSPEKTIF AL-QUR' AN Slaipsi Diajukan kepada Fakultas !lmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh Hasan Mustofa NIM: 0011017745 Di Bawah Bimbingan JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISILAM FAKUL TAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1426 HI 2005 M LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul "Rasulullah Sebagai Pendidik Pe1·spektif al-Qur'an" telah diujikan pada sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Juli 2005 Skripsi ini telah diterima sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu ( S 1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 12 Juli 2005 Sidang Munaqasah Sekretaris merangkap anggota Ketua Sidang merangkap anggota Anggota Penguji I Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag NIP. 150 236 009 KATA PENGANTAR Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas segala karunia dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis berhasi! menyelesaikan skripsi dengan judul: "Rasulullah sebagmi pendidik perspektif al~ Qur'an" dan dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, yang telah membawa manusia ke jalan yang diridhai oleh Allah swt. Karya tulis ini merupakan hasil perenungan dan pemahaman penulis yang cukup mendalam yang diharapkan mampu memberikan corak tersendiri dalam khasanah pendidikan, terutama yang bersangkuian dengan pendidik. Tetapi hasil ini bukan merupakan sebuah karya besar yang patut di buat pegangan karena didalamnya masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu ditambahkan. Harapan penulis kelak ada penerus yang bisa meneruskan bahkan mementahkan hasil karya ini. Karya tulis ini merupkan skripsi yang diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatu!lah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesaijanaan SI (Strata I). Se!ama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : .• IV I. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurnan bese1ta staf-stafnya, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat belajar yang menambah wawasan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam beserta staf-stafnya, yang telah banyak membantu penulis saat menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya selaku dosen pernbimbing skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Pirnpinan Perpustakaan UIN Syarif 1-Iidayatullah Jakarta bese1ta stai~stafnya dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya, yang telah berkenan meminjamkan buku-buku perpustakaan kepada penulis. 5. Kepada para dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh kesabaran. 6. Kepada Ayah dan Ibunda tercinta yang bersusah payah mendidik dan membimbing penulis dari sejak kecil sampai sekarang. 7. Kakak-kakak yang tercinta Parhan, Maisarah, dan adik-adik tercinta Sulaiman, Faisal, Maksum, Madkur, Nabilul Ulum dim M. Nur Parisi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk terus menuntut ilmu. v 8. Teman-teman yang terkasih Ircham Junaidi (Achonk), Syan1sul Arifin, Nun-ahman (edo) dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya, yang telah mendorong penulis untuk dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini. Terima kasih atas cintanya. Kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya serta panjatkan doa semoga amal kebajikan mereka diterima disisi-Nya se1ia diberikan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat penulis harapkan agar skripsi ini menjadi baik lagi. Jakarta, 15 Juni 2005 Penulis VI DAFTARISI Kata Pengantar .......................................................................... ........................... iv Daftar lsi......................... .... ..... ............. ... ... ... ... .. ..... ... .. .. ..... .. .. ... .... .. .. ..... .. .. ... ... .... vii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 . A. Latar Belakang Masalah ......... ... .. .... .... .. .. ..... .. .. .. .. .. ......... ..... ...... .. I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .. .. .. ..... .. .. ............. ... ............ 8 C. Kajian Pustaka .............................................................................. 9 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10 E. Metodologi Penelitian .................................................................. 11 F. Sistematika Penulisan ....... ........... ......... .......... ... ..................... ...... 13 BAB II PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-QUR'AN .................................... 14 A. Pengertian Pendidikan Islam ........ ........ ........................ .......... ...... 14 B. Ungkapan A-Qur'an Mngenai Pendidikan ................................... 19 C. Tujuan Pendidikan Islam.............................................................. 21 BAB III RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK PERSPEKTIF AL-QUR'AN ........................................................... 27 A. Sifat-sifat Rasulullah Sebagai Pendidik Menurut AlQur'an Surat Ali Imran Ayat 79 dan 159 ................................................. 27 Vil B. Rasulullah Sebagai Penyelamat Umat dari Kemusyrikan ............ 38 C. Rasulullah Sebagai Pengarah Umat kepada Kebajikan ................ 42 D. Rasulullah Sebagai Pembawa Rahmat Bagi Seluruh Alam ......... 45 BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 49 A. Kesimpulan .................................................................................. 49 B. Saran-saran ................................................................................... 50 Daftar Pustaka ...................................................................................................... 51 Vil! BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan penting dalam upaya melahirkan sumber daya manusia, yaitu manusia yang handal dan dapat menjawab semua tantangan zaman 1• Pendidikan Islam, sejauh menyangkut fungsinya, mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan sumber d'1ya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap moral, pemghayatan dan pengalaman ajaran agama. Singkatnya pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik' yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal saleh. 2 Sebagai sumber utama dan pertama, Al-Qur'an yang secara harfiah berarti "bacaan sempuma" merupakan suatu pilihan Allah yang sungguh tepat. Ia layaknya sebuah permata yang 1 '{as1nadi, "Aifodernasi Pesanlren", Kritik Nurcho/is Madjid 1'erhadap Pendidikan lsla1n lradisional, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), eel I, h.152 2 Azyumardi Azra, "Pendidikan Jsla1n", Tradisi Dan Modernisasi Menu1u Milenhun Baru, (Jakarta: Logos Waeana Ilmu, 1999), eet. I, h.56-57. I 2 memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masingmasing.' Al-Qur' an juga telah mengintroduksikan dirinya sebagai "pemberi petunjuk kepada (jalan) yang lurus". Petimjuk-petunjuknya bertujuan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut. Rasulullah saw, yang dalam ha! in( be1iindak sebagai penerima al-Qur'an, bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, mensucikan dan mengajarkan manusia. Mensucikan dapat di identikan dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain ialah mengisi anak didik dengan pengetahuan. 4 Al-Qur'an alKarim, dalam mengarahkai1 pendidikannya kepada manusia, memandang dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur ciptaannya; jasmani, aka! dan jiwa atau dengan kata lain "mengarahkan menjadi manusia seutuhnya".' Dalam kaitannya dengan ha! di atas, Abu! A'la al Maududi, menyatakai1 bahwa manusia dibentuk oleh Tuhai1 dalam suasana yang berbeda. Pertama, ia berbeda di dalain suasana dimana dirinya secara menyeluruh diatur oleh hukum Tuhannya. Kedua, manusia telah dianugerahi kemampuan aka! dan kecerdasan. Dalam uraiaimya, al-Maududi ingin memberikan nuansa berfikir analisis kepada kita bahwa manusia telah diberi keman1puan potensial untuk berfikir, berkehendak bebas 3 M. Quraish Shihab, Wawasan A/-Qur'an: Tafsir Mad/u'J alas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: M izan, 1997), h. 3 4 M. Quraish Shihab, !vfembumikan Al-Qur 'an, (Jakarta: Mizan, 1992), h. 172 5 Ibid., h. 175 3 dan memilih. Namun pada hakikatnya ia dilahirkan sebagai seorang muslim dalam arti bahwa segala gerak dan tingkah lakunya cenderung berserah diri kepada Penciptanya.' Oleh sebab itu diutusnya Rasulullah kemuka bumi ini untuk merangsang dan mengarahkan potensi yang dimiliki oleh manusia sebagai khalifah di bumi kejalan yang benar dan diridhai oleh Allal1 swt. Dalam istilah al-Qur'an sebagai "basyiran" (pembawa kabm· gembira) dan "Nadiran" (pengikat dat<mgnya petaka) dalam pribadinya terhimpun semua keutamaa,n nilai-nilai dan dirinya terjauh dari cacat dm1 cela. Allah swt memilihnya diantara makhluk-makhluk-Nya ~ntuk menyampaikan risalah-Nya, ia disucikan dari perbuatan jahat, dilindungi dari rencana kejal1atan orang, dipelihara dari berbagai keburukm1 dan disempurnakan pendidikannya.' Pandangan Syaikh Yasin di atas memberikan isyarat bahwa Nabi Muhammad saw di didik lm1gsung untuk kemudim1 beliau mengajarkan apa-apa yang telah didapat dari Allah swt kepada umatnya sebagaimana firman Allah swt dalam surat m1-Nisa yang berbunyi: Artinya: "Dan Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu ". (An-Nisa : 113) 6 7 H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 158-159. A;y-Syaikh Khalid Yasien, Muhammad di Mata Cendikiawan Baral, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1995), cet VI, h. 52 4 Pribadi Rasulullah merupakan kumpulan dari berbagai kecendekiawanan dan kecerdasan sehingga memungkinkan ia untuk mendirikan umat agama dan negara dari no!, maka mungkin wajarlah ketika semua orang tunduk dan kagum mengenal biografinya yang semerbak wangi sebagai tanda penghormatan dan pengagungan. Keluhuran sifat dan akhlak beliau tidak diragukan lagi bahkan Allah secara tegas membimbing dan mengisyaratkan kepada beliau sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran yang berbunyi: J ,.. o.... ,.. 0 ,.. ,.. if, ... ) ,.. ,.. \ ... 0-- 1~:1 ~1 .1.#- LW ~ )J) ~ cJ .\iii ::,,,. a.:;..~ ~ ~1 012"1 ~ J5-? G:.;. 1~µ,.. ;~1 J,.. ~~)~J ~ :,J;'... 13 r6'.p ~u ... ,.. 2..Uj;_, ,.. ,.. ,.. ... ,,.. .... ,.. ,.. :1' ,,. ,,. Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maajkanlah mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlahdengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya ". (Ali Imron: 159) Ayat di atas memberikan petunjuk betapa Rasulullah saw merupakan sosok yang lemah lembut, berkepribadian sempurna, tidak gampang marah, sabar, pemaaf dan selalu bertawakkal, yakni mengembalikan semua urusan kepada Allah swt setelah berusah semaksimal mungkin. Rasulullah juga mempunyai sifat rabbani sebagaimana tergambar dalam surat Ali Imran ayat 79 yang berbunyi: 5 0)~ er,,. <,?r I~~,,. 1;, j <.f' GJ,. ,,. j); ~;~I) ~I) ;:.,.,\3'.J1 ~I ~:;; 0f ;<1 ,,. ,, ... ;)tS-~ > } .... 0j,,~JJ (JS'~) yt.:sJI 0;1:; (JS' 1.:.i ~~) 1;,Js- .:fl) 11 ,, .. ... "' .. ... ,,. .. ,. } Q ... 'JI Artinya: "Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata ): "hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempeiqjarinya ". (QS: Ali lmran: 79) Secara tidak langsung ayat di atas menggambarkan bahwa Rasulullah saw setelah mendapat ilmu dari Allah melalui wahyu, beliau tidak lantas sombong dengan menyuruh umatnya untuk menyembahnya, akan tetapi beliau malah bersikap rabbani yakni menjadi seorang yang alim yang selalu mengmalkan ilmunya, demikian menurut Said bin Zubair sebagaimana dikutip oleh Abi Muhammad al-Husain bin Mas'ud 8 Menurut penilaian sebagian kaum orientalis, sosok Rasulullah saw adalah kumpulan beberapa personifikasi, seorang negarawan, seorang sastrawan, seorang ilnrnwan dan seorang agamawan yang selalu mendidik clan mengajarkan serta membimbing umatnya menuju arah keclewasaan beraganm, bermasyarakat, clan beradab. 9 Penilaian di atas sesuai clengan esensi yang terkandung di clalam al-Qur'an sebagaimana firman Allah swt: 8 Abi Muhammad Alhusain bin Mas'ud, Tafsir al Baghawi, (Beirut: Dar AJ-Kutb Al-Ilmiah 1993), cet.l, Jilid.I, h. 249 9 Asy-Syaikh Khalid Yasien, Op. cit., h. 73 6 Artinya: "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. " (QS. Al-Baqarah: 151 ). Spirit ayat di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa Allah telah memerintahkan kepada seluruh manusia agar mereka bersyukur atas diutusnya Nabi Muhammad ke muka bumi ini dengan membawa semangat dan gairah kesastraan, ketauhidan, pendidikan, penalaran dalam proses pengenalan ke-Tuhan-an dan kemanusiaan seutuhnya. Dan ayat di atas juga memberikan pemahaman kepada kita bahwa Rasulullah adalah sebagai pendidik bagi umatnya. Menurut Imam Ghazali, Rasulullah adalah seorang Muallim atau pendidik yang materi pendidikannya di dapat dari Allah melalui wahyu. Beliau mempunyai aka! yang meliputi dan menguasai semua tingkatan sosial manusia. Oleh karena itu, setiap kalimat yang beliau lontarkan bahkan setiap hurufnya mengandung Jautan rahasia dan segudang rumus pengetahuan. 10 Nabi Muhammad sebagai Rasul mampu menjelaskan dengan baik dan rijit tentang isi al-Qur'an. Disamping itu, beliau mampu menyelarnatkan umat manusia dari dosa kemusyrikan atau menyekutukan Allah, dan yang paling menakjubkan 0 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Majmuah Rosail alGhazali (Libanon: Dar al-Kut al-Ilmiah, 1994) cet I, Jilid 3, h. 64-65 ' 7 adalah Nabi Muhammad mampu mengarahkan umatnya kepada kebajikan sebagaimana yang tertera dalam surat Ali Imran ayat: 110 yang berbunyi: Artinya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma 'ruf dan mencegah dart yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS: Ali Jmran :110) Beliau juga mampu menceritakan dengan baik kisah··kisah umat terdahulu yang tidak pernah dikenal dan didengarkan oleh bangsa Arab sebelumnya, sehingga mereka sangat terkejut dengan ha! itu dan mengakui bahwa cerita itu mereka peroleh setelah Nabi Muhammad diangkat menj.adi Rasul. 11 Kemampuan yang luar biasa ini tidak luput dari peran Nabi Ibrahim dan Ismail yang selalu mendambakan kehadiran seorang yang mempunyai kemampuan memaparkan ayat-ayat Allah dengan baik, mampu mengajarkan kitab suci-Nya, mampu mengajarkan ilmu-ilmu agama/hikan1 dan mampu menyelamatkan umat n;anusia dari jurang kemusyrikan. 12 Keinginan Nabi Ibrahim dan Ismail tampakjelas dalam doa mereka dalam al-Qur'an surat al-Baqarah: 129 yang berbunyi: ,,.. J ~ , '.I-;, . I!~ ~ ~- .r"- \" ... v ... 0 ~\ ... ,:. 0 \J j ·'...,') :...i..J '-:.,.;._; () \' V• ,,.. 0 .,,. • ... ~ G°' ,) >JI ).;i1 ~i ~i... ~J.j ... ,,,. Artinya: "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Ki/ab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah 11 Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jamiul Bayan an Ta'wili Ayat al-Qur'an (Libanon: Beirut, 1998) Jilid 2. h. 36-37 12 Ibid., Jilid I, h. 556 8 (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah: 129). Sebagai pendidik umat Islam, Rasulullah selalu clituntut untuk mendidik mereka dan mengajarkan mereka hakikat dan rahasia-rahasia yang terkandung dalam kitab al-Qur'an agar supaya umatnya selalu senantiasa dalam hidayah dan inayah Allah dengan memperoleh petunjuk al-Qur'an dan cahaya-cahayanya. 13 Bertolak dari uraian di atas, penulis ingin berusaha membahas peran Rasulullah saw disamping sebagai penerima risalah dan penyampainya, adalah pendidik/gnru bagi umatnya dengan menggunakan analisis ayat al-Qur'an, dengan judul : "Rasulullah sebagai Pendidik Perspektif al-Qur 'an". B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah. Untuk lebih memperjelas permasalahan, maka pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada: a. Pendidikan yang mencakup pengertian, ungkapan al-Qur'an mengenai pendidikan dan tujuan pendidikan Islam b. Peranan Rasulullah sebagai pendidik dalam perspektif al-Qur'an c. Sifat-sifat Rasulullah sebagai pendidik d. Rasulullah sebagai penyelamat umat dari kemusyrikan. e. Rasulullah sebagai pembawa rahmat bagi segenap alam 13 Ismail Haqi, Ruliul Bayan (Libanon) Jilid I, h. 225. 9 2. Perumusan Masalah Persoalan pokok yang perlu dirumuskan dalam skripsi ini adalah "Bagaimana peranan Rasulullah sebagai pendidik, penyelamat umat dari kemusyrikan menurut al-Qur'an. "Bagaimana sifat-sifat Rasulullab sebagai pendidik menurut al-Qur'an. C. Kajian Pustaka Sebenarnya tulisan/karya ilmiah yang ada kaitannya dengan Rasulullab sebagai pendidik cukup banyak, namun penulis di sini ingin mencantumkan satu saja yang mungkin bisa mewakili yang lain. Buku itu berjudul : "Mendidik Anak Bersama Rasulullah" yang dikarang oleh Muhammad Nur Abdul Hafizh. Beberapa yang diupayakan agar setiap pendidik mampu memilikinya adalah : a. Memiliki sifat lemah lembut b. Ramah dan menjauhi sifat bengis c. Hati yang penuh kasih sayang d. Mengambil yang termudah dari dua urusan selam;i tidak mengandung dosa e. Bersifat fleksibel f. Manjauhkan diri dari amarah g. Berlaku moderat h. Mernbatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik (Bab I. h. 52-58) 10 Rasulullah dalam memberi pengarahan kepada setiap orang agar selalu bersikap jujur dan melarang keras kepada orang tua yang selalu berbohong kepada anak-anaknya. (Bab IV, h. 187). Para sahabat dan ulama besar terdahulu telah memahami arti penting seorang gurulpendidik yang baik yang dapat menjadikan anak-anak mereka dapat meraih ilmu pengetahuan yang benar. - lbnu Sina menjelaskan kriteria seorang guru/ pendidik yang shaleh. Dalam bukunya "As-Siyasah" beliau mengatakan orang tua sebaiknya mencari sosok guru/pendidik yang memiliki akhlak yang baik, berakal, taat dalam menjalankan agamanya, tidak bersifat dengki, komunikatif dalam bergaul dengan anak, tidak kaku/fleksibel, dan mampu membuat anak meresa senang untuk belajar bersamanya. (Bab VII, h. 23 7) D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menywnbangkan paradigma dam kajian ilmu pendidikan tentang Rasulullah sebagai pendidik menurut al-Qur'an b. Untuk mmenyumbangkan ide tentang konsep pendidik menunni Islam atau al-Qur'an. c. Untuk menyumbangkan kajian tentang pola Rasulullah mendiudik menurut al-Qur'an. 11 2. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian manjadi sumbangan berarti s·ebagai bahan untuk nmengembangkan Teori dalam khasanah ilmu pengetahuan b. Hasil penelitain ini juga dapat dijadikan acuan bagi para pendidik atau guru dalam mendidik anak didiknya. E. Metodologi PeneHtian Sebagai mana lazimnya sebuah karya ilmiah yang selalu menggunakan metode penelitian sebagai landasan operasionalnya, maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Rese~rch) untuk mendapatkan data, yakni sebuah penelitian yang· menggunakan kitab-kitab tafsir, buku-buku, dokumen-dokumen resmi, maj al ah dan surat kabar, baik sumber yang primer maupun skunder sebagai bahan rujukan. Sumber rujukan yang akan digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah kitab-kitab tafsir yang ditulis ulama di abad klasik, pertengahan, dan modern se1ia sumber-sumber lainnya yang relefa.n. Metode library research ini nampaknya tak terelakkan mengingat judul skripsi yang penulis ajukan berkisar pada masalah studi analisis tafsir ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan. Adapun metode pembahasan yartg penulis pergunakan ' dalam penulisan skripsi ini adalah metode diskriptif analisis, yakni dengan mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menganalisa, menyeleksi, dan menarasikan untuk diambil kesimpulan. Aiiinya sumber-sumber 12 tersebut di deskripsikan dan di analisa dengan menggunakan pendekatan tafsir AlMuqaran. Metode ini adalah dengan mengemukakan penafsiran ayat-ayat al-Qur'an yang ditulis oleh sejumlah Mufassir, kemudian mengkaji dan menganalisis tafsirtafsir tersebut, dengan menilai kekurangan-kelebihan serta persamaan-perbedaan di antara tafsir-tafsir tersebut. Kitab-kitab itu mungkin dari generasi salaf ataupun khalaf, baik ma'tsur maupun ma' qui dengan berbagai coraknya. Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan pendekatan metode penafsiran tersebut. Yakni dimulai dengan mengemukakan ayat al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 151, Ali Imran ayat 79, 110, dan 159, dan al-Anbiya' ayat 107 serta terjemahannya, kemudian mengemukakan sejarah turunnya ayat, selanjutnya penulis mengemukakan penafsiran ayat tersebut yang di tulis oleh sejumlah mnfassir dalam kitab tafsir yang penulis kaji, dengan menjelaskan makna kata-kata yang ada dalam ayat tersebut, kemudian mengkaji dan menganalisis tafsir-tafsir tersebut. Akem tetapi penulis tidak terlalu jauh sampai menilai kekurangan-kelebihan serta persamaan-perbedaan di antara tafsir-tafsir tersebut. Dalam mengan1bil kesimpulan, penulis menggunakan analisis induktif. Dengan m<;tode ini penulis menganalisis masalah-masalah yang bersifat khusus dan kemudian di ambil kesimpulan yang bersifat umum. Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada "buku pedoman penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, tahun 2002 ", kecuali al-Qur'an dan Te1jemahan. 13 F. Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini menjadi lebih jelas dan lebih terarah serta mencapai sasaran yang ingin penulis tuju, maka penulis membagi penulisannya menjadi empat bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab. BAB I Pendahuluan yang akan membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Menguraikan tentang tinjauan teoritis tentang pendidikan perspektif alQur'an yang meliputi pengertian pendidikan Islam, ungkapan al-Qur'an tentang pendidikan dan tujuan pendidikan Islam. BAB III Membahas tentang Rasulullah sebagai pendiclik perspektif al-Qur'an yang meliputi sifat-sifat Rasulullah sebagai pendidik yang tergambar dalam al-Qur'an surat Ali Imran 79 clan 159, Rasulullah sebagai penyelamat umat dari kemusyrikan yang tergambar clalam al-Qur'an surat al-Baqarah 151, Rasulullah sebagai pengarah umat kepada kebajikan yang tergambar dalan1 al-Qur'an surat Ali Imran 110 dan Rasulullah sebagai pembawa rahmat bagi segenap alam yang tergambar dalam al-Qur'an surat al-Anbiyaa' 107 BAB IV Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran. BAB II PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL QUR'AN A. Pengertian Pendidikan Islam Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, "paidagogiek", ''pais" bermti anak, "gogos" artinya membimbing/tuntutan; dan "iek" artinya ilmu. - Jadi pedagogik adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi "education". "Education" berasal dari bahasa Yunani "educare" yang bermti membawa berkembang 1• Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan ''pe" dan akhiran "an" yang artinya proses pernbahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalmn usaha mendewasakan manusia m~lalui upaya pengajaran dan pelatihan, prosese, perbuatan, cara mendidik2 • Sed::ingkan pengettian pendidikan secara terminologi adalah "aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensipotensi pribadinya, yaitu : rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keteran1pilan-keterampilan)" 3 . Menurut Amier Daien 1 Madyo Ekosusilo, R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar Publishing, 1987), cet. 11, h. 12 2 DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. X, h. 232 ' Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1988), cet. Ill, h.7 14 15 Indrakusuma pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa4 • Konferensi pendidikan Islam se-dunia di Mekah (1977) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah "suatu proses mengarahkan pertumbuhan rnanusia yang seimbang melalui latihanjiwa, intelek, aka! pikiran, perasaan sertajasmani" 5 • Adapun menurut H. Arifin pendidikan adalah "usaha orang dewasa secara sadar untuk membirnbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan anak didik baik dalam bentuk formil maupun non-formil" 6. Dalarn Garis-garis Besar Haluan Negara (ketetapan MPR RI No. IV/MPR/73) dikatakan bahwa, pendidikan pada hakekatnya adalah "usaha sadar untuk rnengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup". Menurut pendapat M. J. Langefeld yang disebut pendidikan ialah "pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih rnemerlukan" 7 . Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 2, 1989 pendidikan di artikan "usaha sadar untuk rnenyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang" 8• 4 Amier Daien Indrakusuma, Pengantar I/mu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, I 988), h.27 'Jurnal Didaktika Islamik; Vol. I, No. 4, November, h. 5 6 H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (Dilingkungan sekolah dan Keluarga), (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet. IV, h. 14 7 H. Sutari Imam Barnadib, Pengantar I/mu Pendidikan Distemalis, (Yogyakm1a : Andi Offset, I 989), cet. XIII, h. 25 8 H. Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM-Press, 200!), cet. I, h. 229. 16 Akan tetapi malma pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai d~ngan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalanmya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia, pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya9• Adapun pendidikan dalam artinya yang luas bermakna merubah dan memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu di dalam masyarakat. Dari sini dapat kita mengerti bahwa pendidikan itu dapat melalui bermacam-macam proses, tetapi pada dasarnya berdasm· pada proses pemindahan nilai pada suatu masyarakat kepada setiap individu yang ada di dalamnya. Proses pemindahm1 nilainilai budaya itu melalui bermacam-mac;un jalan 10 Sedangkan pendidikan menurut al Qur'an ialah sebagaimana didefinisikan para tokoh-tokoh di bawah ini diantaranya adalah : 1. Menurut Almiad D. Mm·imba Pendidikan Islam ialah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian ym1g utama menurut ukuran-ukuran Islam. dengan pengertian lain, seringkali beliau menyatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian Muslim, yaitu 9 10 Tim Dasen FlP-lKIP Malang: Op. Cit. h. 2 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1989), h.120 17 kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih, clan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. 11 2. Menurut Burlian Somad Pendidikan Islam adalah pe ndidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah. Secara terperinei, beliau mengemukakan, "Pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas, yaitu: a. Tujuan membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran al-Qur'an b. Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam al-Qur'an yang pelaksanaannya di dalam praktek hidup sehari-haii sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi saw. 12 3. Menurut Hasan Lai1ggulung Pendidikan Islam ialah pendidikai1 yai1g memiliki 4 macain fungsi, yaitu: a. Menyiapkan generasi muda untuk memgang peranan-peanai1 tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri. b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan perai1anperanan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memlihara keutuhan dan kesatuan masyai·akat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan epradaban. Dengfil1 kata lain nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, tidak akfil1 terpelihara yai1g akhirnya menyebabkan kehfil1curai1 masyarakat itu sendiri. 11 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Ma'arif, 1980), cet. IV, h. 23-24 12 Burlian Somad, Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam, (Bandung : PT Al-Ma'arif, 1981), cet. l, h. 20-21 18 Adapun nilai-nilai yang dipindahkan ialah nilai-nilai yang diambil dari lima sumber, yaitu al Qur'an, sunah Nabi, Qiyas, kemaslahatan umum, dan kesepakatan atau ukma' ulama, dan para pemikir Musim yang dianggap sesuai dengsn sumber dasar, yaitu al Qur'an dan sunah Nabi. d. Mendidik anak agar beramal di dunia untuk memetik hasilnya di akhirat. 13 4. Menurut Syekh Muhammad an-Naquib al-Attas Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenal dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan. 14 5. Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 15 6. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi Pendidikan Islam ialah mengarahkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah. 16 13 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kaipta Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Selia, l 9U98), cet. I, h. l 0 14 Syekh Muhammad an-Naquib al·Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1984, cet. Vil, h. I 0 15 Ahmad Tafsir, I/mu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), cet. II, h. 24 16 Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. II, h. 26 19 Basil seminar pendidikan Islam s~-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung Bogar menyatakan bahwa: "Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani danjasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam". Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang' dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian Muslim. Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami babwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai Muslim paripurna (Insan al Kami!). Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman, dan amal secara integral bagi terbinanya kehidupan Y<:ng harmonis, baik di dunia dan di akhirat. B. Ungkapan AI-Qur'au Mengeuai Pendidikan Istilah pendidikan dalam konteks al Qur'an atau Islam mengacu pacla tiga kata, yaitu: al-Turbiyah (~Jlll), al-Ta'lim (~I), dan al-Ta'dib (!.,.\!_.>till). Al-Tarbiyah (~:;JI) berasal clari kata ~L!J-1..H'.ii-L!j yang artinya "bertambah" clan "tumbuh", al Ta'lim 20 (r:!l;';ll) berasal clari kata '":il;'; ;..i;Y.-;...t> yang artinya "mengajar", clan al Ta'dib (w,bJI) berasal clari kata i+.>_,t,..:.,_,:,t;,.c,.,~t yang artinya "mencliclik" . 17 Meskipun ketiga kata tersebut memiliki kesamaan makna, namun secara esensial setiap kata memiliki perbeclaan, baik secara tekstual maupun kontekstuaI. 18 Kata al Tarbiyah menganclung arti menanggung, member:i makan, memelihara, membuat, menjaclikan bertambah sebagaimana clalam al Qur'an surat al Fatihah ayat 2 0 ... I~ I <J.:A-' , -. . "' ' o.- ;:_,' ;Ji J:.;.J I •J Artinya: "Segala Puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam".(Q.S Al Fatihah: 2) Dan clalam surat asy-Syuara ayat 18 Artinya : "Fir'aun menjawab : "Bukankah Kami telah mengasuhmu diantara (keluarga) kami, waktu kami masih kanak-kanak dan kamu tinggal umurmu". bersama kami beberapa tahun dari (QS. Asy Syu'ara: 18) Al-Ta'lim menganclung arti pengajaran yakni memberikan pengetahuan kepacla seseorang agar mempunyai ilmu pengetahuan. Hal ini tergambar clalam al Baqarah 31-32 yang berbunyi: rf (.':$- ~l... ~~JJ. ~c4 J~f jJ:. ~)> L~ ;c~1 r~T ~j ... ... ... .. ... JI.ii ...~SI.ii ,.. ~\ r:i:11 ~f 2..lf1... \~~'.le ~ ~l... d r-L-... ~ w~ 1)~ .~~t.o ... ... ,,.,., Artinya: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada Ku nama benda-benda itujika 17 H. Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 136, 277 18 Syamsul Nizar, Fi/safat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 25 21 . kamu memang benar". Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah engkau qjarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha.Bijaksana". (QS. Al Baqarah: 31-32) Sedangkan al Ta'dib mengandung arti sebuah sisem pendidikan Islam yang di dalamnya ada tiga sub sistem yaitu pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan. Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang_ dewasa kt:pada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim. C. Tujuan Pendidikan Islam Sebelum penulis menjelaskan tujuan pendidikan Islam 1:erlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian dari tujuan. Secara etimologi, tujuan adalah "arah, maksud atau haluan". 19 Sedangkan secara terminologi, tujuan berarti "Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai dilakukan". Menurut M. Arifin bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah "idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak di capai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islan1 secara bertahap. 20 Sedangkan menuru.t Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada empat macam, yaitu: I. Mengakhiri usaha 2. Men,garahkan usaha 3. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuantujuan barn maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama. 19 Armai Arief, Pengantar I/mu dan Metodo/ogi pendidikan Islam, (Jakrta: Ciputat Press, 2002), eel. I, h. I 5 20 Ibid 22 4. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.. 21 Sehubungan dengan itu, maka tujuan mempunyai arti yang sangat penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah satu pedoman yang harus ditempuh, tahapan sasaran, serta sifat dan mutu kegiatan yang dilakukan. Karena itu, kegiatan yang tanpa disertai tujuan, menyebabkan sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatan yang tanpa disertai tujuan, menyebabkan sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatan tersebut men]adi acak-acakan. Untuk dapat memahan1i lebih jauh mengenai tujuan··tujuan pendidikan Islam. Berikut ini akan penulis uraikan tenatng tujuan pendidikan Islam menurut para ahli pendidikan Islam. Menurut Zakiah Daradjat tujuan pendidikan agama Islam secara keseluruhan adalah kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa. Insan kamil artinya manusia yang utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah Swt., ini mengandung arti bahwa pendidikan itu diharapkan inenghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semaldn meningkat dalam alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat. 22 21 22 Ahmad D. Marimba, Op.cit., h. 45-46 Nur Uhbiyanti, f/mu Pendidikan Islam 2, (Bandung: CV. Pustaka Selia, 1997), cet. I, h. 41 23 Sedangkan menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan, yaitu pembentukan Insan Paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali, manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipe:lajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya dekat kepada Allah dan akhirnya membahagiakannya di dunia dan akhirat. 23 Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu (I) membentuk akhlak mulia; (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat; (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya; (4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik; (5) mempersiapkan tenaga profesional yang teran1pil. 24 Sedangkan menurut al-Syaibani, bahwa tujuan yang tertinggi pendidikan Islan1 adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. 25 Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam adalah membina pengetahuan atau kesadaran manusia atas dirinya, dan atas sistem kemasyarakatan Islami serta sikap dan rasa tanggung jawab sosial. Juga memberikan kesadaran manusia terhadap alam sekitar dan ciptaan Allah serta mengembangkan 23 Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Islam Versi Al Ghazali, alih bahasa Fathurrahman May dan Syamsuddln Asyrafl, (Bandung: PT. Al Ma'arif, 1986), cet. X, h. 25·26 24 Mohammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, te1j. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry LIS, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. l-4 25 Omar Muhammad al Thoumy al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, l 979), cet. 1, h. 399 24 ciptaan Nya bagi kebaikan umat manusia. Dan yang lebih utama dari semua itu adalah ma'rifat kepada pencipta alam dan beribadah kepada Nya dengan cara mentaati segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya. 26 Sedangkan menurut M. Djunaidi Dhany tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 1. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempuma a. Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan badan dan otak (pikiran) anak didik. b. Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin. c. Sebagai anggota masyarakat, maka anak itu hams dapat mempunyai tanggung jawab sebagai warga negara yang baik nantinya. d. Sebagai pekerja, maka anak itu harus bersifat efektif-produktif dan cinta akan kerja. 2. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak itu pada agama dan pada Tuhan. 3. Mengembangkan intelegensi anak secara efektif dan pengertian anak didik agar mereka nantinya dapat mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang. 27 M. Arifin membedakan tujuan teoritis dengan tujuan dalam proses. Tujuan teoritis terdiri dari berbagai tingkat, antara lain: tujuan intennedier, tujuan ald1ir, tujuan insidental. I. Tujuan intermedier, yaitu tujuan yang merupakan batas sasaran kemampuan yang harus di capai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu. 2. Tujuan Insidental, merupakan peristiwa tertentu yang tidak direncanakan, tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada tujuan intermedier. 3. Tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin di dunia dan di ald1irat. 28 26 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. IV, h. 133 27 Zainuddin, et.al., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. I, h. 49 25 Di lihat dari segi pendekatan, sistem intrul.<:sional dapat dibedakan menjadi: 1. Tujuan instruksional khusus, diarahkan kepada setiap bidang yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik. 2. Tujuan intruksional umum, diarahkan kepada penguasaan atau pengalaman suatu bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai suatu kebulatan. 3. Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program pengajaran di setiap institusi (lembaga) pendidikan. 4. Tujuan intruksional, adalah tujuan yang harus di capai menurut program pendidikan di setiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu secara bulat atau terminal seperti tujuan institusinal SLTP/SMU atau SMK (tujuan terminal). 5. Tujuan umum, atau tujuan nasional, adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistemfonnal (sekolah), sistem nonformal (nonklasikal dan non kurikuler) maupun sistem informal (yang tidak terikat oleh formalitas program waktu, ruang, dan materi). 29 Sedangkan rumusan yang lain adalah hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia dari tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah "Menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam'. 30 Sedangkan konferensi internasional pe1iama tentang pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: "Pendidikan bertzg'uan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa , intelek, diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual, imajinati,l fisik, ilmiah, bahasa, 28 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), cet. I, h. 17 29 30 !vi. Arifin, !/mu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 39-40 Ibid h. 41 26 baik secara individula maupun secara kolektif. dan mendorong semua aspek Int ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan terakhlr pendidilcan Muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah balk secara pribadi, komunitas, maupun seluruh ummat manusia ". 31 31 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru, (Jkmta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I, h. 57 BABIII , RASUL ULLAH SEBAGAI PENDIDIK PERSPEKTllF AL QUR'AN A. Sifat-sifat Rasulullah Sebagai Pendidik Menurut al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 79 dan 159 S•Jrat Ali Imran ayat 159 Artinya "Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu erlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maajkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarhlah dengan mereka dalam urusan ini, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya ".(Ali Imran: 159) Menurut Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuthi dalam kitab tafsirnya "Al-Dzuru al-Mantsur ft al-Tafi'ir al-Ma'tsur" ayat di atas menjelaskan tentang sifat-sifat Rasulullah, yang mana sifat-sifat tersebut telah termaktub juga dalam kitab Taurat yaitu Rasulullah sebagai pendidik umatnya tidalc pernah bersikap keras, tidak berhati kasar dan tidak pernal1 membalas kejahatan seseorang walaupun sebesar apapun, akan tetapi Rasululla11 selalu memberi maaf kepada orang yang berbuat j ahat kepadanya walaupun tan pa diminta dan selalu 27 28 bersalaman antara sesama manusia ketika berpap.asan. 1 Lebih lanjut Imam Jalaluddin Abdmrnhman bin Abi Bakar As-Suyuthi menafsirkan bahwa Allah telah mensucikan Rasulullah (dalam ha! ini sebagai pendidik) dlli'i sifat kasar, keras hati bahkan Allah telah menjadikan beliau sebagai sosok yang sangat dekat dengan umatnya (dalam ha! ini anak didiknya), sangat ramah dan selalu mengerti apa yang dibutuhkan oleh umatnya. 2 Senada dengan Imam Jalaluddin Assuyuthi, Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thablli'i berpendapat bahwa sifat-sifat Rasulullah yang tertera dalam SUI'at Ali Imran I 59 itu juga terdapat dalam kitab Taurat, Menurut beliau tafsiran ayat di atas ialah; maka dengan rahmat Allah dan belas kasihan-Nya wahai Muhammad dan dengan sebab orang-orang yang beriman kepadamu dari sahabat-sahabatmu maka engkau menjadi lemah lembut terhadap mereka, sehingga kamu diikuti oleh mereka dalam segala tingkah lakumu baik berupa perkataan maupun kelakuan. Tetapi andaikata kamu keras hati dan bersikap kasar, maka niscaya engkat1 akan ditinggalkan oleh mereka dan tidak akan pernah mengikuti apa-apa yang telah engkau sampaikan baik melalui lisan atau tingkah laku. 3 Dari pendapat kedua penafsir di atas, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa Rasulullah sebagai pendidik umatnya mempunyai sifat-sifat lemah lembut, tidak keras kepala dan selalu menyayangi umatnya, sehingga beliau selalu menjadi panutan Imam Jalaluddin Abdurrahrnan bin Abi Bakar as Suyuti, Al Dzurru al Mantsur fl al Taftir al Maks11r, (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, !990 M/1411 H), cet. I, Juz. 2, h. 159 1 2 Ibid, h. 159 3 Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al Thabari, Jami al Bayan 'an Ta'wili ayi al Qur'an, (Beirut: Dar al Fikr, 1988 M/1408 H),jilid. 3,juz. 4, h. 151 29 umatnya dalam segala tingkah lakunya. Dengan. demikian jika seorang pendidik itu ingin selalu di ikuti oleh anak didilmy~, maka ia harus mengikuti apa yang telah di isyaratkan dalam surat Ali Imran ayat 159 di atas, agar materi yang disampaikan oleh pendidik itu menjadi benar-benar diikuti dan selalu diingat oleh anak didiknya. Tetapi kalau seorang pendidik itu bersifat kasar dan keras hati apalagi sangat emosi maka niscaya anak didik itu hanya akan mendapatkan ketakutan dari kekasaran seorang pendidik, sehingga anak hanya mau mengiktlti apa yang disampaikan oleh pendidik karena takut terhadap kekerasannya, bukan keluar dari kesadarannya sendiri. Akhirnya apa yang disampaikan oleh pendidik menjadi sia-sia dan tidak ada manfaatnya. ... ;~1 J"" ~j_,G) ~ ::,,;:~',\) ;..+~c ~~ ... "" ,,. ,,., Artinya: " ... Maka maajkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu ... ". (Ali Imran: 159) Menurut Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabari Rasulullah di bimbing untuk selalu memberi maaf kepada para pengilrntnya atas segala perbuatan mereka yang menyakiti hatinya atau sekedar tidak disukainya dan selalu memohonkan maghfirah dari Allah atas segala dosa-dosa yang telah diperbuat oleh mereka serta selalu bermusyawarah dengan mereka dalams segala urusan. 4 Lebih lanjut Abi Ja'far menjelaskan bahwa agak janggal kedengarannya ketika Allah swt masih memerintahkan Rasulullah untuk bermusyawarah dengan mnatnya 4 Abi Ja'far, lbid.,h. 152 30 dalam urusannya. Timbul pertanyaan yang cukup mendasar tentang ayat ini? Apa sebenarnya arti ayat (~1 ~ ;J>~~G) ... A1tinya : "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu". Apa gunanya musyawarah bagi seorang Rasulullah? Seberapa jauhkah basil musyawarah itu berguna? Pertanyaan-pertanyaan di atas oleh sebagian mufassir di jawab sebagaimana dikutip oleh Abi Ja'far Muhammad bin Jair al-Thabari bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulullah di dalam ayat di atas untuk bermusyawarah dengan para sahabat dan pengikutnya dalan1 taktik perang dan cara menghadapi musuh berfungsi untuk: I. Membuat hati mereka menjadi senang. 2. Membuat senang terhadap agama mereka 3. Supaya mereka beranggapan bahwa Rasulul.lah mendengarkan dan mengakomodir pendapat mereka. 4. Supaya mereka beranggaran bahwa mereka mampu menolong Rasulullah dengan pendapat mereka. Sedangkan menurut mufassir yang lain sebagaimana dikutip oleh Abi Ja'far bahwa Allah swt memerintahkan Rasulullah untuk selalu bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya meskipun Rasulullah sudah mempunyai pendapat sendiri tentang hal yang dimusyarahkan dan telah diketahui oleh Rasulullah bahwa pendapatnyalah yang paling bagus karena telah mendapat bimbingan langsung dari Allah swt, tidak lain hanya karena dalam musyawarah itu mempunyai keutamaan tersendiri yang bisa 5 Abi Ja'far, Ibid, h. 152 31 memperkuat pendapat yang telah ada. 6 Menurut bemat penulis memiliki jiwa pemaaf menjadi sangat penting bagi seorang pendidik karena tanpa jiwa itu maka seorang pendidik akan menjadi seorang yang pendendam dan pendendam itu bukan sifat dari orang Ishun secara umum. Tetapi tak kalah pentingnya adalah bahwa seorang pendidik itu -kalau melihat ayat di atas harus mempunyai jiwa pemusyawarah, artinya ia harus selalu bermusyawarah dalam segala urusannya yang menyangkut tentang pendidikan, karena musyawarah mernpunyai perarnm yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan saking pentingnya musyawarah itu sampai-sampai Imam al Hasan bin Abi al-Hasan sebagaimana dikutip oleh al Qadhi Abi Muhammad Abd alHaq bin Ghalib bin 'Athiah berkata : O' \ ~~ ~\I d'.\ll ~1:0. .... ,, .. .. "' "' (/J .. \ :ii ;. €~:: rj,; ~)GJ c: d'.lllj .. A1tinya : "Tidakalah sebuah bangsa bermusyawarah diantara mereka kecuali 7 Allah akan menunjukkan yang terbaik dihadapan mereka. Bahkan (lanjut Imam al-Hasan) pemerintahan Sayyidina Umar bin Khattab diberi nama Khilafah Syura. 8 (Kalau istilah Indonesia Kabinet Musyawarah/ Rernbuk). Menurut Sufyan Ats-Tsauri bahwa musyawarah ini adalah separuh aka! dan Sayyidina Umar bin Khattab selalu bermusyawarah dalam urusannya walaupun 6 Ibid, h. I 52 7 Al Qadhi Abi Muhammad Abd al Haq bin Ghalib bin 'Athiyah al Andalusi, Al Muharrar al Qajizji Tafsir al Kitab al Aziz, (Beirut: Dar al Kutub al llmiah, 1993 M/1413 H), cet. I, jiild. I, h. 534 8 Ibid, h. 534 32 dengan seorang perempuan, begitu menurut kutjpan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. 9 Menurut hemat penulis, musyawarah atau saling berembuk dalam apapun akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang terbaik. Karena dalam bermusyawarah terdapat barokah yang sangat besar yang sulit diprediksi oleh manusia. Allah swt secara ekslusive memuji umat Islam, karena mereka selalu bermusyawarah dalam urusannya sebagaimana yang tercantum dalan1 al-Qur'an surat Asy-Syura : 3 8, yang berbunyi : 0 ) ,,,o... .. 0 '" ~ ($ J _y:;. 0 J J 0 i"' ('""' /' ) Artinya : "Dan dalam urusannya, mereka selalu bermusyawarah"· (Asy-Syura : 38) Kalau kita kaitkan dengan dunia pendidikan, mungkin kita akan sepakat dengan istilah "Dalam pendidikan musyawarah bukan segal.a-galanya, tapi tanpa musyawarah dunia pendidikan tidak akan mengalami kemajuan dan perubahan". Rapat dengar pendapat, mengakomodir semua aspirasi baik dari atasan atau dari anak didik bahkan dari orang tua/wali murid akan merrjadi satu dalam wadah musyawarah. Seorang pendidik kalau tanpa dibekali dengan jiwa pemusyawarah, maka yang akan terjadi adalah ia akan menjadi sangat otoriter dan sering menampakkan perilaku yang arogan, karena tidak ada perimbangan dan masukan dal'i orang lain melalui musyawarah tadi. 9 Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar as Suyuthi, Loe.cit., h. 15 33 " ... Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka Artinya bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya'" (Ali Imran: 159) Menurut Al-Qadhi Abi Muham~1ad Abdul Al-Haq bin Ghalib bin Athiah AlAndalusi, bahwa ketika Allah telah menunjukkan sesuatu kepada umat-Nya setelah melalui musyawarah sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, maka Allah memerintahkan untuk bertawakkal kepada-Nya, karena tawakkal adalah puncak daripada ijtihad seorang manusia. 10 Lebi_h lanjut beliau berkomentar secara keseluruhan ayat di atas sangat berurutan sekali kalau kita kaitkan dengan kenyataan hidup di mana pe1iama kali Rasulullah sebagai pembawa risalah dan sekaligus sebagai pendidik umatnya menuju arah kedewasaan mereka diperintahkan untuk bersifat lemah-lembut, memaafkan, memohonkan ampunan, pemusyawarah dan akhirnya berserah diri kepada sang pencipta. Ini merupakan aturan yang sangat sempurna dari Allah swt. 11 Dalam ha! tawakkal Ummu Salamah, istri Rasulullah berkata: ;;_;:~ ,, J:. ';.:\\) <iS-lkJI J _,, s- ,, ,., "1 .. 0 ,., ,, ,. JJ:.\.: 0p.: Zs:!) .Jj_'.,,..;) ,,,.0~)'1 ,, ,, ... ~ ,.. J \ ,, J a'i ,, u:o:,' J 0.o .'.ill JP JS')I ,, ,, ... 0 J "'0 ,, > I<'~ '' ", i C:,' .wL IAJ\11 'I' •'. J. I err."+? J ,.. - ,,.~ ,.., <f"O'J~ ,,, ... ,,. ,, A1iinya : "Tawakkal kepada Allah termasuk sebagian dari beberapa fardhu iman dan beberapa pasalnya. Tetapi tawakkal harus dibarengi dengan kesungguhan dalam taal dan mengerahkan segala tenaga dengan semangat yang linggi. Sedangkan berpanf,ku tangan dan yang serupa dengannya bukan termasuk tawakkal". " '°Al Qadi Abi Muhammad Abd al Haq bin Ghalib bin 'Athiyah al Andalusi, Loe.cit, h. 534 II Ibid, h. 534 12 Ibid, h. 534 34 Dan penafsiran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, setelah kita melakukan usaha yang begitu maksimal seharusnya kita berserah diri kepada Allah swt, karena dengan berserah diri kita akan mendapatkan pertolongan yang tidak disangka, artinya ada banyak ha! yang tidak mampu dirarnpungkan oleh kekuatan aka! manusia bahkan sampai dengan musyawarah sekalipµn. Begitu pula seorang pendidik, ia harus berserah diri kepada Allah swt setelah ia mengupayakan dan mengerahkan segala teriaganya untuk kemajuan dan kecerdasan anak didiknya melalui aturan-atnran yang diisyaratkan oleh al-Qur'an surat Ali Imran 159 di atas. Tujuannya adalah agar pendidik itu menjadi sadar sesadar-sadarnya bahwa ia telah berupaya esemaksimal mungkin, dan apa yang telah ia usahakan akan kembali sepenuhnya kepadanya. Diantara sifat-sifat Rasulullah sebagai pendidik tergambar dalam Surat Ali Imran 79. (V". Artinya : "Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia : "/-Jendaklah kamu menjadi penyembah~penyembahku bu/can penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata) : 11/-Jendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya" (Q.S. Ali Imran: 79) Menurut Abd Mun'im Ahmad Tualib, kata ~I mengandung arti : ~I (hilanah), MJll (pemahaman terhadap sesuatu) dan {J;JI (pengetahuan). Sedangkan 35 kata 0#!'-i.; mengandung arti :<~ (orang-orang yang bijaksana), <C.lh (orang-orang yang mengamalkan ihmmya dengan baik dan benar), <Y!'.il (orang-orang yang selalu melaksanakan semua perintah Allah dan selalu menjauhi segala larangan-Nya) dan 0~ (orang yang selalu memperbaiki dirinya dengan hal-hal yang baik dan diridhoi Allah) 13 • Lebih lanjut Abd Mun'im menafsirkan ayat di atas bahwa tidak pantas, tidak layak dan tidak bisa diterima oleh aka! sehat ketika seseorang diberikan anugerah ilmu (menjadi seorang pendidik) dan kenabian serta pemahaman yang baik untuk menyeru terhadap manusia agar menyembah kepadanya bukan kepada Allah sebagai penciptanya. Akan tetapi yang pantas adalah menyeru kepada umat manusia agar mereka menjadi orang-orang yang selalu bertaqwa kepada Allah swt dengan menjalankan segala apa yang Allah perintahkan dan selalu. menjauhi apa-apa yang telah dilarang-Nya; menjadi orang-orang yang bijaksana yang selalu mengamalkan iltmmya serta menjadi orang-orang yang memperbaiki diri disebabkan doa telah mendapatkan ilmu dan sekaligus telah mengajarkan dan mendidik manusia kepada kebaikan, petunjuk kejalan yang lurus serta kebajikan, untuk itu seorang pendidik haruslah ikhlas, bijaksana dan penyabar 14• 13 Abd Mun'im Ahmad Tulaib, Fathurrahman Fi Tafsir a/-Qur'an (Kairo : Dar al-Salam, 1995 M/1416 H), cet. I, ha!. 413. 14 !hid, ha!. 413 36 Sedangkan menurut Said Hawa dalam kitab "Al-Asas Fi al-tafsir ", sebenarnya sifat Rabbani itu merupakan hasil dari ilmu yang ia peroleh. 15 Beliau memberikan penjelasan yang cukup mendasar dan sangat bermakna bahwa cukuplah kiranya sebagai tanda usaha yang sia-sia, ketika seseorang mencari dan menuntut ilmu setinggi mungkin, tetapi ilmu yang ia peroleh tidak ia realisasikan melalui amal dengan cara-cara yang ia peroleh 16• Hampir senada dcngan Said Hawa, Said bin Jubair sebngaimana dikutip oleh Abi Muhammad al-Hasyim berkata bahwa yang dimaksud dengan Rabbani itu adalah selalu mengamalkan ilnm yang telah diperolehnya 17 . Me;rnrut Imam Quradhi sebagaimana termaktub dalam kitab "Jami al-Bayan" karangan Abi Ja'far, ayat 79 dari surat Ali Imran di atas merupakan sebuah jawaban terhadap pertanyaan para pendeta Yahudi dan N asrani kepada Rasulullah ketika beliau mengajak mereka masuk agama Islam 18 . Sebenarnya ketika seseorang diberi pangkat atau kedudukan menjadi pendidik dan pengajar umat manusia, lalu dia berharap dan menycrn mereka agar selalu tunduk dan patuh terhadapnya atau sampai menyuruh mereka menyembah kcpadanya bukan 15 Said Hawa, Af-Asas Fi af-Taftir, (Kairo: Dar al-Salam, 1985 M/\405 H) cet. I, jilid. 2, 16 Ibid, h. 810. h. 810. 17 Abi Muhammad al-Hasyimi bin Mas'ud, Taftir Al-Baqhawi, (Beirut: Dar al-Kutb al-llmiah, 1993 M) cet. I, Ji lid I, h. 249. 18 Abi Ja'far Muhammad. Loe. Cit., ha!. 327. 37 kepada Allah, maka ini merupakan sebuah kesalahan yang sangat besar dan kekeliruan yang tak terampuni 19• Setelah penulis membaca beberapa tafsir yang ada, penulis menemukan perbedaan, kepada siapa sebenarnya ayat di atas diisyaratkan? Menurut Imam AnNuqash dkk, isyarah ayat di atas kepada Nabi Isa a.s. sebagai penolak terhadap orangorang Nasrani yang menjadikan Nabi Isa a.s. sebagai Tuhim yang mereka sembab. Sedangkan menurut lbnu Abbas, Arrabi, lbnu Juraih dan mayoritas mufassirin, babwa ayat di atas isyarahnya kepada Nabi Muhammad saw sebagai pembawa risalah dan pendidik umatnya20 • Penulis lebih cenderung pada isyarah yang kedua, yaitu kepada Rasulullab, artinya Rasulullah sebagai pendidik umatnya tidak boleh sombong, akan tetapi bcliau dituntut untuk mempunyai sifat Rabbani yaitu menyern kepada kebaikan dan kebajikan, ikhlas, sabar dan bijaksana. Begitu kesimpulan yang bisa penulis tarik dari b1tberapa pendapat para mufassir di atas. Kalau kita kaitkan dengan dunia pendidikan kita akan mendapatkan pemahaman bahwa seorang yang telah belajar dan menuntut ilmu yang tinggi, lalu dia mengajarkan apa yang telab ia peroleh selama ini, maka dia han.1s menjauhi sifat sombong karena sifat sombong itu hanya milik Allab semata, harus sabar menghadapi kenyataan 19 20 h. 462. dilapangan, harus bijaksana dalam memberkan keputusan baik Ibid., h. 326 Al-Qadhi Abi Muhammad Abd al-1-Iaq bin Ghalib bin Athi.ah al-Andalusia, Loe. Cit, 38 menyangkut masalah anak didik maupun masalah yang' lain yang berkaitan dengan kemajuan anak didik. B. Rasulullah Sebagai Penyelamat Umat dari Kemusyrika111 Keberadaan Rasulullah dan eksistensinya di muka bumi ini merupakan sebuah anugrah yang sangat besar yang selalu hams di syukuri oleh umat manusia sepanjang masa, karena beliau merupakan sosok penyempurna nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada umat manusia. Sehingga dengan adanya Rasulullah saw, kita semua bisa terhindar dari kotoran-kotoran kemunafikan, sampah-sampah kemusyrikan dan dosa-dosa menyekutukan Allah, yang pada akhirnya kita semua mampu menjadi orang yang mengerti dan fahan1 akan tanda-tanda kebesaran Allah, mampu terhindar dari bahaya musyrik dan yang tak .kalah pentingnya kita mampu belajar dan mengajarkan kitab Allah dan hikmah diturunkaunya al-Qur'an. Hal ini tergambar dalam al-Qur'an surat al-Baqarah 151 yang berbunyi: ,, I) I) .. 0 J. "' ,,. J . .. r . . . . . . J J. "' ,.. J. (\ o \ : Artinya: Kata ,,. <''<'.'' 8GI '(''1::.. r'=" J!.J .. - ('"""''"::"""" ~\' ;:_,~1 ' ('' 1:'.' ' J. .J. '.I~~ ' (':' y-; r~ ;' .. .. JI ) ! 0 ,,.. 'f, , ' (''~ 8::..:J I LS Y' J ('"""''""". ,,. J. .. ) 'II ;;_All) L>~w 1jj5:i tJ ~ ~j "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (AsSunnah) serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". µ.-~ menurut Abi al-Hasan Ali bin Muhammad Habib al-Mawardi, mengandung dua penafsiran: 39 ··.11 •.u..,o ·.t'. ·.1_~ Pertama; mengan d ung ar·t·I ..;\"..J-"'" r~ , yaitu mensucikan kamu dari menyekutukan Allah. '· "Gu. ·.1.:.· K edua; mengandung art!· :c,s - .. ...!1.Ji1 . :i..:.c . ·.uJ~ r->"'L.. ··I u , yaitu menyeru atau memcrintahkan kepada kamu dengan sesuatu yang menjadikan kamu orang-orang yar1g suci menurut Allah21 • Senada dengan Abi al-Hasan, Abi Ja'far menafsirkan kata ;.s;¥J. dengan arti Yaitu menyucikan kamu dari bahaya kemusyrikan kepada Allah dan bahaya menyembah berhala dan membuat kamu bertambah dan banyak kepada Allah22 . Dalam kitab al-Dzuru al-Masun Fi Ulumi al-Kitabi al.-Maknun disebutkan, bahwa huruf ka/yang terdapat pada awa! ayat al-Baqarah 151 ini, ada dua versi: 1. KafLittasybih (penyerupaan) 2. Kaf litta'lil (alasan/ 3 Akan tetapi yang lebih cocok dan lebih pas adalah Kaf Littasybih, dar1 ularna berbeda pendapat dalam masalah mutaallak/hubungan daripada kaf tersebut, yar1g menurut Imam Syihabuddin terbagi me1ijadi lima, diantaranya: 21 Abi al-Hasan Ali bin Muhammad Habib al-Mawardi al-Bashari, Al-Nukat Wa a/-Uy1111 Tafsir Al-Mawardi, (Beirut: Dar al-Kutb al-Jlmiah), Jilid. I, h. 208 22 23 Abi Ja'far Muhammad, Loe. Cit., Jilid. I, hal. 558 Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuf Ibnu Muhammad bin Ibrahim, Al-Dzurru al-lvlasun Fi Ulwni al-Kitabi al-Maknun, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiah, 14I4 H/1994 M), eel. I, Juz I, h. 409. 40 I. Bahwa kaf tersebut berhubungan dengan firman Allah " ;~~) "24 • Maka kira-kira susunannya menjadi : Artinya: "Dan supaya-Ku sempurnakan nikmat-Ku pada kamu dengan sebenar-benarnya sempurna, seperti kesempurnaan Rasulullah dalam kalanganmu". 25 Dari penjelasan di atas, penulis bisa mengarnbil pemahaman bahwa kedatangan Rasulullah adalah sebagai penyempurna nikrnat-nikmat Allah kepada umat Islam dan Rasulullah sendiri adalah seorang yang sempurna yang diutus kepada umat Islam. 2. Bahwa kaftersebut berhubungan dengan dengan firman Allah";):,~ "26 Maka kira-kira susunannya menjadi : > > ,,. ... >o ? "" },µ,,, J=.. 1~1~1~-"!"" 0)~5 ~) "" 'Jy~ ~ 8G~! ,• Artinya : "Dan supaya kamu mendapat petunjuk dengan sebenar-benarnya petunjuk seperti halnya Aku telah mengutus pada kamu seorang utusan""'7 Penyerupaan hidayah dengan pengutusan rnerupakan penyerupaan pengukuhan/tasybih tahkik atau tsubut. Maka arti susunan lafadz di atas 24 Lihat surat al-Baqarah: 2/150 25 Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuflbnu Muhammad bin Ibrahim, Op. Cit., h. 410 26 Lihat surat al-Baqarah: 2/150. 27 Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuflbnu Muhammad bin Ibrahim, Op. Cit., h. 410 41 adalah "supaya kamu mendapat petunjuk yang telah dikukuhkan seperti halnya telah dikukuhkannya Rasulullah sebagai utusan. 28 3. Bahwa kaftersebut berhubungan dengan firman Allah: '~tk:Wj ~f rs-1.1:~ ~.iS'J Pendapat di atas dikeluarkan oleh Abu Muslim, ((:tapi menurut Imam Shihabuddin cara penghubungan seperti di atas sangat jauh, yang membel'ikan indikasi terputusnya hubungan tersebut. 30 4. Bahwa kaftersebut berhubungan dengan firman Allah: \'I >__,o <o 't ><o " "r5 .r ~1 i.~J.r ~u" Menurut Imam Zamahsyari seperti yang dikutip oleh Imam Syihabuddin, cara penghubungan dengan ayat berikutnya ini berarti mentaqdirkan (memperkirakan) ada masdar dan mudaf yang dibuang. Maka ketika hai itu diungkapkan menjadi kalimat sebagai berikut : Artinya : "lngatlah olehmu aku dengan ingat yang sebenarnya seperti halnya aku mengingatmu dengan mengutus seorang utusan". 32 Dari penjelasan para penafsir di atas dapat penulis simpulkan bahwa keberadaan Rasulullah di muka bumi ini pada zamannya merupakan suatu 28 29 30 31 32 Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuflbnu Muhammad bin Ibrahim, Op. Cit., h. 410 Li hat al-Qur'an surat al-Baqarah: 143 Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuflbnu Muhammad bin Ibrahim, Op. Cit., h. 410. Lihat al-Qur'an surat al-Baqarah: 152. Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuflbnu Muhammad bin Ibrahim, Op. Cit., h. 410. 42 nikmat yang sangat besar sekali yang tak tertand,ingi sepanjang masa, karena kebcradaannya merupakan simbol kejayaan umat manusia, dengan segala prestasinya yaitu marnpu membacakan al-Qur'an dengan baik sekaligus mengajarkannya kepada umatnya sehingga mereka marnpu keluar dari bahaya dan dosa menyekutukan Allah swt., mampu mengajarkan tentang Sunnah dan mengajarkan sesuatu yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya yaitu tentang cerita umat-umat terdahulu. C. Rasulullah Sebagai Pengarah Umat Kepada Kebajikan Merupakan sebuah keniscayaan bagi seorang Nabi dan Rasul -sebagai utusan Allah yang membawa butir-butir risalah untuk disampaikan kepada umatnya- tak terkecuali Rasulullah saw untuk mengajak dan mengarahkan umatnya kearah yang positif yaitu dengan mengajak mereka untuk selalu melakukan hal-hal yang baik dan selalu berusaha untuk menjauhi semaksimal mungkin agar terhindar dari perilakuperilaku jahat/munkar. Dalam hal ini, Rasulullah saw sebagai pembawa risalah dan penyampai ayatayat Allah kepada umat manusia telah berhasil mengajak dan mengarahkan mereka kepada kebajikan. Keberhasilan ini telah diakui oleh sang Pencipta melalui wahyuNya yang berada dalam al-Qur'an surat Ali Imron 110 yang berbunyi: (\ \. :01~ Ji) 43 Artinya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah". Menurut al-Qadhi Abu Muhammad, yang dimaksucl dengan kata 4...1 diatas aclalah khusus umat/pengikut Rasulullah saw. karena beliau diutus ke muka bumi ini sebagai pengarah ke arah kebajikan yang kemuclian diteruskan oleh umatnya sebagai basil dari pe1juangan beliau. 33 Rasulullah senantiasa membimbing da..11 mengarahkan umatnya kepada kebaikan melalui tingkah laku yang cliperlihatkan oleh beliau setiap harinya, clan ditambah lagi dengan ucapan-ucapan beliau melalui hadis qauliyahnya. Ada beberapa hadis yang mengarahkan umat Islam kepada kebajikan, diantaranya Rasulullah menyuruh umatnya untuk selalu jujlll· kepada siapapun, karena jujur merupakan tonggak utama dari segala kebaikan. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari clan Muslim dari Abu Mas'u.d, yaitu: :P ,, J.., :P \ J ... ,,. ' J ~ .:ill ~ .:ill J:;.) Jt:9 ~ .'.ill ~) ~~ J.1 :; (~ ~) ... QI )!,., <?4 :'.Ji,, 0)... J~I,, )!,,. <,?·~ ~~\ ,.. ,, ... ~ ,,. ,, ,,, ,,, rf. ,, Artinya: "Berlaku jl{jurlah kamu, karena kejujuran akan menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga Allah ... "34 (H.R. Bukhari Muslim) 33 Al-Qadhi Abi Muhammad Abd Haq bin Ghalib bin Athiah al-Andalusia, Loe. Cit., h. 489. J.i Imam Muhammad bin Ismail aI-Kahlani, Subul al-Salam, (Beirut: Dar al-Maktabah alHayat, tt), juz. 4, h. 253 44 Menurut Imam Muhammad bin Ismail al-Kahlani, kata '.;;11 merupakan ill.I 0 4-l!,. ..:;I~ "Nama yang mengumpulkan segala macam bentuk kebaikan ". 35 , et;. r-:-1 , , , Jadi kejujuran merupakan penyebab adanya segala macam bentuk kebaikan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa biasanya kata _r.>11 itu diucapkan menurut kebiasaan orang Arab terhadap peke1jaaan saleh yang murni, maka jika demikian segala bentuk amal saleh yang dikerjakan secara ikhlas bersumber dari kejujuran yang selalu dihimbaukan oleh Rasulullah sebagai pengarah umatnya kepada kebaikan. Selain mengajak umatnya untuk selalu berlaku jujur dalam setiap ucapannya kepada siapapun, beliau juga menyerukan kepada umatnya untuk selalu belajar agama dengan baik, karena ketika seseorang selalu memperdalam ilnm agama maka ia berada dalam kebaikan sebagaimana terucap dalam hadis Rasulullah yang di:iwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Muawiyah yang berbunyi: ~ ~ ,, " ;:. ' J. ,.. ,.. ,, ,, J .i.# Jil ~ ,,Jil J~:I Jt_; : Jt_; a;Ji;_: J ,.. ,,, ,.. (~~)JJJI , Artinya: "Barang siapa yang Allah kehendaki baik, rnaka Allah akan memberi pemahaman yang men da lam tentang agama ".36 (H.R Bukhari dan Muslim) 35 Ibid. h. 253 36 Ibid. h. 254 45 Menurut Imam Muhammad bin Ismail, hadis di atas menunjukkan atas besar dan agungnya memperdalam agama, dan ha! ini tidak akan pernah diberikan oleh Allah kecuali kepada orang yang Allah kehendaki kebaikan. 37 Sebagai pendidik yang baik terhadap umatnya, Rasulullah memang dituntut untuk mengarahkan umatnya ke arah yang baik. Pengarahan yang cukup efektif menumt hemat penulis adalah pengarahan melalui keteladanan yang baik, karena keteladanan yang baik memiliki pengaruh yang cukup besar pada diri seseorang. Seorang anak didik akan selalu meniru tabiat yang diperlihatkan oleh sang pendidik sehingga pendidik merupakan orang pertama yang mencetak anak didik menjadi apa saja yang diajarkan oleh pendidiknya melalui perilakunya. D. Rasulullah Sebagai Pembawa Rahmat Bagi Seluruh Alam Setelah kita tahu bahwa Rasulullah sebenarnya adalah sosok pribadi yang mampu mengentaskan dan menyelamatkan umat manusia dari bahaya dan dosa kemusyrikan dan sukses mengarahkan umatnya kepada arah yang benar, yaitu dengan selalu membimbing dan membawa mereka kepada yang ma'ruf dan menjauhkan mereka dari yang munkar, maka kita tidak ragu lagi dan bersedia memastikan bahwa beliau adalah sosok yang membawa rahmat, membawa kesejukan dan perdamaian bagi seluruh alam. Kenyataan di atas, telah di akui dan selalu di akui oleh Allah swt melalui al-Qur'an surat al-Anbiyaa' 107 yang berbunyi: "' 'Ii' 0 ,,, 0 't ( \ . v : ~t.,.,.;\11) :;...iw.i ;;.::;..~ \I[ '.:.\~ ~\ I,'.;) ,, ,,, ,. 37 Ibid, h. 254 46 Artinya: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta a/am" (Q.S. Al-Anbiyaa': 107) Menurut Imam Abi al-Fadza Ibnu Katsir al-Damsyiqi, dalam ayat ini Allah swt ingin memberitahukan kepada seluruh alam, termasuk malaikat, bahwa Dia (Allah) telah menjadikan Rasulullah sebagai pembawa rahmat bagi segenap alam, artinya bahwa Allah telah mengutus Rasulullah sebagai pe:mbawa rahmat yang nantinya barang siapa yang menerima rahmat tersebut dan mensyukurinya maka dia akan selamat dunia dan akhirat, akan tetapi barang siapa yang menolaknya dan mengingkaTinya maka dia akan merugi dunia dan akhirat. 38 Sedangkan Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba'i menafsirkan, bahwa Nabi Muhammad itu diutus kepada seluruh umat manusia tanpa kecuali dan beliau menjadi rahmat bagi mereka dari segi kedatangannya dengan membawa misi keagamaan sehingga orang-orang yang mengambil dan mengikutinya maka mereka akan selamat dunia dan ald1irat. Beliau juga menjadi rahmat bagi penduduk dunia secara menyeluruh dari sisi bekas yang ditingga!kan atau tauladan-tauladan baik yang beliau tunjuldrnn selama masa hidupnya dalam menjalani dakwah dan mendidik umatnys. menuju ke arah yang baik sehingga mereka selamat berkat beliau. 39 Kalau tadi menurut Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba'i Rasulullah menjadi rahmat atau pembawa rahmat kepada 38 Imam Abi al-Fadza lbnu Katsir al-Damsyiqi, Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim, (Beirut: Dar alFikri, 1992 M/1412 H), cet. I, Jilid. 3, h. 246. 39 Sayyid Muhammad Husain al-Thabathabai, A/-Mizan Fi a/-Tajsir, (Beirut: Muassisah alAklami Li al-Mabtuat, I 972 M/1392 H), cet. II, Jilid. 14, h. 331. 47 seluruh umat manusia tanpa terkecuali, maka tentunya timbul pertanyaan yang cukup mendasar yaitu, "apakah orang-orang kafir atau penantang Rasulullah itu juga mendapat rahmat"? dan "berupa apakah rahmat itu"? maka jawabannya, mereka mendapat .-ahmat dan rahmat tersebut berupa penundaan siksa Allah di dunia, sehingga mereka disiksa di akhirat. Begitu yang disebutkan. dalam kitab Adhwa alBayan Fi ldhahi Al-Qur'an Bi Al-Qur'an. 40 Menurut Muhammad Al-Amin bahwa Rasulullah bagi penduduk dunia diumpaniakan sebagai sumber mata air yang menyirami seluruh tanaman yang ada, sehingga tanaman itu menjadi hijau dan segar. 41 Dari penjelasan dan penafsiran imam-imam di atas, pe,nulis bisa mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya Rasulullah itu merupakan anugerah yang sangat besar yang dihadiahkan oleh Allah kepada umat manusia, sehingga apabi!a manusia itu pandai mengambil dan sekaligus mensyukuri anugerah tersebut, maka ia akan St<lamat dunia dan akhirat. Kalau kita coba kaitkan dengan dunia pendidikan, kata rahmat itu berarti mengasihi dan menyayangi, malca sebagai pendidik, Rasulullah selalu mengasihi dan menyayangi umatnya dengan selalu mengajak dan mengajarkan mereka terhadap ajaran-aj aran ilahi yang diamanatkan kepada beliau. Dan dakwah Rasulullah merupakan dakwah umum atau menyeluruh yang tidak terbatasi oleh letak geografi, tidak khusus terhadap sebuah bangsa atau negara 40 Muhammad Al-Amin bin Muhammad Al-Mukhtar Al-Jakni Al-Syankiti, Adhwa al-Bayan Fi Jdhahi Al-Qur'an Bi A/-Qur'an, (Riyadh: al-Muthabi' al-Ahliah Li al-Aufasat, 1983 M/1403 H), cet. l, Juz 4, h. 694. 41 Ibid. h. 694. 48 dan tidak habis oleh waktu. 42 Bahkan ketika Rasulullah diminta oleh sahabatnya agar mendoakan jelek terhadap orang-orang musyrik, maka dengan tegas beliau menjawab: sesungguhnya aku tidak diutus untuk melaknat te1:api aku diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh penduduk dunia. Hal ini sebagaimana tertera dalam Shahih Muslim, yang berbunyi: )-A) i;_;.,. y J ,, ,, J ,.. ,, ,.. i;?)JAJI 0(·:; 01)/ 8J;.. ;':}\.; _;;, .s.l 0!\ ,, ,, ,. ,, ,.. ,, ' ,, ,. ,..~ ,,. :, ~~ .y. ~ "' ,, ,,, ,, ,. ,0?_; <Ii JS- i:_)I ..:ill Jj...~ Li :J.; :JLO ;:;._}, .s.i 0->- i jG- .s.f y ,., ,., ,, ,. ... ,.. ,, ".-o,...J. ,, 0 ,.. fl" J,..~,.. (~ olJJ) ~ J ~ ,. Wl... J ,., 8J;.. ,.. 0~ J.1 ,, ,.. tJ i,)!,.. :Jt.; ,,,;:;1"'-',..01>0""' ,,Ul.;J ~I ,,. """' Artinya: "Telah membicarakan kepada kami Muhammad bin !bad dan Jbnu Abi Umar, keduanya berkata: Telah membicarakan pada kami Marwan yakni al-Fassari dari Yazid ia adalah Jbnu Kaisan dari Abi Hazim dari Abu Hurairah berkata: dikatakan, wahai Rasulullah doakanlah kejelekan alas orang-orang musyrik, Rasulullah menjawab: Saya tidak diutus untuk banyak melaknat akan tetapi saya diutus untuk menjadi rahmat. "43 (H.R. Muslim) Dengan melihat hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah sebagai pGndidik yang sejati, tidak pernah mau mengharapkan manusia-sekalipun ia mengingkarinya-agar terjerumus dalam lembah kebodohan dan siksaan Allah. Beliau ingin selalu membawa umat manusia agar selamat dari dunia sampai akhirat. 42 43 Jamil Ghazi, Min Nasmati A/-Qur'an, (Riyadh: Dar al-Salam, 1986), cet. II, h. 346. Imam Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1998 M/1419 H), cet. I, h. 1134. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai pendidika umat manusia menuju insan yang mulia yang di ridhai oleh Allah swt, Rasulullah saw mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: I. Lemah lembut dalam menyampaikan pesan-pesan Allah swt melalui wahyuNya. 2. Tidak kasar terhadap orang yang tidak mau menerima apa yang ia sampaikan. 3. Selalu memaafkan kepada siapa saja yang berbuat salah kepadanya sebelum diminta. 4. Selalu memohonkan ampunan terhadap dosa-dosa pengikutnya. 5. Selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama. 6. Tawakkal ketika sudah melakukan usaha yang maksirnal. 7. Tidak sombong. 8. Selalu mengarahkan dan membimbing umatnya untuk sdalu bertaqwa kepada Allah swt. Adapun tanggungjawab Rasulullah saw sebagai pendidik adalah: Menyelamatkan umatnya dari dosa kemusyrikan. 2. Selalu mengarahkan dan membimbing umalnya untuk sdalu b~rtaqwa kepada Allah swt. 3. mengajarkan seluruh isi kitab al-Qu'an. 49 50 4. mengarahkan umatnya kearah kebaikan. 5. selalu berusaha untuk menjadi penenang bagi umatnya. B. Sara11-saran Seorang pendidik apabila ingin sukses dan berhasil mendidik anak didiknya, maka dia harus mengikuti jejak Rasulullah saw, yaitu : I . Ketika berhadapan dengan anak didik, ia harus bi::rsikap lemah lembut, karena dengan sifar tersebut anak didik menjadi senang kepadanya yang pada ak.hirnya materi yang disampaikan akan lebih mudah terserap oleh anak didik untuk kemudian di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.. 2. Harns mempunyai dada yang luas, artinya ia tidak gampang emosi dan berusaha menjadi orang yang lemah lembut serta ramah. DAFTAR PUSTAKA al-Abrasyi, Athiyah, Mohammad, Dasar-dasar Po/wk Pendidikan Islam, terj. Bustami A. al-Syaibany, al-Thoumy, Omar Muh:-.mmad,, Falsafah Pendidikan Islam, Te1j. Hasan Langgulung, Hasan, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, cet. I Al-Qur'an dan Te1je111ahnya, Yayasan Penyelenggara P1mte1jemah/Penafsir AlQur'an Jakarta: tp, 1971 Ahmad Tulaib, Abd Mun'im, Fathurrahman Fi Tqfsir al-Qur'an Kairo Salam, 1995 M/1416 H, eel. I Dar al- Arifin, H. M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (Dilingkungan sekolah dan Keluarga), Jakarta: Bulan Bintang, 1978, cet. IV Arief, Armai, Pengantar !!mu dan Metodologi pendidikan Islam, Jakrta: Ciputat Press, 2002, cet. I Arifin, M., Filsqfat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet. IV ....... , !!mu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 'Athiyah al Andalusi, al-Haq bin Ghalib bin, al-Qadhi Abi Muhan1mad Abd, Al Muharrar al Qajiz fl Tafair al Kit ab al Aziz, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, 1993 M/1413 H, cet. I,jiild. 1 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. I DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, cet. X Djamaluddin dan Aly, Abdullah, Kaipta Selekta Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 19U98, cet. I Fathurrahman May dan Syamsuddin Asyrafi, Bandung: PT. Al Ma'arif, 1986, cet. X Ghazi, Jamil, lvfin Nasmati Al-Qur'an, Riyadh: Dar al-Salam, 1986, cet. II Gani dan Bahry, Djohar, LIS, Jakarta: Bulan Bintang, 1984 51 52 al-Ghazali, Muhammad bin Muhammad, Abu Hamid Muhammad bin, Majmuah Rosail al-Ghazali, Libanon: Dar al-Kut al-Ilmiah, 1994 cet I, Jilid 3 Haqi, Ismail, Ruhul Bayan, Libanon, Jilid l Hawa, Said, Al-Asas Fi al-Tqfsir, Kairo: Dar al-Salam, 1985 M/1405 H, cet. I, jilid. 2 Ibnu Katsir, al-Damsyiqi, Imam Abi al-Fadza, Taftir Al-Qur'an Al-'Adzim, Beirut: Dar al-Fikri, 1992 M/1412 H, cet. I, Jilid. 3 Ibrahim, lbnu Muhammad bin, Imam Syihabuddin Abi al-Abbas bin Yusuf, AlDzurru al-Masun Fi Ulumi al-Kitabi al-Maknun, Beirut: Dar al-Kitab alIlmiah, 1414 H/1994 M, cet. I, Juz I Indrakusuma, Daien, Amier, Pengantar I/mu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1988 Imam Barnadib, H. Sutari, Pengantar Ilmu Pendidikan Distematis, Yogyakarta: Andi Oflset, l 989, cct. Xlll Jurnal Didaktika Islamik; Vol. I, No. 4, November Kasihadi, Ekosusilo, Madyo, R.B., Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Effhar Publishing, 1987, cet. II al-Kahlani, bin Ismail, Imam Muhammad, Subul al-Salam, Beirut: Dar al-Maktabah al-Hayat, tt, juz. 4 Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Jslam, Jakarta: Al-Husna, 1989 Mas'ud, Alhusain bin, Abi Muhammad, Taftir al Baghawi, Beirut: Dar Al-Kutb AlIlmiah 1993, cet.I, Jilid.I Marimba, Ahmad D., Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al Ma'arif, 1980, cet. IV al-Mawardi al-Bashari, Muhammad Habib, Abi al-Hasan Ali bin, Al-Nu/wt Wa alUyun Tq/Sir Al-Mawardi, Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiah,tt, Jilid. I Munandir, H., Ensiklopedia Pendidikan, Malang: UM-Press, 2001, cet. I al-Naisaburi, al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, Imam Abi al-Husain Muslim bin, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1998 M/1419 I-I, cet. I 53 al-Naquib al-Atlas, Syekh Muhammad, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1984, cet. VII al-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Seka/ah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, cet. II Nizar, Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. I Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur'an: Tt."!(:~ir Madlu'I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1997 ....... , Memhumikan Al-Qur 'an, Jakarta: Mizan, 1992 Samad, Burlian, Beberapa Persoalan dalan1 Pendidikan L~lam, Bandung: PT AlMa'arif, 1981, cet. I Sulaiman, Hasan, Fathiyah, Sistem Pendidikan Islam Versi Al Ghazali, alih bahasa as-Suyuti, Abi Bakar, Imam Jalaluddin Abdurrahman bin, Al Dzurru al Mantsur fl al Tqfsir al Maksur, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, 1990 M/1411 H, cet. I, Juz. 2 al-Syankiti, Al-Mukhtar Al-Jalmi, Muhammad Al-Amin bin Muhammad, Adhwa alBayan Fi ldhahi Al-Qur'an Bi Al-Qur'an, Riyadh: al-Muthabi' al-Ahliah Li alAufasat, 1983 M/1403 H, cet. I, Juz 4 Tafsir, Ahmad, I/mu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994, cet. II ath-Thabari, Muhammad bin Jarir, Abu Ja'far, Jamiul Bayan an Ta'wili Ayat alQur 'an, Libanon: Beirut, 1998 Jilid 2. al-Thabari, Muhammad bin Jarir, Abi Ja'far, Jami al Bayan 'an Ta'wili ayi al Qur'an, Beirut: Dar al Fikr, 1988 M/1408 H, jilid. 3, juz. 4 al-Thabathabai, Husain, Sayyid Muhammad, Al-Jvfizan Fi al-Tafi1ir, Beirut: Muassisah al-Aklami Li al-Mabtuat, 1972 M/1392 H, cet. II, Jilid. 14 Tim Dasen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1988, cet. III Uhbiyanti, Nur, I/mu Pendidikan Islam 2, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, cet. I 54 Yasmadi, "Modernasi Pesantren", Kritik Nurcholis A1adjid Terhadap Pendidikan Islmn tradisional, Jakarta: Ciputat pers, 2002, cet I Yasien, Khalid, Asy-Syaikh, Muhammad di Mata Cendikiawan Barat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, cet VI Yunus, H. Mahmud, Kamus Arab - Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989 Zainuddin, et.al., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. I