1 TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP

advertisement
TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL
DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MADIUN
Muncul Wiyana*, Dony Noerliani**, Istikomah**
1. Program D3 Akademi Keperawatan Dr. Soedono Madiun, Jawa Timur
63117, Indonesia
*Email: [email protected]
Abstrak
Pendahuluan: Untuk mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Jaminan Persalinan (Jampersal). Pelaksanaan program Jampersal masih perlu mendapat
perhatian. Evaluasi Jampersal oleh Dinas Kesehatan Kota Madiun bahwa belum semua bidan
praktek swasta bersedia menjalin kerja sama dalam pelaksanaan Jampersal. Tahun 2011 terjalin
kerjasama dengan BPS sebanyak 28% dan meningkat menjadi 45% diawal tahun 2012. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan program jampersal di
wilayah dinas kesehatan Kota Madiun. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif. Populasi adalah sekelompok subyek yang menjadi obyek atau
sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2003). Populasi dalam penelitian adalah : Seluruh ibu bersalin
yang menggunakan program jampersal di Rumah Bersalin (RB) dan Bidan Praktik Swasta (BPS)
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Madiun. Besar sampel untuk 30 ibu bersalin dan 7 bidan
BPS / RB yang bekerja sama dengan program Jampersal. Sebagai pembanding digunakan 30
informan masyarakat yang tidak menggunakan Jampersal dan 7 bidan yang tidak bekerja sama
dengan Jampersal. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat bidan terhadap Program
Jampersal masih rendah, sosialisasi program Jampersal belum menjelaskan proses klaim secara
rinci, prosedur administrasi (klaim) masih dianggap terlalu rumit dan waktu tunggu untuk proses
pencairan klaim Jampersal masih dirasakan terlalu lama serta nilai nominal Jampersal khususnya
biaya persalinan masih dianggap kurang sesuai dengan pola tarif standar pelayanan persalinan.
Hasil tanggapan masyarakat bahwa Jampersal meringankan beban masyarakat tidak mampu,
Sosialisai program ke masyarakat sudah baik, syarat untuk mendapatkan pelayanan Jampersal
sangat mudah dan masyarakat mengharapkan Program Jampersal dilanjutkan terus dengan biaya
jaminan yang diperbesar serta seluruh bidan dapat melayani Jampersal. Kepuasan masyarakat
terhadap layanan bidan rata-rata sangat tiggi menggambarkan kepuasan yang baik. Diskusi:
Diharapkan pemerintah membuat langkah kebijakan yang mengikat bidan agar bekerja sama
dalam program, mensosialisasi secara detail proses klaim, membuat Standar Pelayanan Minimal
dalam pelayanan klaim Jampersal sehingga waktu tunggu pencairan dana lebih cepat.
Kata Kunci: Jampersal, Bidan, Masyarakat, Tanggapan, kepuasan
Abstract
Introduction: In order to accelerate the achievement of the Millennium Development Goals
(MDGs) by 2015, especially in reducing maternal mortality and infant health ministry launched a
Delivery Guarantee (Jampersal). Jampersal implementation still needs attention. Several factors
are thought to cause low absorption is low interest midwife, culture and lack of public knowledge
challenged Jampersal program. Evaluation Jampersal Madiun Health Department has not all
private midwives are willing to cooperate in the implementation. In 2011 established cooperation
with Midwives in Private Practice as much as 28% and increased to 45% beginning in 2012. The
purpose of this study is to determine the society response to the implementation of programs in the
area of health department Jampersal Madiun. Method: The research design used in this study is
descriptive research. The population is a group of subjects who became the object or target of
research (Notoatmodjo, 2003). The population was: the entire maternal use Jampersal program in
maternity hospitals and private practices and the entire Midwives in Private Practice and the
Maternity Hospital region of Madiun Health Office work. The sample size for the 30 maternal and
7 Midwives in Private Practices/ Maternity Hospital in collaboration with Jampersal program. As
1
a comparison used as the informant 30 people who are not using Jampersal and 7 midwives who
do not cooperate with Jampersal. Results: This research shows that interest Midwives against
Jampersal program remains low, socialization programs Jampersal not explain in detail the
claims process, the Administrative Procedure (claims) are still considered to be too complicated,
the waiting time to process claims disbursement Jampersal still felt too long, the nominal value
Jampersal especially labor costs still considered to be less in accordance with the standard rate
patterns of service delivery. The result of the public response is Jampersal ease the burden of the
people cannot afford, Socialization programs to the community has been good, the requirement to
obtain very easy Jampersal services and community expect continued Jampersal program
continues with an enlarged collateral costs as well as all midwives can serve Jampersal. People's
satisfaction with maternal health services is very high average portrays a good satisfaction.
Discussion: Government is expected to make binding policy measures midwives to work together
in the program, socializing in detail the process of the claim, made in the Minimum Standards of
claims service Jampersal so the wait time is faster disbursement.
Key Words: Jampersal, Midwives, Community, Feedback, satisfaction
ASEAN lainnya. Menurut data
Survei
Demografi
Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI
228 per 100.000 kelahiran hidup,
AKB 34 per 1000 kelahiran hidup,
angka Kematian Bayi baru lahir
(AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global
(Millenium
Develoment
Goals/MDG’s 2000) pada tahun
2015, diharapkan angka kematian ibu
menurun dari 228 pada tahun 2007
menjadi 102 dan angka kematian
bayi menurun dari 34 pada tahun
2007 menjadi 23.
Survey Kesehatan Rumah
Tangga
(SKRT)
tahun
2001
menyebutkan
bahwa
penyebab
langsung kematian ibu, yang terjadi
90% pada saat persalinan dan segera
setelah pesalinan yaitu perdarahan
(28%), eklamsia (24%), infeksi
(11%), komplikasi pueperium 8%,
partus macet 5%, abortus 5%, trauma
obstetric 5%, emboli 3%, dan lainlain 11%. Kematian ibu juga
diakibatkan beberapa faktor resiko
keterlambatan (Tiga Terlambat), di
antaranya
terlambat
dalam
pemeriksaan kehamilan (terlambat
mengambil keputusan), terlambat
dalam
memperoleh
pelayanan
persalinan dari tenaga kesehatan, dan
terlambat
sampai
di
fasilitas
Pendahuluan
Keberhasilan
pembangunan
kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan mutu kualitas sumber
daya
manusia
suatu
negara.
Komitmen
untuk
mempercepat
pembangunan
manusia
dan
pemberantasan kemiskinan dikenal
dengan Millennium Development
Goals (MDGs) yang terdiri dari
delapan target dan diharapkan
tercapai pada tahun 2015. Delapan
sasaran harus dicapai pada tahun
2015,
yaitu
menghapuskan
kemiskinan,
menyediakan
pendidikan dasar untuk semua,
mendorong
kesetaraan
gender,
menurunkan
kematian
anak,
meningkatkan
kesehatan
ibu,
memberantas HIV/AIDS, malaria
dan penyakit menular lainnya,
melestarikan
lingkungan,
dan
membangun
kemitraan
global.
Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata
untuk menjamin terpenuhinya hak
hidup sehat bagi seluruh penduduk
termasuk penduduk miskin dan tidak
mampu.
Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan
dengan
negara
2
kesehatan pada saat dalam keadaan
emergensi. Salah satu upaya
pencegahannya adalah melakukan
persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan,
sesuai dengan Standar Pelayanan
Program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
Menurut hasil Riskesdas 2010,
persalinan oleh tenaga kesehatan
pada kelompok sasaran miskin
(Quintile 1) baru mencapai sekitar
69,3%. Sedangkan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan baru mencapai
55,4%. Salah satu kendala penting
untuk mengakses persalinan oleh
tenaga
kesehatan
di
fasilitas
kesehatan adalah keterbatasan dan
ketidak-tersediaan biaya.
Pada tahun 2001 Pemerintah
Indonesia
telah
mencanangkan
Making Pregnancy Safer (MPS)
yang merupakan strategi sektor
kesehatan secara terfokus. Fokus
strategi
MPS
adalah
untuk
meningkatkan kemampuan sistem
kesehatan
dalam
menjamin
penyediaan
dan
pemantapan
pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menanggulangi penyebab
utama kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir (Mardiana, 2004).
Upaya terobosan yang paling
mutakhir adalah program Jampersal
(Jaminan Persalinan) yang digulirkan
sejak 2011.
Jaminan Persalinan merupakan
upaya
untuk
menjamin
dan
melindungi
proses
kehamilan,
persalinan, paska persalinan, dan
pelayanan KB paska salin serta
komplikasi yang terkait dengan
kehamilan, persalinan, nifas, KB
paska salin, sehingga manfaatnya
terbatas dan tidak dimaksudkan
untuk melindungi semua masalah
kesehatan
individu
serta
terselenggaranya
pengelolaan
keuangan yang efisien, efektif,
transparan,
dan
akuntabel..
Pelayanan persalinan dilakukan
secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan. Pada dasarnya
Jaminan Persalinan adalah perluasan
kepesertaan dari Jamkesmas dan
tidak hanya mencakup masyarakat
miskin saja.
Kebijakan Jaminan Persalinan
(Jampersal) dimaksudkan untuk
menghilangkan hambatan finansial
bagi ibu hamil untuk mendapatkan
jaminan persalinan, yang didalamnya
termasuk pemeriksaan kehamilan,
pelayanan nifas termasuk KB pasca
persalinan, dan pelayanan bayi baru
lahir. Kehadiran Jaminan Persalinan
diharapkan
dapat
mengurangi
terjadinya Tiga Terlambat tersebut
sehingga dapat mendorong akselerasi
tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5.
Peserta program Jampersal
adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas (pasca melahirkan sampai 42
hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari)
yang belum memiliki jaminan biaya
kesehatan. Peserta program dapat
memanfaatkan pelayanan di seluruh
jaringan
fasilitas
pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan (RS) di kelas III
yang memiliki Perjanjian Kerja Sama
(PKS) dengan Tim Pengelola
Jamkesmas
dan
BOK
Kabupaten/Kota. Fasilitas kesehatan
tingkat pertama swasta seperti Bidan
Praktik Mandiri, Klinik Bersalin,
Dokter praktik yang berkeinginan
ikut serta dalam program ini harus
mempunyai perjanjian kerja sama
(PKS) dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
selaku
Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK atas
nama Pemerintah Daerah setempat
yang mengeluarkan ijin praktiknya.
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan
3
tingkat lanjutan baik pemerintah
maupun swasta harus mempunyai
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
DinasKesehatan
Kabupaten/Kota
selaku Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Kabupaten/Kota yang
diketahui oleh Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Provinsi.
Pelaksanaan
program
Jampersal masih perlu mendapat
perhatian. Hal ini ditunjukkan masih
rendahnya
penyerapan
alokasi
jampersal
dibeberapa
daerah.
Beberapa faktor yang diduga
menyebabkan rendahnya penyerapan
adalah rendahnya minat bidan,
budaya dan kurangnya pengetahuan
masyarakat
tantang
program
jampersal. Evaluasi jampersal Dinas
Kesehatan
Kota Madiun belum
semua bidan praktek swasta bersedia
menjalin
kerja
sama
dalam
pelaksanaan. Tahun 2011 terjalin
kerjasama dengan BPS sebanyak
28% dan meningkat menjadi 45%
diawal tahun 2012.
Situasi
tersebut
dapat
mempengaruhi pencapaian target
penurunan angka kematian ibu dan
bayi di Kota Madiun. Rencana Kerja
Tahunan Kota Madiun dalam bidang
Kesehatan yaitu menurunkan angka
kematian ibu dari 74,16 menjadi
40,4 /100.000 kelahiran hidup
terealisasi 74,4 /100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan target penurunan
angka kematian bayi 11,5 / 1000
kelahiran hidup pada tahun 2011
terealisasi 8,56/1000 kelahiran hidup.
Pelayanan kesehatan menurut
Levey dan Loomka (1973) adalah
setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatan,
mencegah
dan
menyembuhkan
penyakit
serta
memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Azwar, 1996).
Kualitas jasa atau pelayanan
dimulai dari kebutuhan pelanggan
dan berakhir pada persepsi pelanggan
(Kotler,1994). Hal ini berarti citra
kualitas yang baik bukan berasal dari
penyedia jasa, melainkan dari sudut
pandang atau persepsi pelanggan.
Pelangganlah yang mengkonsumsi
dan menikmati jasa, sehingga
merekalah yang seharusnya menilai
kualitas, manfaat atau performance
dari jasa tersebut.
Metode
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif. Penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana gambaran tanggapan
masyarakat
tentang
Program
Jampersal di wilayah kerja Dinas
Kesehatan kota Madiun.
Populasi dalam penelitian
adalah seluruh ibu bersalin yang
menggunakan program jampersal di
klinik bersalin dan Bidan praktik
swasta di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Madiun dalam kurun
waktu dilakukannya pengumpulan
data. Rata-rata pengguna jampersal
pada tahun 2011 perbulan adalah 35
orang. Seluruh Bidan Praktik Swasta
(BPS) dan Rumah Bersalin (RB)
diwilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Madiun sejumlah 39, yang
melakukan Mou Jampersal sejumlah
18 bidan dan yang belum melakukan
MOU Jampersal sejumlah 21 BPS.
Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas baik yang menggunakan
maupun tidak menggunakan layanan
jampersal dan bidan praktik swasta
di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Madiun.
4
Tehnik sampling yang akan
digunakan
pada bidan BPS
pelaksana program Jampersal adalah
convenience sampling yaitu semua
informan yang mengalami fenomena
yang akan diteliti dan mempunyai
karakteristik atau ciri-ciri yang sesuai
dengan yang diinginkan peneliti.
Informan
untuk
mengetahui
tanggapan
bidan
terhadap
diberlakukannya Program Jampersal
di wilayah Dinas Kesehatan kota
Madiun adalah bidan pengelola BPS
baik yang masih aktif sebagai PNS
ataupun yang sudah pensiun yang
melakukan Mou Jampersal. Sebagai
pembanding informan bidan BPS
yang berada di wilayah kota Madiun
yang tidak melakukan Mou dengan
Jampersal.
Data
sekunder
dilakukan
dengan mengumpulkan dokumendokumen tentang jampersal serta
dengan
wawancara
mendalam
dengan petugas dinas kesehatan Kota
Madiun yang terkait pada Jampersal.
Wawancara mendalam kepada
BPS dilakukan dengan
kontrak
terlebih dahulu dengan Bidan yang
bersangkutan.
Setelah
ada
kesepakatan dengan BPS peneliti
mendatangi
Bidan di
tempat
praktiknya
dan
melakukan
wawancara. Selanjutnya peneliti
meminta data pasien Jampersal/Non
Jampersal sesuai kepesertaan BPS
terhadap
Jampersal
kemudian
mendatangi langsung ke alamat
pasien sasaran untuk melakukan
wawancara dan pengisian kuesioner
tertutup, serta saat itu juga hasil
dikumpulkan ke peneliti.
Karakteristik BPS yang bekerja
sama dengan Jampersal 57% masih
aktif sebagai Pegawai Negeri Sipil
dan Bidan Non Jampesal 86% masih
aktif sebagai PNS. rata-rata umur
pada Informan Pengguna Jampersal
adalah 26,75 tahun dengan standar
deviasi 4,5, umur termuda 19 tahun
dan tertua 38 tahun. Rata-rata Jumlah
kelahiran/kehamilan
informan
pengguna Jampersal adalah 1,65
kelahiran dengan standar deviasi
0,834.
Proporsi informan Jampersal
yang
berpendidikan
menengah
adalah 73,3% lebih banyak dari yang
berpendidikan dasar dan tinggi
masing-masing 10 % sebanyak
16,7%.
Proporsi
pendidikan
informan non jampersal adalah
66,7% pendidikan menengah dan
sisannya pendidikan Dasar dan
Tinggi
masing-masing
5%.
Penghasilan Keluarga pada informan
jampersal adalah 83% dibawah satu
Juta rupiah dan sisanya 16,7% antara
1-2 juta rupiah. Sedangkan pada
informan Non jampersal adalah
56,7% berpenghasilan > dari 1 Juta
rupiah dan sisanya 43,3 % kurang
dari 1 juta rupiah
Hasil
Informan yang berpartisipasi
dalam penelitian ini adalah pemberi
layanan kesehatan dan pengguna
layanan kesehatan. Adapaun pemberi
layanan kesehatan terdiri dari 7
orang
Bidan
Praktik
Swasta
(BPS)/Puskesmas yang memberikan
pelayanan Jampersal dan 7 orang
BPS yang tidak memberikan
pelayanan
Jampersal
untuk
kepentingan wawancara mendalam.
Pengguna
layanan
kesehatan
meliputi pasien pengguna layanan
Jampersal dan bukan pengguna
layanan Jampersal (Non Jampersal)
sejumlah 60 orang yang terdiri dari
30 orang peserta Jampersal dan 30
orang Non Jampersal, yang datanya
diperoleh dengan cara wawancara
tersetruktur dan kuesioner tertutup .
5
Tanggapan Bidan terhadap
pelaksanaan program jampersal di
Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Madiun bahwa Program Jampersal
direspon dengan baik oleh Bidan
Praktik Mandiri /BPS dilingkungan
Dinas kesehatan kota Madiun,
hampir seluruhnya dari bidan yang
melakukan Mou jampersal memiliki
minat ikut Jampersal karena merasa
berkewajiban ikut serta berpartisipasi
mensukseskan program pemerintah
dan mendukung program MDG’s
untuk menurunkan Angka Kematian
Bayi dan Angka Kematian Ibu,
terutama pada masyarakat miskin
yang tidak memiliki jaminan
kesehatan.
Namun program Jampersal
ini belum sepenuhnya mendapat
dukungan
BPS di wilayah kota
Madiun. Sebagian BPS tidak
memiliki minat untuk mengikuti
program Jampersal dengan tidak
bersedia melakukan MOu program
jampersal dengan berbagai alasan
sebagaimana
ungkapan beberapa
bidan yang tidak melakukan Mou
tersebut dibawah ini :
” Saya tidak berminat sama
sekali karena tidak mendidik
masyarakat,
tidak
menunjang
keberhasilan KB dan tidak sesuai
biayanya”
” Saya tidak berminat karena
saya ingin santai dalam administrasi
dan tidak mau berbelit-belit bu ”
Tanggapan Bidan Terhadap
Sosialisasi Program Jampersal di
Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Madiun bahwa sosialisasi program
Jampersal
kepada
pelaksana
program jampersal ( Bidan, BPS,
RSB, Puskesmas) cukup baik dan
dilakukan secara terus menerus.
Sebagian kecil bidan pengelola
BPS mengatakan bahwa sosialisasi
secara umum sudah cukup bagus
namun perubahan aturan klaim
sebaiknya juga disosialisasikan serta
diberikan edaran secara formal.
Tanggapan Bidan Terhadap
Prosedur Administrasi Program
Jampersal
di
Wilayah
Dinas
Kesehatan Kota Madiun bahwa
kelengkapan administrasinya dalam
proses klaim jampersal sangat
diperlukan, karena sebagai bentuk
pertanggung
jawaban
terhadap
pemerintah. Banyak keluhan dari
BPS program jampersal tentang
dokumen yang harus dipersiapkan,
hampir seluruh informan ( bidan,BPS
), menyatakan keberatan terhadap
dokumen-dokumen Jampersal yang
dinilai cukup banyak dan sangat
menyita waktu serta tenaga bidan.
Walaupun
demikian
ada
beberapa
bidan
(BPS)
yang
menyatakan
tidak
mempermasalahkan
dengan
banyaknya dokumen persaratan
jampersal
dikarenakan
mereka
memiliki tenaga bidan sebagai tenaga
pendamping sekaligus tenaga yang
dapat membantu menyelesaikan
dokumen-dokumen tersebut, seperti
yang diungkapan oleh beberapa
bidan tersebut dibawah ini :
” Persyaratan administrasi
jampersal memang cukup banyak,
tetapi
saya
tidak
mempermasalahkannya karena disini
ada bidan lulusan D3 kebidanan
yang bekerja membantu saya,
apalagi anak saya juga seorang
bidan, yang memang saya kader
untuk menggantikan saya disini,
mungkin bila tidak ada tenaga bidan
yang membantu akan kerepotan
dengan persyaratan dari jampersal
tersebut. Apalagi saya sudah pensiun
he..he,”.
Tanggapan Bidan Terhadap
Proses
Kepengurusan
Mou
Jampersal bahwa Dinas kesehatan
6
kota Madiun sebagai pelaksana
kebijakan program jampersal telah
cukup baik didalam melaksanakan
prosedur kepengurusan Mou dengan
BPS di lingkungan dinas kesehatan
kota Madiun, hal ini seperti yang
disampaikan oleh semua bidan
pengelola BPS yang telah melakukan
Mou program jampersal. dibawah ini
:
” Proses MOu mudah karena semua
berkas sudah disiapkan oleh Dinas
Kesehatan”
” Kepengurusan Mounya tidak
masalah,
kan
Dinkes
sudah
menyiapkan berkas-berkas yang
harus saya tanda tangani, tidak ribet
kok ”
” Untuk pengurusan nota Mou
menurut saya cukup mudah dan tidak
masalah...karena
dinkes
sudah
menyiapkan, kita tinggal tanda
tangan saja kok”.
Tanggapan Bidan Terhadap
Proses Administrasi Klaim Jampersal
di Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Madiun bahwa proses pencairan
terlalu lama bisa 1 bulan baru cair,
seperti yang disampaikan oleh bidan
pengelola BPS di wilayah dinas
kesehatan kota Madiun berikut ini ;
“Menurut
saya
proses
pencairannya terlalu lama, satu
bulan baru cair, sebenrnya gak apaapa tapi kitakan swasta jadi kalau
cair lebih cepat juga lebih baik
he..he”
” Di RB Banjarejo proses
klaim jampersal, misalnya ada 10
persalinan diklaimkan ke dinas, lalu
dikembalikan ke dinas kesehatan jadi
tidak ada reward ke bidan,
kembalinya ke jasa pelayanan
dimana jumlah yang diterimakan ke
bidan sama dengan yang lainnya,
dengan model pengelolaan seperti
itu sebetulnya kami kurang puas.
Sebetulnya
ini
sudah
kami
sampaikan tapi keputusan tetap
seperti ini, makanya kami hanya
mengikuti jampersal persalinan saja,
yang ANC sudah tidak lagi karena
tidak ada reward yang sesuai, jasa
pelayanan bidan masih dibawah jasa
pelayanan perawat. Sedangkan
persratannya ya itu tadi harus
melengkapi dokumen-dokumen yang
sudah ditetapkan bila kurang ya
dikembalikan, kita sering 2 sampai 3
kali dikembalikan, kita lengkapi baru
kita serahkan lagi”.
” terlalu banyak persratan
yang harus dibuat,lembarannya saja
ada 18 lembar belum yang lainnya
seperti SOAP, paktograpnya dan
lain-lainnya, kalau prosesnya sudah
agak lancar daripad tahun kemarin,
biasanya kita diberitahu kok oleh
dinas kalau sudah waktunya klaim”.
Proses klaim juga dipakai
alasan bagi sebagian BPS untuk tidak
melakukan Mou jampersal di kota
Madiun sebagaimana disampaikan
oleh pengelola BPS seperti tersebut
dibawah ini :
”
Yang
saya
ketahui
administrasi jampersal terlalu ribet,
tenggang waktu klaim yang terlalu
lama dan bila ada kekeliruan dengan
persaratan administrasinya menjadi
hangus padahal kita sudah kerja
keras dengan disertai was-was saat
menolong pasien ditunjang dengan
nilai kompensasi yang kurang
memadai sehingga membuat saya
tidak tertarik untuk mengikuti
program jampersal ”.
Tanggapan Bidan terhadap
nilai nominal Jampersal di Wilayah
Dinas Kesehatan Kota Madiun
bahwa kenaikan dana jaminan
persalinan
(jampersal)
dari
pemerintah pusat menjadi Rp500.000
untuk setiap persalinan diharapkan
mampu memotivasi para bidan untuk
melayani persalinan kaum ibu yang
7
menggunakan program jampersal.
Sesuai dengan Petunjuk Teknis
(Juknis) Jampersal, besaran tarif
pelayanan Jampersal tingkat pertama
untuk persalinan normal sebesar Rp
500.000. Sedangkan pemeriksaan
kehamilan dipatok tarif Rp 20.000
tiap kali periksa. Tarif untuk
pelayanan nifas termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan KB pasca
persalinan Rp 20.000.
Pasien
jampersal
yang
mendapatkan pelayanan di BPS
wilayah dinas kesehatan kota Madiun
sebelum tindakan bersama bidan
pengelola BPS telah melakukan
kesepakatan untuk penambahan
biaya persalinan apabila ada tindakan
lain
diluar
persalinan
yang
membutuhkan
tambahan
biaya,
seperti disampaikan oleh BPS
tersebut dibawah ini :
” Nilai nominal jampersal
menurut saya hanya cukup untuk
proses persalinan saja untuk
tindakan lainnya kita selalu diawal
mengadakan persetujuan dengan
pasien untuk menambah biaya
persalinan sebesar kurang lebih
kisaran 200.000,- sampai dengan
225.000,- “.
” Nilai nominal jampersal
sebetulnya masih sangat kurang bila
dibandingkan
dengan
biaya
persalinan pada pasien umum, nilai
nominal
jampersal
baru
50
persennya saja”.
Nilai nominal jampersal
dinilai cukup kecil untuk suatu
proses persalinan oleh BPS yang
tidak melakukan Mou jampersal
seperti yang disampaikan oleh BPS
dibawah ini :
” rata-rata sangat kurang
karena hanya sekitar 350.000
sampai dengan 500.000,- saja,
padahal kalau kami menolong
persalinan lebih dari itu”.
” Menurut
saya sangat kurang
karena apabila ada kekurangan
biaya mesthinyakan tidak boleh
minta ke pasiennya , takut juga nanti
dengan LSM he..he”.
”
Saya dengar katanya hanya
500.000 ribu saja ya tidak cukup bu
”.
”
Menurut
saya
nilai
nominalnya terlalu sedikit dan
sangat kurang, lagian tidak ada
pembatasan pada persalinan ke
berapa
akhirnya
nantikan
berdampak pada program KB,
gimana program Kb bisa berhasil
?? ”.
Tanggapan Bidan tentang
Upaya Penurunan AKI/AKB melalui
Jampersal
di
Wilayah
Dinas
Kesehatan Kota Madiun bahwa
untuk mempercepat pencapaian
Millenium
Development
Goals
(MDGs) tahun 2015 khususnya
menurunkan angka kematian ibu dan
bayi
Kementerian
Kesehatan
meluncurkan
program
Jaminan
Persalinan (Jampersal). Tujuan dari
program pemerintah tersebut telah
dipahami oleh sebagian besar BPS
ataupun
instansi
pemerintah
penyelenggara program .
Harapan
Bidan
terhadap
pelaksanaan program jampersal di
Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Madiun bahwa hampir semua
informan BPS dengan jampersal
menyatakan program jampersal tetap
dilanjutkan
dengan
diadanya
perubahan kebijakan khususnya pada
administrasi, proses klaim, nilai
nominal dan
aturan pembatasan
kelahiran pada peserta yang akan
melahirkan
dengan
program
jampersal.
” Tetap dilanjutkan saja
namun persratan administrasinya
disederhanakan, juga persaratan
rujukannya disederhanakan. Dan itu
8
tadi bila ada aturan yang berubah
sebaiknya segera disosialisasikan
atau diberitahukan biar tidak terjadi
salah persepsinya lagi. Dan juga
sebaiknya
ada
pembatasan
persalianan ke berapa .....namun
kalau ada pembatasan juga kasihan
ya pada ibu-ibu resiko tinggi yang
kurang mampu, misalnya ibu
melahirkan anak ke lima....dan dia
tidak punya jaminan kesehatan
lain...kan kasihan bila tidak dibantu
ya seperti cerita saya tadi ....repot
nggih he..he.... dan juga kalau ganti
pimpinan apakah jampersal ini akan
tetap dilanjutkan ???”
Pernyataan BPS non jampersal
sebagian besar informan menyatakan
program ini banyak yang tidak tepat
sasaran oleh karena itu dihentikan
saja atau diganti dengan program
lain, dan sebagian menyatakan tetap
dilanjutkan tetapi harus ada revisi
atau perubahan terutama pada
administrasi dan nilai nominal serta
pembatasan jumlah kelahiran.
Tanggapan
masyarakat
pengguna
terhadap
Program
Jampersal
di
Wilayah
Dinas
Kesehatan Kota Madiun bahwa
Informan Peserta/Non Jampersal
mengetahui
Jampersal
adalah
program
pemerintah
untuk
meringankan biaya bagi ibu yang
melahirkan. Salah satu faktor yang
menyebabkan masyarakat tidak
mengetahui keberadaan Program
Jampersal
adalah
kurangnya
informasi tentang Jampersal dari
petugas, bahkan petugas memang
tidak memberikan informasi tentang
Jampersal.
Pengguna
Jampersal
memperoleh
informasi
tentang
Program
Jampersal
dari
Puskesmas/Bidan tempat informan
melakukan pemeriksaan kehamilan,
Pamong
atau
Toma,
Tetangga/Teman/Media dan untuk
Non Jampersal ada yang tidak pernah
mendapat
informasi
tentang
Jampersal.
Tanggapan masyarakat terhadap
administrasi Jampersal Wilayah
Dinas Kesehatan Kota Madiun.
Persyaratan
administrasi
untuk
mendapatkan pelayanan Jampersal
dari masing – masing pengguna
jampersal terdapat variasi, ada yang
cukup KTP dan KK saja, ada yang
KTP, KK dan Surat Nikah, ada pula
selain
persyaratan
tersebut
membutuhkan
persyaratan
lain
misalnya
SKTM
atau
surat
keterangan dari kelurahan.
Tanggapan pengguna terhadap
besaran biaya tambahan tambahan
Jampersal
di
Wilayah
Dinas
Kesehatan Kota Madiun. Besaran
biaya tambahan Jampersal bervariasi
mulai dari tidak dipungut biaya sama
sekali (gratis), ada yang kurang dari
Rp. 250.000,00, Rp. 250.000,00 s/d
Rp. 500.000,00, dan lebih dari Rp.
500.000,00 sebagaimana disampikan
berikut:
”Semua biaya persalinan
gratis Mbak, tidak ada tambahan
biaya sama sekali, jadi program ini
sangat membantu sekali bagi orang
yang tidak mampu.”(P-19)
“Mengurangi
biaya
persalinan, dan sangat membatu
sekali karena hanya kena tambahan
Rp. 151.000, 00 untuk beli sabun,
handuk dan lain - lain.”(P-22)
”Biaya persalinannya saja
gratis, sehingga bisa membantu
orang
yang
kurang
mampu
meskipun perlu menambah biaya
sendiri untuk makan, cuci baju dll.
Periksa
awal
kehamilan
di
puskesmas gratis, tetapi menjelang
kelahiran periksa di bidan dikenai
biaya. Untuk biaya melahirkan
dikenai tambahan biaya diluar
9
persalinan sebesar Rp. 450.000,- ,
dapat dari Jampersal Rp.500.000,00,
jadi semuanya Rp. 950.000,00.(P-7)
Tanggapan pengguna terhadap
keberadaan Jampersal di Wilayah
Dinas Kesehatan Kota Madiun
bahwa informan yang menyatakan
perlu karena program jampersal
sangat membantu masyarakat yang
kurang mampu dalam meringankan
biaya persalinan. Sesuai pendapat :
”Perlu
karena
program
jampersal
sangat
membantu
masyarakat yang kurang mampu
dalam meringankan biaya persalinan
serta banyak bayi yang meninggal
karena tidak punya biaya sehingga
tidak
bisa
tertolong
dengan
cepat.”(P-11)
Alasan kepesertaan pengguna
terhadap Program Jampersal di
Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Madiun bahwa peserta Jampersal
seluruhnya
karena
untuk
meringankan biaya persalinan, sesuai
dengan pendapat:
” Alasan ikut Jampersal ya
karena dapat meringankan biaya
persalinan.”(P-1)
Bagi Non Jampersal ada
beberapa alasan tidak mengikuti
Program Jampersal karena tidak tahu
adanya Program Jampersal dan tidak
mendapatkan informasi tentang
Jampersal, persyaratan mengurus
Jampersal ribet, masyarakat masih
memandang
bahwa
pelayanan
peserta
Jampersal
kurang
memuaskan, dan belum semua BPS
ada Program Jampersal.
Harapan pengguna terhadap
Program Jampersal di Wilayah Dinas
Kesehatan Kota Madiun Peserta dan
Non
Peserta
Jampersal
mengharapkan
persyaratan
administrasi Jampersal dipermudah,
digratiskan semua biaya, pelayanan
diperluas, program dilanjutkan terus,
mutu pelayanan ditingkatkan dan
semua bidan ikut Program Jampersal.
Kepuasan masyarakat pada tiap
dimensi layanan bahwa rata-rata
kepuasan
masyarakat
terhadap
layanan di BPS dengan Jampersal
sebesar 87,92 % dengan standar
deviasi 9,75, tingkat kepuasan
terendah 75% dan tertinggi 106,25%.
Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
masyarakat berada diantara 87,92 –
84,28%.
Rata-rata
kepuasan
masyarakat pada layanan di BPS
Non Jampersal adalah 94,30%
dengan standar deviasi 7,34, tingkat
kepuasan terendah 79% dan tertinggi
105%. Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
masyarakat
berada
diantara
91,58%sampai 97,06%.
Rata-rata kepuasan masyarakat
(dimensi
Kehandalan) terhadap
layanan di BPS dengan Jampersal
sebesar 89,25 % dengan standar
deviasi 12,30, tingkat kepuasan
terendah 75% dan tertinggi 114,29%.
Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
masyarakat berada diantara 84,65%
sampai 93,84%. Rata-rata kepuasan
masyarakat pada layanan di BPS
Non Jampersal adalah 85,71%
dengan standar deviasi 10,64, tingkat
kepuasan terendah 69% dan tertinggi
108%. Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
masyarakat berada diantara 81,74%
sampai 92,42%.
Rata-rata kepuasan masyarakat
(dimensi Jaminan) terhadap layanan
di BPS dengan Jampersal 85,86%
dan standar deviasi 12,13, kepuasan
terendah 62,5% dan tertinggi
10
116,67%. Hasil estimasi interval
dengan tingkat kepercayaan 95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pasien berada diantara 81,33%
sampai 90,39%. Rata-rata kepuasan
masyarakat
(dimensi
Jaminan)
terhadap layanan di BPS Non
Jampersal 88,37% dan standar
deviasi 10,85, tingkat kepuasan
terendah 75% dan tertinggi 107%.
Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pasien berada diantara 84,31%
sampai 92,42%.
Rata-rata kepuasan masyarakat
(dimensi Bukti langsung) terhadap
layanan di BPS dengan Jampersal
89,73%, standar deviasi 10,54,
tingkat kepuasan terendah 71,43%
dan tertinggi 100%. Hasil estimasi
interval dengan tingkat kepercayaan
95% disimpulkan bahwa kepuasan
pasien berada diantara 85,78%
sampai 93,66%. Rata-rata kepuasan
masyarakat
(dimensi
Bukti
Langsung) terhadap layanan di BPS
Non Jampersal 90,60%, standar
deviasi 9,84, tingkat kepuasan
terendah 73% dan tertinggi 100%.
Hasil estimasi interval pada tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan
bahwa kepuasan pasien berada
diantara 86,93% sampai 94,28%.
Rata-rata tingkat kepuasan
masyarakat
(dimensi
Empati)
terhadap layanan di BPS dengan
Jampersal 87,95% dengan standar
deviasi 11,44, tingkat kepuasan
terendah 73,33% dan tertinggi 100%.
Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pasien berada diantara 83,67%
sampai 92,22%. Rata-rata kepuasan
masyarakat
(dimensi
Empati)
terhadap layanan di BPS Non
Jampersal 91,95% dengan standar
deviasi 11,38 dengan tingkat
kepuasan terendah 75% dan tertinggi
107,69%. Hasil estimasi interval
dengan tingkat kepercayaan 95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pasien berada diantara 88,54%
sampai 95,36%.
Rata-rata kepuasan masyarakat
(dimensi Daya Tanggap) terhadap
layanan di BPS dengan Jampersal
87,59% dengan standar deviasi
11,38. Kepuasan terendah 75% dan
tertinggi 107,69% dan hasil estimasi
interval dengan tingkat kepercayaan
95% disimpulkan bahwa tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan berada diantara 83,34%
sampai 91,84%. Rata-rata kepuasan
masyarakat (dimensi Daya Tanggap)
terhadap layanan di BPS Non
Jampersal adalah 92,07% dengan
standar deviasi 8,263. Kepuasan
terendah 75% dan tertinggi 100%.
Hasil estimasi interval dengan
tingkat
kepercayaan
95%
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pasien
terhadap
pelayanan
keperawatan berada diantara 88,99%
sampai 95,16%.
Pembahasan
Jaminan Persalinan (Jampersal)
adalah jaminan pembiayaan yang
digunakan untuk meningkatkan akses
masyarakat
terhadap pelayanan
kesehatan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan kesehatan nifas
termasuk KB pascapersalinan dan
pelayanan bayi baru lahir. Sejak
diluncurkan pada tahun 2011,
Jampersal telah dilaksanakan di
seluruh kabupaten/kota di seluruh
Tanah Air dan telah dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
Dinas kesehatan Kota Madiun
sangat mendukung program ini
dengan telah dilakukannya sosialisasi
program kepada masyarakat dan
11
pemberi layanan melalui Bidan BPS,
bidan puskesmas, dan kader-kader
kesehatan serta sudah menyiapkan
verifikator jampersal jamkesmas
untuk menjembatani proses klaim di
Jampersal.
Permasalahan klaim
menjadi issue yang dominan sebagai
penyebab belum semua BPS bekerja
sama. Hal ini bisa karena sosialisasi
hanya terbatas pada program
jampersal. Sosialisasi tentang proses
klaim
perlu
di
tingkatkan
kedalamnya agar semua bidan tidak
perlu menunggu lama dalam
pencairan.
Selain itu dukungan
sarana prasana untuk mempercepat
proses pencairan harus segera
ditingkatkan.
Bidan Praktek Mandiri(BPS)
yang melakukan Mou Jampersal
dilingkungan Dinas kesehatan kota
Madiun, hampir seluruhnya memiliki
minat ikut Jampersal dikarenakan
merasa berkewajiban ikut serta
mensukseskan program pemerintah
dan mendukung program MDG’s
untuk menurunkan Angka Kematian
Bayi dan Angka Kematian Ibu,
terutama pada masyarakat miskin
yang tidak memiliki jaminan
kesehatan.
Hal ini merupakan pekerjaan
rumah bagi pelaksana kebijakan
dalam hal ini dinas kesehatan Kota
Madiun
untuk
melakukan
pendekatan dan upaya persuasive
lainnya ataupun memberlakukan
suatu kebijakan agar seluruh BPS
yang berada di wilayah dinas
kesehatan kota Madiun khususnya
dan BPS yang berada di wilayah kota
Madiun umumnya dapat berperan
serta pada program Jampersal
sehingga tujuan mulia dari Jampersal
dapat terwujud secara nyata.
Keterbukaan informasi tentang
Jampersal dari petugas kepada
masyarakat sangat mendukung untuk
menguatkan pengetahuan masyarakat
tentang Jampersal dan petugas
mempunyai kewajiban memberikan
informasi secara terbuka demi
tercapainya Program Jampersal.
Variasi persyaratan administrasi
Jampersal dan masih dianggap rumit
dimungkinkan karena belum ada
kesepahaman terhadap persyaratan
yang terkandung dalam Juknis
Jampersal. Sosialisasi program dari
penentu kebijakan sampai pelaksana
kebijakan
akan
mempengaruhi
operasional kebijakan dilapangan,
hal
ini
mengakibatkan
tidak
efektifnya program yang ada karena
minimnya partisipasi masyarakat
dalam penggunaan Jampersal.
Biaya tambahan persalinan
masing – masing BPS maupun
pengguna Jampersal berbeda sesuai
dengan kualitas dan kuantitas alat
yang digunakan di luar persalinan.
Kebijakan Program Jampersal masih
memberikan
kesempatan
bagi
penyedia pelayanan kesehatan untuk
menentukan bekerja sama atau tidak.
Sebelum bekerja sama dengan
Jampersal petugas bisa mendapatkan
imbalan secara langsung, tetapi
dengan
Jampersal
pertugas
mendapatkan
imbalan
setelah
persyaratan
lengkap
kemudian
diklaimkan baru dana turun. Hal ini
memungkinkan bidan memilih tidak
bekerja sama dengan Jampersal dan
enggan melayani peserta Jampersal,
namun kesadaran petugas untuk
mendukung program pemerintah
sangat diharapkan dengan tujuan
masyarakat terjamin kesehatannya.
Masyarakat Kota
Madiun
mempunyai harapan yang besar
terhadap kelangsungan dari Program
Jampersal, persyaratan dipermudah
dan sosialisasi ditingkatkan, semua
biaya jenis pelayanan diperluas,
12
mutu pelayanan ditingkatkan dan
semua bidan ikut Program Jampersal.
Mutu layanan BPS jampersal
dan Non jampersal sudah tinggi,
meskipun ada perbedaan dimensi
mutu yang menonjol. Tingginya
angka mutu yang hampir sama ini
dapat disebabkan pada pada BPS
dengan jampersal masih ada biaya
tambahan dari pasien untuk biaya
alat-alat diluar Jampersal. Sehingga
secara keseluruhan penerimaan bidan
jampersal
maupun yang non
jampersal sama. Jampersal menjamin
keamanan bagi kedua belah pihak
baik pelanggan maupun pelaksana
program.
persalinannya oleh tenaga kesehatan.
Harapan Bidan terhadap pelaksanaan
program
jampersal
adalah
kemudahan
administrasi,
peningkatan kecepatan klaim dan
besarnya jaminan.
Saran
Analisis kebijakan khususnya
besarnya nilai jaminan perlu
dilakukan agar dapat menguntungkan
kedua belah pihak baik pengguna
maupun
pelaksana
layanan
jampersal. Peningkatan ketajaman
sosialisasi
program
khususnya
penjelasan tentang proses pencairan
(klaim) sehingga masa tunggu bisa
diperpendek.
Perlu
ditetapkan
standar pelayanan minimal dalam
proses pencairan klaim di dinas
kesehatan. Perlu pendekatan yang
lebih intensif dengan Bidan Praktek
Swasta agar segera bergabung
dengan program pemerintah.
Bidan Praktik Swasta Agar
lebih terbuka dalam memberikan
informasi kepada masyarakat dengan
memasang
informasi
tentang
Jampersal di papan pengumuman
yang bisa dibaca masyarakat serta
segera berperan serta dalam program
Jampersal guna mendukung upaya
pemerintah
dalam
pelayanan
kesehatan ibu dan bayi.
Masyarakat
agar
memanfaatkan keseluruhan bentuk
layanan program Jampersal dari ante
Natal sampai post natal dan KB.
Simpulan
Minat Bidan terhadap Program
Jampersal masih rendah, masih ada
sebagian bidan diwilayah kerja dinas
kesehatan kota Madiun belum
menjalin
kerja
sama
dalam
pelaksanaan
Jampersal
karena
osialisasi program Jampersal kepada
pelaksana program jampersal cukup
baik tetapi belum menjelaskan proses
klaim
secara
rinci,
prosedur
Administrasi (klaim) masih dianggap
terlalu rumit dengan banyaknya
dokumen yang harus dilampirkan,
waktu tunggu untuk proses pencairan
klaim Jampersal masih dirasakan
terlalu lama, proses pengurusan Mou
Jampersal sangat mudah, tetapi
belum ada ketetapan yang mengikat
harus mengikuti program jampersal
sehingga sebagian bidan memilih
tidak bergabung. Nilai nominal
Jampersal
khususnya
biaya
persalinan masih dianggap kurang
sesuai dengan pola tarif standar
pelayanan persalinan. Bidan yakin
bahwa
Jampersal
mampu
menurunkan
AKI/AKB
karena
semua masyarakat tidak mampu bisa
terlayani
pemeriksaan
dan
Daftar Pustaka
Adi, Rukminto. 1994. Pekerjaan Sosial
dan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Jakarta: P.T. Rajawali.
Ari Andi Rizki, (2011) Hubungan
Mutu Pelayanan Kesehatan
dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Jamkesmas di Instalasi
13
Rawat Inap RSUD dr. Rasidin
Kota Padang tahun 2011.
/Xii/2011 tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan tahun 2012,
Sarmeilia Tri,
2009, Tingkat
Kepuasan Pasien Jamkesmas
Terhadap
Pelayanan
Keperawatan di RSUD Kota
Langsa
http://www.researchgate.net/
publication/43797731.Tingkat_
Kepuasan_Pasien_Jamkesmas_
Terhadap_Pelayanan_Keperaw
atan_di_RSUD_Kota_Langsa,
diakses tanggal 29 Oktober
2012.
Azwar, Azrul,
1996, Pengantar
Administrasi kesehatan, Edisi
ketiga, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Arikunto, 1997, Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek,
Rineka Cipta, Jakarta.
Brockopp, D.Y. & Marie, T.H.T. 1995.
Fundamental of nursing research
(Dasar-dasar riset keperawatan).
Boston:
Jones
&
Barlett
Publishers.
Burn, N., & Grove, S.K., (2005). /Practice
nursing Research, Penerbit: Elsevier
Sounders. Pp248-249.
Depkes, 2008, Peta Kesehatan Indonesia
tahun 2007, Pusat data dan
informaasi kesehatan, Jakarta
Depkes, 2011, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2562 / Menkes / Per
/Xii/2011 tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan tahun 2012,
Djarwanto. 2001. Mengenal beberapa
uji statistik dalam penelitian.
Yogyakarta: Liberty.
Hastono, S.P. (2007). Basic data
analysis for health research.
Depok: FKM-UI.
Kotler,P., dan Anderson,1997, Strategi
Pemasaran
Sosial
untuk
Organisasi Nirlaba, Gajah Mada
University Press, Yogjakarta.
Lemeshow, S.; David,W.H.Jr.; Janelle,
K.: Stephen K. L. (1990).
Adequacy of sample size in health
studies. (Besar sampel dalam
penelitian kesehatan). John Wiley
& Sons.
Parasuraman A, Zeitmal V.A, and Berry
L.L, (1988), A Conceptual Model
of Service Quality, Journal of
marketing, vol 49.
Polit, D.F. & Hungler, B.P. 199).
Nursing research principles and
methods. (6th ed.).Philadelphia:
J.B. Lippincott.
Depkes, 2011, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2562 / Menkes / Per
Satono, 2012, Analisis Kepuasan Pasien
Jamkesmas dan Non Jamkesmas
di Puskesmas Kabupaten Brebes,
http://mm.unsoed.ac.id/id/conte
nt/analisis-kepuasan-pasienjamkesmas-dan-nonjamkesmas-di-puskesmaskabupaten-brebes,
diakses
tanggal 29 Oktober 2012.
Stanley Lemeshow et all, 1997, Besar
sampel
Dalam
Penelitian
Kesehatan,
Gajah
Mada
University Press, Yogjakarta.
Soekidjo
Notoatmodjo,
2002, Metodologi
Penelitian
Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta
Supranto,J, 2001, Pengukuran Tingkat
Kepuasan
Pelanggan
untuk
Menaikkan pangsa Pasar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sugiono,2003,
Statistic
untuk
Penelitian, Alfabeta, bandung
Supriyanto, 2007, Strategi Pemasaran
Jasa Pelayanan Kesehatan, AKK
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unair, Surabaya
Tjiptono, Fandi dan Chandra,Gregorius,
2005, Service, Quality dan
Satisfaction, Penerbit Andi Offset,
Yogjakarta.
Tjiptono, Fandi, 2000, Manajemen Jasa
, Penerbit Andi, Jogjakarta
Walgito ,2004, Bimo, Pengantar
Psikologi Umum, Penerbit Andi,
Yogjakarta.
14
Wiyono, Djoko, 2000, Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan, Airlangga
University Pres, Surabaya.
15
Download