BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Likuiditas dalam sektor perbankan dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portfolio liabilitas. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Pasal 4 tentang penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Rasio aktiva/passiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan. b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. Fungsi dari likuditas secara umum adalah untuk menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak serta memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungan. Dalam kegiatan operasional bank sehari-hari, manajemen likuiditas merupakan masalah yang sangat penting. Hal ini dikarenakan sebagian dana yang dikelola bank bersumber dari dana pihak ketiga atau masyarakat yang dititipkan pada bank bersangkutan baik dalam bentuk rekening giro, tabungan, deposito, dan dalam bentuk simpanan lainnya. Simpanan tersebut harus dibayar pada saat jatuh tempo dan sebagian harus segera dibayar pada saat ditagih. Masalah klasik yang sering muncul terkait dengan likuiditas bank adalah timbulnya Non Performing Loan atau Kredit Macet. Menurut data statistik Bank Indonesia, 80 persen dari total aset perbankan Indonesia adalah berupa kredit yang disalurkan baik kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit mengandung risiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Non Performing Loan merupakan salah satu pengukuran rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang dihadapi bank. Rasio ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Non Performing Loan, maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh bank dan sebaliknya yaitu semakin rendah Non Performing Loan maka semakin kecil risiko kredit yang ditanggung oleh suatu bank. Semakin tinggin NPL akan meningkatkan premi risiko yang berdampak langsung kepada semakin tingginya suku bunga kredit. Apabila suku bunga kredit meningkat maka permintaan masyarakat akan kredit terhadap suatu bank akan menurun. Selain itu, NPL juga berakibat pada semakin tingginya rasio dana yang tidak dapat tertagih dan menimbulkan pencadangan yang besar sehingga akan mengurangi modal. Maka dari itu bank yang memiliki Non Performing Loan yang tinggi akan semakin selektif dalam memberikan kredit ke masyarakat. Cara untuk mengukur likuiditas bank adalah dengan menggunakan Loan To Deposit Ratio. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masayarakat dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka LDR yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasinya (Syahrial Muchtar, 2001). Loan to Deposit Ratio juga digunakan untuk menilai strategi manajemen sebuah bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya cenderung memiliki Loan to Deposit Ratio yang relatif rendah, sebaliknya manjemen bank yang agresif memiliki Loan to Deposit Ratio yang tinggi atau melebihi batas toleransi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan kemampuan Bank dalam membayar kembali dana penarikan yang telah dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit untuk mengetahui tingkat likuidasinya. Pemahaman akan pengaruh Non Performing Loan terhadap Loan to Deposit Ratio akan memberikan manfaat kepada bank yaitu pemberian kredit yang selektif untuk menghindari terjadinya kredit bermasalah. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh antara Non Performing Loan dengan Loan To Deposit Ratio PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2011-2014? 1.3 Tujuan Mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Non Performing Loan dengan Loan To Deposit Ratio PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2011-2014.