INTISARI Mengalokasikan cash holdings melebihi cash holdings yang normal memiliki konsekuensi ganda. Pada satu sisi, memberikan fleksibilitas pendanaan. Pada sisi lain, menimbulkan masalah keagenan. Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai perusahaan menggunakan kerangka teori keagenan dan menguji peran corporate governance dalam mengendalikan masalah keagenan yang ditimbulkan oleh excess cash holdings melalui peran dewan komisaris, peran pemegang saham besar majemuk dan peran utang. Sampel penelitian diseleksi menggunakan kriteria perusahaan non keuangan di Indonesia tahun 2000-2011 yang memiliki cash holdings melebihi cash holdings hasil estimasi. Untuk mengestimasi cash holdings normal riset ini menggunakan model regresi data panel. Data yang digunakan untuk mengestimasi sebanyak 1828 observasi Jumlah observasi yang mengalami excess cash holdings sebanyak 672 observasi. Untuk menguji seluruh hipotesis penelitian, digunakan estimator estimated generalized least square (EGLS). Temuan pertama, excess cash holdings didikung dapat menimbulkan masalah keagenan. Temuan kedua, efek negatif excess cash holdings terhadap nilai perusahaan lebih kuat pada perusahaan yang tidak terkendala pendanaan menurut kriteria majemuk (membayar dividien, cashflow tinggi, MTB rendah dan utang rendah). Temuan ketiga hingga kelima, efek negatif excess cash holdings terhadap nilai perusahaan lebih kuat pada perusahaan yang kepemilikannya sangat terkonsentrasi, pada perusahaan yang kepemilikannya sangat tersebar dan pada perusahaan yang sangat kesulitan keuangan. Temuan keenam, peran dewan komisaris tidak dapat menghilangkan masalah keagenan tipe 2 karena peran komisaris independen tidak benar-benar independen dan kriteria penunjukkannya tidak secara tegas diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, sehingga komisaris independen belum dapat menjalankan peran supervising dan advising dengan baik. Peran governance oleh pemegang saham besar majemuk dudukung dalam penelitian ini ketika hak suara diantara mereka berimbang. Terakhir, utang secara umum tidak memiliki peran governance yang baik untuk mengendalikan masalah keagenan yang ditimbulkan oleh excess cash holdings, namun secara spesifik utang mampu mengendalikan masalah keagenan tipe 2 dan masalah keagenan antara pemegang saham dengan debtholders. Insentif manajemen rendah untuk menggunakan utang sebagai alat bonding dan alat kedisplinan karena penalti kepada manajemen ketika default masih lunak. Temuan empiris ini menunjukkan bahwa excess cash holdings menjadi suatu petunjuk yang signifikan dalam mendukung hipotesis keagenan arus kas bebas (agency free cash flow hypothesis). Peran dewan komisaris, pemegang saham besar majemuk dan utang secara umum dan atau spesifik dapat merubah persepsi negatif investor luar dalam menilai excess cash holdings. Kata-kata kunci: excess cash holdings, teori keagenan, teori corporate governance, tidak terkendala pendanaan, kepemilikan sangat terkonsentrasi, kepemilikan sangat tersebar, sangat kesulitan keuangan, dewan komisaris, pemegang saham besar majemuk dan utang. xix ABSTRACT Allocating cash holdings exceeds normal cash holdings has two implications. Cash holdings may serve flexibility for financially constrained firms or they may, on the contrary, indicate agency problems. The paper examine implications of excess cash holdings on firm value based on agency theory framework and investigate governance role of board commisioners, multiple large shareholders and debt to reduce agency problems caused by excess cash holdings. For this purpose, this research use a sample of Indonesian non financial publicly traded firms for the period 2000-2011 whose cash holdings exceed normal cash holdings. The paper use a sampe of 1828 observations to estimate cash holdings normal. This paper use panel regression techniques to estimate cash holdings. Refer to that estimation, from total observations, 672 of them set cash holdings exceed cash holdings normal. This research find that excess cash holdings causes agency problems. Second, the negative effects of excess cash holdings on firm value is stronger for financially unconstrained firms classified by multiple criterions (paying dividends, high cashflow, low MTB and low debt). Third to fifth, the negative effects of excess cash holdings on firm value is stronger for more concentrated ownership, for more dispersed ownership and for more financial distress. Sixth, this research finds evidence that firms with more independent commissioners have more positive firm value, except for firms that face agency problem type 2. I document that it’s due to they are not fully independent or not independent at all. Furthermore, government don’t strictly regulate strict qualifications of independent commissioners. Therefore, supervising and advising role of independent commissioners are still weak. Multiple large shareholders with an even distribution of large shareholders’ voting rights, have good governance role. Last, higher debt generally is not a good governance because management has low intention to use debt as bonding and commitment tools but debt is an effective tool to control agency problems type 2 and agency problem between shareholders and debtholders. To be an effective source of discipline, there must be a penalty in the event of default. Unfortunately, judicial efficiency is low in Indonesia, so that creditors don’t use judicial systems for suing firms which default on their loans. Overall, these empirical findings show that excess cash holdings can be a significant indicator of agency problem. The governance role by each instrument can influence generally perception of outside investors on more positive value of excess cash holdings or partialy for certain type agency problem. Key words: excess cash holdings, agency theory, corporate governance theory, financially unconstrained, board of commissioners, multiple large shareholders and debt. xx