Ringkasan Khotbah - 28 Nov'10 Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika, beraneka ragam tetapi satu kesatuan. Kebersatuan juga ada di dalam agama-agama lain. Bagaimana mengusahakan kesatuan untuk lebih dekat satu dengan yang lain? Misalnya dengan diadakan aktivitas-aktivitas untuk dikerjakan bersama seperti arisan, pertandingan, dll. Tetapi ini adalah kebersatuan menurut konsep-konsep dunia. Bagaimana kebersatuan dalam kekristenan? Ada seorang jemaat Kristen mengatakan, “Saya jauh lebih akrab waktu bertemu teman-teman saya yang tidak Kristen dibandingkan waktu bertemu teman-teman di gereja.” Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah karena orang gereja terlalu formal waktu didekati sementara orang di luar gereja lebih bersikap apa adanya dan terbuka? Ini jadi pemikiran kita. bagaimana seharusnya orang Kristen bersatu. Akan sangat parah jika kebersatuan orang Kristen lebih buruk dibandingkan orang non-Kristen. Dasar kebersatuan umat Kristen: 1.Karena kita mendapatkan kasih Kristus dan darah-Nya yang sudah dicurahkan bagi kita. Ini kebersatuan yang bukan karena usaha manusia tetapi karena karya Allah. Kebersatuan yang terjadi di tengah-tengah orang non Kristen adalah usaha manusia. Tetapi kebersatuan orang Kristen adalah karya Allah semata (Ef.2:13-14,18). Lalu apa hubungannya darah Kristus dengan kebersatuan kita? 1/5 Ringkasan Khotbah - 28 Nov'10 a.Kebersatuan kita oleh darah Kristus membuat saudara dan saya disebut sebagai anak-anak Allah dan bukan hanya sekedar anak Allah. Jika status kita hanya dirubah menjadi anak Allah, maka setelah kita diselamatkan sudah selesai. Tetapi status kita adalah anak-anak Allah (Yoh.1:12). Berarti kita bukan sendirian tetapi harus ada relasi. Contoh: seorang Ayah yang baik yang memiliki banyak anak, tidak mungkin mengadu domba anak-anaknya. Ayah yang baik pasti mengajarkan anak-anaknya untuk rukun dan saling mengasihi. Demikian juga Allah Bapa di surga. Kita sebagai anak-anak Allah juga diajar untuk saling mengasihi dan memperhatikan karena saya tidak hidup sendirian. b.Pada saat kita menyebut diri kita anak-anak Allah, berarti kita juga memiliki Bapa yang sama. Yesus mengajar kita doa Bapa kami, bukan doa Bapaku. Dengan ini kita mengingat bahwa kita bersama-sama dengan umat percaya yang lain memohon kepada Bapa yang satu. c.Darah Kristus menjadikan kita keluarga Allah, kawan sewarga orang-orang kudus (Ef.2:19). Orang-orang bukan Yahudi karena berita Injil turut menjadi ahli-ahli waris, anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (Ef.3:6). Kita sama-sama adalah ahli waris, warga dari orang-orang kudus dan anggota keluarga Allah. Dalam hal inilah seharusnya orang Kristen bersatu. Bersatu di sini menunjukkan satu hakekat, bukan suasana. Sadarkah bahwa hakekat kita adalah sama-sama anak Allah? Mungkin ini sangat sulit karena kita hidup dalam latar belakang berbeda, situasi berbeda, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kita adalah sama-sama anak-anak Allah. 2.Kita punya doktrin yang kembali kepada Alkitab. Orang Kristen tidak dapat bersatu tanpa doktrin yang benar. Ada orang yang mengatakan doktrin itu tidak penting, yang penting diri saya berubah. Sebelum siaran di sebuah radio, saya pernah diminta untuk tidak bicara doktrin. Demikian pula di sebuah universitas saya pernah diminta untuk tidak membawa doktrin saat mengajar. Saya hanya diijinkan untuk mengajar kebaikan, mengajar etika: bagaimana menjadi seorang mahasiswa yang baik, jujur, mengenal tugasnya, dsb. Saya menjawab, “Saya yakin saya tidak mungkin mengajar tanpa membawa doktrin.” Kemudian saya bertanya balik, “Apakah anda percaya Yesus itu Tuhan?” Orang itu mengiyakan. Kemudian saya berkata, “Itulah doktrin!” 2/5 Ringkasan Khotbah - 28 Nov'10 Kekristenan tanpa doktrin akan kehilangan ciri khasnya. Karena agama-agama lain pun mengajarkan etika secara umum. Orang-orang di luar Kristen pun banyak yang jujur dan bertanggung jawab. Tanpa doktrin kekristenan tidak ada dasar. Karena itu pernyataan ‘doktrin itu tidak penting, yang penting hidup berubah’ adalah salah. Banyak orang yang hidupnya berubah tanpa harus menjadi Kristen. Perubahan-perubahan itu adalah fenomena saja, tidak sampai ke akar pertobatan yang benar. Maka kekristenan tanpa doktrin seperti orang tanpa kerangka. Tulang membuat kita mempunyai bentuk dan struktur. Lihat Ef. 2:19,20. Gereja dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dan Yesus Kristus sebagai batu penjuru. Inilah doktrin. Ini semua sudah terangkum dalam Kitab Suci. Karena itu gereja tanpa dasar Alkitab adalah bidat atau gereja sesat. Kebersatuan gereja tanpa doktrin adalah kebersatuan semu atau omong kosong. Suatu saat saya menghadiri sebuah seminar. Sang pembicara mengatakan bahwa, “Semua gereja harus bersatu secara oikumene. Kita tidak boleh meninggikan gereja sendiri karena tidak ada gereja yang sempurna. Mari kita meninggalkan doktrin karena doktrin membawa perpecahan. Kita cari persamaannya saja!” Saya langsung menolak! Karena kebersatuan tanpa doktrin adalah kepalsuan. Bukankah selesai acara semua kembali ke gereja masing-masing? Bersediakah mereka tukar menukar Pendeta? Omong kosong! Mengapa? Karena sekali lagi, tidak mungkin kita bersatu tanpa doktrin. Lalu bagaimana doktrin yang benar? Di Indonesia ada lebih dari 340 sinode. GRII dan cabang-cabangnya hanyalah satu sinode. GPIB, GKI, dll, semua masing-masing satu sinode. Semua sinode dengan ajarannya masing-masing tidak ada yang punya otoritas untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Karena itu ciri khas doktrin yang benar adalah: a.Bukan membawa ajaran baru. Kita membawa ajaran yang sudah diajarkan ribuan tahun yang lalu. Tuhan memberikan firman-Nya pada kita. Doktrin yang benar adalah doktrin yang sesuai dengan maksud Alkitab. Bagaimana pengenalan kita akan Allah Tritunggal, Allah Roh Kudus, akan karya-karya Tuhan? Pertobatan tidak mungkin lepas dari doktrin yang benar. Orang Kristen yang meninggalkan doktrin meskipun hidupnya kelihatan ‘benar’ pasti tidak beres. Orang yang mengatakan ‘yang penting hidupnya berubah doktrin itu tidak penting’ pasti sudah tertipu oleh ajaran setan. Pengajar-pengajar palsu bisa datang seperti malaikat terang. Orang yang setia pada Saksi Yehova pun bisa hidupnya berubah dan berkomitmen tinggi. Ajaran yang sudah diajarkan ribuan tahun yang lalu adalah ajaran yang memiliki benang merah. Tuhan memberikan firman-Nya pada Adam, Nuh, Abraham, Yakub, Musa, hakim-hakim, 3/5 Ringkasan Khotbah - 28 Nov'10 nabi-nabi, raja-raja, dll, dan semuanya berkelanjutan, tidak saling menentang. Kemudian sampai pada zaman pembuangan, lalu 400 tahun masa sunyi. Pada waktu itu seluruh bangsa Israel kembali kepada firman, yaitu Taurat. Karena itu pada zaman Yesus muncul ahli-ahli Taurat dan Farisi yang berorientasi pada Kitab Suci karena sudah tidak ada nabi tapi kemudian mereka terjebak pada hal-hal yang lahiriah saja. Saat itulah Kristus datang untuk mengoreksi supaya mereka kembali kepada firman. Kemudian ajaran Kristus diteruskan para rasul. Kristus tidak membawa ajaran baru, tetapi Ia meneruskan apa yang ada di Perjanjian Lama dalam era Perjanjian Baru. Kemudian diteruskan lagi zaman bapak-bapak gereja, terus sampai zaman gereja Katolik berkembang dan konsili-konsilinya. Ketika ada penyimpangan-penyimpangan, muncullah Reformasi dengan para Reformator yang mau kembali kepada firman. Sampai hari ini kita bisa terlibat dalam gereja, gerakan dan spirit Reformed yang mau kembali kepada firman. Karena itu apa yang kita perjuangkan adalah juga yang sudah diperjuangkan ribuan tahun lalu. Orang yang tidak mengerti Reformed adalah orang yang tidak mengerti sejarah. Orang yang belajar sejarah akan menangkap bahwa Reformed sudah diajarkan dan dipegang oleh orang-orang pilihan Allah dari generasi ke generasi selama ribuan tahun. Lihat 1Yoh.2:7,8. Di sini ditunjukkan ada era Perjanjian Lama dan era Perjanjian Baru. Janji-janji dalam Perjanjian Lama mulai terang dalam Perjanjian Baru, tetapi bukan ajaran baru. Bukan berarti Perjanjian Lama sudah tidak berguna lagi karena ada benang merah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yesus juga pernah menunjukkan kalau Ia tidak meninggalkan Perjanjian Lama (Mat.22:40). Sewaktu Yesus menyatakan hukum kasih, itu bukan hukum baru. Perjanjian Lama tetap menjadi dasar. Gereja yang tidak punya dasar yang benar akan mudah disesatkan. 3.Kita bersatu karena punya visi yang sesuai prinsip Alkitab. Gereja yang benar adalah gereja yang menangkap visi dari Tuhan dan berjuang ke arahnya. Visi kita adalah back to the bible, membawa semua umat Tuhan kembali pada prinsip Alkitab. Visi gereja Reformed adalah kerinduan untuk menerjemahkan firman Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan orang percaya, termasuk kehidupan masyarakat. Ada mandat Injil, mandat budaya dan kembali pada Alkitab. Visi ini harusnya menjadi visi pribadi kita. Misalnya: anda mempunyai perusahaan di mana karyawannya bekerja hanya untuk mencari uang, tidak peduli visi perusahaan apa. Jika semua karyawan seperti ini, maka perusahaan anda tidak akan bertahan lama. Demikian pula jika hamba-hamba Tuhan di GRII hanya melayani untuk uang dan kepentingan diri, gerakan Reformed jadi apa? Visi kita bukanlah visi sendiri tanpa berhubungan dengan yang lain. Bersyukur gereja ini mempunyai visi yang jelas yang 4/5 Ringkasan Khotbah - 28 Nov'10 seharusnya menjadi visi setiap kita. Lihat Ef.2:21,22. Sebagai umat Tuhan kita adalah komponen-komponen bangunan rumah Allah yang sedang dibangun bersama menjadi wujud bagi pembangunan gereja Tuhan. Maka kita tidak dapat berkata, “Saya bukan bagian dari gereja.” Kita adalah anak Tuhan, umat Tuhan, bagian dari bangunan rumah Tuhan, maka satu dengan yang lain pasti ada kaitannya meski tidak kelihatan. Inilah visi kita bersama. Orang Kristen hidup untuk menjalankan misi kerajaan Allah, berjuang dalam kesatuan anak-anak Tuhan, dalam doktrin dan visi. Tuhan Yesus pun datang ke dunia untuk menjalankan visi-Nya (Yoh.4:34, 6:38, 17:4). Kita pun tidak lepas dari hal ini karena kita diciptakan Allah, karena Kristus sudah menyelamatkan kita untuk suatu karya yang Tuhan sudah rencanakan. Mari kita juga mengatakan, “Makananku adalah untuk melakukan pekerjaan Dia yang mengutus aku.” Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah. Ditranskrip oleh: VP. 5/5