bab ii gambaran umum desa siogung-ogung

advertisement
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA SIOGUNG-OGUNG
Desa merupakan suatu wilayah yang memiliki administrasi kecil bagi
komunitas masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat pedesaan, sistem gotong
royong, kekeluargaan, serta adat istiadat masih tertanam kuat. Demikian halnya
dengan Desa Siogung-Ogung yang merupakan salah salah desa di Kecamatan
Pangururan dengan letak persis dipinggir Danau Toba. Desa Siogung-Ogung adalah
salah satu desa kecil yang memiliki sifat gotong royong dan sistem kekerabatan yang
masih kuat. Sistem kekerabatan dalam suku Batak Toba dikenal dengan istilah
Dalihan Natolu, demikian halnya dengan Desa Siogung-Ogung, Dalihan Natolu
masih tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat. 8Adat yang masih kuat ditunjukkan
dengan masih adanya kepercayaan kepada roh nenek moyang yang sering dilakukan
masyarakat dengan mengadakan upacara-upacara penghormatan leluhur.
Pada umumnya masyarakat Batak Toba khususnya di Desa Siogung-Ogung
baik secara pribadi maupun kelompok, mengakui adanya kuasa diluar kuasa manusia
yaitu dari roh leluhur. Dalam menghormati kuasa tersebut, maka mereka mempunyai
cara dengan melakukan penyembahan. Motif penghormatan pada umumnya ditujukan
untuk mendapat perlindungan agar terhindar dari bahaya, penyakit menular, atau pun
serangan dari binatang buas. Demikian pula untuk mendapat restu, baik dalam
8
Dalihan Natolu adalah istilah kekerabatan pada masyarakat Batak Toba yang terdiri dari
tiga unsure yaitu dongan sabutuhan ( teman semarga ), hula-hula (keluarga dari pihak istri ),dan boru
(keluarga dari pihak menantu )
Universitas Sumatera Utara
perkawinan maupun untuk usaha mencari rezeki dilaksanakan melalui pemujaan.
Upacara-upacara penghormatan kepada leluhur salah satu latar belakang pemberian
nama Desa Siogung-Ogung. Sebuah kebiasaan dalam masyarakat khususnya Batak
Toba, di dalam pemberian nama sebuah kampung atau desa, haruslah disesuaikan
dengan kebiasaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Kampung atau desa
dalam suku Batak Toba dikenal dengan sebutan Huta.
Di masyarakat pedesaan pemberian nama huta, biasanya diberikan oleh
Tunggane Huta yang memiliki kedudukan yang paling tinggi, tetapi ada pula
pemberian nama desa yang terbentuk dengan sendirinya, misalnya karena adanya
marga tertentu, adat yang sering dilakukan masyarakat, dan lain-lain. 9 Dilihat
berdasarkan nama Desa Siogung-Ogung, nama desa ini diambil dari sebuah nama alat
musik Batak Toba. Kata Ogung adalah sebuah alat musik Batak Toba yang
ukurannya sedang dan apabila dipukul akan mengeluarkan suara yang besar dan khas
yang berbeda dengan suara alat musik lainya. 10 Akibat Suara yang besar dari Ogung
akan mampu terdengar sampai kedesa-desa lainya yang ada disekitar kaki Gunung
Pusuk Buhit. Gunung Pusuk Buhit adalah salah satu gunung yang berada di sekitar
Danau Toba yang selalu dihormati masyarakat Batak Toba.
Alat musik Ogung dipakai pada upacara atau pesta-pesta besar yang dilakukan
masyakat misalnya dalam upacara pemindahan tulang-belulang nenek moyang dari
tanah ke kuburan yang sudah disemen, serta dalam pesta kematian. Menurut
9
Tunggane huta ialah sebagai perintis dan pendiri huta atau yang mula-mula membukanya
dan sekaligus sebagai pemilik pertapakan huta tersebut.
10
Ogung adalah salah satu bagian musik dalam Batak Toba yang bentuknya bulat.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat pesta yang dilakukan tanpa adanya alat musik Ogung tidak akan lengkap.
Namun, berdasarkan penelitian dilapangan, tidak diketahui kapan terbentuknya Desa
Siogung-Ogung, serta tidak ketahui dengan jelas siapa yang memberikan nama
Siogung-Ogung. Sejak kapan nama Siogung-Ogung digunakan masyarakat menjadi
nama desa mereka sampai sekarang ini tidak diketahui.
Namun berdasarkan cerita yang ada dikalangan masyarakat Desa SiogungOgung, nama Siogung-Ogung terbentuk karena kebiasaan nenek moyang mereka
melakukan upacara-upacara adat di kaki Gunung Pusuk Buhit. Upacara dilakukan
untuk menyembah roh nenek moyang yang tinggal di Gunung Pusuk Buhit. Upacaraupacara yang dilakukan dengan mengadakan Gondang Sabangunan. 11 Gondang
Sabangunan ini terdiri dari Ogung, Ogung Sabangunan, Gondang, Porhas Naualu. 12
Bagian Gondang Sabangunan ini lah yaitu Ogung yang diambil menjadi nama Desa
Siogung-Ogung. Selain itu, Masyarakat Desa Siogung-Ogung meyakini bahwa nenek
moyang mereka berasal dari Gunung Pusuk Buhit.
Gunung Pusuk Buhit ini adalah salah satu gunung yang terdapat di Samosir,
dengan jarak 1 (satu ) km dari Desa Siogung-Ogung. Inilah kepercayaan masyarakat
Desa Siogung-Ogung mengenai asal mereka, dan hal ini pula yang membuat
masyarakat sering melakukan upacara penyembahan dikaki Gunung Pusuk Buhit
dengan berbagai sesajen. Dilihat dari marga yang menghuni Desa Siogung-Ogung,
marga Naibaho adalah marga yang paling banyak. Huta dalam masyarakat adalah
11
Gondang Sabangunan merupakan alat music tradisional Batak Toba yang digunakan pada
upacara yang berkaitan dengan adat dan religi.
12
Porlas Naualu maksudnya adalah perkakas alat music yang terdiri dari delapan buah.
Universitas Sumatera Utara
milik bersama oleh karena itu pembangunan harus dilakukan secara serempak, dan di
setiap Huta harus adanya Tunggane Huta. Tunggane Huta ini ada sebelum
masyarakat belum mengenal pemilihan kepala Desa yang akan memimpin Desa.
Demikian halnya dengan Desa Siogung-Ogung, sebelum masyarakat mengenal
Kepala Desa masyarakat dipimpin oleh Tunggane Huta. tunggane Huta inilah yang
mengatur Desa dan menjadi tokoh penting dalam setiap upacara adat yang dilakukan
oleh masyarakat.
Akibat kebiasaan masyarakat Desa Siogung-Ogung ini lah kemudian
masyarakat yang diputuskan Tunggane Huta nama Siogung-Ogung digunakan
masyarakat. Pemberian nama ini menandakan bahwa Desa Siogung-Ogung adalah
akan menjadi desa yang besar suatu saat nanti, serta desa yang tidak akan lupa dengan
nenek moyang. Masyarakat Desa Siogung-Ogung yakin pemberian nama SiogungOgung maka menunjukkan bahwa desa ini menjadi salah satu desa yang memiliki
sifat khas tertentu dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang ada di Kecamatan
Pangururan.
2.1 Keadaan Geografi Desa Siogung-Ogung
Di dalam penulisan sejarah tidak dapat terlepas dari unsur yang paling penting
yaitu lokasi atau tempat penelitian. Desa Siogung-Ogung merupakan salah satu desa
yang berada di Kecamatan Pangururan, yang terletak tepat di pinggir Danau Toba, di
sekitar kaki Gunung Pusuk Buhit. Desa Siogung – Ogung terletak antara 98o -99o BT
dan 20-30 LU. Iklim yang dimiliki Desa Siogung-Ogung adalah iklim Tropis. Desa
Universitas Sumatera Utara
Siogung-Ogung berbatasan dengan desa-desa lain yang terletak di sekitar kaki unung
Pusuk Buhit.
Adapun batas-batas Desa Siogung-Ogung adalah sebagai berikut:
a.Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Toba
b.Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Bunga
c.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Parsaoran 1
d.Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Siboro
Jarak Desa Siogung-Ogung menuju ke Kecamatan Pangururan lebih kurang 2
km. Berdasarkan data dari Kantor Camat Pangururan, luas Desa Siogung-Ogung
hanya 8 km2, untuk pemukiman hanya 4 km2, dan 3 km2 digunakan masyarakat
untuk pertanian dan sebagian terdiri dari dari perladangan yang tidak diolah
masyarakat. Tanah yang tidak diolah masyarakat Desa Siogung-Ogung disebabkan
berada pada tempat yang terjal. Lahan yang terjal sulit diolah masyarakat untuk
dimanfaatkan menjadi areal pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu dari kondisi tanah, Desa Siogung-Ogung memiliki tanah yang
bercampur bebatuan. Berikut ini tabel data penggunaan tanah di Desa SiogungOgung:
Tabel 1. Penggunaan lahan tanah yang terdapat di Desa Siogung-Ogung.
No
Jenis Penggunaan
Luas/km2
1
Pemukiman
4
2
Perladangan/pertanian
3
4
Padang rumput
1
Jumlah
8
Sumber : Kepala Desa Siogung-Ogung, Tahun 1998
Padang rumput pada tabel 1, menjelaskan bahwa sebagian tanah di Desa
Siogung-Ogung yang tidak dapat diusahan masyarakat dalam bidang pertanian karena
tanah yang berada pada lahan yang terjal dan tanah yang bercampur batu. Tanah
terjal di Desa Siogung-Ogung hanya ditumbuhi pepohonan seperti pohon pinus dan
semak belukar. Akibat tanah yang terjal, masyarakat Desa Siogung-Ogung
memanfaatkan tanah-tanah yang pinggir Danau Toba sebagai lahan untuk menanam
padi dan lahan kering lainnya dengan tergantung pada air hujan. Letak yang tepat di
pinggir Danau Toba, dalam hal pengairan sawah-sawah masyarakat tidak kekurangan
air walaupun pengairan dilakukan secara tradisional.
Walaupun letak Desa Siogung-Ogung yang tepat di Pinggir Danau Toba,
namun selama ini bila air Danau Toba naik belum pernah terjadi kebanjiran. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
karena antara rumah dengan Danau Toba dibatasi oleh lahan tanaman padi. Air
Danau Toba dimanfaatkan masyarakat sebagai irigasi bila musim kemarau tiba. Desa
Siogung-Ogung adalah salah satu desa di Kecamatan Pangururan sebagai desa
perlintasan menuju kota Medan. Desa Siogung-Ogung dari Kota Medan dapat
dijangkau lebih kurang 6 sampai 7 jam melalui jalan Tele di Pusuk Buhit. Jalan
menuju Desa Siogung-Ogung sudah cukup bagus dan diaspal karena didukung
dengan salah satu jalan perlintasan menuju kota Medan.
2.2 Keadaan Penduduk Desa Siogung-Ogung
Penduduk Desa Siogung-Ogung secara keseluruhan terdiri dari suku Batak
Toba yang terdiri dari berbagai marga. Marga yang paling mendominasi Desa
Siogung-Ogung adalah marga Naibaho. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa yang
digunakan masyarakat Desa Siogung-Ogung adalah bahasa Batak Toba. Menurut
Data Statistik Kecamatan Pangururan Tahun 1998 Penduduk Desa Siogung-Ogung
yang menganut Agama Kristen Protestan sebanyak 807 orang dan Kristen Katolik
sebanyak 272 orang dan agama lain belum ada di Desa Siogung-Ogung. Berdasarkan
Kepala Desa Siogung-Ogung setiap tahunnya Desa Siogung-Ogung mengalami
peningkatan jumlah penduduk.
Peningkatan jumlah penduduk di Desa Siogung-Ogung dapat diketahui
dengan membandingkan jumlah kematian dan kelahiran serta jumlah penduduk yang
pindah dan masuk setiap tahunnya. Menurut Kepala Desa Siogung- Ogung setiap
tahunnya jumlah kelahiran lebih besar dibandingkan jumlah kematian. Namun,
berapa jumlah kematian dan jumlah kelahiran setiap tahunnya tidak dapat diketahui
Universitas Sumatera Utara
secara data kuantitatif, disebabkan tidak ada data secara tertulis sebagai inventaris
kantor Kepala Desa. Berikut ini tabel jumlah penduduk Desa Siogung-Ogung
berdasarkan Kantor Kepala Desa Siogung-Ogung.
Tabel 2. Peningkatan jumlah penduduk Desa Siogung-Ogung
No.
Tahun
Jumlah Penduduk
1
1996
900
2
1997
1068
3
1998
1098
4
1999
1122
5
2000
1152
Sumber : Kantor Kepala Desa Siogung-Ogung, Tahun 1998
Data kependudukan Desa Siogung-Ogung tahun 1990 sebagai awal penelitian
sampai tahun 1995, tidak dapat diperoleh secara data kuantitatif. Hal ini, karena
kesulitan penelitian untuk memperoleh data disebabkan tidak ada arsip surat
menyurat sebagai inventaris Kepala Desa Siogung-Ogung. Jumlah penduduk tahun
1996 sampai tahun 1997, diperoleh berdasarkan perkiraan Kepala Desa SiogungOgung dengan menghitung jumlah rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota keluarga
setiap rumah tangga di Desa Siogung-Ogung sebanyak 5 ( lima ) sampai 7 (tujuh )
orang. Selain itu jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 1998,
menunjukkan jumlah perempuan lebih tinggi dibandingkan jumlah laki-laki di Desa
Siogung-Ogung.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah/ Jiwa
1
Laki-Laki
398
2
Perempuan
681
Jumlah
1079
Sumber : Mantri Statistik Kec. Balige Tahun 1998.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin hanya diperoleh tahun 1998, hal
ini disebabkan tidak adanya sensus yang dilakukan setiap tahunnya. Berdasarkan
wawancara dilapangan, adanya jumlah penduduk di Desa Siogung-Ogung menurut
jenis kelamin tahun 1998 disebabkan karena adanya permintaan dari Camat Di
Kecamatan Pangururan untuk dilakukan sensus pada tahun 1998. Hal ini disebabkan
Kecamatan Pangururan ingin membuat buku berdasarkan data dari setiap desa dengan
judul” Kecamatan Pangururan Dalam Angka Tahun 1998”, dan sebagai buku pertama
Kecamatan Pangururan. Dalam buku ini lah dimuat semua data-data dari setiap
kepala desa yang ada di Kecamatan Pangururan. Sebelum adanya permintaan dari
Kecamatan Pangururan, sampai tahun 1997 Kepala Desa Siogung-Ogung belum
pernah melakukan sensus penduduk setiap tahunnya.
Dilihat dari mata pencaharian masyarakat Desa Siogung-Ogung pada
umumnya adalah petani. Sebelum tahun 1990 masyarakat Desa Siogung-Ogung
memiliki mata pencaharian petani padi, petani bawang dan pekerjaan sampingan yang
dilakukan adalah mencari ikan di Danau Toba, serta bekerja di kantor-kantor
pemerintahan menjadi PNS, namun sekalipun bekerja di kantor pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat , bertani tetap dilakukan masyarakat. Berikut ini mata pencaharian
masyarakat Desa Siogung-Ogung.
Tabel 4. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Siogung-Ogung.
Tahun Petani / Rumah Peternak Ikan /
Tangga
PNS/ABRI
Lainya
Rumah Tangga
1996
92
56
15
95
1997
87
65
17
99
1998
83
85
21
102
1999
70
96
45
135
2000
62
132
65
145
Sumber : Hasil wawancara dengan Kepala Desa Siogung-Ogung, 21 mei 2011
Berdasarkan tabel di atas jumlah petani padi dan petani bawang mengalami
penurunan sampai Tahun 2000. Tahun 2000 adalah puncak masyarakat Desa
Siogung-Ogung mengalami perubahan mata pencaharian menjadi pembudidaya ikan
di Danau Toba. Budi daya ikan menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Desa
Siogung-Ogung, sedangkan tanaman bawang dan padi adalah mata pencaharian
sampingan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Siogung-Ogung, pekerjaan
lainnya pada tabel di atas adalah masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak tetap.
Masyarakat yang bekerja sebagai PNS dan ABRI pada umumnya berasal dari luar
yang tinggal di Desa Siogung-Ogung .
Tahun 1990 adalah titik awal masyarakat mulai membuka lahan mata
Universitas Sumatera Utara
pencaharian di Danau Toba. Di lihat dari tingkat pendidikan masyarakat di Desa
Siogung-Ogung sebelum Tahun 1990, pada umumnya masih banyak yang belum
mengecap dunia pendidikan. Apabila masyarakat sudah sekolah hanya sebatas tingkat
sekolah dasar negeri dan pendidikan menengah pertama. Hal ini terjadi, karena
dilatarbelakangi kehidupan perekonomian masyarakat Desa Siogung-Ogung yang
masih rendah. Selain itu, di Desa Siogung-Ogung hanya terdapat sekolah dasar, dan
untuk melanjut harus pindah ke Kecamatan Pangururan. Melihat situasi inilah,
masyarakat mengalami kesulitan, karena akan mengeluarkan biaya yang cukup besar
bagi masyarakat Desa Siogung-Ogung apabila harus melanjutkan sekolah ke
Kecamatan Pangururan.
Universitas Sumatera Utara
Download