50 Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Jepang merupakan

advertisement
Bab 4
Simpulan dan Saran
4.1 Simpulan
Jepang merupakan negara yang dikenal dengan nilai-nilai budayanya yang tinggi.
Meskipun merupakan salah satu negara yang maju di dunia, masyarakat Jepang itu
sendiri masih tetap mempertahankan dan melaksanakan tradisi-tradisinya. Salah satu
kebudayaan yang sangat terkenal dalam masyarakat Jepang adalah festival-festival
perayaan yang disebut dengan matsuri. Berbagai matsuri diadakan setiap tahunnya
dengan makna dan waktu pelaksanaan yang beraneka ragam sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang memiliki tujuan dan maksud yang sama dapat
mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya. Pada umumnya
sebagian besar diadakannya matsuri di Jepang adalah untuk melakukan permohonan
kepada kami, misalnya untuk keberhasilan panen atau untuk mengusir roh jahat pada
musim tertentu, untuk menyatakan rasa syukur atau terima kasih dan untuk menghalau
wabah dan bencana. Matsuri sendiri berasal dari suatu bentuk atau wujud kepercayaan
masyarakat Jepang terhadap ajaran Shinto sehingga nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya memiliki banyak pengaruh dari ajaran Shinto.
Shinto merupakan salah satu agama tertua di Jepang. Secara turun-temurun
Shinto telah menjadi kepercayaan asli masyarakat Jepang. Kata Shinto berasal dari kanji
shin yang artinya kami dan tou yang artinya jalan maka secara harafiah berarti jalan
kami (the way of the kami). Inti ajaran dalam Shinto adalah menekankan pada
keselarasan keindahan alam, kepercayaan dan pemujaan terhadap kami dan penghargaan
50
pada kenyataan hidup (the appreciation of perceived reality). Menurut ajaran Shinto
segala hal di alam seperti gunung, sungai, pohon dan bebatuan merupakan objek yang
sakral.
Salah satu festival matsuri terbesar di Jepang adalah Tenjin Matsuri yang
merupakan festival tahunan musim panas. Festival Tenjin Matsuri diselenggarakan di
kota Osaka oleh kuil Osaka Temmangu setiap tanggal 24 Juli dan 25 Juli. Festival ini
dipersembahkan bagi Sugawara Michizane (845-903), seorang sarjana dan udaijin
(setara dengan perdana menteri sekarang) yang menjadi korban tipu daya politik dan
wafat dalam pengasingan. Kemudian Sugawara Michizane dikenal sebagai Tenjin-san
oleh masyarakat Jepang. Selain itu Tenjin Matsuri juga bertujuan untuk mengusir rohroh jahat pada musim panas. Kegiatan-kegiatan dalam Tenjin Matsuri di Osaka dibagi
menjadi dua bagian, yaitu yoimiya dan honmiya.
Yoimiya adalah pembukaan festival yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juli yang
terdiri dari yoimiyasai dan hokonagashi-shinji. Sedangkan honmiya adalah puncak
festival yang diadakan pada tanggal 25 Juli. Ritual ini terdiri dari natsu taisai, riku-togyo,
funa-togyo dan kangyo-sai. Dalam riku-togyo dan funa-togyo terbagi pula ke dalam
ritual lainnya.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar ritual dalam festival Tenjin Matsuri memiliki pengaruh dan unsur Shinto. Selain
dalam ritual, ditemukan pula pengaruh dan unsur Shinto pada tujuan dilaksanakannya
festival Tenjin Matsuri tersebut. Adapun ritual yang mempunyai pengaruh dan unsur
Shinto adalah yoimiyasai, hokonagashi-shinji, natsu taisai, kangyo-sai serta kegiatan
dalam riku-togyo dan funatogyo, yaitu sebagai berikut:
51
1. Riku-togyo: moyo-oshidaiko, danjiri bayashi, sarutahiko, shojo-dashi, ushihikidoji, furyuu-hanagasa, nishiki-bata, uneme, chigo, shishimai, o-masakaki,
kamihoko-dashi , bunsha, gohoren, tama-mikoshi dan otori-mikoshi.
2. Funa-togyo: omukae-ningyo-bune, bunraku-sen, nohgaku-bune, rakugo-sen
dan kagura honousen.
4.2 Saran
Kebudayaan adalah salah satu warisan nenek moyang yang terus dipertahankan
dan dirayakan oleh para penerusnya termasuk kita sendiri. Setiap kebudayaan adalah
unik. Kebudayaan merupakan hasil dari suatu proses pembelajaran yang panjang dan
lama sehingga kita harus menghargai dan menghormati kebudayaan tersebut yang
menjadi salah satu kekayaan suatu bangsa.
Salah satu kebudayaan di Jepang yaitu matsuri yang masih terus dirayakan
sampai sekarang untuk menghormati leluhur yang sangat berhubungan dengan ajaran
Shinto di dalamnya. Maka berangkat dari pentingnya melestarikan kebudayaan, penulis
membahas salah satu kebudayaan Jepang yaitu Tenjin Matsuri dengan harapan pembaca
dapat menambah wawasan serta meningkatkan minat dalam melakukan penelitian lebih
dalam mengenai matsuri di Jepang. Saran saya untuk peneliti selanjutnya,yaitu untuk
peneliti berikutnya yang ingin meneliti mengenai Tenjin Matsuri
maka dapat
menelitinya dari segi lainnya, misalnya dengan menghubungkannya pada pengaruh
budaya atau agama lain.
52
Download