BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Terdapat beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia yang telah dikemukan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut : Menurut Hasibuan (2011), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni dalam mengatur proses hubungan dan proses tenaga kerja agar efektif dan efesien serta membantu terwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat. Menurut Stoner (2013), manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Sedangkan menurut Dessler (2013), “Human resource management is the process of acquiring, training, appraising and compensating employess, and of attending to their labor relations, health and safety, and fairness concerns”. Diartikan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan proses menoleh, melatih, menilai, dan kompensasi karyawan dan memperhatikan hubungan antar karyawan atau tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan dan keadilan. Sementara menurut Sunyoto (2012), manajemen sumber daya manusia adalah 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sebagai 13 penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan perencanaan dan pengororganisasian dalam melakukan proses penerimaan (perekrutan), seleksi, pelatihan, pengembangan, penilaian, dan pemeliharaan tenaga kerja atau karyawan untuk mencapai tujuan individu, organisasi, dan masyarakat. 2. Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Rivai (2010), Manajemen SDM merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan dari pada SDM . Adapun fungsifungsi manajemen SDM seperti halnya fungsi manajemen umum, yaitu : a. Fungsi Manajerial : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengendalian (controlling). b. Fungsi Operasioanal : pengadaan tenaga kerja (SDM), pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, pemutusan hubungan kerja. B. Kepemimpinan Transformasional 1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional Ivancevich (2006), mengemukakan kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai pemimpin yang memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai sebuat tujuan, bukan untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 kepentingan pribadi jangka pendek, dan untuk mencapai prestasi dan aktualisasi diri, bukan demi perasaan aman. Menurut Soekarso (2010), pemimpin transformasional (transformasional leaders) adalah sebuah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang dindividualkan pada para bawahan dan pengikut. Menurut Suharsono (2012), kepemimpinan transformasional merupakan model yang sekarang banyak diperlukan oleh organisasi, terutama organisasi yang sedang mengalami persoalan yang berat. Sementara Bass dan Avolio (Raihani,2010), kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses dimana pemimpin mengambil tindakan untuk meningkatkan kesadaran rekan kerja tentang apa yang benar dan apa yang penting, untuk melampaui minat pribadi mereka demi mencapai kemaslahatan kelompok, organisasi, dan masyarakat. Menurut (Robbins dan Judge, 2008), pemimpin transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya. 2. Karakteristik Pemimpin Transformasional Menurut Soekarso (2010), ada beberapa karakteristik kepemimpinan transformasional sebagai berikut : 1. Karisma, yaitu memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, memperoleh respek dan kepercayaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2. Inspirasi yaitu mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang–lambang untuk memfokuskan upaya, mengungkapkan maksud-maksud penting dalam cara yang sederhana 3. Rangsangan Intelektual, yaitu menggalakkan kecerdasan, rasionalitas dan pemecahan masalah yang diteliti. 4. Pertimbangan yang diindividualkan, yaitu memberikan perhatian pribadi, memperlakukan tiap karyawan secara individual, melatih, menasehati. Menurut Luthans (2006) menyatakan bahwa pemimpin transformasional memiliki karakter sebagi berikut: 1. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan 2. Mereka Berani 3. Mereka Mempercayai orang lain 4. Mereka Motor Penggerak Nilai 5. Mereka memiliki kemampuan menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian 6. Mereka Visioner 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan Transformasional, Menurut Reitz (2010) ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pemimpin yaitu meliputi: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya mempengaruhi pilihan akan gaya. 2. Pengharapan dan perilaku atasan, pemimpin secara jelas memakai gaya yang berorientasi pada tugas. 3. Karakteristik, harapan perilaku bawahan akan mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan. 4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan akan mempengaruhi gaya pemimpin. 5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. 6. Harapan perilaku rekan. 4. Dimensi dan Indikator Kepemimpinan Transformasional Robbins dan Judge (2008) mengemukakan ada empat Dimensi kepemimpinan transformasional, yaitu : 1. Pengaruh ideal (Idealized Influence) adalah perilaku pemimpin yang memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, serta mendapatkan respect dan kepercayaan bawahan 2. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation), adalah perilaku pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara menarik, dan mengispirasi bawahann untuk mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting bagi organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 3. Stimulasi Intelektual (Intellectual Simulation) adalah perilaku pemimpin yang mampu meningkatkan Kreatifitas dan inovasi bawahan, meningkatkan rasionalitas dan pemecahan masalah secara cermat. 4. Pertimbangan Individual (Individualized Consideration) adalah perilaku pemimpin yang memperlakukan masing-masing bawahan sebagai seorang individu dengan kebutuhan, kemampuan, dan aspirasi yang berbeda, serta melatih dan memberikan arahan. Sementara Indikator Kepemimpinan Transformasional Robbins dan Judge (2008) diantaranya : a. Memberikan visi dan misi b. Memunculkan rasa bangga c. Mendapatkan respek d. Mengkomunikasikan harapan yang tinggi e. Menyampaikan visi secara menarik f. Menginspirasi untuk mencapai tujuan g. Meningkatkan Kreatifitas dan inovasi h. Meningkatkan rasionalitas i. Pemecahan masalah secara cermat j. Membantu mengembangkan kemampuan k. Mampu mengatasi aspirasi yang berbeda l. Melatih dan memberikan arahan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 C. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Menurut Mangkunegara (2013) mengemukakan disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Sedangkan menurut Sutrisno (2015) mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Ditujukan pula oleh Sutrisno (2015), bahwa disiplin merupakan faktor utama yang mempengaruhi produktivitasnya. Sementara menurut Rivai (2008) disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. 2. Macam-macam Disiplin Kerja Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif (Mangkunegara, 2013) : a. Disiplin Preventif Disiplin Preventif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai untuk mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturaaturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai disiplin diri. Dengan cara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 preventif pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturanperaturan perusahaan. Disiplin preventif merupakan suatu system yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian system yang ada dalam organisasi. jika system organisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah menggerakkan disiplin kerja. b. Disiplin Korektif Disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. 3. Aspek-aspek Disiplin Kerja Tiap perusahaan menggunakan dimensi yang berbeda untuk menilai disiplin kerja karyawannya. Menurut Yasa (2009) aspek-aspek yang digunakan untuk menilai disiplin kerja adalah sebagai berikut.: a. Kejujuran dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan b. Ketepatan waktu dalam mengerjakan ditentukan oleh perusahaan c. Kehadiran dalam jam kerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ pekerjaan yang 20 d. Mengikuti cara bekerja yang ditetapkan oleh perusahaan e. Ketepatan dalam menggunakan bahan dan perlengkapan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja Asumsinya bahwa pemimpin mempunyai pengaruh langsung atas sikap kebiasaan yang diperoleh karyawan. kebiasaan itu ditentukan oleh pemimpin, baik dengan iklim atau suasana kepemimpinan maupun melalui contoh diri pribadi. Karena itu, untuk mendapat disiplin yang baik, maka pemimpin harus memberikan kepemimpinan yang baik pula. Menurut Sutrisno (2015), faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah : a. Besar kecilnya pemberian kompensasi Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin, para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan balas jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia menerima konpensasi yang memadai, mereka akan bekerja dengan tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Bila konpensasi yang diterima jauh dari memadai, maka ia akan berpikir mendua, dan berusaha mencari tambahan penghasilan lain dari luar, sehingga menyebabkan ia sering mangkir dan sering minta izin keluar. Namun demikian pemberian kompensasi yang memadai belum tentu juga menjamin tegaknya disiplin. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 b. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan. Keteladanan pemimpin sangat penting sekali dalam menegakkan kedisiplin pegawai, karena dalam lingkungan kerja, semua pegawai akan selalu memperhatikan dan mengikuti bagaimana pemimpin menegakkan disiplin dirinya, dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan, misalkan aturan jam kerja, maka pemimpin tidak akan masuk kerja terlambat dari waktu yang sudah ditetapkan. c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan. Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.disiplin tidak mungkin dapat ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan intruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi. Oleh sebab itu, disiplin akan dapat ditegakkan dalam suatu perusahaan, jika ada aturan tertulis yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, para karyawan akan mendapat suatu kepastian bahwa siapa saja dan perlu dikenakan sanksi tanpa pandang bulu. d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan. Keberanian pemimpin untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelangaran yang dibuatnya, dengan adanya tindakan terhadap pelanggaran disiplin sesuai dengan sanksi yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 ada , maka semua karyawan merasa terlindungi dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa. Bila pimpinan tidak berani mengambil tindakan padahal pegawai sudah terang-terangan melanggar disiplin, maka akan sangat berpengaruh kepada suasana kerja dalam perusahaan. Jika tidak ada keberanian pimpinan dalam memberikan hukuman, maka banyak pegawai yang akan berkata “untuk apa disiplin, sedang orang yang melanggar disiplin saja tidak pernah dikenakan sanksi. e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia pula bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau di ikat oleh peraturan apa pun juga. Dengan adanya pengawasan, maka sedikit banyak para pegawai akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. f. Ada tidaknya perhatian kepada para pegawai. Pegawai tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menentang, tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar, dan dicarikan jalan keluarnya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para pegawai akan dapat menciptakan disiplin kerja yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 baik, karena dia akan selalu dihormati, dan dihargai oleh para pegawainya, sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi, semangat kerja dan moral kerja pegawai. g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan perkerjaan. 2. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para pegawai akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut. 3. Sering mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan-pertemuan, apalagi pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka. 4. Memberitahu bila ingin meninggalkan tempat kerja kepada rekan sekerja, dengan menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan sekalipun. 5. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja Rivai (2011) menjelaskan bahwa disiplin kerja memiliki beberpa dimensi seperti : 1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah terbiasa untuk terlambat dalam bekerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. 3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya. 4. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan. Sementara Indikator Disiplin kerja menurut Rivai (2011) diantaranya : a. Karyawan datang ketempat kerja tepat pada waktunya b. Karyawan pulang kerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan c. Karyawan menjalankan perintah atasan dengan baik d. Karyawan bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan e. Karyawan mengikuti pedoman kerja yang telah ditetapkan f. Karyawan menyelesaikan tugas sesuai dengan standar kerja yang telah ditetapkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 g. Karyawan memperbaiki kerusakan mesin karena kesalahan dalam belajar h. Karyawan mematuhi norma-norma kesusilaan di tempat kerja i. Karyawan berperilaku sopan dan baik kepada pelanggan. D. Kreatifitas 1. Pengertian Kreatifitas Kreatifitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Basuki, 2010). Sementara menurut Basuki (2010), Kreatifitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik. Sementara menurut Munadar (2012) Kreatifitas adalah sebagi kemampuan untuk menciptakn sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya. 2. Aspek-aspek Kreatifitas Dengan keluasaan konsep Kreatifitas, maka muncul pula berbagai pendapat dari para ahli tentang atribut-atribut yang tercakup dalam konstrak Kreatifitas. (Solso et al, 2008) , menyebutkan bahwa kreatifitas terdiri dari 6 (enam) atribut , yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 a. Proses intelegensi b. Gaya Intelektual c. Pengetahuan d. Kepribadian e. Moivasi f. Lingkungan kerja Sedangkan hasil studi analisa mengenai ciri-ciri utama dari Kreatifitas, (Munandar, 2012) menyebutkan bahwa Kreatifitas terdiri dari aspek aptitude, dan non-aptitude traits. Ciri aptitude dari kreatifitas diartikan sebagai kemampuan berfikir kreatif. Sedangkan non-aptiude diartikan sebagai kemampuan berfikir kreatif.. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas Menurut Munandar (2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya Kreatifitas individu diantaranya: a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik). Menurut Munandar (2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan berKreatifitas, mewujudkan dari potensi, dalam dirinya mengungkapkan untuk dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk Kreatifitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Munandar, 2009). Hal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Munandar (2012), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan. 2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation). Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 3) Kemampuan untuk mencari tahu atau mencoba sesuatu Merupakan kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Hal ini juga terkait dengan intelegensi seseorang. b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik) Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi Kreatifitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan Kreatifitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan Kreatifitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi Kreatifitas individu. (Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan Kreatifitas ditandai dengan adanya. 1) Keamanan psikologis Keamanan psikologis dapat terbentuk dengan adanya proses - proses yang saling berhubungan, yaitu: Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Mengusahakan suasana yang didalamnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 tidak terdapat efek mengancam dan memberikan pengertian secara emoatis. 2) Kebebasan psikologis Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreatifitas seperti yang telah dijelaskan diatas (Solso, et al, 2008), mengungkapkan bahwa Kreatifitas seseorang dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, yaitu : a. Mengembangkan pengetahuan dasar Semakin kaya latar belakang pengetahuan seseorang, dapat memberikan informasi yang lebih banyak untuk memunculkan ide-ide kreatifnya. Orang yang kreatif akan selalu mengumpulkan informasi dan menyempurnakan kemampuan dasar mereka. b. Menciptakan atmosfer yang tepat untuk Kreatifitas Seperti bainstorming yang dilakukan dalam sekelompok orang, dimana masing-masing bebas menyebutkan ide-idenya sebanyak mungkin tanpa memberikan kritik satu sama lain. Cara ini dapat digunakan untuk menemukan solusi dan mamfasilitasi peningkatan Kreatifitas seseorang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 c. Mencari analogi Beberapa studi menunjukkan bahwa orang sering tidak mengenali permasalahan baru yang sebenarnya hampir mirip dengan permasalahan yang sudah pernah mereka alami dan diketahui bagaimana penyelesaiannya. Dengan menghadapkan seseorang pada sebuah teka-teki, mungkin ia akan melakukan sebuah analogi dengan mengingat kembali permasalahan yang hamper mirip dengan teka-teki tersebut. Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kreatifitas dapat dipengaruhi oleh faktor prngalaman , keprribadian, kemampuan berfikir dan lingkungan. 4. Dimensi dan Indikator Kreatifitas Secara lebih terperinci, Utami Munandar (2012) menyebutkan aspek-aspek dalam Kreatifitas yang menjadi dimensi didalam Kreatifitas yaitu : a. Aptitude atau berpikir kreatif yang meliputi : 1) Kefasihan (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan dengan cepat. Penelitian menunjukan bahwa semakin banyak ide yang dihasilkan, akan semakin besar pula kemungkinan munculnya suatu pemecahan masalah yang baru dan tidak biasa 2) Keluwesan berpikir (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawabanjawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru. 3) Elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 4) Originalitas (originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. b. Non-aptitude atau sikap kreatif yang meliputi : 1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru 2) kebebasan dalam ungkapan diri 3) menghargai fantasi 4) minat terhadap kegiatan kreatif 5) kepercyaan diri terhadap ide-ide sendiri 6) kemandirian dalam memberi pertimbangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Dari aspek-aspek kreatifitas yang telah disebutkan, maka peneliti akan menggunakan aspek aptitude (berpikir kreatif) dan nonaptitude (sikap kreatif) dalam penelitian ini. Beberapa Indikator dari Aspek yang dikembangkan dalam Teori Utami Munandar dalam Pengembangan Kreatifitas diantaranya : a. Kefasihan (Fluency) b. Keluwesan berpikir (flexibility) c. Elaborasi (elaboration) d. Originalitas (originality) e. Keterbukaan terhadap pengalaman baru f. kebebasan dalam ungkapan diri g. menghargai fantasi h. minat terhadap kegiatan kreatif i. kepercyaan diri terhadap ide-ide sendiri j. kemandirian dalam memberi pertimbangan E. Kinerja Karyawan 1. Pengertian Kinerja Karyawan Menurut Sedarmayanti (2011) mengungkapkan bahwa Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Menurut Wibowo (2012), kinerja merupakan suatu proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja. Namun, hasil pekerjaan itu sendiri juga menunjukkan kinerja. Menurut Mangkunegara (2013), kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Kaswan (2012) mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. 2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja a. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 b. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. 3. Aspek-Aspek Kinerja Umar dalam Mangkunegara (2011) membagi aspek-aspek kinerja sebagai : 1). Mutu pekerjaan, 2). Kejujuran karyawan, 3). Inisiatif, 4). Kehadiran, 5). Sikap, 6). Kerjasama, 7). Keandalan, 8). Pengetahuan tentang pekerjaan, 9). Tanggung jawab, 10). Pemenfaatan waktu kerja. Adapun aspek-aspek standar pekerjaan terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Aspek kuantitatif meliputi: a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan b. Waktu kerja yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja. Sedangkan aspek kualitatif meliputi: a. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan b. Tingkat kemampuan dalam bekerja c. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kagagalan menggunakan mesin/peralatan d. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen). 4. Dimensi dan Indikator Kinerja Menurut Sedarmayanti (2011) mengungkapkan bahwa kinerja karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak atau seberapa besar pegawai memberi kontribusi kepada organisasi, yang diukur dalam kriteria yang digunakan sebagai dasar menilai kinerja. Dimensi kinerja terbagi menjadi 3 (lima) yaitu : a. Dimensi Kualitas kerja (Quality of work) b. Dimensi Kecepatan (Promptness) c. Dimensi Prakarsa (Initiative) d. Dimensi Kemampuan (Capability) e. Dimensi Komunikasi (Communication) Indikator disiplin kerja Menurut Sedarmayanti (2011) yaitu : a. Kualitas Pekerjaan b. Hasil Pekerjaan c. Efektivitas waktu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 d. Jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan e. Kreatifitas f. Pemanfaatan waktu g. Standarisasi pekerjaan h. Praktis dan Rapih i. Komunikasi dengan pimpinan j. Komunikasi dengan rekan kerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 F. Penelitian Terdahulu NO 1 2 3 Penulis,Tahun, Judul Jurnal, Nama Jurnal, Vol, No Firda,2015. "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Hotel Grand Victoria di Samarinda", Jurnal Ilmu Adminisrasi Volume 3 Nomor 3. Suyatminah,2013. "Peran Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru TK PNS seKecamatan Bantul",Jurnal Bimbingan dan Konseling "PSIKOPEDAGO GIA" Volume II Nomor 2 Baskoro, C.A.,2014. "Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Motivasi, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan", Management Analysis Journal Metode Peneitian Populasi : 98 Karyawan Sampel: Seluruh Populasi, sebanyak 98 responden Teknik Sampling: Teknik Sensus Metode Analisis Data: Analisis regresi Populasi : 48 Orang Sampel : Seluruh Populasi 48 Orang Teknik Sampling: Sampling Jenuh Metode Analisis Data: Analisis Regresi Populasi : 54 karyawan Sampel : Seluruh Populasi digunakan Sampel Teknik Sampling: Sampling Jenuh Metode Analisis Hubungan Antar Variabel Hasil Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y)" Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh disiplin kerja (X2) terhadap kinerja (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kinerja (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh disiplin kerja (X2) terhadap kinerja (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kinerja (Y)" Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Motivasi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y)" Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Disiplin Kerja (X3) terhadap Berpengaruh signifikan (+) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 4 5 6 Volume 3 Nomor 2. Data: analisis deskriptif persentase Kinerja Karyawan (Y)" Wati,T.K.,2014. "Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri ADB INVEST Se-Kota Surabaya", Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 01 Nomor 01 Wibowo,A.S.C.,2 013. "Pengaruh Pelatihan Dan Kreatifitas Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Teknisi Pada Pt. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Area Bojonegoro", Jurnal Ilmu Manajemen Volume 01 Nomor 4 Samad,Sarmina.,2 015. "The Influence of Innovation and Transformational Leadership on Organizational Performance" Procedia - Social and Behavioral Sciences journal Populasi : 475 Guru Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja guru (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Disiplin Kerja (X2) terhadap Kinerja Guru (Y)" Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Pelatihan (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Kreatifitas (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh innovation (X1) terhadap Organizational Performance (Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Transformational Leadership (X2) terhadap Organizational Performance Berpengaruh signifikan (+) Sampel : 83 Guru Teknik Sampling: Teknik Proposional Random Sampling Metode Analisis Data: Teknik Analisis Regresi Populasi : 42 karyawan Sampel : Seluruh Populasi digunakan 42 Sampel Teknik Sampling: Teknik Sensus Metode Analisis Data: analisis regresi Populasi :150 managerial staf Sampel: Seluruh 150 managerial staf Teknik Sampling: Teknik Sensus Metode Analisis Data : analisis http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 7 8 9 Volume 57 Nomor 486 Shahab,Mohamad Ali and Inna Nisa.,2014. "The Influence of Leadership and Work Attitudes toward Job Satisfaction and Performance of Employee ". International Journal of Managerial Studies and Research (IJMSR) Volume 43 Nomor 2 regresi Cheung,M.F.Y .,2011. "Transformational leadership,leader support, and employee creativity", Leadership & Organization Development Journal Volume 32 No 7 Populasi : 182 karywan Choudhary,A.I and Syed Azeem Akhtar.,2014. "Impact of Transformational and Servant Leadership on Organizational Performance: A Population: 400 Karyawan Population : 79 pegawai Pengaruh "Leadership terhadap job satisfaction Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh working attitude terhadap job satisfaction Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh job satisfaction terhadap employee performance Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh leadership terhadap employee performance Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh working attitude terhadap employee performance" Berpengaruh signifikan (+) Berpengaruh signifikan (+) Sampel :182 karyawan Pengaruh Transformational leadership (X1) terhadap employee creativity (Y)" Metode Analisis Data: Analisis regresi Pengaruh Leader task support(X2) terhadap creativity(Y) Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Leader relations support (X3) terhadap creativity(Y) Berpengaruh signifikan (+) Berpengaruh signifikan (+) Sampel : 155 respondents Pengaruh Transformational leadership (X1) terhadap Organization Learning (Y1)" Teknik Sampling: Teknik Proposional Random Sampling Pengaruh Servant leadership(X2) terhadap job Berpengaruh signifikan (+) Sampel : seluruh79 respondents Metode Analisis Data: Smart PLS Program http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Comparative Analysis",Journal Springer Science+Business Volume 116 No. 443 10 Gadot,Eran Vigoda,2015. "Leadership style,Organization al Politics, and Employees Performance", Journal Emerald Group Publishing Limited Volume 36 Nomor 5. satisfaction(Y2) Metode Analisis Data: the sampling AMOS Pengaruh Organization Berpengaruh learning (Y1) terhadap signifikan (+) Organization Performance (Y2) Populasi :78 managers Pengaruh transformational leadership terhadap the performance of the role and OCB Berpengaruh signifikan (+) Pengaruh Transformational leadership terhadap organizational politics Pengaruh transactional leadership terhadap organizational politics Berpengaruh signifikan (+) pengaruh perceptions of organizational politics terhadap the performance of the role of employees Berpengaruh signifikan (+) Sampel : 78 respondents Teknik Sampling: Sampling jenuh Metode Analisis Data: Analisis Regresi Berpengaruh signifikan (+) G. Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan Menurut Palgunanto,et al (2010) menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Tucunan,et al (2014) menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 H1 : Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seorang menaati peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi (Hasibuan,2013). Penelitian mengenai pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pernah dilakukan Adietya Arie Hetami (2008) yang menghasilkan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan 3. Pengaruh Kreatifitas Terhadap Kinerja Karyawan Menurut Munandar (2012), Kreatifitas atau berfikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Seperti penerimaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis). Menurut Barron dalam Munandar (2012), Kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele dalam Munandar (2012), Kreatifitas adalah “kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna”. Penelitian mengenai pengaruh Kreatifitas terhadap kinerja pernah dilakukan oleh Farid Alisyahbana, Iriani Ismail, dan RM Moch Wispandono yang menghasilkan Kreatifitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Kreatifitas berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, maka dapat digambarkan model penelitian pada Gambar 2.1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 Kepemimpinan Transformasional (X1) Disiplin kerja Kinerja (X2) (Y) Kreativitas (X3) Gambar 2.1 Model Rerangka Konseptual Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/