BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, terutama rhinovirus
dan coronavirus, disertai terjadinya infeksi akut pada mukosa sistem pernapasan
atas. Flu pada umumnya tidak berbahaya dan biasanya menghilang dalam waktu
satu atau dua minggu tanpa pengobatan, namun gejala yang ditimbulkan seperti
bersin, batuk dan hidung tersumbat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh
karena itu, pengobatan simptomatik (penghilang gejala) merupakan strategi
pengobatan utama dalam tatalaksananya. Pengobatan simptomatik didasarkan
pada resep obat yang memiliki efek analgesik dan antipiretik (antinyeri dan
demam), dekongestan (pelega hidung tersumbat), antihistamin (antialergi untuk
mengurangi bersin-bersin), ekspektoran dan antitusif (pereda batuk yang
menyertai). Efek tersebut dapat dicapai melalui kombinasi obat mengingat tidak
ada obat tunggal dapat memiliki semua efek tersebut (Oliveira dan Bastos, 2009).
Pseudoefedrin HCl (PSE), guaifenesin (GUA) dan deksklorfeniramin
maleat (DEKS), merupakan komposisi yang umum ditemukan dalam obat flu.
Kombinasi zat aktif tersebut biasanya diformulasikan oleh industri farmasi dalam
berbagai variasi bentuk sediaan, salah satunya adalah sirup. Terkait dengan dosis
yang dianjurkan, pada umumnya pabrik obat menetapkan formula obat flu
multikomponen dengan proporsi kandungan zak aktif yang sangat berbeda. Hal
inilah yang menyebabkan kesulitan pada penetapan kadar zat aktif dalam obat
tersebut. Selain itu, perbedaan sifat fisika-kimia masing-masing zat aktif, salah
satunya adalah polaritas, juga membuat obat flu multikomponen sulit ditetapkan
kadarnya (Louhaichi dkk., 2009).
Analisis bahan aktif pada sediaan obat jadi merupakan salah satu bentuk
kontrol kualitas yang dilakukan oleh industri farmasi untuk menjamin khasiat dan
keamanan obat bagi konsumen (Kaale dkk., 2013). Penelitian terdahulu
menetapkan kadar masing-masing zat aktif secara terpisah. Namun hal ini jelas
tidak efisien karena membutuhkan banyak waktu dan biaya. Oleh karena itu,
diperlukan metode yang efisien namun tetap memenuhi parameter validasi dalam
menetapkan kadar zat aktif dalam obat flu multikomponen. Berbagai metode telah
dikembangkan untuk menetapkan kandungan zat aktif dalam obat flu. Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) baik dengan detektor UV, fluoresen
maupun detektor spektrometer masa merupakan teknik yang paling banyak dipilih
(Louhaichi dkk., 2009).
Penetapan kadar parasetamol, pseudoefedrin HCl, dekstrometorfan HBr
dan klorfeniramin maleat pada tablet obat flu secara simultan dilakukan oleh AlRimawi (2010) dengan metode KCKT fase normal. Pada 2002, Barbas
mengembangkan validasi metode penetapan kadar parasetamol, fenilefrin dan
klorfeniramin dalam tablet obat flu secara KCKT fase terbalik dengan waktu
analisis yang relatif panjang, yaitu 20 menit. Dhaneshwar dkk., (2011) melakukan
penetapan kadar parasetamol, fenilpropanolamin HCl dan cetirizin HCl secara
simultan dalam sedian obat flu menggunakan KCKT fase terbalik dengan fase
gerak metanol dan dapar fosfat pH 7.
Metode KCKT fase terbalik yang banyak digunakan untuk analisis obat
flu memiliki keterbatasan dalam memberikan pemisahan yang baik dan bentuk
puncak yang simetris untuk senyawa yang bersifat basa dan hidrofilik seperti
Pseudoefedrin HCl yang memiliki nilai log P < 1,74 dan pKa > 9 (Heaton dkk.,
2012). Beberapa kolom yang digunakan pada sistem KCKT tidak tahan terhadap
pH yang terlalu asam atau terlalu basa. Rentang pH terbaik untuk pemisahan
dengan kolom berbasis silika adalah 2 – 8. Akan tetapi, pada pH tersebut
senyawa-senyawa basa akan mengalami ionisasi sehingga menjadi bersifat polar
dan tidak tertahan di kolom. Selain itu, pada pH > 3 gugus silanol akan
mengalami ionisasi sehingga dapat berikatan dengan analit basa yang terion dan
menghasilkan pengekoran puncak. Dengan demikian, perlu digunakan reagen
pasangan ion agar analit dapat tertahan di kolom dan mengurangi terjadinya
pengekoran puncak (Ornaf dan Dong, 2005).
Oliveira dan Bastos (2009) melakukan uji pendahuluan untuk
memperoleh kondisi optimum untuk analisis beberapa senyawa dalam sediaan
obat flu secara KCKT. Beberapa komposisi fase gerak seperti metanol, asetonitril
dan air dengan berbagai perbandingan dioptimasi. Namun, hasil optimasi yang
paling baik didapat dengan penambahan reagen pasangan ion dalam fase gerak
yang digunakan. KCKT pasangan ion merupakan salah satu pengembangan
metode KCKT fase terbalik yang dapat memisahkan analit-analit yang terionisasi
dan bersifat hidrofilik tanpa terganggu oleh matriks dan tetap dapat memberikan
puncak yang simetris (Khan dan Riaz, 2014).
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah penetapan kadar PSE, GUA dan DEKS dapat dilakukan secara
simultan dengan metode KCKT pasangan ion dan bagaimanakah
validitasnya?
2.
Apakah metode yang telah dioptimasi dan divalidasi tersebut dapat
diaplikasikan pada penetapan kadar PSE, GUA dan DEKS dalam sediaan
sirup obat flu?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa pustaka melaporkan metode telah digunakan dalam
penetapan kadar kombinasi zat aktif dalam obat flu. Barbas dkk. (2002)
mengembangkan metode penetapan kadar parasetamol, fenilefrin dan
klorfeniramin secara KCKT dengan elusi gradien. Validasi dan penetapan
kadar parasetamol, fenilpropanolamin HCl, dan cetirizin HCl secara simultan
pernah dilakukan oleh Dhaneshwar dkk. (2011) dengan metode KCKT fase
terbalik. Penelitian lain dilakukan oleh Ansari dan Kazemipour (2005) untuk
menetapkan kadar klorfeniramin maleat, fenilefrin HCl dan fenilpropanolamin
HCl secara simultan dengan metode spektrofotometri derivatif. Rata-rata %
perolehan kembali yang didapatkan dengan metode tersebut adalah 95,3%
dengan RSD 4,3% untuk fenilefrin HCl; 101,5% dengan RSD 1,4% untuk
fenilpropanolamin HCl; dan 99,4% dengan RSD 1,5% untuk klorfeniramin
maleat.
Louhaichi
pseudoefedrin,
dkk.
feniramin,
(2009)
mengembangkan
guaifenesin,
pirilamin,
metode
pemisahan
klorfeniramin
dan
dekstrometorfan secara simultan secara KCKT. Penelitian tersebut bertujuan
untuk memisahkan komponen-komponen zat aktif dalam obat flu tanpa
penggunaan reagen pasangan ion dalam fase geraknya karena penambahan
reagen tersebut dianggap dapat memperlambat waktu retensi zat aktif sehingga
memperlama waktu analisis. Namun dalam penelitian tersebut tidak disebutkan
nilai tailing factor dari masing-masing senyawa sehingga tidak diketahui
apakah parameter tailing factor pada metode tersebut memenuhi persyaratan
atau tidak.
Penggunaan reagen pasangan ion dalam penelitian yang dilakukan
penulis dimaksudkan untuk mengurangi pengekoran puncak dari senyawa yang
mengalami ionisasi pada waktu analisis. Hal ini dibuktikan dengan nilai tailing
factor yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan studi pustaka, belum ada
penelitian mengenai validasi metode penetapan kadar campuran PSE, GUA
dan DEKS dalam sediaan sirup secara simultan dengan metode KCKT
pasangan ion.
Metode KCKT pasangan ion adalah salah satu metode terpilih yang
digunakan dalam pemisahan dan penetapan kadar campuran pseudoefedrin
HCl, guaifenesin dan deksklorfeniramin maleat. Penambahan pasangan ion ini
ditujukan untuk mengurangi tailing factor dan meningkatkan selektivitas analit
yang bersifat ionik pada kolom berbasis silika. Dengan
penelitian ini
diharapkan dapat diperoleh metode penetapan kadar masing-masing zat aktif
tersebut yang efisien namun tetap memiliki akurasi, presisi, linieritas, dan
selektivitas yang baik.
3. Urgensi penelitian
a.
Kepentingan Metodologis. Penelitian ini memberikan informasi
tentang pengembangan metode analisis untuk penetapan kadar PSE, GUA dan
DEKS dalam sirup obat flu yang valid agar nantinya dapat digunakan sebagai
metode analisis alternatif.
b.
Kepentingan Praktis. Penelitian ini dapat digunakan untuk
menetapkan kadar PSE, GUA dan DEKS dalam sirup obat flu yang beredar di
masyarakat sekaligus dapat memberi informasi terkait kebenaran kadar dari
komponen-komponen yang terkandung dalam obat flu tersebut.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah:
1.
Untuk memperoleh metode penetapan kadar PSE, GUA dan DEKS secara
simultan dengan metode KCKT pasangan ion dengan parameter validasi yang
memenuhi kriteria.
2.
Untuk mengetahui apakah metode tervalidasi tersebut dapat digunakan untuk
menetapkan kadar PSE, GUA dan DEKS dalam sediaan sirup obat flu.
Download