ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA ‘’QASIDAH BARZANJI’’ KARYA WS RENDRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : WILDAH NIM. 107051000068 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 17 Juni 2011 WILDAH ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA ‘’QASIDAH BARZANJI’’ KARYA WS RENDRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: WILDAH NIM. 107051000068 Pembimbing: DRS. JUMRONI. M.Si NIP. 1963 0515 1992031 006 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011 M ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA .'QASIDAH BARZANJI" KARYA WS RENDRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: WILDAH Tr*. 1070s1000068 AL Pembimbing: DRS. JUMRONI. M.Si NIP. 1953 05ls 1992031 006 ,iil JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKUI-,TAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA t432rJn011 M PENGESA}IAN PANITIA UJIAN skripsi judul Analisis '(Qasidah Barzanjit' Karya rsi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama ws Rendra sudah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada anggal 21 Juni 2011. skripsi terima ini sudah di sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Program Studi Komunikasi dan penyiaran Islam. Jakartia, 27 Agustus 2011 Sidang Munaqasyah Ketua Sidang Sekertaris Sidang 1 I Subhan. MA 16198103 I m2 ,f N"IP. 19710816 Anggota 198103 1 002 NIP. Pembimbing C-t / crf Drs. Jumroni. M.Si F[IP. 19630515 199203 1 006 1 Wildah Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra ABSTRAK Di zaman modern ini, banyak sekali media yang digunakan untuk berdakwah seperti radio, televisi, dan media cetak. Bahkan seni drama pun bisa dijadikan alat untuk berdakwah. Contoh drama teater yang mengisahkan tentang religi. Naskah drama Qasidah Barzanji merupakan karya lama Rendra yang telah dipentaskan pertama kali tahun 1969 dan mencapai Box Office yang sampai saat ini belum tertandingi. Qasidah Barzanji ini, berisi shalawat serta pujian untuk Rasul yang isinya penuh dengan keindahan-keindahan Islam yang terlihat dari kata-kata sholawat dan pujian tersebut sekaligus untuk mereaktualisasikan kembali nilai hari-hari besar Islam. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan analisi naskah drama dan mengkhususkan pada dialog Solo Putra dengan merumuskan dua pertanyaan yakni, Pesan apa saja yang terkandung dalam naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra? Pesan apa yang cenderung mendominasi isi naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra? Untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal, dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasikan isi pesan, seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu, konsep, tema atau penyajian suatu informasi. Untuk memperoleh data yang akurat dan objektif dengan menggunakan tiga orang juri yang kompeten. Untuk memperoleh data dari penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, wawancara, teknik pengolahan dengan menggunakan coding sheet atau lembar koding dan analisis data dengan menggunakan teori Holsti. Dan selanjutnya peneliti menggunakan Teori Holsti (1969) untuk mencari koefisien reliabilitas, kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata serta perbandingan nilai keputusan antar juri. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis. Setelah peneliti menganalisis isi pesan dakwah naskah drama Qasidah Barzanji pada tiap dialog yang berjumlah 44 item, dengan pesan-pesan dakwah yang disampaikan mengandung tiga kategori yakni aqidah, syari’ah, dan akhlak. Maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pesan paling dominan adalah pesan akhlak, subkategorinya akhlak kepada makhluk yakni membahas tentang sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. . i KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah ibn Abdul Muthallib. Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan berbagi waktu dengan mengikuti matakuliah yang nilainya belum memenuhi syarat. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, walau mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis. Peneliti persembahkan segalanya kepada ayahanda H. Ismail dan kepada ibunda tersayang Hj. Herlina, yang dengan ketegaran hatinya dalam menghadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi peneliti serta air susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa peneliti. Adik-adik tersayang Naili Soraya, ii Ahmad Noval, Ahmad Fauzan, Misela, Ahmad Kafi yang selalu mendoakan peneliti agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Selanjutnya peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A., selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A., selaku Pudek III. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni, M.Si., dan Kepada Sekertaris Jurusan Ibu Umi Musyarrofah, M.A. 3. Bapak. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan. 5. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini. 6. Bpk Edi Haryono selaku Kordinator Bengkel Teater Rendra, yang telah memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah kesibukan. iii 7. Zakki Rosmi Mubarok, Muhammad Budi, Dewi Puspita Sari Serta semua pihak yang telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini. 8. Keluarga Besar KPI D angkatan 2007 dan umumnya KPI angkatan 2007, serta kakak-kakak senior teman sepermainan yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi peneliti. 9. Keluarga Besar KKN Cicangkang Hilir – Cipongkor - Bandung tahun 2010. Semoga tali silaturahmi ini tidak pernah putus. 10. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini. Pada akhirnya peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat peneliti berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal Alamin. Jakarta, 17 Juni 2011 Wildah iv DAFTAR ISI ABSTRAK. ................................................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................................ . ii DAFTAR ISI................................................................................................. v DAFTAR TABEL........................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... . viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7 D. Metodologi Penelitian ............................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 15 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 16 BAB II LANDASAN TEORITIS ANALISIS ISI, DAKWAH, DAN DRAMA A. Analisis Isi ................................................................................ 17 B. Ruang Lingkup Dakwah ........................................................... 18 1. Pengertian Dakwah .............................................................. 18 2. Pesan Dakwah ...................................................................... 20 3. Kategorisasi Pesan Dakwah ................................................. 22 C. Ruang Lingkup Drama.............................................................. 27 1. Pengertian Drama dan Naskah Drama ................................. 27 2. Pengertian Qasidah Barzanji ................................................ 30 3. Karakteristik Drama ............................................................. 30 4. Drama sebagai Media Komunikasi ...................................... 32 5. Dakwah sebagai Bentuk Komunikasi ................................... 33 v BAB III GAMBARAN UMUM NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI A. Sekilas Tentang Isi Naskah Drama Qasidah Barzanji .............. 35 B. Sinopsis Naskah Drama Qasidah Barzanji ............................... 38 C. Biografi WS Renda ................................................................... 39 BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI KARYA WS RENDRA A. Pesan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji ....................................................................... 47 B. Pesan Dakwah yang Dominan di antara Pesan Dakwah Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji ..................................................................................... BAB V 71 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 74 B. Saran-saran................................................................................ 75 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 77 LAMPIRAN……………………………………………………………….. 80 vi DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kategori Isi Pesan .......................................................................... 10 Tabel 1.2 Hasil Kesepakatan Antar Juri Secara Keseluruhan ....................... 11 Tabel 4.1 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Aqidah ................... 51 Tabel 4.2 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak ......................... 63 Tabel 4.3 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah ......................... 69 vii DAFTAR LAMPIRAN 1. Rekapitulasi penilain dewan juri 2. Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi 3. Wawancara pribadi dengan Edy Haryono 4. Cover naskah drama qasidah barzanji viii BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Masalah Pada mulanya Islam disebarkan dengan cara mulut ke mulut atau dikenal dengan ceramah. Cara berdakwah seperti ini dianggap sangat efektif, walaupun hambatannya sangat besar. Dakwah merupakan bagian yang ada dalam suatu ajaran agama Islam yang mewajibkan pemeluknya untuk melakukan dakwah dengan menyampaikan informasi tentang ajaran Islam. Banyak cara yang dilakukan untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat, karena berdakwah bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Cara langsung, banyak kita jumpai seperti seorang da’i dan mad’u dengan tatap muka. Sedangkan dakwah yang tidak langsung, yaitu dimana da’i dan mad’u menggunakan media atau sarana dakwah, seperti televisi, radio, dan media cetak. Tetapi selain media massa tersebut, proses di zaman sekarang ini sudah banyak menggunakan kesenian yang bernuansa islami sebagai sarananya, seperti kesenian teater atau drama. Sebenarnya drama bergerak hanya pada lingkup hiburan yang para aktornya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun mereka sudah sadar bahwa profesinya itu dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Menurut Bahri Ghozaly, dakwah dengan mengunakan media komunikasi, lebih efektif,dan efisien, atau dengan bahasa lain yaitu dakwah yang demikian merupakan dakwah yang komunikatif, yang tentu saja ini semua tanpa 1 2 mengurangi arti dakwah secara langsung.1 Dakwah pada zaman sekarang memanglah tidak cukup jika dilakukan hanya dengan menggunakan lisan saja, tetapi dibutuhkan tulisan agar pesan dakwah yang ingin disampaikan dapat diterima dan lebih dimengerti oleh masyarakat. Dakwah, menyeru kepada Dinullah, adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dan mengikutinya merupakan keharusan, sebab Allah SWT berfirman:2 “Katakanlah: Inilah jalan (Din)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang yang musrik.” (Yusuf 108) Lebih dari itu, dakwah menuju jalan Allah adalah merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikut mereka, dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terangnya cahaya, dari kekufuran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju tauhidullah, dan dari neraka menuju surga-Nya. Islam melarang keras pemaksaan agama, karena Islam datang dengan mengetuk pikiran dan perbuatan manusia serta semua potensi kesadaran yang dimiliki. Ia berbicara kepada akal dan kesadaran manusia yang aktif, sebagaimana ia juga berbicara pada fitrah yang merupakan hakikat primer manusia, tanpa sedikitpun menggunakan unsur paksaan. 1 M. Bahri Ghozaly, Dakwah Komunikasi Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33. 2 Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, Manhaj Da’wah Para Nabi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 7. 3 Didalam proses komunikasi, apabila sebuah pesan sudah diartikan sama, selanjutnya tujuan komunikasi adalah terwujudnya partisipasi yang berbentuk perubahan atau pembentukan sikap dari komunikasi sesuai dengan tujuan yang ditentukan pihak komunikator. Akan tetapi dalam memahami sikap manusia, bukan sesuatu yang sederhana karena faktor pengalaman dan referensi yang dimilikinya akan banyak menentukan pola sikapnya terhadap suatu objek tertentu. Dalam hubungan inilah kita sadari bahwa peranan lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun bersifat ideologis merupakan faktor yang sangat dominan dalam membentuk sikap seseorang.3 Drama adalah seni yang mengungkapkan perasaan dengan mempergunakan tingkah laku jasmani dan ucapan kata-kata. Drama bisa juga diartikan suatu aksi atau perbuatan. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama, di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Rangsangan yang mendorong orang untuk bermain drama adalah hasrat untuk meniru. Didalam sebuah drama, pemain itu memainkan peran. Peran adalah gambaran orang.4 Seorang pemain akan menghidupkan gambaran perannya dengan gerakan tubuh dan suaranya. Oleh karenanya, seorang aktor yang sejati dan bermutu tinggi harus punya kecerdasan yang tinggi pula. Sedang sang penulis naskah drama harus menciptakan tulisan atau ucapan yang tepat untuk diucapkan oleh sang pemain, sehingga menghidupkan peran yang akan dimainkannya. Oleh 3 4 Toto Tasmara, Komunikasi dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 19-20. Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 76. 4 karena itu, didalam menilai suatu pertunjukan drama, kita harus bisa membedakan antara mutu naskah dan mutu permainan. Bentuk dan isi kesenian adalah hasil dari kesadaran sang penciptanya. Semakin total dan tekun sang seniman mengerahkan kesadarannya di dalam mencipta, semakin tinggi pula mutu kesenian yang dihasilkannya. Naskah drama mulai sangat dibutuhkan, karena dialog yang dalam dan otentik dianggap sebagai mutu yang penting. Para remaja zaman sekarang memang sulit melepaskan diri dari seni barat yang terus masuk kedalam dirinya. Untuk membendung arus kebudayaan barat yang semakin tidak dapat terlepas dari gaya modern, maka dakwah haruslah bersifat progresif, mengikuti perkembangan zaman dan haruslah sanggup tampil dengan konsep-konsep yang unggul dalam membimbing dan mengendalikan perkembangan masyarakat. Dari sebab itulah, aktivitas dakwah harus selalu senantiasa meningkatkan mutu dakwahnya dari masa ke masa serta kualitas individu dan masyarakatdalam segala aspek dan lapangan kehidupan dapat terlihat dari waktu ke waktu dan sesuai ajaran Islam.5 Drama masih merupakan kesenian yang muda di Indonesia ini, perkembangannya yang nyata, baru nampak di atas tahun 1920, ialah suatu kurun masa yang dalam kesusastraan dinamai Zaman Balai Pustaka. Tetapi waktu itu naskah-naskahnya masih berupa naskah terjemahan. Setelah datang zaman Pujangga Baru muncullah beberapa naskah-naskah asli karya seniman-seniman Indonesia dan lazim dipertunjukkan pada berbagai-bagai pembukaan kongres. 5 h. vi. Hasanuddin Abu Bakar, Meningkatkan Mutu Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1999), 5 Kemudian ketika datang zaman Jepang drama atau sandiwara mencapai kepopuleran yang besar, karena dipergunakan sebaik-baiknya sebagai alat propaganda oleh pemerintahan Jepang. Sayang sekali bahwa kepopulerannya yang besar berarti turun kualitas keseniannya. Akhirnya sampailah pada zaman sekarang, drama memang tumbuh, tetapi tumbuhnya tidak subur meskipun tidak terlepas dari harapan. Dengan hal ini, maka masih perlu diadakan pendidikan selera pada penonton. Hal ini bukan berarti, bahwa seniman harus mengabdi selera penonton, tetapi pendidikan selera yang sebenarnya haruslah dimulai kanak-kanak. Apabila sejak kanak-kanak mereka sudah mendapat didikan untuk menghargai dan mencintai drama, pastilah kelak apabila ia dewasa merupakan penonton drama yang setia. Meskipun semuanya itu juga tidak bisa menunjukkan adanya kesuburan pertumbuhan drama, tetapi tetap menunjukkan adanya harapan untuk masa depan. Di sisi lain dapat dilihat bahwa dunia seni, khususnya seni teater yang semakin marak justru semakin menyimpang dari dimensi Islam dan Moralitas. Dengan hadirnya Islam, medan garapan seni teater sendiri akan bertambah. Seni teater hampir sudah menjadi komoditi yang sangat laris dan diminati oleh masyarakat, karena teater dapat menjadi penghibur, dan luapan emosi jika sedang mementaskan naskah drama yang akan dipentaskannya. Salah satu drama yang didalamnya terdapat pesan dakwah, yaitu drama “Qasidah Barzanji” karya WS Rendra. Karena drama “Qasidah Barzanji” ini, berisi shalawat serta pujian untuk Rasul yang isinya penuh dengan keindahan-keindahan Islam yang terlihat dari 6 kata-kata sholawat dan pujian tersebut sekaligus untuk mereaktualisasikan kembali nilai hari-hari besar Islam. Dan juga karena drama Qasidah Barzanji merupakan salah satu pendorong WS Rendra untuk masuk Islam yang sebelumnya beliau beragama Katolik, namun beliau sendiri mengatakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa beliau sebenarnya tidak beragama. Drama yang berjudul Qasidah Barzanji ini merupakan karya lama Rendra yang telah dipentaskan pertama kali tahun 1969 dan mencapai Box Office yang sampai saat ini belum tertandingi.6 Maka dengan hal ini, peneliti tertarik mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama “Qasidah Barzanji” karya WS Rendra. b) Pembatasan dan Perumusan Masalah Penulisan ini dibatasi pada dialog-dialog yang terdapat dalam penokohan pada naskah Qasidah Barzanji karya WS Rendra. Sehingga peneliti hanya menganalisis naskah drama tersebut. Mengacu pada hal diatas, dirumuskan kedalam perumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Pesan apa saja yang terkandung dalam naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra? 2. Pesan apa yang cenderung mendominasi isi naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra? 6 www.scribd.com, di akses pada tanggal 1 Januari 2011 7 c) Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pesan-pesan yang terkandung dalam naskah drama “Qasidah Barzanji” dan mengetahui pesan yang paling dominan di dalam naskah drama ini. Manfaat Penelitian a. Manfaat praktis yaitu menambah intelektual, wawasan dan gambaran secara utuh tentang dunia naskah drama yang mengandung pesan dakwah. Menjadi motivasi para penonton agar lebih tau dan mengerti tentang kearifan Rasul. b. Manfaat akademis yaitu memberikan kontribusi tentang pengembangan media dakwah dengan memasukkan pesan dakwah kedalam karya tulis berupa naskah drama. d) Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis (analisis isi), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi.7 Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. 7 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press, 2006), hal. 66. 8 Metode analisis isi juga diartikan sebagai objek data analisis secara manifest yaitu di analisis menurut apa yang di katakannya (tersurat) bukan menurut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat). 8 Penelitian ini agar menjadi lebih relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan, yang masingmasing dari mereka mempunyai pemahaman di bidangnya, seperti, aqidah, syari’ah, dan akhlak. Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca naskah drama “Qasidah Barzanji” karya WS Rendra yang dipentaskan oleh aktor-aktor Bengkel Teater, dan unit pengamatannya adalah tiap dialog antar pemain yang mengandung pesan-pesan dalam naskah drama tersebut. a. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Sumber utama (primary source) yang memperkaya data-data penelitian, atau semua hal yang berhubungan langsung dalam naskah drama ini.9 Sedangkan objek penelitian ini adalah suatu hal yang diteliti. Singkatnya, subjek penelitian ini adalah Naskah Drama, dan yang menjadi objeknya adalah pesan dakwah dalam naskah drama “Qasidah Barzanji” karya W.S Rendra. 8 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hal.7. 9 Beberapa literature menjelaskan, adanya perbedaan dalam merumuskan subjek penelitian. Sebagian lainnya mengatakan jika subject adalah narasumber atau responden yang memberikan informasi atau menjadi sample dalam sebuah penelitian mengenai suatu masalah yang akan di teliti. Lihat: Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1968). 9 2. Penetapan Juri Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan yaitu: 1. Edy Haryono, Aktor pementasan drama “Qasidah Barzanji” di Bengkel Teater. 2. Muhammad Berbudi, Guru di Qasidah Melati Teater 3. Dewi Puspita Sari, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ustadzah di pondok pesantren Miftahul Ulum – Cilandak, Jakarta Selatan. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi yaitu pengamatan yang bertujuan unntuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. 10 Dengan ini penulis mendatangi langsung ke Bengkel Teater Rendra guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian. b. Wawancara Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.11 c. Studi Dokumentasi Dengan mengumpulkan data-data berupa buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian, buku komunikasi, buku dakwah, 10 Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayumedia, 2004), hal. 1. 11 Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, hal. 63. 10 buku sastra, dan naskah drama. Dokumentasi adalah mencari data mengenai halhal atau variabel12 dengan melakukan teknik pengumpulan data dan memperbanyak dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti. 4. Teknik Pengolahan Setelah peneliti mendapatkan data, peneliti menggunakan coding sheet, yaitu tabel yang berisi kategori pesan yang menjadi objek penelitian. Coding sheet dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan. Penyusunan kategorisasi pesan yang diteliti meliputi tiga kategori besar yaitu Aqidah, Akhlak, dan Syariah. Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari isi pesan dakwah pada naskah drama “Qasidah Barzanji”, maka peneliti membuat kategori-kategori pesan dakwah sesuai dalam bentuk tabel kategorisasi berikut: Tabel 1.1 Kategorisasi Isi Pesan No. Kategorisasi 1. Aqidah 2. Syari’ah 3. Akhlak Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), hal. 206. 11 berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Aqidah bisa juga diartikan sebagai iman kepada Allah iman kepada malaikat, iman kepada kitab suci al-Qur’an, iman kepada rasul Allah, iman kepada qada dan qadar, iman kepada hari kiamat. Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Jadi, Akhlak adalah ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang tinggi. Syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Syariah yaitu yang berhubungan dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Allah dalam mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia. 5. Analisis Data Setelah membuat tabel kategorisasi di atas, selanjutnya peneliti menggunakan rumus Holsti (1969) yang menjadi acuan dalam analisis secara kuantitatif untuk mencari koefisien realibilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri sebagai berikut: Tabel 1.2 Hasil kesepakatan antar juri secara keseluruhan No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai 1 Ke 1 dan 2 44 42 2 0,95 2 Ke 1 dan 3 44 40 4 0,90 3 Ke 2 dan 3 44 42 2 0,95 12 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kesepakatan antar juri secara keseluruhan cukup tinggi, akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut: Juri I dengan juri II; Koefisien Realibilitas = 2M N1 N 2 = 2.42 44+44 = 84 88 = 0,95 Juri I dengan juri III; Koefisien Realibilitas = 2M N1 N 2 = 2.40 44+44 = 80 88 = 0,90 Juri II dengan juri III; Koefisien Realibilitas = 2M N1 N 2 2.42 = 44+44 84 = 88 = 0,95 13 Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus: 𝑥 3 X = = = 0,95+0,90+0,95 3 2,8 3 = 0,93 Jadi, nilai rata-rata jurinya adalah 0,93. Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Komposit Realibilitas = = N ( X antar juri) 1 ( N 1) ( X antar juri) 3.0,93 1+2.0,93 2,79 = 2,86 = 0,98 Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I (satu) dengan II (dua) nilai yang dihasilkan adalah 0,95, dengan jumlah kesepakatan 42 item dan ketidaksepakatan 2 item. Untuk juri I (satu) dengan III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,90, dengan kesepakatan 40 item dan ketidaksepakatan 4 item. Sedangkan untuk juri II (dua) dengan III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,95, dengan jumlah kesepakatan 42 item dan ketidaksepakatan sebanyak 2 item. 14 Ini berarti bahwa antar juri I (satu) dengan juri II (dua), dan juri II (dua) dengan juri III (tiga) memperoleh nilai tertinggi yaitu 0,95, sedangkan juri I (satu) dengan III (tiga) memperoleh nilai terendah yaitu 0,90. Dengan demikian, untuk nilai Komposit Realibilitas secara keseluruhannya adalah 0,98 atau 98%, dari hasil perhitungan tersebut, penelitian ini memiliki tingkat validitas yang tinggi karena menggunakan tiga orang juri. Dengan adanya ketiga juri maka tidak akan terjadi kekeliruan data sehingga dapat dikatakan akurat dan objektif. Dan untuk menemukan rincian hasil dari isi pesan dakwah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti akan menampilkan prosentase satu per satu kategorisasi pesan, dengan menggunakan rumus: 𝐹 𝑃 = 𝑁 𝑋 100% Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah data Setelah data terkumpul, analisa dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap kalimat masuk kekategori apa, Aqidah, Syariah, atau Akhlak, kemudian dianalisa untuk mencari isi pesan yang terkandung di dalam naskah tersebut. 15 e) Tinjauan Pustaka Terdapat cukup banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, namun hanya yang berkaitan tentang program radio, program televisi, novel, dan film. Sedangakan tentang naskah drama belum ada. Maka penulis, mengambil beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi ini, antara lain: Manajemen Pementasan Shalawat Barzanji Bengkel Teater Rendra, ditulis oleh Maryati, Jurusan Manajemen Dakwah. Metode yang digunakan pendekatan Kualitatif. Skripsi ini menjelaskan produksi pementasan tersebut, kegiatan sebelum pementasan tersebut, dan manajemennya saat pementasan berlangsung. Peranan Teater Sebagai Media Dakwah (Studi Analisis Teater Benteng Remaja Tangerang), ditulis oleh Apih Hesubekti. Analisa Struktural Syair Pada Kitab al-Barzanji, ditulis oleh Susiawati, Konsentrasi Bahasa dan Sastra. Skripsi ini menganalisis teks-teks syair yang terkandung di dalam Kitab al-Barzanji dengan melihat dari sisi bahasa, tepatnya pada sisi nahu dan balaghah, wazn, dan qafiyah. Maksud tinjauan pustaka ini, agar dapat mengetahui bahwa apa yang ditulis oleh penulis sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. 16 f) Sistematika Penulisan BAB I, Pendahuluan berisi tentang Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka, Sistematika penulisan. BAB II, Landasan Teoritis berisi tentang Pengertian analisis isi, Ruang lingkup dakwah yang berisi tentang pengertian dakwah, pesan dakwah dan kategorisasi pesan dakwah, sekaligus Ruang Lingkup Drama yaitu pengertian drama dan naskah drama, karakteristik, drama sebagai media komunikasi, dan dakwah sebagai bentuk komunikasi. BAB III, Gambaran Umum berisi tentang Isi naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra, Sinopsis naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra, Biografi WS Rendra. BAB IV, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji Karya WS Rendra berisi tentang Pesan Akidah, Akhlak, dan Syariah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, Kategorisasi pesan yang paling dominan dalam naskah drama Qasidah Barzanji. BAB V, Penutup berisi tentang Kesimpulan dan Saran. 17 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Analisis Isi Analisis Isi, adalah suatu tehnik penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan dakwah. Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang Reflicable atau Reflicarfi (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya.1 Analisis Isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.2 Adapun lima tujuan analisis isi, antara lain: (1) menggambarkan isi komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3) membandingkan isi media dengan “dunia nyata”, (4) melalui Imej suatu kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi efek media.3 1 Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodolog, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 56. 2 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 233. 3 Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2004), h. 171. 17 18 Dalam teknik Analisis Isi juga memiliki kekurangan yaitu content analysis dibatasi pada pengujian komunikasi tercatat untuk suatu hal. komunikasi demikian bisa lisan atau tulisan tetapi harus dicatat dengan beberapa cara untuk memungkinkan analisis.4 B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’wah, merupakan mashdar dari kata kerja da’a, yad’u yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Dakwah juga berarti do’a, yakni permohonan kepada Allah. Dakwah menurut Quthub, merupakan ajakan kepada suatu bentuk kehidupan yang sempurna, kehidupan dalam semua bentuk dan seluruh maknanya yang sempurna.5 Allah berfirman: „‟Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (Q.S al-Anfal: 24). Menurut Nasarudin latif, dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak ilamiah.6 4 5 Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, hal. 184. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT Penamadani, 2008), h. 146. 6 Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara), h. 11. 19 Dakwah itu ada tiga macam, yaitu: a. Dakwah umat Islam terhadap sekalian umat manusia, supaya mereka memeluk agama Islam dengan kemauan hati mereka sendiri, bukan dengan paksaan. b. Dakwah sebagian kaum muslimin terhadap sebagian yang lain, menyerukan dengan ma’ruf, dan melarang dari yang munkar sesama mereka. c. Dakwah atau menasehati antara seseorang dengan yang lain, sesama kaum muslimin. Bagi Sayyid Quthub, dakwah adalah usaha orang beriman mewujudkan ajaran Islam dalam realitas kehidupan (iqamah manhaj ilahi li hayat albasyariyyah) atau usaha orang beriman mengokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia (iqrar li manhaj Allah fi al-bayah) baik pada tataran individu (fardiyyah), keluarga (usrah), masyarakat (mujtama‟), dan umat (ummah) demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7 Karena dakwah mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik, dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan manusia. Dakwah dapat pula diartikan sebagai upaya terus menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia ke jalan Allah, sehingga terbentuk sebuah masyarakat Islami. 7 147. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT Penamadani, 2008), h. 20 2. Pesan Dakwah Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya.8 Maddah Dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan Da’I kepada Mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi Maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.9 Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu:10 a. Al-Qur’an dan Al-Hadits. Merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu materi dakwah Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam. b. Opini Ulama. Islam menganjurkan umatnya untuk berpikir-pikir, berijtihad menemukan hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil AlQur’an dan hadits. Maka dari hasil pemikiran dan penelitian para ulama ini, bisa dijadikan sumber kedua, dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah. 8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cet. ke-3, hal. 312 9 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 24 10 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 63 21 Metode dakwah ada tiga cara, yaitu:11 1. Al- Hikmah Menurut Prof Thoha Jahja Omar MA, yaitu bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan. 2. Al- Mauidzatil hasanah Menurut Ki. M.A. Mahfoeld, hasanah dalam dakwah adalah sebagai krida ibadah kepada Allah SWT. Dan didalamnya mengandung: a. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya. b. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya, sehingga c. Menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali ke jalan Tuhannya, jalan Allah SWT. 3. Al- Mujadalah allati hiya ahsan Di dalam Tafsir Jalalain di sebutkan: Artinya: Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan Hujjah-Nya. Metode dakwah Nabi, ada tiga cara:12 11 Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 36-38. 22 1. Metode bi lisanil maqal. Metode dengan menggunakan tutur kata secara lisan dalam menyampaikan pesan dakwahnya. 2. Metode bi lisanil maktub. Metode ini dilaksanakan Nabi Muhammad melalui korespondensi atau penyampaian surat ke berbagai pihak. Dibagi kedalam tiga kategori, yaitu: a. Surat yang berisi seruan masuk Islam kepada non muslim, musyrikin, baik raja, amir, maupun perorangan. b. Surat berisi ajaran Islam. c. Surat berisi tentang hal-hal yang wajib dikerjakan nonmuslim terhadap pemerintah Islam. 3. Metode bi lisanil hal. Metode berdakwah melalui perbuatan dan perilaku konkret yang dilakukan secara langsung oleh Rasulullah. 3. Kategorisasi Pesan Dakwah Pada dasarnya dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun dakawah dapat di kategorisasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: 12 Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2004), h. 108-109. 23 1. Aqidah Aqidah secara etimologis berarti ikatan, dan angkutan. Secara tekhnis berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.13 Aqidah dalam Islam bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Menurut bahasa, Aqidah diambil dari kata al-Aqd, yaitu mengikat, menguatkan, teguh, dan mengukuhkan. Menurut istilah, Aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, Hari Akhir, takdir baik dan buruknya, dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama.14 Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, dalam sabdanya: Artinya:“Iman ialah engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhir dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk”. 13 Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 25. 14 Syaikh DR. Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah: Sesuai al-Qur‟an, as-Sunnah dan Pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), h. 3-4. 24 Di bidang aqidah ini, bukan tertuju pada masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi, meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan, dan sebagainya. Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat menghapus iman masuk didalamnya, antara lain:15 a. Mengingkari rububiyah Allah atau mengaku memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya. b. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah. c. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia meminta pertolongan selain Allah. d. Menolak sesuatu yang di tetapkan Allah untuk diri-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya. e. Mendustakan Rasulullah tentang sesuatu yang beliau bawa. f. Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah tidak sempurna atau menolak suatu hukum syara’ yang telah Allah turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna, dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah dan Rasul-Nya dengan hukum yang selainnya. g. Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik, sebab hal itu berarti meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rasul. 15 hal. 19-25. Agus Hasan Bashori, Kitab tauhid 2, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2001), 25 h. Mengejek-ngejek Allah atau al-Qur’an atau agama Islam atau pahala dan siksa dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah, baik itu gurauan atau sungguhan. i. Membantu orang musyrik untuk memusuhi orang Islam. j. Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran Rasulullah, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau. k. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau mengamalkannya. 2. Akhlak Akhlak atau Budi Pekerti, akhlak dalam aktifitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.16 Secara garis besar, akhlak Islam mencakup beberapa hal, yaitu:17 1. Akhlak manusia terhadap khalik 2. Akhlak manusia terhadap makhluk a. Akhlak terhadap manusia Yaitu: diri sendiri, tetangga, dan masyarakat luas lainnya. b. Akhlak terhadap bukan manusia Yaitu: flora, fauna, dan sebagainya. 16 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009), hal. 89-92. Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 25. 17 26 3. Syariah Syariat secara etimologis berarti jalan. Syariat Islam adalah satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta hubungan antar manusia dalam alam lainnya.18 Syariah dalam Islam, berhubungan berat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Maksudnya, masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalahmasalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia, seperti hukum jual-beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina, mencuri.19 a. Ibadah Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan doa. 20 Ibadah dibagi ke dalam dua kategori yaitu ibadah muqaiyadah dan ibadah mutlaqah. Ibadah muqaiyadah adalah ibadah yang tatacara pelaksanaanya telah diatur secara terinci dalam syarak, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah mutlaqah adalah ibadah yang tatacara pelaksanaannya tidak diatur secara terinci dalam syarak. 18 Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 45. 19 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60-61. 20 M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2000), Cet Ke-3, h. 235. 27 b. Muamalah Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.21 Jadi, pengertian muamalah adalah hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial. C. Ruang Lingkup Drama 1. Pengertian Drama dan Naskah Drama Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Kata drama berasal dari bahasa Yunani “dramoi” yang artinya adalah berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan menirukan.22 Dalam bahasa Inggris disebut drama, dan dalam bahasa Prancis disebut piece de theatre. Drama adalah suatu jenis sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan.23 Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan drama adalah karya yang memiliki dua dimensi, yaitu sebagai teks sastra dan sebagai seni pertunjukkan. Pengertian drama yang hanya diarahkan kepada seni pertunjukan atau seni lakon, ternyata memberikan citra yang kurang baik terhadap drama, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan kenyataanya memang drama sebagai suatu pengertian lebih difokuskan kepada dimensi genre sastranya. Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan 21 Abdul Madjid, Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), h.1. 22 Sihabudi, dkw, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), h. 7. 23 Hasanuddin & M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu Bandung, 2004), h. 229. 28 mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Adapun di antara para ahli yang memberikan definisi kata drama antara lain: Aristoteles mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam gerakgerik. Moulton mendefinisikannya sebagai kehidupan yang dilukiskan dengan gerak. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Sedangkan Ferdinand Brunetierre mendefinisikan drama sebagai kehendak manusia yang diungkapkan dengan action. Sedangkan Alvin B. Kernan menjelaskan bahwa drama berasal dari kata “dran” yang berarti berbuat (to do) atau (to act).24 Sebagai sastra, drama adalah cerita yang unik. Ia bukan untuk dibaca saja, melainkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama bisa juga diartikan sebagai seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata. Mengapresiasi drama berarti melakukan pembacaan terhadap naskah drama dengan menampilkan tanggapan dan reaksinya terhadap bacaan dan mempribadikan serta mengkristalisasikan rasa pribadinya terhadap alur cerita drama yang dibacanya secara bebas. Naskah berasal dari istilah bahasa Inggris manuscript dan bahasa Prancis manuscrit. Karangan yang ditulis tangan atau diketik, yang dipergunakan sebagai dasar untuk mencetaknya.25 Naskah pada umumnya berupa buku atau tulisan 24 Sihabudi, dkw, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), h. 8. 25 Hasanuddin & M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu Bandung, 2004), h. 532. 29 tangan, dan naskah ceritanya lebih panjang karena memuat cerita yang lengkap. Naskah drama merupakan penuangan ide cerita kedalam alur cerita dan susunan peran. Naskah drama juga bisa diartikan sebagai suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk tanya jawab antar pelaku. Naskah drama itu beragam coraknya, ada naskah yang ringan, berbobot, dan ada pula yang rumit. Naskah yang berbobot (baik) ialah naskah drama yang bersifat naratif dan konflik karaktor, kerena mudah dimengerti baik sebagai karya sastra maupun sebagai karya teater. Suatu naskah yang baik adalah naskah yang memiliki persyaratan, yaitu: memiliki nilai dramatik dan teatrikal, memberikan rasa senang, tidak mengandung masalah atau pertanyaan yang sulit ditemukan jawabannya, dialognya menggunakan bahasa lisan formal, tema yang diungkapkan menyangkut persoalan kehidupan. Naskah yang rumit, yaitu naskah yang alur ceritanya sulit ditangkap, naskah yang plotnya anti plot, dan temanya anti tema, sehingga penonton atau pembaca harus menangkap sendiri apa yang tersembunyi di balik dialog, adegan, tokoh dan situasi. Sifat-sifat naskah, yaitu: 26 1. Estetis : mencerminkan dan memupuk rasa keindahan. 2. Etis : membimbing ke arah peradaban dan kesusilaan bangsa dan manusia. 3. Edukatif : membawa ke arah kemajuan (bersifat mendidik). 4. Konsultatif : memberikan penerangan atau penyuluhan atas problemaproblema dalam masyarakat. 26 Tjokroatmojo dan kawan-kawan, Pendidikian Seni Drama Suatu Pengantar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), h. 49. 30 5. Rekreatif : memberikan hiburan kepada publik atau penonton. 2. Pengertian Qasidah Barzanji Qasidah adalah nyanyian pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad. Barzanji adalah nama kitab yang disusun oleh Syekh Al-Barzanji dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Syu’bah Asa. Qasidah Barzanji adalah kisah kelahiran Nabi Muhammad. Qasidah Barzanji merupakan puisi-puisi pujaan kepada nabi Muhammad yang amat populer di kalangan masyarakat muslim.27 3. Karakteristik Drama Drama pada umumnya menyangkut dua aspek, yakni aspek cerita sebagai bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni lakon atau seni teater. Kedua aspek dapat terpisah, yang satu berupa naskah dan yang lain berupa pementasan, namun pada dasarnya merupakan suatu totalitas. Sewaktu naskah tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu pementasan tidak dapat menghindari dari garis umum naskah. Drama mempunyai tiga dimensi, yaitu dimensi sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi dalam penciptaan naskah drama dipertimbangkan naskah itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku. Bila suatu naskah drama dinikmati sebagai sebuah karya tulis, maka sewaktu membacanya imajinasi pembaca mengarah juga kepada situasi 27 Wawancara pribadi dengan Edy Haryono 31 penglihatan suara, dan gerakan fisik para pemainnya, karena semuanya digambarkan atau tergambar dengan jelas didalam naskah. Jenis drama berdasarkan jenis temanya ada beberapa macam, yaitu: drama tragedi yang bertema duka atau yang berakhir dengan duka cita, drama komedi yang bertema suka ria atau yang berakhir dengan suka ria, melodrama yang alur opera dicakapkan dengan menggunakan bantuan irama musik, dan sandiwara pelawak yang identik dengan komedi. Adapun yang dimaksud dengan tragedi, menurut perumusan Aristoteles, ialah sandiwara yang menyebabkan para penonton merasa belas dan ngeri, sehingga mereka mengalami pencucian jiwa.28 Aristoteles menyebut pencucian jiwa itu sebagai katarsis, maksudnya di cuci sampai pedih tetapi bersih dan sehat kembali. Dan yang dimaksud komedi, adalah sandiwara yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan kehidupan.29 Jadi, komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong, melainkan harus mampu membuka mata penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam. Adapun melodrama, adalah sandiwara yang isinya mengupas suka-duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. 30 Di dalam dunia kesenian, rasa terharu merupakan unsur yang harus diperlakukan dengan disiplin yang keras. Sebab, sedikit saja unsur yang itu berlebihan maka akan timbul kecengengan. 28 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 81. Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 82. 30 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 82. 29 32 Drama tradisional sangat akrab dengan masyarakat dan sejiwa dengan masyarakat pemiliknya. Drama tradisional merupakan bentuk sebuah drama yang disusun tanpa menggunakan naskah baku. Sedangkan drama modern merupakan drama hasil pengaruh dari teater barat. Muncul sejak adanya aliran realisme (tahun 1825) sampai sekarang. Bentuk naskah drama modern disusun dengan tema yang beragam dan tema-tema tersebut pada umumnya tidak ada kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari penonton. Naskah drama dilengkapi dengan keterangan gerak, setting, dan suasana. 4. Drama sebagai Media Komunikasi Sebagai hasil seni, drama bukan saja merupakan hasil dari perasaan semata, melainkan juga dari ide atau pikiran penulisnya. Dialog merupakan sarana primer, di dalam sebuah drama. Maksudnya, dialog didalam drama merupakan situasi bahasa utama. Memang jika disaksikan pada pokoknya sebuah drama adalah rangkaian dialog, teks-teks, para aktor, dan tidak ada seorang juru cerita yang langsung menyapa penikmat atau penonton. Drama yang di tulis dengan “tidak mematuhi” konvensi penulisan drama yang umum, biasanya kurang mementingkan aspek cerita tetapi lebih mengutamakan suasana yang dapat dimunculkan untuk mempengaruhi penikmat atau penonton, ini dialognya lebih mengutamakan bagaimana memberikan kesan bahwa faktor suasana, ide, dan konsep diatas pentaslah yang menjadi tumpuan utama. Bagaimana bentuk dialog yang dapat ditemukan didalam karya drama, yang harus dipahami adalah betapa pentingnya unsur dialog bagi sebuah drama. Di dalam cerita paparan, naratif, unsur cerita, dan pembeberan sangat menonjol 33 dan dominan. Di dalam drama, dialoglah yang menempatkan dirinya sebagai unsur utama. Di dalam drama yang ditemukan bukan mengenai peristiwa tetapi kejadian atau peristiwa itu sendiri (lebih jelasnya di atas pentas). Bila seorang aktor menjanjikan sesuatu, mengancam, atau mengajukan permintaan, hal itu turut menggerakkan bergulirnya peristiwa demi peristiwa. Hanya dialog-dialog yang di ucapkan dengan baik, benar, serta tepat ujarannya saja yang dapat mengarahkan penonton kepada situasi penyaksian peristiwa atau kejadian. Sebagai sarana primer di dalam drama, dialog dapat menentukan ingin seperti apa warna secara keseluruhan drama tersebut. Walaupun begitu, umumnya gerak atau tingkah lakulah yang mesti disiapkan untuk mendukung dialog. Dalam pelaksanaan dialog pada drama, bisanya para lawan bicara berada dalam ruang yang sama dan pada waktu yang sama pula. Sebagai sebuah konsekuensi genre sastra, latar bagi sebuah dialog bersifat fiktif. Latar disini dapat berupa situasi sosial. 5. Dakwah sebagai Bentuk Komunikasi Dakwah islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga sedikit demi sedikit umat manusia masuk agama Islam pada masa Nabi masih hidup dan sesudah wafatnya. Kemudian dakwah itu dilaksanakan oleh khalifah-khalifah, dan sahabat-sahabat Nabi, akhirnya diikuti oleh alim ulama. Setelah melakukan tahap ini, maka Nabi melanjutkan seruannya kepada masyarakat Arab secara umum yaitu dengan mengampanyekan ajaran yang diembannya kepada suku-suku Arab, baik yang ada di Mekkah, Thaif, maupun yang ada di Madinah. Pada tahap ini Rasulullah 34 berhasil, mengislamkan orang-orang Madinah, terutama yang berasal darin suku Aus dan Khazraj. Memang dakwah itu penting sekali untuk kehidupan suatu agama bahkan tidak akan tegak suatu agama, melainkan dengan dakwah dan tidak akan tersebar suatu aliran atau ideologi kecuali dengan dakwah. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah di masjid. Dengan adanya dakwah, maka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan penting dan rumit yang dihadapi umat, serta memberikan jalan keluar yang menghambat terwujudnya tatanan masyarakat islami, baik yang bersifat individu maupun sosial. Dakwah memiliki dimensi yang luas, sehingga ada empat aktivitas utama dakwah: 1. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan lisan. 2. Mengkomunikasikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulisnya. 3. Memberi contoh keteladanan akan prilaku akhlak yang baik. 4. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya dalam menegakkan prinsip-prinsip Ilahi.31 31 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 6. 35 BAB III GAMBARAN UMUM NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI A. Isi Naskah Drama Qasidah Barzanji Naskah ini berisi tentang Nabi Muhammad SAW dimulai dari ciri dan sifatnya, silsilah keturunannya, saat dalam kandungan, saat dilahirkan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa sebelum wafatnya. Semuanya terangkai manis dalam untaian prosa, dan syair dengan kualitas gaya bahasa yang tinggi. Pembacaan Qasidah Barzanji ini temasuk literature atau tradisi yang wajib dijalankan di pesantren atau warga NU pada malam jum’at, terutama pada acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, upacara pemberian nama bagi seorang bayi, acara sunatan, upacara pernikahan, dan berbagai acara ritual lainnya.1 Hal ini merupakan bagian dari kehidupan beragama tradisional yang hampir punah jika tidak ada sentuhan tangan dari para pemerhati dan pencintanya. Naskah ini ditulis oleh penulisnya untuk meningkatkan kecintaan kita sebagai umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara menjaga dan melestarikannya dan hal yang paling penting adalah meneladani kepribadian Nabi SAW dan melanjutkan dakwah Islamiyah yang telah Nabi lakukan sebelumnya.2 Selain itu, beberapa bait-bait syairnya juga banyak dilantunkan sebagai qosidah dengan nada dan irama lagu yang sangat fariatif. Ada beberapa hal yang cukup unik pada pembacaan salah satu syair dalam naskah ini yaitu pada saat para 1 2 www.scribd.com, di akses pada tanggal 1 Januari 2011. Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono. 35 36 pembaca atau pelantun melantunkan bait syair yang memaparkan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka mereka secara serentak berdiri. Menurut mereka, hal ini merupakan salah satu wujud penghormatan kepada Nabi SAW sebagai Nabi akhir zaman yang memang pantas dihormati dan rasa cinta kasih mereka yang teramat dalam kepada “Sang Nabi”. Pembawa cerita terdiri lima tokoh, namun dalam satu tokoh ada yang terdiri dua orang ataupun lima orang. Pembawa cerita atau tokoh didalam naskah ini, berkarakter universal. Secara garis besar, naskah ini mencakup beberapa hal, yaitu: Pertama, Muhammad SAW adalah penghulu para nabi dan sekaligus penutup masa kenabian. Muhammad bin Abdillah adalah pemilik risalah terbesar, yang paling sempurna lagi syamil (menyeluruh segala aspek). Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman, menyeru menuju jalan Allah, serta pembawa pelita yang menerangi kegelapan. Tak ada kebaikan yang tertinggal untuk dianjurkan kepada ummatnya, dan tak ada sedikitpun kejahatan yang tidak diperingatkan kepada umatnya. Kedua, ciri-ciri Nabi Muhammad, yaitu sedikit tinggi, kulitnya putih memerah, matanya lebar, merah pipinya, pangkal hidungnya mancung, dadanya bidang atau tegap, janggut yang lebat, besar dan kukuh tulang sendinya, berambut panjang, dan ada cincin di jarinya. Sifatnya agung, dermawan, dan rendah hati. Ketiga, silsilah Nabi Muhammad SAW, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab bin 37 Murrah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudarr bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan suku Quraisy yang disegani oleh penduduk Mekkah dan sekitarnya, bahkan Bani Hasyim termasuk kalangan paling terhormat, paling teguh memegang kepercayaan dan adat istiadat nenek moyang dana paling disegani diantara suku-suku lainnya. Keempat, saat kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah bertepatan dengan tahun 571 M di kota Mekkah. Tepat saat Nabi SAW lahir, muncullah cahaya terang benderang dari wajah Nabi SAW. Cahaya tersebut sangat menyilaukan mata dan cahayanya menerangi hampir kesegala arah. Kelahiran Nabi SAW, sebagai penghapus aib dan kufur nista, serta pengusir bencana di negerinya. Kelima, pada masa remaja, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun. Suatu ketika, ia dibawa pamanya berniaga ke negeri syam. Saat itu, melewati sebuah biara kecil di gurun pasir yang sangat sunyi dengan seorang pendeta sebagai pengurusnya. Pendeta tersebut bernama Buhaira atau bahira yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi SAW sesuai dengan apa yang dipaparkan didalam ketiga kitab suci yang turun sebelumnya. Salah satu tandanya adalah noda, tanda kenabian, yang terdapat antara kedua belahan bahu Nabi SAW. Disisi lain, ada kejadian aneh dan sangat menakjubkan saat dalam perjalanan menuju Syam, dimana awan putih selalu membayang-bayangi Nabi SAW kapan, dimana, dan bagaimanapun Ia berada. 38 Keenam, pada saat nabi berusia 40 tahun, beliau diangkat menjadi seorang Rasul. Sejak itulah Nabi memulai dakwah Islamnya selama kurang lebih 23 tahun dengan dua periode, Mekkah, dan Madinah dan selanjutnya Nabi SAW wafat pada usia 63 tahun. Berbagai peristiwa dialami oleh Nabi SAW termasuk peristiwa Isra mi’raj yang sangat menakjubkan. Di dalam naskah ini, juga memberitahu bahwa Nabi Muhammad SAW pemberi syafaat di hari Akhir. Naskah ini terjemahan dari Kitab al-Barzanji yang merupakan salah satu karya sastra yang ditulis oleh Syekh Ja’far al-Barzanjiy bin Abdul karim yang lahir di Madinah tahun 1690 dan wafat pada tahun 1766.3 B. Sinopsis Naskah Drama Kasidah Barzanji Suasana gurun pasir serta dibangun dengan suasana bulan purnama yang bermandikan cahaya. Untuk mendukung suasana ini lembaran-lembaran kain dengan berbagai warna dibentangkan melajur dibagian tengah panggung. Susunan level, di atasnya tertulis bangunan Ka’bah beratapkan plastik berwarna. Solo putri masuk, dengan mengatakan Ya, lalu Koor putra mengatakan Ya. Setelah dua kali mengatakan Ya, bunyi ketukan gendang sebanyak tiga kali. Suara koor mengalun merdu ditengah keheningan penonton dengan menyuarakan pujian-pujian kehadiran Nabi. Usai nyanyian formasi tetap ditempat kemudian mengucapkan salam. Solo putra diikuti koor putra, bersahut-sahutan takbir dan syahadat. Semuanya perlahan-lahan untuk duduk dan kepala tunduk, kecuali pembawa wahyu ilahi. 3 Wawancara pribadi dengan Edy Haryono. 39 Selanjutnya dilantunkan beberapa ayat dari surat Yaasin sebagai bukti keindahan dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Puluhan pemain melakukan konfigurasi gerak secara berjamaah dan bershaf sehingga menampakkan keserasian dan sekaligus kemegahan. Didukung cahaya dari tata lampu yang menyiratkan kerinduan makhluk akan penciptanya. Selanjutnya syair-syair dilantunkan secara bergantian, koor putra – koor putri – solo putri – solo putra. Syair-syair itu melukiskan gambaran fisik dan sikap terpuji Rasulullah dalam berbagai sudut tilikan ditengah kehidupan yang jahiliyah. Sehingga mengemuka bukan superiotas, melainkan sangatlah tegas beliau adalah bersahaja, menyantumi yang yatim. Beliau tidak pernah meninggikan diri atau lebih suci diantara sesama manusia. Itulah keindahan yang tidak terukur didalamnya. Gambaran semacam itu terangkat oleh bentuk Syair Al-Barzanji dan pilihan kata oleh Syu’bah Asa, penerjemahnya. Konfigurasi pemain yang terdiri dari beragam koor menyiratkan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan beragam. Begitu pula ketika bunyi musik dari rebana-rebana yang dibunyikan seluruh pemain putra dan putri mampu mengantar suasana lewat sepertiga malam, saat kekhusyukan tahajjud. Disusul kemudian oleh suasana peralihan malam ke pagi. Suara beduk dikejauhan, lalu gema tarkhim ke seluruh sudut kota. Suara adzan, semua bangkit, berjamaah di subuh hari. C. Biografi WS Rendra W.S Rendra dikenal di Indonesia dan luar negeri sebagai penyair yang sangat penting. Dia lahir pada tanggal 7 November 1935 di Solo, Jawa Tengah, 40 dan meninggal 6 Agustus 2009 di Depok, Jawa Barat. Ayahnya, R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Kuna di SMA Katolik, Solo. Pak broto juga seorang dramawan tradisional. Ibunya, Raden Ayu Catharina Ismadillah, adalah seorang penari serimpi di Kraton Yogyakarta. Mula-mula ia beragama Katolik dengan nama lengkap Wilibrordus Surendra Bawana Rendra Broto seperti kedua orangtuanya yang beragama Katolik. Akan tetapi, ketika ia menikah dengan istrinya yang kedua, Sitoresmi Prabuningrat, 12 Agustus 1970 dia tercatat beragama Islam dan namanya hanya Rendra. Istrinya yang pertama ialah Sunarti Suwandi. Ia banyak memberikan inspirasi dalam puisi Rendra. Sunarti dan Sitoresmi, keduanya pemain drama dalam group teater Rendra. Istri Rendra yang terakhir, Ken Zuraida, juga pemain drama. Rendra memulai pendidikannya dari Taman Kanak-Kanak (1942) sampai dengan SMA (1952) di Sekolah Katolik, Solo. Kemudian ia pergi ke Jakarta dengan maksud sekolah di Akademi Luar Negeri. Sayang sekali, akademi itu telah ditutup. Selanjutnya, ia masuk ke Fakultas Sastra Universitas Gajah mada, tetapi dia tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah mendapat Sarjana Muda kegiatannya lebih banyak dalam bidang seni, seperti tulis menulis, membaca, bermain drama, dana tari. Menurut pendapat Prof A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesisa Modern II (1989), dalam sejarah kesusastraan Indonesia Modern, Rendra tidak masuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok, seperti Angkatan 45, 41 Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri. Rendra mulai menulis sajak, mengarang, dan mementaskan drama untuk kegiatan di sekolahannya sejak di bangku SMP kelas II. Tulisannya meliputi berbagai bidang seni, yaitu puisi, cerita pendek, esai, dan drama. Kegiatannya bukan hanya menulis, melainkan juga bermain drama, dan terutama membaca puisi. Ia sangat terkenal sebagai pembaca puisi. Di SMA, ia telah menerbitkan majalah drama sejumlah 500 eksemplar. Sajaknya yang pertama dikirimkannya ke majalah Siasat pada tahun 1952. Kemudian sajak-sajaknya banyak dimuat dalam berbagai majalah tahun 50-an, seperti Siasat, Seni, basis, Konfrontasi, Siasat baru; tahun 60-an, seperti Budaya, Indonesia, Mimbar Indonesia, Quadrant, Selekta, Horison; dan tahun 70-an, seperti Pelopor (Yogyakarta). Ia sangat aktif dalam drama. Ia telah menulis beberapa drama dan menyutradarai karyanya sendiri dan karya orang lain dalam rangkaian kegiatan “Tunas Muda” di Jawa Tengah. Tulisannya yang pertama tentang drama berjudul “Kaki Palsu”. Drama itu dipertunjukkan dalam kegiatan sekolahnya. Ketika ia duduk di SMA, ia juga menulis drama berjudul “Orang-orang di Tikungan Jalan”. Untuk drama ini Rendra mendapat hadiah pertama dari kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Penghargaan ini membuatnya sangat bergairah dalam menulis. Drama-drama Rendra ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok drama karya asli dan kelompok drama karya terjemahan. Daftar semua karya Rendra itu daapat dibaca pada akhir tulisan ini. Salah satu karya aslinya, 42 “Bib Bop” sangat terkenal. Pertama kali drama itu dipentaskan pada tahun 1968 dan dianggap sebagai tonggak Teater Modern Indonesia. Dua puluh tahun kemudian diolah lagi dan dipentaskan di New York. Banyak orang Indonesia yang tertarik pada karya panggung yang otentik ini. Oleh karena itu pada tahun 1988 drama itu dipentaskan lagi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Drama ini menampilkan warna daerah melalui latar dan tokoh-tokohnya. Nama lain untuk drama ini adalah “Drama Mini Kata”. Disebut demikian karena drama ini hanya berupa gerak dan lagu. Drama terjemahan Rendra yang terkenal adalah “Oedipus Sang Raja” dan Kasidah Barzanji”. Cerita pendeknya, “Ia Punya Leher Yang Indah”. Ditulis pada saat bergairah mengaarang. Cerita pendek ini dimuat dalam majalah Kisah pada tahun 1956 dan untuk itu dia telah mendapat hadiah dari majalah ini. Ia telah menerbitkan cerita pendeknya dalam sebuah antalogi berjudul Ia Sudah Berpulang. Dia menganggap itu sebagai upah semangat dan gairahnya yang sangat besar itu. Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia ssangat besar perhatiannya pada kesusastraan Indonesia, telah membicarakan dan menerjemahkan beberapa bagian sajak Rendra dalam tulisannya berjudul “A Thematic History of Indonesia Poetry:1920 to 1974”. Karya Rendra juga dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle. Beberapa pakar sastra dari Indonesia juga telah membicarakan karya Rendra. Salah seorang dari mereka adalah H.B. Jassin di dalam bukunya Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei. Prof. A. Teeuw, seorang pakar sastra 43 dari Belanda, juga telah menulis tentang Rendra bahwa ia seorang penyair muda dalam masa pertengahan di antara mereka (Teeuw, 1989). Rendra adalah seorang seniman. Dia memulai pekerjaannya di atas panggung. Tahun 1964, dia di undang Pemerintah Amerika Serikat untuk menghadiri seminar tentang kesusastraan di Harvard University. Lalu ia memperoleh beasiswa belajar di The American Academy of Dramatic Arts. Ketika ia kembali ke Indonesia, tahun 1967, mendirikan grup teater di Yogyakarta, dinamai Bengkel Teater. Lalu tahun 1986 ketika berpindah ke Depok, Jawa Barat, menjadi Bengkel Teater Rendra. Sampai sekarang bengkel Teater Rendra terus aktif di Indonesia, menjadi basis kegiatan keseniannya. Grup ini telah dianggap telah memberi suasana baru dalam kehidupan teater di Indonesia. Karya-karya Rendra berikut ini: I. Kumpulan Puisi 1. Ballada Orang-orang Tercinta (1957) 2. Empat Kumpulan Sajak (1961) 3. Blues untuk Bonnie (1971) 4. Sajak-sajak Sepatu Tua (1972) 5. Potret Pembangunan dalam Puisi (1983) 6. Nyanyian Orang Urakan (1985) 7. Disebabkan oleh Angin (1993) 8. Orang-orang Rangkasbitung (1993) 9. Mencari Bapa (1997) 10. Perjalanan Bu Aminah (1997) 44 II. Drama 1. Bunga Semerah Darah (1951) 2. Orang-orang di Tikungan Jalan (1954) 3. Drama Minikata. Di manakah Kau, Saudaraku? (1968) 4. Bib Bob (1968) 5. Rambate Rate Rata (1969) 6. Mastodon dan Burung Kondor (1973) 7. Kisah Perjuangan Suku Naga (1975) 8. SEKDA (1977) 9. Drama Anak-anak, Tuyul Anakku (1985) 10. Panembahan Reso (1986) 11. Selamatan Anak Cucu Suleiman (1988) III. Kumpulan Cerita Pendek 1. Ia Sudah Bertulang (1963) 2. Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu (2007) IV. Kumpulan Esai 1. Mempertimbangkan Tradisi (1983) 2. Memberi Makna pada Hidup yang Fana (1999) 3. Penyair dan Kritik Sosial (2001) 4. Catatan-catatan Rendra tahun 1960-an (2005) V. Kumpulan Orasi 1. Agenda Reformasi Seorang Penyair (1998) 2. Rakyat Belum Merdeka (2000) 45 3. Megatruh (2001) 4. Membela Masa Depan (2008) VI. Produksi Teater 1. The Ritual of The Solomon’s Children – Rendra 2. Oedipus Rex – Sophocles 3. Waiting for Godot – Samuel Beckett 4. Qasidah Barzanji – Al Barzanji, skenario oleh Rendra 5. Hamlet – W. Shakespeare 6. Macbeth – W. Shakespeare 7. The Prience of Hamburg – Heinrich von Kleist 8. Mastodon and The Condors – Rendra 9. Antigone – Sophocles 10. Oedipus in Colonus – Sophocles 11. Lysistrata – Aristophanes 12. The Struggle of Naga Tribe – Rendra 13. Egmont – Goethe 14. Caucasian Chalk Circle – Bertolt Brecht 15. The Robber – F. Schiller 16. The Governor Secretary – Rendra 17. Lord Reso – Rendra 18. The Diary of a Scoundrell – A. Ostrovsky 46 BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA “QASIDAH BARZANJI” KARYA WS RENDRA Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pesan dakwah yang terkandung pada naskah drama Qasidah Barzanji. Penelitian ini merupakan bagian dari dakwah bil Qalam yang di tuangkan dalam suatu naskah drama. Data yang di olah berupa dialog atau kalimat Solo Putra yang mengandung pesan dakwah. Dalam menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi yang akan diteliti secara kuantitatif. Dengan demikian, untuk mengetahui isi pesan dakwah dan pesan yang dominan dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti melakukan analisa data yang telah diisi oleh ketiga juri dengan mengacu pada kategorisasi pesan dakwah, yakni: 1. Aqidah, yang meliputi subkategori iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadha dan qadar; 2. Akhlak, yang meliputi subkategori akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. 3. Syari’ah, yang meliputi subkategori ibadah dalam arti khas (thaharoh, shalat, shaum, zakat, dan haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qonun al khas / hukum perdata dan al-qonun al-‘am / hukum publik); 46 47 A. Pesan Aqidah, Akhlak, Syariah dalam naskah drama “Qasidah Barzanji” 1. Pesan Aqidah Iman menjadi dasar akhlak, dengan iman yang baik maka akan muncul akhlak terpuji. Masalah Keimanan (Aqidah) adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah Islam disebut tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Aqidah menurut kesepakatan 3 juri, yaitu: KATEGORI PESAN AQIDAH Tokoh/Dialog/Hal Koor Putraputri/2/1 Solo Putra/3/1 Pembawa Wahyu/5/1 Koor Putri/7/2 Solo Putra/13/5 Solo Putra/17/6 Item Ya Habibi Ya Muhammad, Ya Arusal Khofiqoin, Ya Muayyad Ya Mumajjad, Ya Immamal Qiblatain. Allahuma Shali A'la Muhammad, Wa a'la Ali Muhammad. Audzu Billahi Minasyaitanirojim. Allahuma Shali A'la Muhammad, Ya Robbi Shali A'laihi Wassalim Ya Robbi Warhamna Jami'a, Ya Robbi Warham Walidzina. Engkau yang baka, engkau yang kadim sejak azali, tiada Tuhan selain engkau kan dipasrahi, Kodratmu tinggi kekal dan damai kami bersandar, Maha utama, dikau menuntun kami yang sasar. Dengan apura, dengan ampunan, Keterangan Iman kepada rasul Iman kepada rasul Iman kepada Allah Iman kepada rasul Iman kepada Allah Iman kepada Allah 48 Solo Putra/20/6 Koor Putraputri/26/9 Koor Putra/27/9 Duet Putri/29/10 mohon mulya penggubah syair sukar dinilai kadar harganya, Angkat karibmu ke bukit pasir yang paling tinggi, Tempatkan dia di kediaman dekat kakinya, Tunjukkan dia hakikat Engkau tak ada dua, Lailahaillah Wajah mentari memancar terang, dari wajahmu. Menyingkir malam, gelap memekat, yang penuh tipu, Hari lahirmu, bagi agama, satu berita suka gembira, seluruh bunga mekar bersama, Kebanggaan, memenuhi hati ibu sang nabi, Tidak seorang dari wanita, kan menandingi, Banggalah ia, di tengah kaum, dengan putranya, Duh kelahiran, penghapus aib dan kufur nista, engkaulah obat, pengusir bencana. Bersambut-sambut bisikan riang, dunia yang halus. Lahirlah kini bayi Musthofa, Alangkah bagus. Kasihku, duhai kasihku, duhai pengobatku, Kasihku, engkaulah tujuan, dan harapanku, Sholawat Allah, atas petunjuk, atas Muhammad, Pelimpah syafa’at, seluruh makhluk, di hari kiamat, segala jalan keperhubungan, menjelas lempang, Adapun seluruh resia berahi, tinggal didalam. Sholawat atas sang nabi, Salam atas sang rasul, Pemilik syafa’at dari Al-Batkha, Mohammadir Arabia, Sebagus-bagus siapa berdiri di atas limpah kurnia. Pemegang syafa’at di tengah manusia. Tidak seorang menjadi tandingnya, beruntung umat Iman kepada Allah Iman kepada rasul Iman kepada rasul Iman kepada rasul 49 Trio Putra/31/12 Trio Putra/33/13 Solo Putra/35/14 Koor Putra/39/16 oleh karenanya, Siapa yang mati dalam cintanya, didapat semua yang di tuntutnya. Duhai Kekasih, Duhai Muhammad, Duhai mempelai penyegar iman, Duhai Muayyat, lelaki dihormat, Duhai sang Imam kedua kiblat. Datang menangis onta yang tua, minta berlindung pada lenganmu, Binatang rimba, dan kijang berlarian, padamu jua mencari naungan. Allahuma Sholi Wassalim Wabarik A'lai Thoa'la Muhammad. Ayat-ayat kebenaran dari yang rahman, yang dihadirkan kemudian, tanpa awal, sifat yang datang dari luar zaman, tidak berkait dengan waktu, maka iapun memberitakan, tentang negeri tempat berpulang, tentang bangsa hak dan bangsa iyya, kekallah dia di tangan kita, lalu mengatas semua mu'zizat, seluruh nabi, yang telah lahir, dan tidak abadi, jadi sandaran, tidak tertinggal ayat yang samar, dipertentangkan, tidak menyalah hakim yang tinggi, Musuh sengitpun, menyerang Al-Quran, pastilah pulang, dari bencinya paling jahanam, mengangkat salam, Sastra ilahi telah menangkis, Aku-akuan para penantang, Seperti cemburu telah menangkis, tangan si lancang di kehormatan, Di kandung makna gulung bergulung bagai lautan, di atas Iman kepada rasul Iman kepada rasul Iman kepada rasul Iman kepada kitab 50 Solo Putra/42/20 mutia di keindahan, dan penilaian, Tidak terhitung tidak terbilang, di keajaiban, Tidak bertemu jumlah yang banyak, di kebosanan, Jatuh berlinang orang mengaji, maka akupun bilang padanya, "BAHAGIA ENGKAU DI TALI YANG SUCI", maka, peganglah sekuat daya, Andai kau baca lantaran takut api menyala, telah kau padam panasnya api, dari sumbernya yang mula-mula, Bagai telaga, memutih wajah oleh karenanya, Wajah maksiat berduyun datang, arang layaknya, Bagai titian bagai timbangan, di keadilan, dan keadilan pun tanpa AlQuran, takkan berdiri di tengah insan, Usah kau heran para pendengki memungkirinya, berlagak bodoh, sedang matanya jelas terbuka, memang seringlah mata menolak cahaya surya, karena trakhoma. Lidah menolak lezatnya air, karena sakitnya. Allah......., Allah......., Allah..... Tuhan kami, Engkaulah segala-galanya, Berpindah dikau di rusuk-rusuk para pemimpin, berpindahpindah. Demikian syamsu dalam rangkaian selalu juga berpindah-pindah, Berjalan dikau ke gua garba, Oleh karena merasa mulya, Untuk mendukung satu perkara, Luhur maknanya. Bahagialah atas kaum, Di Iman kepada Allah 51 Solo Putra/44/22 tengah mana engkau berada, dan dari mana dikau berasal. Nampak padamu, wajah purnama, berselaput lembut selubung cahya. Demi Allah, saat dimana engkau datang dan naik merekah, bahagialah penduduk buana Engkau menjelang pada mereka. Kepada Sholawat Allah teriring salam sebanyak titik yang berjatuhan, dari bongkahan awan gemawan. Adalah penutup seluruh nabi Muhammad jua, Di hari bangkitnya segenap insan berdiri tegak pertamatama. Yaa... Arhamarohimin, Irhamna, Wa'afinna, a'afuanna Wa'asrotika Warasulika A'inna Ya Hayyu ya Qayyum Dzahika, Yaa.. Allah Iman kepada Allah Berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan Aqidah: Tabel 4.1 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Aqidah N = 16 No. Ketegorisasi Pesan Aqidah Frekuensi Prosentase (%) 1. Iman Kepada Allah 6 37,5% 2. Iman Kepada Rasul 9 56,2% 3. Iman Kepada Kitab 1 6,3% Total 16 100% 52 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pesan yang dominan pada kategori Aqidah, dalam naskah drama Qasidah Barzanji adalah berisi tentang Iman kepada Rasul. a. Iman Kepada Allah Iman artinya percaya. Allah Azza wajalla bersifat dengan semua kesempurnaan dan bersih dari semua kekurangan. Iman kepada Allah, yaitu berupa ketauhidan atau kesaksian akan adanya Allah SWT, sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Beriman kepada Allah yaitu keyakinan yang sesungguhnya bahwa Allah adalah satu, esa, sendiri, tempat bergantung, tidak mengambil teman wanita atau istri, juga tidak memiliki anak. Dialah yang menciptakan, Pemberi Rizki, Pemberi Anugerah, Yang Menahan Pemberian, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, dan yang mengatur segala urusan makhluk-Nya. Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan dengan iman kepada Allah, adalah yang tertulis sebagai berikut: Engkau yang baka, engkau yang kadim sejak azali, tiada Tuhan selain engkau kan dipasrahi, Kodratmu tinggi kekal dan damai kami bersandar, Maha utama, dikau menuntun kami yang sasar. Dari dialog diatas, dapat dipahami dan yakini bahwa Allah Maha Esa, Tunggal atau satu. Tidak ada yang bisa menandingi-Nya. Dialah yang berhak disembah, bukan yang lain, dengan segala macam ibadah. Dia yang pertama yang tidak ada sesuatu pun sebelumnya dan yang Maha Akhir. 53 b. Iman kepada malaikat Malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah yang Ia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugas-Nya. Iman kepada malaikat adalah rukun iman yang kedua. Maksudnya meyakini secara pasti bahwa Allah mempunyai para malaikat yang diciptakan dari nur, tidak pernah mendurhakai apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mengerjakan setiap yang Allah perintahkan kepada mereka. Malaikat ada sepuluh, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar, Nakir, Raqib, Atid, Ridwan, Malik. c. Iman kepada kitab-kitab Allah Beriman kepada kitab-kitab Allah maksudnya membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwasanya ia adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya, seperti apa yang Ia kehendaki dan menurut apa yang Ia ingini. Kita wajib mengimani secara rinci kitab-kitab yang sudah disebutkan namanya oleh Allah, yakni Al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya, yaitu: Taurat, Zabur, Injil. Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan dengan iman kepada kitab Allah, adalah yang tertulis sebagai berikut: Ayat-ayat kebenaran dari yang rahman, yang dihadirkan kemudian, tanpa awal, sifat yang datang dari luar zaman, tidak berkait dengan waktu, maka iapun memberitakan, tentang negeri tempat berpulang, tentang bangsa hak dan bangsa iyya, kekallah dia di tangan kita, lalu mengatas semua mu'zizat, seluruh nabi, yang telah lahir, dan tidak abadi, jadi sandaran, tidak tertinggal ayat yang samar, 54 dipertentangkan, tidak menyalah hakim yang tinggi, Musuh sengitpun, menyerang Al-Quran, pastilah pulang, dari bencinya paling jahanam, mengangkat salam, Sastra ilahi telah menangkis, Aku-akuan para penantang, Seperti cemburu telah menangkis, tangan si lancang di kehormatan, Di kandung makna gulung bergulung bagai lautan, di atas mutia di keindahan, dan penilaian, Tidak terhitung tidak terbilang, di keajaiban, Tidak bertemu jumlah yang banyak, di kebosanan, Jatuh berlinang orang mengaji, maka akupun bilang padanya, "BAHAGIA ENGKAU DI TALI YANG SUCI", maka, peganglah sekuat daya, Andai kau baca lantaran takut api menyala, telah kau padam panasnya api, dari sumbernya yang mula-mula, Bagai telaga, memutih wajah oleh karenanya, Wajah maksiat berduyun datang, arang layaknya, Bagai titian bagai timbangan, di keadilan, dan keadilan pun tanpa Al-Quran, takkan berdiri di tengah insan, Usah kau heran para pendengki memungkirinya, berlagak bodoh, sedang matanya jelas terbuka, memang seringlah mata menolak cahaya surya, karena trakhoma. Lidah menolak lezatnya air, karena sakitnya. Dialog diatas menjelaskan bahwa Al-qur’an berisi tentang mukjizat para Nabi, ayatnya jelas dan lengkap. Tidak ada seorangpun yang bisa merusak AlQur’an. Makna kandungannya sangat luas dan indah. Orang yang sering membaca Al-Qur’an karena Allah, maka di akhirat nanti dilindungi dari panasnya api neraka, wajahnya akan bercahaya. Sedangkan orang yang memungkirinya, tidak akan mendapatkan nikmat Allah. d. Iman kepada rasul Allah telah mengutus Rasul-rasul dan diturun atas mereka kitab-kitab untuk menunjuk manusia. Rasul adalah bintang penunjuk simbol penerang dalam sejarah manusia. Mereka dijadikan sebagai manusia penunjuk kepada tauhid, pengajak akhlak mulia, dan pemerang atas kehinaan dan kemungkaran. Makna beriman kepada rasul yaitu membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah Ta’ala telah mengutus pada setiap umat seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, mempercayai bahwa mereka telah menyampaikan segala ajaran 55 yang ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikannya, tidak mengubah, tidak menambah dan tidak menguranginya menurut seleranya sendiri. Allah telah mengkhususkan para rasul terdahulu dengan mukjizat materi yang tersentuh, yaitu: Ibrahim diangkat dari api, Musa diberi tangan yang memutih, tongkat yang menelan tali sihir, Isa A.S bisa menyembuhkan lepra dan sapak, menghidupkan orang mati, kemudian Muhammad SAW diberikan wahyu dari langit akal pikiran tidak membawa pedang kecuali mempertahankan jiwa, menghacurkan lawan yang kafir, atau mempertahankan dari fitnah. Apabila manusia memiliki keyakinan kepadanya, maka tentu mereka akan mengikuti jalannya, menuju jalan yang baik. Mukjizat ialah kejadian luar biasa yang terjadi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Mukjizat itu ada yang hissiyyah, yang dapat disaksikan oleh mata atau didengar oleh telinga. Ada pula mukjizat manawiyah, yang disaksikan mata hati, seperti mukjizat Al-Qur’an. Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan dengan iman kepada Rasul, adalah yang tertulis sebagai berikut: Wajah mentari memancar terang, dari wajahmu. Menyingkir malam, gelap memekat, yang penuh tipu, Hari lahirmu, bagi agama, satu berita suka gembira, seluruh bunga mekar bersama, Kebanggaan, memenuhi hati ibu sang nabi, Tidak seorang dari wanita, kan menandingi, Banggalah ia, di tengah kaum, dengan putranya, Duh kelahiran, penghapus aib dan kufur nista, engkaulah obat, pengusir bencana. Bersambut-sambut bisikan riang, dunia yang halus. Lahirlah kini bayi Musthofa, Alangkah bagus. Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, manusia yang cahayanya adalah ciptaan Allah yang pertama sebelum menciptakan seluruh langit, bumi beserta isinya, dan utusan Allah yang 56 sangat mulia, beliau juga memiliki tempat khusus di hati kita sebagai umatnya. Pesan Aqidah disini adalah iman kepada rasul yang harus diimani dan diyakini bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Nabi Muhammad memiliki keistimewaan yang banyak, diantaranya: a. Beliau penutup para Nabi. b. Beliau penghulu anak cucu Adam, sebagaimana firman Allah, ٍ ّضٍُمْ َدرَجَا ت َ ْعهَى َبعْضٍ مِ ْىٍُمْ مَهْ َكهَمَ انهًَُ ََرَفَعَ َبع َ ّْضٍُم َ ّْضهْىَا َبع َ َسمُ ف ُ ِت ْهكَ ان ُز ََْءَاتٍَْىَا عٍِسَى ابْهَ َمزٌَْمَ انْبٍَِىَاتِ ََأٌََدْوَايُ ِبزَُحِ انْقُدُسِ ََنَُْ شَاءَ انهًَُ مَا اقْتَ َتمَ انَذٌِهَ مِه ََُْبعْدٌِِمْ مِهْ َبعْدِ مَا جَاءَ ْتٍُمُ انْبٍَِىَاتُ َََنكِهِ اخْ َتهَفُُا َفمِ ْىٍُمْ مَهْ ءَامَهَ ََمِ ْىٍُمْ مَهْ كَ َفزَ ََن ُشَاءَ انهًَُ مَا اقْتَ َتهُُا َََنكِهَ انهًََ ٌَ ْف َعمُ مَا ٌُزٌِد “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat...” (al-Baqarah: 253) c. Beliau diutus kepada seluruh manusia dan kepada bangsa jin, sebagaimana firman Allah, ًَ َسمََُاتِ ََانَْؤرْضِ نَا ِإن َ جمٍِعًا انَذِي نًَُ ُم ْهكُ ان َ ُْقمْ ٌَاأَ ٌٍَُا انىَاسُ إِوًِ َرسُُلُ انهًَِ ِإنَ ٍْكُم ًِِِإنَا ٌَُُ ٌُحًٍِْ ََ ٌُمٍِتُ فَآمِىُُا بِانهًَِ ََ َرسُُنًِِ ان َىبًِِ انُْؤمًِِ انَذِي ٌُ ْؤمِهُ بِانهًَِ ََ َكِهمَات َََاتَ ِبعُُيُ َن َعَهكُمْ َتٍْتَدَُن “Katakanlah, Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada semua...” (al-A’raf:158) e. Iman kepada hari akhir Beriman kepada hari akhir, artinya meyakini dengan pasti kebenaran setiap hal yang diberitakan oleh Allah dalam kitab suci-Nya dan setiap hal yang diberitakan oleh rasul-Nya mulai dari apa yang akan tertadi sesudah mati, fitnah kubur, adzab, dan nikmat kubur, serta apa yang terjadi setelah itu, antara lain kebangkitan dari kubur. 57 f. Iman kepada qadha’ dan qadar Qadha’ adalah hukum Allah, yang telah Dia tentukan untuk alam semsta ini, dan Dia jalankan alam ini sesuai dengan konsekuensi hukum-Nya dari sunnah-sunnah yang Dia kaitkan antara akibat dan sebab-sebabnya. Adapun qadar adalah takdir, yaitu menentukan atau membatasi ukuran segala sesuatu sebelum terjadinya dan menulisnya di Lauhul mahfuzh. 2. Pesan Akhlak Ada dua penggolangan akhlak secara garis besar, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah ialah perbuatan baik, sedangkan akhlak madzmumah ialah perbuatan yang buruk. Akhlak Islami, juga di bagi menjadi akhlak kepada Khalik dan akhlak kepada makhluk. Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Akhlak menurut kesepakatan 3 juri, yaitu: KATEGORI PESAN AKHLAK Tokoh/Dialog/Hal Koor Putraputri/1/1 Koor Putraputri/4/1 Koor Putra/8/2 Item Ya Nabi Salam A'laika, Ya Rosul Salam A'laik, Ya Habib salam A'laika, Sholawatulloh A'laik. Assalamua'laikum Warrohmatullohi Wabarokatuh. Syahdan, adalah utusan Allah, Makhluk sempurna, unggul cipta dan budi, Bapak kaum Jin dan Manusia, Sedikit tinggi, Putih memerah warna Kulitnya, Mata menatap hitam bercelak, merah pipinya, Mata yang lebar, tebal merampak bulu-bulunya. Keterangan Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk 58 Mulut mulia, dan rapi letak giginya, Di kening luhur, purnama penuh memancar terang. Matahari pagi, Fajar merekah, gilang gemilang, Pangkal hidungnya, Membangun bentuk amat eloknya, Dadanya bidang, Pantas dan halus tulang pipinya, Pada alisnya, Rambut nan lembut melengkung juwita, lurus menombak, hidung yang molek, Halus bulunya. Janggut yang lebat. Besar dan kukuh, tulang sendinya. Kedermawanan melimpah ruah dua tangannya. Mustaka agung, dahi yang luas menghias di sana, Rambut yang panjang, Meluncur rapi ke telinganya. Cincin di jari, memberi tahu kenabiannya. Begitu pula adalah tanda, antara dua tulang bahunya, Keringat mulia, bagai permata teramat wangi. Setiap masa, mengatas harum, minyak kesturi. Tegak, dan tegap, terlalu gagah bila berjalan. Maka, adalah nabi Muhammad yang mulia, Lebih dahulu menyalami tangan siapa saja, dan rumpun mana saja. Harum tangannya, bekas jabatan wangian surga. Adapun kanak, bila dijamah di kepalanya, tahulah orang, siapa gerangan yang menjamahnya, Selain dia, tak satu bulan bersinar terang. Telah berkata, yang melukiskan sifat dirinya, bahwa tak pernah, mata memandang tolok 59 Koor Putra/11/4 Solo Putra/12/5 Solo Putra/14/5 bandingnya, Tidak malaikat, apa pula Jin, dan manusia, telah melihat bandingan ujud, budi, dan halnya, Mereka tak sanggup, demi Dzat Allah, Selain hayanya, dan Tuhanmu, Tahu keadaan itu, dengan sebenarnya, Maka, adalah junjungan kita suka menyepi, hatinya condong ke Gua Hiro, tanah Lukmani. Ia berhalwat sekian malam kepada Tuhan Lalu Jibrail, datang padanya dengan Al-Quran. Maka, adalah rintisan wahyu berupa mimpi, buat melatih tubuh insan, buat Qur'an. Adalah dia teramat yakin pada mimpinya, Cepat menangkap, seperti jelas dalam hadistnya, Maka iapun diutus oleh Tuhan sebagai Rahmat, sebagai rasul yang dipatuhi, pemimpin jagad. Ia memaggil pada agama insan seluruh, di jauh datang, dan orang dekat menjadi jauh, Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Hatta,............, Aduhai pelimpah rahmat setiap peminta, Bila menadah tangan dengan kosong dan patuhnya, Engkaupun bersih sifat hakikat dari sembarang, Tanpa umpama engkau memberi atau melarang, Demi cahayamu, duhai, ya Allah kami mendo'a, demi Musthofa bapak tawanan dan para hina, ke hadiratmu wasilah kami pada Musthofa, begitu pula pada warganya tajuk mahkota, Tetapkan iman bersama mati, Moga didapat apa diminta apa diarah, Jagalah kami laku yang nista, Laku yang rendah, Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada Khalik Akhlak kepada Khalik 60 Solo Putra/16/5 Solo Putra/18/6 Koor Putraputri/23/8 Koor Putri/24/8 Semoga rata, bagi semua rahmat darimu, serta maafmu, menyelamatkan dari apimu, Teguhkan kami dalam menolak selain Allah, Perbaikilah diri pemimpin tiap wilayah, Bebuyut kami, Orang tua kami, dan keluarga, Kyai kami, Para hadirin, Para Saudara, Penulis syair, Tutuplah celah sempit dadanya, dan Pembacanya serta pendengar ke semuanya Arkian, maka, makhluk Muhammad bagus dan mulia, putra Abdillah, turunan murni bapak Adnani. Telah tersohor keadilan dan keagungannya. Adapun Adnan, keturunan putra Ibrahim, Begitulah menurut tilikan ahli turunan, diurus semenjak Adam, hingga Abdillah, sampai lahirnya nabi junjungan. Telah diurus nenek moyangnya, bagai mengurut bulan terbit di cakrawala, sampai munculnya jadi purnama, Adalah ia seoarang nabi, kandil berseri. Begitu lahir si bocah suci, bagaikan diambang pintu rumah abadi, telah diberi daya melihat, ilham dan rahmat dari Tuhannya. Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Silsilah nabi teramat indah, bagai luhurnya rantai permata, Bintang gemintang menebar cahaya, Duhai nabi tercinta, meski kecilmu yatim piatu, tetapi agung silsilahmu, teruntai indah dan terpelihara, Tuhan menjaga, demi Mulyakan kanak Muhammad dari leluhur bersih namanya. Maka, tak kena hitam lumpurnya, Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk 61 Solo Putri/25/8 Koor Putra/28/10 Duet Putri/30/10 semenjak Adam, hingga temurun ayah bundanya. Sampai di sini, menjadi berat tuturan kalam, Sedang bidadari turun, menating gelas minuman, Sekonyong muncul purnama penuh bulan sempurna, matanya hitam bagai bercelak, amat indahnya, Tuhanku, Harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan Keridhoan. Bila si lembu, berbuat hina, dan jatuh dosa, ia membelai, dengan sifatnya, yang sungguh mulia. Bila sang cinta, datang mengadu, gairah rindu, ia meraih, dan dijadikannya sahabat setia. Akupun gila sudah padanya, Kepayang mendekat pada sisinya, Tuhan, cepatkan apa kiranya, jernih pialaku agar disampingnya, Berapa si sakit telah terobat, Berapa tertindas telah terangkat, Berapa padanya nikmat ganjaran untuk yang pandai dan untuk yang kurang. Betapa padanya kedermawanan, Betapa kurnia yang berhamburan, Berapa sarjana telah mengutip, darinya, segala ilmu yang wajib. Setinggi itulah dia Musthofa, penuh kehormatan dan tepat segala, Kelebihan Ahmad tidaklah sembunyi, Di timur dan di barat sekalipun, Berapa banyak para pecinta tenggelam begitu di airmata, akalnya, ketika dipanggil dalam diri kekasihnya. Lebur dan sirna. Wahai Rasul Allah, Wahai yang paling bagus seluruh nabi, syaf'atkan kami dari sang api, Duhai lelaki yang berbenih suci Dan, kepada bendera kebenaran, Ahmad penumpas kezaliman, Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk 62 Koor Putri/36/14 Koor Putra/37/14 Koor Putra/38/14 Solo Putri/41/18 bermurahlah dengan salam yang suci, untuk sang nabi dari Yasribi. Kepadanya sampaikan salam, bergoyang ranting di tanah larangan, Atau purnama naik menjulang, Menyinar segala binatang rimba. Salam padamu dari Tuhan langit yang tinggi Salam padamu sepanjang zaman kekal abadi Salam padamu, Akhmad, duhai kekasihku Salam padamu, Thoha, duhai pengobatku. Salam padamu hiasan para nabi Salam padamu penghulu para muttaqin Salam padamu yang jernih, segala jernih Salam padamu yang suci segala suci Salam padamu duhai kesturi dan wangi-wangian Salam padamu duhai penolong orang terbuang Salam padamu duhai Akhmad ya Muhammad Salam padamu Thoha ya lelaki dihormat Marilah kita, menyidik jiwa, gerbang cinta, sudah terbuka. Satu penyakit di jantung letaknya, Terguris pedang, rindu dendamnya. Duhai pengampun dicinta pujaan, Tahanlah....., Nyawa...., lalu lemparkan, Lekaslah dikau pada sang rindu, suruh istirah para penggerutu. Padamu hati, penuh cintamu. Depan pintumu, tak pernah lalu. Aduhai negeri kurnia acara, Tolonglah memanggil nama sebutan, Aduhai ......... Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk Akhlak kepada makhluk 63 Solo Putra/43/21 Ya..... Rasul Allah, Rasul Allah fisalam A'laika Ya...... Robbi Adnan, Robbi Adna'ni Wa'daroji, Akhlak kepada Khalik Berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan Akhlak: Tabel 4.2 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Akhlak N = 18 No. Ketegorisasi Pesan Akhlak Frekuensi Prosentase (%) 1 Akhlak Kepada Khalik 3 16,7% 2 Akhlak Kepada Makhluk 15 83,3% Total 18 100% Dari apa yang tercantum dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa pesan yang dominan pada ketegori Akhlak, yaitu Akhlak Kepada Makhluk dengan prosentase sebesar 83,3%, sedangkan Akhlak Kepada Khalik prosentase sebesar 16,7 %. a. Akhlak kepada Khalik Akhlak berkaitan dengan perilaku yang ikhlas, tawakal, taqwa, dan selalu bertaubat. Manusia sebagai makhluk yang lemah dihadapan-Nya, harus banyak memohon ampun kepada Allah. Tanpa kita sadari, perbuatan yang kita lakukan sehari-hari bisa menimbulkan dosa. Dosa itu bagaikan debu, apabila debu itu tidak dibersihkan maka akan menumpuk. Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan dengan Akhlak kepada Khalik, adalah yang tertulis sebagai berikut: 64 Hatta,............, Aduhai pelimpah rahmat setiap peminta, Bila menadah tangan dengan kosong dan patuhnya, Engkaupun bersih sifat hakikat dari sembarang, Tanpa umpama engkau memberi atau melarang. Dari dialog tersebut, bahwa sebagai hamba Allah hendaknya manusia menjaga akhlak kepada-Nya dengan berdoa dan patuh (mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya). Manusia harus berusaha memperoleh keridhoan Allah, mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. b. Akhlak kepada makhluk Akhlak sesama makhluk dapat dipahami sebagai perilaku dalam menjalin hubungan antara manusia dengan manusia ataupun bukan manusia. Karena akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi enam bagian, yang di antaranya: Akhlak terhadap Rasulullah, Akhlak terhadap orang tua, Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap keluarga atau karib kerabat, Akhlak terhadap tetangga, dan Akhlak terhadap masyarakat. Dalam Islam, berakhlak mulia harus menjadi kesadaran dan diniatkan untuk memperoleh ridha Allah, bukan untuk memperoleh pujian sesama manusia. Hal ini berkaitan dengan bagaimana manusia saling berbuat baik dengan menghargai dan menghormati sehingga bisa mewujudkan hubungan yang harmonis. Salah satu dialog yang berkaitan dengan akhlak kepada makhluk, adalah yang tertulis sebagai berikut: Berbuyut kami, orang tua kami, dan keluarga, kyai kami, para hadirin, para saudara, penulis syair, tutuplah celah sempit dadanya, dan pembacanya seta pendengar ke semuanya. 65 Dialog diatas menyampaikan tuntutan untuk menjauhkan diri kita dari akhlak madzmumah seperti dengki, hasud, dan segala aib apabila ingin mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Seorang muslim apabila tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, maka jangan sampai dia mencelakakannya. 3. Pesan Syari’ah Jika aqidah dalam posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina suatu syari’ah sebagai cabangnya. Pesan dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Kelebihan dari materi syari’ah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain karena ia merupakan jantung yang tak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Syariah menurut kesepakatan 3 juri, yaitu KATEGORI PESAN SYARIAH Tokoh/Dialog/Hal Koor Putraputri/6/1 Solo Putri/9/3 Item Keterangan Bismillahirrohmanirrohim. Ibadah Maka, adalah junjungan kita suka menyepi, hatinya condong ke Gua Hiro, tanah Lukmani. Ia berhalwat sekian malam kepada Tuhan Lalu Jibrail, datang padanya dengan AlQuran. Maka, adalah rintisan wahyu berupa mimpi, buat melatih tubuh insan, buat Qur'an. Adalah dia teramat yakin pada mimpinya, Cepat menangkap, seperti jelas dalam hadistnya, Ibadah 66 Duet Putri/10/3 Solo Putra/15/5 Solo Putra/19/6 Maka iapun diutus oleh Tuhan sebagai Rahmat, sebagai rasul yang dipatuhi, pemimpin jagad. Ia memaggil pada agama insan seluruh, di jauh datang, dan orang dekat menjadi jauh, Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Suatu Malam, dari Al-Hijier Tuhan mengisyo', ke masjid Aqsa, guna memandang cahaya pecinta, Bagai purnama di lingkup malam, berjalan jauh, sedang Jibrail serta Mikail, mengangkat patuh, Ketika itu di rumah Kudus, telah menanti segenap rasul, para malaikat arwah yang suci, Lalu Jibrail memohon, dia sholat bersama, sebagi imam, sedang mereka, jemaah setia, yang demikian karena mereka memang mengerti, keutamaan yang diberikan, Tuhan pemberi, Dan di sanalah beliau Mi'raj, melintas hilal, naik ke atas seluruh tubuh, ke tujuh tingkat, melewat semua, sedang Jibrail jadi pelayan, Ke arah hadrat yang Maha Tinggi, Menatap Irfan, sampai mendekat, bagai busur meliuk sama. Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Buahan ranum, Mohon ampunan orang keliru, Satu Sholawat sepanjang hari, sepanjang nyanyi, Riwayat nabi dalam bahasa sastra yang tinggi, Menghias indah di pendengaran lukisan pena, mengalung leher untai beruntai manik permata, Rangkaian manis zainal Abidin menyulam titi, tinggal di dada Ibadah Ibadah Muamalah 67 para hadirin kekal abadi, Koor Putraputri/21/6 Solo Putri/22/7 Trio Putra/32/12 Subhanallah Wabihamdi Surga dan seluruh bahagia, anugerah bagi mereka yang mendo'a sholawat, memohon salam, dan keberkatan atas baginda. Kumulai kalam, dengan menyebut asma yang luhur, dengan mengharap limpah kurnia, dan kebajikan, kuulang lagi, dengan pujian mudah sumbernya, beserta syukur bagi Tuhanku pemelihara. Semoga Allah yang maha Agung, menganugerahkan rahmat salawat, dan kerelaan, seluruh cinta, tercurah bagi arwah musthofa atas makamnya. Bagi warganya, semoga khusus untuk mereka, bagi Thabi'in, bagi pengikut kesemuanya, Kumohon Taufiq dalam menjalin riwayat Maulid, bahannya datang dari nenenda Ja'far Nasabnya, Kupungut untai mudah pancarnya duhai tercinta, Untai permata jarang didapat barang duanya, kuambil dikit, lantaran takut berkepanjangan, Cukuplah kalung di leher jenjang, Cukup indahnya. Kepada Allah dengan dayaNya kumohon salam, dengan kuasaNya, dalam perkara samar dan terang, Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmah, berupa rahmat dan keridhoan Bahagia siapa memandang wajahmu, duhai ibu-bapa yang penuh rahmat, kolammu jernih, Ibadah Muamalah Ibadah 68 Trio Putra/34/13 Solo Putri/40/17 sejuk airnya, tujuan kami di hari kiamat,Tidak kulihat onta yang putih, melonjak riang selain padamu, Awan yang teduh memayungimu, para malaikat sholawat untukmu. Tatkala beban telah terikat, dan saling memanggil untuk berangkat, akupun datang, dan mataku menggenang, Berhentilah untukku, Penunjuk jalan, Bawakan padaku, Risalah bimbingan, Aduhai rindu yang paling dalam, do'alah sembahan di kejauhan, di pagi hari dan senja yang kelam. Allahuma, limpahkan Sholawat pada Muhammad, Ya, Robbi, sholawat padanya beriring salam, Dalam mencinta junjungan Muhammad, Rasul terbagus nabi nan Agung, Rindu yang jauh pada Muhammad, ditinggalkannya dan jatuh linglung. Kelahiran junjungan Muhammad, Ibu Negeri Tanah Muazzam, Menyinar gelap pada Muhammad, Tuhan menyalam menitah kalam. Kupanggil Akhmad dikau Muhammad, Penghulu Rasul yang telah silam, Mintakan salam duhai Muhammad, di hari kiamat senang dan tentram. Kumohon syafa'at pada Muhammad, Bila kuterjang jiwa yang takhluk, Harapan kita hanyalah Ibadah Muamalah 69 Muhammad, Di hari duka jatuh tersipu. Cahaya datang berkat Muhammad, Benarpun jelas bila bersabda, Setinggi langit langit Muhammad, Jibril berkata: majulah paduka. Bala tentara peperangan Muhammad, Di antaranya Malaikat bertanda, Agama Dinnul oleh Muhammad, Kuburpun bakal dihancurkannya. Sholawat Tuhan atas Muhammad, Atas keluarga tercurah sayang, Sholawat Allah atas Muhammad, Atas syahabat teriring salam. Berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan Syariah: Tabel 4.3 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Syariah N = 10 No. Ketegorisasi Pesan Syariah Frekuensi Prosentase (%) 1 Ibadah 7 70% 2 Muamalah 3 30% Total 10 100% Dari apa yang tercantum dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa pesan yang dominan pada ketegori Syariah, yaitu Ibadah dengan prosentase sebesar 70%, sedangkan Muamalah sebesar 30%. 70 a. Ibadah Ibadah adalah sebutan bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik yang berupa lahir maupun yang bathin. Perbuatan dinilai sebagai ibadah, bila mempunyai kesempurnaan cinta, dan ketundukan. Salah satu kategori pesan syari’ah yang berkaitan dengan ibadah adalah yang tertulis sebagai berikut: Suatu Malam, dari Al-Hijier Tuhan mengisyo', ke masjid Aqsa, guna memandang cahaya pecinta, Bagai purnama di lingkup malam, berjalan jauh, sedang Jibrail serta Mikail, mengangkat patuh, Ketika itu di rumah Kudus, telah menanti segenap rasul, para malaikat arwah yang suci, Lalu Jibrail memohon, dia sholat bersama, sebagi imam, sedang mereka, jemaah setia, yang demikian karena mereka memang mengerti, keutamaan yang diberikan, Tuhan pemberi, Dan di sanalah beliau Mi'raj, melintas hilal, naik ke atas seluruh tubuh, ke tujuh tingkat, melewat semua, sedang Jibrail jadi pelayan, Ke arah hadrat yang Maha Tinggi, Menatap Irfan, sampai mendekat, bagai busur meliuk sama. Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Dialog diatas menceritakan kejadian isra’ mi’raj, yaitu di malam hari, Nabi Muhammad berjalan sangat jauh, sedangkan malaikat jibril dan mikail patuh terhadap perintahnya, di rumah Kudus kemudian mereka sholat berjamaah dan Nabi Muhammad sebagai imam. Lalu disanalah Nabi Mi’raj menggunakan burok dan naik ke atas tujuh langit, sedang jibril jadi pelayannya. Dan akhirnya ditentukan sholat lima waktu dalam sehari yaitu sholat shubuh, zuhur, atsar, maqrib, dan isya’. Pesan diatas, merupakan peristiwa ditetapkan kewajiban sholat, Sholat merupakan pekerjaan yang berat dan sukar kecuali bila pelakunya itu sudah bisa khusyu semata-mata karena Allah Ta’ala. Apabila seluruh pribadi sudah benar-benar mengamalkan ibadah sholat sekaligus benar-benar mempraktekkan fungsi sholat, maka kesejahteraan hidupnya terjamin, kerjasama 71 antarpribadi berjalan secara otomatis tanpa disuruh atau adanya motifasi dari pihak lain. b. Muamalah Salah satu kategori pesan syari’ah yang berkaitan dengan muamalah adalah yang tertulis sebagai berikut: Satu Sholawat sepanjang hari, sepanjang nyanyi, Riwayat nabi dalam bahasa sastra yang tinggi, Menghias indah di pendengaran lukisan pena, mengalung leher untai beruntai manik permata, Rangkaian manis zainal Abidin menyulam titi, tinggal di dada para hadirin kekal abadi. Pesan diatas menjelaskan kebiasaan membaca sholawat setiap hari, kadang dibaca pada acara maulid Nabi Muhammad oleh masyarakat Islam dengan bahasa sastra yang tinggi dan indah. Karena apabila kita selalu bersholawat untuk nabi Muhammad maka di dunia dan akhirat, kita akan bisa mendapatkan syafaatnya. B. Pesan yang Dominan dalam Naskah Drama “Qasidah Barzanji” Berdasarkan analisa data diatas, telah ditemukan kecenderungan isi pesan dakwah yang dominan adalah pesan dakwah yang mengandung nilai Aqidah sebesar 33%, pesan dakwah yang mengandung nilai Akhlak sebesar 34%, dan pesan dakwah yang mengandung nilai Syari’ah sebesar 33%. Keterangan tersebut berarti dalam naskah drama Qasidah Barzanji bahwa pesan dakwah yang paling dominan adalah pesan dakwah dalam bidang Akhlak yaitu sebesar 34% (Perhitungannya terdapat di Lampiran 2). Sementara untuk rincian tiap-tiap kategori yang dibuat, diperoleh data yang memperlihatkan bahwa dikategori pesan Aqidah, pesan dakwah yang 72 dominan adalah iman kepada rasul prosentasenya sebesar 56,2%. Sedangkan iman kepada Allah sebesar 37,5% dan iman kepada kitab-kitab sebesar 6,3%. Untuk kategori Akhlak yang dominan adalah akhlak kepada makhluk prosentasenya sebesar 83,3%. Sedangkan akhlak kepada Khalik (Allah) sebesar 16,7%. Dan untuk kategori Syariah yang dominan adalah ibadah, dalam kategori ini besar prosentasenya sebesar 70%, dan muamalah hanya 30%. Demikian hasil uraian pesan dakwah pada naskah drama Qasidah Barzanji peneliti mencoba menggunakan rumus Holsti dengan mengacu pada dialog Solo Putra yang disampaikan oleh aktor di dalam naskah tersebut. Qasidah Barzanji adalah puisi-puisi pujian kepada Nabi Muhammad yang amat populer di kalangan masyarakat Muslim. Naskah drama ini bermaksud untuk mengungkapkan kerinduan kepada Nabi Muhammad dan orang-orang suci. Jika dilihat dari beragam coraknya, naskah drama Qasidah Barzanji, merupakan naskah yang berbobot karena bersifat naratif, memiliki nilai dramatik dan teaterikal, tema yang diungkapkan menyangkut persoalan hidup, yaitu kehidupan Nabi Muhammad. Naskah drama ini selain untuk hiburan, didalamnya juga terdapat banyak pesan dakwah contohnya saja ada dialog yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, Sudi menisik sobek jubahnya, terima orang-orang tua, dan berjalan bersama janda-janda yang dihinakan.1 1 Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono ( kordinator Bengkel teater), pada 29 Mei 2011 di Bela Studio 73 Naskah drama Qasidah barzanji berasal dari Syair-syair al-Barzanji yang di terjemahkan oleh Syu’ Bah Asa (Salah satu anggota Bengkel Teater), syairsyair ini biasa dinyanyikan orang-orang Islam dengan rebana.2 Adapun pesan dakwah yang lebih banyak disampaikan dalam naskah drama Qasidah Barzanji adalah tentang akhlak karena di dalam naskah ini, menjelaskan tentang sifat atau tingkah laku Nabi Muhammad SAW, contohnya nabi Muhammad yang mulia, Lebih dahulu menyalami tangan siapa saja, dan rumpun mana saja. Jika beliau berjalan dengan sahabatnya, beliau jalan paling belakang. 2 Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono ( kordinator Bengkel teater), pada 29 Mei 2011 di Bela Studio. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta berdasarkan observasi, wawancara, dan analisis data, guna mendapatkan jawaban atas rumusan masalah dalam skripsi ini, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Isi pesan dakwah pada naskah drama Qasidah Barzanji ada enam pembawa cerita atau peran, dialog ini terbagi dalam tiga kategori pesan, yaitu pesan aqidah, syari’ah dan akhlak. Maka peneliti melihat bahwa pada dasarnya pesan dakwah yang disampaikan lebih cenderung mengajak kepada perilaku yang terpuji, hal ini bertujuan untuk meningkatkan akhlak mengenai moralitas dan budi pekerti manusia untuk membentuk pribadi yang shaleh dan kebahagiaan dunia akhirat. 2. Dari 44 dialog yang telah diuraikan, maka peneliti melihat bahwa pada dasarnya pesan dakwah yang paling dominan disampaikan oleh narasumber adalah pesan akhlak yakni sebanyak 34% dibandingkan dengan pesan aqidah yang berjumlah 33% dan pesan sya’riah dengan 33%. Dengan demikian penelitian ini memilki validitas yang tinggi atau sempurna. Dalam naskah drama Qasidah Barzanji pesan yang paling dominan adalah pesan Akhlak (budi pekerti), yakni pesan dakwah yang 74 75 membahas tentang sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. B. Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan di antaranya: 1. Hendaknya kepada pihak penerus WS Rendra atau anggota bengkel teater rendra mengembangkan sayap dengan membuat lebih banyak naskah drama yang berisi pesan dakwah, hal ini agar bengkel teater tersebut lebih bisa dikenal dan tidak hanya masyarakat Indonesia saja. Kepada kordinator maupun anggota bengkel teater WS Rendra agar terus mendukung penulis dengan selalu memberikan gagasan dan ide. Agar bisa lebih maju dan berkembang lagi, serta bermanfaat baik untuk para pembaca, maupun penulis. 2. Kepada pihak pemain atau aktor dalam naskah drama Qasidah Barzanji agar selalu melakukan inovasi-inovasi seperti dialog atau kata-kata lebih menarik, pemilihan settingan tempat yang tepat dan bisa menjelmakan perannya dengan hidup atau perasaan agar pembaca tidak monoton dan tidak bosan untuk dibaca. Apabila kisah itu dibaca, maka teknik ucapan dan tekhnik gerakannya tidak berbeda dengan tekhnik bermain drama. 76 3. Kepada praktisi atau ilmuwan dakwah yang bergerak dalam ilmu dakwah agar lebih memperhatikan dunia seni khususnya karya tulis drama atau naskah drama sebagai sarana dakwah. Karena pada saat ini, naskah drama sangat efektif dan juga efisien dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah, selain itu naskah drama tidak bosan untuk dibaca. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Syaikh. 2007. Cara Mudah Memahami Aqidah: Sesuai al-Qur’an, asSunnah dan Pemahaman Salafus Shalih. Jakarta: Pustaka At-Tazkia. Ali, M. Daud. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Amin, Ahmad. 1991. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: PT Bulan Bintang. Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Penerbit AMZAH. Anshari, Endang Syaefudin. 1993. Wawasan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arifin, Tatang M. 1968. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta. Bakar, Hasanuddin Abu. 1999. Meningkatkan Mutu Dakwah. Jakarta: Media Dakwah. Bashori, Agus Hasan. 2001. Kitab tauhid 2. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Bulaeng, Andi. 2004. Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Ghozaly, M. Bahri. 1997. Dakwah Komunikasi Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya. Hasanuddin dan M. Hum. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Penerbit Titian Ilmu Bandung. Hasanuddin. 1996. Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Ismail, A. Ilyas. 2008. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: PT Penamadani. 77 78 Jumroni. 2006. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press. Krippendorf, Klaus. 1993. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodolog. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Latif, Nasarudin. Teori dan Praktik Dakwah Islamiah. Jakarta: PT Firma Dara. Machfoeld, Moesa A. 2004. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya. Jakarta: PT Bulan Bintang. Madjid, Abdul. 1986. Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam, Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati. Munir, M dan Wahyu Ilaihi. 2009. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo. Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali. 1995. Manhaj Da’wah Para Nabi. Jakarta: Gema Insani Press. Rendra. 2009. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta: Burungmerak Press. Romli, Asep Syamsul M. 2003. Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Semi, M. Atar. 1985. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa raya. Sihabudi, dkk. 2009. Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama. Surabaya: Amanah Pustaka. Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Syihata, Abdullah. 1986. Da’wah Islamiyah. Jakarta: Departemen Agama. Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. Tjokroatmodjo, Dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya: Usaha Nasional. 79 www.scribd.com, diakses pada tanggal 1 Januari 2011. Wawancara pribadi dengan Edy haryono. LAMPIRAN 1 REKAPITULASI PENILAIAN DEWAN JURI No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Item Ya Nabi Salam A'laika, Ya Rosul Salam A'laik, Ya Habib salam A'laika, Sholawatulloh A'laik. Ya Habibi Ya Muhammad, Ya Arusal Khofiqoin, Ya Muayyad Ya Mumajjad, Ya Immamal Qiblatain. Allahuma Shali A'la Muhammad, Wa a'la Ali Muhammad. Assalamua'laikum Warrohmatullohi Wabarokatuh. Audzu Billahi Minasyaitanirojim. Bismillahirrohmanirrohim. Allahuma Shali A'la Muhammad, Ya Robbi Shali A'laihi Wassalim Ya Robbi Warhamna Jami'a, Ya Robbi Warham Walidzina. Syahdan, adalah utusan Allah, Makhluk sempurna, unggul cipta dan budi, Bapak kaum Jin dan Manusia, Sedikit tinggi, Putih memerah warna Kulitnya, Juri I Juri II Aqidah Akhlak Syariah Aqidah Akhlak Syariah Aqidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Juri III Akhlak Syariah √ √ √ √ Mata menatap hitam bercelak, merah pipinya, Mata yang lebar, tebal merampak bulu-bulunya. Mulut mulia, dan rapi letak giginya, Di kening luhur, purnama penuh memancar terang. Matahari pagi, Fajar merekah, gilang gemilang, Pangkal hidungnya, Membangun bentuk amat eloknya, Dadanya bidang, Pantas dan halus tulang pipinya, Pada alisnya, Rambut nan lembut melengkung juwita, lurus menombak, hidung yang molek, Halus bulunya. Janggut yang lebat. Besar dan kukuh, tulang sendinya. Kedermawanan melimpah ruah dua tangannya. Mustaka agung, dahi yang luas menghias di sana, Rambut yang panjang, Meluncur rapi ke telinganya. Cincin di jari, memberi tahu kenabiannya. Begitu pula adalah tanda, antara dua tulang bahunya, Keringat mulia, bagai permata teramat wangi. Setiap masa, mengatas harum, minyak 9. kesturi. Tegak, dan tegap, terlalu gagah bila berjalan. Maka, adalah nabi Muhammad yang mulia, Lebih dahulu menyalami tangan siapa saja, dan rumpun mana saja. Harum tangannya, bekas jabatan wangian surga. Adapun kanak, bila dijamah di kepalanya, tahulah orang, siapa gerangan yang menjamahnya, Selain dia, tak satu bulan bersinar terang. Telah berkata, yang melukiskan sifat dirinya, bahwa tak pernah, mata memandang tolok bandingnya, Tidak malaikat, apa pula Jin, dan manusia, telah melihat bandingan ujud, budi, dan halnya, Mereka tak sanggup, demi Dzat Allah, Selain hayanya, dan Tuhanmu, Tahu keadaan itu, dengan sebenarnya, Maka, adalah junjungan kita suka menyepi, hatinya condong ke Gua Hiro, tanah Lukmani. Ia berhalwat sekian malam kepada Tuhan √ √ √ 10. Lalu Jibrail, datang padanya dengan Al-Quran. Maka, adalah rintisan wahyu berupa mimpi, buat melatih tubuh insan, buat Qur'an. Adalah dia teramat yakin pada mimpinya, Cepat menangkap, seperti jelas dalam hadistnya, Maka iapun diutus oleh Tuhan sebagai Rahmat, sebagai rasul yang dipatuhi, pemimpin jagad. Ia memaggil pada agama insan seluruh, di jauh datang, dan orang dekat menjadi jauh, Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Suatu Malam, dari Al-Hijier Tuhan mengisyo', ke masjid Aqsa, guna memandang cahaya pecinta, Bagai purnama di lingkup malam, berjalan jauh, sedang Jibrail serta Mikail, mengangkat patuh, Ketika itu di rumah Kudus, telah menanti segenap rasul, para malaikat arwah yang suci, Lalu Jibrail memohon dia sholat bersama, sebagi imam, sedang mereka, √ √ √ 11. jemaah setia, yang demikian karena mereka memang mengerti, keutamaan yang diberikan, Tuhan pemberi, Dan di sanalah beliau Mi'raj, melintas hilal, naik ke atas seluruh tubuh, ke tujuh tingkat, melewat semua, sedang Jibrail jadi pelayan, Ke arah hadrat yang Maha Tinggi, Menatap Irfan, sampai mendekat, bagai busur meliuk sama. Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Maka, adalah Nabi Muhammad rendah hatinya, Bersifat agung, Sudi menisik sobek jubahnya, Menambal terompah, Juga memeras susu kambingnya, Dan melayani ahli rumahnya, dengan lembutnya, Dicintainya orang melarat, dijenguknya pabila sakit, bila mati disebarkan kabar matinya, jenazah diurus dikafaninya, Ia terima orang-orang tua yang papa, Ia berjalan bersama para janda yang dihinakan, menutur pria, agar berbaik dengan mereka, Ia berjalan bersama hamba sahaya, sopan dan lembut kepada mereka, √ √ √ 12. 13. 14. Seluruh raja segan dan gentar menghadapinya, Tiada raja ia takuti, Ia adil, sabar, dan merdeka, Bila murka ia murka karena Allah, Bila rela ia rela karena Allah, Beranilah la murka untuk mencegah si aniaya, Bila berjalan bersama, Ia suka berjalan, di belakang sekali, Dalam merantau, iapun unggul dan utama, Adapaun nabi junjungan kita, sangat kampiun menunggang kuda, bagal dan onta, Tuhanku harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Hatta, Aduhai pelimpah rahmat setiap peminta, Bila menadah tangan dengan kosong dan patuhnya, Engkaupun bersih sifat hakikat dari sembarang, Tanpa umpama engkau memberi atau melarang, Engkau yang baka, engkau yang kadim sejak azali, tiada Tuhan selain engkau kan dipasrahi, Kodratmu tinggi kekal dan damai kami bersandar, Maha utama, dikau menuntun kami yang sasar. Demi cahayamu, duhai, ya Allah kami √ √ √ √ √ √ √ √ √ 15. 16. 17. 18. mendo'a, demi Musthofa bapak tawanan dan para hina, ke hadiratmu wasilah kami pada Musthofa, begitu pula pada warganya tajuk mahkota, Tetapkan iman bersama mati, Moga didapat apa diminta apa diarah, Jagalah kami laku yang nista, Laku yang rendah, Buahan ranum, Mohon ampunan orang keliru, Semoga rata, bagi semua rahmat darimu, serta maafmu, menyelamatkan dari apimu, Teguhkan kami dalam menolak selain Allah, Perbaikilah diri pemimpin tiap wilayah, Dengan apura, dengan ampunan, mohon mulya penggubah syair sukar dinilai kadar harganya, Angkat karibmu ke bukit pasir yang paling tinggi, Tempatkan dia di kediaman dekat kakinya, Tunjukkan dia hakikat Engkau tak ada dua, Bebuyut kami, Orang tua kami, dan keluarga, Kyai kami, Para hadirin, Para Saudara, Penulis syair, Tutuplah celah sempit dadanya, dan Pembacanya serta pendengar ke √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 19. 20. 21. 22. semuanya Satu Sholawat sepanjang hari, sepanjang nyanyi, Riwayat nabi dalam bahasa sastra yang tinggi, Menghias indah di pendengaran lukisan pena, mengalung leher untai beruntai manik permata, Rangkaian manis zainal Abidin menyulam titi, tinggal di dada para hadirin kekal abadi, Lailahaillah Subhanallah Wabihamdi Surga dan seluruh bahagia, anugerah bagi mereka yang mendo'a sholawat, memohon salam, dan keberkatan atas baginda. Kumulai kalam, dengan menyebut asma yang luhur, dengan mengharap limpah kurnia, dan kebajikan, kuulang lagi, dengan pujian mudah sumbernya, beserta syukur bagi Tuhanku pemelihara. Semoga Allah yang maha Agung, menganugerahkan rahmat salawat, dan kerelaan, seluruh cinta, tercurah bagi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 23. arwah musthofa atas makamnya. Bagi warganya, semoga khusus untuk mereka, bagi Thabi'in, bagi pengikut kesemuanya, Kumohon Taufiq dalam menjalin riwayat Maulid, bahannya datang dari nenenda Ja'far Nasabnya, Kupungut untai mudah pancarnya duhai tercinta, Untai permata jarang didapat barang duanya, kuambil dikit, lantaran takut berkepanjangan, Cukuplah kalung di leher jenjang, Cukup indahnya. Kepada Allah dengan dayaNya kumohon salam, dengan kuasaNya, dalam perkara samar dan terang, Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmah, berupa rahmat dan keridhoan Arkian, maka, makhluk Muhammad bagus dan mulia, putra Abdillah, turunan murni bapak Adnani. Telah tersohor keadilan dan keagungannya. Adapun Adnan, keturunan putra Ibrahim, Begitulah menurut tilikan ahli turunan, diurus semenjak Adam, hingga Abdillah, sampai lahirnya nabi junjungan. √ √ √ 24. 25. Telah diurus nenek moyangnya, bagai mengurut bulan terbit di cakrawala, sampai munculnya jadi purnama, Adalah ia seoarang nabi, kandil berseri. Begitu lahir si bocah suci, bagaikan diambang pintu rumah abadi, telah diberi daya melihat, ilham dan rahmat dari Tuhannya. Tuhanku, harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan. Silsilah nabi teramat indah, bagai luhurnya rantai permata, Bintang gemintang menebar cahaya, Duhai nabi tercinta, meski kecilmu yatim piatu, tetapi agung silsilahmu, teruntai indah dan terpelihara, Tuhan menjaga, demi Mulyakan kanak Muhammad dari leluhur bersih namanya. Maka, tak kena hitam lumpurnya, semenjak Adam, hingga temurun ayah bundanya. Sampai di sini, menjadi berat tuturan kalam, Sedang bidadari turun, menating gelas minuman, Sekonyong muncul purnama penuh √ √ √ √ √ √ 26. 27. bulan sempurna, matanya hitam bagai bercelak, amat indahnya, Tuhanku, Harumkan arwah dan makamnya, Wangian hikmat, berupa rahmat dan Keridhoan. Wajah mentari memancar terang, dari wajahmu. Menyingkir malam, gelap memekat, yang penuh tipu, Hari lahirmu, bagi agama, satu berita suka gembira, seluruh bunga mekar bersama, Kebanggaan, memenuhi hati ibu sang nabi, Tidak seorang dari wanita, kan menandingi, Banggalah ia, di tengah kaum, dengan putranya, Duh kelahiran, penghapus aib dan kufur nista, engkaulah obat, pengusir bencana. Bersambut-sambut bisikan riang, dunia yang halus. Lahirlah kini bayi Musthofa, Alangkah bagus. Kasihku, duhai kasihku, duhai pengobatku, Kasihku, engkaulah tujuan, dan harapanku, Sholawat Allah, atas √ √ √ √ √ √ 28. 29. 30. petunjuk, atas Muhammad, Pelimpah syafa’at, seluruh makhluk, di hari kiamat, segala jalan keperhubungan, menjelas lempang, Adapun seluruh resia berahi, tinggal didalam. Bila si lembu, berbuat hina, dan jatuh dosa, ia membelai, dengan sifatnya, yang sungguh mulia. Bila sang cinta, datang mengadu, gairah rindu, ia meraih, dan dijadikannya sahabat setia. Sholawat atas sang nabi, Salam atas sang rasul, Pemilik syafa’at dari AlBatkha, Mohammadir Arabia, Sebagus-bagus siapa berdiri di atas limpah kurnia. Pemegang syafa’at di tengah manusia. Tidak seorang menjadi tandingnya, beruntung umat oleh karenanya, Siapa yang mati dalam cintanya, didapat semua yang di tuntutnya. Akupun gila sudah padanya, Kepayang mendekat pada sisinya, Tuhan, cepatkan apa kiranya, jernih pialaku agar di sampingnya, Berapa si sakit telah terobat, Berapa tertindas telah terangkat, Berapa padanya nikmat ganjaran √ √ √ √ √ √ √ √ √ 31. untuk yang pandai dan untuk yang kurang. Betapa padanya kedermawanan, Betapa kurnia yang berhamburan, Berapa sarjana telah mengutip, darinya, segala ilmu yang wajib. Setinggi itulah dia Musthofa, penuh kehormatan dan tepat segala, Kelebihan Ahmad tidaklah sembunyi, Di timur dan di barat sekalipun, Berapa banyak para pecinta tenggelam begitu di air-mata, akalnya, ketika dipanggil dalam diri kekasihnya. Lebur dan sirna. Wahai Rasul Allah, Wahai yang paling bagus seluruh nabi, syaf'atkan kami dari sang api, Duhai lelaki yang berbenih suci Dan, kepada bendera kebenaran, Ahmad penumpas kelaliman, bermurahlah dengan salam yang suci, untuk sang nabi dari Yasribi. Kepadanya sampaikan salam, bergoyang ranting di tanah larangan, Atau purnama naik menjulang, Menyinar segala binatang rimba. Duhai Kekasih, Duhai Muhammad, √ √ √ 32. 33. 34. 35. Duhai mempelai penyegar iman, Duhai Muayyat, lelaki dihormat, Duhai sang Imam kedua kiblat. Bahagia siapa memandang wajahmu, duhai ibu-bapa yang penuh rahmat, kolammu jernih, sejuk airnya, tujuan kami di hari kiamat, Tidak kulihat onta yang putih, melonjak riang selain padamu, Awan yang teduh memayungimu, para malaikat sholawat untukmu, Datang menangis onta yang tua, minta berlindung pada lenganmu, Binatang rimba, dan kijang berlarian, padamu jua mencari naungan. Tatkala beban telah terikat, dan saling memanggil untuk berangkat, akupun datang, dan mataku menggenang, Berhentilah untukku, Penunjuk jalan, Bawakan padaku, Risalah bimbingan, Aduhai rindu yang paling dalam, do'alah sembahan di kejauhan, di pagi hari dan senja yang kelam. Allahuma Sholi Wassalim Wabarik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 36. 37. 38. 39. A'lai Thoa'la Muhammad. Salam padamu dari Tuhan langit yang tinggi Salam padamu sepanjang zaman kekal abadi Salam padamu, Akhmad, duhai kekasihku Salam padamu, Thoha, duhai pengobatku. Salam padamu hiasan para nabi Salam padamu penghulu para muttaqin Salam padamu yang jernih, segala jernih Salam padamu yang suci segala suci Salam padamu duhai kesturi dan wangi-wangian Salam padamu duhai penolong orang terbuang Salam padamu duhai Akhmad ya Muhammad Salam padamu Thoha ya lelaki dihormat Ayat-ayat kebenaran dari yang rahman, yang dihadirkan kemudian, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ tanpa awal, sifat yang datang dari luar zaman, tidak berkait dengan waktu, maka iapun memberitakan, tentang negeri tempat berpulang, tentang bangsa hak dan bangsa iyya, kekallah dia di tangan kita, lalu mengatas semua mu'zizat, seluruh nabi, yang telah lahir, dan tidak abadi, jadi sandaran, tidak tertinggal ayat yang samar, dipertentangkan, tidak menyalah hakim yang tinggi, Musuh sengitpun, menyerang AlQuran, pastilah pulang, dari bencinya paling jahanam, mengangkat salam, Sastra ilahi telah menangkis, Akuakuan para penantang, Seperti cemburu telah menangkis, tangan si lancang di kehormatan, Di kandung makna gulung bergulung bagai lautan, di atas mutia di keindahan, dan penilaian, Tidak terhitung tidak terbilang, di keajaiban, Tidak bertemu jumlah yang banyak, di kebosanan, Jatuh berlinang orang mengaji, maka akupun bilang padanya, "BAHAGIA ENGKAU DI TALI YANG SUCI", 40. maka, peganglah sekuat daya, Andai kau baca lantaran takut api menyala, telah kau padam panasnya api, dari sumbernya yang mula-mula, Bagai telaga, memutih wajah oleh karenanya, Wajah maksiat berduyun datang, arang layaknya, Bagai titian bagai timbangan, di keadilan, dan keadilan pun tanpa Al-Quran, takkan berdiri di tengah insan, Usah kau heran para pendengki memungkirinya, berlagak bodoh, sedang matanya jelas terbuka, memang seringlah mata menolak cahaya surya, karena trakhoma. Lidah menolak lezatnya air, karena sakitnya. Allahuma, limpahkan Sholawat pada Muhammad, Ya, Robbi, sholawat padanya beriring salam, Dalam mencinta junjungan Muhammad, Rasul terbagus nabi nan Agung, Rindu yang jauh pada Muhammad, √ √ √ 41. ditinggalkannya dan jatuh linglung. Kelahiran junjungan Muhammad, Ibu Negeri Tanah Muazzam, Menyinar gelap pada Muhammad, Tuhan menyalam menitah kalam. Kupanggil Akhmad dikau Muhammad, Penghulu Rasul yang telah silam, Mintakan salam duhai Muhammad, di hari kiamat senang dan tentram. Kumohon syafa'at pada Muhammad, Bila kuterjang jiwa yang takhluk, Harapan kita hanyalah Muhammad, Di hari duka jatuh tersipu. Cahaya datang berkat Muhammad, Benarpun jelas bila bersabda, Setinggi langit langit Muhammad, Jibril berkata: majulah paduka. Bala tentara peperangan Muhammad, Di antaranya Malaikat bertanda, Agama Dinnul oleh Muhammad, Kuburpun bakal dihancurkannya. Sholawat Tuhan atas Muhammad, Atas keluarga tercurah sayang, Sholawat Allah atas Muhammad, Atas syahabat teriring salam. Marilah kita, menyidik jiwa, gerbang cinta, sudah terbuka. √ √ √ 42. Satu penyakit di jantung letaknya, Terguris pedang, rindu dendamnya. Duhai pengampun dicinta pujaan, Tahanlah....., Nyawa...., lalu lemparkan, Lekaslah dikau pada sang rindu, suruh istirah para penggerutu. Padamu hati, penuh cintamu. Depan pintumu, tak pernah lalu. Aduhai negeri kurnia acara, Tolonglah memanggil nama sebutan, Aduhai ......... Allah......., Allah......., Allah..... Tuhan kami, Engkaulah segala-galanya, Berpindah dikau di rusuk-rusuk para pemimpin, berpindah-pindah. Demikian syamsu dalam rangkaian selalu juga berpindah-pindah, Berjalan dikau ke gua garba, Oleh karena merasa mulya, Untuk mendukung satu perkara, Luhur maknanya. Bahagialah atas kaum, Di tengah mana engkau berada, dan dari mana dikau berasal. Nampak padamu, wajah purnama, berselaput lembut selubung cahya. √ √ √ 43. 44. Demi Allah, saat dimana engkau datang dan naik merekah, bahagialah penduduk buana Engkau menjelang pada mereka. Kepada Sholawat Allah teriring salam sebanyak titik yang berjatuhan, dari bongkahan awan gemawan. Adalah penutup seluruh nabi Muhammad jua, Di hari bangkitnya segenap insan berdiri tegak pertama-tama. Ya..... Rasul Allah, Rasul Allah fisalam A'laika Ya...... Robbi Adnan, Robbi Adna'ni Wa'daroji, Yaa... Arhamarohimin, Irhamna, Wa'afinna, a'afuanna Wa'asrotika Warasulika A'inna Ya Hayyu ya Qayyum Dzahika, Yaa.. Allah √ √ √ √ √ √ LAMPIRAN 2 Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi (Aqidah) No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai 1 Ke 1 dan 2 16 15 1 0,94 2 Ke 1 dan 3 16 14 2 0,87 3 Ke 2 dan 3 16 15 1 0,94 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai kesepakatan antar juri kategorisasi aqidah. Koefisien kesepakatan antar juri kategorisasi aqidah, yaitu: Juri I dengan juri II; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.15 16+16 30 32 = 0,94 Juri I dengan juri III; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.14 16+16 28 32 = 0,87 Juri II dengan juri III; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.15 16+16 30 32 = 0,94 Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus: 𝑋 = 𝑥 10 = 0,94+0,87+0,94 3 = 2,75 3 = 0,92 Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,92. Dengan demikian untuk mengukur menggunakan rumus sebagai berikut: Komposit Realibilitas = = = N ( X antar juri) 1 ( N 1) ( X antar juri) 3.0,92 1+2.0,92 2,76 2,84 Komposit Reliabilitas dapat = 0,97 Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I (satu) dengan II (dua), dan juri II (dua) dengan juri III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,94, dengan jumlah kesepakatan 15 item dan ketidaksepakatan 1 item. Untuk juri I (satu) dengan III (tiga), nilai yang dihasilkan adalah 0,87, dengan kesepakatan 14 item dan ketidaksepakatan 2 item. Ini berarti bahwa antar juri I (satu) dengan II (dua) dan juri II dengan III, memperoleh nilai tertinggi yaitu 0,94. Sedangkan untuk juri I (satu) dengan juri III (tiga) yang memperoleh nilai yang sama (terendah) yaitu 0,87. Dengan demikian, untuk nilai Komposit Reliabilitas secara keseluruhannya adalah 0,97 atau 97%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi. Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi (Akhlak) No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai 1 Ke 1 dan 2 18 18 0 1 2 Ke 1 dan 3 18 17 1 0,94 3 Ke 2 dan 3 18 17 1 0,94 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai kesepakatan antar juri kategorisasi akhlak. Koefisien kesepakatan antar juri kategorisasi akhlak, yaitu: Juri I dengan juri II; Koefisien Realibilitas = 2M N1 N 2 2.18 = 18+18 = 36 36 =1 Juri I dengan juri III; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.17 18+18 34 36 = 0,94 Juri II dengan juri III; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.17 18+18 34 36 = 0,94 Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus: 𝑋 = 𝑥 10 = 1+0,94+0,94 3 = 2,88 3 = 0,96 Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,96 Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Komposit Realibilitas = N ( X antar juri) 1 ( N 1) ( X antar juri) 3.0,96 = 1+2.0,96 2,88 = 2,92 = 0,99 Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I dengan II, nilai yang dihasilkan adalah 1. sedangkan juri I dengan III, dan juri II dengan juri III, nilai yang dihasilkan adalah 0,94 dengan jumlah kesepakatan 17 item dan ketidaksepakatan 1 item. Ini berarti bahwa antar juri I dengan II, memperoleh nilai yang sempurna yaitu 1. Sedangkan juri I dengan III dan juri II dengan III memperoleh nilai yang terendah yaitu 0,94. Dengan demikian, untuk nilai Komposit Realibilitas secara keseluruhannya adalah 0,99 atau 99%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi. Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi (Syariah) No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai 1 Ke 1 dan 2 10 9 1 0,9 2 Ke 1 dan 3 10 9 1 0,9 3 Ke 2 dan 3 10 10 0 1 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai kesepakatan antar juri kategorisasi Syariah. Koefisien kesepakatan antar juri kategorisasi Syariah, yaitu: Juri I dengan juri II; 2M N1 N 2 Koefisien Realibilitas = 2.9 = 10+10 18 = 20 = 0,9 Juri I dengan juri III; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.9 10+10 18 20 = 0,9 Juri II dengan juri III; Koefisien Realibilitas = = = 2M N1 N 2 2.10 10+10 20 20 =1 Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus: 𝑋 = 𝑥 10 = 0,9+0,9+1 3 = 2,8 3 = 0,93 Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,93 Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Komposit Realibilitas = = = N ( X antar juri) 1 ( N 1) ( X antar juri) 3.0,93 1+2.0,93 2,79 2,86 = 0,98 Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I dengan II, dan I dengan III nilai yang dihasilkan sama (terendah), yaitu 0,9, dengan jumlah kesepakatan 9 item dan ketidaksepakatan 1 item. Sedangkan untuk juri II dengan juri III nilai yang dihasilkan adalah 1, dengan jumlah kesepakatan 10 item. Dengan demikian, untuk nilaiKomposit Reliabilitas secara keseluruhannya adalah 0,98 atau 98%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi. Dan untuk menemukan rincian hasil dari isi pesan dakwah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti akan menampilkan prosentase satu per satu kategorisasi pesan, dengan menggunakan rumus: 𝐹 𝑃 = 𝑁 𝑋 100% Prosentasi Pesan N = 2,94 No. Ketegorisasi Koefisien Prosentase (%) Reliabilitas 1 Aqidah 0,97 33% 2 Akhlak 0,99 34% 3 Syariah 0,98 33% Total 2,94 100% P = Aqidah = 𝐹 𝑁 0,97 2,94 x 100% x 100% = 33% Akhlak = 0,99 2,94 x 100% = 34% Syariah = 0,98 2,94 x 100% = 33% Dengan demikian, pesan dakwah yang dominan pada dialog Solo Putra di dalam naskah drama Qasidah Barzanji adalah pesan Akhlak dengan prosentase 34% berdasarkan hasil perhitungan kesepakatan dari ketiga orang juri. LAMPIRAN 3 Wawancara Kepada Narasumber (Kordinator Bengkel Teater) Nama Narasumber : Hari & Tanggal : Tempat : 1. Apa yang mendorong WS Rendra untuk mementaskan naskah yang penuh dengan shalawat & pujian Rasulullah padahal ia belum beragama Islam pada saat itu? Jawab: Pada saat salah satu anggotanya, Syu’ Bah Asa sedang menerjemahkan puisi atau syair-syair al-Barzanji. Rendra membaca syair itu lalu Rendra tertarik, dan bertanya kepada Syu’ bah Asa, nanti kalau sudah selesai diterjemahkan, apakah bisa kita pentaskan?, Syu’ Bah Asa, sebenarnya tidak percaya atas pertanyaan itu, karena Rendra latar belakangnya dari Katolik. 2. Kapan pertama kali naskah Qasidah Barzanji ini dipentaskan? Jawab: 23 sampai 24 Juni 1970, di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki. 3. Sudah berapa kali naskah ini dipentaskan? Dimana saja? Jawab: Kurang lebih 10 kali. 1. Tahun 1970, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. 2. Gedung Merdeka, Bandung. 3. Gedung Batik Yudonegaran, Yogyakarta. 4. Glora Pancasila, Surabaya. 5. Gedung Bhayangkara, Jember. 6. Gedung Brawidjaja, Malang. 7. Tahun 1971, keliling 6 kota di Aceh. 8. Tahun 1974, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. 9. Tahun 2003, Tenis Indor Senayan, Jakarta. 4. Apa tujuan dan manfaat naskah Qasidah Barzanji? Jawab: Tujuannya untuk mengungkapkan kerinduan kami kepada Nabi dan orang-orang suci. Manfaatnya agar lebih mencintai Nabi, mengetahui perjalanan kehidupan Nabi, makna dari syir-syair tesebut. 5. Ada berapa tokoh atau pemain didalam naskah Qasidah Barzanji? Banyak, sekitar ada 20 orang. 6. Pesan-pesan apa saja yang terdapat didalam naskah Qasidah Barzanji? Pesan moral, Pesan dakwah juga ada. 7. Konflik apa yang ada didalam Naskah Qasidah Barzanji? Naskah ini hanya menjelaskan tingkah laku Nabi, memberitahu tentang kehidupan Nabi. 8. Naskah Qasidah Barzanji ini termasuk drama apa? Drama religis, dan drama tanpa dialog antar pemain. 9. Apa menariknya naskah Qasidah Barzanji dari naskah WS Rendra lainnya? Naskah ini selain ada dakwah, juga terdapat hiburan didalamnya. Sedangakan naskah Rendra yang lain, berisi pesan moral, dan biasanya menceritakan kehidupan yang terjadi di negara kita.