analisis isi pesan dakwah dalam naskah drama

advertisement
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA
‘’QASIDAH BARZANJI’’ KARYA WS RENDRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
WILDAH
NIM. 107051000068
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Juni 2011
WILDAH
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA
‘’QASIDAH BARZANJI’’ KARYA WS RENDRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
WILDAH
NIM. 107051000068
Pembimbing:
DRS. JUMRONI. M.Si
NIP. 1963 0515 1992031 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011 M
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA
.'QASIDAH BARZANJI" KARYA WS RENDRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
WILDAH
Tr*.
1070s1000068
AL
Pembimbing:
DRS. JUMRONI. M.Si
NIP. 1953 05ls 1992031 006
,iil
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKUI-,TAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t432rJn011 M
PENGESA}IAN PANITIA UJIAN
skripsi judul Analisis
'(Qasidah Barzanjit' Karya
rsi
Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama
ws
Rendra sudah diujikan dalam
sidang
munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta pada anggal 21 Juni 2011. skripsi
terima
ini
sudah
di
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Pada Program Studi Komunikasi dan penyiaran Islam.
Jakartia, 27 Agustus 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
Sekertaris Sidang
1
I
Subhan. MA
16198103 I m2
,f
N"IP. 19710816
Anggota
198103 1 002
NIP.
Pembimbing
C-t
/
crf
Drs. Jumroni. M.Si
F[IP. 19630515 199203 1 006
1
Wildah
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji karya
WS Rendra
ABSTRAK
Di zaman modern ini, banyak sekali media yang digunakan untuk berdakwah
seperti radio, televisi, dan media cetak. Bahkan seni drama pun bisa dijadikan alat untuk
berdakwah. Contoh drama teater yang mengisahkan tentang religi. Naskah drama
Qasidah Barzanji merupakan karya lama Rendra yang telah dipentaskan pertama
kali tahun 1969 dan mencapai Box Office yang sampai saat ini belum tertandingi.
Qasidah Barzanji ini, berisi shalawat serta pujian untuk Rasul yang isinya penuh
dengan keindahan-keindahan Islam yang terlihat dari kata-kata sholawat dan
pujian tersebut sekaligus untuk mereaktualisasikan kembali nilai hari-hari besar
Islam.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan
analisi naskah drama dan mengkhususkan pada dialog Solo Putra dengan
merumuskan dua pertanyaan yakni, Pesan apa saja yang terkandung dalam naskah
drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra? Pesan apa yang cenderung
mendominasi isi naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra?
Untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal, dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu mengutamakan
ketepatan dalam mengidentifikasikan isi pesan, seperti perhitungan dan
penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu, konsep, tema atau penyajian
suatu informasi. Untuk memperoleh data yang akurat dan objektif dengan
menggunakan tiga orang juri yang kompeten. Untuk memperoleh data dari
penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,
dokumentasi, wawancara, teknik pengolahan dengan menggunakan coding sheet
atau lembar koding dan analisis data dengan menggunakan teori Holsti.
Dan selanjutnya peneliti menggunakan Teori Holsti (1969) untuk mencari
koefisien reliabilitas, kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata serta
perbandingan nilai keputusan antar juri. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai
teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.
Setelah peneliti menganalisis isi pesan dakwah naskah drama Qasidah
Barzanji pada tiap dialog yang berjumlah 44 item, dengan pesan-pesan dakwah
yang disampaikan mengandung tiga kategori yakni aqidah, syari’ah, dan akhlak.
Maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pesan paling dominan adalah pesan
akhlak, subkategorinya akhlak kepada makhluk yakni membahas tentang sifat dan
tingkah laku Nabi Muhammad untuk melengkapi keimanan dan keislaman
seseorang.
.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari
lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada
penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya,
serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang
baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk
mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan
umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn
Abdillah ibn Abdul Muthallib.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi,
baik itu berupa sifat malas, lalai dan berbagi waktu dengan mengikuti matakuliah
yang nilainya belum memenuhi syarat. Sungguh sebuah anugerah terindah yang
diberikan Allah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini,
walau mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena
banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.
Peneliti persembahkan segalanya kepada ayahanda H. Ismail dan kepada
ibunda tersayang Hj. Herlina, yang dengan ketegaran hatinya dalam menghadapi
hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi peneliti serta air
susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air
matanya telah menyatu dalam jiwa peneliti. Adik-adik tersayang Naili Soraya,
ii
Ahmad Noval, Ahmad Fauzan, Misela, Ahmad Kafi yang selalu mendoakan
peneliti agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan penulisan skripsi,
rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada:
1.
Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Pudek I,
bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A., selaku Pudek II dan bapak Drs. Study
Rizal LK, M.A., selaku Pudek III.
2.
Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni, M.Si., dan Kepada Sekertaris Jurusan
Ibu Umi Musyarrofah, M.A.
3.
Bapak. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan
sabar membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai
pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa
perkuliahan.
5.
Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang
telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan
skripsi ini.
6.
Bpk Edi Haryono selaku Kordinator Bengkel Teater Rendra, yang telah
memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah kesibukan.
iii
7.
Zakki Rosmi Mubarok, Muhammad Budi, Dewi Puspita Sari Serta semua
pihak yang telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi
ini.
8.
Keluarga Besar KPI D angkatan 2007 dan umumnya KPI angkatan 2007,
serta kakak-kakak senior teman sepermainan yang sudah memberi keceriaan
dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi
keluarga serta inspirasi bagi peneliti.
9.
Keluarga Besar KKN Cicangkang Hilir – Cipongkor - Bandung tahun 2010.
Semoga tali silaturahmi ini tidak pernah putus.
10. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat peneliti berikan, semoga Allah
yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 17 Juni 2011
Wildah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK. ...................................................................................................
i
KATA PENGANTAR................................................................................ .
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
v
DAFTAR TABEL........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... .
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
7
D. Metodologi Penelitian ...............................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................
15
F. Sistematika Penulisan ...............................................................
16
BAB II LANDASAN TEORITIS ANALISIS ISI, DAKWAH, DAN
DRAMA
A. Analisis Isi ................................................................................
17
B. Ruang Lingkup Dakwah ...........................................................
18
1. Pengertian Dakwah ..............................................................
18
2. Pesan Dakwah ......................................................................
20
3. Kategorisasi Pesan Dakwah .................................................
22
C. Ruang Lingkup Drama..............................................................
27
1. Pengertian Drama dan Naskah Drama .................................
27
2. Pengertian Qasidah Barzanji ................................................
30
3. Karakteristik Drama .............................................................
30
4. Drama sebagai Media Komunikasi ......................................
32
5. Dakwah sebagai Bentuk Komunikasi ................................... 33
v
BAB III GAMBARAN UMUM NASKAH DRAMA QASIDAH
BARZANJI
A. Sekilas Tentang Isi Naskah Drama Qasidah Barzanji ..............
35
B. Sinopsis Naskah Drama Qasidah Barzanji ...............................
38
C. Biografi WS Renda ...................................................................
39
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH NASKAH DRAMA QASIDAH
BARZANJI KARYA WS RENDRA
A. Pesan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Naskah Drama
Qasidah Barzanji .......................................................................
47
B. Pesan Dakwah yang Dominan di antara Pesan Dakwah
Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Naskah Drama Qasidah
Barzanji .....................................................................................
BAB V
71
PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
74
B. Saran-saran................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
77
LAMPIRAN………………………………………………………………..
80
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kategori Isi Pesan ..........................................................................
10
Tabel 1.2 Hasil Kesepakatan Antar Juri Secara Keseluruhan .......................
11
Tabel 4.1 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Aqidah ...................
51
Tabel 4.2 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak .........................
63
Tabel 4.3 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah .........................
69
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Rekapitulasi penilain dewan juri
2.
Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi
3.
Wawancara pribadi dengan Edy Haryono
4.
Cover naskah drama qasidah barzanji
viii
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang Masalah
Pada mulanya Islam disebarkan dengan cara mulut ke mulut atau dikenal
dengan ceramah. Cara berdakwah seperti ini dianggap sangat efektif, walaupun
hambatannya sangat besar. Dakwah merupakan bagian yang ada dalam suatu
ajaran agama Islam yang mewajibkan pemeluknya untuk melakukan dakwah
dengan menyampaikan informasi tentang ajaran Islam.
Banyak cara yang dilakukan untuk menyampaikan dakwah kepada
masyarakat, karena berdakwah bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Cara langsung, banyak kita jumpai seperti seorang da’i dan mad’u
dengan tatap muka. Sedangkan dakwah yang tidak langsung, yaitu dimana da’i
dan mad’u menggunakan media atau sarana dakwah, seperti televisi, radio, dan
media cetak. Tetapi selain media massa tersebut, proses di zaman sekarang ini
sudah banyak menggunakan kesenian yang bernuansa islami sebagai sarananya,
seperti kesenian teater atau drama. Sebenarnya drama bergerak hanya pada
lingkup hiburan yang para aktornya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun mereka sudah sadar bahwa profesinya itu dapat dimanfaatkan
sebagai media dakwah.
Menurut Bahri Ghozaly, dakwah dengan mengunakan media komunikasi,
lebih efektif,dan efisien, atau dengan bahasa lain yaitu dakwah yang demikian
merupakan dakwah yang komunikatif, yang tentu saja ini semua tanpa
1
2
mengurangi arti dakwah secara langsung.1 Dakwah pada zaman sekarang
memanglah tidak cukup jika dilakukan hanya dengan menggunakan lisan saja,
tetapi dibutuhkan tulisan agar pesan dakwah yang ingin disampaikan dapat
diterima dan lebih dimengerti oleh masyarakat.
Dakwah, menyeru kepada Dinullah, adalah jalan yang ditempuh oleh
Rasulullah SAW dan mengikutinya merupakan keharusan, sebab Allah SWT
berfirman:2
                 
 
“Katakanlah: Inilah jalan (Din)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan
aku tiada termasuk orang yang musrik.” (Yusuf 108)
Lebih dari itu, dakwah menuju jalan Allah adalah merupakan tugas para
rasul dan seluruh pengikut mereka, dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia
dari kegelapan menuju terangnya cahaya, dari kekufuran menuju keimanan, dari
kemusyrikan menuju tauhidullah, dan dari neraka menuju surga-Nya.
Islam melarang keras pemaksaan agama, karena Islam datang dengan
mengetuk pikiran dan perbuatan manusia serta semua potensi kesadaran yang
dimiliki. Ia berbicara kepada akal dan kesadaran manusia yang aktif, sebagaimana
ia juga berbicara pada fitrah yang merupakan hakikat primer manusia, tanpa
sedikitpun menggunakan unsur paksaan.
1
M. Bahri Ghozaly, Dakwah Komunikasi Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33.
2
Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, Manhaj Da’wah Para Nabi, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995), h. 7.
3
Didalam proses komunikasi, apabila sebuah pesan sudah diartikan sama,
selanjutnya tujuan komunikasi adalah terwujudnya partisipasi yang berbentuk
perubahan atau pembentukan sikap dari komunikasi sesuai dengan tujuan yang
ditentukan pihak komunikator. Akan tetapi dalam memahami sikap manusia,
bukan sesuatu yang sederhana karena faktor pengalaman dan referensi yang
dimilikinya akan banyak menentukan pola sikapnya terhadap suatu objek tertentu.
Dalam hubungan inilah kita sadari bahwa peranan lingkungan, baik yang bersifat
fisik maupun bersifat ideologis merupakan faktor yang sangat dominan dalam
membentuk sikap seseorang.3
Drama
adalah
seni
yang
mengungkapkan
perasaan
dengan
mempergunakan tingkah laku jasmani dan ucapan kata-kata. Drama bisa juga
diartikan suatu aksi atau perbuatan. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan
yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara
adalah sebutan lain dari drama, di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah
pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Rangsangan
yang mendorong orang untuk bermain drama adalah hasrat untuk meniru.
Didalam sebuah drama, pemain itu memainkan peran. Peran adalah
gambaran orang.4 Seorang pemain akan menghidupkan gambaran perannya
dengan gerakan tubuh dan suaranya. Oleh karenanya, seorang aktor yang sejati
dan bermutu tinggi harus punya kecerdasan yang tinggi pula. Sedang sang penulis
naskah drama harus menciptakan tulisan atau ucapan yang tepat untuk diucapkan
oleh sang pemain, sehingga menghidupkan peran yang akan dimainkannya. Oleh
3
4
Toto Tasmara, Komunikasi dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 19-20.
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 76.
4
karena itu, didalam menilai suatu pertunjukan drama, kita harus bisa membedakan
antara mutu naskah dan mutu permainan.
Bentuk dan isi kesenian adalah hasil dari kesadaran sang penciptanya.
Semakin total dan tekun sang seniman mengerahkan kesadarannya di dalam
mencipta, semakin tinggi pula mutu kesenian yang dihasilkannya. Naskah drama
mulai sangat dibutuhkan, karena dialog yang dalam dan otentik dianggap sebagai
mutu yang penting.
Para remaja zaman sekarang memang sulit melepaskan diri dari seni barat
yang terus masuk kedalam dirinya. Untuk membendung arus kebudayaan barat
yang semakin tidak dapat terlepas dari gaya modern, maka dakwah haruslah
bersifat progresif, mengikuti perkembangan zaman dan haruslah sanggup tampil
dengan konsep-konsep yang unggul dalam membimbing dan mengendalikan
perkembangan masyarakat. Dari sebab itulah, aktivitas dakwah harus selalu
senantiasa meningkatkan mutu dakwahnya dari masa ke masa serta kualitas
individu dan masyarakatdalam segala aspek dan lapangan kehidupan dapat terlihat
dari waktu ke waktu dan sesuai ajaran Islam.5
Drama masih merupakan kesenian yang muda di Indonesia ini,
perkembangannya yang nyata, baru nampak di atas tahun 1920, ialah suatu kurun
masa yang dalam kesusastraan dinamai Zaman Balai Pustaka. Tetapi waktu itu
naskah-naskahnya masih berupa naskah terjemahan. Setelah datang zaman
Pujangga Baru muncullah beberapa naskah-naskah asli karya seniman-seniman
Indonesia dan lazim dipertunjukkan pada berbagai-bagai pembukaan kongres.
5
h. vi.
Hasanuddin Abu Bakar, Meningkatkan Mutu Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1999),
5
Kemudian ketika datang zaman Jepang drama atau sandiwara mencapai
kepopuleran yang besar, karena dipergunakan sebaik-baiknya sebagai alat
propaganda oleh pemerintahan Jepang. Sayang sekali bahwa kepopulerannya
yang besar berarti turun kualitas keseniannya.
Akhirnya sampailah pada zaman sekarang, drama memang tumbuh, tetapi
tumbuhnya tidak subur meskipun tidak terlepas dari harapan. Dengan hal ini,
maka masih perlu diadakan pendidikan selera pada penonton. Hal ini bukan
berarti, bahwa seniman harus mengabdi selera penonton, tetapi pendidikan selera
yang sebenarnya haruslah dimulai kanak-kanak. Apabila sejak kanak-kanak
mereka sudah mendapat didikan untuk menghargai dan mencintai drama, pastilah
kelak apabila ia dewasa merupakan penonton drama yang setia. Meskipun
semuanya itu juga tidak bisa menunjukkan adanya kesuburan pertumbuhan drama,
tetapi tetap menunjukkan adanya harapan untuk masa depan.
Di sisi lain dapat dilihat bahwa dunia seni, khususnya seni teater yang
semakin marak justru semakin menyimpang dari dimensi Islam dan Moralitas.
Dengan hadirnya Islam, medan garapan seni teater sendiri akan bertambah. Seni
teater hampir sudah menjadi komoditi yang sangat laris dan diminati oleh
masyarakat, karena teater dapat menjadi penghibur, dan luapan emosi jika sedang
mementaskan naskah drama yang akan dipentaskannya. Salah satu drama yang
didalamnya terdapat pesan dakwah, yaitu drama “Qasidah Barzanji” karya WS
Rendra.
Karena drama “Qasidah Barzanji” ini, berisi shalawat serta pujian untuk
Rasul yang isinya penuh dengan keindahan-keindahan Islam yang terlihat dari
6
kata-kata sholawat dan pujian tersebut sekaligus untuk mereaktualisasikan
kembali nilai hari-hari besar Islam. Dan juga karena drama Qasidah Barzanji
merupakan salah satu pendorong WS Rendra untuk masuk Islam yang
sebelumnya beliau beragama Katolik, namun beliau sendiri mengatakan kepada
sahabat-sahabatnya bahwa beliau sebenarnya tidak beragama.
Drama yang berjudul Qasidah Barzanji ini merupakan karya lama Rendra
yang telah dipentaskan pertama kali tahun 1969 dan mencapai Box Office yang
sampai saat ini belum tertandingi.6 Maka dengan hal ini, peneliti tertarik
mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama “Qasidah
Barzanji” karya WS Rendra.
b) Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penulisan ini dibatasi pada dialog-dialog yang terdapat dalam penokohan
pada naskah Qasidah Barzanji karya WS Rendra. Sehingga peneliti hanya
menganalisis naskah drama tersebut. Mengacu pada hal diatas, dirumuskan
kedalam perumusan masalah penelitian.
Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1.
Pesan apa saja yang terkandung dalam naskah drama Qasidah Barzanji
karya WS Rendra?
2.
Pesan apa yang cenderung mendominasi isi naskah drama Qasidah
Barzanji karya WS Rendra?
6
www.scribd.com, di akses pada tanggal 1 Januari 2011
7
c)
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pesan-pesan yang terkandung dalam naskah drama
“Qasidah Barzanji” dan mengetahui pesan yang paling dominan di dalam naskah
drama ini.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat
praktis yaitu menambah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh tentang dunia naskah drama yang
mengandung pesan dakwah. Menjadi motivasi para penonton agar
lebih tau dan mengerti tentang kearifan Rasul.
b. Manfaat
akademis
yaitu
memberikan
kontribusi
tentang
pengembangan media dakwah dengan memasukkan pesan dakwah
kedalam karya tulis berupa naskah drama.
d) Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis (analisis isi),
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan
dalam suatu proses komunikasi.7 Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell,
yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan
secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
7
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Press, 2006), hal. 66.
8
Metode analisis isi juga diartikan sebagai objek data analisis secara
manifest yaitu di analisis menurut apa yang di katakannya (tersurat) bukan
menurut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat). 8 Penelitian ini
agar menjadi lebih relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka
peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan, yang masingmasing dari mereka mempunyai pemahaman di bidangnya, seperti, aqidah,
syari’ah, dan akhlak.
Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca naskah drama
“Qasidah Barzanji” karya WS Rendra yang dipentaskan oleh aktor-aktor Bengkel
Teater, dan unit pengamatannya adalah tiap dialog antar pemain yang
mengandung pesan-pesan dalam naskah drama tersebut.
a. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Sumber utama (primary source) yang
memperkaya data-data penelitian, atau semua hal yang berhubungan langsung
dalam naskah drama ini.9 Sedangkan objek penelitian ini adalah suatu hal yang
diteliti. Singkatnya, subjek penelitian ini adalah Naskah Drama, dan yang menjadi
objeknya adalah pesan dakwah dalam naskah drama “Qasidah Barzanji” karya
W.S Rendra.
8
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hal.7.
9
Beberapa literature menjelaskan, adanya perbedaan dalam merumuskan subjek
penelitian. Sebagian lainnya mengatakan jika subject adalah narasumber atau responden yang
memberikan informasi atau menjadi sample dalam sebuah penelitian mengenai suatu masalah yang
akan di teliti. Lihat: Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press,
1968).
9
2.
Penetapan Juri
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori, maka
peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan yaitu:
1. Edy Haryono, Aktor pementasan drama “Qasidah Barzanji” di Bengkel
Teater.
2. Muhammad Berbudi, Guru di Qasidah Melati Teater
3. Dewi Puspita Sari, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ustadzah
di pondok pesantren Miftahul Ulum – Cilandak, Jakarta Selatan.
3.
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang bertujuan unntuk mendapat data tentang
suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. 10 Dengan ini
penulis mendatangi langsung ke Bengkel Teater Rendra guna memperoleh data
mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan.11
c. Studi Dokumentasi
Dengan mengumpulkan data-data berupa buku-buku yang menunjang
penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian, buku komunikasi, buku dakwah,
10
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Malang:
Bayumedia, 2004), hal. 1.
11
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, hal. 63.
10
buku sastra, dan naskah drama. Dokumentasi adalah mencari data mengenai halhal atau variabel12 dengan melakukan teknik pengumpulan data dan
memperbanyak dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan
dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
4.
Teknik Pengolahan
Setelah peneliti mendapatkan data, peneliti menggunakan coding sheet,
yaitu tabel yang berisi kategori pesan yang menjadi objek penelitian. Coding sheet
dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan. Penyusunan kategorisasi pesan yang
diteliti meliputi tiga kategori besar yaitu Aqidah, Akhlak, dan Syariah.
Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari isi pesan dakwah
pada naskah drama “Qasidah Barzanji”, maka peneliti membuat kategori-kategori
pesan dakwah sesuai dalam bentuk tabel kategorisasi berikut:
Tabel 1.1
Kategorisasi Isi Pesan
No.
Kategorisasi
1.
Aqidah
2.
Syari’ah
3.
Akhlak
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka
Cipta, 1998), hal. 206.
11
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Aqidah bisa juga diartikan sebagai
iman kepada Allah iman kepada malaikat, iman kepada kitab suci al-Qur’an, iman
kepada rasul Allah, iman kepada qada dan qadar, iman kepada hari kiamat.
Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Jadi,
Akhlak adalah ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai
hakikat kemanusiaan yang tinggi.
Syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama
manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Syariah yaitu yang
berhubungan dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan
dan hukum Allah dalam mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.
5. Analisis Data
Setelah membuat tabel kategorisasi di atas, selanjutnya peneliti
menggunakan rumus Holsti (1969) yang menjadi acuan dalam analisis secara
kuantitatif untuk mencari koefisien realibilitas kategori antar juri dan untuk
mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri sebagai berikut:
Tabel 1.2
Hasil kesepakatan antar juri secara keseluruhan
No
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1
Ke 1 dan 2
44
42
2
0,95
2
Ke 1 dan 3
44
40
4
0,90
3
Ke 2 dan 3
44
42
2
0,95
12
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kesepakatan antar juri secara
keseluruhan cukup tinggi, akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
Juri I dengan juri II;
Koefisien Realibilitas
=
2M
N1  N 2
=
2.42
44+44
=
84
88
= 0,95
Juri I dengan juri III;
Koefisien Realibilitas
=
2M
N1  N 2
=
2.40
44+44
=
80
88
= 0,90
Juri II dengan juri III;
Koefisien Realibilitas
=
2M
N1  N 2
2.42
= 44+44
84
= 88
= 0,95
13
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
𝑥
3
X =
=
=
0,95+0,90+0,95
3
2,8
3
= 0,93
Jadi, nilai rata-rata jurinya adalah 0,93.
Dengan
demikian
untuk
mengukur
Komposit
Reliabilitas
dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Komposit Realibilitas
=
=
N ( X antar juri)
1  ( N  1) ( X antar juri)
3.0,93
1+2.0,93
2,79
= 2,86
= 0,98
Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I (satu) dengan II
(dua) nilai yang dihasilkan adalah 0,95, dengan jumlah kesepakatan 42 item dan
ketidaksepakatan 2 item. Untuk juri I (satu) dengan III (tiga) nilai yang dihasilkan
adalah 0,90, dengan kesepakatan 40 item dan ketidaksepakatan 4 item. Sedangkan
untuk juri II (dua) dengan III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,95, dengan
jumlah kesepakatan 42 item dan ketidaksepakatan sebanyak 2 item.
14
Ini berarti bahwa antar juri I (satu) dengan juri II (dua), dan juri II (dua)
dengan juri III (tiga) memperoleh nilai tertinggi yaitu 0,95, sedangkan juri I (satu)
dengan III (tiga) memperoleh nilai terendah yaitu 0,90.
Dengan
demikian,
untuk
nilai
Komposit
Realibilitas
secara
keseluruhannya adalah 0,98 atau 98%, dari hasil perhitungan tersebut, penelitian
ini memiliki tingkat validitas yang tinggi karena menggunakan tiga orang juri.
Dengan adanya ketiga juri maka tidak akan terjadi kekeliruan data sehingga dapat
dikatakan akurat dan objektif.
Dan untuk menemukan rincian hasil dari isi pesan dakwah dalam naskah
drama Qasidah Barzanji, maka peneliti akan menampilkan prosentase satu per
satu kategorisasi pesan, dengan menggunakan rumus:
𝐹
𝑃 = 𝑁 𝑋 100%
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah data
Setelah data terkumpul, analisa dilakukan dengan mengkategorisasikan
setiap kalimat masuk kekategori apa, Aqidah, Syariah, atau Akhlak, kemudian
dianalisa untuk mencari isi pesan yang terkandung di dalam naskah tersebut.
15
e) Tinjauan Pustaka
Terdapat cukup banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, namun
hanya yang berkaitan tentang program radio, program televisi, novel, dan film.
Sedangakan tentang naskah drama belum ada. Maka penulis, mengambil beberapa
judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi ini, antara lain:
Manajemen Pementasan Shalawat Barzanji Bengkel Teater Rendra, ditulis
oleh Maryati, Jurusan Manajemen Dakwah. Metode yang digunakan pendekatan
Kualitatif. Skripsi ini menjelaskan produksi pementasan tersebut, kegiatan
sebelum pementasan tersebut, dan manajemennya saat pementasan berlangsung.
Peranan Teater Sebagai Media Dakwah (Studi Analisis Teater Benteng
Remaja Tangerang), ditulis oleh Apih Hesubekti.
Analisa Struktural Syair Pada Kitab al-Barzanji, ditulis oleh Susiawati,
Konsentrasi Bahasa dan Sastra. Skripsi ini menganalisis teks-teks syair yang
terkandung di dalam Kitab al-Barzanji dengan melihat dari sisi bahasa, tepatnya
pada sisi nahu dan balaghah, wazn, dan qafiyah.
Maksud tinjauan pustaka ini, agar dapat mengetahui bahwa apa yang
ditulis oleh penulis sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi
terdahulu.
16
f) Sistematika Penulisan
BAB I, Pendahuluan berisi tentang Latar belakang masalah,
Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian,
Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka, Sistematika penulisan.
BAB II, Landasan Teoritis berisi tentang Pengertian analisis isi,
Ruang lingkup dakwah yang berisi tentang pengertian dakwah, pesan
dakwah dan kategorisasi pesan dakwah, sekaligus Ruang Lingkup Drama
yaitu pengertian drama dan naskah drama, karakteristik, drama sebagai
media komunikasi, dan dakwah sebagai bentuk komunikasi.
BAB III, Gambaran Umum berisi tentang Isi naskah drama
Qasidah Barzanji karya WS Rendra, Sinopsis naskah drama Qasidah
Barzanji karya WS Rendra, Biografi WS Rendra.
BAB IV, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama
Qasidah Barzanji Karya WS Rendra berisi tentang Pesan Akidah, Akhlak,
dan Syariah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, Kategorisasi pesan
yang paling dominan dalam naskah drama Qasidah Barzanji.
BAB V, Penutup berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi
Analisis Isi, adalah suatu tehnik penelitian terhadap isi atau makna pesan
komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan
pesan-pesan dakwah.
Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik
penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang Reflicable atau
Reflicarfi (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya.1
Analisis Isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan shahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi.2
Adapun lima tujuan analisis isi, antara lain: (1) menggambarkan isi
komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3)
membandingkan isi media dengan “dunia nyata”, (4) melalui Imej suatu
kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi efek
media.3
1
Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodolog, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), h. 56.
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), hal. 233.
3
Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset, 2004), h. 171.
17
18
Dalam teknik Analisis Isi juga memiliki kekurangan yaitu content analysis
dibatasi pada pengujian komunikasi tercatat untuk suatu hal. komunikasi demikian
bisa lisan atau tulisan tetapi harus dicatat dengan beberapa cara untuk
memungkinkan analisis.4
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’wah, merupakan mashdar dari
kata kerja da’a, yad’u yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Dakwah juga
berarti do’a, yakni permohonan kepada Allah. Dakwah menurut Quthub,
merupakan ajakan kepada suatu bentuk kehidupan yang sempurna, kehidupan
dalam semua bentuk dan seluruh maknanya yang sempurna.5 Allah berfirman:
            
         
„‟Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu.”
(Q.S al-Anfal: 24).
Menurut Nasarudin latif, dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan
lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia
lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah
dan syariat serta akhlak ilamiah.6
4
5
Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, hal. 184.
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT Penamadani, 2008), h.
146.
6
Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara), h. 11.
19
Dakwah itu ada tiga macam, yaitu:
a. Dakwah umat Islam terhadap sekalian umat manusia, supaya mereka
memeluk agama Islam dengan kemauan hati mereka sendiri, bukan dengan
paksaan.
b. Dakwah sebagian kaum muslimin terhadap sebagian yang lain,
menyerukan dengan ma’ruf, dan melarang dari yang munkar sesama
mereka.
c. Dakwah atau menasehati antara seseorang dengan yang lain, sesama kaum
muslimin.
Bagi Sayyid Quthub, dakwah adalah usaha orang beriman mewujudkan
ajaran Islam dalam realitas kehidupan (iqamah manhaj ilahi li hayat albasyariyyah) atau usaha orang beriman mengokohkan sistem Allah dalam
kehidupan manusia (iqrar li manhaj Allah fi al-bayah) baik pada tataran individu
(fardiyyah), keluarga (usrah), masyarakat (mujtama‟), dan umat (ummah) demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7
Karena dakwah mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga
mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh
berbuat baik, dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira
dan peringatan manusia. Dakwah dapat pula diartikan sebagai upaya terus
menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia ke jalan Allah, sehingga
terbentuk sebuah masyarakat Islami.
7
147.
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT Penamadani, 2008), h.
20
2. Pesan Dakwah
Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content
of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya.8 Maddah Dakwah
adalah isi pesan atau materi yang disampaikan Da’I kepada Mad’u. dalam hal ini
sudah jelas bahwa yang menjadi Maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.9
Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu:10
a. Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu materi dakwah
Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak
berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan
dilarang oleh syariat Islam.
b. Opini Ulama.
Islam menganjurkan umatnya untuk berpikir-pikir, berijtihad menemukan
hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil AlQur’an dan hadits. Maka dari hasil pemikiran dan penelitian para ulama
ini, bisa dijadikan sumber kedua, dengan kata lain penemuan baru yang
tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat pula dijadikan
sebagai sumber materi dakwah.
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), Cet. ke-3, hal. 312
9
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hal. 24
10
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal.
63
21
Metode dakwah ada tiga cara, yaitu:11
1. Al- Hikmah
Menurut Prof Thoha Jahja Omar MA, yaitu bijaksana, artinya meletakkan
sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir, berusaha
menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan
dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh
Tuhan.
2. Al- Mauidzatil hasanah
Menurut Ki. M.A. Mahfoeld, hasanah dalam dakwah adalah sebagai krida
ibadah kepada Allah SWT. Dan didalamnya mengandung:
a. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya.
b. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya, sehingga
c. Menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali ke jalan
Tuhannya, jalan Allah SWT.
3. Al- Mujadalah allati hiya ahsan
Di dalam Tafsir Jalalain di sebutkan:
Artinya: Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT
dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan Hujjah-Nya.
Metode dakwah Nabi, ada tiga cara:12
11
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 36-38.
22
1. Metode bi lisanil maqal.
Metode dengan menggunakan tutur kata secara lisan dalam menyampaikan
pesan dakwahnya.
2. Metode bi lisanil maktub.
Metode ini dilaksanakan Nabi Muhammad melalui korespondensi atau
penyampaian surat ke berbagai pihak. Dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
a. Surat yang berisi seruan masuk Islam kepada non muslim, musyrikin,
baik raja, amir, maupun perorangan.
b. Surat berisi ajaran Islam.
c. Surat berisi tentang hal-hal yang wajib dikerjakan nonmuslim terhadap
pemerintah Islam.
3. Metode bi lisanil hal.
Metode berdakwah melalui perbuatan dan perilaku konkret yang dilakukan
secara langsung oleh Rasulullah.
3. Kategorisasi Pesan Dakwah
Pada dasarnya dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak
dicapai. Namun dakawah dapat di kategorisasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
12
Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT
Bulan Bintang, 2004), h. 108-109.
23
1. Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, dan angkutan. Secara tekhnis
berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.13 Aqidah dalam Islam bersifat
i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya
dengan rukun iman.
Menurut bahasa, Aqidah diambil dari kata al-Aqd, yaitu mengikat,
menguatkan, teguh, dan mengukuhkan. Menurut istilah, Aqidah ialah iman yang
kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah
dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, Hari Akhir, takdir baik dan buruknya, dan mengimani semua cabang dari
pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa
prinsip-prinsip agama.14
Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah SAW,
dalam sabdanya:
Artinya:“Iman ialah engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhir dan percaya adanya ketentuan
Allah yang baik maupun yang buruk”.
13
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1993), h. 25.
14
Syaikh DR. Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah:
Sesuai al-Qur‟an, as-Sunnah dan Pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007),
h. 3-4.
24
Di bidang aqidah ini, bukan tertuju pada masalah-masalah yang wajib di
imani, akan tetapi, meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai
lawannya, misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan, dan sebagainya.
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat
menghapus iman masuk didalamnya, antara lain:15
a. Mengingkari rububiyah Allah atau mengaku memiliki sesuatu dari
kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.
b. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.
c. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia meminta
pertolongan selain Allah.
d. Menolak sesuatu yang di tetapkan Allah untuk diri-Nya atau yang
ditetapkan oleh Rasul-Nya.
e. Mendustakan Rasulullah tentang sesuatu yang beliau bawa.
f. Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah tidak sempurna atau menolak
suatu hukum syara’ yang telah Allah turunkan kepadanya, atau
meyakini bahwa selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna, dan
lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah
dan Rasul-Nya dengan hukum yang selainnya.
g. Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik, sebab hal itu berarti
meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rasul.
15
hal. 19-25.
Agus Hasan Bashori, Kitab tauhid 2, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2001),
25
h. Mengejek-ngejek Allah atau al-Qur’an atau agama Islam atau pahala
dan siksa dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah, baik itu
gurauan atau sungguhan.
i. Membantu orang musyrik untuk memusuhi orang Islam.
j. Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran
Rasulullah, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau.
k. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau
mengamalkannya.
2. Akhlak
Akhlak atau Budi Pekerti, akhlak dalam aktifitas dakwah merupakan
pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang.
Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak
kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan
tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.16
Secara garis besar, akhlak Islam mencakup beberapa hal, yaitu:17
1. Akhlak manusia terhadap khalik
2. Akhlak manusia terhadap makhluk
a. Akhlak terhadap manusia
Yaitu: diri sendiri, tetangga, dan masyarakat luas lainnya.
b. Akhlak terhadap bukan manusia
Yaitu: flora, fauna, dan sebagainya.
16
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009), hal. 89-92.
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1993), h. 25.
17
26
3. Syariah
Syariat secara etimologis berarti jalan. Syariat Islam adalah satu sistem
norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan
sesama manusia, serta hubungan antar manusia dalam alam lainnya.18
Syariah dalam Islam, berhubungan berat dengan amal lahir (nyata) dalam
rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama
manusia. Maksudnya, masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah
syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalahmasalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia, seperti
hukum jual-beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amal-amal saleh lainnya.
Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina, mencuri.19
a. Ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan doa. 20 Ibadah
dibagi ke dalam dua kategori yaitu ibadah muqaiyadah dan ibadah mutlaqah.
Ibadah muqaiyadah adalah ibadah yang tatacara pelaksanaanya telah diatur secara
terinci dalam syarak, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah mutlaqah adalah
ibadah yang tatacara pelaksanaannya tidak diatur secara terinci dalam syarak.
18
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1993), h. 45.
19
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
60-61.
20
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2000),
Cet Ke-3, h. 235.
27
b. Muamalah
Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.21 Jadi,
pengertian muamalah adalah hukum Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
C. Ruang Lingkup Drama
1. Pengertian Drama dan Naskah Drama
Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Kata drama berasal dari
bahasa Yunani “dramoi” yang artinya adalah berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi,
dan menirukan.22 Dalam bahasa Inggris disebut drama, dan dalam bahasa Prancis
disebut piece de theatre. Drama adalah suatu jenis sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan.23
Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan drama adalah karya yang
memiliki dua dimensi, yaitu sebagai teks sastra dan sebagai seni pertunjukkan.
Pengertian drama yang hanya diarahkan kepada seni pertunjukan atau seni lakon,
ternyata memberikan citra yang kurang baik terhadap drama, khususnya bagi
masyarakat Indonesia. Berdasarkan kenyataanya memang drama sebagai suatu
pengertian lebih difokuskan kepada dimensi genre sastranya. Sebagai sebuah
genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan
21
Abdul Madjid, Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam,
(Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), h.1.
22
Sihabudi, dkw, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka,
2009), h. 7.
23
Hasanuddin & M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu
Bandung, 2004), h. 229.
28
mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan
bahasa sebagaimana sebuah sajak.
Adapun di antara para ahli yang memberikan definisi kata drama antara
lain:
Aristoteles mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam gerakgerik. Moulton mendefinisikannya sebagai kehidupan yang dilukiskan dengan
gerak. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat
dan
sikap
manusia
dengan
gerak.
Sedangkan
Ferdinand
Brunetierre
mendefinisikan drama sebagai kehendak manusia yang diungkapkan dengan
action. Sedangkan Alvin B. Kernan menjelaskan bahwa drama berasal dari kata
“dran” yang berarti berbuat (to do) atau (to act).24
Sebagai sastra, drama adalah cerita yang unik. Ia bukan untuk dibaca saja,
melainkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama bisa juga diartikan
sebagai seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan
mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata. Mengapresiasi drama berarti
melakukan pembacaan terhadap naskah drama dengan menampilkan tanggapan
dan reaksinya terhadap bacaan dan mempribadikan serta mengkristalisasikan rasa
pribadinya terhadap alur cerita drama yang dibacanya secara bebas.
Naskah berasal dari istilah bahasa Inggris manuscript dan bahasa Prancis
manuscrit. Karangan yang ditulis tangan atau diketik, yang dipergunakan sebagai
dasar untuk mencetaknya.25 Naskah pada umumnya berupa buku atau tulisan
24
Sihabudi, dkw, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka,
2009), h. 8.
25
Hasanuddin & M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu
Bandung, 2004), h. 532.
29
tangan, dan naskah ceritanya lebih panjang karena memuat cerita yang lengkap.
Naskah drama merupakan penuangan ide cerita kedalam alur cerita dan susunan
peran. Naskah drama juga bisa diartikan sebagai suatu cerita drama dalam bentuk
dialog atau dalam bentuk tanya jawab antar pelaku.
Naskah drama itu beragam coraknya, ada naskah yang ringan, berbobot,
dan ada pula yang rumit. Naskah yang berbobot (baik) ialah naskah drama yang
bersifat naratif dan konflik karaktor, kerena mudah dimengerti baik sebagai karya
sastra maupun sebagai karya teater. Suatu naskah yang baik adalah naskah yang
memiliki persyaratan, yaitu: memiliki nilai dramatik dan teatrikal, memberikan
rasa senang, tidak mengandung masalah atau pertanyaan yang sulit ditemukan
jawabannya,
dialognya
menggunakan
bahasa
lisan
formal,
tema
yang
diungkapkan menyangkut persoalan kehidupan. Naskah yang rumit, yaitu naskah
yang alur ceritanya sulit ditangkap, naskah yang plotnya anti plot, dan temanya
anti tema, sehingga penonton atau pembaca harus menangkap sendiri apa yang
tersembunyi di balik dialog, adegan, tokoh dan situasi.
Sifat-sifat naskah, yaitu: 26
1. Estetis
: mencerminkan dan memupuk rasa keindahan.
2. Etis
: membimbing ke arah peradaban dan kesusilaan bangsa
dan manusia.
3. Edukatif
: membawa ke arah kemajuan (bersifat mendidik).
4. Konsultatif
: memberikan penerangan atau penyuluhan atas problemaproblema dalam masyarakat.
26
Tjokroatmojo dan kawan-kawan, Pendidikian Seni Drama Suatu Pengantar,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1985), h. 49.
30
5. Rekreatif
: memberikan hiburan kepada publik atau penonton.
2. Pengertian Qasidah Barzanji
Qasidah adalah nyanyian pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad.
Barzanji adalah nama kitab yang disusun oleh Syekh Al-Barzanji dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Syu’bah Asa. Qasidah Barzanji
adalah kisah kelahiran Nabi Muhammad. Qasidah Barzanji merupakan puisi-puisi
pujaan kepada nabi Muhammad yang amat populer di kalangan masyarakat
muslim.27
3. Karakteristik Drama
Drama pada umumnya menyangkut dua aspek, yakni aspek cerita sebagai
bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan erat
dengan seni lakon atau seni teater. Kedua aspek dapat terpisah, yang satu berupa
naskah dan yang lain berupa pementasan, namun pada dasarnya merupakan suatu
totalitas. Sewaktu naskah tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi
pementasannya dan sewaktu pementasan tidak dapat menghindari dari garis
umum naskah.
Drama mempunyai tiga dimensi, yaitu dimensi sastra, gerakan, dan ujaran.
Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana
dengan novel atau cerita pendek, tetapi dalam penciptaan naskah drama
dipertimbangkan naskah itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan
gerak laku. Bila suatu naskah drama dinikmati sebagai sebuah karya tulis, maka
sewaktu membacanya imajinasi pembaca mengarah juga kepada situasi
27
Wawancara pribadi dengan Edy Haryono
31
penglihatan suara, dan gerakan fisik para pemainnya, karena semuanya
digambarkan atau tergambar dengan jelas didalam naskah.
Jenis drama berdasarkan jenis temanya ada beberapa macam, yaitu: drama
tragedi yang bertema duka atau yang berakhir dengan duka cita, drama komedi
yang bertema suka ria atau yang berakhir dengan suka ria, melodrama yang alur
opera dicakapkan dengan menggunakan bantuan irama musik, dan sandiwara
pelawak yang identik dengan komedi.
Adapun yang dimaksud dengan tragedi, menurut perumusan Aristoteles,
ialah sandiwara yang menyebabkan para penonton merasa belas dan ngeri,
sehingga mereka mengalami pencucian jiwa.28 Aristoteles menyebut pencucian
jiwa itu sebagai katarsis, maksudnya di cuci sampai pedih tetapi bersih dan sehat
kembali.
Dan yang dimaksud komedi, adalah sandiwara yang mengungkapkan cacat
dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa
lebih menghayati kenyataan kehidupan.29 Jadi, komedi bukan hanya sekedar
lawakan kosong, melainkan harus mampu membuka mata penonton kepada
kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam.
Adapun melodrama, adalah sandiwara yang isinya mengupas suka-duka
kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. 30 Di dalam
dunia kesenian, rasa terharu merupakan unsur yang harus diperlakukan dengan
disiplin yang keras. Sebab, sedikit saja unsur yang itu berlebihan maka akan
timbul kecengengan.
28
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 81.
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 82.
30
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 82.
29
32
Drama tradisional sangat akrab dengan masyarakat dan sejiwa dengan
masyarakat pemiliknya. Drama tradisional merupakan bentuk sebuah drama yang
disusun tanpa menggunakan naskah baku. Sedangkan drama modern merupakan
drama hasil pengaruh dari teater barat. Muncul sejak adanya aliran realisme
(tahun 1825) sampai sekarang. Bentuk naskah drama modern disusun dengan
tema yang beragam dan tema-tema tersebut pada umumnya tidak ada kaitannya
dengan masalah kehidupan sehari-hari penonton. Naskah drama dilengkapi
dengan keterangan gerak, setting, dan suasana.
4. Drama sebagai Media Komunikasi
Sebagai hasil seni, drama bukan saja merupakan hasil dari perasaan
semata, melainkan juga dari ide atau pikiran penulisnya. Dialog merupakan sarana
primer, di dalam sebuah drama. Maksudnya, dialog didalam drama merupakan
situasi bahasa utama. Memang jika disaksikan pada pokoknya sebuah drama
adalah rangkaian dialog, teks-teks, para aktor, dan tidak ada seorang juru cerita
yang langsung menyapa penikmat atau penonton. Drama yang di tulis dengan
“tidak mematuhi” konvensi penulisan drama yang umum, biasanya kurang
mementingkan aspek cerita tetapi lebih mengutamakan suasana yang dapat
dimunculkan untuk mempengaruhi penikmat atau penonton, ini dialognya lebih
mengutamakan bagaimana memberikan kesan bahwa faktor suasana, ide, dan
konsep diatas pentaslah yang menjadi tumpuan utama.
Bagaimana bentuk dialog yang dapat ditemukan didalam karya drama,
yang harus dipahami adalah betapa pentingnya unsur dialog bagi sebuah drama.
Di dalam cerita paparan, naratif, unsur cerita, dan pembeberan sangat menonjol
33
dan dominan. Di dalam drama, dialoglah yang menempatkan dirinya sebagai
unsur utama. Di dalam drama yang ditemukan bukan mengenai peristiwa tetapi
kejadian atau peristiwa itu sendiri (lebih jelasnya di atas pentas). Bila seorang
aktor menjanjikan sesuatu, mengancam, atau mengajukan permintaan, hal itu turut
menggerakkan bergulirnya peristiwa demi peristiwa. Hanya dialog-dialog yang di
ucapkan dengan baik, benar, serta tepat ujarannya saja yang dapat mengarahkan
penonton kepada situasi penyaksian peristiwa atau kejadian.
Sebagai sarana primer di dalam drama, dialog dapat menentukan ingin
seperti apa warna secara keseluruhan drama tersebut. Walaupun begitu, umumnya
gerak atau tingkah lakulah yang mesti disiapkan untuk mendukung dialog. Dalam
pelaksanaan dialog pada drama, bisanya para lawan bicara berada dalam ruang
yang sama dan pada waktu yang sama pula. Sebagai sebuah konsekuensi genre
sastra, latar bagi sebuah dialog bersifat fiktif. Latar disini dapat berupa situasi
sosial.
5. Dakwah sebagai Bentuk Komunikasi
Dakwah islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW dengan
cara yang sebaik-baiknya, sehingga sedikit demi sedikit umat manusia masuk
agama Islam pada masa Nabi masih hidup dan sesudah wafatnya. Kemudian
dakwah itu dilaksanakan oleh khalifah-khalifah, dan sahabat-sahabat Nabi,
akhirnya diikuti oleh alim ulama. Setelah melakukan tahap ini, maka Nabi
melanjutkan seruannya kepada masyarakat Arab secara umum yaitu dengan
mengampanyekan ajaran yang diembannya kepada suku-suku Arab, baik yang ada
di Mekkah, Thaif, maupun yang ada di Madinah. Pada tahap ini Rasulullah
34
berhasil, mengislamkan orang-orang Madinah, terutama yang berasal darin suku
Aus dan Khazraj.
Memang dakwah itu penting sekali untuk kehidupan suatu agama bahkan
tidak akan tegak suatu agama, melainkan dengan dakwah dan tidak akan tersebar
suatu aliran atau ideologi kecuali dengan dakwah. Dakwah sebagai salah satu
kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin
canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap kemajuan itu, artinya dakwah
dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah di masjid. Dengan adanya
dakwah, maka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan penting dan rumit
yang dihadapi umat, serta memberikan jalan keluar yang menghambat
terwujudnya tatanan masyarakat islami, baik yang bersifat individu maupun
sosial.
Dakwah memiliki dimensi yang luas, sehingga ada empat aktivitas utama
dakwah:
1. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan lisan.
2. Mengkomunikasikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulisnya.
3. Memberi contoh keteladanan akan prilaku akhlak yang baik.
4. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya dalam
menegakkan prinsip-prinsip Ilahi.31
31
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 6.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI
A. Isi Naskah Drama Qasidah Barzanji
Naskah ini berisi tentang Nabi Muhammad SAW dimulai dari ciri dan
sifatnya, silsilah keturunannya, saat dalam kandungan, saat dilahirkan, masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa sebelum wafatnya. Semuanya
terangkai manis dalam untaian prosa, dan syair dengan kualitas gaya bahasa yang
tinggi.
Pembacaan Qasidah Barzanji ini temasuk literature atau tradisi yang wajib
dijalankan di pesantren atau warga NU pada malam jum’at, terutama pada acara
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, upacara pemberian nama bagi seorang
bayi, acara sunatan, upacara pernikahan, dan berbagai acara ritual lainnya.1 Hal ini
merupakan bagian dari kehidupan beragama tradisional yang hampir punah jika
tidak ada sentuhan tangan dari para pemerhati dan pencintanya.
Naskah ini ditulis oleh penulisnya untuk meningkatkan kecintaan kita
sebagai umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara menjaga dan
melestarikannya dan hal yang paling penting adalah meneladani kepribadian Nabi
SAW dan melanjutkan dakwah Islamiyah yang telah Nabi lakukan sebelumnya.2
Selain itu, beberapa bait-bait syairnya juga banyak dilantunkan sebagai qosidah
dengan nada dan irama lagu yang sangat fariatif. Ada beberapa hal yang cukup
unik pada pembacaan salah satu syair dalam naskah ini yaitu pada saat para
1
2
www.scribd.com, di akses pada tanggal 1 Januari 2011.
Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono.
35
36
pembaca atau pelantun melantunkan bait syair yang memaparkan tentang
kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka mereka secara serentak berdiri.
Menurut mereka, hal ini merupakan salah satu wujud penghormatan
kepada Nabi SAW sebagai Nabi akhir zaman yang memang pantas dihormati dan
rasa cinta kasih mereka yang teramat dalam kepada “Sang Nabi”.
Pembawa cerita terdiri lima tokoh, namun dalam satu tokoh ada yang
terdiri dua orang ataupun lima orang. Pembawa cerita atau tokoh didalam naskah
ini, berkarakter universal.
Secara garis besar, naskah ini mencakup beberapa hal, yaitu:
Pertama, Muhammad SAW adalah penghulu para nabi dan sekaligus
penutup masa kenabian. Muhammad bin Abdillah adalah pemilik risalah terbesar,
yang paling sempurna lagi syamil (menyeluruh segala aspek). Allah mengutusnya
sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman,
menyeru menuju jalan Allah, serta pembawa pelita yang menerangi kegelapan.
Tak ada kebaikan yang tertinggal untuk dianjurkan kepada ummatnya, dan tak ada
sedikitpun kejahatan yang tidak diperingatkan kepada umatnya.
Kedua, ciri-ciri Nabi Muhammad, yaitu sedikit tinggi, kulitnya putih
memerah, matanya lebar, merah pipinya, pangkal hidungnya mancung, dadanya
bidang atau tegap, janggut yang lebat, besar dan kukuh tulang sendinya, berambut
panjang, dan ada cincin di jarinya. Sifatnya agung, dermawan, dan rendah hati.
Ketiga, silsilah Nabi Muhammad SAW, yaitu Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab bin
37
Murrah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudarr bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan suku Quraisy yang disegani
oleh penduduk Mekkah dan sekitarnya, bahkan Bani Hasyim termasuk kalangan
paling terhormat, paling teguh memegang kepercayaan dan adat istiadat nenek
moyang dana paling disegani diantara suku-suku lainnya.
Keempat, saat kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Rabiul Awwal
tahun Gajah bertepatan dengan tahun 571 M di kota Mekkah. Tepat saat Nabi
SAW lahir, muncullah cahaya terang benderang dari wajah Nabi SAW. Cahaya
tersebut sangat menyilaukan mata dan cahayanya menerangi hampir kesegala
arah. Kelahiran Nabi SAW, sebagai penghapus aib dan kufur nista, serta pengusir
bencana di negerinya.
Kelima, pada masa remaja, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12
tahun. Suatu ketika, ia dibawa pamanya berniaga ke negeri syam. Saat itu,
melewati sebuah biara kecil di gurun pasir yang sangat sunyi dengan seorang
pendeta sebagai pengurusnya. Pendeta tersebut bernama Buhaira atau bahira yang
melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi SAW sesuai dengan apa yang
dipaparkan didalam ketiga kitab suci yang turun sebelumnya. Salah satu tandanya
adalah noda, tanda kenabian, yang terdapat antara kedua belahan bahu Nabi SAW.
Disisi lain, ada kejadian aneh dan sangat menakjubkan saat dalam perjalanan
menuju Syam, dimana awan putih selalu membayang-bayangi Nabi SAW kapan,
dimana, dan bagaimanapun Ia berada.
38
Keenam, pada saat nabi berusia 40 tahun, beliau diangkat menjadi seorang
Rasul. Sejak itulah Nabi memulai dakwah Islamnya selama kurang lebih 23 tahun
dengan dua periode, Mekkah, dan Madinah dan selanjutnya Nabi SAW wafat
pada usia 63 tahun. Berbagai peristiwa dialami oleh Nabi SAW termasuk
peristiwa Isra mi’raj yang sangat menakjubkan.
Di dalam naskah ini, juga memberitahu bahwa Nabi Muhammad SAW
pemberi syafaat di hari Akhir. Naskah ini terjemahan dari Kitab al-Barzanji yang
merupakan salah satu karya sastra yang ditulis oleh Syekh Ja’far al-Barzanjiy bin
Abdul karim yang lahir di Madinah tahun 1690 dan wafat pada tahun 1766.3
B. Sinopsis Naskah Drama Kasidah Barzanji
Suasana gurun pasir serta dibangun dengan suasana bulan purnama yang
bermandikan cahaya. Untuk mendukung suasana ini lembaran-lembaran kain
dengan berbagai warna dibentangkan melajur dibagian tengah panggung. Susunan
level, di atasnya tertulis bangunan Ka’bah beratapkan plastik berwarna.
Solo putri masuk, dengan mengatakan Ya, lalu Koor putra mengatakan
Ya. Setelah dua kali mengatakan Ya, bunyi ketukan gendang sebanyak tiga kali.
Suara koor mengalun merdu ditengah keheningan penonton dengan menyuarakan
pujian-pujian kehadiran Nabi. Usai nyanyian formasi tetap ditempat kemudian
mengucapkan salam. Solo putra diikuti koor putra, bersahut-sahutan takbir dan
syahadat. Semuanya perlahan-lahan untuk duduk dan kepala tunduk, kecuali
pembawa wahyu ilahi.
3
Wawancara pribadi dengan Edy Haryono.
39
Selanjutnya dilantunkan beberapa ayat dari surat Yaasin sebagai bukti
keindahan dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Puluhan pemain
melakukan
konfigurasi
gerak
secara
berjamaah
dan
bershaf
sehingga
menampakkan keserasian dan sekaligus kemegahan. Didukung cahaya dari tata
lampu yang menyiratkan kerinduan makhluk akan penciptanya.
Selanjutnya syair-syair dilantunkan secara bergantian, koor putra – koor
putri – solo putri – solo putra. Syair-syair itu melukiskan gambaran fisik dan sikap
terpuji Rasulullah dalam berbagai sudut tilikan ditengah kehidupan yang jahiliyah.
Sehingga mengemuka bukan superiotas, melainkan sangatlah tegas beliau adalah
bersahaja, menyantumi yang yatim. Beliau tidak pernah meninggikan diri atau
lebih suci diantara sesama manusia. Itulah keindahan yang tidak terukur
didalamnya. Gambaran semacam itu terangkat oleh bentuk Syair Al-Barzanji dan
pilihan kata oleh Syu’bah Asa, penerjemahnya.
Konfigurasi pemain yang terdiri dari beragam koor menyiratkan jumlah
penduduk Indonesia yang sangat besar dan beragam. Begitu pula ketika bunyi
musik dari rebana-rebana yang dibunyikan seluruh pemain putra dan putri mampu
mengantar suasana lewat sepertiga malam, saat kekhusyukan tahajjud. Disusul
kemudian oleh suasana peralihan malam ke pagi. Suara beduk dikejauhan, lalu
gema tarkhim ke seluruh sudut kota. Suara adzan, semua bangkit, berjamaah di
subuh hari.
C. Biografi WS Rendra
W.S Rendra dikenal di Indonesia dan luar negeri sebagai penyair yang
sangat penting. Dia lahir pada tanggal 7 November 1935 di Solo, Jawa Tengah,
40
dan meninggal 6 Agustus 2009 di Depok, Jawa Barat. Ayahnya, R. Cyprianus
Sugeng Brotoatmodjo, adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
Kuna di SMA Katolik, Solo. Pak broto juga seorang dramawan tradisional.
Ibunya, Raden Ayu Catharina Ismadillah, adalah seorang penari serimpi di Kraton
Yogyakarta.
Mula-mula ia beragama Katolik dengan nama lengkap Wilibrordus
Surendra Bawana Rendra Broto seperti kedua orangtuanya yang beragama
Katolik. Akan tetapi, ketika ia menikah dengan istrinya yang kedua, Sitoresmi
Prabuningrat, 12 Agustus 1970 dia tercatat beragama Islam dan namanya hanya
Rendra. Istrinya yang pertama ialah Sunarti Suwandi. Ia banyak memberikan
inspirasi dalam puisi Rendra. Sunarti dan Sitoresmi, keduanya pemain drama
dalam group teater Rendra. Istri Rendra yang terakhir, Ken Zuraida, juga pemain
drama.
Rendra memulai pendidikannya dari Taman Kanak-Kanak (1942) sampai
dengan SMA (1952) di Sekolah Katolik, Solo. Kemudian ia pergi ke Jakarta
dengan maksud sekolah di Akademi Luar Negeri. Sayang sekali, akademi itu telah
ditutup. Selanjutnya, ia masuk ke Fakultas Sastra Universitas Gajah mada, tetapi
dia tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah mendapat Sarjana Muda
kegiatannya lebih banyak dalam bidang seni, seperti tulis menulis, membaca,
bermain drama, dana tari.
Menurut pendapat Prof A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesisa
Modern II (1989), dalam sejarah kesusastraan Indonesia Modern, Rendra tidak
masuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok, seperti Angkatan 45,
41
Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia
mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Rendra mulai menulis sajak, mengarang, dan mementaskan drama untuk
kegiatan di sekolahannya sejak di bangku SMP kelas II. Tulisannya meliputi
berbagai bidang seni, yaitu puisi, cerita pendek, esai, dan drama. Kegiatannya
bukan hanya menulis, melainkan juga bermain drama, dan terutama membaca
puisi. Ia sangat terkenal sebagai pembaca puisi. Di SMA, ia telah menerbitkan
majalah drama sejumlah 500 eksemplar. Sajaknya yang pertama dikirimkannya ke
majalah Siasat pada tahun 1952. Kemudian sajak-sajaknya banyak dimuat dalam
berbagai majalah tahun 50-an, seperti Siasat, Seni, basis, Konfrontasi, Siasat baru;
tahun 60-an, seperti Budaya, Indonesia, Mimbar Indonesia, Quadrant, Selekta,
Horison; dan tahun 70-an, seperti Pelopor (Yogyakarta).
Ia sangat aktif dalam drama. Ia telah menulis beberapa drama dan
menyutradarai karyanya sendiri dan karya orang lain dalam rangkaian kegiatan
“Tunas Muda” di Jawa Tengah. Tulisannya yang pertama tentang drama berjudul
“Kaki Palsu”. Drama itu dipertunjukkan dalam kegiatan sekolahnya. Ketika ia
duduk di SMA, ia juga menulis drama berjudul “Orang-orang di Tikungan Jalan”.
Untuk drama ini Rendra mendapat hadiah pertama dari kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Penghargaan ini
membuatnya sangat bergairah dalam menulis.
Drama-drama Rendra ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
kelompok drama karya asli dan kelompok drama karya terjemahan. Daftar semua
karya Rendra itu daapat dibaca pada akhir tulisan ini. Salah satu karya aslinya,
42
“Bib Bop” sangat terkenal. Pertama kali drama itu dipentaskan pada tahun 1968
dan dianggap sebagai tonggak Teater Modern Indonesia. Dua puluh tahun
kemudian diolah lagi dan dipentaskan di New York. Banyak orang Indonesia yang
tertarik pada karya panggung yang otentik ini. Oleh karena itu pada tahun 1988
drama itu dipentaskan lagi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Drama ini
menampilkan warna daerah melalui latar dan tokoh-tokohnya. Nama lain untuk
drama ini adalah “Drama Mini Kata”. Disebut demikian karena drama ini hanya
berupa gerak dan lagu. Drama terjemahan Rendra yang terkenal adalah “Oedipus
Sang Raja” dan Kasidah Barzanji”.
Cerita pendeknya, “Ia Punya Leher Yang Indah”. Ditulis pada saat
bergairah mengaarang. Cerita pendek ini dimuat dalam majalah Kisah pada tahun
1956 dan untuk itu dia telah mendapat hadiah dari majalah ini. Ia telah
menerbitkan cerita pendeknya dalam sebuah antalogi berjudul Ia Sudah
Berpulang. Dia menganggap itu sebagai upah semangat dan gairahnya yang
sangat besar itu.
Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia ssangat besar
perhatiannya
pada
kesusastraan
Indonesia,
telah
membicarakan
dan
menerjemahkan beberapa bagian sajak Rendra dalam tulisannya berjudul “A
Thematic History of Indonesia Poetry:1920 to 1974”. Karya Rendra juga
dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle.
Beberapa pakar sastra dari Indonesia juga telah membicarakan karya Rendra.
Salah seorang dari mereka adalah H.B. Jassin di dalam bukunya Kesusastraan
Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei. Prof. A. Teeuw, seorang pakar sastra
43
dari Belanda, juga telah menulis tentang Rendra bahwa ia seorang penyair muda
dalam masa pertengahan di antara mereka (Teeuw, 1989).
Rendra adalah seorang seniman. Dia memulai pekerjaannya di atas
panggung. Tahun 1964, dia di undang Pemerintah Amerika Serikat untuk
menghadiri seminar tentang kesusastraan di Harvard University. Lalu ia
memperoleh beasiswa belajar di The American Academy of Dramatic Arts.
Ketika ia kembali ke Indonesia, tahun 1967, mendirikan grup teater di
Yogyakarta, dinamai Bengkel Teater. Lalu tahun 1986 ketika berpindah ke
Depok, Jawa Barat, menjadi Bengkel Teater Rendra. Sampai sekarang bengkel
Teater Rendra terus aktif di Indonesia, menjadi basis kegiatan keseniannya. Grup
ini telah dianggap telah memberi suasana baru dalam kehidupan teater di
Indonesia. Karya-karya Rendra berikut ini:
I.
Kumpulan Puisi
1. Ballada Orang-orang Tercinta (1957)
2. Empat Kumpulan Sajak (1961)
3. Blues untuk Bonnie (1971)
4. Sajak-sajak Sepatu Tua (1972)
5. Potret Pembangunan dalam Puisi (1983)
6. Nyanyian Orang Urakan (1985)
7. Disebabkan oleh Angin (1993)
8. Orang-orang Rangkasbitung (1993)
9. Mencari Bapa (1997)
10. Perjalanan Bu Aminah (1997)
44
II.
Drama
1. Bunga Semerah Darah (1951)
2. Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
3. Drama Minikata. Di manakah Kau, Saudaraku? (1968)
4. Bib Bob (1968)
5. Rambate Rate Rata (1969)
6. Mastodon dan Burung Kondor (1973)
7. Kisah Perjuangan Suku Naga (1975)
8. SEKDA (1977)
9. Drama Anak-anak, Tuyul Anakku (1985)
10. Panembahan Reso (1986)
11. Selamatan Anak Cucu Suleiman (1988)
III.
Kumpulan Cerita Pendek
1. Ia Sudah Bertulang (1963)
2. Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu (2007)
IV.
Kumpulan Esai
1. Mempertimbangkan Tradisi (1983)
2. Memberi Makna pada Hidup yang Fana (1999)
3. Penyair dan Kritik Sosial (2001)
4. Catatan-catatan Rendra tahun 1960-an (2005)
V.
Kumpulan Orasi
1.
Agenda Reformasi Seorang Penyair (1998)
2.
Rakyat Belum Merdeka (2000)
45
3.
Megatruh (2001)
4.
Membela Masa Depan (2008)
VI.
Produksi Teater
1. The Ritual of The Solomon’s Children – Rendra
2. Oedipus Rex – Sophocles
3. Waiting for Godot – Samuel Beckett
4. Qasidah Barzanji – Al Barzanji, skenario oleh Rendra
5. Hamlet – W. Shakespeare
6. Macbeth – W. Shakespeare
7. The Prience of Hamburg – Heinrich von Kleist
8. Mastodon and The Condors – Rendra
9. Antigone – Sophocles
10. Oedipus in Colonus – Sophocles
11. Lysistrata – Aristophanes
12. The Struggle of Naga Tribe – Rendra
13. Egmont – Goethe
14. Caucasian Chalk Circle – Bertolt Brecht
15. The Robber – F. Schiller
16. The Governor Secretary – Rendra
17. Lord Reso – Rendra
18. The Diary of a Scoundrell – A. Ostrovsky
46
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA
“QASIDAH BARZANJI” KARYA WS RENDRA
Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pesan dakwah yang terkandung
pada naskah drama Qasidah Barzanji. Penelitian ini merupakan bagian dari
dakwah bil Qalam yang di tuangkan dalam suatu naskah drama. Data yang di olah
berupa dialog atau kalimat Solo Putra yang mengandung pesan dakwah. Dalam
menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi yang
akan diteliti secara kuantitatif.
Dengan demikian, untuk mengetahui isi pesan dakwah dan pesan yang
dominan dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti melakukan analisa
data yang telah diisi oleh ketiga juri dengan mengacu pada kategorisasi pesan
dakwah, yakni:
1. Aqidah, yang meliputi subkategori iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada
rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadha dan qadar;
2. Akhlak, yang meliputi subkategori akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah.
3. Syari’ah, yang meliputi subkategori ibadah dalam arti khas (thaharoh,
shalat, shaum, zakat, dan haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qonun al
khas / hukum perdata dan al-qonun al-‘am / hukum publik);
46
47
A. Pesan Aqidah, Akhlak, Syariah dalam naskah drama “Qasidah
Barzanji”
1.
Pesan Aqidah
Iman menjadi dasar akhlak, dengan iman yang baik maka akan muncul
akhlak terpuji. Masalah Keimanan (Aqidah) adalah pokok kepercayaan dalam
agama Islam. Aqidah Islam disebut tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan.
Tauhid adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini
adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Aqidah menurut
kesepakatan 3 juri, yaitu:
KATEGORI PESAN AQIDAH
Tokoh/Dialog/Hal
Koor Putraputri/2/1
Solo Putra/3/1
Pembawa
Wahyu/5/1
Koor Putri/7/2
Solo Putra/13/5
Solo Putra/17/6
Item
Ya Habibi Ya Muhammad, Ya
Arusal Khofiqoin, Ya Muayyad
Ya Mumajjad, Ya Immamal
Qiblatain.
Allahuma Shali A'la
Muhammad, Wa a'la Ali
Muhammad.
Audzu Billahi
Minasyaitanirojim.
Allahuma Shali A'la
Muhammad, Ya Robbi Shali
A'laihi Wassalim
Ya Robbi Warhamna Jami'a, Ya
Robbi Warham Walidzina.
Engkau yang baka, engkau yang
kadim sejak azali, tiada Tuhan
selain engkau kan dipasrahi,
Kodratmu tinggi kekal dan
damai kami bersandar, Maha
utama, dikau menuntun kami
yang sasar.
Dengan apura, dengan
ampunan,
Keterangan
Iman kepada rasul
Iman kepada rasul
Iman kepada Allah
Iman kepada rasul
Iman kepada Allah
Iman kepada Allah
48
Solo Putra/20/6
Koor Putraputri/26/9
Koor Putra/27/9
Duet Putri/29/10
mohon mulya penggubah syair
sukar dinilai kadar harganya,
Angkat karibmu ke bukit pasir
yang paling tinggi,
Tempatkan dia di kediaman
dekat kakinya,
Tunjukkan dia hakikat Engkau
tak ada dua,
Lailahaillah
Wajah mentari memancar
terang, dari wajahmu.
Menyingkir malam, gelap
memekat, yang penuh tipu, Hari
lahirmu, bagi agama, satu berita
suka gembira, seluruh bunga
mekar bersama, Kebanggaan,
memenuhi hati ibu sang nabi,
Tidak seorang dari wanita, kan
menandingi, Banggalah ia, di
tengah kaum, dengan putranya,
Duh kelahiran, penghapus aib
dan kufur nista, engkaulah obat,
pengusir bencana.
Bersambut-sambut bisikan
riang, dunia yang halus.
Lahirlah kini bayi Musthofa,
Alangkah bagus.
Kasihku, duhai kasihku, duhai
pengobatku,
Kasihku, engkaulah tujuan, dan
harapanku, Sholawat Allah, atas
petunjuk, atas Muhammad,
Pelimpah syafa’at, seluruh
makhluk, di hari kiamat, segala
jalan keperhubungan, menjelas
lempang, Adapun seluruh resia
berahi, tinggal didalam.
Sholawat atas sang nabi, Salam
atas sang rasul, Pemilik syafa’at
dari Al-Batkha, Mohammadir
Arabia, Sebagus-bagus siapa
berdiri di atas limpah kurnia.
Pemegang syafa’at di tengah
manusia.
Tidak seorang menjadi
tandingnya, beruntung umat
Iman kepada Allah
Iman kepada rasul
Iman kepada rasul
Iman kepada rasul
49
Trio Putra/31/12
Trio Putra/33/13
Solo Putra/35/14
Koor Putra/39/16
oleh karenanya, Siapa yang
mati dalam cintanya, didapat
semua yang di tuntutnya.
Duhai Kekasih,
Duhai Muhammad,
Duhai mempelai penyegar
iman,
Duhai Muayyat, lelaki
dihormat,
Duhai sang Imam kedua kiblat.
Datang menangis onta yang tua,
minta berlindung pada
lenganmu,
Binatang rimba, dan kijang
berlarian,
padamu jua mencari naungan.
Allahuma Sholi Wassalim
Wabarik A'lai Thoa'la
Muhammad.
Ayat-ayat kebenaran dari yang
rahman, yang dihadirkan
kemudian, tanpa awal, sifat
yang datang dari luar zaman,
tidak berkait dengan waktu,
maka iapun memberitakan,
tentang negeri tempat
berpulang, tentang bangsa hak
dan bangsa iyya, kekallah dia di
tangan kita, lalu mengatas
semua mu'zizat, seluruh nabi,
yang telah lahir, dan tidak
abadi, jadi sandaran, tidak
tertinggal ayat yang samar,
dipertentangkan, tidak
menyalah hakim yang tinggi,
Musuh sengitpun, menyerang
Al-Quran, pastilah pulang, dari
bencinya paling jahanam,
mengangkat salam,
Sastra ilahi telah menangkis,
Aku-akuan para penantang,
Seperti cemburu telah
menangkis, tangan si lancang di
kehormatan,
Di kandung makna gulung
bergulung bagai lautan, di atas
Iman kepada rasul
Iman kepada rasul
Iman kepada rasul
Iman kepada kitab
50
Solo Putra/42/20
mutia di keindahan, dan
penilaian, Tidak terhitung tidak
terbilang, di keajaiban, Tidak
bertemu jumlah yang banyak, di
kebosanan,
Jatuh berlinang orang mengaji,
maka akupun bilang padanya,
"BAHAGIA ENGKAU DI
TALI YANG SUCI",
maka, peganglah sekuat daya,
Andai kau baca lantaran takut
api menyala, telah kau padam
panasnya api, dari sumbernya
yang mula-mula,
Bagai telaga, memutih wajah
oleh karenanya,
Wajah maksiat berduyun
datang,
arang layaknya,
Bagai titian bagai timbangan, di
keadilan,
dan keadilan pun tanpa AlQuran, takkan berdiri di tengah
insan,
Usah kau heran para pendengki
memungkirinya, berlagak
bodoh, sedang matanya jelas
terbuka, memang seringlah
mata menolak cahaya surya,
karena trakhoma.
Lidah menolak lezatnya air,
karena sakitnya.
Allah......., Allah.......,
Allah..... Tuhan kami,
Engkaulah segala-galanya,
Berpindah dikau di rusuk-rusuk
para pemimpin, berpindahpindah.
Demikian syamsu dalam
rangkaian selalu juga
berpindah-pindah, Berjalan
dikau ke gua garba,
Oleh karena merasa mulya,
Untuk mendukung satu perkara,
Luhur maknanya.
Bahagialah atas kaum, Di
Iman kepada Allah
51
Solo Putra/44/22
tengah mana engkau berada,
dan dari mana dikau berasal.
Nampak padamu, wajah
purnama, berselaput lembut
selubung cahya.
Demi Allah, saat dimana
engkau datang dan naik
merekah,
bahagialah penduduk buana
Engkau menjelang pada
mereka.
Kepada Sholawat Allah teriring
salam sebanyak titik yang
berjatuhan, dari bongkahan
awan gemawan.
Adalah penutup seluruh nabi
Muhammad jua,
Di hari bangkitnya segenap
insan berdiri tegak pertamatama.
Yaa... Arhamarohimin,
Irhamna, Wa'afinna, a'afuanna
Wa'asrotika Warasulika A'inna
Ya Hayyu ya Qayyum
Dzahika, Yaa.. Allah
Iman kepada Allah
Berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan Aqidah:
Tabel 4.1
Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Aqidah
N = 16
No.
Ketegorisasi Pesan Aqidah
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
Iman Kepada Allah
6
37,5%
2.
Iman Kepada Rasul
9
56,2%
3.
Iman Kepada Kitab
1
6,3%
Total
16
100%
52
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pesan yang dominan pada kategori
Aqidah, dalam naskah drama Qasidah Barzanji adalah berisi tentang Iman kepada
Rasul.
a. Iman Kepada Allah
Iman artinya percaya. Allah Azza wajalla bersifat dengan semua
kesempurnaan dan bersih dari semua kekurangan. Iman kepada Allah, yaitu
berupa ketauhidan atau kesaksian akan adanya Allah SWT, sebagai Tuhan Yang
Maha Esa.
Beriman kepada Allah yaitu keyakinan yang sesungguhnya bahwa Allah
adalah satu, esa, sendiri, tempat bergantung, tidak mengambil teman wanita atau
istri, juga tidak memiliki anak. Dialah yang menciptakan, Pemberi Rizki, Pemberi
Anugerah, Yang Menahan Pemberian, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan,
dan yang mengatur segala urusan makhluk-Nya.
Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan
dengan iman kepada Allah, adalah yang tertulis sebagai berikut:
Engkau yang baka, engkau yang kadim sejak azali, tiada Tuhan selain
engkau kan dipasrahi, Kodratmu tinggi kekal dan damai kami bersandar, Maha
utama, dikau menuntun kami yang sasar.
Dari dialog diatas, dapat dipahami dan yakini bahwa Allah Maha Esa,
Tunggal atau satu. Tidak ada yang bisa menandingi-Nya. Dialah yang berhak
disembah, bukan yang lain, dengan segala macam ibadah. Dia yang pertama yang
tidak ada sesuatu pun sebelumnya dan yang Maha Akhir.
53
b. Iman kepada malaikat
Malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah yang Ia ciptakan khusus
untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugas-Nya.
Iman kepada malaikat adalah rukun iman yang kedua. Maksudnya meyakini
secara pasti bahwa Allah mempunyai para malaikat yang diciptakan dari nur,
tidak pernah mendurhakai apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan
mengerjakan setiap yang Allah perintahkan kepada mereka. Malaikat ada sepuluh,
yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar, Nakir, Raqib, Atid, Ridwan, Malik.
c. Iman kepada kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah maksudnya membenarkan dengan
penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada
hamba-hamba-Nya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan
bahwasanya ia adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya, seperti
apa yang Ia kehendaki dan menurut apa yang Ia ingini.
Kita wajib mengimani secara rinci kitab-kitab yang sudah disebutkan
namanya oleh Allah, yakni Al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya, yaitu: Taurat,
Zabur, Injil.
Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan
dengan iman kepada kitab Allah, adalah yang tertulis sebagai berikut:
Ayat-ayat kebenaran dari yang rahman, yang dihadirkan kemudian, tanpa
awal, sifat yang datang dari luar zaman, tidak berkait dengan waktu, maka iapun
memberitakan, tentang negeri tempat berpulang, tentang bangsa hak dan bangsa
iyya, kekallah dia di tangan kita, lalu mengatas semua mu'zizat, seluruh nabi, yang
telah lahir, dan tidak abadi, jadi sandaran, tidak tertinggal ayat yang samar,
54
dipertentangkan, tidak menyalah hakim yang tinggi, Musuh sengitpun, menyerang
Al-Quran, pastilah pulang, dari bencinya paling jahanam, mengangkat salam,
Sastra ilahi telah menangkis, Aku-akuan para penantang, Seperti cemburu telah
menangkis, tangan si lancang di kehormatan, Di kandung makna gulung
bergulung bagai lautan, di atas mutia di keindahan, dan penilaian, Tidak terhitung
tidak terbilang, di keajaiban, Tidak bertemu jumlah yang banyak, di kebosanan,
Jatuh berlinang orang mengaji, maka akupun bilang padanya, "BAHAGIA
ENGKAU DI TALI YANG SUCI", maka, peganglah sekuat daya, Andai kau baca
lantaran takut api menyala, telah kau padam panasnya api, dari sumbernya yang
mula-mula, Bagai telaga, memutih wajah oleh karenanya, Wajah maksiat
berduyun datang, arang layaknya, Bagai titian bagai timbangan, di keadilan, dan
keadilan pun tanpa Al-Quran, takkan berdiri di tengah insan, Usah kau heran para
pendengki memungkirinya, berlagak bodoh, sedang matanya jelas terbuka,
memang seringlah mata menolak cahaya surya, karena trakhoma. Lidah menolak
lezatnya air, karena sakitnya.
Dialog diatas menjelaskan bahwa Al-qur’an berisi tentang mukjizat para
Nabi, ayatnya jelas dan lengkap. Tidak ada seorangpun yang bisa merusak AlQur’an. Makna kandungannya sangat luas dan indah. Orang yang sering membaca
Al-Qur’an karena Allah, maka di akhirat nanti dilindungi dari panasnya api
neraka, wajahnya akan bercahaya. Sedangkan orang yang memungkirinya, tidak
akan mendapatkan nikmat Allah.
d. Iman kepada rasul
Allah telah mengutus Rasul-rasul dan diturun atas mereka kitab-kitab
untuk menunjuk manusia. Rasul adalah bintang penunjuk simbol penerang dalam
sejarah manusia. Mereka dijadikan sebagai manusia penunjuk kepada tauhid,
pengajak akhlak mulia, dan pemerang atas kehinaan dan kemungkaran.
Makna beriman kepada rasul yaitu membenarkan dengan sepenuh hati
bahwa Allah Ta’ala telah mengutus pada setiap umat seorang rasul dari kalangan
mereka sendiri, mempercayai bahwa mereka telah menyampaikan segala ajaran
55
yang ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikannya, tidak mengubah, tidak
menambah dan tidak menguranginya menurut seleranya sendiri.
Allah telah mengkhususkan para rasul terdahulu dengan mukjizat materi
yang tersentuh, yaitu: Ibrahim diangkat dari api, Musa diberi tangan yang
memutih, tongkat yang menelan tali sihir, Isa A.S bisa menyembuhkan lepra dan
sapak, menghidupkan orang mati, kemudian Muhammad SAW diberikan wahyu
dari langit akal pikiran tidak membawa pedang kecuali mempertahankan jiwa,
menghacurkan lawan yang kafir, atau mempertahankan dari fitnah. Apabila
manusia memiliki keyakinan kepadanya, maka tentu mereka akan mengikuti
jalannya, menuju jalan yang baik.
Mukjizat ialah kejadian luar biasa yang terjadi untuk mengatasi tantangan
yang dihadapi. Mukjizat itu ada yang hissiyyah, yang dapat disaksikan oleh mata
atau didengar oleh telinga. Ada pula mukjizat manawiyah, yang disaksikan mata
hati, seperti mukjizat Al-Qur’an.
Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan
dengan iman kepada Rasul, adalah yang tertulis sebagai berikut:
Wajah mentari memancar terang, dari wajahmu. Menyingkir malam, gelap
memekat, yang penuh tipu, Hari lahirmu, bagi agama, satu berita suka gembira,
seluruh bunga mekar bersama, Kebanggaan, memenuhi hati ibu sang nabi, Tidak
seorang dari wanita, kan menandingi, Banggalah ia, di tengah kaum, dengan
putranya, Duh kelahiran, penghapus aib dan kufur nista, engkaulah obat, pengusir
bencana. Bersambut-sambut bisikan riang, dunia yang halus. Lahirlah kini bayi
Musthofa, Alangkah bagus.
Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad adalah
Nabi terakhir, manusia yang cahayanya adalah ciptaan Allah yang pertama
sebelum menciptakan seluruh langit, bumi beserta isinya, dan utusan Allah yang
56
sangat mulia, beliau juga memiliki tempat khusus di hati kita sebagai umatnya.
Pesan Aqidah disini adalah iman kepada rasul yang harus diimani dan diyakini
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Nabi Muhammad memiliki
keistimewaan yang banyak, diantaranya:
a. Beliau penutup para Nabi.
b. Beliau penghulu anak cucu Adam, sebagaimana firman Allah,
ٍ ‫ّضٍُمْ َدرَجَا‬
‫ت‬
َ ْ‫عهَى َبعْضٍ مِ ْىٍُمْ مَهْ َكهَمَ انهًَُ ََرَفَعَ َبع‬
َ ْ‫ّضٍُم‬
َ ْ‫ّضهْىَا َبع‬
َ َ‫سمُ ف‬
ُ ‫ِت ْهكَ ان ُز‬
ْ‫ََءَاتٍَْىَا عٍِسَى ابْهَ َمزٌَْمَ انْبٍَِىَاتِ ََأٌََدْوَايُ ِبزَُحِ انْقُدُسِ ََنَُْ شَاءَ انهًَُ مَا اقْتَ َتمَ انَذٌِهَ مِه‬
َُْ‫َبعْدٌِِمْ مِهْ َبعْدِ مَا جَاءَ ْتٍُمُ انْبٍَِىَاتُ َََنكِهِ اخْ َتهَفُُا َفمِ ْىٍُمْ مَهْ ءَامَهَ ََمِ ْىٍُمْ مَهْ كَ َفزَ ََن‬
ُ‫شَاءَ انهًَُ مَا اقْتَ َتهُُا َََنكِهَ انهًََ ٌَ ْف َعمُ مَا ٌُزٌِد‬
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.
Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan
sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat...” (al-Baqarah: 253)
c. Beliau diutus kepada seluruh manusia dan kepada bangsa jin, sebagaimana
firman Allah,
ًَ َ‫سمََُاتِ ََانَْؤرْضِ نَا ِإن‬
َ ‫جمٍِعًا انَذِي نًَُ ُم ْهكُ ان‬
َ ْ‫ُقمْ ٌَاأَ ٌٍَُا انىَاسُ إِوًِ َرسُُلُ انهًَِ ِإنَ ٍْكُم‬
ًِِ‫ِإنَا ٌَُُ ٌُحًٍِْ ََ ٌُمٍِتُ فَآمِىُُا بِانهًَِ ََ َرسُُنًِِ ان َىبًِِ انُْؤمًِِ انَذِي ٌُ ْؤمِهُ بِانهًَِ ََ َكِهمَات‬
َ‫ََاتَ ِبعُُيُ َن َعَهكُمْ َتٍْتَدَُن‬
“Katakanlah, Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
semua...” (al-A’raf:158)
e. Iman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhir, artinya meyakini dengan pasti kebenaran
setiap hal yang diberitakan oleh Allah dalam kitab suci-Nya dan setiap hal yang
diberitakan oleh rasul-Nya mulai dari apa yang akan tertadi sesudah mati, fitnah
kubur, adzab, dan nikmat kubur, serta apa yang terjadi setelah itu, antara lain
kebangkitan dari kubur.
57
f. Iman kepada qadha’ dan qadar
Qadha’ adalah hukum Allah, yang telah Dia tentukan untuk alam semsta
ini, dan Dia jalankan alam ini sesuai dengan konsekuensi hukum-Nya dari
sunnah-sunnah yang Dia kaitkan antara akibat dan sebab-sebabnya. Adapun qadar
adalah takdir, yaitu menentukan atau membatasi ukuran segala sesuatu sebelum
terjadinya dan menulisnya di Lauhul mahfuzh.
2. Pesan Akhlak
Ada dua penggolangan akhlak secara garis besar, yaitu akhlak mahmudah
dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah ialah perbuatan baik, sedangkan
akhlak madzmumah ialah perbuatan yang buruk. Akhlak Islami, juga di bagi
menjadi akhlak kepada Khalik dan akhlak kepada makhluk.
Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Akhlak
menurut kesepakatan 3 juri, yaitu:
KATEGORI PESAN AKHLAK
Tokoh/Dialog/Hal
Koor Putraputri/1/1
Koor Putraputri/4/1
Koor Putra/8/2
Item
Ya Nabi Salam A'laika, Ya Rosul
Salam A'laik, Ya Habib salam
A'laika, Sholawatulloh A'laik.
Assalamua'laikum
Warrohmatullohi Wabarokatuh.
Syahdan, adalah utusan Allah,
Makhluk sempurna, unggul cipta
dan budi, Bapak kaum Jin dan
Manusia,
Sedikit tinggi, Putih memerah
warna Kulitnya,
Mata menatap hitam bercelak,
merah pipinya,
Mata yang lebar, tebal merampak
bulu-bulunya.
Keterangan
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
58
Mulut mulia, dan rapi letak
giginya,
Di kening luhur, purnama penuh
memancar terang.
Matahari pagi, Fajar merekah,
gilang gemilang, Pangkal
hidungnya, Membangun bentuk
amat eloknya,
Dadanya bidang, Pantas dan halus
tulang pipinya,
Pada alisnya, Rambut nan lembut
melengkung juwita, lurus
menombak, hidung yang molek,
Halus bulunya.
Janggut yang lebat. Besar dan
kukuh, tulang sendinya.
Kedermawanan melimpah ruah
dua tangannya.
Mustaka agung, dahi yang luas
menghias di sana, Rambut yang
panjang, Meluncur rapi ke
telinganya.
Cincin di jari, memberi tahu
kenabiannya.
Begitu pula adalah tanda, antara
dua tulang bahunya, Keringat
mulia, bagai permata teramat
wangi.
Setiap masa, mengatas harum,
minyak kesturi.
Tegak, dan tegap, terlalu gagah
bila berjalan.
Maka, adalah nabi Muhammad
yang mulia, Lebih dahulu
menyalami tangan siapa saja, dan
rumpun mana saja.
Harum tangannya, bekas jabatan
wangian surga.
Adapun kanak, bila dijamah di
kepalanya, tahulah orang, siapa
gerangan yang menjamahnya,
Selain dia, tak satu bulan bersinar
terang.
Telah berkata, yang melukiskan
sifat dirinya, bahwa tak pernah,
mata memandang tolok
59
Koor Putra/11/4
Solo Putra/12/5
Solo Putra/14/5
bandingnya, Tidak malaikat, apa
pula Jin, dan manusia, telah
melihat bandingan ujud, budi, dan
halnya, Mereka tak sanggup, demi
Dzat Allah, Selain hayanya, dan
Tuhanmu, Tahu keadaan itu,
dengan sebenarnya,
Maka, adalah junjungan kita suka
menyepi, hatinya condong ke Gua
Hiro, tanah Lukmani.
Ia berhalwat sekian malam kepada
Tuhan Lalu Jibrail, datang
padanya dengan Al-Quran.
Maka, adalah rintisan wahyu
berupa mimpi, buat melatih tubuh
insan, buat Qur'an.
Adalah dia teramat yakin pada
mimpinya, Cepat menangkap,
seperti jelas dalam hadistnya,
Maka iapun diutus oleh Tuhan
sebagai Rahmat, sebagai rasul
yang dipatuhi, pemimpin jagad.
Ia memaggil pada agama insan
seluruh, di jauh datang, dan orang
dekat menjadi jauh, Tuhanku,
harumkan arwah dan makamnya,
Wangian hikmat, berupa rahmat
dan keridhoan.
Hatta,............, Aduhai pelimpah
rahmat setiap peminta, Bila
menadah tangan dengan kosong
dan patuhnya, Engkaupun bersih
sifat hakikat dari sembarang,
Tanpa umpama engkau memberi
atau melarang,
Demi cahayamu, duhai, ya Allah
kami mendo'a,
demi Musthofa bapak tawanan
dan para hina,
ke hadiratmu wasilah kami pada
Musthofa, begitu pula pada
warganya tajuk mahkota,
Tetapkan iman bersama mati,
Moga didapat apa diminta apa
diarah, Jagalah kami laku yang
nista, Laku yang rendah,
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
Khalik
Akhlak kepada
Khalik
60
Solo Putra/16/5
Solo Putra/18/6
Koor Putraputri/23/8
Koor Putri/24/8
Semoga rata, bagi semua rahmat
darimu, serta maafmu,
menyelamatkan dari apimu,
Teguhkan kami dalam menolak
selain Allah,
Perbaikilah diri pemimpin tiap
wilayah,
Bebuyut kami, Orang tua kami,
dan keluarga, Kyai kami, Para
hadirin, Para Saudara, Penulis
syair, Tutuplah celah sempit
dadanya, dan Pembacanya serta
pendengar ke semuanya
Arkian, maka, makhluk
Muhammad bagus dan mulia,
putra Abdillah, turunan murni
bapak Adnani.
Telah tersohor keadilan dan
keagungannya.
Adapun Adnan, keturunan putra
Ibrahim, Begitulah menurut
tilikan ahli turunan, diurus
semenjak Adam, hingga Abdillah,
sampai lahirnya nabi junjungan.
Telah diurus nenek moyangnya,
bagai mengurut bulan terbit di
cakrawala, sampai munculnya jadi
purnama, Adalah ia seoarang
nabi, kandil berseri.
Begitu lahir si bocah suci,
bagaikan diambang pintu rumah
abadi, telah diberi daya melihat,
ilham dan rahmat dari Tuhannya.
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, Wangian hikmat,
berupa rahmat dan keridhoan.
Silsilah nabi teramat indah, bagai
luhurnya rantai permata, Bintang
gemintang menebar cahaya,
Duhai nabi tercinta, meski
kecilmu yatim piatu, tetapi agung
silsilahmu, teruntai indah dan
terpelihara, Tuhan menjaga, demi
Mulyakan kanak Muhammad dari
leluhur bersih namanya. Maka,
tak kena hitam lumpurnya,
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
61
Solo Putri/25/8
Koor Putra/28/10
Duet Putri/30/10
semenjak Adam, hingga temurun
ayah bundanya.
Sampai di sini, menjadi berat
tuturan kalam,
Sedang bidadari turun, menating
gelas minuman, Sekonyong
muncul purnama penuh bulan
sempurna, matanya hitam bagai
bercelak, amat indahnya,
Tuhanku, Harumkan arwah dan
makamnya,
Wangian hikmat, berupa rahmat
dan Keridhoan.
Bila si lembu, berbuat hina, dan
jatuh dosa, ia membelai, dengan
sifatnya, yang sungguh mulia.
Bila sang cinta, datang mengadu,
gairah rindu, ia meraih, dan
dijadikannya sahabat setia.
Akupun gila sudah padanya,
Kepayang mendekat pada sisinya,
Tuhan, cepatkan apa kiranya,
jernih pialaku agar disampingnya,
Berapa si sakit telah terobat,
Berapa tertindas telah terangkat,
Berapa padanya nikmat ganjaran
untuk yang pandai dan untuk yang
kurang. Betapa padanya
kedermawanan, Betapa kurnia
yang berhamburan, Berapa
sarjana telah mengutip, darinya,
segala ilmu yang wajib.
Setinggi itulah dia Musthofa,
penuh kehormatan dan tepat
segala, Kelebihan Ahmad tidaklah
sembunyi, Di timur dan di barat
sekalipun, Berapa banyak para
pecinta tenggelam begitu di airmata, akalnya, ketika dipanggil
dalam diri kekasihnya. Lebur dan
sirna. Wahai Rasul Allah, Wahai
yang paling bagus seluruh nabi,
syaf'atkan kami dari sang api,
Duhai lelaki yang berbenih suci
Dan, kepada bendera kebenaran,
Ahmad penumpas kezaliman,
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
62
Koor Putri/36/14
Koor Putra/37/14
Koor Putra/38/14
Solo Putri/41/18
bermurahlah dengan salam yang
suci, untuk sang nabi dari Yasribi.
Kepadanya sampaikan salam,
bergoyang ranting di tanah
larangan, Atau purnama naik
menjulang, Menyinar segala
binatang rimba.
Salam padamu dari Tuhan langit
yang tinggi
Salam padamu sepanjang zaman
kekal abadi
Salam padamu, Akhmad, duhai
kekasihku
Salam padamu, Thoha, duhai
pengobatku.
Salam padamu
hiasan para nabi
Salam padamu
penghulu para muttaqin
Salam padamu
yang jernih, segala jernih
Salam padamu
yang suci segala suci
Salam padamu
duhai kesturi dan wangi-wangian
Salam padamu
duhai penolong orang terbuang
Salam padamu
duhai Akhmad ya Muhammad
Salam padamu
Thoha ya lelaki dihormat
Marilah kita, menyidik jiwa,
gerbang cinta, sudah terbuka.
Satu penyakit di jantung letaknya,
Terguris pedang, rindu
dendamnya.
Duhai pengampun dicinta pujaan,
Tahanlah....., Nyawa...., lalu
lemparkan,
Lekaslah dikau pada sang rindu,
suruh istirah para penggerutu.
Padamu hati, penuh cintamu.
Depan pintumu, tak pernah lalu.
Aduhai negeri kurnia acara,
Tolonglah memanggil nama
sebutan, Aduhai .........
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
Akhlak kepada
makhluk
63
Solo Putra/43/21
Ya..... Rasul Allah, Rasul Allah
fisalam A'laika
Ya...... Robbi Adnan, Robbi
Adna'ni Wa'daroji,
Akhlak kepada
Khalik
Berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan Akhlak:
Tabel 4.2
Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Akhlak
N = 18
No.
Ketegorisasi Pesan Akhlak
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Akhlak Kepada Khalik
3
16,7%
2
Akhlak Kepada Makhluk
15
83,3%
Total
18
100%
Dari apa yang tercantum dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa pesan
yang dominan pada ketegori Akhlak, yaitu Akhlak Kepada Makhluk dengan
prosentase sebesar 83,3%, sedangkan Akhlak Kepada Khalik prosentase sebesar
16,7 %.
a. Akhlak kepada Khalik
Akhlak berkaitan dengan perilaku yang ikhlas, tawakal, taqwa, dan selalu
bertaubat. Manusia sebagai makhluk yang lemah dihadapan-Nya, harus banyak
memohon ampun kepada Allah. Tanpa kita sadari, perbuatan yang kita lakukan
sehari-hari bisa menimbulkan dosa. Dosa itu bagaikan debu, apabila debu itu tidak
dibersihkan maka akan menumpuk.
Dalam naskah drama Qasidah Barzanji, salah satu dialog yang berkaitan
dengan Akhlak kepada Khalik, adalah yang tertulis sebagai berikut:
64
Hatta,............, Aduhai pelimpah rahmat setiap peminta, Bila menadah
tangan dengan kosong dan patuhnya, Engkaupun bersih sifat hakikat dari
sembarang, Tanpa umpama engkau memberi atau melarang.
Dari dialog tersebut, bahwa sebagai hamba Allah hendaknya manusia
menjaga akhlak kepada-Nya dengan berdoa dan patuh (mentaati perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya). Manusia harus berusaha memperoleh keridhoan Allah,
mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya.
b.
Akhlak kepada makhluk
Akhlak sesama makhluk dapat dipahami sebagai perilaku dalam menjalin
hubungan antara manusia dengan manusia ataupun bukan manusia. Karena akhlak
terhadap makhluk terbagi menjadi enam bagian, yang di antaranya: Akhlak
terhadap Rasulullah, Akhlak terhadap orang tua, Akhlak terhadap diri sendiri,
Akhlak terhadap keluarga atau karib kerabat, Akhlak terhadap tetangga, dan
Akhlak terhadap masyarakat.
Dalam Islam, berakhlak mulia harus menjadi kesadaran dan diniatkan
untuk memperoleh ridha Allah, bukan untuk memperoleh pujian sesama manusia.
Hal ini berkaitan dengan bagaimana manusia saling berbuat baik dengan
menghargai dan menghormati sehingga bisa mewujudkan hubungan yang
harmonis.
Salah satu dialog yang berkaitan dengan akhlak kepada makhluk, adalah
yang tertulis sebagai berikut:
Berbuyut kami, orang tua kami, dan keluarga, kyai kami, para hadirin,
para saudara, penulis syair, tutuplah celah sempit dadanya, dan pembacanya seta
pendengar ke semuanya.
65
Dialog diatas menyampaikan tuntutan untuk menjauhkan diri kita dari
akhlak madzmumah seperti dengki, hasud, dan segala aib apabila ingin
mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Seorang muslim apabila tidak dapat
memberikan
manfaat
kepada
orang
lain,
maka
jangan
sampai
dia
mencelakakannya.
3. Pesan Syari’ah
Jika aqidah dalam posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina
suatu syari’ah sebagai cabangnya. Pesan dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat
luas dan mengikat seluruh umat Islam. Kelebihan dari materi syari’ah bahwa ia
tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain karena ia merupakan jantung yang tak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Syariah
menurut kesepakatan 3 juri, yaitu
KATEGORI PESAN SYARIAH
Tokoh/Dialog/Hal
Koor Putraputri/6/1
Solo Putri/9/3
Item
Keterangan
Bismillahirrohmanirrohim.
Ibadah
Maka, adalah junjungan kita
suka menyepi, hatinya condong
ke Gua Hiro, tanah Lukmani.
Ia berhalwat sekian malam
kepada Tuhan Lalu Jibrail,
datang padanya dengan AlQuran.
Maka, adalah rintisan wahyu
berupa mimpi, buat melatih
tubuh insan, buat Qur'an.
Adalah dia teramat yakin pada
mimpinya, Cepat menangkap,
seperti jelas dalam hadistnya,
Ibadah
66
Duet Putri/10/3
Solo Putra/15/5
Solo Putra/19/6
Maka iapun diutus oleh Tuhan
sebagai Rahmat, sebagai rasul
yang dipatuhi, pemimpin jagad.
Ia memaggil pada agama insan
seluruh, di jauh datang, dan
orang dekat menjadi jauh,
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, Wangian hikmat,
berupa rahmat dan keridhoan.
Suatu Malam, dari Al-Hijier
Tuhan mengisyo', ke masjid
Aqsa, guna memandang cahaya
pecinta, Bagai purnama di
lingkup malam, berjalan jauh,
sedang Jibrail serta Mikail,
mengangkat patuh, Ketika itu di
rumah Kudus, telah menanti
segenap rasul, para malaikat
arwah yang suci,
Lalu Jibrail memohon, dia
sholat bersama, sebagi imam,
sedang mereka, jemaah setia,
yang demikian karena mereka
memang mengerti, keutamaan
yang diberikan, Tuhan pemberi,
Dan di sanalah beliau Mi'raj,
melintas hilal, naik ke atas
seluruh tubuh, ke tujuh tingkat,
melewat semua, sedang Jibrail
jadi pelayan, Ke arah hadrat
yang Maha Tinggi, Menatap
Irfan, sampai mendekat, bagai
busur meliuk sama.
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, wangian hikmat,
berupa rahmat dan keridhoan.
Buahan ranum, Mohon
ampunan orang keliru,
Satu Sholawat sepanjang hari,
sepanjang nyanyi, Riwayat nabi
dalam bahasa sastra yang tinggi,
Menghias indah di pendengaran
lukisan pena, mengalung leher
untai beruntai manik permata,
Rangkaian manis zainal Abidin
menyulam titi, tinggal di dada
Ibadah
Ibadah
Muamalah
67
para hadirin kekal abadi,
Koor Putraputri/21/6
Solo Putri/22/7
Trio Putra/32/12
Subhanallah Wabihamdi
Surga dan seluruh bahagia,
anugerah bagi mereka yang
mendo'a sholawat, memohon
salam, dan keberkatan atas
baginda.
Kumulai kalam, dengan
menyebut asma yang luhur,
dengan mengharap limpah
kurnia, dan kebajikan, kuulang
lagi, dengan pujian mudah
sumbernya, beserta syukur bagi
Tuhanku pemelihara.
Semoga Allah yang maha
Agung, menganugerahkan
rahmat salawat, dan kerelaan,
seluruh cinta, tercurah bagi
arwah musthofa atas
makamnya.
Bagi warganya, semoga khusus
untuk mereka, bagi Thabi'in,
bagi pengikut kesemuanya,
Kumohon Taufiq dalam
menjalin riwayat Maulid,
bahannya datang dari nenenda
Ja'far Nasabnya,
Kupungut untai mudah
pancarnya duhai tercinta, Untai
permata jarang didapat barang
duanya, kuambil dikit, lantaran
takut berkepanjangan,
Cukuplah kalung di leher
jenjang,
Cukup indahnya.
Kepada Allah dengan dayaNya
kumohon salam, dengan
kuasaNya, dalam perkara samar
dan terang,
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, Wangian hikmah,
berupa rahmat dan keridhoan
Bahagia siapa memandang
wajahmu, duhai ibu-bapa yang
penuh rahmat, kolammu jernih,
Ibadah
Muamalah
Ibadah
68
Trio Putra/34/13
Solo Putri/40/17
sejuk airnya, tujuan kami di hari
kiamat,Tidak kulihat onta yang
putih, melonjak riang selain
padamu, Awan yang teduh
memayungimu, para malaikat
sholawat untukmu.
Tatkala beban telah terikat,
dan saling memanggil untuk
berangkat, akupun datang,
dan mataku menggenang,
Berhentilah untukku,
Penunjuk jalan, Bawakan
padaku, Risalah bimbingan,
Aduhai rindu yang paling
dalam, do'alah sembahan di
kejauhan, di pagi hari dan senja
yang kelam.
Allahuma,
limpahkan Sholawat pada
Muhammad,
Ya, Robbi, sholawat padanya
beriring salam,
Dalam mencinta junjungan
Muhammad,
Rasul terbagus nabi nan Agung,
Rindu yang jauh pada
Muhammad, ditinggalkannya
dan jatuh linglung.
Kelahiran junjungan
Muhammad,
Ibu Negeri Tanah Muazzam,
Menyinar gelap pada
Muhammad,
Tuhan menyalam menitah
kalam.
Kupanggil Akhmad dikau
Muhammad,
Penghulu Rasul yang telah
silam,
Mintakan salam duhai
Muhammad, di hari kiamat
senang dan tentram.
Kumohon syafa'at pada
Muhammad,
Bila kuterjang jiwa yang
takhluk, Harapan kita hanyalah
Ibadah
Muamalah
69
Muhammad,
Di hari duka jatuh tersipu.
Cahaya datang berkat
Muhammad,
Benarpun jelas bila bersabda,
Setinggi langit langit
Muhammad,
Jibril berkata: majulah paduka.
Bala tentara peperangan
Muhammad,
Di antaranya Malaikat bertanda,
Agama Dinnul oleh
Muhammad,
Kuburpun bakal
dihancurkannya.
Sholawat Tuhan atas
Muhammad,
Atas keluarga tercurah sayang,
Sholawat Allah atas
Muhammad,
Atas syahabat teriring salam.
Berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan Syariah:
Tabel 4.3
Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Syariah
N = 10
No.
Ketegorisasi Pesan Syariah
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Ibadah
7
70%
2
Muamalah
3
30%
Total
10
100%
Dari apa yang tercantum dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa pesan
yang dominan pada ketegori Syariah, yaitu Ibadah dengan prosentase sebesar
70%, sedangkan Muamalah sebesar 30%.
70
a. Ibadah
Ibadah adalah sebutan bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh
Allah, baik yang berupa lahir maupun yang bathin. Perbuatan dinilai sebagai
ibadah, bila mempunyai kesempurnaan cinta, dan ketundukan.
Salah satu kategori pesan syari’ah yang berkaitan dengan ibadah adalah
yang tertulis sebagai berikut:
Suatu Malam, dari Al-Hijier Tuhan mengisyo', ke masjid Aqsa, guna
memandang cahaya pecinta, Bagai purnama di lingkup malam, berjalan jauh,
sedang Jibrail serta Mikail, mengangkat patuh, Ketika itu di rumah Kudus, telah
menanti segenap rasul, para malaikat arwah yang suci, Lalu Jibrail memohon, dia
sholat bersama, sebagi imam, sedang mereka, jemaah setia, yang demikian karena
mereka memang mengerti, keutamaan yang diberikan, Tuhan pemberi, Dan di
sanalah beliau Mi'raj, melintas hilal, naik ke atas seluruh tubuh, ke tujuh tingkat,
melewat semua, sedang Jibrail jadi pelayan, Ke arah hadrat yang Maha Tinggi,
Menatap Irfan, sampai mendekat, bagai busur meliuk sama. Tuhanku, harumkan
arwah dan makamnya, wangian hikmat, berupa rahmat dan keridhoan.
Dialog diatas menceritakan kejadian isra’ mi’raj, yaitu di malam hari, Nabi
Muhammad berjalan sangat jauh, sedangkan malaikat jibril dan mikail patuh
terhadap perintahnya, di rumah Kudus kemudian mereka sholat berjamaah dan
Nabi Muhammad sebagai imam. Lalu disanalah Nabi Mi’raj menggunakan burok
dan naik ke atas tujuh langit, sedang jibril jadi pelayannya. Dan akhirnya
ditentukan sholat lima waktu dalam sehari yaitu sholat shubuh, zuhur, atsar,
maqrib, dan isya’. Pesan diatas, merupakan peristiwa ditetapkan kewajiban sholat,
Sholat merupakan pekerjaan yang berat dan sukar kecuali bila pelakunya itu
sudah bisa khusyu semata-mata karena Allah Ta’ala. Apabila seluruh pribadi
sudah
benar-benar
mengamalkan
ibadah
sholat
sekaligus
benar-benar
mempraktekkan fungsi sholat, maka kesejahteraan hidupnya terjamin, kerjasama
71
antarpribadi berjalan secara otomatis tanpa disuruh atau adanya motifasi dari
pihak lain.
b. Muamalah
Salah satu kategori pesan syari’ah yang berkaitan dengan muamalah
adalah yang tertulis sebagai berikut:
Satu Sholawat sepanjang hari, sepanjang nyanyi, Riwayat nabi dalam
bahasa sastra yang tinggi, Menghias indah di pendengaran lukisan pena,
mengalung leher untai beruntai manik permata, Rangkaian manis zainal Abidin
menyulam titi, tinggal di dada para hadirin kekal abadi.
Pesan diatas menjelaskan kebiasaan membaca sholawat setiap hari, kadang
dibaca pada acara maulid Nabi Muhammad oleh masyarakat Islam dengan bahasa
sastra yang tinggi dan indah. Karena apabila kita selalu bersholawat untuk nabi
Muhammad maka di dunia dan akhirat, kita akan bisa mendapatkan syafaatnya.
B. Pesan yang Dominan dalam Naskah Drama “Qasidah Barzanji”
Berdasarkan analisa data diatas, telah ditemukan kecenderungan isi pesan
dakwah yang dominan adalah pesan dakwah yang mengandung nilai Aqidah
sebesar 33%, pesan dakwah yang mengandung nilai Akhlak sebesar 34%, dan
pesan dakwah yang mengandung nilai Syari’ah sebesar 33%. Keterangan tersebut
berarti dalam naskah drama Qasidah Barzanji bahwa pesan dakwah yang paling
dominan adalah pesan dakwah dalam bidang Akhlak yaitu sebesar 34%
(Perhitungannya terdapat di Lampiran 2).
Sementara untuk rincian tiap-tiap kategori yang dibuat, diperoleh data
yang memperlihatkan bahwa dikategori pesan Aqidah, pesan dakwah yang
72
dominan adalah iman kepada rasul prosentasenya sebesar 56,2%. Sedangkan iman
kepada Allah sebesar 37,5% dan iman kepada kitab-kitab sebesar 6,3%.
Untuk kategori Akhlak yang dominan adalah akhlak kepada makhluk
prosentasenya sebesar 83,3%. Sedangkan akhlak kepada Khalik (Allah) sebesar
16,7%.
Dan untuk kategori Syariah yang dominan adalah ibadah, dalam kategori
ini besar prosentasenya sebesar 70%, dan muamalah hanya 30%.
Demikian hasil uraian pesan dakwah pada naskah drama Qasidah Barzanji
peneliti mencoba menggunakan rumus Holsti dengan mengacu pada dialog Solo
Putra yang disampaikan oleh aktor di dalam naskah tersebut. Qasidah Barzanji
adalah puisi-puisi pujian kepada Nabi Muhammad yang amat populer di kalangan
masyarakat Muslim. Naskah drama ini bermaksud untuk mengungkapkan
kerinduan kepada Nabi Muhammad dan orang-orang suci.
Jika dilihat dari beragam coraknya, naskah drama Qasidah Barzanji,
merupakan naskah yang berbobot karena bersifat naratif, memiliki nilai dramatik
dan teaterikal, tema yang diungkapkan menyangkut persoalan hidup, yaitu
kehidupan Nabi Muhammad.
Naskah drama ini selain untuk hiburan, didalamnya juga terdapat banyak
pesan dakwah contohnya saja ada dialog yang meyakini bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah utusan Allah, Sudi menisik sobek jubahnya, terima orang-orang tua,
dan berjalan bersama janda-janda yang dihinakan.1
1
Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono ( kordinator Bengkel teater), pada 29 Mei
2011 di Bela Studio
73
Naskah drama Qasidah barzanji berasal dari Syair-syair al-Barzanji yang
di terjemahkan oleh Syu’ Bah Asa (Salah satu anggota Bengkel Teater), syairsyair ini biasa dinyanyikan orang-orang Islam dengan rebana.2 Adapun pesan
dakwah yang lebih banyak disampaikan dalam naskah drama Qasidah Barzanji
adalah tentang akhlak karena di dalam naskah ini, menjelaskan tentang sifat atau
tingkah laku Nabi Muhammad SAW, contohnya nabi Muhammad yang mulia,
Lebih dahulu menyalami tangan siapa saja, dan rumpun mana saja. Jika beliau
berjalan dengan sahabatnya, beliau jalan paling belakang.
2
Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono ( kordinator Bengkel teater), pada 29 Mei
2011 di Bela Studio.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta
berdasarkan observasi, wawancara, dan analisis data, guna mendapatkan jawaban
atas rumusan masalah dalam skripsi ini, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Isi pesan dakwah pada naskah drama Qasidah Barzanji ada enam
pembawa cerita atau peran, dialog ini terbagi dalam tiga kategori pesan,
yaitu pesan aqidah, syari’ah dan akhlak. Maka peneliti melihat bahwa pada
dasarnya pesan dakwah yang disampaikan lebih cenderung mengajak
kepada perilaku yang terpuji, hal ini bertujuan untuk meningkatkan akhlak
mengenai moralitas dan budi pekerti manusia untuk membentuk pribadi
yang shaleh dan kebahagiaan dunia akhirat.
2. Dari 44 dialog yang telah diuraikan, maka peneliti melihat bahwa pada
dasarnya pesan dakwah yang paling dominan disampaikan oleh
narasumber adalah pesan akhlak yakni sebanyak 34% dibandingkan
dengan pesan aqidah yang berjumlah 33% dan pesan sya’riah dengan
33%. Dengan demikian penelitian ini memilki validitas yang tinggi atau
sempurna. Dalam naskah drama Qasidah Barzanji pesan yang paling
dominan adalah pesan Akhlak (budi pekerti), yakni pesan dakwah yang
74
75
membahas tentang sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad untuk
melengkapi keimanan dan keislaman seseorang.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam naskah drama
Qasidah Barzanji karya WS Rendra, maka ada beberapa saran yang hendak
peneliti sampaikan di antaranya:
1. Hendaknya kepada pihak penerus WS Rendra atau anggota bengkel teater
rendra mengembangkan sayap dengan membuat lebih banyak naskah
drama yang berisi pesan dakwah, hal ini agar bengkel teater tersebut lebih
bisa dikenal dan tidak hanya masyarakat Indonesia saja. Kepada
kordinator maupun anggota bengkel teater WS Rendra agar terus
mendukung penulis dengan selalu memberikan gagasan dan ide. Agar bisa
lebih maju dan berkembang lagi, serta bermanfaat baik untuk para
pembaca, maupun penulis.
2. Kepada pihak pemain atau aktor dalam naskah drama Qasidah Barzanji
agar selalu melakukan inovasi-inovasi seperti dialog atau kata-kata lebih
menarik, pemilihan settingan tempat yang tepat dan bisa menjelmakan
perannya dengan hidup atau perasaan agar pembaca tidak monoton dan
tidak bosan untuk dibaca. Apabila kisah itu dibaca, maka teknik ucapan
dan tekhnik gerakannya tidak berbeda dengan tekhnik bermain drama.
76
3. Kepada praktisi atau ilmuwan dakwah yang bergerak dalam ilmu dakwah
agar lebih memperhatikan dunia seni khususnya karya tulis drama atau
naskah drama sebagai sarana dakwah. Karena pada saat ini, naskah drama
sangat efektif dan juga efisien dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah,
selain itu naskah drama tidak bosan untuk dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syaikh. 2007. Cara Mudah Memahami Aqidah: Sesuai al-Qur’an, asSunnah dan Pemahaman Salafus Shalih. Jakarta: Pustaka At-Tazkia.
Ali, M. Daud. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada.
Amin, Ahmad. 1991. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Penerbit AMZAH.
Anshari, Endang Syaefudin. 1993. Wawasan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Arifin, Tatang M. 1968. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rhineka Cipta.
Bakar, Hasanuddin Abu. 1999. Meningkatkan Mutu Dakwah. Jakarta: Media
Dakwah.
Bashori, Agus Hasan. 2001. Kitab tauhid 2. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Bulaeng, Andi. 2004. Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Ghozaly, M. Bahri. 1997. Dakwah Komunikasi Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Hasanuddin dan M. Hum. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung:
Penerbit Titian Ilmu Bandung.
Hasanuddin. 1996. Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Ismail, A. Ilyas. 2008. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: PT
Penamadani.
77
78
Jumroni. 2006. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press.
Krippendorf, Klaus. 1993. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodolog. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Latif, Nasarudin. Teori dan Praktik Dakwah Islamiah. Jakarta: PT Firma Dara.
Machfoeld, Moesa A. 2004. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya.
Jakarta: PT Bulan Bintang.
Madjid, Abdul. 1986. Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan
dalam Islam, Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati.
Munir, M dan Wahyu Ilaihi. 2009. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang:
Bayumedia.
Rabi’ bin Hadi Al Madkhali. 1995. Manhaj Da’wah Para Nabi. Jakarta: Gema
Insani Press.
Rendra. 2009. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta: Burungmerak Press.
Romli, Asep Syamsul M. 2003. Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil
Qalam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Semi, M. Atar. 1985. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa raya.
Sihabudi, dkk. 2009. Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama. Surabaya: Amanah
Pustaka.
Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia.
Syihata, Abdullah. 1986. Da’wah Islamiyah. Jakarta: Departemen Agama.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Tjokroatmodjo, Dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:
Usaha Nasional.
79
www.scribd.com, diakses pada tanggal 1 Januari 2011.
Wawancara pribadi dengan Edy haryono.
LAMPIRAN 1
REKAPITULASI PENILAIAN DEWAN JURI
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Item
Ya Nabi Salam A'laika, Ya Rosul
Salam A'laik, Ya Habib salam A'laika,
Sholawatulloh A'laik.
Ya Habibi Ya Muhammad, Ya Arusal
Khofiqoin, Ya Muayyad Ya
Mumajjad, Ya Immamal Qiblatain.
Allahuma Shali A'la Muhammad, Wa
a'la Ali Muhammad.
Assalamua'laikum Warrohmatullohi
Wabarokatuh.
Audzu Billahi Minasyaitanirojim.
Bismillahirrohmanirrohim.
Allahuma Shali A'la Muhammad, Ya
Robbi Shali A'laihi Wassalim
Ya Robbi Warhamna Jami'a, Ya Robbi
Warham Walidzina.
Syahdan, adalah utusan Allah,
Makhluk sempurna, unggul cipta dan
budi, Bapak kaum Jin dan Manusia,
Sedikit tinggi, Putih memerah warna
Kulitnya,
Juri I
Juri II
Aqidah Akhlak Syariah Aqidah Akhlak Syariah Aqidah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Juri III
Akhlak Syariah
√
√
√
√
Mata menatap hitam bercelak, merah
pipinya,
Mata yang lebar, tebal merampak
bulu-bulunya.
Mulut mulia, dan rapi letak giginya,
Di kening luhur, purnama penuh
memancar terang.
Matahari pagi, Fajar merekah, gilang
gemilang, Pangkal hidungnya,
Membangun bentuk amat eloknya,
Dadanya bidang, Pantas dan halus
tulang pipinya,
Pada alisnya, Rambut nan lembut
melengkung juwita, lurus menombak,
hidung yang molek, Halus bulunya.
Janggut yang lebat. Besar dan kukuh,
tulang sendinya.
Kedermawanan melimpah ruah dua
tangannya.
Mustaka agung, dahi yang luas
menghias di sana, Rambut yang
panjang, Meluncur rapi ke telinganya.
Cincin di jari, memberi tahu
kenabiannya.
Begitu pula adalah tanda, antara dua
tulang bahunya, Keringat mulia, bagai
permata teramat wangi.
Setiap masa, mengatas harum, minyak
9.
kesturi.
Tegak, dan tegap, terlalu gagah bila
berjalan.
Maka, adalah nabi Muhammad yang
mulia, Lebih dahulu menyalami
tangan siapa saja, dan rumpun mana
saja.
Harum tangannya, bekas jabatan
wangian surga.
Adapun kanak, bila dijamah di
kepalanya, tahulah orang, siapa
gerangan yang menjamahnya,
Selain dia, tak satu bulan bersinar
terang.
Telah berkata, yang melukiskan sifat
dirinya, bahwa tak pernah, mata
memandang tolok bandingnya,
Tidak malaikat, apa pula Jin, dan
manusia, telah melihat bandingan
ujud, budi, dan halnya,
Mereka tak sanggup, demi Dzat Allah,
Selain hayanya, dan Tuhanmu, Tahu
keadaan itu, dengan sebenarnya,
Maka, adalah junjungan kita suka
menyepi, hatinya condong ke Gua
Hiro, tanah Lukmani.
Ia berhalwat sekian malam kepada
Tuhan
√
√
√
10.
Lalu Jibrail, datang padanya dengan
Al-Quran.
Maka, adalah rintisan wahyu berupa
mimpi, buat melatih tubuh insan, buat
Qur'an.
Adalah dia teramat yakin pada
mimpinya, Cepat menangkap, seperti
jelas dalam hadistnya, Maka iapun
diutus oleh Tuhan sebagai Rahmat,
sebagai rasul yang dipatuhi, pemimpin
jagad.
Ia memaggil pada agama insan
seluruh, di jauh datang, dan orang
dekat menjadi jauh, Tuhanku,
harumkan arwah dan makamnya,
Wangian hikmat, berupa rahmat dan
keridhoan.
Suatu Malam, dari Al-Hijier Tuhan
mengisyo', ke masjid Aqsa, guna
memandang cahaya pecinta,
Bagai purnama di lingkup malam,
berjalan jauh, sedang Jibrail serta
Mikail, mengangkat patuh, Ketika itu
di rumah Kudus, telah menanti
segenap rasul, para malaikat arwah
yang suci,
Lalu Jibrail memohon dia sholat
bersama, sebagi imam, sedang mereka,
√
√
√
11.
jemaah setia, yang demikian karena
mereka memang mengerti, keutamaan
yang diberikan, Tuhan pemberi, Dan
di sanalah beliau Mi'raj, melintas hilal,
naik ke atas seluruh tubuh, ke tujuh
tingkat, melewat semua, sedang Jibrail
jadi pelayan, Ke arah hadrat yang
Maha Tinggi, Menatap Irfan, sampai
mendekat, bagai busur meliuk sama.
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, wangian hikmat, berupa
rahmat dan keridhoan.
Maka, adalah Nabi Muhammad rendah
hatinya, Bersifat agung,
Sudi menisik sobek jubahnya,
Menambal terompah,
Juga memeras susu kambingnya,
Dan melayani ahli rumahnya, dengan
lembutnya, Dicintainya orang melarat,
dijenguknya pabila sakit, bila mati
disebarkan kabar matinya, jenazah
diurus dikafaninya,
Ia terima orang-orang tua yang papa,
Ia berjalan bersama para janda yang
dihinakan, menutur pria, agar berbaik
dengan mereka,
Ia berjalan bersama hamba sahaya,
sopan dan lembut kepada mereka,
√
√
√
12.
13.
14.
Seluruh raja segan dan gentar
menghadapinya,
Tiada raja ia takuti,
Ia adil, sabar, dan merdeka,
Bila murka ia murka karena Allah,
Bila rela ia rela karena Allah,
Beranilah la murka untuk mencegah si
aniaya, Bila berjalan bersama, Ia suka
berjalan, di belakang sekali,
Dalam merantau, iapun unggul dan
utama, Adapaun nabi junjungan kita,
sangat kampiun menunggang kuda,
bagal dan onta, Tuhanku harumkan
arwah dan makamnya, Wangian
hikmat, berupa rahmat dan keridhoan.
Hatta, Aduhai pelimpah rahmat setiap
peminta, Bila menadah tangan dengan
kosong dan patuhnya, Engkaupun
bersih sifat hakikat dari sembarang,
Tanpa umpama engkau memberi atau
melarang,
Engkau yang baka, engkau yang
kadim sejak azali, tiada Tuhan selain
engkau kan dipasrahi, Kodratmu tinggi
kekal dan damai kami bersandar,
Maha utama, dikau menuntun kami
yang sasar.
Demi cahayamu, duhai, ya Allah kami
√
√
√
√
√
√
√
√
√
15.
16.
17.
18.
mendo'a, demi Musthofa bapak
tawanan dan para hina,
ke hadiratmu wasilah kami pada
Musthofa, begitu pula pada warganya
tajuk mahkota, Tetapkan iman
bersama mati, Moga didapat apa
diminta apa diarah,
Jagalah kami laku yang nista,
Laku yang rendah,
Buahan ranum, Mohon ampunan
orang keliru,
Semoga rata, bagi semua rahmat
darimu, serta maafmu, menyelamatkan
dari apimu, Teguhkan kami dalam
menolak selain Allah, Perbaikilah diri
pemimpin tiap wilayah,
Dengan apura, dengan ampunan,
mohon mulya penggubah syair sukar
dinilai kadar harganya,
Angkat karibmu ke bukit pasir yang
paling tinggi, Tempatkan dia di
kediaman dekat kakinya, Tunjukkan
dia hakikat Engkau tak ada dua,
Bebuyut kami, Orang tua kami, dan
keluarga, Kyai kami, Para hadirin,
Para Saudara, Penulis syair,
Tutuplah celah sempit dadanya, dan
Pembacanya serta pendengar ke
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
19.
20.
21.
22.
semuanya
Satu Sholawat sepanjang hari,
sepanjang nyanyi,
Riwayat nabi dalam bahasa sastra
yang tinggi,
Menghias indah di pendengaran
lukisan pena,
mengalung leher untai beruntai manik
permata,
Rangkaian manis zainal Abidin
menyulam titi,
tinggal di dada para hadirin kekal
abadi,
Lailahaillah
Subhanallah Wabihamdi
Surga dan seluruh bahagia,
anugerah bagi mereka yang mendo'a
sholawat, memohon salam, dan
keberkatan atas baginda.
Kumulai kalam, dengan menyebut
asma yang luhur,
dengan mengharap limpah kurnia, dan
kebajikan, kuulang lagi, dengan pujian
mudah sumbernya, beserta syukur bagi
Tuhanku pemelihara.
Semoga Allah yang maha Agung,
menganugerahkan rahmat salawat, dan
kerelaan, seluruh cinta, tercurah bagi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
23.
arwah musthofa atas makamnya.
Bagi warganya, semoga khusus untuk
mereka, bagi Thabi'in, bagi pengikut
kesemuanya, Kumohon Taufiq dalam
menjalin riwayat Maulid, bahannya
datang dari nenenda Ja'far Nasabnya,
Kupungut untai mudah pancarnya
duhai tercinta, Untai permata jarang
didapat barang duanya, kuambil dikit,
lantaran takut berkepanjangan,
Cukuplah kalung di leher jenjang,
Cukup indahnya.
Kepada Allah dengan dayaNya
kumohon salam, dengan kuasaNya,
dalam perkara samar dan terang,
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, Wangian hikmah, berupa
rahmat dan keridhoan
Arkian, maka, makhluk Muhammad
bagus dan mulia, putra Abdillah,
turunan murni bapak Adnani.
Telah tersohor keadilan dan
keagungannya.
Adapun Adnan, keturunan putra
Ibrahim, Begitulah menurut tilikan
ahli turunan, diurus semenjak Adam,
hingga Abdillah, sampai lahirnya nabi
junjungan.
√
√
√
24.
25.
Telah diurus nenek moyangnya, bagai
mengurut bulan terbit di cakrawala,
sampai munculnya jadi purnama,
Adalah ia seoarang nabi, kandil
berseri.
Begitu lahir si bocah suci, bagaikan
diambang pintu rumah abadi, telah
diberi daya melihat, ilham dan rahmat
dari Tuhannya.
Tuhanku, harumkan arwah dan
makamnya, Wangian hikmat, berupa
rahmat dan keridhoan.
Silsilah nabi teramat indah, bagai
luhurnya rantai permata, Bintang
gemintang menebar cahaya, Duhai
nabi tercinta, meski kecilmu yatim
piatu, tetapi agung silsilahmu, teruntai
indah dan terpelihara, Tuhan menjaga,
demi Mulyakan kanak Muhammad
dari leluhur bersih namanya. Maka,
tak kena hitam lumpurnya, semenjak
Adam, hingga temurun ayah
bundanya.
Sampai di sini, menjadi berat tuturan
kalam,
Sedang bidadari turun, menating gelas
minuman,
Sekonyong muncul purnama penuh
√
√
√
√
√
√
26.
27.
bulan sempurna,
matanya hitam bagai bercelak, amat
indahnya,
Tuhanku, Harumkan arwah dan
makamnya,
Wangian hikmat, berupa rahmat dan
Keridhoan.
Wajah mentari memancar terang, dari
wajahmu.
Menyingkir malam, gelap memekat,
yang penuh tipu, Hari lahirmu, bagi
agama, satu berita suka gembira,
seluruh bunga mekar bersama,
Kebanggaan, memenuhi hati ibu sang
nabi, Tidak seorang dari wanita, kan
menandingi, Banggalah ia, di tengah
kaum, dengan putranya, Duh
kelahiran, penghapus aib dan kufur
nista, engkaulah obat, pengusir
bencana.
Bersambut-sambut bisikan riang,
dunia yang halus.
Lahirlah kini bayi Musthofa, Alangkah
bagus.
Kasihku, duhai kasihku, duhai
pengobatku,
Kasihku, engkaulah tujuan, dan
harapanku, Sholawat Allah, atas
√
√
√
√
√
√
28.
29.
30.
petunjuk, atas Muhammad, Pelimpah
syafa’at, seluruh makhluk, di hari
kiamat, segala jalan keperhubungan,
menjelas lempang, Adapun seluruh
resia berahi, tinggal didalam.
Bila si lembu, berbuat hina, dan jatuh
dosa, ia membelai, dengan sifatnya,
yang sungguh mulia.
Bila sang cinta, datang mengadu,
gairah rindu, ia meraih, dan
dijadikannya sahabat setia.
Sholawat atas sang nabi, Salam atas
sang rasul, Pemilik syafa’at dari AlBatkha, Mohammadir Arabia,
Sebagus-bagus siapa berdiri di atas
limpah kurnia. Pemegang syafa’at di
tengah manusia.
Tidak seorang menjadi tandingnya,
beruntung umat oleh karenanya, Siapa
yang mati dalam cintanya, didapat
semua yang di tuntutnya.
Akupun gila sudah padanya,
Kepayang mendekat pada sisinya,
Tuhan, cepatkan apa kiranya, jernih
pialaku agar di sampingnya,
Berapa si sakit telah terobat, Berapa
tertindas telah terangkat,
Berapa padanya nikmat ganjaran
√
√
√
√
√
√
√
√
√
31.
untuk yang pandai dan untuk yang
kurang.
Betapa padanya kedermawanan,
Betapa kurnia yang berhamburan,
Berapa sarjana telah mengutip,
darinya, segala ilmu yang wajib.
Setinggi itulah dia Musthofa, penuh
kehormatan dan tepat segala,
Kelebihan Ahmad tidaklah sembunyi,
Di timur dan di barat sekalipun,
Berapa banyak para pecinta tenggelam
begitu di air-mata, akalnya, ketika
dipanggil dalam diri kekasihnya.
Lebur dan sirna.
Wahai Rasul Allah, Wahai yang
paling bagus seluruh nabi, syaf'atkan
kami dari sang api,
Duhai lelaki yang berbenih suci
Dan, kepada bendera kebenaran,
Ahmad penumpas kelaliman,
bermurahlah dengan salam yang suci,
untuk sang nabi dari Yasribi.
Kepadanya sampaikan salam,
bergoyang ranting di tanah larangan,
Atau purnama naik menjulang,
Menyinar segala binatang rimba.
Duhai Kekasih,
Duhai Muhammad,
√
√
√
32.
33.
34.
35.
Duhai mempelai penyegar iman,
Duhai Muayyat, lelaki dihormat,
Duhai sang Imam kedua kiblat.
Bahagia siapa memandang wajahmu,
duhai ibu-bapa yang penuh rahmat,
kolammu jernih, sejuk airnya,
tujuan kami di hari kiamat,
Tidak kulihat onta yang putih,
melonjak riang selain padamu,
Awan yang teduh memayungimu,
para malaikat sholawat untukmu,
Datang menangis onta yang tua,
minta berlindung pada lenganmu,
Binatang rimba, dan kijang berlarian,
padamu jua mencari naungan.
Tatkala beban telah terikat,
dan saling memanggil untuk
berangkat,
akupun datang,
dan mataku menggenang,
Berhentilah untukku,
Penunjuk jalan,
Bawakan padaku,
Risalah bimbingan,
Aduhai rindu yang paling dalam,
do'alah sembahan di kejauhan,
di pagi hari dan senja yang kelam.
Allahuma Sholi Wassalim Wabarik
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
36.
37.
38.
39.
A'lai Thoa'la Muhammad.
Salam padamu dari Tuhan langit yang
tinggi
Salam padamu sepanjang zaman kekal
abadi
Salam padamu, Akhmad, duhai
kekasihku
Salam padamu, Thoha, duhai
pengobatku.
Salam padamu
hiasan para nabi
Salam padamu
penghulu para muttaqin
Salam padamu
yang jernih, segala jernih
Salam padamu
yang suci segala suci
Salam padamu
duhai kesturi dan wangi-wangian
Salam padamu
duhai penolong orang terbuang
Salam padamu
duhai Akhmad ya Muhammad
Salam padamu
Thoha ya lelaki dihormat
Ayat-ayat kebenaran dari yang
rahman,
yang dihadirkan kemudian,
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
tanpa awal, sifat yang datang dari luar
zaman, tidak berkait dengan waktu,
maka iapun memberitakan, tentang
negeri tempat berpulang, tentang
bangsa hak dan bangsa iyya, kekallah
dia di tangan kita, lalu mengatas
semua mu'zizat, seluruh nabi, yang
telah lahir, dan tidak abadi, jadi
sandaran, tidak tertinggal ayat yang
samar, dipertentangkan, tidak
menyalah hakim yang tinggi,
Musuh sengitpun, menyerang AlQuran, pastilah pulang, dari bencinya
paling jahanam, mengangkat salam,
Sastra ilahi telah menangkis, Akuakuan para penantang,
Seperti cemburu telah menangkis,
tangan si lancang di kehormatan,
Di kandung makna gulung bergulung
bagai lautan, di atas mutia di
keindahan, dan penilaian,
Tidak terhitung tidak terbilang,
di keajaiban, Tidak bertemu jumlah
yang banyak, di kebosanan,
Jatuh berlinang orang mengaji,
maka akupun bilang padanya,
"BAHAGIA ENGKAU DI TALI
YANG SUCI",
40.
maka, peganglah sekuat daya,
Andai kau baca lantaran takut api
menyala, telah kau padam panasnya
api, dari sumbernya yang mula-mula,
Bagai telaga, memutih wajah oleh
karenanya,
Wajah maksiat berduyun datang,
arang layaknya,
Bagai titian bagai timbangan, di
keadilan,
dan keadilan pun tanpa Al-Quran,
takkan berdiri di tengah insan,
Usah kau heran para pendengki
memungkirinya, berlagak bodoh,
sedang matanya jelas terbuka,
memang seringlah mata menolak
cahaya surya, karena trakhoma.
Lidah menolak lezatnya air, karena
sakitnya.
Allahuma,
limpahkan Sholawat pada
Muhammad,
Ya, Robbi, sholawat padanya beriring
salam,
Dalam mencinta junjungan
Muhammad,
Rasul terbagus nabi nan Agung,
Rindu yang jauh pada Muhammad,
√
√
√
41.
ditinggalkannya dan jatuh linglung.
Kelahiran junjungan Muhammad,
Ibu Negeri Tanah Muazzam,
Menyinar gelap pada Muhammad,
Tuhan menyalam menitah kalam.
Kupanggil Akhmad dikau
Muhammad,
Penghulu Rasul yang telah silam,
Mintakan salam duhai Muhammad,
di hari kiamat senang dan tentram.
Kumohon syafa'at pada Muhammad,
Bila kuterjang jiwa yang takhluk,
Harapan kita hanyalah Muhammad,
Di hari duka jatuh tersipu.
Cahaya datang berkat Muhammad,
Benarpun jelas bila bersabda,
Setinggi langit langit Muhammad,
Jibril berkata: majulah paduka.
Bala tentara peperangan Muhammad,
Di antaranya Malaikat bertanda,
Agama Dinnul oleh Muhammad,
Kuburpun bakal dihancurkannya.
Sholawat Tuhan atas Muhammad,
Atas keluarga tercurah sayang,
Sholawat Allah atas Muhammad,
Atas syahabat teriring salam.
Marilah kita, menyidik jiwa,
gerbang cinta, sudah terbuka.
√
√
√
42.
Satu penyakit di jantung letaknya,
Terguris pedang, rindu dendamnya.
Duhai pengampun dicinta pujaan,
Tahanlah....., Nyawa...., lalu
lemparkan,
Lekaslah dikau pada sang rindu,
suruh istirah para penggerutu.
Padamu hati, penuh cintamu.
Depan pintumu, tak pernah lalu.
Aduhai negeri kurnia acara,
Tolonglah memanggil nama sebutan,
Aduhai .........
Allah......., Allah.......,
Allah..... Tuhan kami,
Engkaulah segala-galanya, Berpindah
dikau di rusuk-rusuk para pemimpin,
berpindah-pindah.
Demikian syamsu dalam rangkaian
selalu juga berpindah-pindah,
Berjalan dikau ke gua garba,
Oleh karena merasa mulya,
Untuk mendukung satu perkara,
Luhur maknanya.
Bahagialah atas kaum, Di tengah mana
engkau berada, dan dari mana dikau
berasal. Nampak padamu, wajah
purnama, berselaput lembut selubung
cahya.
√
√
√
43.
44.
Demi Allah, saat dimana engkau
datang dan naik merekah,
bahagialah penduduk buana
Engkau menjelang pada mereka.
Kepada Sholawat Allah teriring salam
sebanyak titik yang berjatuhan,
dari bongkahan awan gemawan.
Adalah penutup seluruh nabi
Muhammad jua,
Di hari bangkitnya segenap insan
berdiri tegak pertama-tama.
Ya..... Rasul Allah, Rasul Allah
fisalam A'laika
Ya...... Robbi Adnan, Robbi Adna'ni
Wa'daroji,
Yaa... Arhamarohimin, Irhamna,
Wa'afinna, a'afuanna
Wa'asrotika Warasulika A'inna
Ya Hayyu ya Qayyum
Dzahika, Yaa.. Allah
√
√
√
√
√
√
LAMPIRAN 2
Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi (Aqidah)
No
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1
Ke 1 dan 2
16
15
1
0,94
2
Ke 1 dan 3
16
14
2
0,87
3
Ke 2 dan 3
16
15
1
0,94
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai kesepakatan antar juri kategorisasi
aqidah. Koefisien kesepakatan antar juri kategorisasi aqidah, yaitu:
Juri I dengan juri II;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.15
16+16
30
32
= 0,94
Juri I dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.14
16+16
28
32
= 0,87
Juri II dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.15
16+16
30
32
= 0,94
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
𝑋
=
𝑥
10
=
0,94+0,87+0,94
3
=
2,75
3
= 0,92
Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,92.
Dengan
demikian
untuk
mengukur
menggunakan rumus sebagai berikut:
Komposit Realibilitas =
=
=
N ( X antar juri)
1  ( N  1) ( X antar juri)
3.0,92
1+2.0,92
2,76
2,84
Komposit
Reliabilitas
dapat
= 0,97
Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I (satu) dengan II
(dua), dan juri II (dua) dengan juri III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,94,
dengan jumlah kesepakatan 15 item dan ketidaksepakatan 1 item. Untuk juri I
(satu) dengan III (tiga), nilai yang dihasilkan adalah 0,87, dengan kesepakatan 14
item dan ketidaksepakatan 2 item.
Ini berarti bahwa antar juri I (satu) dengan II (dua) dan juri II dengan III,
memperoleh nilai tertinggi yaitu 0,94. Sedangkan untuk juri I (satu) dengan juri
III (tiga) yang memperoleh nilai yang sama (terendah) yaitu 0,87.
Dengan
demikian,
untuk
nilai
Komposit
Reliabilitas
secara
keseluruhannya adalah 0,97 atau 97%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi (Akhlak)
No
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1
Ke 1 dan 2
18
18
0
1
2
Ke 1 dan 3
18
17
1
0,94
3
Ke 2 dan 3
18
17
1
0,94
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai kesepakatan antar juri kategorisasi
akhlak. Koefisien kesepakatan antar juri kategorisasi akhlak, yaitu:
Juri I dengan juri II;
Koefisien Realibilitas =
2M
N1  N 2
2.18
= 18+18
=
36
36
=1
Juri I dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.17
18+18
34
36
= 0,94
Juri II dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.17
18+18
34
36
= 0,94
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
𝑋
=
𝑥
10
=
1+0,94+0,94
3
=
2,88
3
= 0,96
Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,96
Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Komposit Realibilitas =
N ( X antar juri)
1  ( N  1) ( X antar juri)
3.0,96
= 1+2.0,96
2,88
= 2,92
= 0,99
Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I dengan II, nilai
yang dihasilkan adalah 1. sedangkan juri I dengan III, dan juri II dengan juri III,
nilai yang dihasilkan adalah 0,94 dengan jumlah kesepakatan 17 item dan
ketidaksepakatan 1 item.
Ini berarti bahwa antar juri I dengan II, memperoleh nilai yang sempurna
yaitu 1. Sedangkan juri I dengan III dan juri II dengan III memperoleh nilai yang
terendah yaitu 0,94.
Dengan
demikian,
untuk
nilai
Komposit
Realibilitas
secara
keseluruhannya adalah 0,99 atau 99%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi (Syariah)
No
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
1
Ke 1 dan 2
10
9
1
0,9
2
Ke 1 dan 3
10
9
1
0,9
3
Ke 2 dan 3
10
10
0
1
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai kesepakatan antar juri kategorisasi
Syariah. Koefisien kesepakatan antar juri kategorisasi Syariah, yaitu:
Juri I dengan juri II;
2M
N1  N 2
Koefisien Realibilitas =
2.9
=
10+10
18
=
20
= 0,9
Juri I dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.9
10+10
18
20
= 0,9
Juri II dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
=
=
2M
N1  N 2
2.10
10+10
20
20
=1
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai ratarata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
𝑋
=
𝑥
10
=
0,9+0,9+1
3
=
2,8
3
= 0,93
Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,93
Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Komposit Realibilitas =
=
=
N ( X antar juri)
1  ( N  1) ( X antar juri)
3.0,93
1+2.0,93
2,79
2,86
= 0,98
Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I dengan II, dan I
dengan III nilai yang dihasilkan sama (terendah), yaitu 0,9, dengan jumlah
kesepakatan 9 item dan ketidaksepakatan 1 item. Sedangkan untuk juri II dengan
juri III nilai yang dihasilkan adalah 1, dengan jumlah kesepakatan 10 item.
Dengan demikian, untuk nilaiKomposit Reliabilitas secara keseluruhannya
adalah 0,98 atau 98%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
Dan untuk menemukan rincian hasil dari isi pesan dakwah dalam naskah
drama Qasidah Barzanji, maka peneliti akan menampilkan prosentase satu per
satu kategorisasi pesan, dengan menggunakan rumus:
𝐹
𝑃 = 𝑁 𝑋 100%
Prosentasi Pesan
N = 2,94
No.
Ketegorisasi
Koefisien
Prosentase (%)
Reliabilitas
1
Aqidah
0,97
33%
2
Akhlak
0,99
34%
3
Syariah
0,98
33%
Total
2,94
100%
P
=
Aqidah
=
𝐹
𝑁
0,97
2,94
x 100%
x 100%
= 33%
Akhlak
=
0,99
2,94
x 100%
= 34%
Syariah
=
0,98
2,94
x 100%
= 33%
Dengan demikian, pesan dakwah yang dominan pada dialog Solo Putra di
dalam naskah drama Qasidah Barzanji adalah pesan Akhlak dengan prosentase
34% berdasarkan hasil perhitungan kesepakatan dari ketiga orang juri.
LAMPIRAN 3
Wawancara Kepada Narasumber (Kordinator Bengkel Teater)
Nama Narasumber
:
Hari & Tanggal
:
Tempat
:
1. Apa yang mendorong WS Rendra untuk mementaskan naskah yang penuh
dengan shalawat & pujian Rasulullah padahal ia belum beragama Islam
pada saat itu?
Jawab: Pada saat salah satu anggotanya, Syu’ Bah Asa sedang
menerjemahkan puisi atau syair-syair al-Barzanji. Rendra membaca syair
itu lalu Rendra tertarik, dan bertanya kepada Syu’ bah Asa, nanti kalau
sudah selesai diterjemahkan, apakah bisa kita pentaskan?, Syu’ Bah Asa,
sebenarnya tidak percaya atas pertanyaan itu, karena Rendra latar
belakangnya dari Katolik.
2. Kapan pertama kali naskah Qasidah Barzanji ini dipentaskan?
Jawab: 23 sampai 24 Juni 1970, di Teater Terbuka, Taman Ismail
Marzuki.
3. Sudah berapa kali naskah ini dipentaskan? Dimana saja?
Jawab: Kurang lebih 10 kali.
1. Tahun 1970, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
2. Gedung Merdeka, Bandung.
3. Gedung Batik Yudonegaran, Yogyakarta.
4. Glora Pancasila, Surabaya.
5. Gedung Bhayangkara, Jember.
6. Gedung Brawidjaja, Malang.
7. Tahun 1971, keliling 6 kota di Aceh.
8. Tahun 1974, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
9. Tahun 2003, Tenis Indor Senayan, Jakarta.
4. Apa tujuan dan manfaat naskah Qasidah Barzanji?
Jawab: Tujuannya untuk mengungkapkan kerinduan kami kepada Nabi
dan orang-orang suci. Manfaatnya agar lebih mencintai Nabi, mengetahui
perjalanan kehidupan Nabi, makna dari syir-syair tesebut.
5. Ada berapa tokoh atau pemain didalam naskah Qasidah Barzanji?
Banyak, sekitar ada 20 orang.
6. Pesan-pesan apa saja yang terdapat didalam naskah Qasidah Barzanji?
Pesan moral, Pesan dakwah juga ada.
7. Konflik apa yang ada didalam Naskah Qasidah Barzanji?
Naskah ini hanya menjelaskan tingkah laku Nabi, memberitahu tentang
kehidupan Nabi.
8. Naskah Qasidah Barzanji ini termasuk drama apa?
Drama religis, dan drama tanpa dialog antar pemain.
9. Apa menariknya naskah Qasidah Barzanji dari naskah WS Rendra
lainnya?
Naskah ini
selain ada dakwah, juga terdapat hiburan didalamnya.
Sedangakan naskah Rendra yang lain, berisi pesan moral, dan biasanya
menceritakan kehidupan yang terjadi di negara kita.
Download