BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi a. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi sudah menjadi bagian keseharian kehidupan manusia, Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna.Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu.6 Pengertian komunikasi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat, mulai dari masyarakat kecil dalam bentuk keluarga sampai masyarakat besar seluas negara. Maka selain pemberitahuan, komunikasi berarti pula pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, instruksi, komando, nasehat, ajakan, bujukan, rayuan dan sebagainya.Komunikasi adalah salah satu faktor yang penting untuk keberhasilan program pembangunan masyarakat, termasuk program jaminan kesehatan nasional. Tanpa komunikasi maka para pengguna dan stakeholder lainnya tidak akan menyadari tentang adanya program serta manfaat yang ditawarkan. 6 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013. hal. 9 Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting, namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Istilah komunikasi atau bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa Latin, yaitu communications dan bersumber dari kata communis yang berarti ”sama”. Sama di sini adalah ”sama makna” (lambang). Sebagai contoh, jika dua orang saling bercakap atau berbicara, memahami dan mengerti apa yang diperbincangkan tersebut, maka dapat dikatakan komunikatif. Kegiatan komunikasi tersebut secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman dan pengaruh, mau melakukan suatu perintah, bujukan, dan sebagainya. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan ”siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” 7 Komunikasi merupakan alat penting dalam memperoleh informasi yang ada di sekeliling kita, oleh karena itu para ahli mendefinisikan komunikasi lebih spesifik agar dapat dipahami. 7 Maksimus Ramses Lalongkoe, Thomas Alfai Edison. Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2014. hal.46 b. Tipe Komunikasi Menurut Hafied Cangara ada empat macam tipe komunikasi berdasarakan komunikasi 8 yaitu: 1. Komunikasi Dengan Diri Sendiri (intrapersonal communication) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau diri sendiri. Bagi seorang komunikator melakukan komunikasi intrapersonal amat penting sebelum ia berkomunikasi dengan orang lain. Jika seseorang hendak mengubah prilaku orang lain atau bahkan orang yang statusnya lebih tinggi, terlebih dahulu ia harus memformulasikan pesan yang akan disampaikan kepada komunikannya dalam diri pribadinya, maka dengan demikian komunikasi akan efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) Adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Dibandingkan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling efektif dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan karena efek atau timbal balik yang ditimbulkan dari proses komunikasi tersebut dapat langsung dirasakan. 8 Hafied Cangara. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Depok : Rajagrafindo Persada.2014.hal.34 3. Komunikasi Publik (public communication) Komunikasi public menunjukkan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar, contoh: komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking, dan komuniasi khalayak. 4. Komunikasi Massa (mass communication) Adalah proses komunikasi yang pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alatalat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Dalam komunikasi massa, sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Pesan komunikasinya berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat.Selain itu, sifat penyebaran pesannya berlangsung begitu cepat, serempak, dan luas. c. Fungsi Komunikasi Menurut Effendy 9, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yaitu: 9 Onong Uchjana Effendy,. 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1. Menyampaikan Informasi (to infrom) Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educate) Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan idea atau pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. 3. Menghibur (to entertain) Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. 4. Mempengaruhi ( to influence) Adalah fungsi mempengaruhi setiap indivindu yang berkomuniakasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapakan Dilihat dari fungsi komunikasi dan keberadaannya di masyarakat, komunikasi tidak dapat dihindari oleh seorang individu karena komunikasi merupakan suatu alat yang harus digunakan untuk dapat digunakan untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain d. Hambatan Komunikasi Dalam komunikasi, pada saat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sering terjadi tidak tercapainya pengertian sebagaimana yang dikehendaki, malah timbul kesalahpahaman. Tidak dapat diterimanya pesan tersebut dengan sempurna dikarenakan perbedaan lambang atau bahasa antara apa yang dipergunakan dengan yang diterima. Atau terdapat hambatan teknis lainnya yang menyebabkan gagasan terhadap kelancaran sistem komunikasi kedua belah pihak. Menurut Onong Uchajana Effendy menyatakan bahwa ada 4 (empat) hambatan yang biasa terjadi dalam proses komunikasi10, yaitu: 1. Hambatan sosio-antro-psikologis Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-fator sosiologi-antropologis-psikologis. 10 Onong Uchjana Effendy,. 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hal.11 Hambatan sosiologis sering ditemui karena masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam situasi sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi. Hambatan antropologis terjadi karena manusia memiliki perbedaan postur, warna kulit dan kebudayaaan, yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup, norma, kebiasaan dan bahasa. Sementara itu, hambatan psikologis terjadi dalam komunikasi disebabkan karena si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit berhasil apabila sedang sedih, bingung, marah, merasas kecewa, merasa iri hati; juga jika komuniasi menaruh prasangkan kepada komunikator. Prasangka menjadi salah satu hambatan berat bagi kegiatan omunikasi karena orang yang berprasangka komunikator. belum apa-apa sudah bersikap menentang 2. Hambatan Semantis Kalau hambatan sosiologis-antropologispsikologis terdapat pada pihak komunikan maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator.Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komuniator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikator.Demi kelancaran komuniasi maka seorang komunikator harus memperhatikan gangguan semantis sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir yang pada akhirnya bisa menimbulkan salah komunikasi. 3. Hambatan Mekanis Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari; suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buran pada surat, suara yang hilangmuncul pada pesawat radio, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain. 4. Hambatan Ekologis Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contohnya adalah suara riuh orangorang atau kebisingan lalu-lintas, suara hujan atau petir, pada saat komunikator sedang menyampaikan pesan. sedang sedih, bingung, marah, merasas kecewa, merasa iri hati; juga jika komuniasi menaruh prasangkan kepada komunikator. Prasangka menjadi salah satu hambatan berat bagi kegiatan omunikasi karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi.Menurut Effendi dalam buku berjudul “Dimensidimensi Komunikasi” menyatakan bahwa: “.... strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.11 Selanjutnya Effendi menyatakan bahwa strategi komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu :Secara makro (Planned multi-media strategy) dan Secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu : (1) Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal dan (2) Menjembatani “cultural gap”, misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk kebudayaan lain yang dianggap 11 Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, 1981 :h.84. baik untuk diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan sendiri sangat tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu dalam dikomunikasikannya.12 Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku „Strategi Komunikasi‟ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984 :10) 2.2. Public Relation / Humas 1. Pengertian Pada zaman ini tentu setiap orang menginginkan hubungan komunikasi yang terjalin baik yang terus ingin dibina. Dalam membina hubungan baik tentu ada hal yang akan saling mempengaruhi dan hal tersebut sudah termasuk ke dalam kegiatan Publik relations. Pengertian Publik relationsmenurut Dr. Rex F. Harlow (Nova, 2009:35) adalah fungsi manajemen yang khas yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya membantu manajemen untuk selalu 12 Ibid mendapatkan informasi dan merespon pendapat umum, mendeifinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi krisis, dan menggunakan riset serta komunikasi yang logis dan etis sebagai sarana utamanya. Banyak pendapat para ahli dalam merumuskan pengertian dari Humas, diantaranya adalah: a. Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya Effective Public Relations : “Public Relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or an organizational with the public interest, and plans and executes a program of action to earn public understanding and acceptance” 13 Humas merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk memperoleh pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya.14 Teori ini menekankan humas sebagai fungsi manajemen b. Howard Bonham yang menekankan humas pada “seni”, sebagai berikut: 13 Cutlip, Scott M. & Allen H. Center. 1982. Effective Public Relations.Englewood Cliffs N.J.: Prentice Hill Inc. 14 Baskin, Aronoff, dan Lettimore. 1997. Public Relations: The Profession andThe Practice. USA: Brown & Benchmark Publishers. Hal 5 Public Relations is the art of bringing about better public understanding which breeds greater public confidence for any individual or organization. Dengan demikian Bonham mendefinisikan bahwa Publik Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/badan. c. M. O Palapah & Atang Syamsudin menyatakan bahwa Public relations adalah suatu bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. Hal ini menekankan humas pada “Bentuk spesialisasi komunikasi”nya. d. The British Institute of Public Relations (IPR)mengungkapkan “Public relations practice is the delibrate, planned and sustained effort to establish and maintain mutual understanding between anorganization.” Hal ini memberikan penegasan bahwa praktek Publik Relations adalah keseluruhan upaya yang terencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. e. Frank Jefkinsmengatakan bahwa “Public Relations consist of all forms of planned communication, outwards and inwards, between an organization and its publics for the purposes of achieving specific objectives concerning mutual understanding” teori ini mengungkapkan bahwaHumas merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun ke dalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian. 15 Pendapat Edward L. Bernays yang dikutip oleh Ardianto, menyatakan bahwa Humas memiliki tiga arti: (1) penerangan kepada publik, (2) persuasi kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik, (3) upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga.”16 Banyaknya definisi Publik Relationsmembuat para pempraktek Publik Relations dari berbagai Negara diseluruh dunia, yang terhimpun dalam organisasi yang bernama IPRA (The International PublicRelations Associations)bersepakat untuk merumuskan sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan dapat dipraktekan bersama. Definisi IPRA tersebut dapat dinilai sebagai definisi yang lengkap, yang menunjukan ciri khas dan meliputi faktor-faktor yang memang harus ada pada Humas seperti Peran, Tugas, wewenang dan tanggung jawab Humas. Definisi Publik Relations/Humas menurut IPRA sebagai berikut : “Public Relations is a management functions, of a continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy and support of those with whom they are or maybe concerned – by evaluating public opinion about themselves, in order 15 Jefkins, Frank,1995, Public Relations, Jakarta: Erlangga Ardianto, Elvinaro. Metode Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif danKualitatif. Penerbit Simbiosa Rekatama Media Bandung. 2010 16 to correlate, as fast as possible, their own policies and procedures, to achieve by planned and widespread information more productive co-operation and more efficient fulfillment of their common interests.” (Humas adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadinya berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitanya atau yang mungkin ada hubungan dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih Humasoduktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien).17 1. Fungsi Humas Dalam buku kampanye PR oleh Rosandy Ruslan18 mengungkapkan bahwa terdapat 4 fungsi dari Public Relations a. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi dengan lembaga yang mewakili dengan publiknya Bertindak sebagai Communicator, yaitu dalam sebuah kegiatan komunikasi dalam sebuah organisasi pada perusaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two way traffic 17 Effendi, Onong Uchyana.Human Ralations & Public Relations.Penerbit CV.Mandar Maju Bandung. 2009 18 Uchjana Effendy, M. A ,Humas suatu kromonologis, Remaja Rosdakarya, 1992 reciprocalcommunication), dalam komunikasi ini fungsi PR adalah sebagai penyebaran informasi, di lain pihak komunikasi berlangsung dalam bentuk penyampaian pesan dalam menciptakan opini publik (Public Opinion). b. Membina relationship, yaitu berupa membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya Membangun dan membina hubungan (Relationship) yang positif yang baik dengan pihak publik sebagai target sasaran, yaitu publikinternal dan publik eksternal khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (mutually understanding) dan saling memperoleh manfaat bersama(muttulaysymbiosis) antara lembaga/ organisasi perushaan dan publiknya c. Peranan back up management, yakni sebagi pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan Peranan back up management berarti melekat pada fungsi manajemen, dan tidak dapat dipisahkan dengan manajemen. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam fungsi manajemen tersebut melalui tahapan yang dikenal dengan POAC yaitu : 1) Planning (perancangan) 2) Organizing (pengorganisasian) 3) Actualiting (penggiatan) 4) Controlling (Pengawasan) d. Membentuk Coorporate Image, artinya fungsi peranan PR dalam lembaga berupaya dalam membentuk dan menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Menurut Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public relations Principles and Problema19, PR/Humas berfungsi untuk (Widjaja. 2010:54) : a. Mengabdi kepentingan publik. b. Memelihara komunikasi yang baik c. Menitik beratkan moral dan tingkat laku yang baik. Fungsi Public relations secara garis besar adalah (Kriyantono. 2012:21) : a. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dan publiknya. b. Melayani kepetingan publik dengan baik. c. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik. Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa fungsi Public relations adalah untuk menjembatani hubungan antara perusahaan dengan publiknya agar dapat terjalin komunikasi yang baik, sehingga perusahaan dapat mengetahui keinginan publik, dan publik juga dapat mengetahui apa yang dilakukan perusahaan. 2. Tujuan Humas Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai tujuan Public Relations yang berguna bagi penelitian. Berikut pendapat para ahli mengenai tujuan Publik Relations, antara lain: 19 Widjaja. Public relations Principles and Problema,2010: h.54 Pendapat Yulianita dalam buku Dasar-dasar PR20 memerikan penjelasan “Tujuan Humas adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi dari pada publik yang bersangkutan, Yulianti pun berkata dalam bukunya dasardasar PR, ada 4 hal prinsip dari tujuan PR yakni: a. Menciptakan citra yang baik. b. Memelihara citra yang baik c. Meningkatkan citra yang baik d. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun atau rusak. Menurut Rosady Ruslan (2002 : 246), tujuan Public Relations adalah sebagai berikut: a. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen. b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan. c. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations. d. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek. e. Mendukung bauran pemasaran. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan Public Relations adalah mengembangkan citra baik terhadap internal dan eksternal, sebagai penengah 20 Yulianita Neni, Dasar-dasar Public Relation, 2003;h. 42 diantara publik dan perusahaan, mengembangkan fungsi pemasaran dengan Publik Relations, membangun merek, dan mengembangkan bauran pemasaran. 3. Kegiatan Humas Dalam buku managemen PR kosep dan aplikasinya di Indonesia Kasali mengutip perkataan dari H.Fayol beberapa kegiatan dan sasaran PR, adalah : a. Membangun Identitas dan Citra Perusahaan (Building Corporate Identity and Image) 1) Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif. 2) Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. Stimuls atau rangsangan yang di terima oleh panca indera dicerna sehingga akan membuat perubahan sikap, persepsi dan cara berfikir dari seseorang. sehingga akan memberikan respon yang positif jika stimulus yang diterima dapat di menggerti dengan jelas. b. Mengahadapi krisis (FacingOf Crisis) Menghadapi krisis dan menangani keluhan (Complain) dan menghadapi krisis yang terjadi. c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (Promotions Public Causes) yaitu: Mempromosikan yang menyangkut dengan kepentingan publik dan Mendukung kegiatan pemerintah. Pendapat Fayol tersebut berbeda dengan pandangan Renaldi Kasali21yang menjelaskan dalam humas terdapat bentuk-bentuk kegiatan, sebagai berikut : a. Kegiatan Internal Adalah kegiatan yang ditunjukkan untuk publik internal atau publik yang berhubungan dengan perusahaan atau instansi. Hubungan internal PR di antaranya : 1) Hubungan dengan pemegang saham 2) Hubungan dengan manager dan top executive 3) Hubungan dengan karyawan 4) Hubungan dengan keluarga karyawan b. Kegiatan Eksternal adalah kegiatan yang dilakukan pada publik umum/ masyarakat dalam bentuk opini publik tentang perusahaan atau instansi. Hubungan eksternal PR di antaranya adalah : 1) Hubungan dengan konsumen 2) Hubungan dengan bank 3) Hubungan dengan pemerintah 4) Hubungan dengan komunitas Kegiatan Humas adalah kegiatan komunikasi dua arah timbal balik (Reciprocal two traffic Communication).Hal tersebut terbukti bahwa, dalam rangka penyampaian informasi, baik yang diajukan kepada publik internal 21 Renaldi Kasali, Manajemen PR, Konsep & Aplikasinya di Indonesia”, 1994.h.65 maupun pada publik eksternal, harus terjadi ahrus balik (Feedback).Ini berarti PR manager harus dapat mengetahui efek atau akibat efek yang ditimbulkan akibat dari penyampaian pesan atau informasinya itu, apakah ditanggapi oleh publik secara negatif.Bentuk kegiatan humas (dalam membicarakan pengertian hubungan yang harmonis) mencakup pada arti : a. Humas harus dapat menciptakan kerjasamadi antara publik yang mempunyai kepentingan. b. Humas harus dapat menciptakan tumbuhnya rasa kepuasan bersama diantara publik yang berkepentingan. 4. Peranan Humas Peranan Humas dalam suatu organisasi, menurut Dozier dan Broom (1995), dibagi menjadi empat (4) kategori: a. Export Presciber (Penasehat Ahli), Praktisi Humas dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship), disini pihak manajemen bersifat pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau diusulkan oleh pakar Humas (ExpertPresciber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan Publik Relations yang tengah dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan. b. Communications Fasilitator (Fasilitator Komunikasi), Praktisi Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya, sekaligus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. c. Problem Solving Process Fasilitator (Fasilitator Proses Pemecahan Masalah), Peranan Praktisi Humas dalam proses pemecahahn persoalan ini merupakan bagian tim manajemen, untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan keputusan (eksekusi) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengan dihadapi, secara rasional dan professional. Dan biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir ahli Humas dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam suatu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu. d. Communication Technician (Teknisi Komunikasi) berbeda dengan tiap peranan praktisi Humas profesional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan communication technician ini menjadikan praktisi Humas sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknisi komunikasi atau dikenal dengan method of communication inorganization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkatan pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model). Peranan Humas (PR) tersebut diharapkan menjadi “mata” dan “telinga” serta “tangan” bagi top manajemen dari organisasi, yang ruang lingkup tugasnya mencangkup pembinaan hubungan terhadap pihak internal dan pihak eksternal. 2.2. Teori Khusus 2.2.1. Strategi Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi.Begitu juga dengan kegiatan Public relations yang membutuhkan strategi dalam menjalankan sesuatu. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu ‟stratos” yang artinya tentara dan kata ”agein” yang berarti pemimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata ”strategos” yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan (Cangara, 2013:61). Strategi menghasilkan gagasan dan konsepsi yang dikembangkan oleh para praktisi. Karena itu para pakar strategi tidak saja lahir dari kalangan yang memiliki latar belakang militer, tapi juga profesi lain. Pada dasarnya strategi adalah rencana manajemen instansi atau organisasi dalam jangka panjang dari hal yang umum ke hal yang khusus, untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh instansi dan akan dijadikan sebagai acuan dalam segala kegiatan instansi. Dengan adanya strategi maka sebuah instansi atau organisasi akan lebih mudah dalam melaksanakan berbagai kegiatannya. Salusu, (1996:99), memberikan gambaran mengenai unsur-unsur atau elemen-elemen dalam strategi, yaitu: a. Tujuan dan Sasaran. Perlu diketahui bahwa tujuan berbeda dengan sasaran. Harvey (1982) mencoba menjelaskan keduanya: (a) organizational goal adalah keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, yang digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan (b) organizational objectives adalah pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai goals: lebih terikat dengan waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah atau dihitung. b. Lingkungan. Harus disadari bahwa organisasi tidak dapat hidup dalam isolasi. Seperti manusia, juga organisasi yang dikendalikan oeh manusia, senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya, dalam arti saling mempengaruhi. Sasaran organisasi senantiasa berhubungan dengan lingkungan, di mana bisa terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah sasaran. Menurut Shirley, peluang itu dapat terjadi dalam lingkungan makro (macro environment) seperti dalam masyarakat luas, dapat pula terjadi dalam lingkungan mikro (micro environmet) seperti dalam tubuh organisasi. c. Kemampuan internal. Kemampuan internal oleh Shirley digambarkan sebagai apa yang dibuat (cannot do) karena kegiatan akan terpusat pada kekuatan. d. Kompetisi. Kompetisi ini tidak dapat diabaikan dalam merumuskan strategi. e. Pembuat strategi. Ini juga penting karena menunjukkan siapa yang kompeten membuat strategi. f. Komunikasi. Para penulis secara impalasi menyadari bahwa dengan komunikasi yang baik, maka strategi yang direncanakan akan berhasil. Stephen Robbins (1990) dalam Morissan (2008:152) mendefinisikan: ”strategi sebagai penentuan tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan” Berdasarkan definisi diatas, dapat dipahami bahwa srategi itu penting dipahami oleh setiap eksekutif, manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat senior dan junior, pejabat tinggi, menengah dan rendah.Hal ini harus dihayati karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya oleh pejabat tinggi. Mintzberg dalam Oliver (2006:2) berpendapat bahwa strategi berkaitan dengan 5 hal: a. Strategi sebagai sebuah rencana. Bahwa strategi merupakan suatu arah tindakan yang didinginkan secara sadar; b. Strategi sebagai sebuah cara. Bahwa strategi merupakan suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk mengecoh lawan atau kompetitor; c. Strategi sebagai sebuah pola. Bahwa strategi merupakan pola dalam suatu rangkaian tindakan; d. Strategi sebagai sebuah posisi. Bahwa strategi suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan; e. Strategi sebagai sebuah perspektif. Bahwa strategi merupakan suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia. Pada umumnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki strategi yang berbeda namun pembuatan strategi umumnya menggunakan tiga tingkatan. Menurut Husain Umar ( 2010:17-18), tingkatan strategi tersebut, adalah: a. Strategi Korporasi. Strategi ini menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan porttofolio produk dan jasa. b. Strategi Unit Bisnis. Strategi ini biasanya dikembangkan pada level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam industrinya atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. c. Strategi Fungsional. Strategi ini menekankan terutama pada pemaksimalan sumber daya produktivitas. Dalam batasan oleh perusahaan dan strategi bisnis yang berada di sekitar mereka, departemen fungsional seperti fungsi-fungsi pemasaran, dan SDM untuk mengumpulkan bersama-sama aktivitas mereka dan kompetensi mereka guna meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Jack Trout (Suyanto, 2007:16) inti dari strategi adalah bagaimana bertahan hidup dalam dunia kompetitif, bagaimana membuat persepsi yang baik di benak konsumen, menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan kelemahan pesaing, menjadi spesialisasi, menguasai satu kata di kepala. Kepemimpinan yang memberi arah dan memahami realitas pasar dengam menjadi yang pertama daripada menjadi yang lebih baik. Pernyataan diatas juga di dukung oleh Stephen Robbins sebagai “The determination of the basic long-term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of course of anction and the allocation of resources necessary for carrying out this goals”. Artinya adalah, penentuan tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Morissan,2008:152). Jadi penulis menarik kesimpulan bahwa strategi adalah cara yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan rencana yang sudah dipersiapkan dan diperhitungkan secara matang. 2.2.2. Strategi Humas Dalam buku dasar-dasar Publik Relations 2003 Rosdakarya halaman 90 oleh Drs. Soleh Soemirat, M.S dan Drs Elvindro Adrianto, M.Si mengutip dari perkataan Kasali 1994:34 “Istilah strategi manajemen sering pula di sebut sebagai rencana strategi atau rencana jangka panjang perusahaan”. Lebih jauh Kasali menyebutkan rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi PR untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan di ambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis karena kegiatan PR harus menyatu dengan visi dan misi organisasi perusahaannya. Dalam buku dasar-dasar Public Relations 2003 Rosdakarya halaman 90 oleh Drs. Soleh Soemirat M.S dan Drs.Elvindro Adrianto, M.Si mengutip dari perkataan Pearce dan Robinson mengatakan langkah-langkah dalam strategi managemen sebagai berikut : 1. Menentukan missions Perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran 2. Mengembangkan Company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahaan dan kemampuan yang di milikinya 3. Penilaian terhadap lingkungan ekstern perusahaan, baik dari segi semangat kompititif maupun secara umum. 4. Analisis dalam peluang yang tersedia di lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan) 5. Identifikasi atas pilihan yang di khendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan 6. Pemilihan strategi atas objektive tahunan serta rencana jangka panjang dan garis besar strategi yang di butuhkan untuk mencapai objektif tersebut. 7. Mengembangkan objektive tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka panjang dan garis besar strategi. 8. Implementasi atas hasil hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumberdaya manusia, struktur teknologi dan sistem balas jasa yang memungkinkan 9. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan control dan sebagai input bagi pengambilan keputusan dimasa depan. (Kasali, 1994:43) Dalam buku dasar-dasar Public Relations oleh Drs. Soleh Soemirat M.S dan Drs.Elvindro Adrianto, M.Si, mengutip dari perkataan Kasali proses dalam melakukan strategi manajemen yaitu : 1. Melakukan tugasnya sebagai bagian dari strategi managemen keseluruhan organisasi dengan melakukan survey atas lingkungannya dan membantu mendefinisikan misi, sarana, dan objektif organisasi perusahaan.Keterlibatan Humas dalam proses menyeluruh ini akan memberi manfaat yang besar dan sekaligus bagi humas itu sendiri, khususnya pada tingkat koorporat. 2. Humas dapat berperan sebagai strategi managemen dengan mengelola kegiatannya secara strategis artinya bersedia mengorbankan kegiatan jangka pendek demi arah perusahaan secara menyeluruh. (Soleh Soemirat M.S dan Drs.Elvindro Adrianto 2003:93) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi dalam sebuah kegiatan humas harus dapat membuat rencana rancangan kegiatan jangka panjang pada perusahaan/ organisasi yang disesuaikan dengan visi dan misi sebuah perusahaan, karena pada dasarnya hal itulah yang menjadi pegangan seorang humas dalam menjalankan strategi untuk setiap kegiatannya. Strategi itu harus dipahami oleh tiap-tiap bagian dari setiap divisi dalam perusahaan, Menurut D. Ronald Smith (2005: 10-11), ada beberapa langkah yang ditetapkan sebagai strategi Public relations, yaitu: 1. Formative Research Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut Smith adalah riset formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang dihadapi . Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi dan analisis publik. a. Analyzing the situation (menganalisa situasi) Merupakan bagian yang penting sebagai proses awal penentuan strategi,dimana setiasp tahap ini digunakan untuk mengumpulkan semua informasi dan sekaligus menganalisa situasi. b. Ananlyzing the organization (menganalisa oranisasi) Pada tahap ini diperlukan pengamatan yang tepat terhadap tiga aspek perusahaan yaitu lingkungan internalnya (misi,performance, dan sumber daya perusahaan), reputasi dan lingkungan eksternalnya. c. Ananlyzing the public (menganalisa publik) Merupakan tahap untuk mengidentifikasikan dan menganalisa publik yang menjadi sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan mampu mengatur prioritas dalam berhubungan dengan publknya yang beragam. 2. Strategy Strategi merupakan jantung nya perencanaan public relations maupun masaran dan bidang lainnya yang berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan sasaran, memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi efektif. a. Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan objektif) Tahap ini dapat membuat perusahaan mengembangkan objektif yang jelas, spesifik dan terukur (measurable) sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. b. Formulating action and response strategies (memformulasikan aksi dan respon) Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon yang akan diterima. c. Using effective communication (menggunakan komunikasi yang efektif) Tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan yang diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti: sumber yang akan menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi dari pesan, bunyi dan gayannya dan lain-lain. 3. Tactics Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi rencana strategis yang sudah disusun. a. Choosing communication tactics (memilih taktik komunikasi) Ada empat kategori dalam komunikasi, seperti : komunikasi tatap muka, organizational media, media berita, iklan dan media promosional dan lainnya. b. Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi) Di tahap ini dikembangkan budget dan jadwal yang dipersiapkan untuk mengimplementasikan program komunikasi yang ditentukan. 4. Evaluative Research Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktikkomunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.Tahap ini adalah tahap akhir dimana dikembangkan metode yang spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi yang ditempuh. Strategi pada hakekatnya adalah suatu perencanaan (planing) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melakukan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya tertentu dalam praktik operasionalnya(Effendy, 2011:32). Sedangkan menurut Nova dalam bukunya Crisis Public Relations (2011:54-55) strategi Humas atau lebih dikenal dengan bauran humas adalah : 1. Publications (Publikasi) Setiap fungsi dan tugas Humas adalah menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui publiknya.Setelah itu, menghasilkan publisitas untuk memperoleh tanggapan positif secara luas dari masyarakat.Dalam hal ini tugas humas adalah menciptakan berita untuk tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya. 2. Event Merancang acara tertentu atau lebih dikenal dengan peristiwa (special event) yang dipilih dalam jangka waktu, tempat, dan objek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini public. Biasanya event tersebut ada beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut : 3. Calender event Calender event yang rutin (regular event) dilaksanakan pada bulan tertentu sepanjang tahun, seperti menyambut hari raya Idul Fitri, hari Natal, Tahun baru dan sebagainya. 4. Special event Yaitu event atau acara yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada moment tertentu diluar acara rutin dari program kerja Humas, misal peluncuran produk baru, pembukaan kantor dan sebagainya. 5. Moment event Moment event, yaitu acara yang bersifat momentum atau lebih khusus lagi, misalnya penyambutan pesta emas dan menghadapi millennium. 6. News (menciptakan berita) Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter dan bulletin, dan lain lain biasanya mengacu teknis penulisan 5W+1H dengan sistematika penulisan “piramida terbalik”, yang paling penting menjadi lead atau intro dan kurang penting diletakan ditengah batang berita. 7. Community Involvement (Kepedulian kepada komunitas) Keterlibatan tugas sehari-hari seorang Humas adalah mengadakan kontrak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu untuk menjaga hubungan baik dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya. 8. Inform or image (meraih citra) Ada dua fungsi utama dari Humas, yaitu memberitahukan sesuatu kepada publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan akan memperoleh tanggapan berupa citra positif dari sesuatu proses “nothing” diupayakan menjadi “something”. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, setelah tahu menjadi suka, dan kemudian diharapkan timbul sesuatu (something) yaitu berupa citra. 9. Lobby or Negotiation (lobi atau negosiasi) Keterampilan untuk melobi secara pendekatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang Humas.Tujuan Lobi adalah untuk mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu atau lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. 10. Social Responbility (Tanggung Jawab Sosial) Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas Humas menunjukan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat.Hal ini akanmeningkatkan citra perusahaan di mata publik.Saat ini banyak perusahaan menjadikan kegiatan sosial sebagai aktivitas yang harus dilakukan.Bentuknya beragam seperti peduli banjir, memberikan beasiswa, santunan anak yatim, pengobatan gratis, dan masih banyak kegiatan lainnya. 2.2.3. Sosialisasi Ada begitu banyak persepsi tentang sosialisasi. Sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota (Soerjono Soekanto, 2009:59). Menurut kamus umum bahasa Indonesia sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya (Surayin, 2003:569). Seperti yang telah dipaparkan diatas, sosialisasi memiliki banyak persepsi yang berbeda-beda sehingga penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sosialisasi berarti proses belajar seseorang untuk mempelajari norma dan nilai kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya. Namun, sosialisasi dalam penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana seorang public relations dapat memberikan dan menyebarkan informasi tentang suatu produk, program dan hal-hal yang memiliki nilai sosial secara luas kepada khalayak sasarannya sebagai wujud komunikasi dengan masyarakat itu sendiri. Sosialisasi dalam penelitian ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan peran public relations seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial, yaitu hubungan antarmanusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh mempengaruhi. Dalam proses pendewasaan manusia maka berdasarkan pengalamannya sendiri, ia akan selalu mempunyai suatu sistem tingkah laku (behavior system) yang akan ditentukan oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan memberikan reaksi terhadap suatu pengalaman. Akhirnya sistem perilaku inilah yang akan menentukan dam membentuk sikapnya (attitude) terhadap sesuatu. Menurut Slameto (2003:3) sosialisasi adalah suatu proses belajar mengajar. Dalam hal ini belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu, Ritcher Jr (1987: 139) memberikan definisi yang lebih luas, bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya. Sosialisasi juga dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak(-pihak) lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Dalam usaha untuk melakukan kegiatan sosialisasi, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan menurut Susanto (1997, 47:48): 1. In House Campaign Proses sosialisasi yang diarahkan pada seluruh anggota organisasi didalam perusahaan, yang menyangkut semua tingkatan yang ada dalam aktivitas kerja sehari-hari. Program ini dapat memanfaatkan beberapa orang kunci dalam perusahaan seperti: a. Top manager, untuk menunjukkan komitmen top management terhadap kebijaksanaan ini. b. Core People, dipilih dari anggota organisasi yang memiliki antusiasme yang tinggi terhadap penerapan dari budaya perusahaan yang telah ditetapkan. Core people dapat dipilih dari berbagai tingkatan dalam organisasi. c. Rekan kerja yang lebih dulu bergabung, diarahkan pada anggota yang baru bergabung, yang berperan sebagai komunikator adalah rekan sekerja. Disamping itu, juga dapat dimanfaatkan beberapa hal berikut ini: Gimmick products dan Buku pedoman. 2. Outside Campaign Seluruh proses sosialisasi diarahkan pada lingkungan ekstern organisasi, tujuannya adalah untuk menunjukkan komitmen yang diambil oleh perusahaan dalam melayani kepentingan „konsumen‟nya. Penelitian ini menggunakan Teori Laswell dan disonansi kognitif.Teori Laswell telah dijelaskan dalam strategi komunikasi.Teori disonansi kognitf biasa disebut juga sebagai teori perubahan sikap. Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan mengalami ketidaknyamanan di dalam dirinya bila ia dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan keyakinannya (Morissan, 2008:64). Teori ini merangkum empat asumsi yaitu: 1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. 2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis 3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan – tindakan dengan dampak yang dapat diukur. 4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. 2.3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan (Frequently Asked Questions/FAQ) terkait dengan Program JKN. Peserta dari program ini akan memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan kesehatan demi terpenuhinya kebutuhan dasar kesehatan manusia. Sedangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.UU BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program jaminan kesehatan yang diselenggarakan BPJS Kesehatan.Jaminan kesehatan yang diberikan bukan hanya pada saat memiliki penyakit kronis seperti jantung atau kanker namun juga termasuk di dalamnya usaha-usaha pencegahan, seperti imunisasi.Pelayanan jaminan kesehatan yang diberikan kepada peserta dapat peroleh diberbagai rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta yang telah menandatangani kontrak.Mutu pelayanan yang diberikan merata terhadap setiap orang. Perbedaan kelas bukan berarti beda segala-galanya. Yang berbeda hanyalah kamarnya. Untuk pelayanan obat itu sendiri, pada dasarnya sama untuk semua. Sehingga rakyat miskin tidak perlu khawatir mendapat perlakuan berbeda. Sebelum terbentuk BPJS Kesehatan, jaminan sosial di Indonesia diselenggarakan oleh beberapa badan milik Negara. Seperti halnya PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang kesemuanya itu masuk dalam bagian jaminan asuransi kesehatan di Indonesia. Ada juga asuransi swasta seperti Prudencial dan lain sebagainya. Pada program JKN semua warga negara Indonesia wajib menjadi peserta termasuk warga negara asing yang sudah tinggal di Indonesia lebih dari 6 bulan dan wajib membayar iuran kepada BPJS, bagi yang tidak mampu iuran dibayarkan pemerintah (PBI) yang pesertanya ditetapkan pemerintah. Konsep iuran BPJS bagi pekerja maupun PNS adalah 4,5 persen ditanggung pemberi kerja (perusahaan) dan 0,5 persen ditanggung pekerja itu sendiri, sehingga totalnya 5 persen berdasarkan upah. Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh dari program ini bersifat pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Dimana bagi para peserta akan memperoleh pelayanan kesehatan dengan mengikuti prosedur pelayanan. Seperti halnya dalam mengikuti sistem rujukan yang berjenjang, adapun fasilitas kesehatan yang digunakan dalam JKN meliputi fasilitas primer, sekunder dan tersier, baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi: 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup: Administrasi pelayanan; Pelayanan promotif dan preventif; pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis; tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; transfusi darah sesuai kebutuhan medis; pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama; rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi. 2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: a. Rawat jalan, meliputi: Administrasi pelayanan; pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis; tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; pelayanan alat kesehatan implant; pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis; rehabilitasi medis; pelayanan darah; pelayanan kedokteran forensik; pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. b. Rawat Inap yang meliputi: perawatan inap non intensif; perawatan inap di ruang intensif; pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. JKN ini ditandai dengan beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tanggal 1 Januari 2014, yang merupakan implementasi dari berlakunya UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN.