3 TINJAUAN PUSTAKA Inventarisasi Inventarisasi dalam arti luas (konseptual) adalah mencari dan menyajikan data secara keseluruhan atas hutan meliputi pertumbuhan pepohonan didalamnya. Arti sempit (operasional) adalah mencari data dan menyajikan data petensi produksi hutan meliputi luasan, volume kayu – standing stock, growing stock dan struktur tegakan yang ada didalamnya (Putranto, 2010). Inventarisasi hutan pada umumnya dilakukan melalui pengamatan sebagian dari tegakan hutan untuk menjelaskan sifat-sifat dari keseluruhan hutan yang menjadi objek pengamatan. Yang diamati disebut sampel (contoh), dan totalitas obyek pengamatan disebut populasi. Sehubungan dengan itu, prosedur inventarisasi hutan harus diawali dengan pemberian batasan secara jelas terhadap populasi yang menjadi objek yang diamati (termasuk batasan unit populasi yang akan digunakan), dan pemilihan atau penentuan contoh (bagian populasi yang diamati). Selanjutnya dilakukan pendugaan terhadap ukuran-ukuran yang menyatakan sifat populasi berdasarkan hasil pengamatan terhadap ukuran-ukuran yang menyatakan sifat contoh (Malamassam, 2009). Kondisi DTA Danau Toba saat ini dapat dikatakan kritis,karena tingginya perambahan kayu secara ilegal di daerah ini. Selain itu kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah atau organisasi lingkungan tertentu tidak berhasil, baik akibat tanaman yang gagal tumbuh maupun masyarakat lokal yang kurang mendukung. Sehingga tanaman MPTS ini dapat direkomendasikan menjadi tanaman rehabilitasi supaya masyarakat berpartisipasi dan mau merawat tanaman yang ditanam.Masyarakat akan tahu bahwa tanaman MPTS ini akan sangat 3 Universitas Sumatera Utara 4 berguna bagi masyarakat, baik membantu secara ekonomi maupun secara ekologi. Karena selain dapat mengembalikan hutan di DTA Danau Toba yang sudah gundul rehabilasi dengan tanaman ini juga akan membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba (Marpaung et all, 2015). MPTS ( Multy Purpose tree species) Sesuai dengan pernyataan Permenhut (2012), jenis tanaman serbaguna (MPTS/Multy Purpose Tree Species) adalah jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu (getah, buah, daun, bunga, serat, pakan ternak, dan sebagainya). Jenis-jenis tanaman serbaguna (MPTS/Multy Purpose Tree Species) mempunyai fungsi ganda sejak memasuki umur produktif, selain hasil hutan non kayu berupa buah-buahan, getah, nira, sabut dan sebagainya, setelah dewasa dan tidak produktif lagi pohonnya dapat ditebang dan dimanfaatkan kayunya untuk dijual (Suyanto et al, 2009). Jenis-jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Spesies) Masyarakat pengelolah kawasan penyangga menanam jenis MPTS (Multy Purpose Tree Species) (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium pada adalah lappaceum), umumnya seperti durian alpukat (Persea Americana), langsat (Lansium domesticum), nangka (Artocarpus heterophyllus), mangga (Mangifera indica), kenitu (Chrysophillum cainito), kedondong (Spondias dulcis), kemiri (Aleuurites moluccana), sirsak (Annona muricata), dan lain sebagainya (Rahayu et all, 2010). 4 Universitas Sumatera Utara 5 1. Durian (Durio zibethinus) Sinar Tani (2010), menyatakan bahwa Tanaman durian (Durio zibethinus) termasuk dalam famili Bombaceae yang dikenal sebagai buah tropis basah asli Indonesia. Tanaman durian merupakan buah asli Indonesia yang menempati posisi ke-4 buah nasional dengan produksi yang tidak merata sepanjang tahun, lebih kurang 700 ribu ton per tahun. Secara nasional, tanaman durian mengalami musim panen yang tidak serentak yang berlangsung dari bulan September sampai Februari serta mengalami masa paceklik bulan April sampai Juli. Pada tahun 2004 terjadi penurunan produksi buah durian nasional sebanyak 8,8 % dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh gangguan iklim berupa curah hujan yang tinggi dan serangan organisme pengganggu tanaman (Dinas Pertanian, 2004). Pohon durian tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-800 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan dapat tumbuh optimal pada ketinggian 50-600 meter diatas permukaan laut (Soedarya, 2009). Menurut Yuniarti (2011), Selain gangguan hama tanaman durian saat ini juga mengalami gangguan karena maraknya penebangan pohon durian akibat sulitnya untuk mendapatkan kayu di hutan. Untuk itu diperlukan pelestarian pohon durian dengan melakukan penangkaran untuk mengoleksi tanaman durian induk sebagai plasma nutfah. 2. Rambutan (Nephelium lappaceum) Rambutan (Nephelium lappaceum) banyak ditanam sebagai pohon buah, terkadang ditemukan sebagai tumbuhan liar,terutama di luar Jawa. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 3-5 cm dengan duri temple (rambut) lemas 5 Universitas Sumatera Utara 6 sampai kaku. Kulit buah berwarna hijau, dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air. Rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu. Umumnya rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, sekitar November sampai Februari (Hanum, 2008). Tanaman rambutan mulai menghasilkan buah pada umur 5 tahun, serta tingkat produksi buah rambutan yang stabil berkisaran pada umur 10-12 tahun dan terus meningkat sampai tanaman rambutan berumur 20 tahun kemudian produksinya menurun pada umur diatas 20 tahun (Rukmana dan Yuyun, 2006). 3. Alpukat (Persea Americana) Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jambo pokat (Batak), alvokat, jambo mentega, jambo poan, pokat (Lampung) dan lainlain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920- 1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi. Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000- 6 Universitas Sumatera Utara 7 2000 m dpl ,sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl (Prihatman, 2000). Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakan karena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan sentra produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir. 4. Duku (Lansium domesticum) Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku komering, duku metesih dan duku condet. Sedangkat duku dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran randah hingga ketinggian 600 mdpl. Duku dapat tumbuh dan berbuah baik pada tipe tanah latasol, podsolik kuning dan alluvial. Tanaman lebih subur jika ditanam ditempat terlindung. Oleh karena itu tanaman ini biasa ditanam di pekarangan atau tegalan, bersama tanaman tahunan lainnya (Mayanti, 2009). Tanaman duku masih memiliki peluang pasar yang sangat bagus. Untuk pasaran dalam negeri biasanya para pedagang musiman tidak pernah jenuh, karena dapat memasarkan buahnya dikota-kota besar pada musim panen yang hanya terjadi setahun sekali. Oleh karena itu duku digemari oleh masyarakat yang tentu saja mengundang banyak orang untuk menjadi penjualnya. Selain itu menjual duku dapat mendatangkan keuntungan yang lumayan besar sekaligus dapat menjadi sumber usaha bagi pedagang musiman. 7 Universitas Sumatera Utara 8 5. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah jenis tanaman tropis yang banyak ditemukan di Indonesia. Tanaman nangka berbuah sepanjang tahun jika dirawat dengan baik dan tidak ada kemarau yang terlalu panjang. Di Indonesia masih memiliki keterbatan dalam memanfaatkan nangka, sehingga masyarakat hanya mengkonsumsi daging buah segarnya saja, yaitu dami nangka yang dibuat manisan kering dan campuran sayur gudangan. Biasanya nangka muda dibuat gudeg dan campuran sayur seperti pecel maupun lodeh, sedangkan nangka matang dibuat sirup, dodol, keripik, kolak, puding atazzu dimakan dalam keadaan segar dan lain sebagainya. Menurut Sunarjono (2005), Tanaman nangka diduga merupakan tanaman asli India yang kini telah menyebar luas keseluruh dunia, termasuk Asia Tenggara. 6. Mangga (Mangifera indica) Dalam upaya pengembangan hortikultura, Departemen Pertanian RI mengembangan suatu proyek terpadu pada komoditi mangga di beberapa sentra tanaman mangga di Jawa Barat (Mahendra et all, 2002). Adapun salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan income penduduk pada daerah sebaran mangga secara agrobisnis melalui peningkatan produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran. salah satu daerah persebaran mangga lainnya yang juga berpotensi untuk dikembangkan adalah Jawa Timur (Said, 2002). Keanekaragaman kultivar mangga di setiap daerah persebaran berbeda misalnya kultivar mangga di Jawa Timur, misalnya: Madiun, Kediri, Tulungagung, dan Ngawi berbeda dengan di Jawa Barat. Pada saat ini, erosi 8 Universitas Sumatera Utara 9 genetika berjalan sangat cepat yang juga terjadi pada tanaman mangga. Hal ini disebabkan oleh beberapa kasus, misalnya penurunan populasi tanaman mangga karena daerah persebarannya dibangun menjadi kota dan pemukiman. Kultivar impor dijual dengan harga lebih murah dibandingkan kultivar lokal, dan masyarakat hanya membudidayakan mangga yang mempunyai nilai ekonomi tinggi misalnya mangga gadung, manalagi, dan lain-lain, yang nilai sehingga mangga ekonominya lebih rendah karena rasanya kurang enak misalnya mangga kopyor, kapuk dan lain-lain mulai ditinggalkan pembudidayaannya (Sumiasari et all, 2005). Sampai saat ini penanganan pasca panen buah mangga di Madiun dan sekitarnya belum dikembangkan secara intensif. Pada umumnya buah mangga dijual sebagai buah segar baik yang sudah maupun belum matang. Pada umumnya petani memanen atau menjual mangga ketika buahnya sudah cukup tua (kematangan 60%), sedangkan pengkarbitan) dilakukan masih beragam, oleh kegiatan para pemasakan (pemeraman atau pedagang. Akibatnya mutu produk tampilan fisik belum menarik, dan keragaman varietas (Supriatna, 2005). Penjualan buah yang belum matang biasanya untuk keperluan rujak. Mangga muda juga dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalam bentuk basah atau kering (Anonim, 2001). 7. Kenitu (Chrysophillum cainito) Tanaman Kenitu (Chrysophillum cainito) family Safotaceae banyak terdapat di pulau Jawa bagian hilir dan daerah pegunungan rendah. Tanaman ini pernah di biakkan sebagai tanaman buah-buahan atau tanaman hias. Di dalam 9 Universitas Sumatera Utara 10 bulletin No. 37 Musium Kolonial, Kwast mendeskripsikan buah kenitu sebagai buah yang lembut, berair, menyegarkan, dan enak rasanya (Hayne, 1987). Diketahui bahwa di pulau Jawa, terdapat dua jenis tanaman kenitu yang dapat dibedakan melalui daun dan buahnya, yakni kenitu kenitu merah dan kenitu hijau. Menurut Moch Amrun et all (2007), dari hasil pengamatan makroskopis sampel buah kenitu diperoleh hasil sebagai berikut : bentuk buah bulat dan lonjong, daging buah berwarna putih susu dengan serat yang kasar. Jika dilakukan irisan melintang terhadap buah maka kedudukan biji akan berbentuk seperti bintang, sesuai namanya: star apple. Pada berbatasan antara kulit buah dengan daging buah sering dijumpai getah berwarna putih. Permukaan daun atas berwarna hijau tua dengan tekstur licin dan mengkilat seperti daun jeruk nipis, sedangkan permukaan bawah daun berwarna coklat tua dengan tekstur kasar. 8. Kedondong (Spondias dulcis) Tanaman kedondong (Spondias dulcis) adalah tanaman yang memiliki buahyang dapat dimakan langsung, dan dapan di olah dengan berbagai olahan seperti, sirup, jus, manisan, keripik, selai, jeli dan lain sebagainya. Menurut Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi (2013), Buah yang masih hiajau biasanya digunakan sebagai bahan rujak. Buah terdiri dari 64% bagian yang dapat dimakan dan 36% yang merupakan bijinya. Kedondong memiliki kulit buah yang tipis berwarna berwarna hijau ketika buah masih muda hingga kekuningan apabila buah telah masak. 9. Kemiri (Aleuurites moluccana) Kemiri (Aleurites moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan 10 Universitas Sumatera Utara 11 sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal sebagai tung oil. Tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Pohon kemiri tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 - 800 m di atas permukaan laut, walaupun di beberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian sampai 1200 m di atas permukaan laut. Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian (2006), menyatakan tinggi pohon kemiri dapat mencapai 40 meter dengan diameter batang mencapai 1 meter. Pada umur 2 tahun tinggi tanaman mencapai 1,25-3 m. Pohon mulai bercabang pada tinggi tanaman mencapai 0,250,5 m atau pada umur 1 tahun. Cabang-cabang kemiri pada umumnya berjarak 0,25-1 m pada umur 1-3 tahun. Tiap kumpulan cabang terdiri dari 3-6 cabang. Untuk memperbanyak cabang dapat dilakukan pemangkasan. 10. Sirsak (Annona muricata) Sirsak merupakan tanaman dengan tinggi pohon sekitar delapan meter. Batang coklat berkayu, bulat bercabang. Mempunyai daun berbentuk telur atau lanset, ujung runcing tapi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang tangkai lima mm, hijau kekuningan. Bunga terletak pda batang atau ranting, daun kelopak kecil, kuning keputih-putihan, benang sari banyak berambut, buahnya bukanlah buah sejati, yang dinamakan “bua” sebenarnya adalah kumpulan buahbuah (buah agragat) dengan biji tunggal yang saling berimpitan dan kehilangan batas antar buah. Daging buah sirsak berwarna putih dan berbiji 11 Universitas Sumatera Utara 12 hitam. Akar berwarna coklat muda, bulat dengan perakaran tunggang (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). 11. Jambu air (Eugenia aquea) Menurut Cahyono (2010), tanaman jambu air sangat mudah dikenalai. Dilihat dari bentuk fisik tanaman dan buahnya yang sangat mudah diketahui bahwa tanaman tersebut adalah jambu air. Tanaman jambu air termasuk tanaman tahunan yaitu hidup menahun (Parenial). Umur tanaman mencapai puluhan tahun dan pohonnya dapat tumbuh besar dan tinggi. Tanamn jambu air berbuah sepanjang tahun (berbunga tidak mengenal musim). Menurut Sarwono (1990), Jambu air memiliki banyak jenis dan varietas, yang banyak ditanam yaitu, Jambu air kecil (Syzygium quaeum) dan jambu air besar (Syzygium samarangense). Varietas jambu air besar yakni : jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), apel dan cincao (merah dan hijau/putih) dan jenis-jenis jambu air lainnya adalah : Camplong (Bangkalan), Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng (super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling komersil adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari dua macam (merah dan putih). Sementara di Sumatera Utara jambu air yang banyak dibudidayakan adalah jambu air varietas deli hijau yang berasal dari kelurahan Paya Roba, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Propinsi Sumatera Utara (UPT BPSP IV SUMUT, 2015). 12 Universitas Sumatera Utara 13 Keadaan Umum Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854 Ha, terdiri dari 190.3124 Ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 ha daratan Pulau Samosir (ditengah danau) dan 110.260 ha berupa perairan Danau Toba (luas permukaan). Secara geografis, Ekosistem Kawasan Danau Toba (EKDT) terletak diantara koordinat 2˚10’LU dan 98˚20”BT99˚50”BT. EKDT terdapat di pegunungan Bukit Barisan, Propinsi Sumatera Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintah, EKDT meliputi tujuh kabupaten yaitu : (1) Kabupaten Tapanuli Utara, (2) Kabupaten Humbang Hasundutan, (3) Kabupaten Toba, (4) Kabupaten Samosir, (5) Kabupaten Karo, dan (7) Kabupaten Dairi (ITB, 2001). Topografi Kondisi tofografi Kawasan Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerenganlapangan terdiri dari datar dan kemeringan (08%), landai (8-15%), agak curam (15-25%), curam (25-45%), sangat curam sampai dengan terjal (> 45%). Kondisi kelerengan Kawasan Danau Toba ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Pada bagian utara Kawasa Danau Toba yakni wilayah yang merupakan bagian dari Tanah Karo, DTA relatif sempit dan memiliki relief bergunung dengan releng terjal. Seddangkan arah tepi danau memiliki relief berombak hingga berbukit yang sebagian digunakan untuk budidaya pertanian. Pada wilayah yang terjal, kemiringannya mencapai > 75%. Sedangkan pada daratan yang sempit, kemiringannya < 3%. 13 Universitas Sumatera Utara 14 2. Kearah Timur dan Tenggara di daerah Perapat-Porsea-Balige memiliki relief dating hingga bergunung. Di sisi Timur dan Tenggara kearah batas DTA terdapat dataran yang relief luas yang digarap oleh masyarakat setempat sebagai lahan sawah. Tepi batas DTA merupakan wilayah berbukit hingga bergunung dengan kemiringan lahan mencapai > 75%. 3. Bagian Selatan Kawasan Danau Toba merupakan dataran hingga wilayah berbukit kearah batas DTA. Pada daerah yang datar dengan kemiringan lahan < 3%, diusahakan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pertanian, sedangkan kearah batas DTA memiliki kontur relief berbukit hingga bergunung. 4. Di bagian Barat hingga Utara merupakan dataran dan perbukitan hingga bergunung, dengan lereng terjal kea rah tepi danau, seperti di sekitar Tele, Silalahi dan Tongging. Lereng terjal di wilayah ini mencapai kelerengan > 75%. 5. Pulau Samosir memiliki dataran yang relatif luas di tepian Danau Toba dengan kemiringan < 3%. Kea rah tengah pulau relifnya bergunung dan berlereng terjal dengan kemeringan lahan antara 30,5 hingga > 75%. Dataran yang terdapat dibagian Barat dan Selatan pulau ini relative lebih luas disbanding di sisi Utara dan sisi Timur. Iklim Menurut klasifikasi iklim Oldemen maka Kawasan Danau Toba termasuk kedalam tipe iklim B1, C1, C2, dan E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan ≥ 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan ≤ 100 14 Universitas Sumatera Utara 15 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan ferguson maka Kawasan Danau Toba ini termasuk kedalam tipe iklim A,B dan C. Hidrologi Air yang masuk kedalam Danau Toba berasal dari air hujan yang langsung jatuh ke Danau Toba dan air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam danau. Di sekeliling danau terdapat 19 sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang masuk kedalam danau. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Sigubang, Bah Bolon, Sungai Guloan, Sungai Arun, Sungai Tomok, Sungai Pulau Kecil/Sibanding, Sungai Halian, Sungai Simare, Sungai Aek Bolon, Sungai Mandosi, Sungai Gongpan, Sungai Bah Tongguran, Sungai Mongu, Sungai Kijang, Sungai Sinabung, Sungai Ringo, Sungai Prembakan, Sungai Supultakhuda, dan Sungai Silang. Fungsi dan Manfaat Danau Toba 1. Cadangan Air (Air Baku Air Minum) Pada umumnya Air Danau Toba digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air baku dan air minum yang dapat digunakan sehari-hari. 2. Objek Wisata Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai objek wisata. 3. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PLTA memproduksi energi listrik 450 megawatt. Potensi sumber daya air Danau Toba telah memproduksi energi listrik sebesar 450 megawatt melalui PLTA Asahan yang memanfaatkan outlet air Danau Toba. 15 Universitas Sumatera Utara 16 4. Transportasi Danau Toba juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi di Kawasan Danau Toba. 5. Budidaya Pertanian Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan. Sosial, Ekonomi dan Budaya Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba dapat dilihat dari aspek mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana pendukung. Dari aspek sosial budaya, masyarakat di kawasan tersebut hidup dalam beragam marga dan tradisi yang tetap dipegang teguh hingga kini. Kearifan lokal tersebut banyak mewarnai seluk-beluk masyarakat sehingga tidak dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan setempat. Sedangkan kegiatan perekonomian sebagian masyarakat di Kawasan Danau Toba masih mengandalkan pada sektor pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan. Kecamatan Silahisabungan Kecamatan Silahisabungan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Dairi, yang memiliki luas areal wilayah 7.562 km². Kecamatan Silahisabungan merupakan kecamatan termuda di Kabupaten Dairi yang berdiri sejak tahun 2014. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo Sebelah Selatan berbatan dengan Kecamatan Parabulan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sumbul 16 Universitas Sumatera Utara 17 Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba dan Kabupaten Samosir Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi (2015), Kecamatan Silahisabungan mempunyai 5 desa yaitu, Desa Silahi I, Desa Silahi II, Desa Silahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I. Jumlah rumah tangga sebanyak 1.178 rumah tangga. Kecamatan Pangururan Kecamatan Pangururan adalah sebuah Kecamatan di kabupaten Samosir, Kecamatan Pangururan juga merupakan ibu kota Kabupaten Samosir. Kecamatan Pangururan mempunyai luas areal 121,43 km² dan berada pada 50,37 meter diaatas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pangururan adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Simanindo Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palipi Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sianjur Mulamula Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ronggur Nihuta. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir (2015), Kecamatan Pangururan mempunyai 28 Desa/Kelurahan yaitu, Rianiate, Parmonangan, Huta Namora, Pintu Sona, Huta Tinggi, Pardomuan I, Pasar Pangururan, Tanjung Bunga, Siogung-ogung, Parsaoran I, Sait Nihuta, Lumban Pinggol, Siantinganting, Parlondut, Aek Nauli, Pardugul, Panampangan, Sitoluhuta, Sinabulan, Siopat Sosor, Huta Bolon, Situngkir, Sialanguan, Parhorasan, Pardomuan Nauli, Lumban Suhi-suhi Dolok, Lumban Suhi-suhi Toruan dan Parbaba Dolok. Jumlah rumah tangga sebanyak 6.927 rumah tangga. 17 Universitas Sumatera Utara