BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan Menurut Martono dan Agus (2010:4) manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, mengelola aset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh. Husnan (2008:4) Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan dalam suatu organisasi. Sedangkan manajemen keuangan menurut Wachowicz (2012:2) yang diterjemahkan oleh Mubarakah adalah manajemen keuangan berkaitan dengan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum. Adapun tujuan manajemen keuangan dikatakan oleh Martono dan Agus (2010:13) mengatakan bahwa manajemen keuangan memiliki tujuan untuk memaksimumkan nilai dari perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan. Sedangkan menurut Brigham Houston (2010:132) yang diterjemahkan oleh Yulianto mengatakan bahwa tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau EPS. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Menurut Martono dan Agus (2010:4) ada beberapa fungsi dari manajemen keuangan, yaitu : 1) Keputusan Investasi. Keputusan investasi adalah keputusan aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah hal yang paling penting dari keputusan lainnya, ini dikarenakan keputusan investasi berpengaruh langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan dateng. 2) Keputusan Pendanaan (Financial Decesion). Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan pertimbangan jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. 3) Keputusan pengelolaan aset (Assets Management Decision). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efesien. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap. http://digilib.mercubuana.ac.id/ untuk lebih 12 2. Investasi a. Pengertian Investasi Investasi adalah membeli penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa mendatang (Sunariyah 2003:4). Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno 2008, Investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor , baik investor asing maupun domestik dalam berbagai usaha yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Investasi merupakan suatu bentuk penundaan konsumsi dimasa sekarang untuk masa yang akan datang, yang didalamnya terkandung risiko ketidakpastian, untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi atas penundaan tersebut yang biasa dikenal dengan istilah keuntungan atau gain. Secara umum investasi dapat dikategorikan menjadi dua yaitu real investment dan financial investment. Real investment merupakan investasi dalam bentuk nyata seperti investasi dalam bentuk properti, investasi komersial, dll. Financial investment merupakan investasi terhadap produk-produk keuangan seperti investasi pada saham, obligasi, reksa dana, dll (Hanafi, 2004). b. Tujuan Investasi Tujuan investasi adalah sebagai berikut : 1) Terciptanya keberlanjutan (continuity ) dalam investasi tersebut 2) Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 3) Terciptanya kemakmuran bagi pemegang saham 4) Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa (Fahmi,2013) 3. Pasar Modal Syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Penerapan prinsip syariah di pasar modal bersumberkan pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 bahwa pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia. (www.ojk.go.id Akses tanggal 4 Oktober 2015) 4. Reksa Dana Syariah a. Definisi Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah berasal dari kata “reksa” yang berarti kelola atau pelihara. “dana” berarti uang, dan “syariah” adalah aturan-aturan yang sesuai dengan islam. Maka reksa dana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan syariat Islam (Rodoni, 2008). Pada dasarnya reksa dana syariah merupakan islamisasi dari reksa dana konvensional. Menurut Pasal 1 angka 27 UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, reksa dana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dalam peraturan Bapepam LK Nomor IX.A.13 reksa dana syariah didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pasar Modal (UUPM) dan peraturan pelaksaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal. b. Sejarah Reksa dana Syariah Di Indonesia reksa dana telah ada sejak tahun 1977 melalui PT Danareksa. Reksa dana ini menjadi instrumen pasar modal pertama yang beroperasi secara syariat Islam dan sebagai langkah awal lahirnya pasar modal syariah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Tiga tahun setelah hadirnya reksa dana syariah, PT Danareksa kembali mengeluarkan instrument syariah baru yaitu JII (Jakarta Islamic index) sebuah badan indeks saham syariah. Indeks ini memperdagangkan saham-saham perusahaan pilihan dengan ketentuan prinsip operasinya yang tidak bertentangan dengan syariah islam. Perkembangan reksa dana syariah maupun konvensional tidak terlepas dari kehadiran Undang-undang tentang pasar modal Indonesia No 8 Tahun 1995 yang berisi 116 pasal yang diberlakukan pada awal tahun 1996 dan telah diluncurkannya pasar modal syariah oleh Bapepam yang bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) . Perbedaan reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis instrument investasi pada portofolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksa dana ini tidak mengijinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan di antara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki (Pasaribu, 2011). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No.20/DSN/-MUI/VI/2001 mengenai reksa dana syariah. Fatwa tersebut memuat antara lain: 1) Pada reksa dana konvensional, masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah, baik dari segi akad, pelaksana investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan. 2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bak umum syariah dan surat utang sesuai syariah. 3) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa-jasa merusak modal dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya. 4) Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksa dana syariah jika struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 riba, emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami. c. Jenis-Jenis Reksa dana Syariah Prinsip reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional yang bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat untuk dikelola oleh manajer investasi Jenis-jenis reksa dana syariah dibagi menjadi: 1) Reksa dana pendapatan tetap syariah Reksa dana dengan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola dalam bentuk efek berupa hutang/obligasi 2) Reksa dana saham syariah Reksa dana dengan investasi yang sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya diinvestasikan dalam efek bersifat ekuitas. 3) Reksa dana campuran syariah Reksa dana yang investasinya dialokasikan pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. 4) Reksa dana Terproteksi syariah Reksa dana yang mempunyai perbandingan target asset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan kedalam tiga reksa dana lainnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 d. Mekanisme Reksa dana Syariah Mekanisme operasional dalam reksa dana syariah antara investor dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem wakalah, sedangkan antara manajer investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah (Suwandi, 2011). Sistem wakalah antara Manajer Investasi dan pemodal serta Mudharabah antara Manajer Investasi dengan penggunaan investasi. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh Manajer Investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal, pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan, manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (Pasaribu, 2011). Dengan akad wakalah, pemodal memberikan mandat kepada manajer investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan investor sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus reksa dana. Investor yang telah memberikan dananya akan mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan diawasi oleh bank kustodian sampai saat ditariknya kembali penyertaan tersebut (Suwandi, 2011).. Hasil investasi yang dibagikan harus bersih dari unsur non halal sehingga manajer investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang mengandung unsur non halal dari pendapatan yang diyakini halal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Penghasilan investasi yang dapat diterima oleh reksa dana syariah dapat berasal dari (Suwandi, 2011).: 1) Saham syariah (dividen, right, dan capital gain). 2) Obligasi yang sesuai dengan syariah (bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten). 3) Surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah (bagi hasil yang diterima dari issuer). 4) Deposito (bagi hasil yang diterima dari bank-bank syariah). Selanjutnya dalam melakukan transaksi reksa dana syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan spekulasi yang di dalamnya mengandung gharar seperti najasy (penawaran palsu) yang lebih dikenal dengan istilah short sale. Dana yang terkumpul dari para nasabah akan diinvestasikan kembali oleh manajer investasi secara kolektif. Hasil investasi akan ditambahkan kedalam akumulasi dana nasabah jika mendapatkan keuntungan atau dikurangi jika mengalami kerugian. Akumulasi dana akan tetap menjadi milik nasabah dan disimpan pada sebuah bank kustodian yang juga berfungsi menghitung jumlah akumulasi dana (Rodoni, 2008). e. Keuntungan Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah memiliki beberapa keuntungan yang dapat diberikan kepada investor, antara lain: 1) Hasil yang lebih optimal Dengan dana yang relatif kecil, keuntungan investasi pada reksa dana relative lebih tinggi daripada investasi produk perbankan. Hal ini karena dana kita http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 akan digabungkan dengan dana nasabah lainnya sehingga bisa melakukan investasi pada produk keuangan seperti sukuk dan saham syariah. 2) Manajer investasi Dana kita dikelola oleh manajer investasi yang memiliki kompetensi untuk melakukan investasi. 3) Diversifikasi dengan dana yang sangat besar, investasi kita bisa terdiversifikasikan dengan baik sehingga risikonya menjadi relatif lebih kecil. f. Risiko Reksa Dana syariah Dalam berinvestasi terdapat resiko ketidakpastian atau risiko dimana investor tidak mengetahui dengan pasti apakah akan memperoleh keuntungan atau sebaliknya mendapatkan kerugian dari investasi yang dilakukan (Wahdah dan Hartanto,2012). Adapun Risiko Reksa menurut data OJK adalah sebagai berikut : 1) Risiko berkurangnya NAB (Nilai unit Pernyataan ) Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan surat berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksa dana dalam mengelola dananya. 2) Risiko Likuditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara bersamaan. Dapat menyulitkan manajemen perusahaan dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksa dana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect. 3) Risiko Wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan reksa dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana. 4) Risiko politik dan ekonomi Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksa dana. 5. Nilai Aktiva Bersih (NAB ) a. Pengertian NAB NAB ( Nilai Aktiba Bersih) atau NAV (Nett Asset Value) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana. NAB per saham/unit pernyataan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksa Dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 pernyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki akses 4 oktober 2015). Menurut Widjaja dan Mahayuni (2009), nilai aktiva bersih terlihat pada harga satuan unit penyertaan yang menjadi indikator untung/ruginya investasi pada reksa dana dan merupakan hasil strategi investasi yang dikerjakan oleh manajer investasi. Menurut “infovesta” NAB adalah perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan manajer investasi dengan total volume reksa dana yang diterbitkannya. Setiap reksa dana mempunyai apa yang disebut harga saham atau lazim disebut Nilai Aktiva Bersih (Net Assets Value)/UP yang merupakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dibagi dengan total jumlah unit penyertaan (outstanding UP) atau nilai dari setiap satu unit saham reksa dana. (http://www.infovesta.com akses 4 oktober 2015). b. Cara Perhitungan NAB Secara sederhana, NAB dihitung dengan menjumlahkan total aktiva bersih keselurahan dana dalan reksa dana dibagi dengan junlah unit yang beredar. Pada hari pertama penawaran umum sebuah reksa dana, NAB ditetapkan sebesar Rp.1.000 ,,ini sesuai regulasi yang berlaku, selanjutnya perhitungan NAB berubah sesuai dengan pergerakan nilainya. Total Aktiva bersih sendiri berasal dari nilai pasar setiap jenis asset investasi seperti saham, obligasi , surat berharga pasar uang, deposito, ditambah deviden , kupon obligasi kemudian dikurangi biaya operasional reksa dana seperti biaya Manajer Investasi (MI), biaya bank custodian, dan lain-lain. Karena telah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 dikurangi sejumlah biaya-biaya tesebut, harga NAB juga bisa berubah ketika dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) ditingkatkan oleh MI. 6. Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham di Bursa Efek Indonesia yang didasarkan atas prinsip syariah. Indeks saham ini diperkenalkan oleh BEI dan Danareksa Investment Management (DIM) pada tanggal 3 Juli 2000. Agar dapat menghasilkan data historikal yang lebih panjang, hari dasar yang digunakan untuk menghitung JII adalah tanggal 2 Januari 1995 dengan indeks dasar sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG. JII terdiri dari tiga puluh saham yang dibuat dengan urutan sebagai berikut: 1) Saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan di BEI (kecuali termasuk dalam sepuluh kapitalisasi terbesar). 2) Enam puluh saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. 3) Tiga puluh saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. 7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai maj’ul lah (penerima pekerjaan); dan objek atau underlying Ju’alah (mahall al-‘aqd) adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 partisipasi Bank Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/‘iwadh/ju’l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaannya (Dewan Syariah Nasional). 8. Standar Deviasi Standar deviasi (risiko), dalam definisi statistik adalah simpangan baku dari rata-rata. Dalam definisi keuangan, standar deviasi merupakan suatu angka yang mencerminkan total risiko dari suatu portofolio investasi. Yang dimaksud dengan total risiko adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Semakin besar angka tersebut semakin besar pula risiko yang berarti semakin besar fluktuasi harga suatu reksa dana. (www.infovesta.com) 9. Pengukuran Kinerja Portofolio a. Metode Sharpe Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium atas risiko atau risk premium. Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan reksa dana dengan rata-rata kinerja investasi yang dihasilkan yang bebas risiko (risk free aset). Investasi bebas risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium terhadap standard deviasinya, yaitu (Pasaribu, 2011) Si = indeks sharpe Rt = rata-rata return reksa dana i selama periode pengamatan RFR = rata-rata dari return investasi bebas risiko selama periode pengamatan Σt = standard deviasi dari return reksa dana i selama periode pengamatan Dalam ukuran kinerja ukuran Sharpe, suatu reksa dana dinyatakan superior risk adjusted performance jika memiliki nilai Sharpe atau RVAR (Reward to Variability Ratio) yang besar dari nilai Sharpe indeks pasar. Semakin besar nilai Sharpe suatu reksa dana, maka hal itu menunjukkan kinerja yang lebih baik dari reksa dana tersebut. b. Metode Treynor Metode Treynor menunjukkan hubungan antara portofolio excess return dengan risiko sistematis yang ada. Untuk mengetahui kinerja reksa dana dengan treynor adalah rasio risk premium terhadap risiko sistematis baku atau mengukur besarnya penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk setiap risiko sistematis yang diambil, atau mengukur pengembalian per unit dari total risiko sistematis. Diasumsikan bahwa risiko tidak sistematis diminimalkan melalui diversifikasi portofolio, sehingga lebih singkatnya indeks ini menunjukkan risiko premium per risiko sistematis. Perbedaannya dengan indeks Sharpe adalah, kalau indeks Sharpe menggunakan risiko total portofolio atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 standar deviasi sedangkan Treynor menggunakan risiko sistematis atau lebih dikenal dengan risiko pasar (Pasaribbu, 2011). Model pengukuran Treynor diukur dengan beta, yang merupakan parameter yang menunjukkan volatilitas relatif dari pengembalian portofolio terhadap pengembalian pasar, sehingga dirumuskan sebagai berikut (Pasaribu, 2011) : Ti = indeks treynor Rt = rata-rata kinerja reksa dana periode pengamatan RFR = rata-rata kinerja investasi bebas risiko pada periode pengamatan Βi = beta portofolio Dari pengukuran indeks Treynor dapat dilihat semakin tinggi angka indeksnya maka reksa dana tersebut semakin baik kinerjanya. c. Metode Jensen Untuk mengevaluasi kinerja reksa dana, Michail C. Jensen membuat model yang didasarkan pada Capital Aset Pricing Model (CAPM). Sebagaimana treynor, yang dipertimbangkan adalah risiko sistematis, dengan memodifikasi untuk merefleksikan superioritas ataupun inferioritas manajer investasi dalam melakukan peramalan harga sekuritas. Jensen berpendapat bahwa kinerja raksadana yang baik adalah reksa dana yang memiliki kinerja portofolio melebihi kinerja pasar sesuai dengan risiko sistematis yang dimilikinya. Indeks Jensen sering juga disebut dengan Jensen alpha, dan dirumuskan sebagai berikut (Pasaribu, 2011): http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 α = rp – [rf + βp (rm – rf)] α : indeks Jensen rp : pengembalian (return) portofolio rm : pengembalian (return) pasar rf : risk free rate Dari pengukuran indeks Jensen dapat dilihat bahwa semakin tinggi angka indeksnya maka reksa dana tersebut semakin baik kinerjanya. B. Penelitian terdahulu Beberapa peneliti sudah terlebih dahulu melakukan penelitian yang berkaitan dengan reksa dana, berikut hasil penelitian peneliti terdahulu : 1) Proceedings yang dilakukan oleh Aty Herawati, Luna Haningsih (2012) menganalisa kinerja reksa dana mengunakakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen 2009-2012 dibandingkan dengan kinerja indeks komposit dengan mengunakan bandingan uji t-sampel menunjukan kinerja reksa dana pada tahun 2009 dan 2012 lebih baik dari kinerja indeks komposit mengunakan Treynor, yang berarti bahwa perubahan dana pengembalian reksa dana pasar lebih baik dari indeks komposit. 2) Hasbi (2010) menganalisis kinerja reksa dana syariah pada tahun 2009. Tujuan penelitian untuk mengetahui kinerja reksa dana syariah dan membandingkan dengan return pasar (Jakarta Islamic Index ) dengan mengunakan sampel seluruh reksa dana syariah pada tahun 2009. Hasil dari penelitian tersebut adalah kinerja dari semua reksa dana syariah lebih baik atau lebih tinggi dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 di indeks pasar begitu pula dengan risiko kinerja reksa dana syariah masih lebih rendah dari indeks pasar. 3) Nugroho (2011) melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja reksa dana saham syariah berdasarkan tingkat risiko dengan menggunakan sampel seluruh reksa dana saham syariah yang berjumlah sepuluh reksa dana saham syariah yang berjumlah sepuluh reksa dana saham syariah pada periode 2009. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa manulife syariah sektoral amanah layak sebagai lahan investasi karena reksa dana tersebut mempunyai nilai rasio paling tinggi berdasarkan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Selain itu penelitian ini juga menunjukan bahwa reksa dana BNI saham syariah memiliki perbedaan kinerja yang signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pasar. 4) Muzdalifa (2009) membandingkan kinerja reksa dana syariah pendapatan tetap dan campuran dengan kinerja pasar dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan kinerja masing-masing reksa dana syariah pendapatan tetap dan campuran terhadap kinerja pasar dengan menggunakan metode sharpe, treynor, dan Jensen. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara reksa dana syariah pendapatan tetap dengan kinerja pasar terutama dengan metode jensen. Dan terdapat perbedaan kinerja reksa dana syariah campuran dengan kinerja pasar terutama dengan metode sharpe dan Jensen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 C. Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran merupakan hubungan antara variabel-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Pasaribu, 2010). Kinerja reksa dana syariah dapat diukur dengan beberapa metode yaitu Sharpe, Treynor, dan Jensen. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka dibawah ini disajikan kerangka pemikiran: GAMBAR 2.1 RERANGKA BERPIKIR KINERJA REKSA DANA SYARIAH Reksa dana Syariah yang terdaftar Seleksi Reksa dana Syariah Klasifikasi Data Pengolahan Data Metode Sharpe Metode Treynor Metode Jensen Kinerja Reksa dana Gambar 2.1 merupakan Rerangka berpikir berkaitan proses penentuan kinerja reksa dana syariah periode 2012 sampai 2014. http://digilib.mercubuana.ac.id/