perancangan komunikasi visual animasi edukasi pembelajaran

advertisement
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL
ANIMASI EDUKASI
PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN
PERJALANAN UNIK XIAO LE
LUSIANA
Universitas Bina Nusantara , Jl. Haji Senin no.52 , Kemanggisan-Palmerah Jakarta Barat ,
081806582858, [email protected]
Lusiana, Arik Kurnianto, S.Sn., M.T, Ardiyan, S.Sn
ABSTRAK
The purpose of this educational animation design is to provide the opportunities tribe Tiong Hoa which has
not developed Mandarin Chinese language and also introduced to child since childhood. Research methods
with interviews to any school that also provides instruction in Mandarin and is also supported with several
theory books. And achievement is the audience can follow this animation education to learn Mandarin
language under relaxed condition. The conclusions are the children will be more motivated to learn in a
relaxed condition and the watch is one of the activities favored by children in general. Therefore, the
process of remembering and learning Mandarin will be absorbed quickly even though the child in a relaxed
state.
ABSTRAK
Tujuan perancangan animasi edukasi ini adalah memberikan peluang suku Tiong Hoa yang telah lama
tidak mengembangkan Bahasa Mandarin dan juga memperkenalkan Bahasa Mandarin kepada anak sejak
kecil. Metode penelitian dengan wawancara kepada pihak sekolah yang juga memberikan pengajaran
dalam Bahasa Mandarin dan juga didukung oleh beberapa buku teori pendukung. Dan hasil yang dicapai
adalah penonton dapat mengikuti animasi edukasi ini untuk belajar Bahasa Mandarin dalam kondisi santai.
Simpulan adalah anak akan lebih terpacu untuk belajar dalam kondisi yang santai, dan menonton adalah
salah kegiatan yang disukai oleh anak pada umumnya. Oleh karena itu, proses mengingat dan
pembelajaran Bahasa Mandarin akan bisa diserap dengan cepat walaupun anak dalam keadaan santai.
Kata Kunci: Animasi, Edukasi, Mandarin, Xiao Le
1
PENDAHULUAN
Bahasa Mandarin merupakan salah satu bahasa internasional setelah Bahasa Inggris dikarenakan
pengguna Bahasa Mandarin sangatlah banyak dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Oleh karena semakin
popular pengenalan berbahasa Mandarin, hal ini menjadi alasan orang tua agar anaknya bisa menguasai
multi language dan salah satunya adalah Bahasa Mandarin, supaya tidak terjadi kesulitan di kemudian hari
dalam berkomunikasi dengan orang asing. Walaupun Bahasa Mandarin tergolong kategori bahasa yang sulit
dipelajari, tetapi telah banyak penyataan tentang pentingnya akan Bahasa Mandarin.
Dikarenakan adanya kesulitan pembelajaran Bahasa Mandarin bagi pemula, maka penulis
membuat sebuah animasi edukasi yang dapat mempermudah pemula dalam pembelajaran Bahasa Mandarin.
Bahasa Mandarin dikenal sulit karena perbedaan dari aksara, intonasi, pengucapan yang berbeda,
oleh karena itu anak perlu diajarkan Bahasa Mandarin untuk mendapatkan logat yang tepat. Dengan
ketepatan dalam pengucapan akan mempermudah anak untuk berkomunikasi dengan orang asing. Dan hal
ini bisa diantisipasi dengan melatih anak belajar Bahasa Mandarin sejak dini, agar anak menjadi terbiasa
dengan Bahasa Mandarin.
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa teori yang digunakan untuk mendukung karya animasi edukasi ini. Secara umum
anak kecil mempunyai kelebihan untuk mempelajari suatu bahasa dengan cepat dari cara komunikasi
mereka. Hal ini akan menjadi lebih mudah jika anak merasa senang dalam mempelajari bahasa tersebut.
Menurut Elisabeth B. Hurlock yang diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasih dan Meitasari Tjandrasa
(1978:185) menguraikan bahwa anak yang berusia kecil masih haus akan kosa kata, oleh karena itu jika
anak tersebut diberikan pengajaran bahasa yang benar, maka anak akan cepat meresapnya. Jika anak
mempelajari pengucapan yang betul, kemudian merasa senang, maka mereka akan dapat berbicara sama
seperti bahasa ibu. Akan tetapi, jika mereka baru belajar sesudah masuk sekolah menengah pertama atau
sekolah menengah atas, maka mereka selamanya akan berbicara bahasa asing dalam logat asal mereka.
Teori pembelajaran dalam animasi edukasi ini berpusat pada perpaduan antara teori kognitivisme
di mana informasi diterima dari berbagai macam indera, kemudian ditransfer ke dalam memori jangka
pendek dan memori jangka panjang, dan sampai informasi tersebut tersimpan dalam memory jangka
panjang dalam bentuk file ataupun paket pengetahuan dengan dan teori konstruktivisme dimana anak
perlu memproses lebih lanjut informasi dalam bentuk yang dimengerti, anak juga bisa mendapatkan metode
atau bentuk yang bisa mempermudah untuk menerima informasi dari luar. Dalam hal ini anak akan dilatih
untuk membangun pengetahuan bukan sekedar diberi pengetahuan saja.
Teori komunikasi juga berguna dalam animasi edukasi, agar pesan dan tujuan yang ingin
disampaikan dapat diterima oleh penonton. Sedangkan komunikasi dalam bahasa anak akan berkembang
seiring bertambahnya usia anak. John Amos Comenius(1592-1671) dalam bukunya yang berjudul
“Didactica Magna” mengungkapkan bahwa anak yang berusia 0-6 tahun mendapat pengajaran dan
bimbingan langsung dari orang tua dan segala aktivitas akan mempengaruhi anak, periode ini disebut
dengan periode sekolah ibu. Sedangkan ketika anak berusia 6-12 tahun merupakan periode sekolah
bahasa ibu, dimana anak dapat menghayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa
ibu). Menurut Charlotte Buhler, perkembangan anak bisa dilihat dari pembagian umur yang lebih detail.
Anak yang berumur 0-2 tahun akan melatih fungsi tubuh terutama fungsi motorik, sedangkan anak yang
berumur 2-4 tahun akan mengenal dunia objektif dan mulai mengenal adanya subjektif. Pada masa ini anak
senang bermain. Dengan bantuan bahasa maka anak dapat menyampaikan pikiran maupun perasaan
terhadap sesuatu yang bersifat objektif di luar dari diri sendiri. Oleh sebab itu, pada masa anak-anak sering
ditemukan anak sering berkomunikasi dalam bahasanya sendiri kepada mainannya. Dan ketika anak
berumur 5-8 akan mulai bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Saat berumur 9-11 anak akan
mencapai obyektivitas tertinggi. Bahasa sangat penting bagi anak, dan perlu diajarkan kepada anak agar
mereka bisa mencapai taraf “beradab” dan berbudaya. Bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat
bantu mengembangkan fungsi-fungsi rohaniah. Anak mengenal bahasa sejak kecil tetapi dalam bentuk
bahasa isyarat. Kemudian dengan adanya bimbingan dari orang tua, anak mulai belajar bahasa ibunya. Dan
mulai ada pengenalan subyektif dan obyektif. Yang bermula dari tangisan, kemudian menuju tahap
2
onomatopee: yaitu memberikan nama pada benda-benda/ hewan dengan menyebutkan bunyinya,
Contohnya anak akan menggunakan kata “meong” untuk menyebutkan kucing.
Dari dua belas prinsip animasi yang ada, animasi edukasi ini menggunakan prinsip Timing dan
Spacing dimana timing adalah yang berhubungan dengan penentuan waktu kapan sebuah gerakan
dilakukan, spacing merupakan percepatan dan perlambatan dari berbagai macam jenis gerakan.Dan untuk
animasi anak mereka lebih menyukai ritme yang lebih cepat dari pada ritme yang lambat. Appeal yang
berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi. Seperti halnya adanya perbedaan gaya
visual untuk Asia barat dan Asia timur. Staging yang melibatkan penempatan bidang gambar pada frame,
seperti pada dasarnya setiap film pasti dibatasi oleh bingkai yang bersifat dua dimensional. Penempatan
karakter/ bloking dan kamera juga sangat penting sehingga juga perlu diperhatikan cinematography yang
digunakan.
Teori warna sangat mempengaruhi mood dari sebuah karya animasi. Menurut Martha Gill, makna
warna pada target audien bisa berbeda-beda, hal ini terpengaruh oleh kepribadian dasar dari penonton,
budaya dari pada penonton, trend yang dipengaruhi lingkungan,umur dari penonton.
Dan teori character interaction memberikan penjelasan bahwa setiap karakter perlu mempunyai
mimik dan juga tingkah laku yang menunjukkan respon terhadap lingkungan sekitarnya. Baik dengan
mimik yang takut, sedih, senang, maupun ketika berniat jahat akan bisa terlihat dari mimik karakter atau
dari tingkah lakunya. Dengan demikian karakter dalam cerita maupun animasi yang ditampilkan akan lebih
hidup.
Teori memori akan berlaku pada semua orang karena setiap orang memiliki memori yang berbeda.
Memori yang dimaksud adalah ingatan akan sesuatu hal maupun bentuk atau objek. Dalam hal belajar
sangat membutuhkan memori untuk menyimpan informasi dari luar pribadi. Sehingga muncul tiga system
memori yang berbeda seperti berikut: Sistem memori sensorik dimana merupakan tempat penyimpanan
memori untuk sementara yang diterima dari indera kita. Kapasitas dalam memori sensorik ternyata sangat
besar, tetapi informasi yang disampaikan tersebut juga cepat sekali menghilang. Sistem memori jangka
pendek dimana merupakan penyimpanan memori sementara yang artinya informasi yang disimpan hanya
dipertahankan selama informasi tersebut masih dibutuhkan. Kapasitas dalam memori jangka pendek juga
terbatas. Oleh karena itu diperlukan pengulangan agar informasi yang tersimpan tersebut bisa diingat
kembali. Jika tidak ada sistem pengulangan maka kebanyakan informasi dalam memori jangka pendek
tidakbertahan lebih dari 20 detik. Sistem memori jangka panjang dimana terjadi proses penyimpanan
informasi yang berlangsung secara permanen dengan melalui tahap yang sama dari memori jangka pendek,
kemudian dilangsungkan dengan proses semantic atau imagery coding sehingga bisa dipertahankan
penyimpanan informasi dalam memory jangka panjang.
METODE PENELITIAN
Selain metode pustaka yang ditinjau melalui buku teori, media cetak, artikel di internet, penulis
juga menggunakan metode perancangan yang sangat membantu dalam proses pembuatan animasi edukasi
ini.
Adapun metode perancangan ada 4 tahap yang diantaranya meliputi tahap development yang
bermula dari brainstorming, mindmapping untuk memfokuskan tema yang telah dipilih,dan juga diikuti
dengan pencarian referensi untuk konsep , cerita maupun visual yang ingin ditampilkan. Kemudian tahap
pra- produksi yang dimulai dengan penciptaan cerita, treatment, naskah serta storyboard yang akan
menjadi patokan dalam pembuatan animasi. Kemudian berlanjut pada tahap produksi yang dimulai dengan
membuat desain karakter, rigging, animation, dan sound over. Tahap post- produksi dengan menggunakan
compositing, visual efek, audio efek, lighting dan rendering. Dari mindmapping akan dibuat penjabaran
yang meliputi kunci masalah, tujuan komunikasi, dan juga target audiens.
Kunci masalah
Kurang efektifnya metode pengajaran Bahasa Mandarin sehingga anak tidak tertarik untuk
mengetahui lebih dalam akan bahasa tersebut. Anak merasa tertekan untuk menghafal aksara Bahasa
Mandarin yang berbeda dengan bahasa latin.
3
Tujuan Komunikasi
1.
2.
3.
4.
Memberikan peluang kepada suku Tiong Hoa yang merupakan peranakan dari negeri China yang telah
lama tidak mengembangkan Bahasa Mandarin walaupun memiliki dasar yang mendukung (bahasa ibu).
Memperkenalkan Bahasa Mandarin kepada anak sehingga anak yang tidak mengerti Bahasa Mandarin
sehingga bisa terlatih sejak dini.
Memperkaya anak terhadap penguasaan bahasa di luar Bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya(bahasa
ibu).
Menjadi tontonan yang bersifat edukatif yang bisa mengajak anak untuk berpikir lebih kreatif dalam
mengingat aksara mandarin.
Target Audiens
Anak usia berusia 3-8 tahun, laki-laki dan perempuan, berstatus ekonomi menengah dan menengah ke atas,
suka menonton dan beranalisa, aktif, senang mempelajari bahasa asing, tinggal di kota-kota.
Tahap Pra Produksi
Tahap Development
- Brainstorming
- Penciptaan cerita
- Mindmapping
- Treatment cerita
- Fokus ruang lingkup
- Naskah cerita
- Referensi konsep
- Storyboard cerita
Tahap Post Produksi
Tahap Produksi
- compositing
- Desain karakter
- visual effect
- rigging karakter
- sound effect
- sound over
- lighting dan rendering
- animating karakter
- lighting dan rendering
Gambar 1. Metode Perancangan
HASIL DAN BAHASAN
DEVELOPMENT
Dalam tahap ini akan dimulai dari brain storming, mind mapping maupun pencarian ide dengan
tujuan untuk mendapatkan sebuah tema besar yang akan diangkat dalam animasi. Penyempitan ruang
lingkup dari tema yang akan diangkat sehingga akan lebih mudah menampilkan sebuah masalah secara
jelas.
4
Treatment dalam animasi edukasi yang berbasis pengajaran akan menggunakan alur cerita yang
dimana terjadi pengulangan, hal ini bertujuan agar penonton bisa menanggapi apa yang telah ditontonnya.
Selain itu, dalam cerita ini karakter utama mempunyai sebuah kamera polaroid sebagai alat bantu
komunikasi penjelasan Bahasa Mandarin yang akan dibantu oleh narator. Dan juga album untuk membantu
penonton ingat akan Bahasa Mandarin.
PRA PRODUKSI DAN PRODUKSI
Sinopsis Cerita
Dalam pencapaian sebuah animasi diperlukan sebuah konsep cerita, adapun sinopsis cerita yang
divisualisasikan dalam animasi edukasi ini adalah sebagai berikut:
Xiao Le yang berumur 4 tahun akan melakukan perjalanan menuju ke rumah kakeknya. Anak ini
memiliki karakter yang periang dan penuh dengan keingintahuan terhadap dunia luar. Karena
keingintahuanya, anak ini suka mengambil foto dari benda ataupun hal yang tidak dimengerti olehnya. Dari
hasil foto tersebut Xiao Le akan mencerna dan mengolah berdasarkan cara pemikirannya dengan
meminimalis benda tersebut dan akhirnya mendapat sebuah karakter huruf (aksara) Mandarin, dan
kemudian dibantu pengucapan yang tepat dari narator, sehingga memudahkan anak ini dalam
mengucapkannya, dan kemudian anak ini menuliskan bentuk huruf mandarin yang telah diminimalis
olehnya dan juga pengucapan yang benar dalam penulisan latin. Foto – foto yang didapatkan Xiao Le
selama perjalanan akan dikumpulkan dan dijadikan buku album, dan album ini sebagai hadiah yang ingin
diberikan kepada kakeknya sesampai di rumah kakeknya.
Visualisasi Karakter
Visualisasi karakter dalam animasi edukasi ini lebih mengarah kesan lucu, imut. Sehingga karakter
yang digunakan tidak menunjukan bentuk ideal dari seorang anak,tetapi merupakan karakter yang dibuat
lebih lucu dan imut sehingga anak menyukainya.
Gambar 2. Visual dari karakter utama dan pendukung
5
Adapun warna yang digunakan untuk karakter utaman dan pedukung memiliki perbandingan seperti berikut:
Gambar 3. Warna karakter anak
Gambar 4. Warna karakter kakek
Penggunaan warna pada karakter anak digunakan warna yang cerah, menonjolkan sifat anak yang
ceria, ramah, dan lucu. Sedangkan penggunaan warna untuk karakter kakek lebih pada warna soft dengan
sentuhan warna biru yang memberikan kesan bijaksana, berwibawa, ramah dan penyayang. Dan karakter
kakek juga menggunakan aksesoris suku Tiong Hua.
Properti dan Environment
Selain dari karakter utama dan pendukung, juga ada beberapa bentuk environment dan properti
yang ada dalam animasi ini. Properti dan environment yang dipakai mempunyai bentuk masing-masing
tetapi bentuk dasar adalah bentuk geometri. Hal ini dikarenakan menyesuaikan target audiens yang masih
belajar mengenal bentuk.
Gambar 5. Visualisasi properti dan environment
6
Logo Animasi Edukasi
Logo animasi edukasi ini menggunakan dibuat sesuai dengan ciri khas dari karakter anak yang
memakai topi lucu. Sedangkan untuk garis digunakan garis putus-putus yang mengesankan bahwa adanya
sebuah rute perjalanan yang ditempuh oleh anak kecil ini. Sedangkan bentuk font yang dipakai adalah
Babycakes yang memiliki bentuk rounded, dan juga memainkan beberapa curve sehingga terkesan lucu.
Gambar 6. Visualisasi Logo Animasi Edukasi
POST PRODUKSI
Dalam tahap post produksi merupakan tahap pemotongan scene dan kemudian digabung menjadi
sebuah film yang memiliki arti dan juga adanya penambahan visual effect dan sound effect. Beberapa scene
yang merupakan cuplikan dari animasi edukasi ini sebagai berikut:
Gambar 7. Contoh scene
7
Selain membuat animasi edukasi, penulis juga membuat beberapa item pendukung dalam media
cetak untuk presentasi karya animasi. Item pendukung dalam presentasi karya sebagai berikut:
Gambar 8. Poster dan Banner Animasi
Gambar 9. Laber DVD dan Cover DVD
Gambar 10. Miniatur scene
8
Gambar 11. Display karya
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adanya visualisasi dan juga penyampaian yang benar sangat membantu dalam hal pembelajaran suatu
bahasa, terutama pada Bahasa Mandarin. Tetapi dengan menonton animasi edukasi ini, akan bisa
mempermudah anak kecil maupun kaum pemula untuk memahami dan mengingat akan aksara-aksara
Mandarin yang sebenarnya berasal dari pictogram (gambar). Sehingga dapat mempercepat proses
meresapnya Bahasa Mandarin dalam ingatan seseorang. Ditambah dengan adanya sistem pengulangan yang
sangat cocok dalam hal pembelajaran bahasa yang tidak terkesan membosankan dan sangat menarik.
Saran
Dalam hal belajar suatu bahasa, sangat diperlukan adanya proses pengulangan sehingga anak bisa terus
mengingat akan kata tersebut. Tetapi kita perlu memberikan pengulangan yang berbeda kondisi sehingga
anak tidak cepat bosan akan kata yang diajarkan tersebut. Pembelajaran anak seharusnya berdasarkan
kesenangan, bukan karena adanya unsur pemaksaan. Karena dengan hati yang senang maka anak akan lebih
mudah dan lebih cepat meresapi dan memahami kosa kata yang dipelajarinya. Oleh karena itu, animasi
edukasi ini sangat membantu anak dalam hal mengingatkan anak terhadap penulisan aksara dan juga
pelafalan aksara Mandarin yang terlihat sulit.
9
REFERENSI
Hurlock, Elisabeth B. alih bahasa oleh Tjandrasa, Meitasari dan Muslichah Zarkasih. (1978).
Perkembangan Anak Edisi keenam Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kartono, Kartini. (1986). Psikhologi Anak. Bandung : Alumni
Suparto. (2009). Percakapan Mandarin Modern. Jilid 1. Bandung: Pustaka Internasional
Xianghui, Cheng. (2005) . Chinese Character in Pictures. 2. Sinolingua
Webster, Chris. (2005). The Mechanics of Motion. Burlington: Focal Press
RIWAYAT PENULIS
Lusiana lahir di kota Bagansiapiapi pada 14 September 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara pada bidang Desain Komunikasi Visual Animasi pada 2012. Saat ini masih
mencari tempat kerja tetap. Penulis pernah aktif di Wushu Bina Nusantara sebagai sekretaris bendahara.
10
Download