8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran a. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu komponen penting dalam menjalankan roda usaha suatu perusahaan karena dengan kegiatan pemasaran produk atau jasa dapat sampai ke konsumen, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, melakukan perkembangan terhadap perusahaan dan untuk pencapaian tujuan perusahaan dalam memperoleh laba. Secara umum pemasaran mencakup aktivitas-aktivitas yang sangat luas seperti aktivitas penjualan, penelitian pemasaran, merencanakan saluran distribusi, merencanakan kebijakan harga, kebijakan promosi dan lain-lain. Dimana aktivitas ini ditunjukan untuk dapat mengindentifikasi keinginan konsumen pasar sasarannya, serta bagaimana memuaskan konsumen secara lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan pesaingnya. Di bawah ini dijelaskan pengertian pemasaran dari beberapa ahli, diantaranya adalah : Menurut American Marketing Association yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2009), yaitu : “Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.” Menurut Kotler dan Keller (2012), pemasaran adalah “Marketing is about identifying and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of marketing is meeting needs profitably”. 9 Sedangkan pemasaran menurut Kurtz (2008), adalah “Marketing is an organizational function and set of process for creating communicating and delivering value to customers and for managing customer relationships in that benefit the organization andils stakeholders”. Dari definisi diatas menurut para ahli tersebut penulis sampai pada pemahaman bahwa pemasaran adalah merupakan interaksi dari berbagai usaha, seperti mengidentifikasi, menciptakan, menentukan harga, mengomunikasikan, dan mendistribusikan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen yang ada maupun yang potensial. b. Pengertian Manajemen Pemasaran Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan harus diorganisasikan secara terpadu serta memerlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Untuk mengetahui definisi manajemen pemasaran sebagai berikut : Menurut Kotler dan Keller (2009), mendefinisikan manajemen pemasaran adalah sebagai berikut : “Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.” Manajemen pemasaran menurut Saladin (2007), “Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi”. Sedangkan menurut Alma (2007), yaitu: “ Manajemen Pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dipemasaran.” 10 Berdasarkan uraian dari ketiga definisi tersebut penulis sampai pada pemahaman bahwa manajemen pemasaran merupakan proses menganalisis, merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan program yang melibatkan konsep pemasaran dan ide yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dalam manajemen pemasaran terdapat variabel – variabel pemasaran yang tidak dapat terpisahkan yaitu bauran pemasaran. c. Pengertian Bauran Pemasaran Dalam pemasaran terdapat suatu stratgei yang dinamakan bauran pemasaran (Marketing Mix). Bauran pemasaran memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen untukk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ke pasar. Setelah perusahaan menentukan strategi pemasaran kompetitifnya dengan tepat, maka perusahaan tersebut sudah siap merencanakan rincian dari bauran pemasaran. Dibawah ini dijelaskan pengertian bauran pemasaran dari beberapa ahli, diantaranya adalah : Menurut Kotler dan Armstrong (2008), “Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktif terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran.” Menurut Saladin (2007), definisi bauran pemasaran adalah sebagai berikut: “bauran pemasaran (marketing mix) adalah serangkaian dari variabel pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Rangkaian variabel atau unsur-unsur itu adalah : unsur produk (product), unsur harga (price), unsur promosi (promotion), dan unsur tempat (place)”. Adapun definisi bauran pemasaran (Marketing Mix) menurut Alma (2008), “Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari memuaskan”. kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling 11 Dari definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang dilakukan dengan mencampur kegiatankegiatan marketing, agar mendapatkan kombinasi yang maksimal untuk mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran, sehingga dapat mendatangkan hasil yang memuaskan. Kotler dan Amstrong (2009), menjelaskan ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing mix) yang terkenal dengan sebutan 4P diantaranya sebagai berikut : 1. Produk ( Product) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. 2. Harga ( Price) Harga adalah sejumlah nilai suatu produk atau jasa yang ditukarkan dalam bentuk moneter. Nilai yang terkandung didalam suatu produk dalam manfaat ini, memiliki dan menggunakan suatu produk. 3. Promosi ( Promotion) Produk yang sudah jadi serta harga yang sudah ditentukan tahap selanjutnya adalah memperkenalkan kepada masyarakat dengan cara promosi sebagai suatu cara agar produk bisa dikenal oleh masyarakat luas. 4. Distribusi (Place) Setelah produk ditentukan harganya dan sudah dikenal masyarakat luas tugas pemasar selanjutnya adalah menyampaikan produk ketangan konsumen, sehingga konsumen dapat menikmati produk yang mereka inginkan pada tempat dan waktu sesuai dengan yang mereka inginkan. 12 2. Promosi a. Pengertian Promosi Promosi merupakan elemen yang penting dalam bauran pemasaran, dengan kegiatan promosi perusahaan dapat memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada konsumen, dengan demikian konsumen akan mengetahui adanya suatu produk atau jasa. Promosi merupakan salah satu cara yang dibutuhkan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Oleh karena itu kegiatan promosi ini harus dapat dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran serta diarahkan dan dikendalikan dengan baik sehingga promosi tersebut benar-benar dapat memberikan kontribusi yang tinggi dalam upaya meningkatkan volume penjualan. Adapun beberapa pengertian promosi menurut para ahli yaitu : Menurut Zimmerer (dalam buku Rangkuti, 2009), promosi adalah segala macam bentuk komunikasi persuasi yang dirancang untuk menginformasikan pelanggan tentang produk atau jasa dan untuk mempengaruhi mereka agar membeli barang atau jasa tersebut yang mencakup publisitas, penjualan perorangan dan periklanan. Menurut Swastha (dalam buku Rangkuti, 2009), promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan faktor penting dalam pamasaran, karena dengan melalui kegiatan promosi maka perusahaan dapat memberikan informasi mengenai suatu produk atau jasa yang diperjual belikan kepada para konsumen. 13 b. Bauran Promosi Promosi sebagai alat untuk menyebarkan informasi memiliki beberapa komponen yang terdapat dalam bauran promosi. Bauran promosi menjadi pilihan komunikasi yang terdiri dari kombinasi promosi yang digunakan oleh perusahaan untuk mendapat tanggapan positif yang akan menguntungkan perusahaan. Berikut ini merupakan pengertian bauran promosi menurut beberapa para ahli adalah: Menurut Kotler dan Armstrong (2012), “Promotion mix or marketing communication mix is the specific blend of promotion tools that the company uses to persuasively communicate customer value and build customer relationships”. Menurut Lupiyoadi (2008), “Bauran promosi mencakup aktivitas periklanan (advertising), penjualan perseorangan (personal selling), promosi penjualan, hubungan masyarakat (public relations), pemasaran mulut kemulut (word of mouth), dan pemasaran langsung (direct marketing)”. Menurut Tjiptono (2008), secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu disebut bauran promosi. 1. Personal Selling, adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada pelanggan. 2. Mass Selling, terdiri atas periklanan dan publisitas, yang merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. 3. Sales promotion (Promosi Penjualan), adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk. 4. Public Relations (hubungan masyarakat), merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. 14 5. Direct Marketing, adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Berdasarkan definisi tersebut penulis sampai pada pemahaman bauran promosi adalah pelaksanakan promosi yang mencakup kegiatan periklanan, promosi penjualan, publisitas & hubungan masyarakat, penjualan personal dan penjualan langsung yang bertujuan untuk tujuan program penjualan. Sub bab berikutnya penulis akan lebih banyak menuliskan teori mengenai bagian dari bauran promosi yaitu: personal selling yang behubungan dengan skripsi yang diambil. 3. Personal Selling a. Pengertian Personal Selling Personal selling merupakan salah satu alat promosi yang berpengaruh dalam kegiatan pemasaran, karena melalui kegiatan personal selling seorang pemasar dapat memberikan informasi secara detail dan langsung kepada konsumen mengenai kelebihan perusahaan. Dengan demikian personal selling merupakan cara penjualan yang cukup efektif dalam mempengaruhi konsumen. Adapun beberapa pengertian personal selling menurut para ahli. Menurut Saladin (2007), mengemukakan bahwa: “Penjualan tatap muka (personal selling) adalah presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan menciptakan penjualan”. Menurut Tjiptono (2008), “Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba membelinya” 15 Sedangkan Menurut Kotler dan Amstrong (2012), “Personal selling is a personal presentation by the company’s sales force for the purpose of making sales and building customer relationships”. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai personal selling yang dikatakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa personal selling merupakan komunikasi langsung dua arah antara penjual dengan para konsumen dengan bertatap muka langsung sehingga akan memberikan pemahaman yang lebih efektif mengenai produk atau jasa dalam benak konsumen. b. Tujuan Personal Selling Salah satu tujuan tenaga penjual adalah melakukan penjualan dengan bertemu langsung dimana seorang penjual dari suatu perusahaan langsung menemui nasabah untuk menawarkan produknya. Penjualan dengan tatap muka hanya salah satu dari beberapa tujuan penting lainnya. Tujuan-tujuan personal selling menurut Assauri (2004), yaitu : 1. Mengadakan analisis pasar Termasuk juga mengadakan peramalan tentang penjualan yang akan datang, mengetahui dan mengawasi para pesaing dan memperhatikan lingkungan terutama lingkungan sosial dan ekonomi. 2. Menentukan calon pembeli Mencari calon pembeli yang potensial, menciptakan pesanan baru dari pelanggan yang sudah ada dan mencari tahu keinginan pasar. 3. Mengadakan komunikasi Komunikasi ini merupakan tujuan yang paling utama dari personal selling. Tujuan disini tidaklah menitik beratkan untuk membujuk atau mempengaruhi, tetapi memulai dan melangsungkan pembicaraan secara ramah tamah kepada pelanggan atau calon pembeli.Komunikasi yang 16 bersifat membujuk hanya merupakan salah satu elemen saja dari fungsi komunikasi. 4. Memberikan pelayanan Dapat diwujudkan dalam bentuk konsultasi menyangkut keinginan dan masalah-masalah yang dihadapi pelanggan, memberikan jasa teknis, memberikan bantuan keuangan misalnya berupa bantuan kredit dan melakukan pengiriman barang sampai ketempat pemesanannya. 5. Memajukan pelanggan Dalam mewujudkan langganan, tenaga penjual bertanggung jawab atas semua tugas langsung yang berhubungan dengan pelanggan, hal ini dimaksudkan untuk menguraikan tugas-tugasnya agar dapat meningkatkan keuntungan. Dalam tujuan ini termasuk juga memberikan saran secara pribadi seperti saran tentang masalah pengawasan persediaan, promosi, pengembangan produk dan kebijakan harga. Dengan memajukan pelanggan ini dimaksudkan penjual dapat diharapkan adanya peningkatan dalam volume penjualan. c. Fungsi Personal Selling Menurut Tjiptono (2008), personal selling memiliki beberapa fungsi yaitu: 1. Prospecting yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan mereka. 2. Targeting yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli. 3. Communicating yaitu memberi informasi mengenai produk perusahan kepada pelanggan. 4. Selling yaitu mendekati, mempresentasikan dan mendemontrasikan, mengatasi penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan. 5. Servicing yaitu memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan. 17 6. Information gathering yaitu melakukan riset dan intelijen pasar. 7. Allocating yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses personal selling memiliki beberapa fungsi yang efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal, karena jika seorang penjual ingin memperoleh hasil yang maksimal dalam penjualan, maka penjual dapat mengetahui segala kebutuhan calon konsumen tersebut, tidak hanya menguasai informasi mengenai produk dan perusahaan saja. d. Sifat Personal Selling Menurut Tjiptono (2008), personal selling memiliki beberapa sifat antara lain: 1. Personal Confrontation Adanya hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara 2 orang atau lebih. 2. Cultivation Sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macam hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu hubungan yang lebih akrab. 3. Response Situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk mendengar, memperhatikan, dan menanggapi. Menurut Tjiptono (2008), mengemukakan penjual yang melaksanakan personal selling harus mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Salesmanship, Penjual harus memiliki pengetahuan tentang produk dan menguasai seni menjual. Seperti cara mendekati pelanggan, mengatasi klaim pelanggan, memberikan presentasi, mengatasi penolakan, mendorong pembelian, maupun cara peningkatan penjualan. b. Negotiating, Penjual harus mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi tentang syarat-syarat penjualan. c. Relationship marketing, Penjual harus tahu cara membina dan memelihara hubungan baik dengan para konsumen dan pelanggan. 18 Dengan sifat dan kreteria tersebut dapat dikatakan bahwa metode ini memiliki kelebihan dalam oprasinya yang fleksibel karena penjual dapat mengamati reaksi konsumen dan menyesuaikan pendekatannya, dengan begitu penjual dapat membina hubungan jangka panjang dengan konsumen. 4. Harga a. Pengetian Harga Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan melalui penjualan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu menetapkan harga produknya dengan baik dan tepat, agar konsumen tertarik dan mau membeli produk yang ditawarkan sehingga perusahaan mendapat keuntungan. Harga berkaitan erat dengan dengan kemampuan finansial konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong (2012), mengatakan bahwa harga merupakan jumlah uang yang dibebankan untuk produk atau jasa, atau lebih jelasnya adalah jumlah dari semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan sebuah manfaat dengan memiliki atau menggunakankan sebuah produk atau jasa. Menurut Saladin (2007), “Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa”. Menurut Tjiptono (2008), menyebutkan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Sedangkan menurut swastha (2004), harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayananya.” Harga ialah pengorbanan riil dan materil yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh atau memiliki produk mempertimbangkan beberapa hal, seperti membanding bandingkan harga sebelum menggunakan layanan jasa, 19 memilih layanan jasa yang harga dasarnya murah, memilih layanan jasa yang harganya sebanding dengan kualitasnya atau berbagai alasan lainnya. b. Tujuan Penetapan Harga Menurut Saladin (2006), ada 6 (enam) tujuan yang dapat diraih perusahaan melalui penetapan harga, yaitu: 1. Bertahan hidup (survival) Pada kondisi tertentu (karena adanya kapasitas yang menganggur, persaingan yang semaikin gencar atau perubahan keinginan konsumen, atau mungkin juga kesulitan keuangan), maka perusahaan menetapkan harga jualnya dibawah biaya total produk tersebut atau bibawah harga pasar. Tujuannya adalah bertahan hidup (survival) dalam jangka pendek. Untuk bertahan hidup jangka panjang, harus mencari jalan keluar lainnya. 2. Memaksimalkan laba jangka pendek (maximum current profit) Perusahaan merasa yakin bahwa dengan volume penjualan yang tinggi akan mengakibatkan biaya per unit lebih rendah dan keuntungan yang lebih tinggi. Perusahaan menetapkan harga serendah-rendahnya dengan asumsi pasar sangatpeka terhadap harga. Ini dinamakan “penentuan harga untuk menerobos pasar (market penetration pricing)”. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila : a. Pasar sangat peka terhadap harga, dan rendahnya harga sangat merangsang pertumbuhan pasar. b. Biaya produksi dari distribusi menurun sejalan dengan bertambahnya produksi. c. Rendahnya harga akan melemahkan persaingan. 3. Memaksimalkan hasil penjualan (maximum current revenue) Untuk memaksimalkan hasil penjualan, perusahaan perlu memahami fungsi permintaan. Banyak perusahaan berpendapat bahwa maksimalisasi hasil penjualan itu akan mengantarkan perusahaan memperoleh maksimalisasi laba dalam jangka panjang dan pertumbuhan bagian pasar. 20 4. Menyaring pasar secara maksimum (maximum market skiming) Banyak perusahaan menetapkan harga untuk menyaring pasar (market skiming price). Hal ini dilakukan untuk menarik segmen-segmen baru. Mula-mula dimunculkan ke pasar produk baru dengan harga tinggi, beberapa lama kemudian dimunculkan produk baru dengan harga tinggi, beberapa lama kemudian dimunculkan pula produk yang sama dengan harga yang lebih rendah. 5. Menentukan permintaan (determinant demand) Penetapan harga jual membawa akibat pada jumlah permintaan. c. Dimensi Harga Menurut Kotler dan Amstrong (2012), didalam variabel harga ada beberapa unsur kegiatan utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu: Keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, kesesuaian harga dengan manfaat. Dimensi yang digunakan merupakan gabungan menurut Pepadri (2002), price consciousness dan value for money, menurut Sitinjak (2004). Indikator yang digunakan sebanyak 4 indikator, yaitu referensi harga, harga yang relatif lebih murah, kewajaran harga, kesesuaian pengorbanan dan harga sesuai dengan manfaat . Harga sebagai salah satu dari bauran pemasaran memiliki dimensi strategis seperti yang dikemukakan Chandra (2002), dan dalam buku Tjiptono (2006), yaitu: 1. Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value). Nilai adalah perbandingan antara persepsi terhadap manfaat (perceived benenfits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. 21 2. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi pembeli. 3. Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan (the law of demand), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit permintaan produk yang bersangkutan dan sebaliknya. 4. Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satusatunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan, yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh. 5. Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Harga merupakan elemen dalam bauran pemasaran yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika pasar. 6. Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan ciri kualitas dan eksklusivitas, harga menjadi unsur penting. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas jasa. 7. Harga merupakan masalah yang dihadapi oleh para manager. Untuk konsumen yang sensitif terhadap harga, harga yang murah biasanya adalah sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan value for money yang tinggi. d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Harga Dalam kenyataan, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Dharmesta dan Irawan (2005), dikemukakan sebagai berikut ; 1. Keadaan Perekonomian Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku, pada periode resesi. Misalnya, merupakan suatu periode dimana harga berada pada suatu tingkat yang lebih rendah dan ketika ada keputusan 22 pemerintahtentang nilai tukar rupiah dengan mata uang asing, maka akan timbul reaksi-reaksi dari kalangan masyarakat, khususnya masyarakat bisnis, reaksi spontan dari keputusan itu adanya kenaikan harga-harga. 2. Penawaran dan Permintaan Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang di minta lebih besar, sedangkan harga yang tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar. 3. Elastisitas Permintaan Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Sebenarnya sifat penentuan pasar ini tidak hanya mempengaruhi penentuan harganya tetapi uga mempengaruhi volume yang dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume ini terbanding terbalik. 4. Persaingan Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Banyaknya penjual dan pembeli ini akan mempersulit penjual perseorangan untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi kepada pembeli yang lain. 5. Biaya Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. 6. Tujuan Perusahaan Penetapan harga suatu barang seiring dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan yang lain. 7. Pengawasan Pemerintah Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan pemerintahan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk 23 penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga. Serta praktek - praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha kearah monopoli. Lebih lanjut Tjiptono (2006), mengatakan bahwa harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi minat beli konsumen, yaitu: a. Peranan alokasi harga yaitu, membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para konsumen untuk memutuskan cara mangalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Konsumen dapat membandingkan harga dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. b. Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana konsumen mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang baik. 5. Kualitas Layanan a. Pengetian Kualitas Layanan Menurut Wyckof (dalam buku Tjiptono, 2006), mendefinisikan kualitas layanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Menurut American Society For Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten (Lupiyoadi, 2008). Sedangkan menurut Parasuraman (2004), kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan 24 tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Menurut Tjiptono dan Chandra (2011), Kualitas jasa atau layanan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspetasi pelanggan. Kualitas layanan memiliki hubungan erat dengan kepuasan konsumen, sebab kualitas layanan memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dengan kata lain, kualitas layanan sangat ditentukan oleh konsumen. Tjiptono (2005), menerangkan bahwa apabila jasa yang diterima melebihi harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan ideal. Jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas jasa dianggap buruk. Service quality adalah suatu instrumen yang digunakan oleh pelanggan untuk menilai pelayanan atau jasa yang diberikan oleh perusahaan. Kotler (2006), mengatakan bahwa kualitas jasa (service quality) harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan, persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan. Menurut Tjiptono (2005), “kualitas jasa atau kualitas pelayanan yang mendefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.” Menurut Olsen dan Wyckoff (dalam buku Yamit, 2010), definisi secara umum dari kualitas jasa pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja kualitas pelayanan. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat di capai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja pelayanan baik standar pelayanan internal maupun standar pelayanan eksternal. Beberapa pengertian yang terkait dalam definisi kualitas jasa pelayanan adalah: 25 1. Excellent adalah standar kinerja pelayanan yang diperoleh 2. Customer adalah perorangan, kelompok, departemen atau perusahaan yang menerima, membayar output pelayanan (jasa dan sistem) 3. Service adalah kegitan utama atau pelengkap yang tidak secra langusung terlibat dalam proses pembuatan produk, tetapi lebih menekankan pada transaksi antara pembeli dan penjual. 4. Quality adalah sesuatu yang secara khusus dapat di raba atau tidak dapat di raba dan sifat yang di miliki produk atau jasa. 5. Levels adalah suatu pernyataan atas sistem yang digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi. 6. Consistent adalah tidak memiliki variasi dan semua pelayanan berjalan sesuai standar yang di tetapkan. 7. Delivery adalah memberikan pelayana yang benar dengan cara yang benar dan dalam waktu yang tepat. b. Dimensi Kualitas Layanan Kotler (2003), menyatakan bahwa kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan, dimana persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan. Adapun lima dimensi kualitas layanan yang diidentifikasikan oleh Parasuraman, Zeithami dan Berry (dalam buku Tjiptono, 2005), meliputi : 1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan. 3. Responsivevess (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 26 4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimilik oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan. 5. Empaty (empati), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan. Dimensi kualitas pelayanan tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur kualitas pelayanan suatu perusahaan jasa. Mengukur kualitas pelayanan menurut berarti mengevaluasi atau membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Tjiptono, 2005). Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa, memuaskan kebutuhan pelanggan berarti harus memberikan pelayanan berkualitas (service quality) kepada pelanggan, terdapat dua pendekatan pelayanan berkualitas yang populer di gunakan kalangan bisnis Amerika dan kini telah menyebar keberbagai Negara di dunia. Pendekatan pertama di kemukakan oleh Albrcht dalam yang mendasarkankan pendekatannya pada dua konsep pelayanan berkualitas, yaitu (a) service tiangle dan (b) total quality service (TQS). Service triangle di terjemahkan sebagai segitiga layanan dan total quality service di terjemahkan sebagai layanan mutu terpadu. (Yamit, 2010). 6. Keputusan Pembelian a. Pengetian Keputusan pembelian Keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen dikarenakan adanya dorongan-dorongan atau motif-motif yang dirasakan sehingga menimbulkan minat atau keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Setiadi (2010), menyatakan bahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua 27 atau lebih prilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Menurut Kotler dan Keller (2007), keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2004), mengemukakan bahwa: “keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk”. Keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi oleh beberapa factor, demikian pola konsumen, konsumen terbentuk karena pengaruh lingkungan (Alma 2004). Seperti : 1. Kebudayaan ( Culture ) 2. Kelas social ( Social Class ) 3. Keluarga ( Family ) 4. Klub-klub ( Referensi Klub ) b. Jenis-jenis Perilaku Pembelian Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, tergantung pada keputusan pembelian. Pembelian yang rumit dan mahal mungkin melibatkan lebih banyak pertimbangan pembeli dan lebih banyak peserta. Menurut Kotler (2005), terdapat empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antara mereka, diuraikan sebagai berikut: 1. Perilaku pembelian yang rumit (Complex Buying Behaviour) Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari perbedaan-perbedaan jelas diantara merekmerek yang ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko, dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, jam tangan, pakaian, dan lain-lain. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan 28 informasi kepada konsumen, tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya. 2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan (Dissonance Reducing Buying Behaviour) Perilaku membeli semacam ini mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan diantara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, berisiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat, seperti karpet, keramik, dan lain-lain. 3. Perilaku pembelian karena kebiasaan (Habitual Buying Behaviour) Konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap suatu merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. 4. Perilaku pembelian yang mencari variasi (Variety Seeking Buying Behaviour) Perilaku ini mempunyai keterlibatan ynag rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakn suatu yang mutlak. Perilaku seperti ini biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga dan konsumen sering mencoba merek-merek baru. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Konsumen pembelian oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, kepribadian, sosial, psikologi, sebagian besar faktor itu tidak bisa dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus diperhitungkan sebagai karakteristik yang mempengaruhi perilaku pembelian (Kismoro, 2011),: 29 1. Faktor budaya Budaya merupakan penentu yang paling fundamenyal dalam membentuk keinginan dan perilaku seseorang. Anak yang dibesrkan dalam 5 buah masyarakat mempunyai nilai-nilai dasar, persepsi, perilaku melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga lainnya. Kondisi sub budaya juga dipengaruhi turut berperan dalam pembentukan perilaku seperti kelompok, keagamaan, suku bangsa dan wilayah geografis, sementara itu kelas, sosial dalam masyarakat yang memiliki karakteristik nilai, minat dan tingkah laku yang sama, mempunyai beberapa dikantor yang ikut mmebentuk masyarakat, pendapat-pendapat wilayah tempat tinggal. 2. Faktor sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial dalam masyarakat, kelompok referensi memberi pengaruh secara langsung bagi pembentukan sikap dan prilaku kons sedangkan keluarga mereka sumber organsiasi dimana seseorang akan terlibat dalam pengambilan keputusan. 3. Faktor kepribadian Setiap orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Pekerjaan dan keadaan ekonomi seseorang erat kaitannya dengan pola konsumsi dan pilihan produk. Hal tersebut juga membentuk suatu gaya hidup yang merupakan pola hidup seseorang sehari-hari yang dinytakan dalam kegiatan ekonomi minat dan opini. 4. Faktor psikologi Dilihat konsumsi seseorang secara psikologis untuk faktor motivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan dan sikap motivasi terbentuk karena dorongan seseorang untuk mengejar kepuasan. Kepastian pembelian oleh konsumen merupakan suatu keputusan akhir diserangkaikan proses-proses sebelumnya, mulai dari persepsi tentang situasi. Proses pembelajaran melalui perubanahn 30 pribadi maupun orang lain, sampai pada keyakinan dan sikap terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Tahap itulah yang secara psikologis membentuk perilaku dan sikap seseorang dalam mengkonsumsi. Perilaku konsumen adalah hasil interaksi antara kepribadian dan situasi. Situasi yang relatif sama dalam kurun waktu tentang menghasilkan pola perilaku tentang yang disebut gaya hidup. Maka dapat diibaratkan bahwa prilaku Hons adalah sebuah pohon, budaya adalah batangnya kepribadian adalah dahannya dan gaya hidupnya adalah rantingnya. d. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2009), proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Adapun tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif maa Keputusan Pembelian v Perilaku Pasca Pembelian 1. Pengenalan kebutuhan (need recognition) Pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulan internal ketika salah satu kebutuhan normal−lapar, haus, seks−naik ke tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi pendorong. Selain itu pula kebutuhan juga dipicu oleh rangsangan eksternal. 31 2. Pencarian informasi Pencarian informasi merupakan tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif. Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sumber itu meliputi: a. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan kerja). b. Sumber komersial (iklan, penjualan, pengecer, bungkus, situs Web, dll). c. Sumber publik (media masa, organisasi pemberi peringkat). d. Sumber berdasarkan pengalaman (memegang, meneliti, menggunakan produk). 3. Pengevaluasian alternatif Pengevaluasian alternatif merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam serangkaian pilihan. Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situas pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis. Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan mengerjakan sedikit atau tidak mengerjakan evaluasi sama sekali, melainkan mereka membeli secara impulsif atau bergantung pada intuisi. 32 4. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, karena konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapat yang diharapkan. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tak terduga, karena keadaan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian. 5. Perilaku setelah pembelian Perilaku setelah pembelian merupakan tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidak puasan mereka. Menurut Kotler dan Armstrong (2009), yang menentukan puas tidak pusanya pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Jika produk jauh di bawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa: jika produk memenuhi harapannya, konsumen terpuaskan: jika melebihi harapannya, maka konsumen akan sangat senang. 7. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel Personal selling, Harga, Kualitas layanan dan Keputusam pembelian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : 33 Tabel. 2.1 Penelitian terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode 1 Sofy Fathya Karima (2011) Pengaruh Personal Selling Terhadap Keputusan Pembelian Produk Jasindo OTO (PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Bandung) Berdasarkan perhitungan Regresi statistik dengan linier menggunakan program SPSS 16.0 for windows,bahwa 47,6 % variabel keputusan pembelian dipengaruhi oleh personal selling dan masuk dalam kategori sedang. Sedangkan sisanya 52,4% variabel keputusan pembelian akan dipengaruhi oleh variabelvariabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 2 Jakson R.S. Weenas (2013) Kualitas Produk, Harga, Promosi Dan Kualitas Layanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Spring Bed Hasil uji membuktikan bahwa kualitas produk, harga , promosi dan kualitas layanan mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian perlu menjadi perhatian bagi manajemen PT. Massindo sinar Pratama akan kualitas pelayanan, karena hal ini berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Regresi linier berganda 34 3. Kukuh Yahya (2010) Pengaruh Personal Selling Terhadap Keputusan Pembelian Bunga Mawar Potong (Di Gapoktan Mekarsari Batu) Terdapat pengaruh yang simultan antara variabel personal selling dengan keputusan pembelian Regresi linier 4. Panji Arief Akbar (2011) Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Lokasi Terhad Hasil uji membuktikan bahwa kualitas layanan, harga dan lokasi mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Kualitas pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan maupun keinginan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian. Beradasarkan hasil analisis menunjukann variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Regresi linier berganda ap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda (Study kasus pada dealer sepeda motor Honda di Kota Banjarnegara) keputusan pembelian 35 5. Erry Analisis Pengaruh Widagdo Kualitas Layanan (2011) dan Promosi Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Komputer Pada PT XYZ Palembang Hasil uji kulitas pelayanan (X1) dan promosi (X2) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian membeli komputer (Y). Regresi linier berganda B. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini variabel independen adalah Personal selling, Harga, dan Kualitas layananan, sedangkan variabel dependen adalah Keputusan pembelian. Adapun gambaran kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Personal Selling (X1) H2 H3 Harga (X2) H4 Kualitas Layanan (X3) H1 Keputusan Pembelian (Y) 36 Sumber: Tjiptono (2008), Kotler dan Armstrong (2008), Tjiptono (2005), dan Kotler dan Armstrong (2009), yang dikembangkan dalam penelitian ini. Persaingan yang semakin tajam dalam dunia usaha menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Pemenang dari persaingan ini adalah perusahaan yang mampu memberikan produk atau jasa yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Setiap perusahaan harus mampu menarik konsumen baru setiap saat dan harus mampu mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Karena mempertahankan pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menarik pelanggan baru. Sesungguhnya persaingan yang terjadi antar perusahaan adalah pertarungan persepsi bukan sekedar pertarungan produk atau jasa. Personal selling yang baik merupakan suatu nilai tambahan disamping harga yang terjangkau bagi konsumen, selain itu kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen akan memberikan persepsi yang baik pula terhadap produk atau jasa. Sebaliknya konsumen memberikan persepsi yang buruk terhadap produk atau jasa, akan berakibat buruk terhadap profit perusahaan. Maka perusahaan harus memberikan produk atau jasa yang berkualitas yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk menimbulkan minat beli konsumen salah satu strateginya, yaitu: mempromosikan produk dan membujuk konsumen untuk memakai produk, sehingga memahami akan keberadaan produk dipasaran. Personal selling cukup efektif digunakan dalam kegiatan promosi, selain itu faktor harga dan kualitas layanan merupakan bagian penting dari penjualan produk yang ditawarkan, sehingga konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap produk yang dipromosikan. 37 Berdasarkan permasalahan tersebut di atas penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh personal selling, harga dan kualitas layanan terhadap keputusan pembelian asuransi kesehatan maestro hospital plan PT. AXA Financial Indonesia. Dengan hipotesis bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan keputusan pembelian. C. Hipotesis Hipotesis yang penulis dapatkan berdasarkan data di atas, adalah : H1 : Personal selling (X1), Harga (X2) dan Kualitas layanan (X3) berpengaruh terhadap Keputusan pembelian (Y) secara simultan. H2 : Personal selling (X1) berpengaruh terhadap Keputusan pembelian (Y) secara parsial. H3 : Harga (X2) berpengaruh terhadap Keputusan pembelian (Y) secara parsial. H4 : Kualitas layanan (X3) berpengaruh terhadap Keputusan pembelian (Y) secara parsial.