BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis, remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya.1 Salah satu tugas perkembangan sosial yang penting adalah pembentukan identitas diri, pembentukan identitas bukan merupakan sesuatu yang mudah, namun sangat penting.2 Konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalman dan interaksi dengan orang lain.3 1 Hendrianti Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006) ,hlm. 28. 2 Aliyah B.Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), hlm. 191. 3 Alex Sobur, Op.cit ,hlm. 507. 62 63 1. Konsep diri positif a. Diri Identitas Remaja yang nakal memiliki diri identitas yang baik, sopan, tidak sombong, cakep, percaya diri, ramah, memiliki fisik baik, sehat. berjiwa sosial, suka membantu orang lain. Berpenampilan baik, maco, menarik, dan tidak suka berpenampilan yang berlebihan. b. Diri perilaku Remaja memiliki diri perilaku selalu berusaha berperilaku menjadi anak yang baik. c. Diri penerimaan atau penilai Merasa puas dengan fisik yang ada dalam tubuhnya, karena sudah merasa cakep, tinggi, dan putih d. Diri fisik Remaja yang nakal memiliki konsep diri yang positif diantaranya memiliki fisik yang kuat, menarik, dan normal. e. Diri etik-mora Remaja yang pernah melanggar, karena pengaruh teman dan berusaha tidak akan mengulanginya lagi. 64 f. Diri keluarga Sebagai anak ingin selalu membantu orang tua, selalu berbuat baik kepada orang tua, selalu berusaha mematuhi perintah orang tua. g. Diri sosial Orang lain bisa menyukai, menghargai, bisa berinteraksi dengan orang lain dengan baik sehingga memiliki banyak teman. 2. Konsep diri negatif a. Diri Identitas Remaja yang memiliki konsep diri negatif diantaranya memiliki diri identitas yang selalu tidak percaya diri, selalu minder, pemalas, kurang disiplin, sering marah, sensitif ,pendiam, dan tidak ramah. Memiliki fisik yang biasa saja, kurang baik, kurang sehat, sering sakit-sakitan jelek, hitam, dan gendut. Serta berpenampilan yang kurang sopan, sederhana, tidak pernah rapi, urakan, kurang sopan, suka berpakaian metal. b. Diri perilaku Remaja memiliki konsep diri yang negatif selalu berperilaku cuek, karena dirinya merasa tidak dihargai oleh orang lain. 65 c. Diri penerimaan atau penilai Selalu belum merasa puas terhadap fisik yang adapada dirinya, kurang tinggi, kurang putih, kurang kurus, dan kurang cakep. d. Diri fisik Remaja yang memiliki konsep diri negatif memiliki fisik yang tidak menarik, lemah, gendut, dan bahkan kurus. e. Diri etik-moral Remaja mengaku pernah melanggar aturan di latar belakangi oleh teman sebaya, dan mengakui akan mengulanginya lagi tanpa rasa bersalah. f. Diri pribadi Dari wawancara yang telah di lakukakn remaja belum menjadi pribadi yang baik. g. Diri keluarga Sebagai anak yang selalu dimarahin, di spelekan orang tua, sehingga sering membantah dan jarang pulang ke rumah. h. Diri sosial Orang lain sangat membenci, tidak menghargai, tidak bisa berinteraksi karena minder dengan orang lain sehingga tidak memiliki banyak teman. 66 Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita atau yang disebut dengan konsep diri. Apakah kita memiliki konsep diri yang positif atau negatif. Dari hasil wawancara yang dilakukan remaja yang nakal memiliki konsep diri yang positif namun juga memiliki konsep diri yang negatif, tidak semua remaja yang nakal memiliki konsep diri yang negatif. B. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Remaja Delinquen di desa Lobang kecamatan Limpung kabupaten Batang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang, dari hasil wawancara yang dilakukan di peroleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri diantaranya yaitu penilaian sendiri, reaksi dan respon dari orang lain, bermain peran dan kelompok rujukan. 1. Penilaian Sendiri Faktor yang pertama yaitu penilaian diri merupakan kesan kita terhadap diri kita sendiri, dengan cara mengamati perilaku fisik secara langsung dengan mempertimbangkan keadaan fisik kita menarik atau tidak, gemuk atau kurus, penilaian-penilaian tersebut sangat berpengaruh terhadap cara kita memberi kesan terhadap diri sendiri dengan melihat apa yang kita lihat tentang diri kita. Apabila merasakan apa yang kita tidak sukai tentang diri kita, di sini kita berusaha untuk mengubahnya, hal tersebut merupaka awal dari konsep diri yang negatif terhadap diri kita sendiri. Menurut Vederber yang dikutip oleh Alex Sobur dalam Psikologi Umum menjelaskan bahwa, Semakin besar 67 pengalaman positif yang kita peroleh atau kita miliki, semakin pula positif diri kita. Sebaliknya, semakin besar pengalaman negatif yang kita peroleh atau yang kita miliki, semakin negatif konsep diri kita.4 Berdasarkan observasi serta wawancara yang telah dilakukan maka dapat dipaparkan bahwa remaja yang menilai dirinya sebagai remaja yang kuat, tampan, tinggi, putih, pintar, penyabar, sopan santun, ramah, tidak sombong maka hal tersebut mempengaruhi penilaian terhadap diri sehingga remaja memiliki konsep diri yang positif, begitu sebaliknya jika remaja menilai dirinya remaja yang lemah, jelek, tidak tampan, hitam, pendek akan mempengaruhi remaja tersebut sehingga remaja memiliki konsep diri yang negatif. 2. Reaksi dan Respon dari Orang Lain Faktor yang kedua adalah reaksi dan respon dari orang lain, konsep diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Menurut Harry Stack Sullivan yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, Jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita, sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan 4 Alex Sobur, Psikologi Umum: Dalam Lintas Sejarah, cet ke-2( Bandung: Pustaka Setia,2003),hlm.518. 68 cenderung tidak akan menyayangi diri kita.5 Orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan persepsi yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Namun tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Adapun yang paling berpengaruh diantaranya adalah orangorang yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga terutama orang tua, saudara-saudara kita, orang yang tinggal dalam satu rumah, dari merekalah secara perlahan-lahan kita akan membentuk konsep diri kita. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan, adapun yang termasuk di dalamnya yaitu ibu, bapak dan anakanak.6 Sebelum masa remaja, anak-anak bergantung secara mutlak kepada orang tua, anak diasuh dan dirawat oleh orang tua, tingkah laku anak banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh orang tua, hubungan orang tua dengan anak begitu erat sehingga orang tua padaumumnya mengetahui suasana hati dan jalan pikir anak. Akan tetapi pada masa remaja terlihat merenggangnya hubungan antara orang tua dan remaja, hubungan dalam bentuk percakapan makin jarang, dengan demikian membuat remaja berusaha untuk melepaskan untuk berdiri sendiri, disinilah awal mulanya remaja mengalami kontradisi dengan orang tua. Sejalan dengan bertambahnya pertentangan antara mereka terlihat pula keinginan yang besar pada remaja untuk berkumpul dengan 5 Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung: PT.Alumni, 2011), hlm. 24. 99-100. 69 teman sebayanya. Dengan demikian secara perlahan remaja akan membentuk konsep diri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsep diri juga dipengaruhi oleh orang lain yaitu keluarga, terutama ayah, ibu saudara. Apabila orang tua selalu memberikan senyuman, pujian, penghargaan dari mereka akan membentu konsep diri yang positif, adapun jika orang tua selalu memberika ejekan, cemoohan, akan membuat konsep diri remaja negatif. 3. Bermain Peran Peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu posisi. Pengalamanpengalaman yang umum maupun yang khusus memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada masing-masing remaja. Remaja merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda sampai ia membentuk konsep diri yang tetap atau permanen.7 Salah satu hal yang dirasakan pada remaja adalah keinginan untuk meniru orang lain karena pada masa remaja merupakan masa yang penuh kebingungan dan kekaburan akan peran sosialnya seperti mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya ayah, ibu, kakak, saudara, guru, kawan atau bintang sinetron idolanya, padahal seringkali tokoh-tokoh identifikasi itu sering bertentangan dengan dirinya. 7 176. Sarlito W Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), hlm. 70 Dalam hal ini orang tua bisa membantu pembentukan konsep diri yang positif, misalnya dengan selalu mengatakan “Kamu contoh ayah nak, dulu ayah tidak pernah membolos sekolah, sehingga nilai rapotnya baik-baik, tidak ada yang nilainya merah”. Begitu sebaliknya jika ayah yang sangat dibanggakan dan dikagumi oleh anaknya justru melarang anak itu untuk bergaul dengan sahabatnya yang sangat baik hati dan suka menolong hanya karena sahabat itu menyukai lagu-lagu rock metal yang juga digemari oleh sang remaja tersebut, hal demikian akan sangat berpengaruh dalam penilaian terhadap dirinya, sehingga dapat memiliki konsp diri yang negatif pada dirinya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peran ayah, ibu atau nenek sangat mempengaruhi konsep diri remaja, dimana remaja selalu berusaha dan meniru, akan tetapi kalau ayah, ibu, nenek atau kakak selalu tidak memotivasinya akan membentuk konsep diri yang negatif. 4. Kelompok Rujukan Kelompok rujukan adalah kelompok yang dimana kita menjadi anggota di dalamnya, jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita.8 Ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok temanteman merupakan hal yang paling utama remaja masuk kedalam suatu kelompok, kebanyaka remaja meniru apa yang dilakukan, dibuat, dipakai oleh teman-temannya satu kelompok tersebut, seperti mode pakaian, jenis musik, 8 Alex Sobur, op.cit. ,hlm. 521. 71 cara berbicara, cara bergaul dan sebagainya. Jika terjadi perbedaan pendapat antara orang tua dan teman-temannya, maka remaja biasanya lebih memihak kepada pendapat teman-temannya, karena berlainan dari teman-temannya merupakan suatu hal yang sangat menyedihkan bagi seorang remaja. Terlihat bahwa pada masa remaja merupakan masa yang saling membutuhkan dengan teman sebayanya, bagaimanapun caranya untuk mencegah terbentuknya kelompok remaja yang sering berkumpul bersamasama, akan mengalami kesulitan. Meskipun pembentukan kelompok remaja bagi remaja sendiri banyak memiliki segi positifnya yaitu mempertebal rasa kesetiakawanan, karena itu banyak remaja tetap berkeras hati dalam hal pembentukan kelompok. Namun orang tua yang berusaha melemahkan ikatan remaja terhadap mengemukakan suatu kelompoknya kelemahan, dengan kekurangannnya cara yang melarang ada di dan dalam kelompoknya. Pada umumnya remaja merasa dirinya canggung di kalangan masyarakat, akan menggabungkan diri ke dalam kelompok teman-teman sebayanya, akan tetapi kecanggungan yang dirasakan oleh semua anggota kelompok tidak lagi menjadi persoalan bagi mereka, dimana mereka semua mengalami kesulitan yang sama, kelemahan dan kekuranganpun tidak lagi menimbulkan perasaan diri yang berkurang. Remaja yang berkumpul dalam suatu kelompok dirinya merasa aman dan terlindung dari ancaman atau gangguan dari luar, rasa aman dan terlindungi sehingga dapat menimbulkan rasa persatuan yang kuat, dengan 72 demikian dapat menanamkan rasa keberanian, dari mereka yang tidak berani melakukan sesuatu sendirian menjadi berani karena dilakukan bersama dengan anggota kelompok lainnya. Kelompok remaja memiliki sifat-sifat yang positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas untuk melatih bagaimana caranya bersikap, bertingkah laku dan hubungan sosial. Namun kelompok remaja juga memiliki segi negatif, apabila ikatan antar mereka menjadi kuat, sehingga perilaku mereka menjadi “over acting” sehingga mereka disalurkan ke tujuannya yang bersifat merusak. Pada intinya gerombolan atau kelompok remaja adalah anak-anak yang normal, namun terdapat bentuk pengabaian dan demi segala sesuatu yang memuaskan, yang tidak cukup diberikan oleh orang tua mereka, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Dari hasil wawancara yang dilakukan banyak remaja yang ketika di tengah lingkungan keluarga dan kerabat sendiri mereka tidak berarti dan tidak mempunyai status sosial yang bermartabat, akan tetapi ketika di tengah kelompoknya remaja dapat merasa diberi peranan yang berarti, sehingga remaja memiliki penilaian diri sebagai remaja yang berguna, dengan demikian remaja merasa diangkat dan disanjung oleh anggota kelompok yang lain, yang kemudian dapat menumbuhkan konsep diri yang positif bagi remaja tersebut.