62 BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG

advertisement
BAB 1V
KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG
KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG
A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung
Kabupaten Batang
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik maupun psikis, remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari
orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru. Adanya
perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya membuat kebutuhan remaja
semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya.1
Salah satu tugas perkembangan sosial yang penting adalah
pembentukan identitas diri, pembentukan identitas bukan merupakan sesuatu
yang mudah, namun sangat penting.2
Konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang
meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada
pengalman dan interaksi dengan orang lain.3
1
Hendrianti Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006) ,hlm.
28.
2
Aliyah B.Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006 ), hlm. 191.
3
Alex Sobur, Op.cit ,hlm. 507.
62
63
1. Konsep diri positif
a. Diri Identitas
Remaja yang nakal memiliki diri identitas yang baik,
sopan, tidak sombong, cakep, percaya diri, ramah, memiliki
fisik baik, sehat. berjiwa sosial, suka membantu orang lain.
Berpenampilan
baik, maco, menarik, dan tidak suka
berpenampilan yang berlebihan.
b. Diri perilaku
Remaja memiliki diri perilaku selalu
berusaha
berperilaku menjadi anak yang baik.
c. Diri penerimaan atau penilai
Merasa puas dengan fisik yang ada dalam tubuhnya,
karena sudah merasa cakep, tinggi, dan putih
d. Diri fisik
Remaja yang nakal memiliki konsep diri yang positif
diantaranya memiliki fisik yang kuat, menarik, dan normal.
e. Diri etik-mora
Remaja yang pernah melanggar, karena pengaruh
teman dan berusaha tidak akan mengulanginya lagi.
64
f. Diri keluarga
Sebagai anak ingin selalu membantu orang tua, selalu
berbuat baik kepada orang tua, selalu berusaha mematuhi
perintah orang tua.
g. Diri sosial
Orang
lain
bisa
menyukai,
menghargai,
bisa
berinteraksi dengan orang lain dengan baik sehingga memiliki
banyak teman.
2. Konsep diri negatif
a. Diri Identitas
Remaja yang memiliki konsep diri negatif diantaranya
memiliki diri identitas yang selalu tidak percaya diri, selalu
minder, pemalas, kurang disiplin, sering marah, sensitif
,pendiam, dan tidak ramah. Memiliki fisik yang biasa saja,
kurang baik, kurang sehat, sering sakit-sakitan jelek, hitam,
dan gendut. Serta berpenampilan yang kurang sopan,
sederhana, tidak pernah rapi, urakan, kurang sopan, suka
berpakaian metal.
b. Diri perilaku
Remaja memiliki konsep diri yang negatif selalu
berperilaku cuek, karena dirinya merasa tidak dihargai oleh
orang lain.
65
c. Diri penerimaan atau penilai
Selalu belum merasa puas terhadap fisik yang adapada
dirinya, kurang tinggi, kurang putih, kurang kurus, dan kurang
cakep.
d. Diri fisik
Remaja yang memiliki konsep diri negatif memiliki
fisik yang tidak menarik, lemah, gendut, dan bahkan kurus.
e. Diri etik-moral
Remaja mengaku pernah melanggar aturan di latar
belakangi
oleh
teman
sebaya,
dan
mengakui
akan
mengulanginya lagi tanpa rasa bersalah.
f. Diri pribadi
Dari wawancara yang telah di lakukakn remaja belum
menjadi pribadi yang baik.
g. Diri keluarga
Sebagai anak yang selalu dimarahin, di spelekan orang
tua, sehingga sering membantah dan jarang pulang ke rumah.
h. Diri sosial
Orang lain sangat membenci, tidak menghargai, tidak
bisa berinteraksi karena minder dengan orang lain sehingga
tidak memiliki banyak teman.
66
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan
penilaian diri kita atau yang disebut dengan konsep diri. Apakah kita memiliki
konsep diri yang positif atau negatif.
Dari hasil wawancara yang dilakukan remaja yang nakal memiliki
konsep diri yang positif namun juga memiliki konsep diri yang negatif, tidak
semua remaja yang nakal memiliki konsep diri yang negatif.
B. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Remaja Delinquen di
desa Lobang kecamatan Limpung kabupaten Batang.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang, dari
hasil wawancara yang dilakukan di peroleh bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri diantaranya yaitu penilaian sendiri, reaksi dan
respon dari orang lain, bermain peran dan kelompok rujukan.
1. Penilaian Sendiri
Faktor yang pertama yaitu penilaian diri merupakan kesan kita
terhadap diri kita sendiri, dengan cara mengamati perilaku fisik secara
langsung dengan mempertimbangkan keadaan fisik kita menarik atau tidak,
gemuk atau kurus, penilaian-penilaian tersebut sangat berpengaruh terhadap
cara kita memberi kesan terhadap diri sendiri dengan melihat apa yang kita
lihat tentang diri kita.
Apabila merasakan apa yang kita tidak sukai tentang diri kita, di sini
kita berusaha untuk mengubahnya, hal tersebut merupaka awal dari konsep
diri yang negatif terhadap diri kita sendiri. Menurut Vederber yang dikutip
oleh Alex Sobur dalam Psikologi Umum menjelaskan bahwa, Semakin besar
67
pengalaman positif yang kita peroleh atau kita miliki, semakin pula positif diri
kita. Sebaliknya, semakin besar pengalaman negatif yang kita peroleh atau
yang kita miliki, semakin negatif konsep diri kita.4
Berdasarkan observasi serta wawancara yang telah dilakukan maka
dapat dipaparkan bahwa remaja yang menilai dirinya sebagai remaja yang
kuat, tampan, tinggi, putih, pintar, penyabar, sopan santun, ramah, tidak
sombong maka hal tersebut mempengaruhi penilaian terhadap diri sehingga
remaja memiliki konsep diri yang positif, begitu sebaliknya jika remaja
menilai dirinya remaja yang lemah, jelek, tidak tampan, hitam, pendek akan
mempengaruhi remaja tersebut sehingga remaja memiliki konsep diri yang
negatif.
2. Reaksi dan Respon dari Orang Lain
Faktor yang kedua adalah reaksi dan respon dari orang lain, konsep
diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendiri,
namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat.
Menurut Harry Stack Sullivan yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat
dalam Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, Jika kita diterima orang
lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung
bersikap menghormati dan menerima diri kita, sebaliknya bila orang lain
selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan
4
Alex Sobur, Psikologi Umum: Dalam Lintas Sejarah, cet ke-2( Bandung: Pustaka
Setia,2003),hlm.518.
68
cenderung tidak akan menyayangi diri kita.5 Orang-orang yang dinilai baik
oleh orang lain, cenderung memberikan persepsi yang tinggi juga dalam
menilai dirinya.
Namun tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama
terhadap diri kita. Adapun yang paling berpengaruh diantaranya adalah orangorang yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga terutama orang tua,
saudara-saudara kita, orang yang tinggal dalam satu rumah, dari merekalah
secara perlahan-lahan kita akan membentuk konsep diri kita.
Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau
perkawinan, adapun yang termasuk di dalamnya yaitu ibu, bapak dan anakanak.6 Sebelum masa remaja, anak-anak bergantung secara mutlak kepada
orang tua, anak diasuh dan dirawat oleh orang tua, tingkah laku anak banyak
dipengaruhi dan ditentukan oleh orang tua, hubungan orang tua dengan anak
begitu erat sehingga orang tua padaumumnya mengetahui suasana hati dan
jalan pikir anak. Akan tetapi pada masa remaja terlihat merenggangnya
hubungan antara orang tua dan remaja, hubungan dalam bentuk percakapan
makin jarang, dengan demikian membuat remaja berusaha untuk melepaskan
untuk berdiri sendiri, disinilah awal mulanya remaja mengalami kontradisi
dengan orang tua. Sejalan dengan bertambahnya pertentangan antara mereka
terlihat pula keinginan yang besar pada remaja untuk berkumpul dengan
5
Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
6
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung: PT.Alumni, 2011), hlm. 24.
99-100.
69
teman sebayanya. Dengan demikian secara perlahan remaja akan membentuk
konsep diri.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengaruh konsep diri juga dipengaruhi oleh orang lain yaitu keluarga,
terutama ayah, ibu saudara. Apabila orang tua selalu memberikan senyuman,
pujian, penghargaan dari mereka akan membentu konsep diri yang positif,
adapun jika orang tua selalu memberika ejekan, cemoohan, akan membuat
konsep diri remaja negatif.
3. Bermain Peran
Peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku yang
mesti dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu posisi. Pengalamanpengalaman yang umum maupun yang khusus memberikan pengaruh yang
berbeda-beda
pada
masing-masing
remaja.
Remaja
merencanakan
pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda sampai ia membentuk
konsep diri yang tetap atau permanen.7
Salah satu hal yang dirasakan pada remaja adalah keinginan untuk
meniru orang lain karena pada masa remaja merupakan masa yang penuh
kebingungan dan kekaburan akan peran sosialnya seperti mengidentifikasikan
dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya ayah, ibu, kakak, saudara,
guru, kawan atau bintang sinetron idolanya, padahal seringkali tokoh-tokoh
identifikasi itu sering bertentangan dengan dirinya.
7
176.
Sarlito W Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), hlm.
70
Dalam hal ini orang tua bisa membantu pembentukan konsep diri yang
positif, misalnya dengan selalu mengatakan “Kamu contoh ayah nak, dulu
ayah tidak pernah membolos sekolah, sehingga nilai rapotnya baik-baik, tidak
ada yang nilainya merah”. Begitu sebaliknya jika ayah yang sangat
dibanggakan dan dikagumi oleh anaknya justru melarang anak itu untuk
bergaul dengan sahabatnya yang sangat baik hati dan suka menolong hanya
karena sahabat itu menyukai lagu-lagu rock metal yang juga digemari oleh
sang remaja tersebut, hal demikian akan sangat berpengaruh dalam penilaian
terhadap dirinya, sehingga dapat memiliki konsp diri yang negatif pada
dirinya.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peran ayah, ibu atau
nenek sangat mempengaruhi konsep diri remaja, dimana remaja selalu
berusaha dan meniru, akan tetapi kalau ayah, ibu, nenek atau kakak selalu
tidak memotivasinya akan membentuk konsep diri yang negatif.
4. Kelompok Rujukan
Kelompok rujukan adalah kelompok yang dimana kita menjadi
anggota di dalamnya, jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti
mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita.8
Ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok temanteman merupakan hal yang paling utama remaja masuk kedalam suatu
kelompok, kebanyaka remaja meniru apa yang dilakukan, dibuat, dipakai oleh
teman-temannya satu kelompok tersebut, seperti mode pakaian, jenis musik,
8
Alex Sobur, op.cit. ,hlm. 521.
71
cara berbicara, cara bergaul dan sebagainya. Jika terjadi perbedaan pendapat
antara orang tua dan teman-temannya, maka remaja biasanya lebih memihak
kepada pendapat teman-temannya, karena berlainan dari teman-temannya
merupakan suatu hal yang sangat menyedihkan bagi seorang remaja.
Terlihat bahwa pada masa remaja merupakan masa yang saling
membutuhkan dengan teman sebayanya, bagaimanapun caranya untuk
mencegah terbentuknya kelompok remaja yang sering berkumpul bersamasama, akan mengalami kesulitan. Meskipun pembentukan kelompok remaja
bagi remaja sendiri banyak memiliki segi positifnya yaitu mempertebal rasa
kesetiakawanan, karena itu banyak remaja tetap berkeras hati dalam hal
pembentukan kelompok. Namun orang tua yang berusaha melemahkan ikatan
remaja
terhadap
mengemukakan
suatu
kelompoknya
kelemahan,
dengan
kekurangannnya
cara
yang
melarang
ada
di
dan
dalam
kelompoknya.
Pada umumnya remaja merasa dirinya canggung di kalangan
masyarakat, akan menggabungkan diri ke dalam kelompok teman-teman
sebayanya, akan tetapi kecanggungan yang dirasakan oleh semua anggota
kelompok tidak lagi menjadi persoalan bagi mereka, dimana mereka semua
mengalami kesulitan yang sama, kelemahan dan kekuranganpun tidak lagi
menimbulkan perasaan diri yang berkurang.
Remaja yang berkumpul
dalam suatu kelompok dirinya merasa
aman dan terlindung dari ancaman atau gangguan dari luar, rasa aman dan
terlindungi sehingga dapat menimbulkan rasa persatuan yang kuat, dengan
72
demikian dapat menanamkan rasa keberanian, dari mereka yang tidak berani
melakukan sesuatu sendirian menjadi berani karena dilakukan bersama
dengan anggota kelompok lainnya.
Kelompok remaja memiliki sifat-sifat yang positif dalam hal
memberikan kesempatan yang luas untuk melatih bagaimana caranya
bersikap, bertingkah laku dan hubungan sosial. Namun kelompok remaja juga
memiliki segi negatif, apabila ikatan antar mereka menjadi kuat, sehingga
perilaku mereka menjadi “over acting” sehingga mereka disalurkan ke
tujuannya yang bersifat merusak. Pada intinya gerombolan atau kelompok
remaja adalah anak-anak yang normal, namun terdapat bentuk pengabaian dan
demi segala sesuatu yang memuaskan, yang tidak cukup diberikan oleh orang
tua mereka, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan banyak remaja yang ketika di
tengah lingkungan keluarga dan kerabat sendiri mereka tidak berarti dan tidak
mempunyai status sosial yang bermartabat, akan tetapi ketika di tengah
kelompoknya remaja dapat merasa diberi peranan yang berarti, sehingga
remaja memiliki penilaian diri sebagai remaja yang berguna, dengan demikian
remaja merasa diangkat dan disanjung oleh anggota kelompok yang lain, yang
kemudian dapat menumbuhkan konsep diri yang positif bagi remaja tersebut.
Download