BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama di dunia. Ketiga lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia, lempeng Australia dan lempeng Pasifik. Lempeng Eurasia dan lempeng Australia bertemu dari sebelah barat Pulau Sumatra ke sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke sebelah timur Pulau Maluku, sedangkan lempeng Pasifik dan lempeng Australia bertemu di sebelah utara Pulau Papua. Ketiga lempeng ini terus bergeser setiap tahunnya, mengakibatkan guncangan atau goyangan di pulau-pulau di Indonesia. Besarnya guncangan tergantung dari seberapa besar pergeseran lempeng yang terjadi. Guncangan tersebut yang biasa kita sebut dengan gempa. Bergesernya lempeng-lempeng tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya gempa di Indonesia. Masih ada lagi penyebab lain terjadinya gempa di Indonesia, yaitu akibat letusan gunung api, tsunami, banjir karena luapan sungai dan lain-lain. Tidak jarang Indonesia dikagetkan dengan suara letusan gunung api yang akhirnya berujung pada gempa, seperti letusan Gunung Api Sinabung di Sumatra Utara tahun 2014 silam. Akibat letusan tersebut terjadi gempa yang cukup banyak merenggut korban jiwa, mulai dari yang luka ringan sampai meninggal. Dari beberapa gempa yang sudah terjadi di Indonesia, tidak sedikit orang atau warga yang menjadi korban karena tertimpa dinding rumahnya sendiri saat ingin mengamankan diri keluar dari rumah. Terlebih pada mereka yang tinggal di rumah sederhana, dimana perbandingan pasir dan semen untuk membentuk mortar kebanyakan tidak sesuai dengan standar yang dianjurkan, karenanya dinding tidak optimal dalam menahan gaya horizontal yang terjadi akibat gempa. Adapun pada awal tahun ini Nepal, salah satu negara di Asia, dilanda gempa bumi yang hebat berskala 7,8 SR. Gempa Nepal ini memakan korban jiwa lebih dari 7.500 orang, dimana penyebab dominan dari kematian korban adalah keruntuhan 1 2 dinding pasangan bata rumah-rumah penduduk. Melihat dari peristiwa gempa yang terjadi di Indonesia maupun Nepal belakangan ini, menunjukkan bahwa dinding pasangan bata sangatlah rawan untuk runtuh saat terjadi gempa, yang dapat menimpa masyarakat saat sedang evakuasi/melarikan diri. Dirasa perlu untuk menambah perkuatan pada dinding agar tidak langsung runtuh saat dinding sudah gagal. Sifat dinding adalah getas, yaitu akan langsung hancur atau runtuh jika sudah tidak kuat lagi menahan beban atau gaya, sehingga wajar saja saat terjadi gempa banyak korban jiwa yang tertimpa reruntuhan dinding saat ingin pergi meninggalkan rumah. Oleh karena itu pada penelitian ini mencoba untuk membantu membuat dinding tidak sepenuhnya getas, namun menjadikannya sedikit lebih daktil. Strapping band yang dianyam pada dinding diharapkan dapat menahan dinding yang sudah runtuh akibat gaya gempa, dan memberikan waktu tambahan kepada masyarakat untuk menyelamatkan diri keluar dari rumah. Keunggulan dari strapping band ini yaitu mudah didapatkan, mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi dan juga murah sehingga tidak terlalu memberatkan ongkos masyarakat untuk membelinya. Berdasarkan sifat-sifat di atas peneliti merasa strapping band cocok untuk menjadi bahan perkuatan tambahan pada dinding agar dinding memiliki sifat daktil yang mampu menahan reruntuhan dinding. Dalam pengujian ini dinding diberi dua perlakuan, yaitu dinding dengan perkuatan anyaman strapping band dengan ukuran lebar sekitar 7 mm yang diperoleh dengan membelah menjadi 2 bagian dan dinding dengan perkuatan anyaman strapping band dengan ukuran lebar sekitar 4,5 mm yang diperoleh dengan membelah menjadi 3 bagian. Masing-masing perlakuan dibuat 3 benda uji agar mengeluarkan hasil yang cukup akurat saat pengujian di laboratorium. Kemudian hasil pengujian dinding ini juga akan dibandingkan dengan dinding biasa yang tidak ditambahkan dengan perkuatan strapping band. Semua dinding tersebut akan diuji lentur di laboratorium dengan tumpuan sendi-rol. Pengujian seperti ini akan mengibaratkan gaya horizontal yang terjadi pada dinding saat terjadi gempa. 3 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah pengaruh pemasangan anyaman strapping band dengan variasi ukuran (dibelah) terhadap dinding pasangan bata merah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memperoleh grafik hubungan antara momen dan lendutan dinding pasangan bata merah, termasuk di dalamnya kekakuan dan kekuatan saat pengujian, dengan dan tanpa perkuatan strapping band lebar 7 mm dan 4,5 mm (dibelah menjadi 2 dan 3 bagian) serta dibebani lentur arah tegak lurus dinding dengan arah retak vertikal. b. Memperoleh kapasitas momen dinding pasangan bata merah dengan dan tanpa perkuatan strapping band lebar 7 mm dan 4,5 mm (dibelah menjadi 2 dan 3 bagian) serta dibebani lentur arah tegak lurus dinding dengan arah retak vertikal. c. Mengetahui kuat lentur yang mampu didukung oleh dinding pasangan bata merah dengan dan tanpa perkuatan strapping band lebar 7 mm dan 4,5 mm (dibelah menjadi 2 dan 3 bagian) serta dibebani lentur arah tegak lurus dinding dengan arah retak vertikal. d. Mengetahui perilaku dan pola runtuh/retak dinding pasangan bata merah dengan dan tanpa perkuatan strapping band lebar 7 mm dan 4,5 mm (dibelah menjadi 2 dan 3 bagian) serta dibebani lentur arah tegak lurus dinding dengan arah retak vertikal. e. Mengetahui aman atau tidaknya dinding dengan perkuatan strapping band dibelah yang dipasang pada rumah sederhana tipe 45 jika diaplikasikan di wilayah Palu, Sulawesi Tengah dengan program SAP2000. f. Mengetahui perbandingan harga dinding jika diperkuat dengan strapping band dan kawat kasa untuk ukuran luas 1 m2 dinding. 4 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang karakteristik dinding pasangan bata yang diperkuat dengan strapping band lebar 7 mm dan 4,5 mm (dibelah menjadi 2 dan 3 bagian). b. Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di lapangan guna membantu masyarakat menyelamatkan diri saat terjadi gempa dan mengurangi jumlah korban jiwa akibat keruntuhan dinding. c. Dengan penelitian ini penulis dapat membandingkan kapasitas momen, lendutan dan daktilitas yang terjadi pada dinding dengan dan tanpa perkuatan strapping band. 1.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian yang digunakan oleh penulis antara lain sebagai berikut: a. Dinding yang dibuat dan diuji adalah dinding pasangan bata merah susunan horizontal dengan dan tanpa diperkuat strapping band serta plesteran. b. Strapping band yang digunakan memiliki variasi yaitu strapping band dengan ukuran lebar sekitar 7 mm (dibelah menjadi 2 bagian) dan ukuran lebar sekitar 4,5 mm (dibelah menjadi 3 bagian). Kemudian kedua variasi strapping band tersebut dianyam pada dinding untuk dijadikan perkuatan. c. Kapasitas momen, kuat lentur dan kekakuan yang ditinjau hanya pada kondisi elastis dinding. d. Pemodelan struktur dinding pada rumah tipe 45 dibuat 3D dan dianalisis dengan SAP2000. e. Analisis yang dilakukan terbatas pada elemen dinding (shell). 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian dinding pasangan bata merah dengan perkuatan strapping band yang dibebani lentur arah tegak lurus dinding ini akan melengkapi penelitian dinding 5 pasangan bata merah dengan perkuatan yang sama yang telah dilakukan sebelumnya antara lain oleh: a. Adiartha (2009) melakukan penelitian tentang: Penggunaan Strapping band untuk Meningkatkan Daktalitas Lentur Tegak Lurus Bidang Dinding Bata Merah Pejal untuk Retakan Arah Vertikal Studi Kasus : Plesteran 1:4 Mortar 1:6 menggunakan strapping band sebagai perkuatan untuk tebal plasteran 1 dan 2 cm dengan jumlah strapping 1, 2 dan 3, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. b. Wagirah (2009) melakukan penelitian tentang: Penggunaan Strapping band untuk Meningkatkan Daktalitas Lentur Tegak Lurus Bidang Dinding Bata Merah Pejal untuk Retakan Arah Vertikal Studi Kasus : Plesteran 1:4 Mortar 1:8 menggunakan strapping band sebagai perkuatan untuk tebal plasteran 1 dan 2 cm dengan jumlah strapping 1, 2 dan 3, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. c. Neo (2014) melakukan penelitian tentang: Tinjauan Daktilitas Lentur Dinding Bata Merah dengan Strapping band Arah Retak Vertikal (Studi Kasus: Dinding Plesteran 1 cm dengan Beban Siklik Quasistatik), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. d. Pratama (2014) melakukan penelitian tentang: Tinjauan Lentur Dinding Bata Merah dengan Perkuatan Strapping band Arah Retak Vertikal (Studi Kasus: Tebal Plesteran 2 cm dengan Beban Siklik Quasistatik), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. e. Sathiparan, dkk (2013) melakukan penelitian tentang: Experimental Investigation On The Seismic Performance Of PP-Band Strengthening Stone Masonry Houses, Department of Civil and Environmental Engineering, University of Ruhuna, Galle, Srilanka. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Adiartha (2009), Wagirah (2009), Neo (2014), Pratama (2014) dan Sathiparan, dkk (2013). Penelitian terdahulu juga memanfaatkan strapping 6 band sebagai perkuatan dinding pasangan bata merah yang dibebani arah tegak lurus dinding dengan arah retak vertikal agar menambah dan meningkatkan daktilitas dinding. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perlakuan strapping band sebagai perkuatan dinding dan tipe pembebanan yang diberikan pada dinding. Perlakuan strapping band pada penelitian ini adalah strapping band yang dibelah menjadi 2 dan 3 bagian. Kemudian tipe pembebanan pada penelitian ini adalah beban statis satu arah, berbeda dengan penelitian terdahulu milik Neo (2014) dan Pratama (2014) yang menggunakan beban siklik quasistatik. Dari penelitian terdahulu didapatkan hasil kurva beban dan lendutan untuk pembebanan siklik quasistatik dengan pembebanan statis satu arah adalah sama.