Panduan Pekan Pendidikan Kristen

advertisement
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
PENGANTAR
PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN
(PEPENKRIS) GKSBS 2014
Pendidikan berlangsung sejak manusia berada dalam kandungan sampai manusia kembali
menghadap Allah Sang Pencipta. Oleh sebab itu hendaknya dimaknai bahwa pendidikan adalah
proses yang tidak pernah berhenti, proses pendidikan akan berlangsung terus sehingga manusia
akan memahami makna dan tujuan hidupnya. Proses untuk mewujudkan kualitas hidup
sebagaimana yang dikehendaki Allah yang telah mengaruniakan kehidupan. Untuk mewujudkan
proses yang sungguh dan benar tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kesungguhan yang
dilakukan terus menerus.
Menyelenggarakan proses pendidikan juga menolong setiap peserta didik untuk menemukan
talenta/karunia dalam hidupnya. Pendidkan juga harus menyadarkan setiap peserta didik bahwa
untuk memetik hasil harus memerlukan perjuangan dan kesungguhan dalam prose belajar.
Menyadari betapa pendidikan memerlukan perhatian yang serius maka Pekan Pendidikan Kristen
Tahun 2014 mengambil Tema “Belajar, Berproses dan Bertumbuh”
Untuk mendukung tema tersebut, maka bahan-bahan yang disajikan diupayakan akan dapat saling
melengkapi satu dengan lainnya. Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam mempersiapkan
bahan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran demi perbaikan
pelaksanaan Pekan Pendidikan Kristen akan tetap kami terima dengan sukacita.
Panduan Kegiatan Untuk Gereja/Jemaat
No
1
Kegiatan
Ibadah
Pembukaan
Pekan
Pendidikan
Kristen 2014
Peserta
Anggota
Jemaat
GKSBS
Waktu
Minggu,
24
Agustus
2014
Sarasehan
Anggota
Jemaat
GKSBS
3
Renungan
Keluarga 1
Keluargakeluarga
Kristen
atau
kelompok
PA
Selasa,
26
Agustus
2014
4
Pemahaman
Alkitab
Keluarga
Anggota
Jemaat
GKSBS
Rabu, 27
Agustus
2014.
2
Senin, 25
Agustus
2014
Dimana
Keterangan
GKSBS
masingmasing
Dihimpun
persembahan
tambahan 1 kantong
Gereja
atau
Kelompok
PA
Dihimpun
persembahan 1
kantong
Dirumah
masingmasing
atau di
kelompok
PA
Kelompok
PA
[1]
Dihimpun
persembahan 1
kantong
Dihimpun
persembahan 1
kantong
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
5
6
7
Renungan
Keluarga 2
Aktivitas
Gereja
Ibadah
Penutupan
Pekan
Pendidikan
Kristen 2014
Keluargakeluarga
Kristen
atau
kelompok
PA
Anggota
Jemaat
Anggota
Jemaat
GKSBS
Kamis,
28
Agustus
2014
JumatSabtu,
29-30
Agustus
2014.
Minggu
31
Agustus
2014
Dirumah
masingmasing
atau di
kelompok
PA
Di gereja
GKSBS
Masingmasing
Dihimpun
persembahan 1
kantong
Setiap keluarga
/anggota jemaat
menyumbang-kan 1
(satu) buah buku
untuk membuat
perpustakaan di
gereja. Gotong
Royong
di sekitar gereja.
Dihimpun
persembahan
tambahan 1 kantong.
Gereja/Sekolah
mengadakan evaluasi
Pepenkris 2014
sebagai bahan
masukan ke Sinode
Keterangan:
1. Persembahan yang dihimpun baik melalui ibadah pembukaan, PA dan penutupan,
peruntukannya adalah sebagai berikut: 50% persembahan untuk membiayai kegiatan di gereja
atau sekolah dan 50% dikirim ke Sinode untuk mendukung Penerbitan Sinode GKSBS. Tiaptiap jemaat dapat menggunakan untuk aksi-aksi dalam rangka melaksanakan kegiatan pekan
pendidikan di jemaatnya masing-masing. Dan jika mungkin untuk membiayai pembinaanpembinaan jemaat yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan pekan ini.
2. Pada prinsipnya, setiap gereja diberi kebebasan untuk melakukan aksi atau kegiatan yang
mendukung dan bermanfaat disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Beberapa kegiatan yang dimungkinkan untuk dipertimbangkan, yaitu:
a. Bagi Gereja yang memiliki unit sekolah akan sangat baik bila dalam ibadah pembukaan atau
penutupan melibatkan para guru, karyawan dan siswa dalam melayani ibadah baik itu
sebagai pemimpin pujian (Liturgos), penyambut jemaat, petugas penghimpun persembahan,
atau bahkan pengkotbah. Demikian pula para siswa diberi kesempatan untuk mengisi pujipujian.
b. Aksi bersama dengan cara setiap keluarga atau warga jemaat menyumbangkan 1 (satu) buah
buku untuk perpustakaan di gereja yang akan membangun minat baca anak-anak.
Bergotong royong membersihkan lingkungan gereja dan sekolah yang melibatkan anggota
jemaat, guru, karyawan dan para siswa. Setelah itu diadakan kebersamaan dengan
menyiapkan hidangan ringan.
c. Memberikan beasiswa (bantuan studi) atau penghargaan bagi anak-anak yang berprestasi
disekolahnya dengan tujuan untuk memberi motivasi kepada anak-anak agar memiliki
semangat untuk menjadi lebih baik.
[2]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
d. Mencari orang tua asuh bagi anak anggota jemaat yang kurang mampu baik dari intern
anggota jemaat maupun sponsor.
Panduan Kegiatan Untuk Sekolah
Hari/Tanggal
Awal Agustus
2014
Minggu, 24-82014
Uraian Kegiatan
Setiap sekolah membentuk panitia kecil, menyusun perencanaan
kegiatan, sosialisasi kegiatan ke warga sekolah, Membuat baner
yang bertuliskan tema Pepenkris 2014 dan HUT RI Ke-69
(disatukan dalam satu baner)
Setiap sekolah mengisi pujian di gereja terdekat, dalam rangka
pembukaan Pepenkris 2014.
Senin, 25-82014
Renungan Pembukaan Pepenkris di sekolah, dipimpin oleh Kepala
Sekolah atau Guru yang ditunjuk.
Materi renungan disesuaikan dengan tema, subtema dan
dikorelasikan dengan semangat HUT RI Ke-69.
Persembahan 1 kali (untuk membiayai kegiatan Pepenkris)
Selasa, 26-82014
Pagi: Renungan bersama (Guru, Karyawan dan Siswa), bisa ruang
maupun dilapangan
Siang: Guru/Karyawan mengadakan kegiatan sarasehan, dengan
materi yang telah disediakan.
Jika lingkungan sekolah saling berdekatan (TK-SMA) agar
dilaksanakan secara bersama
Rabu, 27-82014
Renungan bersama, menggunakan bahan yang telah disediakan
Kamis, 28-82014
Renungan bersama, materi membuat sendiri, disesuaikan dengan
tingkat sekolah masing-masing.
Pemantapan Persiapan Kegiatan/Apresiasi 2014.
Jumat, 29-82014
Melaksanakan kegiatan peduli kasih, diusahakan warga sekolah
semua berpartisipasi, seperti:
- Kebersihan lingkungan sekolah, gereja, Balai Desa
masyarakat
- Mengumpulkan pakaian pantas pakai
- Mengumpulkan buku untuk perpustakaan sekolah
- Mengumpulkan beras, Mie Instan
Hasil peduli kasih dibagikan ke siswa dan atau masyarakat
dilingkungan sekolah/umum yang dipandang membutuhkan.
Sabtu, 30-82014
Minggu, 31-82014
Gereja dan Sekolah dapat mengadakan kegiatan Apresiasi/Pentas
Seni dikaitkan dengan HUT RI Ke-69, seperti:
- Mengadakan Karnaval, untuk sekolah yang berdekatan
bisa bergabung
- Mengadakan lomba paduan suara, membaca puisi, Yel-yel
proklamasi, kebersihan kelas, mading, dan atau
permainan-permainan yang bernuansa mendidik.
Setiap sekolah mengisi pujian di gereja terdekat, dalam rangka
penutupan Pepenkris 2014.
[3]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Majelis Pekerja Sinode GKSBS mengucapkan terimakasih kepada; bapak-ibu guru; SD, SMP,
SMA, SMK. Para Dosen, Fasilitator Diklat, Jemaat dan Majelis GKSBS-Bengkulu, yang dengan
melalui proses diskusi, sharing dan beberapa kali pertemuan, telah berkenan menulis dan
menyusun bahan Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014. Kiranya ini menjadi berkat bagi kita
semua.
Demikian panduan Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014 ini kami sajikan. Selamat
melaksanakan Pekan Pendidikan Kristen 2014, Tuhan menyertai, Tuhan memberkati, amin!
Metro, Lampung, Juni 2014
Majelis Pekerja Sinode GKSBS
Pdt. Christya Prihanto Poetro, M.Th
Sekretaris
[4]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
KOTBAH PEMBUKAAN
PENDIDIKAN KRISTEN GKSBS 2014
BACAAN AMSAL 3: 11 – 26
PEKAN
“BELAJAR, BERPROSES DAN BERTUMBUH”
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus kristus.
Hari ini kita membuka masa pekan pendidikan Kristen GKSBS 2014, ditengah keprihatinan
terjadinya kekerasan terhadap anak didik yang menjadi korban dan anak didik yang menjadi pelaku
kekerasan, ini, di manapun bisa terjadi. Berikut ini beberap contoh nyata yang bisa menjadi
permenungan kita bersama;
Demikian kisahnya; . . . . . . .
“Ketika pemain belakang Barcelona, Dani Alves, dilanggar dengan keras oleh lawannya, pemain
belakang Real Madrid, Pepe, anak remaja disebelah saya (ketika nonton bareng) sekonyongkonyong berteriak: “Sudah. . . senter aja. . . senter aja . . .” Wajah remaja 14 tahun itu serius
menatap kotak kaca (TV), seolah ia berada langsung di stadion kesebelasan faforitnya, Nou Camp,
Spanyol.
“Senter” sebuah istilah sepak bola “tarkam” (antar kampung) yang artinya menendang bola
dengan sekuat-kuatnya kearah bagian penting tubuh orang lain, seperti kepala, dada, perut atau
bagian alat vital. Keterkejutan saya dengan seruan keras anak itu tak ada apa-apanya ketimbang
rasa kaget dan sedih saat mendengar jawaban yang saya dengar darinya ketika saya bertanya, “Biar
apa disenter?” jawabnya, “Ya, biar mati aja sekalian”. Kedua biji matanya tak lepas dari layar
kaca TV.
Lain tempat dan waktu, seorang gadis kelas II SMP menulis kegelisahannya via Twitter kepada
sang pacar tentang salah seorang teman sekelasnya yang terus mengganggu dan menggodanya agar
mau menjadi kekasihnya. “Padahal kan aku sudah jadi pacar kamu” kicaunya di gadget yang
super canggih. “Kurang ajar , biar nanti gw tabok bolak-balik tu co” Twet balasan datang dari
sang pacar. “Ya pukulin aja ampe abis”, segera sang gadis kembali berkicau, “jangan tanggung,
ampe mampus biar ntar gw yg nguburin”
Kisah ini buka fiksi atau rekaan pengarang, kisah ini adalah realitas yang benar terjadi, bukan hanya
pada dua remaja yang menjadi ihwal kisah diatas, namun boleh jadi juga terjadi dengan anak-anak
dan remaja kita. Kekerasan sudah bersemayang dan hampir permanen dalam kepala mereka, dalam
pikiran dan sudut-sudut di ruang imajiner mereka, apa yang terjadi dengan anak-anak remaja kita?
(Kompas, 30-05-2014, hlm 6)
Berikut ini adalah kenyataan anak-anak yang menjadi korban kekerasan; kejahatan seksual di
Taman Kanak-kanak Jakarta Internasional School, kasus kekerasan seksual di Sukabumi yang
korbannya lebih dari seratus anak dan di tempat-tempat lainnya, adalah kasus nyata tentang
kekerasan (juga kekerasan seksual) terhadap anak.
Ada lagi seorang anak SD yang meninggal karena dikeroyok teman-temanya, ini terjadi akibat
anak-anak yang melihat game dalam gadget nya ingin memparktekkan tendangan, pukulan dan
bantingan dan yang menjadi sasaran adalah temannya yang kebetulan sedikit saja berbuat
kesalahan.
Pelaku kekerasan bisa siapasaja, korbannya juga bisa anak-anak siapa saja. Menyadari kenyataan
tersebut, melalui Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014 kita diajak untuk merefleksi ulang, untuk
menyadari dan menata ulang peran keluarga, sekolah dan gereja sebagai tempat yang aman dan
nyaman untuk anak-anak kita; belajar, berproses dan bertumbuh kearah dewasaannya dengan wajar
dan tanpa kekerasan
[5]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Dalam kehidupan umat Allah, Pendidikan dan pengajaran pertama dan utama dilaksanakan di
dalam keluarga, anak setapak demi setapak, pelan namun pasti diperkenalkan dengan tradisi iman
keluarganya, iman bangsanya. Orangtua mengajarkan perintah-perintah Allah; “haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, apabila engkau
duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan
apabila engkau bangun” (Ul.6:7)
Ungkapan dalam bacaan kita hari ini:”Hai anakku . . .”(sampai tiga kali pada ayat 1,11 dan 21)
adalah sapaan khas yang terjadi di dalam keluarga-keluarga umat Allah pada waktu itu, ini juga
mengandung makna bahwa interaksi terjadinya pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam
suasana; mesra, intim, terbuka (jujur, apa adanya) dan menyahabat di dalam keluarga (antara anak
dan orangtuanya).
Ketika seorang anak menerima kasih dan kehangatan dari Bapak dan Ibunya, yang terwujud;
melalui belaian tangan, sorot mata yang lembut dan teduh, kata-kata yang riang penuh penghargaan,
kesediaan mendengar cerita dan pergumulan dan tanggapan terhadap kebutuhan–kebutuhan fisik
dan phsikisnya, di saat-saat itulah seorang anak mempelajari dan merasakan kepercayaan yang
paling dasar. Pengalaman akan kasih orangtuanya merukapan sarana pertama dan utama bagi
seorang anak untuk menerima kasih Allah melalui orang lain. Bagi sang anak, secara alamiah,
orangtuanya merupakan model dan citra tentang Allah dan kehadiran-Nya.
Atas dasar nilai-nilai yang dirasakan dan dimiliki anak-anak ketika terjadi interaksi pendidikan dan
pengajaran di dalam keluarga, kiranya akan mendapat keberlanjutannya di sekolah formal, oleh
sebab itu jangan membiarkan anak mencari sekolah sendiri, pertimbangan keluarga sangat
diperlukan sebelum anak menentukan sekolah dan jurusan yang dipilihnya.
Kita sangat berharap dalam pendidikan di sekolah formal, anak-anak kita akan dapat menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki wawasan, pemahaman dan pengetahuan untuk mencapai
suatu ketrampilan (atau kompetensi) tertentu. Selain itu kita juga berharap anak-anak akan
mendapat pendidikan yang membangun karakternya, sehingga mengenal perbedaan antara apa yang
indah dan apa yang jelek atau buruk, akan membuat anak peka, peduli tentang suasana hati orang
lain dan tumbuh benih-benih empatinya serta anak-anak kita akan menyadari apa yang benar secara
moral, dan apa yang salah secara moral atau apa yang baik dan buruk secara moral. Anak-anak kita
akan mengenal dan tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Dari renungan ini ada beberapa hal yang dapat kita jadikan pembelajaran kita bersama dalam Pekan
Pendidikan Kristen GKSBS-2014 ini, sebagai berikut:
1. Proses dan interaksi pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga adalah sesuatu yang sangat
berharga, artinya harus diupayakan selalu ada dan terus menerus; keterbukaan dan kejujuran
yang terwujud dengan adanya ketersalingan untuk mendengar dan di dengar antara anak dan
orang tua, adanya konsensus-konsensus yang dibangun dan disepakati; mana/apa yang boleh dan
mana/apa yang tidak boleh, juga sangsi bila mengingkari konsessus, harus juga disepakati
bersama.
2. Kekerasan fisik dan kekerasan seksual (paedofilia) kepada anak-anak adalah suatu kenyataan
yang sangat nggegirisi, tidak beradab. Demikian juga anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan
sungguh sebuah perilaku yang di luar dugaan kita semua. Adalah usaha yang sangat berat untuk
memberantasnya. Namun demikian; keluarga, sekolah (masyarakat dan pemerintah) dan Gereja
[6]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
yang adalah lembaga permanen yang seharusnya selalu tanggap akan keadaan, responsive
terhadap gejala yang berkembang, harus selalu memperlangkapi diri; dan menjadi tempat kita
dan anak-anak kita mempertahankan daya hidup lewat pendidikan nilai, moralitas, etika dan
estetika. Menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi kita dan anak-anak kita untuk terus
belajar, berproses dan bertumbuh.
3. Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014 adalah upaya nyata GKSBS menyapa seluruh anggota
Jemaat agar tetap; memberi ruang yang seluas-luasnya dalam keterbukaan dan kejujuran (apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang baik dan apa yang buruk) di dalam
mengembangkan proses pendidikan yang menjawab kebutuhan keadaan. Selalu mewaspadai
agar kita dan anak-anak kita tidak terjebak dan menyukai hal-hal yang bersifat instan, cepat saji,
cepat selesai, jalan pintas, cara trabas.. Tetapi marilah kita Mendampingi dan menyiapkan
anak-anak kita dalam menggunakan alat-alat komunikasi dengan berbagai model dan
falsilitasnya yang super-canggih dengan mengedepankan asas manfaan atau kegunaannya, dan
juga marilah kita bersama anak-anak kita menempuh segala sesuatu yang kita inginkan dan kita
butuhkan dengan jalan kebenaran agar kehidupan kita sampai pada tujuan, kiranya ini akan
menjadi sarana kita dan keluarga tetap setia untuk selalu ; belajar, berproses dan bertumbuh di
dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala, Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan
kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhan dan membangun dirinya di dalam
kasih, (Ef.4:25-16)
Selamat melaksanakan Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014, Tuhan memberkati, Tuhan
menyertai, amin.
LITURGI PEMBUKAAN PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN
GKSBS 2014:
Nyanyian:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nyanyian Persiapan
Nyanyian Pembukaan
Nyanyian Kesanggupan
Nyanyian Persiapan Firman
Nyanyian Responsoria
Nyanyian Persembahan
Nyanyian Tanggapan
Nyanyian Penutup
: PKJ 2
: KJ 73: 1 – 3
: PKJ 268: 1 + 2
: PKJ 198: 1 – 3
: PKJ 283: 1 – 4 (1:Brsm, 2:Lk, 3:Pr, 4:Brsm)
: KJ 433: 1 – 3 (Intrld stlah bait 3, dinyatikan 3x)
: KJ 462: 1 – 4 (1:Brsm, 2:Pr, 3:Lk, 4:Brsm)
: KJ 350: 1 - 3
Bacaan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nats Pembimbing
Hukum Kasih
Berita Anugerah
Petunjuk Hidup Baru
Nats Kotbah
Nats Persembahan
: Ulangan 32: 1 – 4
: Ulangan 6: 5 – 9
: Ulangan 7: 6 – 7
: Amsal 3: 1 – 8
: Amsal 3: 11 – 28
: Amsal 3: 9-10
[7]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
BAHAN SARASEHAN
PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN GKSBS 2014
Thema:
BELAJAR, BERPROSES DAN BERTUMBUH
Judul:
PANGGILAN DAN PARTISIPASI GEREJA DALAM MEWUJUDKAN TEMPAT YANG
AMAN DAN NYAMAN SESUAI PRINSIP
“KEPENTINGAN YANG TERBAIK BAGI ANAK”
Pendahuluan
Akhir-akhir ini kasus kekerasan dan kejahatan seksual pada anak marak menghiasi media cetak dan
elektronik. Kasus sodomi di TK Jakarta International School (JIS) atau kasus sodomi yang
dilakukan Emon di Sukabumi dengan korban ratusan anak, hanyalah sebagian kecil yang muncul di
permukaan sebagai fenomena gunung es tentang persoalan anak yang ada di Indonesia. Tulisan
Agnes Aristiarini dan Maria Hartiningsih yang dikutip di bawah ini menggambarkan, betapa
besar dan kompleks persoalan yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia.
Di kampung-kampung miskin di perkotaan dan daerah-daerah yang rawan air dan rawan pangan
“aku” tidak sempat mengecap apa-apa. Karena kurang gizi dan dilibas berbagai penyakit. Di pabrikpabrik di pinggiran kota besar “aku” berdiri di ruang-ruang panas dan pengap sedikitnya 10 jam
sehari. Di perkebunan-perkebunan besar “aku” berada diantara pepohonan, mungkin tampak
seperti bermain, tetapi keringatku mengucur habis oleh target yang harus dikejar. Di jermal-jermal
di tengah laut ”aku” dirampas oleh gelombang pasang dan orang dewasa pengawas yang bisa
mendekapku kapan saja
Di jalanan “aku” aku menjadi mangsa supaya perut tidak keroncongan, di jalanan pula “aku” harus
menghisap asap knalpot sepanjang hari dan menggangsurkan tangan memohon belas kasihan
orang. Di rumah-rumah bordil “aku” aku tertelan dengusan nafas yang tak berhenti dari senja
hingga pagi buta. Di penjara-penjara “aku” dibuang seperti halnya di panti-panti asuhan, “aku”
bisa diperlakukan seperti apa saja dan kehadiran “ku” tidak pernah dikehendaki.
Di wilayah konflik bersenjata “aku” menyaksikan ibuku diperkosa dan ayahku di siksa, di wilayah
konflik pula “aku” kehilangan rasa cinta pada sesama karena orang dewasa menunjukkan musuhmusuh yang harus kubunuh. Di tempat-tempat pengungsian “aku” dikorbankan oleh rasa lapar dan
ketakutan, rasa tidak aman, ancaman kekerasan dan kematian, tetapi di tempat itu pula “aku” belajar
untuk menyerang kalau mau bertahan.
Di rumah-rumah, di mana mestinya “aku” terlindungi dan dilimpahi kasih sayang, justru di tempat
itu seringkali iblis malah bebas berkeliaran, “aku” bisa menjadi korban kekerasan tanpa diketahui
orang lain. “Aku”, juga bisa menjadi korban ambisi orangtuaku yang ingin menjadikan “aku”
seperti mereka. “Aku” tidak dibiarkan bebas berkembang karena bagi banyak orangtua “aku”
hanyalah modal dan investasi1.
1
ST, Sularto, 2000, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, Jakarta PT Kompas Media
Nusantara, halaman 1-2.
[8]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Filosofi dan Dasar Hukum Perlindungan Anak Indonesia
Dalam penjelasan umum Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
dinyatakan: anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan ang Maha Esa, yang senantiasa harus
kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara anak adalah masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Pemerintah Indonesia juga mengadopsi 4 prinsip
perlindungan anak yang yang terdapat dalam Convention on the Rights of the Child atau Konvensi
Hak Anak yang disahkan PBB pada tanggal 20 November 1989, yaitu: non diskriminasi;
kepentingan yang terbaik bagi anak; hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan;
serta penghargaan terhadap pendapat anak.
Penjabaran prinsip-prinsip perlindungan anak ini kemudian dirinci dalam Pasal-pasal Convention on
the Rights of the Child dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002, secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori sebagai berikut:
1. Hak terhadap kelangsungan (survival rights), meliputi hak untuk mempertahankan dan
melestarikan hidup (the rights of life) dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan
perawatan yang sebaik-baiknya (the rights to the highest standart of health and medical care
attainable).
2. Hak terhadap perlindungan (protection rights), meliputi hak perlindungan dari diskriminasi,
kekerasan dan penelantaran.
3. Hak untuk tumbuh kembang (development rights), meliputi hak untuk memperoleh pendidikan
formal, informal dan non-formal serta hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak.
4. Hak untuk berpartisipasi (participation rights) meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat
dalam segala hal yang mempengaruhi anak (the rights of a child to express her or his views in all
metters affecting that child)2.
Bila melihat realitas kehidupan anak Indonesia yang digambarkan dalam kutipan di atas dengan
filosofi dan landasan hukum yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak dan Undang-undang No. 23
Tahun 2013, ada diskrepansi antara das sollen dan das sein, antara cita hukum dan pelaksanaannya.
Artinya adanya peraturan belum menjamin terlaksananya perlindungan anak, karena masih banyak
persoalan anak yang terjadi di masyarakat seperti penyalahgunaan napza, seks bebas dan
pornografi di kalangan remaja, kriminalitas di kalangan remaja, kebiasaan menyontek dan lain-lain.
Perlu diketahui yang dimaksud anak dalam Konvensi Hak Anak dan Undang-undang No. 23 tahun
2002: anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Dari batasan ini bila dikaitkan dengan jenjang pendidikan, yang disebut anak pada
umumnya adalah balita hingga mereka yang duduk di bangku SMA.
Pandangan (dasar-dasar) Alkitab tentang Perlindungan Anak
Dasar Firmaan Tuhan yang bisa digunakan antara lain (dibaca bersama saat Sarasehan):
Amsal 3 ayat 1-26
Matius 19 ayat 13-15.
Markus 9 ayat 42
Efesus 6 ayat 4
2
Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak
Anak, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, halaman 35.
[9]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Kolose 3 ayat 21
Panggilan dan Partisipasi Gereja Dalam Perlindungan Anak
Gereja baik sebagai institusi ataupun sebagai individu (orang Kristen) adalah bagian dari
masyarakatnya yang terwadahi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini artinya apa yang
menjadi hak, kewajiban dan tanggung jawab warga negara Indonesia juga menjadi hak, kewajiban
dan tanggung jawab gereja. Salah satunya adalah dalam persoalan perlindungan anak, baik gereja
sebagai institusi maupun gereja dalam arti orang Kristen berkewajiban melakukan perlindungan
pada anak. Matius 19 ayat 13- 15, menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus menyambut anak-anak
dan memberkati mereka. Pada ayat 14 Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah
menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang
empunya Kerajaan Sorga”. Dari ayat ini bisa dikatakan Tuhan Yesus menempatkan anak pada
posisi penting, karena keberlangsungan hidup manusia tergantung pada eksistensi anak.
Seringkali di pundak seorang anak digantungkan dan dibebankan segala hal yang tidak dapat
dicapai oleh generasi terdahulu, terlalu banyak tuntututan-tuntutan orang dewasa pada anak, inilah
yang menjadi salah satu faktor penyebab munculnya permasalahan anak. Misalnya orang tua terlalu
protektif pada anak, anak menginterpetasi itu sebagai sebuah kekangan, dampaknya anak menjadi
pemberontak mencari kebebasan bersama teman-temannya dalam wujud penyalahgunaan napza
atau seks bebas di kalangan remaja. Fenomena geng motor, anak-anak punk, cabe-cabean adalah
manifestasi pemberontakan remaja pada otoritas keluarga, sekolah bahkan gereja.
Menurut undang-undang, orang tua adalah pertama-tama yang bertanggung jawab dan
berkewajiban memberikan perlindungan pada anak, kemudian negara dan pemerintah serta
masyarakat. Contohnya, dalam pemenuhan hak anak pada kategori 1, yaitu hak kelangsungan
hidup anak, berupa tumbuh kembang anak seperti makan, minum, perawatan dan kesehatan
menjadi kewajiban setiap orang tua. Meskipun demikian pemenuhan hak tumbuh kembang anak,
sepenuhnya tidak mungkin dipenuhi oleh orang tua, diperlukan institusi lain yaitu pemerintah
untuk menyediakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Pemenuhan hak
tumbuh kembang, misal fasilitas pendidikan (sekolah dan prasarana sekolah) yang memadai harus
dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat (institusi pendidikan swasta, termasuk sekolah-sekolah
Kristen). Keempat kategori perlindungan anak yang telah disebutkan di atas, juga memerlukan
partisipasi dan dukungan masyarakat atau institusi masyarakat. Sebagai contoh, GKSBS di
beberapa tempat memiliki sekolah atau sarana pelayananan kesehatan ini artinya GKSBS telah
mewujudkan perlindungan anak berupa hak kelangsungan hidup anak dan hak tumbuh kembang
anak.
Dalam rangka PEPENKRIS Sinode GKSBS tahun 2014, mengambil tema: “Belajar, Berproses
dan Bertumbuh”, tema ini sangat relevan karena anak-anak GKSBS juga akan mengalami belajar,
berproses dan bertumbuh, sekaligus potensial mengalami berbagai permasalahan anak seperti yang
dikemukakan di atas. Berangkat dari tema tersebut gereja-gereja di lingkungan Sinode GKSBS
perlu membangun komitmen untuk terus-menerus mengupayakan dan mewujudkan perlindungan
anak. Salah satu yang bisa dilakukan adalah melaksanakan pendidikan karakter yang disesuaikan
dengan tingkatan usia anak. Tujuannya membekali anak supaya tidak menjadi pelaku kekerasan dan
secara preventif mampu menghindari kekerasan.
Paradigma Pendidikan Karakter
Paradigma pendidikan karakter meliputi:
[10]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
a. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran, sehingga
memerlukan pola pengajaran fungsional.
b. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan dari tiga (3) pihak secara sinergis yaitu orang tua,
satuan/lembaga pendidikan dan masyarakat
c. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis anak
d. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dan terintegrasi. Ada 18 nilai karakter yang
harus dibangun dalam mewujudkan pendidikan karakter yaitu: religious, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
rasa cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat (komunikatif), cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab3.
Nilai-nilai karakter sebanyak 18 buah di atas, tentu selaras dengan Ajaran Gereja, persoalan yang
muncul adalah bagaimana nilai-nilai ini bisa disosialisasikan pada jemaat pada PEPENKRIS 2014,
melalui materi kotbah pembukaan PEPENKRIS, sarasehan, renungan keluarga, renungan sekolah,
pemahaman Alkitab, akitifitas gereja, aktifitas sekolah dan materi kotbah penutupan PEPENKRIS.
Melaui Pekan Pendidikan Kristen (PEPENKRIS) 2014 diharapkan gereja -gereja di lingkungan
Sinode GKSBS mempunyai konsep model kurikulum pengajaran (materi ajar katekisasi remaja dan
pemuda)) yang holistik mencakup dogma/ajaran gereja dan dikaitkan dengan realitas sosial dalam
masyarakat. Dengan demikian akan menjadikan seluruh jemaat di lingkungan Sinode GKSBS
terus belajar, berproses dan bertumbuh semakin cerdas.
Bahan diskusi dalam sarasehan, renungan keluarga dan pemahaman Alkitab:
1. Sharing dan diskusi antara orang tua dengan anak-anak yang mulai remaja tentang persoalan
yang dihadapi remaja seperti kekerasan, hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi,
kebebasan anak mengungkapkan segala sesuatu, keteguhan hati dalam menjalani proses belajar
di sekolah yang harus didasari dengan kerja keras, ketekunan dan kejujuran.
2. Sharing dan diskusi antara anggota jemaat (orang tua) dalam mengaplikasikan nilai-nilai
karakter dalam perspektif Alkitab dikaitkan pengalaman masing-masing keluarga.
3. Sharing dan diskusi tentang bagaimana mewujudkan tempat yang nyaman dan aman baik bagi
anak maupun seluruh anggota keluarga dalam keluarga dan gereja.
REFERENSI
Alkitab
Agus Sujanto dkk, 2009, Psikologi Kepribadian, Jakarta PT Bumi Aksara.
Franz Magnis Suseno, 1987, Etika Dasar Masalah-masalah Poko Fildsafat
Moral,Yogyakarta,
Penerbit Kanisius
Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam
Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.
N. Drijarkara, 1991, Filsafat Manusia, Yogyakarta, Kanisius.
Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja Dan Anak, Jakarta
Rineka Cipta.
ST, Sularto, 2000, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, Jakarta PT
Kompas Media Nusantara, cetakan ke 1.
UNICEF, tanpa tahun, Dunia Yang Layak Bagi Anak-anak.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3
Belajarpsikologi.com, diposted oleh Haryanto S.Pd, Desember 2012, di unduh pada 4 Juni 2014 jam 20.10.
[11]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 ratifikasi tentang Convention on the Rights of the Child
Belajarpsikologi.com, diposted oleh Haryanto S.Pd, Desember 2012, di unduh pada 4 Juni 2014 jam
20.10.
[12]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Bahan PA Keluarga.
HIDUP SUKSES ATAU
MENYENANGKAN HATI TUHAN ?
(Roma 12: 1 – 8)
Semua orang pasti menginginkan hidup sukses, dan berbagai macam cara mereka lakukan untuk
meraih kesuksesan itu. Setelah meraih apa yang mereka inginkan maka meseka merasa sebagai
orang yang sedang meraih sebuah kesuksesan, karena dipikirnya bahwa dengan meraih kesuksesan
segala kebutuhan dan keinginan dapat tercapai. sehingga menyambut kesuksesan tersebut dengan
melakukan bermacam macam tidakan sebagai ungkapan kegembiraan. Ada yang pesta minuman
dan mabuk - mabukan, ada yang mentraktir makan kawan kawannya, ada pula datang kepada Tuhan
untuk menaikan rasa syukur dan puji pujian serta membagi berkat kepada sesama.
Di jaman yang modern ini sarana dan prasarana serba canggih, kita semua jaga tahu bahwa sarana
dan prasarana untuk memudahkan mencapai kesuksesan. Ada pendapat bahwa pemuda jaman
sekarang bila ingin menggapai kesuksesan maunya dengan cara yang instan, cepat dan mudah serta
hasilnya dapat segera dinikmati tanpa susah payah. Misalnya supaya lulus ujian dengan cara
mencontek, membeli kunci jawaban dll, bila ingin lulus skripsi cukup pendekatan dengan dosen
atau membayar orang untuk menyusun skripsi, atau bila ingin menjadi pegawai dan mendapat
pekerjaan, dengan memberi sejumlah uang suap untuk meluluskan. Ada juga sebagian pemuda
punya kebiasaan setiap bangun tidur bukannya berdoa namun langsung bercengkerama dengan hp
atau ipetnya Apakah tindakan seperti ini yang dianggap kesuksesan dan menyenagkan hati Tuhan?
Bagaimana kita menanggapi fenomena ini ?
Seorang musisi senior baru saja dengan bangga bercerita tentang anaknya yang berprestasi dalam
pendidikan musiknya di luar sana. Ia belajar disana dengan beasiswa dan biaya hidupnya
ditanggung oleh sebuah departemen di Indonesia. Si anak ternyata tidak menyia-nyiakan
kesempatan berharga ini. Dalam waktu singkat ia pun segera menuai banyak prestasi disana. Tapi
meski bangga, sang ayah bercerita bahwa ia merindukan kehadiran anaknya didekatnya. Untunglah
teknologi jaman sekarang memungkinkan orang untuk bisa berhubungan dengan lebih mudah,
murah dan cepat. Surat elektronik pun menjadi alternatif bagi mereka untuk bisa melepas rindu.
Komunikasipun tidak lagi menjadi masalah dengan adanya internet. "Itu sangat bisa mengobati
kerinduan saya. Lelah sehabis mengajar pun tidak lagi terasa ketika saya mendapat email dari dia."
kata sang ayah. Ternyata kehadiran, kepedulian atau setidaknya kontak rutin dari seorang anak
mampu membuat orang tua bersukacita. Itu membuat mereka gembira dan kembali segar meski
kesibukan sehari-hari mungkin menguras energi mereka.
Jika orang tua kita bisa merasa senang ketika kita tetap menjalin hubungan yang erat dengan
mereka, Tuhan, Bapa yang penuh kasih pun demikian. Dia selalu menantikan dan memiliki
kerinduan agar kita datang kepadaNya dan menyenangkan hatiNya. Masalahnya banyak orang yang
tidak tahu bagaimana caranya. Apakah kita bisa mengirim email kepadaNya? Bertelepon?
Memeluk? Atau membuatkan secangkir kopi? Bukankah itu tidak bisa kita lakukan karena Tuhan
tidak berada secara fisik di dekat kita seperti halnya ayah kita di dunia? Lalu bagaimana caranya?
Menyenangkan hati Tuhan ternyata bisa kita lakukan dengan hidup takut akan Tuhan. Hal-hal
seperti inilah yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Lewat pengenalan akan Tuhan,
mengasihiNya dengan setia, menyadari dan percaya sepenuhnya kasih setia Tuhan dalam kondisi
apapun yang kita alami, dan terus menjalani hidup dengan rasa takut akan Tuhan, itulah yang bisa
kita perbuat untuk menyenangkan hati Tuhan. Mempersembahkan tubuh kita sendiri sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepadaNya. (Roma 12:1).
[13]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Bahan diskusi :
1. Bagaimana menurut saudara tentang kesuksesan itu ?
2. Bagaimana cara saudara untuk meraih kesuksesan tersebut ?
3. Bagaimana cara saudara menyikapi kesuksesan selama ini ?
4. Apa rencana dan keinginan saudara ke depan dalam menjalani kehidupan ini dan ketika meraih
apa yang diinginkan ?
5. Apakah saudara termasuk orang yang sudah menyenangkan hati Tuhan ?
[14]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
RENUNGAN KELUARGA I
GURUKU IDOLAKU
Bacaan:Yohanes 13: 1-15
“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat,sebab memang Akulah Guru dan
Tuhan”.
Idola adalah seseorang yang memiliki arti penting dan nilai lebih bagi penggemarnya, baik dari segi
penampilan, prestasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu banyak penggemar fanatik yang
mengikuti perilaku si idola ini dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Fenomena ini banyak
terjadi di dalam masyarakat terutama pemuda dan remaja, misalnya gaya berpakaian mini atau
seksi ke kampus atau ke pertemuan, pemuda berkulit hitam mengikuti idolanya dengan rambut
pirang, hal ini jelas tidak sesuai dengan situasi dan kondisinya. Ada pula seorang siswa yang
mengidolakan seorang gurunya maka ia akan mengikuti cara-cara dan prilaku guru yang diidolakan
itu dan mengikuti semua perintah yang diberikan.
Yang menjadi pertanyaan adalah ketika kita mengidolakan Tuhan Yesus sebagai guru yang baik
Yohanes 13:13 mau dan mampukah kita mengikuti keteladanan Yesus dan perintah-perintahnya?.
Karena Yesus sebagai guru dan Tuhan maka sebagai murid-muridnya, kita harus mengikuti
pemikiran, sikap dan gaya hidup-Nya yang harus mewarnai pola pikir dan prilaku kita sehari-hari.
Sebagai bahan perenungan mari kita lihat filosofi pendidikan di Indonesia dari Ki Hajar Dewantara
yang menyatakan “Ing ngarso Suntolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”
(apabila guru berada didepan dapat memberi teladan, apabila berada di tengah dapat memberikan
bimbingan dan menguatkan serta apabila berada dibelakang dapat memberikan dorongan dan
motivasi pada murid-muridnya). Akan tetapi Yesus sebagai guru yang baik bukan hanya berada di
depan, di tengah dan di belakang kita. Dia bahkan berada di dalam kita melalui kehadiran roh kudus
Yohanes 14:25 “tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan apa yang Ku berikan tidak
seperti yang diberikan dunia kepadamu......”.
Ditengah-tengah situasi dunia yang semakin tidak menentu, tidak sedikit orang yang kebingungan
dengan apa yang harus dilakukan, bahkan bingung untuk menentukan mana yang baik dan benar
maupun yang salah, karena semuanya membaur menjadi satu lingkaran kehidupan yang kita hadapi
setiap saat. Sebagai anak anak Tuhan tentunya tidak ada pilihan lain bahwa Yesuslah yang menjadi
guru yang baik bagi kita. Mau dan mampukah kita meneladani kehidupan Tuhan Yesus dalam
kehidupan sehari hari, mengingat bahwa Yesus bukan hanya sebagai guru yang baik saja namun
juga sosok teladan yang menjamin keselamatan bagi umat yang percaya dan setia kepadaNya.
Kalau kita memiliki guru di sekolah yang di idolakan kita sanggup mengikuti prilakunya dan
perintahnya, walau tidak ada jaminan kebenaranya, sedangkan Yesus jelas-jelas menjadi guru dan
Juruselamat yang memberikan jaminan keselamatan.
Pokok doa:
1. Agar anak-anak kita para pemuda/remaja tidak mudah terpengaruh sang idola tanpa melihat
nilai manfaat dan kepantasannya.
2. Agar anak-anak kita para pemuda/remaja lebih fokus berjuang untuk masa depannya dengan
mengandalkan pertolongan Tuhan Yesus
[15]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
RENUNGAN KELUARGA 2
Bacaan : Lukas
2:41-52
Nas
: Lukas
2:51b,52
“...dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka... Dan Yesus makin bertambah besar dan
bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”
TEMPAT UNTUK BERTUMBUH
“Kamu itu pintar”, “badanmu besar”. Begitulah biasanya orang lain menggambarkan kelebihan
saya. Gambaran ini tentunya membangkitkan rasa syukur dalam diri saya. Saya bersyukur
dibesarkan dalam keluarga yang memperhatikan gizi serta memiliki kebiasaan membaca, berdiskusi
yang sedikit banyak membentuk kepintaran atau lebih tepatnya kecerdasan intelektual. Akan tetapi,
melalui pengalaman saya disadarkan bahwa pintar/intelek dan berbadan besar saja tidak cukup.
Syukurlah, melalui sekolah dan gereja saya ditolong untuk bertumbuh pula dalam iman dan
pergaulan.
Dalam bacaan saat ini, kita pun melihat bagaimana Yesus, di dalam kemanusiaan-Nya, bertumbuh.
Pada umur dua belas tahun, ketika mengikuti Beth Ha Midrasy yang di dalamnya anak-anak
Yahudi diperkenalkan dengan segala rahasia Taurat, Yesus telah menampakkan kecerdasan yang
membuat heran para alim ulama dan orang-orang lain yang ada di Bait Allah. Kecerdasan Yesus
yang luar biasa ini tentunya tidak lepas dari didikan yang diterima-Nya dalam keluarga Maria dan
Yusuf, dalam Beth Ha Seper (kelas pengajaran agama Yahudi sebelum Beth Ha Midrasy) serta
dalam kumpulan orang-orang Yahudi pada hari Sabat dan hari-hari raya Yahudi lainnya. Selepas
peristiwa di Bait Allah tadi, Yesus tetap dalam asuhan keluarga yang sama. Berkat asuhan ini, Dia
semakin bertumbuh baik fisik (“semakin besar”), kepintaran/hikmat (“bertambah hikmat-Nya”),
iman/kesalehan (“makin dikasihi oleh Allah”) maupun pergaulan-Nya (“makin dikasihi oleh
manusia”); sebuah pertumbuhan yang utuh dan seimbang.
Ya, keluarga, sekolah, dan gereja seharusnya menjadi tempat bagi anak-anak untuk bertumbuh
secara utuh dan seimbang. Pertanyaannya adalah: Bagaimana dengan keluarga kita? Bagaimana
pula dengan sekolah-sekolah, khususnya sekolah Kristen yang ada di dekat kita dan/atau menjadi
mitra kita? Juga bagaimana dengan gereja kita? Apa yang ke depan perlu kita lakukan agar
keluarga, sekolah, dan gereja semakin berperan sebagai tempat bagi anak-anak untuk bertumbuh
secara utuh dan seimbang?
Doakanlah dan usahakanlah agar keluarga, sekolah, dan gereja menjadi tempat bagi anakanak untuk bertumbuh secara utuh dan seimbang
Pokok-pokok Doa:
1. Pelaksanaan Pepenkris di jemaat-jemaat se-Sinode GKSBS dan di sekolah-sekolah Kristen
milik GKSBS
2. Keutuhan pertumbuhan anak-anak yang masih sekolah/kuliah
3. Pemaksimalan peran keluarga, sekolah, dan gereja sebagai tempat untuk bertumbuh
[16]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Renungan Sekolah 1
DIGUGU DAN DITIRU
Bacaan: Yakobus 3:1-2
Pengantar
Falsafah Jawa mengatakan bahwa “Guru” adalah “(seseorang yang) digugu lan ditiru”. Digugu
artinya ditaati, dipatuhi, diteladani, sedang ditiru berarti di jadikan patron atau gambar contoh, atau
dijadikan panutan. Seorang “Guru” itu, ajaran, tingkah laku dan kisahnya dipercayai dan hidupnya
menjadi teladan oleh muridnya.
Jepang, negeri yang terkenal akan kemampuan teknologinya juga mengakui betapa pentingnya
peran seorang guru atau “Sensei” ini. Ketika porak poranda oleh Perang Dunia II, Kaisar Hirohito
berkata “Masih ada berapa banyak Guru yang tersisa?”. Kaisar Hirohito begitu percaya bahwa
peran Guru sangat sentral dan strategis untuk membangun dan menumbuhkan mental dan peradaban
manusia, dan hasilnya, itulah Jepang yang sekarang ini. Begitu juga dengan negara tetangga kita
Malaysia. Negara ini menjunjung tinggi peran dan sosok seorang Guru, bahkan menyebutnya
dengan kata penghormatan “CikGu”, karena menyadari bahwa negaranya dapat maju dan
berperan sekarang ini, karena peran seorang CikGu. Malaysia menyadari sepenuh hati bahwa guruguru yang berkelas dan berkualitas, pasti dan jelas akan menghasilkan generasi yang berkelas dan
berkualitas pula. Oleh sebab itu, untuk membayar jasa CikGu ini, Malaysia menerbitkan kartu
identitas (ID Card) khusus yang mencantumkan penghargaan sebagai Warga Negara Emas.
Menarik sekali, apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang “Guru”; ….. janganlah banyak orang
diantara kamu menjadi guru…” Apakah maksudnya? Dan apakah Alkitab tidak membolehkan
orang Kristen menjadi guru? Ternyata kalimat selanjutnya memberi penjelasan, Yakobus sedang
memberi penerangan dan peringatan, agar orang tidak memandang ringan dan remeh peran seorang
guru dan sembarangan saja mengajar orang lain, karena jika seseorang mengajarkan hal-hal yang
salah, maka yang diajarpun akan sesat, dan karena itu nabi ini mengingatkan bahwa Tuhan pasti
menuntut pertanggung jawaban dari mereka yang menyebut dirinya seorang guru.
Kita, yang saat ini diberi kesempatan untuk mengajar, baik sebagai seorang Guru, Dosen,
Pemimpin, Majelis Jemaat, Pengajar Profesional, maupun sebagai Orang tua- Bapak Ibu ,mari
memeriksa diri kita, sudahkah kita mengajar dengan “benar?”, sudahkah pantas kita untuk digugu
dan ditiru?
Tuhan memberkati kita, Amin,
Pokok-pokok Doa:
1. Para guru dan dosen agar bersuka cita dalam mengajar, mendidik dam mendampingi siswa dan
mahasiswanya.
2. Agar bangga dan bersyukur bahwa menjadi guru dan dosen adalah panggilan Tuhan yang sangat
mungkin mendatangkan penghiburan dan kekuatan.
[17]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Renungan Sekolah 2
BISAKAH KU GENGGAM DUNIA...??
Bacaan: Amsal 12:11, Mazmur 126:5-6
Pengantar
Ada sebuah peribahasa yang sudah sangat terkenal dan bahkan saking terkenalnya
peribahasa ini dinyanyikan atau dilagukan dengan bangga oleh Band Boomerang, yakni “Berakitrakit ke hulu , berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Makna peribahasa ini adalah bahwa bila kita bersungguh-sungguh, maka akan bahagia dikemudian
hari. Salah satu contoh nyata dari peribahasa ini adalah seorang yang bernama Chairul Tanjung,
yang berani bercerita tentang kehidupan dan perjalanan hidupnya. Ia bercerita bagaimana ia begitu
menderita dimasa kecilnya bahkan sampai dewasa (sampai kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi UI).
Ia anak seorang janda yang penghidupannya sebagai penjahit pakaian wanita. Chairul Tanjung kecil
dididik oleh Ibunya, bagaimana ia harus hidup dengan makan seadanya dan pakaian seadanya,
yang penting ia musti dan harus sekolah, karena sang ibu tahu, mengerti dan menyadari bahwa
hanya dengan pendidikan, anaknya bisa hidup dan menghidupi masa depannya.
Singkat cerita, si anak yang bernama Chairul Tanjung ini, saat ini dipilih oleh Presiden SBY
untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Pak Menteri ini yang lebih
dikenal sebagai CT (Ce Te= singkatan Chairul Tanjung) ini , ia adalah pemilik supermarket
Carrefour, pemilik stasiun TV Trans 7 dan Trans TV dan banyak perusahaan lain yang tergabung
dalam Trans Coorporation (Transcorp). Dalam bukunya “Anak Singkong”, CT bercerita bagaimana
sejarah hidupnya, bagaimana ia meraih impiannya dengan hanya mengandalkan “SEKOLAH”.
Kesaksian CT bahwa hanya dengan sekolah-lah ia bisa meraih impiannya.
Alkitab dalam Amsal 12 ayat 11, menandaskan bahwa “Siapa mengerjakan tanahnya,
akan kenyang dengan makanan …(11a)”. Pengarang Amsal ini mengerti dan tahu bahwa
barangsiapa yang dengan sungguh-sungguh belajar, pasti akan berhasil dikemudian hari. Ayat
“Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan” dimaksud, juga mengisyaratkan
kepada pembacanya, bahwa bila mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi
kewajibannya, “akan kenyang dengan makanan” artinya kemuliaan, kesohoran dan kemakmuran
pasti akan didapatnya.
Akhir-akhir ini ada sinyalemen, bahwa saat ini ketergantungan siswa terhadap sekolah
menipis bahkan siswa hanya memenuhi kewajiban saja”. Disinyalir dewasa ini, banyak murid
sekolah itu hanya apa adanya, hanya menjalankan tugas bahwa setiap hari itu harus masuk sekolah,
setiap hari itu harus absen, akan tetapi untuk belajar dan berfikir itu nanti dulu, lebih baik untuk
nge-game Istilah gaul anak murid sekarang ini, “ School! Okey! but Learn? wait a minute! ”.
Padahal bila ditanyakan kepadanya tentang ungkapan “Ora et labora”, pasti mereka tahu
artinya, yaitu Berdoa dan Bekerja . Tetapi bila ditanyakan apa maknanya, belum tentu ia
mengerti dan dapat menjawabnya.
Bercermin kepada judul diatas, masih relevankah pertanyaan Untuk apa kita sekolah?
Janganlah sampai peribahasa diatas berubah menjadi “berakit-rakit kita kehulu, berenang-renang ke
tepian, bersakit-sakit dahulu, sekaratnya kemudian” seperti yang dinyanyikan oleh Band
Boomerang. Tuhan memberkati kita. Amin.
Pokok-pokok Doa:
1. Setiap siswa dan mahasiswa senantiasa bersyukur, memperoleh kesempatan mengenyam
pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.
2. Setiap siswa dan mahasiswa tidak mudah putus ada dan menyerah bila menghadapi kesulitan
dalam studi, justru kesulitan itu harus dihadapi sebagai jalan menuju keberhasilan.
[18]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Renungan Sekolah 3
AKU PASTI BUSA!
Bacaan: 2 Timotius 4:7
Pernakah kalian suatu ketika berhitung berapa jumlah cost (pengaluaran) yang dibutuhkan selama
sekolah !!!!!!, yuk sekarang coba kita hitung bersama-sama berdasarkan beberapa instrumen
pertanyaan dibawah ini:
1. Berapa jarak rumahmu dengan sekolah/kampus, apakah cukup ditempuh dengan jalan kaki atau
harus berkendaraan, kalau harus berkendaraan berapa lama jarak tempuh yang dibutuhkan,
selanjutnya berapa liter BBM yang dibutuhkan untuk jarak tempuh tersebut
2. Apakah anda punya kebiasaan jajan disekolah/dikampus, kalau ya coba hitung berapa rupiah
setiap harinya yang terpakai.
3. Ada kecenderungan bahwa setiap awal Tahun Pelajaran ada biaya ekstra yang harus disiapkan
seperti Seragam Sekolah, tas, sepatu, alat tulis dan mungkin buku literatur penunjang pelajaran.
4. Dalam kegiatan pembelajaran, ada kalanya siswa/mahasiswa harus mengerjakan rangkaian
tugas yang yang diberikan oleh guru/dosen dan ada kalanya juga tugas-tugas itu memerlukan
biaya yang tidak sedikit misalnya praktikkum, praktik industri, prakarya, karya tulis ilmiah dan
lain-lain.
5. Jika anda bersekolah/studi di sekolah/perguruan tinggi swasta, barangkali juga ada tambahantambahan biaya yang jumlahnya mungkin tidak sedikit
Seandainya toh jarak rumah dengan sekolah/kampus berdekatan sehingga dapat ditempuh dengan
jalan kaki, anda tidak punya kebiasan jajan karena anda membiasakan diri untuk sarapan sebelum
ke sekolah/kampus dan anda juga mendapatkan bea siswa sehingga anda tidak mengeluarkan biaya
apapun untuk biaya sekolah tetapi bagaimana dengan waktu, tenaga, pikiran yang anda curahkan
untuk belajar disekolah......
Dari beberapa instumen pertanyaan dan pernyataan diatas cobalah kalian hitung kemudian
renungkan..... ternyata untuk dapat bersekolah dibutuhkan biaya, waktu tenaga pikiran yang tidak
sedikit ....
Mendapat kesempatan belajar disekolah/perguruan tinggi merupakan berkat yang tentunya juga
mengisyaratkan akan tugas dan kewajiban yang harus dijalani. Seberapapun besar biaya, waktu,
tenaga pikiran yang dibutuhkan, yakinlah bahwa orangtua atau sipapun tidak akan berhitung jika
kita “siswa/mahasiswa” dengan dengan kesadaran takut akan Tuhan, tulus dan sukacita berjuang
untuk belajar, belajar dan belajar.
Kesaksian Rasul Paulus dalam 2 Timotius 4:7 “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” dalam kontek status sebagai
siswa/mahasiswa yang sedang berjuang ayat tersebut menjadi tekad kita untuk kita wujudkan.
Tuhan memberkati.
Beberapa pernyataan tentang kesetiaan dalam berproses;
”Aku belajar bertekun, agar tahan banting. Aku juga belajar bahwa kitalah yang menentukan enaktidaknya bersekolah itu. Dengan tetap sekolah, keterampilan seniku meningkat, yang bakal terpakai
setelah aku lulus.”—Rachel.
[19]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
”Sekarang aku tahu bahwa dengan bekerja keras, aku bisa meraih cita-citaku. Aku ikut pelatihan
teknik di sekolah supaya nantinya aku terampil untuk pekerjaan yang aku sukai sebagai mekanik di
percetakan.”—John.
”Karena aku tidak menyerah, aku menguasai dasar-dasar membaca dan menulis. Sekolah telah
mengajarku cara menarik manfaat dari kritikan dan mengungkapkan diri dengan jelas dan logis—
keterampilan yang berguna dalam pelayanan Kristen-ku.”—Ryan.
”Sekolah meningkatkan keterampilanku memecahkan problem, di kelas maupun di tempat lain.
Karena tahu caranya mengatasi tantangan akademis, sosial, dan fisik, aku bisa lebih dewasa.”—
Cindy.
”Sekolah telah membantuku siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Aku juga menghadapi
banyak situasi yang mengharuskan aku menyelidiki dasar kepercayaanku; jadi, dengan bersekolah,
aku semakin yakin akan agamaku.”—Rose.
Pokok Doa:
1. Anak-anak yang terus berjuang untuk sekolah
2. Orangtua yang bekerja mengupayakan biaya untuk sekolah
Renungan Sekolah 4
BELAJAR DARI YESUS
Bacaan: Mazmur 119:61-68
“Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada
perintah-perintah-Mu.”
Sewaktu masih sekolah dulu, ada seorang guru yang menjadi idola kami, karena guru tersebut
sangat perhatian dan tekun memberikan pengajaran pada murid-muridnya. Setiap pelajaran yang
disampaikannya,dapat kami simak dan terima dengan baik. Kita juga mempunyai Guru yang luar
biasa. Dia sangat mengasihi, serta tekun memberikan pengajaran yang terbaik kepada kita semua.
[20]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Sebab itu kalau kita ingin menjadi orang pandai, selain giat belajar, juga butuh bantuan Tuhan
Yesus, yang akan memampukan kita menyerap semua pelajaran dengan sangat baik.
Perjanjian Baru memuat banyak prinsip yang dipakai Tuhan Yesus dalam mendidik murid-muridNya. Semua prinsip Tuhan Yesus dalam pengajaranNya masih sangat cocok untuk diterapkan pada
pendidikan Kristen untuk anak-anak didik zaman ini. Beberapa prinsip dalam pengjaran Tuhan
Yesus, yaitu antara lain:
1. Tuhan Yesus mengajar melalui hidup dan perbuatan-Nya.
Yesus, Anak Allah yang menjalankan misiNya di dalam dunia dengan cara mengajar (sebagai
guru), Karakter Yesus yang nampak adalah sebagai berikut:
Pertama: Visioner. Jangkauan berfikirNya jauh ke depan. Hal ini nampak dalam berbicara
maupun mengajar. Ia selalu menjelaskan tentang perseptif masa depan. Ia tidak sekedar
menyampaikan visi, tetapi sekaligus mempersiapkan murid-muruidNya menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat dari apa yang dilakukannya
Kedua, Yesus mempunyai itegritasnya tinggi. Semua kata-kata Yesus selalu singkron atau
selaras, sejalan dengan perbuatanNya
Ketiga, Ia Kreatif dan Invonatif. Yesus dalam pengajaranNya selalu mencari dan
menemukan cara dalam mengajar serta menghadapi situasi. Banyak alternatif yang
diupayakan dalam rangka menyujudkan PelayananNya
2. Tuhan Yesus memakai pengalaman pendengar-pendengar-Nya untuk mengajar mereka.
Sebagai dasar untuk ajaran yang baru, Ia menyebut hal-hal yang lazim dialami tiap orang,
peristiwa-peristiwa dari hidup sehari- hari yang pasti akan dimengerti oleh setiap pendengarNya.
3. Tuhan Yesus terkadang menunjukkan obyek-obyek yang konkrit untuk dilihat.
Ia memakai mata uang, burung di udara dan bunga-bungaan di padang yang kelihatan di manamana sehingga akan mengingatkan pendengar-Nya akan ajaran-Nya tiap kali mereka melihat
barang itu kelak.
4. Tuhan Yesus memakai bahan/ materi/ media yang tepat dan sederhana untuk mengajar.
Pengajaran Yesus tersusun dalam sebuah rangkaian bahan pengajaran yang runtut. Materimateri pengajarannya merupakan pokok-pokok yang telah dikenal oleh pendengarNya.
5. Tuhan Yesus selalu memberikan kepada pendengar-Nya tanggung jawab untuk mengambil
keputusan secara pribadi.
Dengan jelas Ia menunjukkan akibat dari pilihan yang tepat dan yang tidak tepat. Tanggung jawab
untuk memilih diserahkan sepenuhnya pada tiap pendengar-Nya. Ia tidak menyuruh mereka
menghafalkan apa yang dikatakan-Nya dan taat secara mutlak tanpa berpikir.
Pokok doa:
1. Doakan sekolah-sekolah Kristen
2. Yayasan Pendidikan Kristen
KHOTBAHPENUTUPAN PEPENKRIS
(Ordinari 21, Semi Sinambung)
TAHUN “A”
Minggu, 31 Agustus 2014
[21]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
Bacaan I
Mazmur Tanggapan
Bacaan II
Bacaan Injil
: Keluaran
: Mazmur
: Roma
: Matius
1:8-2:10
124
12: 1-8
16:13-20
SUDAH SEJAUH MANA?
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus.
Hari ini, bersama jemaat-jemaat se-Sinode GKSBS, kita menutup Pekan Pendidikan Kristen 2014.
Selama sepekan, kita sudah berbicara tentang Pendidikan Kristen dalam tema besar “Belajar,
Berproses, dan Bertumbuh”. Sekarang di akhir pekan ini, agaknya baik jika kita melakukan
evaluasi dengan bertanya: Sudah sejauh mana kita belajar, berproses, dan bertumbuh?
Jemaat yang terkasih,
berbicara tentang belajar, sudah disingkapkan kepada kita bahwa sesungguhnya belajar berlangsung
sepanjang hayat. Selama hayat masih dikandung badan, kita harus terus belajar bukan hanya untuk
mengejar kesuksesan melainkan untuk menyenangkan hati Tuhan.
Sekarang, bapak/ibu/saudara/saudari, semakin disingkapkan kepada kita bahwa untuk
menyenangkan hati Tuhan, Allah kita diperlukan komitmen/penyerahan diri. Rasul Paulus, dalam
suratnya kepada jemaat di Roma, dengan jelas menasehatkan, atau lebih tepatnya mendesak orangorang percaya untuk segera mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus,
dan yang berkenan kepada Allah. Desakan ini dikemukakan oleh Paulus setelah panjang lebar dia
menguraikan ajaran yang benar yang perlu diketahui oleh orang percaya, khususnya pada waktu itu
jemaat di Roma yang masih muda. Akan tetapi, bagi Paulus tidak cukup jika orang percaya hanya
sebatas memiliki pengetahuan tentang ajaran yang benar. Itulah sebabnya dia mengajak orang
percaya untuk melangkah dari sekedar tahu menjadi berkomitmen/menyerahkan diri kepada Allah
yang sudah dia ketahui dan, setelah menyerahkan diri, terus berubah oleh pembaruan “budi” atau
dalam bahasa Yunaninya nous yang berarti pikiran sekaligus karakter.
Pembelajaran ala Paulus yang sampai pada tahap komitmen dan pembaruan pikiran serta karakter
itu bapak/ibu/saudara/saudari tentunya sejalan dengan pembelajaran ala Yesus. Dalam bacaan Injil
kita saat ini, Yesus jelas menuntut komitmen, kepercayaan pribadi dari murid-murid-Nya. Yesus
tidak mau para murid sekedar tahu apa kata orang tentang Dia. Itulah sebabnya, setelah menggali
apa yang mereka tahu dari kata orang tentang Dia, Yesus bertanya pula: “Tetapi apa katamu,
siapakah Aku ini?” Menjawab pertanyaaan ini, Petrus mengaku secara pribadi: “Engkau adalah
Mesias, Anak Allah yang hidup!” Menanggapi pengakuan tersebut, Yesus pun menyebut Petrus
“berbahagia” karena telah mendapat penyataan dari Bapa-Nya yang di sorga. Dan sesudah peristiwa
itu, mulailah Yesus meluruskan pemikiran Petrus yang keliru tentang Mesias serta memperbarui
karakternya.
Begitulah, belajar secara Kristiani tidak boleh berhenti pada pengetahuan melainkan harus sampai
pada komitmen dan bermuara pada pembaruan pikiran, karakter yang terus-menerus. Sayangnya,
ada, atau bahkan banyak orang Kristen yang saat ini cenderung berhenti pada pengetahuan. Apabila
di antara naradidik kita ada yang seperti ini, maka sebagai pendidik kita bertanggung-jawab untuk
mengajak mereka melangkah ke komitmen dan pembaruan terus-menerus. Namun, sebelum sampai
ke naradidik, baiklah kita lebih dulu bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah kita sudah sampai
pada komitmen/penyerahan diri kepada Allah di dalam Kristus dan mengalami pembaruan
terus-menerus, ataukah kita baru sekedar memiliki pengetahuan tentang Kekristenan? Kalau
[22]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
saat ini kita baru sekedar tahu, mari kita melangkah ke komitmen/penyerahan diri. Pengetahuan
yang sudah tersimpan di kepala baiklah diresapkan pula di dalam hati sehingga bisa bermuara pada
pembaruan budi. Kalau saat ini kita sudah berkomitmen, baiklah komitmen itu terus kita teguhkan
dengan berdoa dan belajar Firman Tuhan. Kalau saat ini kita sudah mengalami pembaruan,
bersyukurlah dan teruslah melangkah. Jangan terlena karena merasa sudah sempurna. Ingatlah
bahwa kita baru akan sempurna pada waktu Kristus datang kali kedua.
Selanjutnya jemaat yang terkasih,
berbicara tentang “berproses”, boleh dibilang bahwa semua orang pasti berproses. Tidak ada orang
yang benar-benar tetap sama dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Semua orang, entah dia sadar
atau tidak, akan terus berproses sampai dia mati. Dan selama sepekan, kita sudah sedikit banyak
disadarkan akan hal itu. Sekarang, baiklah kita bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita sudah
semakin mendekati kesempurnaan ataukah membeku ataukah menyimpang?
Yang terakhir (“menyimpang”) adalah prosesnya orang-orang yang mencla-mencle, tidak
konsisten, tidak punya pendirian, tidak teguh iman. Dengan alasan “berproses”, dengan dalih
“dinamis” (bergerak), dengan slogan “anti kemapanan”, mereka dengan mudahnya mengabaikan
ajaran-ajaran dasar dari Kekristenan (seperti pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah,
Tuhan dan Juruselamat satu-satunya) dan menganggapnya ketinggalan jaman. Semoga kita tidak
termasuk di dalamnya.
Yang kedua (“membeku”) adalah prosesnya orang-orang yang kolot. Dari segi ajaran, mungkin
mereka benar, lurus. Sayangnya, mereka tidak memperhatikan tantangan jaman. Mereka
menganggap prinsip segala sesuatu yang dulu diterimanya sebagai warisan dan karena itu
mengharamkan segala bentuk perubahan. Akan tetapi, walaupun tidak mau berubah, mereka toh
mengalami perubahan yaitu menjadi semakin dingin, kaku, beku. Janganlah kiranya kita seperti ini.
Yang pertama (“semakin mendekati kesempurnaan”) adalah prosesnya orang-orang yang dinamisAlkitabiah. Mereka ingat akan ajaran Rasul Paulus untuk terus-menerus berubah oleh pembaruan
budi sehingga dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berrkenan kepada
Allah dan yang sempurna (Rm 12:2). Mereka bukan berubah asal berubah melainkan berubah
seturut dengan Firman Tuhan. Mereka memperhatikan tantangan jaman namun tidak membiarkan
dirinya diombang-ambingkan. Mereka terus mengejar kebenaran yang lebih penuh tetapi bukan
tanpa pegangan, melainkan Kristus yang jadi pedoman. Mereka tetap konsisten dengan pengakuan
gereja sepanjang jaman tanpa terjebak di dalam kepicikan dan kekakuan. Betapapun telah
sedemikian maju, mereka jauh dari keangkuhan karena menyadari bahwa sejatinya hanya dari
Tuhanlah datang pertolongan (Mzm 124), datang keselamatan. Kiranya inilah kita.
Akhirnya jemaat yang terkasih,
berbicara tentang “bertumbuh”, kemarin sudah disingkapkan bahwa seharusnya kita bertumbuh
baik dari segi fisik, kecerdasan, iman/kesalehan, maupun pergaulan.
Sekarang, mari kita mengevaluasi diri: Apakah kita sudah benar-benar bertumbuh atau hanya
sekedar berkembang? Kalau saat ini jumlah anggota jemaat bertambah, pelayanan semakin luas
dan banyak macamnya, boleh dibilang kita berkembang. Akan tetapi apakah itu otomatis berarti
kita bertumbuh? Bukankah dahulu bangsa Israel berkembang biak, bertambah banyak di Mesir
tetapi setelah dilepaskan dari sana ternyata bahwa mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk dan
tidak percaya? Bukankah jenis-jenis pelayanan, macam-macam karunia yang ada di jemaat Roma
kelihatannya biasa saja, tidak ada yang spektakuler, namun Paulus, walaupun belum pernah
bertemu, salut dengan mereka dan mengarahkan mereka untuk bertumbuh dengan memaksimalkan
saja karunia-karunia itu? (Rm 12:3) Sebaliknya, terhadap jemaat di Korintus, Paulus justru
[23]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
mengutarakan kritik pedas karena walaupun berbagai pelayanan mereka begitu berkembang dan
terkesan spektakuler, namun iman dan karakter mereka masih kekanak-kanakan.
Ya, “berkembang” tidak selalu berarti “bertumbuh” dan “pertumbuhan” tidak selalu identik dengan
“perkembangan”. Oleh karena itu, kita tidak perlu iri ketika gereja kita kehilangan sejumlah
anggota jemaat yang memiliki karunia luar biasa, atau bahkan kehilangan banyak anggota jemaat
sementara gereja-gereja yang dari segi usia lebih muda dibandingkan kita menampilkan gejala
mega church (jemaat besar dengan tempat ibadah seperti stadion atau gedung teater raksasa). Kita
tidak perlu berkecil hati ketika sekolah-sekolah milik gereja kita tidak lagi menjadi tujuan siswasiswa yang ‘unggul’ atau bahkan, lebih parah lagi, benar-benar kekurangan siswa. Percayalah
bahwa dalam kondisi ‘menyusut’, dalam situasi krisis, pertumbuhan yang sejati bisa terjadi.
Bukankah pengalaman telah membuktikan bahwa dengan tidak lagi dimasuki oleh siswa-siswa
unggul, sekolah-sekolah Kristen justru bertumbuh kecerdasannya, kebijaksanaannya untuk menjadi
‘bengkel’ tempat memperbaiki anak-anak yang, menurut pandangan umum, jelek atau bahkan
rusak? Bukankah dengan sedikit siswa atau sedikit anggota jemaat, bertumbuh pergaulan, suasana
kekeluargaan yang mendalam di gereja dan sekolah-sekolah Kristen?
Semoga kita adalah gereja, orang-orang Kristen yang bertumbuh dan bukan sekedar berkembang.
Begitulah bapak/ibu/saudara/saudari,
di akhir Pekan Pendidikan Kristen 2014 ini, kita diajak untuk mengevaluasi: Sudah sejauh mana
kita belajar, berproses, dan bertumbuh? Apakah kita sudah sampai pada komitmen/penyerahan diri
kepada Allah di dalam Kristus dan mengalami pembaruan terus-menerus, ataukah kita baru sekedar
memiliki pengetahuan tentang Kekristenan? Apakah kita sudah semakin mendekati kesempurnaan
ataukah membeku ataukah menyimpang? Apakah kita sudah benar-benar bertumbuh atau hanya
sekedar berkembang?
Apapun hasil yang kita dapat dari evaluasi ini, janganlah itu membuat kita menjadi kecil hati.
Sebaliknya, hendaknya itu membuat kita semakin termotivasi. Teruslah belajar, berproses, dan
bertumbuh. Roh Kudus akan menolong kita. Amin.
Catatan: Bacaan I bisa dibacakan oleh Lektor/Pembaca; Mazmur Tanggapan bisa dibaca secara
berbalasan atau dinyanyikan atau didaraskan; Bacaan II bisa dibacakan oleh seorang
Penatua/Diaken; Pengkhotbah membacakan Bacaan Injil
TATA IBADAH
Nyanyian Persiapan
Nas Pembimbing
Pujian
Sabda Kasih
Berita Anugerah
Petunjuk Hidup Baru
Nyanyian Peneguhan
Nyanyian Respons
Nas Persembahan
Nyanyian Persembahan
Nyanyian Pengutusan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
KJ
Matius
KJ
Roma
1 Korintus
2 Korintus
PKJ
PKJ
Roma
PKJ
KJ
18: 1+2
16:15-16
141: 1-5
12: 9-21
6:11b
10:12-18
265: 1+2
154: 1-3
12: 1+2
264: 1—
341: 1-3
[24]
Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014
[25]
Download