Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 PENGANTAR PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN (PEPENKRIS) GKSBS 2014 Pendidikan berlangsung sejak manusia berada dalam kandungan sampai manusia kembali menghadap Allah Sang Pencipta. Oleh sebab itu hendaknya dimaknai bahwa pendidikan adalah proses yang tidak pernah berhenti, proses pendidikan akan berlangsung terus sehingga manusia akan memahami makna dan tujuan hidupnya. Proses untuk mewujudkan kualitas hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah yang telah mengaruniakan kehidupan. Untuk mewujudkan proses yang sungguh dan benar tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kesungguhan yang dilakukan terus menerus. Menyelenggarakan proses pendidikan juga menolong setiap peserta didik untuk menemukan talenta/karunia dalam hidupnya. Pendidkan juga harus menyadarkan setiap peserta didik bahwa untuk memetik hasil harus memerlukan perjuangan dan kesungguhan dalam prose belajar. Menyadari betapa pendidikan memerlukan perhatian yang serius maka Pekan Pendidikan Kristen Tahun 2014 mengambil Tema “Belajar, Berproses dan Bertumbuh” Untuk mendukung tema tersebut, maka bahan-bahan yang disajikan diupayakan akan dapat saling melengkapi satu dengan lainnya. Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam mempersiapkan bahan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran demi perbaikan pelaksanaan Pekan Pendidikan Kristen akan tetap kami terima dengan sukacita. Panduan Kegiatan Untuk Gereja/Jemaat No 1 Kegiatan Ibadah Pembukaan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Peserta Anggota Jemaat GKSBS Waktu Minggu, 24 Agustus 2014 Sarasehan Anggota Jemaat GKSBS 3 Renungan Keluarga 1 Keluargakeluarga Kristen atau kelompok PA Selasa, 26 Agustus 2014 4 Pemahaman Alkitab Keluarga Anggota Jemaat GKSBS Rabu, 27 Agustus 2014. 2 Senin, 25 Agustus 2014 Dimana Keterangan GKSBS masingmasing Dihimpun persembahan tambahan 1 kantong Gereja atau Kelompok PA Dihimpun persembahan 1 kantong Dirumah masingmasing atau di kelompok PA Kelompok PA [1] Dihimpun persembahan 1 kantong Dihimpun persembahan 1 kantong Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 5 6 7 Renungan Keluarga 2 Aktivitas Gereja Ibadah Penutupan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Keluargakeluarga Kristen atau kelompok PA Anggota Jemaat Anggota Jemaat GKSBS Kamis, 28 Agustus 2014 JumatSabtu, 29-30 Agustus 2014. Minggu 31 Agustus 2014 Dirumah masingmasing atau di kelompok PA Di gereja GKSBS Masingmasing Dihimpun persembahan 1 kantong Setiap keluarga /anggota jemaat menyumbang-kan 1 (satu) buah buku untuk membuat perpustakaan di gereja. Gotong Royong di sekitar gereja. Dihimpun persembahan tambahan 1 kantong. Gereja/Sekolah mengadakan evaluasi Pepenkris 2014 sebagai bahan masukan ke Sinode Keterangan: 1. Persembahan yang dihimpun baik melalui ibadah pembukaan, PA dan penutupan, peruntukannya adalah sebagai berikut: 50% persembahan untuk membiayai kegiatan di gereja atau sekolah dan 50% dikirim ke Sinode untuk mendukung Penerbitan Sinode GKSBS. Tiaptiap jemaat dapat menggunakan untuk aksi-aksi dalam rangka melaksanakan kegiatan pekan pendidikan di jemaatnya masing-masing. Dan jika mungkin untuk membiayai pembinaanpembinaan jemaat yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan pekan ini. 2. Pada prinsipnya, setiap gereja diberi kebebasan untuk melakukan aksi atau kegiatan yang mendukung dan bermanfaat disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Beberapa kegiatan yang dimungkinkan untuk dipertimbangkan, yaitu: a. Bagi Gereja yang memiliki unit sekolah akan sangat baik bila dalam ibadah pembukaan atau penutupan melibatkan para guru, karyawan dan siswa dalam melayani ibadah baik itu sebagai pemimpin pujian (Liturgos), penyambut jemaat, petugas penghimpun persembahan, atau bahkan pengkotbah. Demikian pula para siswa diberi kesempatan untuk mengisi pujipujian. b. Aksi bersama dengan cara setiap keluarga atau warga jemaat menyumbangkan 1 (satu) buah buku untuk perpustakaan di gereja yang akan membangun minat baca anak-anak. Bergotong royong membersihkan lingkungan gereja dan sekolah yang melibatkan anggota jemaat, guru, karyawan dan para siswa. Setelah itu diadakan kebersamaan dengan menyiapkan hidangan ringan. c. Memberikan beasiswa (bantuan studi) atau penghargaan bagi anak-anak yang berprestasi disekolahnya dengan tujuan untuk memberi motivasi kepada anak-anak agar memiliki semangat untuk menjadi lebih baik. [2] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 d. Mencari orang tua asuh bagi anak anggota jemaat yang kurang mampu baik dari intern anggota jemaat maupun sponsor. Panduan Kegiatan Untuk Sekolah Hari/Tanggal Awal Agustus 2014 Minggu, 24-82014 Uraian Kegiatan Setiap sekolah membentuk panitia kecil, menyusun perencanaan kegiatan, sosialisasi kegiatan ke warga sekolah, Membuat baner yang bertuliskan tema Pepenkris 2014 dan HUT RI Ke-69 (disatukan dalam satu baner) Setiap sekolah mengisi pujian di gereja terdekat, dalam rangka pembukaan Pepenkris 2014. Senin, 25-82014 Renungan Pembukaan Pepenkris di sekolah, dipimpin oleh Kepala Sekolah atau Guru yang ditunjuk. Materi renungan disesuaikan dengan tema, subtema dan dikorelasikan dengan semangat HUT RI Ke-69. Persembahan 1 kali (untuk membiayai kegiatan Pepenkris) Selasa, 26-82014 Pagi: Renungan bersama (Guru, Karyawan dan Siswa), bisa ruang maupun dilapangan Siang: Guru/Karyawan mengadakan kegiatan sarasehan, dengan materi yang telah disediakan. Jika lingkungan sekolah saling berdekatan (TK-SMA) agar dilaksanakan secara bersama Rabu, 27-82014 Renungan bersama, menggunakan bahan yang telah disediakan Kamis, 28-82014 Renungan bersama, materi membuat sendiri, disesuaikan dengan tingkat sekolah masing-masing. Pemantapan Persiapan Kegiatan/Apresiasi 2014. Jumat, 29-82014 Melaksanakan kegiatan peduli kasih, diusahakan warga sekolah semua berpartisipasi, seperti: - Kebersihan lingkungan sekolah, gereja, Balai Desa masyarakat - Mengumpulkan pakaian pantas pakai - Mengumpulkan buku untuk perpustakaan sekolah - Mengumpulkan beras, Mie Instan Hasil peduli kasih dibagikan ke siswa dan atau masyarakat dilingkungan sekolah/umum yang dipandang membutuhkan. Sabtu, 30-82014 Minggu, 31-82014 Gereja dan Sekolah dapat mengadakan kegiatan Apresiasi/Pentas Seni dikaitkan dengan HUT RI Ke-69, seperti: - Mengadakan Karnaval, untuk sekolah yang berdekatan bisa bergabung - Mengadakan lomba paduan suara, membaca puisi, Yel-yel proklamasi, kebersihan kelas, mading, dan atau permainan-permainan yang bernuansa mendidik. Setiap sekolah mengisi pujian di gereja terdekat, dalam rangka penutupan Pepenkris 2014. [3] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Majelis Pekerja Sinode GKSBS mengucapkan terimakasih kepada; bapak-ibu guru; SD, SMP, SMA, SMK. Para Dosen, Fasilitator Diklat, Jemaat dan Majelis GKSBS-Bengkulu, yang dengan melalui proses diskusi, sharing dan beberapa kali pertemuan, telah berkenan menulis dan menyusun bahan Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014. Kiranya ini menjadi berkat bagi kita semua. Demikian panduan Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014 ini kami sajikan. Selamat melaksanakan Pekan Pendidikan Kristen 2014, Tuhan menyertai, Tuhan memberkati, amin! Metro, Lampung, Juni 2014 Majelis Pekerja Sinode GKSBS Pdt. Christya Prihanto Poetro, M.Th Sekretaris [4] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 KOTBAH PEMBUKAAN PENDIDIKAN KRISTEN GKSBS 2014 BACAAN AMSAL 3: 11 – 26 PEKAN “BELAJAR, BERPROSES DAN BERTUMBUH” Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus kristus. Hari ini kita membuka masa pekan pendidikan Kristen GKSBS 2014, ditengah keprihatinan terjadinya kekerasan terhadap anak didik yang menjadi korban dan anak didik yang menjadi pelaku kekerasan, ini, di manapun bisa terjadi. Berikut ini beberap contoh nyata yang bisa menjadi permenungan kita bersama; Demikian kisahnya; . . . . . . . “Ketika pemain belakang Barcelona, Dani Alves, dilanggar dengan keras oleh lawannya, pemain belakang Real Madrid, Pepe, anak remaja disebelah saya (ketika nonton bareng) sekonyongkonyong berteriak: “Sudah. . . senter aja. . . senter aja . . .” Wajah remaja 14 tahun itu serius menatap kotak kaca (TV), seolah ia berada langsung di stadion kesebelasan faforitnya, Nou Camp, Spanyol. “Senter” sebuah istilah sepak bola “tarkam” (antar kampung) yang artinya menendang bola dengan sekuat-kuatnya kearah bagian penting tubuh orang lain, seperti kepala, dada, perut atau bagian alat vital. Keterkejutan saya dengan seruan keras anak itu tak ada apa-apanya ketimbang rasa kaget dan sedih saat mendengar jawaban yang saya dengar darinya ketika saya bertanya, “Biar apa disenter?” jawabnya, “Ya, biar mati aja sekalian”. Kedua biji matanya tak lepas dari layar kaca TV. Lain tempat dan waktu, seorang gadis kelas II SMP menulis kegelisahannya via Twitter kepada sang pacar tentang salah seorang teman sekelasnya yang terus mengganggu dan menggodanya agar mau menjadi kekasihnya. “Padahal kan aku sudah jadi pacar kamu” kicaunya di gadget yang super canggih. “Kurang ajar , biar nanti gw tabok bolak-balik tu co” Twet balasan datang dari sang pacar. “Ya pukulin aja ampe abis”, segera sang gadis kembali berkicau, “jangan tanggung, ampe mampus biar ntar gw yg nguburin” Kisah ini buka fiksi atau rekaan pengarang, kisah ini adalah realitas yang benar terjadi, bukan hanya pada dua remaja yang menjadi ihwal kisah diatas, namun boleh jadi juga terjadi dengan anak-anak dan remaja kita. Kekerasan sudah bersemayang dan hampir permanen dalam kepala mereka, dalam pikiran dan sudut-sudut di ruang imajiner mereka, apa yang terjadi dengan anak-anak remaja kita? (Kompas, 30-05-2014, hlm 6) Berikut ini adalah kenyataan anak-anak yang menjadi korban kekerasan; kejahatan seksual di Taman Kanak-kanak Jakarta Internasional School, kasus kekerasan seksual di Sukabumi yang korbannya lebih dari seratus anak dan di tempat-tempat lainnya, adalah kasus nyata tentang kekerasan (juga kekerasan seksual) terhadap anak. Ada lagi seorang anak SD yang meninggal karena dikeroyok teman-temanya, ini terjadi akibat anak-anak yang melihat game dalam gadget nya ingin memparktekkan tendangan, pukulan dan bantingan dan yang menjadi sasaran adalah temannya yang kebetulan sedikit saja berbuat kesalahan. Pelaku kekerasan bisa siapasaja, korbannya juga bisa anak-anak siapa saja. Menyadari kenyataan tersebut, melalui Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014 kita diajak untuk merefleksi ulang, untuk menyadari dan menata ulang peran keluarga, sekolah dan gereja sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk anak-anak kita; belajar, berproses dan bertumbuh kearah dewasaannya dengan wajar dan tanpa kekerasan [5] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus Dalam kehidupan umat Allah, Pendidikan dan pengajaran pertama dan utama dilaksanakan di dalam keluarga, anak setapak demi setapak, pelan namun pasti diperkenalkan dengan tradisi iman keluarganya, iman bangsanya. Orangtua mengajarkan perintah-perintah Allah; “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul.6:7) Ungkapan dalam bacaan kita hari ini:”Hai anakku . . .”(sampai tiga kali pada ayat 1,11 dan 21) adalah sapaan khas yang terjadi di dalam keluarga-keluarga umat Allah pada waktu itu, ini juga mengandung makna bahwa interaksi terjadinya pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam suasana; mesra, intim, terbuka (jujur, apa adanya) dan menyahabat di dalam keluarga (antara anak dan orangtuanya). Ketika seorang anak menerima kasih dan kehangatan dari Bapak dan Ibunya, yang terwujud; melalui belaian tangan, sorot mata yang lembut dan teduh, kata-kata yang riang penuh penghargaan, kesediaan mendengar cerita dan pergumulan dan tanggapan terhadap kebutuhan–kebutuhan fisik dan phsikisnya, di saat-saat itulah seorang anak mempelajari dan merasakan kepercayaan yang paling dasar. Pengalaman akan kasih orangtuanya merukapan sarana pertama dan utama bagi seorang anak untuk menerima kasih Allah melalui orang lain. Bagi sang anak, secara alamiah, orangtuanya merupakan model dan citra tentang Allah dan kehadiran-Nya. Atas dasar nilai-nilai yang dirasakan dan dimiliki anak-anak ketika terjadi interaksi pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga, kiranya akan mendapat keberlanjutannya di sekolah formal, oleh sebab itu jangan membiarkan anak mencari sekolah sendiri, pertimbangan keluarga sangat diperlukan sebelum anak menentukan sekolah dan jurusan yang dipilihnya. Kita sangat berharap dalam pendidikan di sekolah formal, anak-anak kita akan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki wawasan, pemahaman dan pengetahuan untuk mencapai suatu ketrampilan (atau kompetensi) tertentu. Selain itu kita juga berharap anak-anak akan mendapat pendidikan yang membangun karakternya, sehingga mengenal perbedaan antara apa yang indah dan apa yang jelek atau buruk, akan membuat anak peka, peduli tentang suasana hati orang lain dan tumbuh benih-benih empatinya serta anak-anak kita akan menyadari apa yang benar secara moral, dan apa yang salah secara moral atau apa yang baik dan buruk secara moral. Anak-anak kita akan mengenal dan tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Dari renungan ini ada beberapa hal yang dapat kita jadikan pembelajaran kita bersama dalam Pekan Pendidikan Kristen GKSBS-2014 ini, sebagai berikut: 1. Proses dan interaksi pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga adalah sesuatu yang sangat berharga, artinya harus diupayakan selalu ada dan terus menerus; keterbukaan dan kejujuran yang terwujud dengan adanya ketersalingan untuk mendengar dan di dengar antara anak dan orang tua, adanya konsensus-konsensus yang dibangun dan disepakati; mana/apa yang boleh dan mana/apa yang tidak boleh, juga sangsi bila mengingkari konsessus, harus juga disepakati bersama. 2. Kekerasan fisik dan kekerasan seksual (paedofilia) kepada anak-anak adalah suatu kenyataan yang sangat nggegirisi, tidak beradab. Demikian juga anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan sungguh sebuah perilaku yang di luar dugaan kita semua. Adalah usaha yang sangat berat untuk memberantasnya. Namun demikian; keluarga, sekolah (masyarakat dan pemerintah) dan Gereja [6] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 yang adalah lembaga permanen yang seharusnya selalu tanggap akan keadaan, responsive terhadap gejala yang berkembang, harus selalu memperlangkapi diri; dan menjadi tempat kita dan anak-anak kita mempertahankan daya hidup lewat pendidikan nilai, moralitas, etika dan estetika. Menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi kita dan anak-anak kita untuk terus belajar, berproses dan bertumbuh. 3. Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014 adalah upaya nyata GKSBS menyapa seluruh anggota Jemaat agar tetap; memberi ruang yang seluas-luasnya dalam keterbukaan dan kejujuran (apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang baik dan apa yang buruk) di dalam mengembangkan proses pendidikan yang menjawab kebutuhan keadaan. Selalu mewaspadai agar kita dan anak-anak kita tidak terjebak dan menyukai hal-hal yang bersifat instan, cepat saji, cepat selesai, jalan pintas, cara trabas.. Tetapi marilah kita Mendampingi dan menyiapkan anak-anak kita dalam menggunakan alat-alat komunikasi dengan berbagai model dan falsilitasnya yang super-canggih dengan mengedepankan asas manfaan atau kegunaannya, dan juga marilah kita bersama anak-anak kita menempuh segala sesuatu yang kita inginkan dan kita butuhkan dengan jalan kebenaran agar kehidupan kita sampai pada tujuan, kiranya ini akan menjadi sarana kita dan keluarga tetap setia untuk selalu ; belajar, berproses dan bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala, Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhan dan membangun dirinya di dalam kasih, (Ef.4:25-16) Selamat melaksanakan Pekan Pendidikan Kristen GKSBS 2014, Tuhan memberkati, Tuhan menyertai, amin. LITURGI PEMBUKAAN PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN GKSBS 2014: Nyanyian: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nyanyian Persiapan Nyanyian Pembukaan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persiapan Firman Nyanyian Responsoria Nyanyian Persembahan Nyanyian Tanggapan Nyanyian Penutup : PKJ 2 : KJ 73: 1 – 3 : PKJ 268: 1 + 2 : PKJ 198: 1 – 3 : PKJ 283: 1 – 4 (1:Brsm, 2:Lk, 3:Pr, 4:Brsm) : KJ 433: 1 – 3 (Intrld stlah bait 3, dinyatikan 3x) : KJ 462: 1 – 4 (1:Brsm, 2:Pr, 3:Lk, 4:Brsm) : KJ 350: 1 - 3 Bacaan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nats Pembimbing Hukum Kasih Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Kotbah Nats Persembahan : Ulangan 32: 1 – 4 : Ulangan 6: 5 – 9 : Ulangan 7: 6 – 7 : Amsal 3: 1 – 8 : Amsal 3: 11 – 28 : Amsal 3: 9-10 [7] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 BAHAN SARASEHAN PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN GKSBS 2014 Thema: BELAJAR, BERPROSES DAN BERTUMBUH Judul: PANGGILAN DAN PARTISIPASI GEREJA DALAM MEWUJUDKAN TEMPAT YANG AMAN DAN NYAMAN SESUAI PRINSIP “KEPENTINGAN YANG TERBAIK BAGI ANAK” Pendahuluan Akhir-akhir ini kasus kekerasan dan kejahatan seksual pada anak marak menghiasi media cetak dan elektronik. Kasus sodomi di TK Jakarta International School (JIS) atau kasus sodomi yang dilakukan Emon di Sukabumi dengan korban ratusan anak, hanyalah sebagian kecil yang muncul di permukaan sebagai fenomena gunung es tentang persoalan anak yang ada di Indonesia. Tulisan Agnes Aristiarini dan Maria Hartiningsih yang dikutip di bawah ini menggambarkan, betapa besar dan kompleks persoalan yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia. Di kampung-kampung miskin di perkotaan dan daerah-daerah yang rawan air dan rawan pangan “aku” tidak sempat mengecap apa-apa. Karena kurang gizi dan dilibas berbagai penyakit. Di pabrikpabrik di pinggiran kota besar “aku” berdiri di ruang-ruang panas dan pengap sedikitnya 10 jam sehari. Di perkebunan-perkebunan besar “aku” berada diantara pepohonan, mungkin tampak seperti bermain, tetapi keringatku mengucur habis oleh target yang harus dikejar. Di jermal-jermal di tengah laut ”aku” dirampas oleh gelombang pasang dan orang dewasa pengawas yang bisa mendekapku kapan saja Di jalanan “aku” aku menjadi mangsa supaya perut tidak keroncongan, di jalanan pula “aku” harus menghisap asap knalpot sepanjang hari dan menggangsurkan tangan memohon belas kasihan orang. Di rumah-rumah bordil “aku” aku tertelan dengusan nafas yang tak berhenti dari senja hingga pagi buta. Di penjara-penjara “aku” dibuang seperti halnya di panti-panti asuhan, “aku” bisa diperlakukan seperti apa saja dan kehadiran “ku” tidak pernah dikehendaki. Di wilayah konflik bersenjata “aku” menyaksikan ibuku diperkosa dan ayahku di siksa, di wilayah konflik pula “aku” kehilangan rasa cinta pada sesama karena orang dewasa menunjukkan musuhmusuh yang harus kubunuh. Di tempat-tempat pengungsian “aku” dikorbankan oleh rasa lapar dan ketakutan, rasa tidak aman, ancaman kekerasan dan kematian, tetapi di tempat itu pula “aku” belajar untuk menyerang kalau mau bertahan. Di rumah-rumah, di mana mestinya “aku” terlindungi dan dilimpahi kasih sayang, justru di tempat itu seringkali iblis malah bebas berkeliaran, “aku” bisa menjadi korban kekerasan tanpa diketahui orang lain. “Aku”, juga bisa menjadi korban ambisi orangtuaku yang ingin menjadikan “aku” seperti mereka. “Aku” tidak dibiarkan bebas berkembang karena bagi banyak orangtua “aku” hanyalah modal dan investasi1. 1 ST, Sularto, 2000, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, Jakarta PT Kompas Media Nusantara, halaman 1-2. [8] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Filosofi dan Dasar Hukum Perlindungan Anak Indonesia Dalam penjelasan umum Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dinyatakan: anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan ang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Pemerintah Indonesia juga mengadopsi 4 prinsip perlindungan anak yang yang terdapat dalam Convention on the Rights of the Child atau Konvensi Hak Anak yang disahkan PBB pada tanggal 20 November 1989, yaitu: non diskriminasi; kepentingan yang terbaik bagi anak; hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; serta penghargaan terhadap pendapat anak. Penjabaran prinsip-prinsip perlindungan anak ini kemudian dirinci dalam Pasal-pasal Convention on the Rights of the Child dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002, secara garis besar dapat dikelompokkan dalam 4 kategori sebagai berikut: 1. Hak terhadap kelangsungan (survival rights), meliputi hak untuk mempertahankan dan melestarikan hidup (the rights of life) dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya (the rights to the highest standart of health and medical care attainable). 2. Hak terhadap perlindungan (protection rights), meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, kekerasan dan penelantaran. 3. Hak untuk tumbuh kembang (development rights), meliputi hak untuk memperoleh pendidikan formal, informal dan non-formal serta hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. 4. Hak untuk berpartisipasi (participation rights) meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak (the rights of a child to express her or his views in all metters affecting that child)2. Bila melihat realitas kehidupan anak Indonesia yang digambarkan dalam kutipan di atas dengan filosofi dan landasan hukum yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak dan Undang-undang No. 23 Tahun 2013, ada diskrepansi antara das sollen dan das sein, antara cita hukum dan pelaksanaannya. Artinya adanya peraturan belum menjamin terlaksananya perlindungan anak, karena masih banyak persoalan anak yang terjadi di masyarakat seperti penyalahgunaan napza, seks bebas dan pornografi di kalangan remaja, kriminalitas di kalangan remaja, kebiasaan menyontek dan lain-lain. Perlu diketahui yang dimaksud anak dalam Konvensi Hak Anak dan Undang-undang No. 23 tahun 2002: anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dari batasan ini bila dikaitkan dengan jenjang pendidikan, yang disebut anak pada umumnya adalah balita hingga mereka yang duduk di bangku SMA. Pandangan (dasar-dasar) Alkitab tentang Perlindungan Anak Dasar Firmaan Tuhan yang bisa digunakan antara lain (dibaca bersama saat Sarasehan): Amsal 3 ayat 1-26 Matius 19 ayat 13-15. Markus 9 ayat 42 Efesus 6 ayat 4 2 Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, halaman 35. [9] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Kolose 3 ayat 21 Panggilan dan Partisipasi Gereja Dalam Perlindungan Anak Gereja baik sebagai institusi ataupun sebagai individu (orang Kristen) adalah bagian dari masyarakatnya yang terwadahi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini artinya apa yang menjadi hak, kewajiban dan tanggung jawab warga negara Indonesia juga menjadi hak, kewajiban dan tanggung jawab gereja. Salah satunya adalah dalam persoalan perlindungan anak, baik gereja sebagai institusi maupun gereja dalam arti orang Kristen berkewajiban melakukan perlindungan pada anak. Matius 19 ayat 13- 15, menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus menyambut anak-anak dan memberkati mereka. Pada ayat 14 Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga”. Dari ayat ini bisa dikatakan Tuhan Yesus menempatkan anak pada posisi penting, karena keberlangsungan hidup manusia tergantung pada eksistensi anak. Seringkali di pundak seorang anak digantungkan dan dibebankan segala hal yang tidak dapat dicapai oleh generasi terdahulu, terlalu banyak tuntututan-tuntutan orang dewasa pada anak, inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab munculnya permasalahan anak. Misalnya orang tua terlalu protektif pada anak, anak menginterpetasi itu sebagai sebuah kekangan, dampaknya anak menjadi pemberontak mencari kebebasan bersama teman-temannya dalam wujud penyalahgunaan napza atau seks bebas di kalangan remaja. Fenomena geng motor, anak-anak punk, cabe-cabean adalah manifestasi pemberontakan remaja pada otoritas keluarga, sekolah bahkan gereja. Menurut undang-undang, orang tua adalah pertama-tama yang bertanggung jawab dan berkewajiban memberikan perlindungan pada anak, kemudian negara dan pemerintah serta masyarakat. Contohnya, dalam pemenuhan hak anak pada kategori 1, yaitu hak kelangsungan hidup anak, berupa tumbuh kembang anak seperti makan, minum, perawatan dan kesehatan menjadi kewajiban setiap orang tua. Meskipun demikian pemenuhan hak tumbuh kembang anak, sepenuhnya tidak mungkin dipenuhi oleh orang tua, diperlukan institusi lain yaitu pemerintah untuk menyediakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Pemenuhan hak tumbuh kembang, misal fasilitas pendidikan (sekolah dan prasarana sekolah) yang memadai harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat (institusi pendidikan swasta, termasuk sekolah-sekolah Kristen). Keempat kategori perlindungan anak yang telah disebutkan di atas, juga memerlukan partisipasi dan dukungan masyarakat atau institusi masyarakat. Sebagai contoh, GKSBS di beberapa tempat memiliki sekolah atau sarana pelayananan kesehatan ini artinya GKSBS telah mewujudkan perlindungan anak berupa hak kelangsungan hidup anak dan hak tumbuh kembang anak. Dalam rangka PEPENKRIS Sinode GKSBS tahun 2014, mengambil tema: “Belajar, Berproses dan Bertumbuh”, tema ini sangat relevan karena anak-anak GKSBS juga akan mengalami belajar, berproses dan bertumbuh, sekaligus potensial mengalami berbagai permasalahan anak seperti yang dikemukakan di atas. Berangkat dari tema tersebut gereja-gereja di lingkungan Sinode GKSBS perlu membangun komitmen untuk terus-menerus mengupayakan dan mewujudkan perlindungan anak. Salah satu yang bisa dilakukan adalah melaksanakan pendidikan karakter yang disesuaikan dengan tingkatan usia anak. Tujuannya membekali anak supaya tidak menjadi pelaku kekerasan dan secara preventif mampu menghindari kekerasan. Paradigma Pendidikan Karakter Paradigma pendidikan karakter meliputi: [10] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 a. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran, sehingga memerlukan pola pengajaran fungsional. b. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan dari tiga (3) pihak secara sinergis yaitu orang tua, satuan/lembaga pendidikan dan masyarakat c. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis anak d. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dan terintegrasi. Ada 18 nilai karakter yang harus dibangun dalam mewujudkan pendidikan karakter yaitu: religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, rasa cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat (komunikatif), cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab3. Nilai-nilai karakter sebanyak 18 buah di atas, tentu selaras dengan Ajaran Gereja, persoalan yang muncul adalah bagaimana nilai-nilai ini bisa disosialisasikan pada jemaat pada PEPENKRIS 2014, melalui materi kotbah pembukaan PEPENKRIS, sarasehan, renungan keluarga, renungan sekolah, pemahaman Alkitab, akitifitas gereja, aktifitas sekolah dan materi kotbah penutupan PEPENKRIS. Melaui Pekan Pendidikan Kristen (PEPENKRIS) 2014 diharapkan gereja -gereja di lingkungan Sinode GKSBS mempunyai konsep model kurikulum pengajaran (materi ajar katekisasi remaja dan pemuda)) yang holistik mencakup dogma/ajaran gereja dan dikaitkan dengan realitas sosial dalam masyarakat. Dengan demikian akan menjadikan seluruh jemaat di lingkungan Sinode GKSBS terus belajar, berproses dan bertumbuh semakin cerdas. Bahan diskusi dalam sarasehan, renungan keluarga dan pemahaman Alkitab: 1. Sharing dan diskusi antara orang tua dengan anak-anak yang mulai remaja tentang persoalan yang dihadapi remaja seperti kekerasan, hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, kebebasan anak mengungkapkan segala sesuatu, keteguhan hati dalam menjalani proses belajar di sekolah yang harus didasari dengan kerja keras, ketekunan dan kejujuran. 2. Sharing dan diskusi antara anggota jemaat (orang tua) dalam mengaplikasikan nilai-nilai karakter dalam perspektif Alkitab dikaitkan pengalaman masing-masing keluarga. 3. Sharing dan diskusi tentang bagaimana mewujudkan tempat yang nyaman dan aman baik bagi anak maupun seluruh anggota keluarga dalam keluarga dan gereja. REFERENSI Alkitab Agus Sujanto dkk, 2009, Psikologi Kepribadian, Jakarta PT Bumi Aksara. Franz Magnis Suseno, 1987, Etika Dasar Masalah-masalah Poko Fildsafat Moral,Yogyakarta, Penerbit Kanisius Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung, PT Citra Aditya Bakti. N. Drijarkara, 1991, Filsafat Manusia, Yogyakarta, Kanisius. Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja Dan Anak, Jakarta Rineka Cipta. ST, Sularto, 2000, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, Jakarta PT Kompas Media Nusantara, cetakan ke 1. UNICEF, tanpa tahun, Dunia Yang Layak Bagi Anak-anak. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 3 Belajarpsikologi.com, diposted oleh Haryanto S.Pd, Desember 2012, di unduh pada 4 Juni 2014 jam 20.10. [11] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 ratifikasi tentang Convention on the Rights of the Child Belajarpsikologi.com, diposted oleh Haryanto S.Pd, Desember 2012, di unduh pada 4 Juni 2014 jam 20.10. [12] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Bahan PA Keluarga. HIDUP SUKSES ATAU MENYENANGKAN HATI TUHAN ? (Roma 12: 1 – 8) Semua orang pasti menginginkan hidup sukses, dan berbagai macam cara mereka lakukan untuk meraih kesuksesan itu. Setelah meraih apa yang mereka inginkan maka meseka merasa sebagai orang yang sedang meraih sebuah kesuksesan, karena dipikirnya bahwa dengan meraih kesuksesan segala kebutuhan dan keinginan dapat tercapai. sehingga menyambut kesuksesan tersebut dengan melakukan bermacam macam tidakan sebagai ungkapan kegembiraan. Ada yang pesta minuman dan mabuk - mabukan, ada yang mentraktir makan kawan kawannya, ada pula datang kepada Tuhan untuk menaikan rasa syukur dan puji pujian serta membagi berkat kepada sesama. Di jaman yang modern ini sarana dan prasarana serba canggih, kita semua jaga tahu bahwa sarana dan prasarana untuk memudahkan mencapai kesuksesan. Ada pendapat bahwa pemuda jaman sekarang bila ingin menggapai kesuksesan maunya dengan cara yang instan, cepat dan mudah serta hasilnya dapat segera dinikmati tanpa susah payah. Misalnya supaya lulus ujian dengan cara mencontek, membeli kunci jawaban dll, bila ingin lulus skripsi cukup pendekatan dengan dosen atau membayar orang untuk menyusun skripsi, atau bila ingin menjadi pegawai dan mendapat pekerjaan, dengan memberi sejumlah uang suap untuk meluluskan. Ada juga sebagian pemuda punya kebiasaan setiap bangun tidur bukannya berdoa namun langsung bercengkerama dengan hp atau ipetnya Apakah tindakan seperti ini yang dianggap kesuksesan dan menyenagkan hati Tuhan? Bagaimana kita menanggapi fenomena ini ? Seorang musisi senior baru saja dengan bangga bercerita tentang anaknya yang berprestasi dalam pendidikan musiknya di luar sana. Ia belajar disana dengan beasiswa dan biaya hidupnya ditanggung oleh sebuah departemen di Indonesia. Si anak ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Dalam waktu singkat ia pun segera menuai banyak prestasi disana. Tapi meski bangga, sang ayah bercerita bahwa ia merindukan kehadiran anaknya didekatnya. Untunglah teknologi jaman sekarang memungkinkan orang untuk bisa berhubungan dengan lebih mudah, murah dan cepat. Surat elektronik pun menjadi alternatif bagi mereka untuk bisa melepas rindu. Komunikasipun tidak lagi menjadi masalah dengan adanya internet. "Itu sangat bisa mengobati kerinduan saya. Lelah sehabis mengajar pun tidak lagi terasa ketika saya mendapat email dari dia." kata sang ayah. Ternyata kehadiran, kepedulian atau setidaknya kontak rutin dari seorang anak mampu membuat orang tua bersukacita. Itu membuat mereka gembira dan kembali segar meski kesibukan sehari-hari mungkin menguras energi mereka. Jika orang tua kita bisa merasa senang ketika kita tetap menjalin hubungan yang erat dengan mereka, Tuhan, Bapa yang penuh kasih pun demikian. Dia selalu menantikan dan memiliki kerinduan agar kita datang kepadaNya dan menyenangkan hatiNya. Masalahnya banyak orang yang tidak tahu bagaimana caranya. Apakah kita bisa mengirim email kepadaNya? Bertelepon? Memeluk? Atau membuatkan secangkir kopi? Bukankah itu tidak bisa kita lakukan karena Tuhan tidak berada secara fisik di dekat kita seperti halnya ayah kita di dunia? Lalu bagaimana caranya? Menyenangkan hati Tuhan ternyata bisa kita lakukan dengan hidup takut akan Tuhan. Hal-hal seperti inilah yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Lewat pengenalan akan Tuhan, mengasihiNya dengan setia, menyadari dan percaya sepenuhnya kasih setia Tuhan dalam kondisi apapun yang kita alami, dan terus menjalani hidup dengan rasa takut akan Tuhan, itulah yang bisa kita perbuat untuk menyenangkan hati Tuhan. Mempersembahkan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepadaNya. (Roma 12:1). [13] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Bahan diskusi : 1. Bagaimana menurut saudara tentang kesuksesan itu ? 2. Bagaimana cara saudara untuk meraih kesuksesan tersebut ? 3. Bagaimana cara saudara menyikapi kesuksesan selama ini ? 4. Apa rencana dan keinginan saudara ke depan dalam menjalani kehidupan ini dan ketika meraih apa yang diinginkan ? 5. Apakah saudara termasuk orang yang sudah menyenangkan hati Tuhan ? [14] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 RENUNGAN KELUARGA I GURUKU IDOLAKU Bacaan:Yohanes 13: 1-15 “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat,sebab memang Akulah Guru dan Tuhan”. Idola adalah seseorang yang memiliki arti penting dan nilai lebih bagi penggemarnya, baik dari segi penampilan, prestasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu banyak penggemar fanatik yang mengikuti perilaku si idola ini dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Fenomena ini banyak terjadi di dalam masyarakat terutama pemuda dan remaja, misalnya gaya berpakaian mini atau seksi ke kampus atau ke pertemuan, pemuda berkulit hitam mengikuti idolanya dengan rambut pirang, hal ini jelas tidak sesuai dengan situasi dan kondisinya. Ada pula seorang siswa yang mengidolakan seorang gurunya maka ia akan mengikuti cara-cara dan prilaku guru yang diidolakan itu dan mengikuti semua perintah yang diberikan. Yang menjadi pertanyaan adalah ketika kita mengidolakan Tuhan Yesus sebagai guru yang baik Yohanes 13:13 mau dan mampukah kita mengikuti keteladanan Yesus dan perintah-perintahnya?. Karena Yesus sebagai guru dan Tuhan maka sebagai murid-muridnya, kita harus mengikuti pemikiran, sikap dan gaya hidup-Nya yang harus mewarnai pola pikir dan prilaku kita sehari-hari. Sebagai bahan perenungan mari kita lihat filosofi pendidikan di Indonesia dari Ki Hajar Dewantara yang menyatakan “Ing ngarso Suntolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” (apabila guru berada didepan dapat memberi teladan, apabila berada di tengah dapat memberikan bimbingan dan menguatkan serta apabila berada dibelakang dapat memberikan dorongan dan motivasi pada murid-muridnya). Akan tetapi Yesus sebagai guru yang baik bukan hanya berada di depan, di tengah dan di belakang kita. Dia bahkan berada di dalam kita melalui kehadiran roh kudus Yohanes 14:25 “tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan apa yang Ku berikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu......”. Ditengah-tengah situasi dunia yang semakin tidak menentu, tidak sedikit orang yang kebingungan dengan apa yang harus dilakukan, bahkan bingung untuk menentukan mana yang baik dan benar maupun yang salah, karena semuanya membaur menjadi satu lingkaran kehidupan yang kita hadapi setiap saat. Sebagai anak anak Tuhan tentunya tidak ada pilihan lain bahwa Yesuslah yang menjadi guru yang baik bagi kita. Mau dan mampukah kita meneladani kehidupan Tuhan Yesus dalam kehidupan sehari hari, mengingat bahwa Yesus bukan hanya sebagai guru yang baik saja namun juga sosok teladan yang menjamin keselamatan bagi umat yang percaya dan setia kepadaNya. Kalau kita memiliki guru di sekolah yang di idolakan kita sanggup mengikuti prilakunya dan perintahnya, walau tidak ada jaminan kebenaranya, sedangkan Yesus jelas-jelas menjadi guru dan Juruselamat yang memberikan jaminan keselamatan. Pokok doa: 1. Agar anak-anak kita para pemuda/remaja tidak mudah terpengaruh sang idola tanpa melihat nilai manfaat dan kepantasannya. 2. Agar anak-anak kita para pemuda/remaja lebih fokus berjuang untuk masa depannya dengan mengandalkan pertolongan Tuhan Yesus [15] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 RENUNGAN KELUARGA 2 Bacaan : Lukas 2:41-52 Nas : Lukas 2:51b,52 “...dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka... Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” TEMPAT UNTUK BERTUMBUH “Kamu itu pintar”, “badanmu besar”. Begitulah biasanya orang lain menggambarkan kelebihan saya. Gambaran ini tentunya membangkitkan rasa syukur dalam diri saya. Saya bersyukur dibesarkan dalam keluarga yang memperhatikan gizi serta memiliki kebiasaan membaca, berdiskusi yang sedikit banyak membentuk kepintaran atau lebih tepatnya kecerdasan intelektual. Akan tetapi, melalui pengalaman saya disadarkan bahwa pintar/intelek dan berbadan besar saja tidak cukup. Syukurlah, melalui sekolah dan gereja saya ditolong untuk bertumbuh pula dalam iman dan pergaulan. Dalam bacaan saat ini, kita pun melihat bagaimana Yesus, di dalam kemanusiaan-Nya, bertumbuh. Pada umur dua belas tahun, ketika mengikuti Beth Ha Midrasy yang di dalamnya anak-anak Yahudi diperkenalkan dengan segala rahasia Taurat, Yesus telah menampakkan kecerdasan yang membuat heran para alim ulama dan orang-orang lain yang ada di Bait Allah. Kecerdasan Yesus yang luar biasa ini tentunya tidak lepas dari didikan yang diterima-Nya dalam keluarga Maria dan Yusuf, dalam Beth Ha Seper (kelas pengajaran agama Yahudi sebelum Beth Ha Midrasy) serta dalam kumpulan orang-orang Yahudi pada hari Sabat dan hari-hari raya Yahudi lainnya. Selepas peristiwa di Bait Allah tadi, Yesus tetap dalam asuhan keluarga yang sama. Berkat asuhan ini, Dia semakin bertumbuh baik fisik (“semakin besar”), kepintaran/hikmat (“bertambah hikmat-Nya”), iman/kesalehan (“makin dikasihi oleh Allah”) maupun pergaulan-Nya (“makin dikasihi oleh manusia”); sebuah pertumbuhan yang utuh dan seimbang. Ya, keluarga, sekolah, dan gereja seharusnya menjadi tempat bagi anak-anak untuk bertumbuh secara utuh dan seimbang. Pertanyaannya adalah: Bagaimana dengan keluarga kita? Bagaimana pula dengan sekolah-sekolah, khususnya sekolah Kristen yang ada di dekat kita dan/atau menjadi mitra kita? Juga bagaimana dengan gereja kita? Apa yang ke depan perlu kita lakukan agar keluarga, sekolah, dan gereja semakin berperan sebagai tempat bagi anak-anak untuk bertumbuh secara utuh dan seimbang? Doakanlah dan usahakanlah agar keluarga, sekolah, dan gereja menjadi tempat bagi anakanak untuk bertumbuh secara utuh dan seimbang Pokok-pokok Doa: 1. Pelaksanaan Pepenkris di jemaat-jemaat se-Sinode GKSBS dan di sekolah-sekolah Kristen milik GKSBS 2. Keutuhan pertumbuhan anak-anak yang masih sekolah/kuliah 3. Pemaksimalan peran keluarga, sekolah, dan gereja sebagai tempat untuk bertumbuh [16] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Renungan Sekolah 1 DIGUGU DAN DITIRU Bacaan: Yakobus 3:1-2 Pengantar Falsafah Jawa mengatakan bahwa “Guru” adalah “(seseorang yang) digugu lan ditiru”. Digugu artinya ditaati, dipatuhi, diteladani, sedang ditiru berarti di jadikan patron atau gambar contoh, atau dijadikan panutan. Seorang “Guru” itu, ajaran, tingkah laku dan kisahnya dipercayai dan hidupnya menjadi teladan oleh muridnya. Jepang, negeri yang terkenal akan kemampuan teknologinya juga mengakui betapa pentingnya peran seorang guru atau “Sensei” ini. Ketika porak poranda oleh Perang Dunia II, Kaisar Hirohito berkata “Masih ada berapa banyak Guru yang tersisa?”. Kaisar Hirohito begitu percaya bahwa peran Guru sangat sentral dan strategis untuk membangun dan menumbuhkan mental dan peradaban manusia, dan hasilnya, itulah Jepang yang sekarang ini. Begitu juga dengan negara tetangga kita Malaysia. Negara ini menjunjung tinggi peran dan sosok seorang Guru, bahkan menyebutnya dengan kata penghormatan “CikGu”, karena menyadari bahwa negaranya dapat maju dan berperan sekarang ini, karena peran seorang CikGu. Malaysia menyadari sepenuh hati bahwa guruguru yang berkelas dan berkualitas, pasti dan jelas akan menghasilkan generasi yang berkelas dan berkualitas pula. Oleh sebab itu, untuk membayar jasa CikGu ini, Malaysia menerbitkan kartu identitas (ID Card) khusus yang mencantumkan penghargaan sebagai Warga Negara Emas. Menarik sekali, apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang “Guru”; ….. janganlah banyak orang diantara kamu menjadi guru…” Apakah maksudnya? Dan apakah Alkitab tidak membolehkan orang Kristen menjadi guru? Ternyata kalimat selanjutnya memberi penjelasan, Yakobus sedang memberi penerangan dan peringatan, agar orang tidak memandang ringan dan remeh peran seorang guru dan sembarangan saja mengajar orang lain, karena jika seseorang mengajarkan hal-hal yang salah, maka yang diajarpun akan sesat, dan karena itu nabi ini mengingatkan bahwa Tuhan pasti menuntut pertanggung jawaban dari mereka yang menyebut dirinya seorang guru. Kita, yang saat ini diberi kesempatan untuk mengajar, baik sebagai seorang Guru, Dosen, Pemimpin, Majelis Jemaat, Pengajar Profesional, maupun sebagai Orang tua- Bapak Ibu ,mari memeriksa diri kita, sudahkah kita mengajar dengan “benar?”, sudahkah pantas kita untuk digugu dan ditiru? Tuhan memberkati kita, Amin, Pokok-pokok Doa: 1. Para guru dan dosen agar bersuka cita dalam mengajar, mendidik dam mendampingi siswa dan mahasiswanya. 2. Agar bangga dan bersyukur bahwa menjadi guru dan dosen adalah panggilan Tuhan yang sangat mungkin mendatangkan penghiburan dan kekuatan. [17] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Renungan Sekolah 2 BISAKAH KU GENGGAM DUNIA...?? Bacaan: Amsal 12:11, Mazmur 126:5-6 Pengantar Ada sebuah peribahasa yang sudah sangat terkenal dan bahkan saking terkenalnya peribahasa ini dinyanyikan atau dilagukan dengan bangga oleh Band Boomerang, yakni “Berakitrakit ke hulu , berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Makna peribahasa ini adalah bahwa bila kita bersungguh-sungguh, maka akan bahagia dikemudian hari. Salah satu contoh nyata dari peribahasa ini adalah seorang yang bernama Chairul Tanjung, yang berani bercerita tentang kehidupan dan perjalanan hidupnya. Ia bercerita bagaimana ia begitu menderita dimasa kecilnya bahkan sampai dewasa (sampai kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi UI). Ia anak seorang janda yang penghidupannya sebagai penjahit pakaian wanita. Chairul Tanjung kecil dididik oleh Ibunya, bagaimana ia harus hidup dengan makan seadanya dan pakaian seadanya, yang penting ia musti dan harus sekolah, karena sang ibu tahu, mengerti dan menyadari bahwa hanya dengan pendidikan, anaknya bisa hidup dan menghidupi masa depannya. Singkat cerita, si anak yang bernama Chairul Tanjung ini, saat ini dipilih oleh Presiden SBY untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Pak Menteri ini yang lebih dikenal sebagai CT (Ce Te= singkatan Chairul Tanjung) ini , ia adalah pemilik supermarket Carrefour, pemilik stasiun TV Trans 7 dan Trans TV dan banyak perusahaan lain yang tergabung dalam Trans Coorporation (Transcorp). Dalam bukunya “Anak Singkong”, CT bercerita bagaimana sejarah hidupnya, bagaimana ia meraih impiannya dengan hanya mengandalkan “SEKOLAH”. Kesaksian CT bahwa hanya dengan sekolah-lah ia bisa meraih impiannya. Alkitab dalam Amsal 12 ayat 11, menandaskan bahwa “Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan …(11a)”. Pengarang Amsal ini mengerti dan tahu bahwa barangsiapa yang dengan sungguh-sungguh belajar, pasti akan berhasil dikemudian hari. Ayat “Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan” dimaksud, juga mengisyaratkan kepada pembacanya, bahwa bila mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi kewajibannya, “akan kenyang dengan makanan” artinya kemuliaan, kesohoran dan kemakmuran pasti akan didapatnya. Akhir-akhir ini ada sinyalemen, bahwa saat ini ketergantungan siswa terhadap sekolah menipis bahkan siswa hanya memenuhi kewajiban saja”. Disinyalir dewasa ini, banyak murid sekolah itu hanya apa adanya, hanya menjalankan tugas bahwa setiap hari itu harus masuk sekolah, setiap hari itu harus absen, akan tetapi untuk belajar dan berfikir itu nanti dulu, lebih baik untuk nge-game Istilah gaul anak murid sekarang ini, “ School! Okey! but Learn? wait a minute! ”. Padahal bila ditanyakan kepadanya tentang ungkapan “Ora et labora”, pasti mereka tahu artinya, yaitu Berdoa dan Bekerja . Tetapi bila ditanyakan apa maknanya, belum tentu ia mengerti dan dapat menjawabnya. Bercermin kepada judul diatas, masih relevankah pertanyaan Untuk apa kita sekolah? Janganlah sampai peribahasa diatas berubah menjadi “berakit-rakit kita kehulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, sekaratnya kemudian” seperti yang dinyanyikan oleh Band Boomerang. Tuhan memberkati kita. Amin. Pokok-pokok Doa: 1. Setiap siswa dan mahasiswa senantiasa bersyukur, memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan untuk masa depan yang lebih baik. 2. Setiap siswa dan mahasiswa tidak mudah putus ada dan menyerah bila menghadapi kesulitan dalam studi, justru kesulitan itu harus dihadapi sebagai jalan menuju keberhasilan. [18] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Renungan Sekolah 3 AKU PASTI BUSA! Bacaan: 2 Timotius 4:7 Pernakah kalian suatu ketika berhitung berapa jumlah cost (pengaluaran) yang dibutuhkan selama sekolah !!!!!!, yuk sekarang coba kita hitung bersama-sama berdasarkan beberapa instrumen pertanyaan dibawah ini: 1. Berapa jarak rumahmu dengan sekolah/kampus, apakah cukup ditempuh dengan jalan kaki atau harus berkendaraan, kalau harus berkendaraan berapa lama jarak tempuh yang dibutuhkan, selanjutnya berapa liter BBM yang dibutuhkan untuk jarak tempuh tersebut 2. Apakah anda punya kebiasaan jajan disekolah/dikampus, kalau ya coba hitung berapa rupiah setiap harinya yang terpakai. 3. Ada kecenderungan bahwa setiap awal Tahun Pelajaran ada biaya ekstra yang harus disiapkan seperti Seragam Sekolah, tas, sepatu, alat tulis dan mungkin buku literatur penunjang pelajaran. 4. Dalam kegiatan pembelajaran, ada kalanya siswa/mahasiswa harus mengerjakan rangkaian tugas yang yang diberikan oleh guru/dosen dan ada kalanya juga tugas-tugas itu memerlukan biaya yang tidak sedikit misalnya praktikkum, praktik industri, prakarya, karya tulis ilmiah dan lain-lain. 5. Jika anda bersekolah/studi di sekolah/perguruan tinggi swasta, barangkali juga ada tambahantambahan biaya yang jumlahnya mungkin tidak sedikit Seandainya toh jarak rumah dengan sekolah/kampus berdekatan sehingga dapat ditempuh dengan jalan kaki, anda tidak punya kebiasan jajan karena anda membiasakan diri untuk sarapan sebelum ke sekolah/kampus dan anda juga mendapatkan bea siswa sehingga anda tidak mengeluarkan biaya apapun untuk biaya sekolah tetapi bagaimana dengan waktu, tenaga, pikiran yang anda curahkan untuk belajar disekolah...... Dari beberapa instumen pertanyaan dan pernyataan diatas cobalah kalian hitung kemudian renungkan..... ternyata untuk dapat bersekolah dibutuhkan biaya, waktu tenaga pikiran yang tidak sedikit .... Mendapat kesempatan belajar disekolah/perguruan tinggi merupakan berkat yang tentunya juga mengisyaratkan akan tugas dan kewajiban yang harus dijalani. Seberapapun besar biaya, waktu, tenaga pikiran yang dibutuhkan, yakinlah bahwa orangtua atau sipapun tidak akan berhitung jika kita “siswa/mahasiswa” dengan dengan kesadaran takut akan Tuhan, tulus dan sukacita berjuang untuk belajar, belajar dan belajar. Kesaksian Rasul Paulus dalam 2 Timotius 4:7 “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” dalam kontek status sebagai siswa/mahasiswa yang sedang berjuang ayat tersebut menjadi tekad kita untuk kita wujudkan. Tuhan memberkati. Beberapa pernyataan tentang kesetiaan dalam berproses; ”Aku belajar bertekun, agar tahan banting. Aku juga belajar bahwa kitalah yang menentukan enaktidaknya bersekolah itu. Dengan tetap sekolah, keterampilan seniku meningkat, yang bakal terpakai setelah aku lulus.”—Rachel. [19] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 ”Sekarang aku tahu bahwa dengan bekerja keras, aku bisa meraih cita-citaku. Aku ikut pelatihan teknik di sekolah supaya nantinya aku terampil untuk pekerjaan yang aku sukai sebagai mekanik di percetakan.”—John. ”Karena aku tidak menyerah, aku menguasai dasar-dasar membaca dan menulis. Sekolah telah mengajarku cara menarik manfaat dari kritikan dan mengungkapkan diri dengan jelas dan logis— keterampilan yang berguna dalam pelayanan Kristen-ku.”—Ryan. ”Sekolah meningkatkan keterampilanku memecahkan problem, di kelas maupun di tempat lain. Karena tahu caranya mengatasi tantangan akademis, sosial, dan fisik, aku bisa lebih dewasa.”— Cindy. ”Sekolah telah membantuku siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Aku juga menghadapi banyak situasi yang mengharuskan aku menyelidiki dasar kepercayaanku; jadi, dengan bersekolah, aku semakin yakin akan agamaku.”—Rose. Pokok Doa: 1. Anak-anak yang terus berjuang untuk sekolah 2. Orangtua yang bekerja mengupayakan biaya untuk sekolah Renungan Sekolah 4 BELAJAR DARI YESUS Bacaan: Mazmur 119:61-68 “Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu.” Sewaktu masih sekolah dulu, ada seorang guru yang menjadi idola kami, karena guru tersebut sangat perhatian dan tekun memberikan pengajaran pada murid-muridnya. Setiap pelajaran yang disampaikannya,dapat kami simak dan terima dengan baik. Kita juga mempunyai Guru yang luar biasa. Dia sangat mengasihi, serta tekun memberikan pengajaran yang terbaik kepada kita semua. [20] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Sebab itu kalau kita ingin menjadi orang pandai, selain giat belajar, juga butuh bantuan Tuhan Yesus, yang akan memampukan kita menyerap semua pelajaran dengan sangat baik. Perjanjian Baru memuat banyak prinsip yang dipakai Tuhan Yesus dalam mendidik murid-muridNya. Semua prinsip Tuhan Yesus dalam pengajaranNya masih sangat cocok untuk diterapkan pada pendidikan Kristen untuk anak-anak didik zaman ini. Beberapa prinsip dalam pengjaran Tuhan Yesus, yaitu antara lain: 1. Tuhan Yesus mengajar melalui hidup dan perbuatan-Nya. Yesus, Anak Allah yang menjalankan misiNya di dalam dunia dengan cara mengajar (sebagai guru), Karakter Yesus yang nampak adalah sebagai berikut: Pertama: Visioner. Jangkauan berfikirNya jauh ke depan. Hal ini nampak dalam berbicara maupun mengajar. Ia selalu menjelaskan tentang perseptif masa depan. Ia tidak sekedar menyampaikan visi, tetapi sekaligus mempersiapkan murid-muruidNya menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat dari apa yang dilakukannya Kedua, Yesus mempunyai itegritasnya tinggi. Semua kata-kata Yesus selalu singkron atau selaras, sejalan dengan perbuatanNya Ketiga, Ia Kreatif dan Invonatif. Yesus dalam pengajaranNya selalu mencari dan menemukan cara dalam mengajar serta menghadapi situasi. Banyak alternatif yang diupayakan dalam rangka menyujudkan PelayananNya 2. Tuhan Yesus memakai pengalaman pendengar-pendengar-Nya untuk mengajar mereka. Sebagai dasar untuk ajaran yang baru, Ia menyebut hal-hal yang lazim dialami tiap orang, peristiwa-peristiwa dari hidup sehari- hari yang pasti akan dimengerti oleh setiap pendengarNya. 3. Tuhan Yesus terkadang menunjukkan obyek-obyek yang konkrit untuk dilihat. Ia memakai mata uang, burung di udara dan bunga-bungaan di padang yang kelihatan di manamana sehingga akan mengingatkan pendengar-Nya akan ajaran-Nya tiap kali mereka melihat barang itu kelak. 4. Tuhan Yesus memakai bahan/ materi/ media yang tepat dan sederhana untuk mengajar. Pengajaran Yesus tersusun dalam sebuah rangkaian bahan pengajaran yang runtut. Materimateri pengajarannya merupakan pokok-pokok yang telah dikenal oleh pendengarNya. 5. Tuhan Yesus selalu memberikan kepada pendengar-Nya tanggung jawab untuk mengambil keputusan secara pribadi. Dengan jelas Ia menunjukkan akibat dari pilihan yang tepat dan yang tidak tepat. Tanggung jawab untuk memilih diserahkan sepenuhnya pada tiap pendengar-Nya. Ia tidak menyuruh mereka menghafalkan apa yang dikatakan-Nya dan taat secara mutlak tanpa berpikir. Pokok doa: 1. Doakan sekolah-sekolah Kristen 2. Yayasan Pendidikan Kristen KHOTBAHPENUTUPAN PEPENKRIS (Ordinari 21, Semi Sinambung) TAHUN “A” Minggu, 31 Agustus 2014 [21] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 Bacaan I Mazmur Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : Keluaran : Mazmur : Roma : Matius 1:8-2:10 124 12: 1-8 16:13-20 SUDAH SEJAUH MANA? Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus. Hari ini, bersama jemaat-jemaat se-Sinode GKSBS, kita menutup Pekan Pendidikan Kristen 2014. Selama sepekan, kita sudah berbicara tentang Pendidikan Kristen dalam tema besar “Belajar, Berproses, dan Bertumbuh”. Sekarang di akhir pekan ini, agaknya baik jika kita melakukan evaluasi dengan bertanya: Sudah sejauh mana kita belajar, berproses, dan bertumbuh? Jemaat yang terkasih, berbicara tentang belajar, sudah disingkapkan kepada kita bahwa sesungguhnya belajar berlangsung sepanjang hayat. Selama hayat masih dikandung badan, kita harus terus belajar bukan hanya untuk mengejar kesuksesan melainkan untuk menyenangkan hati Tuhan. Sekarang, bapak/ibu/saudara/saudari, semakin disingkapkan kepada kita bahwa untuk menyenangkan hati Tuhan, Allah kita diperlukan komitmen/penyerahan diri. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, dengan jelas menasehatkan, atau lebih tepatnya mendesak orangorang percaya untuk segera mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah. Desakan ini dikemukakan oleh Paulus setelah panjang lebar dia menguraikan ajaran yang benar yang perlu diketahui oleh orang percaya, khususnya pada waktu itu jemaat di Roma yang masih muda. Akan tetapi, bagi Paulus tidak cukup jika orang percaya hanya sebatas memiliki pengetahuan tentang ajaran yang benar. Itulah sebabnya dia mengajak orang percaya untuk melangkah dari sekedar tahu menjadi berkomitmen/menyerahkan diri kepada Allah yang sudah dia ketahui dan, setelah menyerahkan diri, terus berubah oleh pembaruan “budi” atau dalam bahasa Yunaninya nous yang berarti pikiran sekaligus karakter. Pembelajaran ala Paulus yang sampai pada tahap komitmen dan pembaruan pikiran serta karakter itu bapak/ibu/saudara/saudari tentunya sejalan dengan pembelajaran ala Yesus. Dalam bacaan Injil kita saat ini, Yesus jelas menuntut komitmen, kepercayaan pribadi dari murid-murid-Nya. Yesus tidak mau para murid sekedar tahu apa kata orang tentang Dia. Itulah sebabnya, setelah menggali apa yang mereka tahu dari kata orang tentang Dia, Yesus bertanya pula: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Menjawab pertanyaaan ini, Petrus mengaku secara pribadi: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Menanggapi pengakuan tersebut, Yesus pun menyebut Petrus “berbahagia” karena telah mendapat penyataan dari Bapa-Nya yang di sorga. Dan sesudah peristiwa itu, mulailah Yesus meluruskan pemikiran Petrus yang keliru tentang Mesias serta memperbarui karakternya. Begitulah, belajar secara Kristiani tidak boleh berhenti pada pengetahuan melainkan harus sampai pada komitmen dan bermuara pada pembaruan pikiran, karakter yang terus-menerus. Sayangnya, ada, atau bahkan banyak orang Kristen yang saat ini cenderung berhenti pada pengetahuan. Apabila di antara naradidik kita ada yang seperti ini, maka sebagai pendidik kita bertanggung-jawab untuk mengajak mereka melangkah ke komitmen dan pembaruan terus-menerus. Namun, sebelum sampai ke naradidik, baiklah kita lebih dulu bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah kita sudah sampai pada komitmen/penyerahan diri kepada Allah di dalam Kristus dan mengalami pembaruan terus-menerus, ataukah kita baru sekedar memiliki pengetahuan tentang Kekristenan? Kalau [22] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 saat ini kita baru sekedar tahu, mari kita melangkah ke komitmen/penyerahan diri. Pengetahuan yang sudah tersimpan di kepala baiklah diresapkan pula di dalam hati sehingga bisa bermuara pada pembaruan budi. Kalau saat ini kita sudah berkomitmen, baiklah komitmen itu terus kita teguhkan dengan berdoa dan belajar Firman Tuhan. Kalau saat ini kita sudah mengalami pembaruan, bersyukurlah dan teruslah melangkah. Jangan terlena karena merasa sudah sempurna. Ingatlah bahwa kita baru akan sempurna pada waktu Kristus datang kali kedua. Selanjutnya jemaat yang terkasih, berbicara tentang “berproses”, boleh dibilang bahwa semua orang pasti berproses. Tidak ada orang yang benar-benar tetap sama dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Semua orang, entah dia sadar atau tidak, akan terus berproses sampai dia mati. Dan selama sepekan, kita sudah sedikit banyak disadarkan akan hal itu. Sekarang, baiklah kita bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita sudah semakin mendekati kesempurnaan ataukah membeku ataukah menyimpang? Yang terakhir (“menyimpang”) adalah prosesnya orang-orang yang mencla-mencle, tidak konsisten, tidak punya pendirian, tidak teguh iman. Dengan alasan “berproses”, dengan dalih “dinamis” (bergerak), dengan slogan “anti kemapanan”, mereka dengan mudahnya mengabaikan ajaran-ajaran dasar dari Kekristenan (seperti pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat satu-satunya) dan menganggapnya ketinggalan jaman. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Yang kedua (“membeku”) adalah prosesnya orang-orang yang kolot. Dari segi ajaran, mungkin mereka benar, lurus. Sayangnya, mereka tidak memperhatikan tantangan jaman. Mereka menganggap prinsip segala sesuatu yang dulu diterimanya sebagai warisan dan karena itu mengharamkan segala bentuk perubahan. Akan tetapi, walaupun tidak mau berubah, mereka toh mengalami perubahan yaitu menjadi semakin dingin, kaku, beku. Janganlah kiranya kita seperti ini. Yang pertama (“semakin mendekati kesempurnaan”) adalah prosesnya orang-orang yang dinamisAlkitabiah. Mereka ingat akan ajaran Rasul Paulus untuk terus-menerus berubah oleh pembaruan budi sehingga dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berrkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm 12:2). Mereka bukan berubah asal berubah melainkan berubah seturut dengan Firman Tuhan. Mereka memperhatikan tantangan jaman namun tidak membiarkan dirinya diombang-ambingkan. Mereka terus mengejar kebenaran yang lebih penuh tetapi bukan tanpa pegangan, melainkan Kristus yang jadi pedoman. Mereka tetap konsisten dengan pengakuan gereja sepanjang jaman tanpa terjebak di dalam kepicikan dan kekakuan. Betapapun telah sedemikian maju, mereka jauh dari keangkuhan karena menyadari bahwa sejatinya hanya dari Tuhanlah datang pertolongan (Mzm 124), datang keselamatan. Kiranya inilah kita. Akhirnya jemaat yang terkasih, berbicara tentang “bertumbuh”, kemarin sudah disingkapkan bahwa seharusnya kita bertumbuh baik dari segi fisik, kecerdasan, iman/kesalehan, maupun pergaulan. Sekarang, mari kita mengevaluasi diri: Apakah kita sudah benar-benar bertumbuh atau hanya sekedar berkembang? Kalau saat ini jumlah anggota jemaat bertambah, pelayanan semakin luas dan banyak macamnya, boleh dibilang kita berkembang. Akan tetapi apakah itu otomatis berarti kita bertumbuh? Bukankah dahulu bangsa Israel berkembang biak, bertambah banyak di Mesir tetapi setelah dilepaskan dari sana ternyata bahwa mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk dan tidak percaya? Bukankah jenis-jenis pelayanan, macam-macam karunia yang ada di jemaat Roma kelihatannya biasa saja, tidak ada yang spektakuler, namun Paulus, walaupun belum pernah bertemu, salut dengan mereka dan mengarahkan mereka untuk bertumbuh dengan memaksimalkan saja karunia-karunia itu? (Rm 12:3) Sebaliknya, terhadap jemaat di Korintus, Paulus justru [23] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 mengutarakan kritik pedas karena walaupun berbagai pelayanan mereka begitu berkembang dan terkesan spektakuler, namun iman dan karakter mereka masih kekanak-kanakan. Ya, “berkembang” tidak selalu berarti “bertumbuh” dan “pertumbuhan” tidak selalu identik dengan “perkembangan”. Oleh karena itu, kita tidak perlu iri ketika gereja kita kehilangan sejumlah anggota jemaat yang memiliki karunia luar biasa, atau bahkan kehilangan banyak anggota jemaat sementara gereja-gereja yang dari segi usia lebih muda dibandingkan kita menampilkan gejala mega church (jemaat besar dengan tempat ibadah seperti stadion atau gedung teater raksasa). Kita tidak perlu berkecil hati ketika sekolah-sekolah milik gereja kita tidak lagi menjadi tujuan siswasiswa yang ‘unggul’ atau bahkan, lebih parah lagi, benar-benar kekurangan siswa. Percayalah bahwa dalam kondisi ‘menyusut’, dalam situasi krisis, pertumbuhan yang sejati bisa terjadi. Bukankah pengalaman telah membuktikan bahwa dengan tidak lagi dimasuki oleh siswa-siswa unggul, sekolah-sekolah Kristen justru bertumbuh kecerdasannya, kebijaksanaannya untuk menjadi ‘bengkel’ tempat memperbaiki anak-anak yang, menurut pandangan umum, jelek atau bahkan rusak? Bukankah dengan sedikit siswa atau sedikit anggota jemaat, bertumbuh pergaulan, suasana kekeluargaan yang mendalam di gereja dan sekolah-sekolah Kristen? Semoga kita adalah gereja, orang-orang Kristen yang bertumbuh dan bukan sekedar berkembang. Begitulah bapak/ibu/saudara/saudari, di akhir Pekan Pendidikan Kristen 2014 ini, kita diajak untuk mengevaluasi: Sudah sejauh mana kita belajar, berproses, dan bertumbuh? Apakah kita sudah sampai pada komitmen/penyerahan diri kepada Allah di dalam Kristus dan mengalami pembaruan terus-menerus, ataukah kita baru sekedar memiliki pengetahuan tentang Kekristenan? Apakah kita sudah semakin mendekati kesempurnaan ataukah membeku ataukah menyimpang? Apakah kita sudah benar-benar bertumbuh atau hanya sekedar berkembang? Apapun hasil yang kita dapat dari evaluasi ini, janganlah itu membuat kita menjadi kecil hati. Sebaliknya, hendaknya itu membuat kita semakin termotivasi. Teruslah belajar, berproses, dan bertumbuh. Roh Kudus akan menolong kita. Amin. Catatan: Bacaan I bisa dibacakan oleh Lektor/Pembaca; Mazmur Tanggapan bisa dibaca secara berbalasan atau dinyanyikan atau didaraskan; Bacaan II bisa dibacakan oleh seorang Penatua/Diaken; Pengkhotbah membacakan Bacaan Injil TATA IBADAH Nyanyian Persiapan Nas Pembimbing Pujian Sabda Kasih Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nyanyian Peneguhan Nyanyian Respons Nas Persembahan Nyanyian Persembahan Nyanyian Pengutusan : : : : : : : : : : : KJ Matius KJ Roma 1 Korintus 2 Korintus PKJ PKJ Roma PKJ KJ 18: 1+2 16:15-16 141: 1-5 12: 9-21 6:11b 10:12-18 265: 1+2 154: 1-3 12: 1+2 264: 1— 341: 1-3 [24] Panduan Pekan Pendidikan Kristen 2014 [25]