Universitas Gadjah Mada 1 BAB IV UJI FUNGSI

advertisement
BAB IV
UJI FUNGSI ENDOKRIN
A. PENDAHULUAN
Topik kuliah Uji Fungsi Endoktrin membahas tentang fisiologik normal sistem
endoktrin dan
fungsi beberapa hormon endokrin yang berkaitan dengan adanya suatu
gangguan. Topik ini juga membahas tentang uji fungsi endokrin untuk membantu diagnosis
gangguan yang berkaitan dengan sistem hormonal. Pokok bahasan kuliah ini secara umum
dapat digunakan untuk membantu mahasiswa memahami gangguan penyakit metabolism
melalui uji fungsi endokrin.
Topik kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam tiga kali tatap muka 3
jam). Setelah mengikuti pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami fungsi
endokrin, gangguan fungsi endokrin dan uji fungsi endokrin, sehingga siswa dapat
menginterpretasikan hasil uji untuk membantu diagnosis suatu gangguan/ penyakit yang
berhubungan dengan sistem endokrin.
Universitas Gadjah Mada
1
B. PENYAJIAN
KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid rnenghasilkan parathormon (PTH) sebagai respon adanya
hipokalsemia. Fungsi kelenjar paratiroid bekerja sama dengan fungsi sel tiroid parafoIikuler
dan metabolisme vitamin D untuk mengatur homeostasis Ca dan P.
I. Fisiologis Parathormon, Kalsitonin dan Vitamin
A. Parathormon
PTH diproduksi oleh glandula paratiroid sebagai respon hipokalsemia. Fungsi
parathormon adalah:
-
meningkatkan reabsorbsi Ca dan tulang
-
meningkatkan ekskresi P oleh ginjal
-
meningkatkan sintesis vitamin D menjadi bentuk aktif (1,25-dihydroxycholecalciferol) oleh ginjal
-
meningkatkan absorbsi Ca dan usus dan reabsorbsi Ca oleh tubulus ginjal
B. Kalsitonin (tirokalsitonin)
Kalsitonin
dihasilkan
oleh
sel
tiroid
parafolikuier
(C
sel)
sebagai
respon
hiperkalsemia. Pengaruh kalsitonin adalah:
-
Kalsitonin bersama PTH menjaga agar konsentrasi Ca dalam darab temp dalarn
batas yang tepat
-
Kalsitonin menghambat resorbsi Ca dan tulang oleh PTH
C. Vitamin D aktif (1,25-dihydroxycholecalciferol)
-
Vitamin D aktif dibentuk di ginjal dibawah pengaruh PTH
-
Vitamin D aktif berfungsi meningkatkan absorbsi Ca oleh mukosa usus
II. Evaluasi metabolisme Ca, P dan fungsi Paratiroid
1.
Mengukur kadar Ca dalam serum dan win
Metode yang sering digunakan adaiah metode kolorimetrik, dengan mengukur
kadar total Ca yaitu Ca yang terionisasi dan yang terikat protein. Dalam metode ini
dibutuhkan elektrode khusus untuk mengukur Ca terionisasi (bentuk biologi aktif).
2.
Mengukur kadar P dalam serum dan urin
Digunakan metode kolorimetrik, dengan cara mengukur P anorganik (HP4= dan
HP04’) dalam cairan tubuh.
Universitas Gadjah Mada
2
3.
Aktivitas SAP meningkat selama proses reasorbsi tulang dan pembentukan tulang,
tetapi peningkatan hanya sedikit, bahican mungkin tidak terdeteksi.
4.
Evaluasi lain yang diperlukan yaitu dengan pengamatan tulang secara radiografi,
pemeriksaan laboratorik fungsi ginjal dan juga hams diketahui status diet hewan.
III. Gangguan metabolisme Ca dan P yang tidak berhubungan dengan aktivitas PEER
1. Hipokalsemia
-
Kadang-kadang hipokalsemia terjadi bersama dengan hipoalbuminemia, misalnya
pacta kasus malabsorbsi intestinal, pada kondisi ini tanda-tanda klinik tidak
tampak karena Ca++ (bebas) dalam keadaan normal
-
Pada pankreatitis terjadi hipokalsemia karena ion Ca akan berikatan dengan
asam lemak bebas
-
Atonia gastrointestinal pada ruminansia menyebabkan penurunan kalsium
-
Pada saat laktasi. Ca banyak yang keluar, sehingga dapat menyebabkan
cuklampsia pada induk anjing, kuda dan domba
-
Pada hipomagnesia tetani pada ruminansia, sering disertai dengan hipokalsemia
(75%):
-
konsentrasi Mg dalam serum <2 mg/dl
-
konsentrasi Mg urin hampir mendekati 0 (konsentrasi Mg urin sapi normal
atau sapi milk fever sekitar 50 mg/dl)
2. Hiperfosfatemia
-
Pada darah yang mengalaini hemolisa, dapat terjadi kesalahan nilai P. karena
darah yang lisis nilai P menjadi tinggi
-
Hewan muda mempunyai nilai P lebih tinggi dibanding dewasa
-
Gangguan ekskresi ginjal atau obstruksi post renal
Universitas Gadjah Mada
3
III. Kelainan metabolisme Ca dan P yang berhubungan dengan PTH
KELENJAR TIROID
1. Mekanisme fisiologi kelenjar tiroid
A. Kelenjar
tiroid
mensekresikan
thyroxine
(T4
atau
tetraodothyronine)
dan
triiodothyTonine (T3) di bawah stimuli TSH (thyroid stimulating hormon).
-
Ratio 14 : T3 dalam plasma kira-kira 20:
-
T4 plasma sekitar 60% berikatan dengan protein pembawa (carrier protein) dan
40% dalam bentuk bebas
-
T4 bebas dalam plasma mengatur produksi pituilari TSH
-
Penurunan T4 bebas menyebabkan produksi TSH terstimuli, sebaliknya
peningkatan T4 akan mengharnbat produksi TSH
-
Protein pembawa T4 berperan dalam mekanisme pengaturan keseimbangan T4.
Tingginya konsentrasi protein karier (misalnya pada kondisi kebuntingan,
hiperestrogenemia dan penyakit hati pada manusia), rnenyebabkan berkurangnya
14 bebas lebih banyak TSR dan Iebih banyak sekresi tiroxin.
Universitas Gadjah Mada
4
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
Pertemuan
: Minggu ke-8
Waktu
: 50 menit
Pokok bahasan
: 8. Uji Fungsi Endokrin (lanjutan)
Subpokok bahasan
:
1. Uji Fungsi Tiroid
2. Hormon Korteks Adrenal
3. Mekanisme Fisiologis Korteks Adrenal
4. Uji Fungsi Korteks Adrenal
Tujuan khusus
:
1. Mahasiswa mengetahui fungsi kelenjar korteks adrenal.
2. Mahasiswa mengetahui prinsip uji fungsi korteks adrenal sebagai
pedoman diagnosis gangguan penyakit yang berkaitan dengan
fungsi endokrin.
Metode
: Kuliah dan diskusi
Media
: OHP
Universitas Gadjah Mada
5
B. Secara biologik bentuk aktiv thyroxine dihasilkan dalam bentuk T3
-
Perubahan T4 menjadi T3 terjadi pada target sel
-
Stimuli basal metabolic rate (BMR)
-
Meningkatkan sintesa protein
-
Stimuli glikolisis, glukoneogenesis, katabolisme lipid dan sintesa kolesterol
II. Uji fungsi timid
Uji laboratorik fungsi tiroid telah sering digunakan untuk evaluasi pada anjing, tetapi
spesies-spesics lain belum banyak dilakukan.
A. Uji konsentrasi T4 dalam serum berdasar kompetisi dengan T4CPB (competitif protein
binding assay)
-
Uji ini lebih sering digunakan di laboratorium
-
Nilai T4CPB pada anjing jauh lebih rendah dibanding manusia
-
Sebelum uji pemberian terapi timid diberikan 7 hari sebagai dasar uji yang valid
-
Pemberian dilantin dan salisilat dapat menyebabkan kesalahan uji
-
Senyawa iodin tidak berefek pada uji
-
Interpretasi harus diperhitungkan juga terhadap protein karier
-
Kesalahan uji dapat terjadi, dapat dilakukan koreksi:
-
Sampel awal dikoleksi sesuai standar uji T4CPB
-
Digunakan 5 U TSH/10 kg berat badan
-
Sampel diambil setelah 12 jam setelah pemberian TSH.
B. Uji T4 serum dengan radioimmunoassay (T4RIA)
-
Prosedur uji T4RIA Iebih sensitif dibanding T4CPB
-
lnterpretasi uji sama dengan T4CPB
C. Uji T3 serum dengan radioimmunoassay (T3RIA)
-
prosedur sama dengan T4RIA, lebih sensitif
-
Interpretasi uji sama dengan T4CPB
D. Uji basal metabolic rate (BMR)
-
Tidak praktis untuk veteriner medizine
-
Prinsip uji dengan men ukur konsumsi O2
Universitas Gadjah Mada
6
E. Uji serum kolesterol
-
Diukur secara kolorimetrik
-
Konsentrasi serum/plasma kolesterol dipengaruhi oleh aktivitas tiroid, biasanya anjing
yang mengalami hipotiroid 75% dapat mengalami hiperkolesterolemia
-
Hiperkolesterolemia tithk spesifik untuk kasus hipotiroid:
-
ketelitian diagnostik serum cholesterol untuk hipotiroid ± 60%
-
jika konsentrasi kolesterol > 500 mg/dl dan tidak ada DM, berarti kemungkinan
besar adalah hipotiroid
-
Sebab-sebab hiperkolesterolemia non tiroid (untuk pendekatan uji):
-
macan makanan
-
fungsi hepar
-
obslruksi saluran empedu
-
DM
F. Protein - Bound Iodine (PBI)
-
Uji fungsi tiroid secara langsung dengan mengukur diukur thyroxine
-
T4 terikat pada plasma protein (TBG)
-
90% iodine terikat path T4
-
10% iodine terikat path T3 (dan lain-lain iodine)
-
persentase ikatan ini temp konstan, PBI yang diukur merupakan konsentrasi
thyroxine dalam plasma
-
interpretasi;
-
PBI menurun → hipotiroid
-
PBI meningkat →hipertiroid
-
ukuran normal thyroxinc (PBZ)
-
manusia
: 4.0-8.0 mg / dl
anjing
:1,8 - 4.5 mg / dl
pada anjing:
terdapat senyawa yang mengandung iodine yang disintesis di luar tiroid
(extrathyroidal), sehingga sering pada uji fungsi yang lain menunjukkan
hitiroid, ipeskipun PBI dalam barns normal
F. I131 (thyroidal radioiodine uptake)
-
Dasar
:
metabolisme radioiodine (I131 atau I125) tidak dapat dipisahkan
dengan non radioiodine (I127), maka pemberian I131 dalam
metabolisme merupakan iodine yang stabil.
Universitas Gadjah Mada
7
-
Suntik I131
banyaknya I131 yang ditangkap oleh thyroid dipantau dengan alat
:
scintillation counter” (detektor yang ailetakkan dekat/di atas daerah
tiroid pada leher)
-
Diukur secara frekuen setelah injeksi (3-4 hari), pada anjing 72 jam setelah injeksi (sudah
bisa unluk deteksi hipotiroid)
-
Nilai normal pada anjing: 10-40%
<10% → hipotiroid
> 40% → hipertiroid
G.T4 (Free thyroxine) dengan column chromatography
-
Lebih baik daripada metode PBI
-
Tidak terganggu oleh senyawa anorganik dan senyawa yang lain
KORTEKS ADRENAL
I. Mekanisnie fisiologis korteks adrenal
A. Glukokorticoid
-
Glukokorticoid disekresikan oleh zona fasciculata oleh stimuli adreno corticosteroid
hormon (ACTH) yang dilepaskan dan glandula pituitaria dibawah stimuli dan
penurunan konsentrasi kortisol darah.
konsentrasi kortisol darah ↓
↓
glandula pituitania
↓
ACTH
↓
zona fasciculate
↓
Glukokortikoid
-
Glukokortikoid secara umum berperan dalam hiperglisemia
-
Fungsi glukokortikoid menekan kesembuhan luka, radang, respon immunologik
B. Mineralkortikoid
Mineralkortikoid (Aldosterone):
-
Disekresikan oleh zona glomerulosa di bawah stimuli dan ACTH. renin dan langsung
akibat peningkatan konsentrasi K+ serum dan penurunan konsentrasi Na+ serum
Universitas Gadjah Mada
8
-
Ginjal merupakan target organ utama dan aldosterone, meningkat akibat peningkatan
resorpsi Na oleh tubuli dan peningkatan ekskresi K+ oleh tubuli
C. Zona retikularis mensekresikan androgen, estrogen dan proestrogen berkaitan dengan
klinis penyakit-penyakit adrenokortikal
II. Evaluasi korteks adrenal
A. Uji secara tidak langsung (indirek)
-
Glukokortikoid dan aldosterone mempunyai banyak efek yang menyebabkan
perubahan-perubahan yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan klinik rutin
-
Efek-efek tersebut timbul jika terjadi hiperadrenokortismus dan hipoadrenokortismus
-
Pemeriksaan rutin yang digunakan dalam uji penyakit adrenokortismus dapat dilihat
pada tabel berikut:
Pemeriksaan
Hiperadrenokortism
Hipoadrenokortism
Neutrofil
N/↑
N
Limfosit
↓
N
Eosinofil
↓
N
Glukosa darah
N/↑
N/↑
Cholesterol darah
N/↑
N
↑
N
N
↓
N
↑
Leukogram
SAP
Elektrolit
+
Serum NA
+
Serum K
Ratio Na+ : K+ < 23 = 1 (patognomik untuk hipoadrenokortismus)
B. Uji secara Iangsung (direk)
1. Uji konsentrasi plasma kortisol
-
UPS (competitive protein binding) mengukur kortisol
-
RIA (radio immunoassay) mengukur kortisol
-
Fluorometry mengukur kortisol dan korukostreron
2. Prosedur untuk uji dengan perlakuan ACTH pada anjing:
-
sampel dasar dikoleksi path jam 9 pagi
-
injeksi I U ACTH/2.2 kg berat badan secara intra muskuler
-
ambil sampel post-ACTH 2 jam kemudian
Universitas Gadjah Mada
9
3. Respon
dexamelazon
digunakan
untuk
membedakan
(control)
hiperadrenokortismus:
-
sampel dasar diambil pada jam 9 pagi
-
beri 0.1 mg dexametazon/kg berat badan pada jam 9 pagi
-
ambil sampel post-dexametazon pada jam 9 pada hari berikutnya
Interprestasi konsentrasi dan respon stimulasi ACTH dan penekanan dexametazon dapat
pada tabel berikut:
Konsentrasi plasma kortisol
Gangguan
2 jam post ACTH
12 jam post-
stimulasi
dezametazon supresi
N
↑ 2-3 x normal
↓50% atau >
Hyperplasia idiopati
N/↑
↑ 5-10 x normal
↓0-50%
nodular
N/↑
↑ 5-10 x normal
Sulit diprediksi
Tumor adrenokortikal
N/↑
Tidak berubah
Tidak berubah
Hipoadrenokortismus
N/↓
Tidak berubah
↓ atau tetap
adrenokortismus
Normal
Nilai dasar
Hyperplasia
sekunder
(tumor pituitary)
Universitas Gadjah Mada
10
C. PENUTUP
Topik mata kuliah ini secara keseluruhan dapat difahami intisarinya dengan cara
rnengerjakan soal-soal berikut ini :
1. Uraikan secara singkat fungsi fisiologis normal kelenjar paratiroid, korteks adrenal,
dan kelenjar tiroid
2. Jelaskan tanda-tanda gangguan metabolisme Ca dan P yang tidak berkaitan dengan
parathormon (PTH)
3. Jelaskan hasil pemeriksan laboratorik hipomagnesia tetani pada sapi
4. Jelaskan prinsip kerja uji fungsi timid dengan metode protein ion-bound (PBI)
5. Jelaskan kaitan gangguan tiroid dengan hiperkolesterolemia Sebutkan perbedaan
natrium dan Kalium dalarn serum anjing yang nienunjukkan hiperadrenokortismus
dan hipoadrenokortismus
Agar mahasiswa dapat menilai kemampuan diri dalam memahami setiap materi yang
diberikan dalam setiap topik mata kuliah (BAB). maka mahasiswa harus dapat soal-soal
latihan tersebut. Seandainva ada kesulitan dapat didiskusikan didalam kuliah dan dapat
melihat kunci cara penyelesaian soal latihan. yaitu dengan tunjuk halaman yang digunakan
untuk penyelesaian soal.
Kunci penyelesaian soal latihan (lihat halaman):
1, (46,48,52), 2. (47)2. (47), 4. (50)5. (50), 6. (53)
Universitas Gadjah Mada
11
Download