bab iv sistem pakar eksisting analisis dampak industri semen

advertisement
BAB IV
SISTEM PAKAR EKSISTING
ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN
4.1. Analisa Kinerja Sistem
Sistem pakar yang dipergunakan dalam tugas akhir ini merupakan ESC-1, yang
menganalisis dampak dengan gabungan metode Leopold dan Sorensen (Priana Sudjono,
1993). Penyusunan sistem pakar AMDAL industri semen adalah solusi terbaik bagi
permasalahan-permasalahan praktis penyusunan sebuah laporan AMDAL. Dalam
penyusunan sistem pakar ini faktor-faktor lingkungan, industri, proses-proses, serta
perkiraan dampak turut disertakan dalam pertimbangan. Kaitan antara salah satu faktor
dengan faktor lainnya juga disusun di dalam sistem pakar ini agar informasi yang dapat
ditampilkan dapat saling melengkapi. Sistem ESC-1 yang disempurnakan dalam tugas
akhir ini memiliki kemampuan menyimpulkan beberapa hal yang membantu penyusun
laporan AMDAL.
Penyusunan
sistem
pakar
ini
diawali
dengan
mengumpulkan
data,
mengklasifikasikan data, mengumpulkan interrelasi data, serta pembuatan jaringan
semantik. Selanjutnya, aturan-aturan (rules) disusun untuk menyajikan fakta dan
interrelasi fakta berdasarkan jaringan semantik yang dibuat. Untuk membantu pengguna
mempergunakan sistem pakar, penyusun program juga mendesain sebuah antarmuka
pengguna yang baik.
Sebagai kelanjutan dari sebuah sistem pakar yang telah disusun sebelumnya,
penyusun juga menambahkan dua buah fitur baru bagi sistem pakar ESC-2. Fitur pertama
berkaitan dengan metodologi penilaian dampak yang digunakan dalam sistem. Fitur ini
membandingkan semua kemungkinan metodologi yang ada, serta menilai perbedaan
antara tiap metodologi yang dipergunakan. Sebagai contoh, dalam tugas akhir ini
digunakan metodologi Sorensen serta Matriks Leopold.
Fitur selanjutnya yang menjadi tambahan merupakan fitur penilaian peralatan
lapangan. Fitur ini berkaitan dengan observasi yang dilakukan di lapangan untuk meneliti
pencemar-pencemar air dan udara. Dalam prakteknya, pengamatan pencemaran udara
mempergunakan alat-alat dan teknik-teknik tertentu. Hal ini akan dipertimbangkan juga
oleh sistem pakar dalam penarikan kesimpulan.
4.2. Garis Besar Program
Program eksisting AMDAL industri semen (ESC-1) memiliki alur penyusunan
yang dicantumkan dalam Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1. Alur Penyusunan Program ESC-1
Awal pembuatan program diawali dengan menentukan domain permasalahan
yang dianalisis dalam program. Permasalahan yang dipilih merupakan pembuatan laporan
IV-2
AMDAL dengan mempergunakan gabungan metode Sorensen dengan Leopold.
Sebelumnya, metode Sorensen tidak pernah bisa disatukan dengan matriks Leopold.
Dengan menggunakan metode representasi pengetahuan, permasalahan disusun
dalam sebuah diagram. Diagram semantik tersebut memaparkan hubungan antara tiap
objek yang ada dalam pembahasan tersebut. Kemudian, tiap objek dan tiap hubungan
yang ada disusun dalam sebuah basis pengetahuan dengan aturan yang efisien dan sesuai
kondisi yang diinginkan,
Antarmuka pengguna merupakan alat komunikasi antara program dan pengguna.
Dalam program ESC-1, antarmuka pengguna dibuat dalam bentuk text-based dengan
sistem operasi MS-DOS. Pemilihan menu dilakukan sepenuhnya dengan bantuan
keyboard.
Dalam penggunaannya, ESC-1 mengandalkan interaksi berulang kali antara
pengguna dengan program. Seorang penyusun laporan AMDAL dapat melakukan
wawancara mendalam dengan sistem pakar ini mengenai tiap proses industri semen.
Hasil dari wawancara ini dapat dimasukkan ke dalam Hal inilah yang akan diamati oleh
modul Warner Preston yang disusun.
Program ESC-1 memiliki data-data yang digolongkan dalam beberapa kelompok,
yaitu data lingkungan dan kesehatan masyarakat; data proses industri semen; data polutan
berikut baku mutu internasionalnya; data mitigasi; serta data metodologi AMDAL. Selain
itu, ESC-1 juga memiliki interrelasi-interrelasi data yang menghubungkan antar masingmasing data di atas. Interrelasi ini digolongkan sebagai berikut: interrelasi proses industri
semen dengan polutan yang dihasilkan; interrelasi polutan dengan lingkungan/kesehatan
masyarakat, termasuk angka dampak; interrelasi proses industri semen dengan mitigasi;
dan interrelasi antar dampak tidak langsung.
4.3. Alur Sistem Pakar
Dalam menampilkan data serta menerima masukan pengguna, sistem pakar mampu
memberikan menu-menu pilihan yang mempermudah interaksi. Alur dari penyajian
menu-menu tersebut mengikuti sebuah diagram alir yang disusun sesuai dengan urutan
IV-3
pengerjaan sebuah laporan AMDAL standar. Gambar 4.2 menyajikan diagram alir yang
digunakan dalam ESC-1.
Gambar 4.2. Alur Program ESC-1.
IV-4
Dari diagram alir di atas, terlihat bahwa program memiliki dua cabang aliran
terbesar. Perbedaan kedua jalur ini ada pada urutan peninjauan komponen; program dapat
meninjau AMDAL industri semen dari proses produksi maupun dampaknya. Dengan kata
lain, program memberikan pilihan untuk menentukan teknik peninjauan (chaining) yang
dilakukan, apakan peninjauan maju (forward chaining) atau peninjauan mundur
(backwards chaining). Kedua teknik peninjauan ini mempergunakan basis data yang
sama, namun memakai urutan penarikan kesimpulan yang berbeda. Kedua teknik
peninjauan ini berguna karena penyusunan sebuah laporan AMDAL harus melengkapi
semua data dari sudut pandang industri maupun dari sudut pandang lingkungan.
Penyusun program menambahkan alur pada program yang berhubungan dengan
studi metodologi laporan AMDAL. Percabangan ini diletakkan pada tiap akhir dari
analisis. Pengguna diminta untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang berhubungan
dengan evaluasi metodologi AMDAL. Pertanyaan-pertanyaan ini diambil dari studi
Warner-Preston mengenai metodologi AMDAL. Analisis yang dibuat akan dijadikan
basis penilaian ketepatan metodologi yang dipakai.
Penyusunan basis pengetahuan (knowledge base) sebuah sistem pakar harus
diawali dengan pembuatan sebuah representasi dari pengetahuan dalam bentuk jaringan
semantik. Hal ini ditujukan untuk mempermudah dalam penyusunan kode program yang
dibuat. Namun, pembuatan jaringan semantik umumnya mengalami kendala akibat
kompleksitas basis pengetahuan yang dimiliki sistem. Untuk mengatasi kendala ini,
penyusun menyederhanakan jaringan semantik dengan cara meninjau basis pengetahuan
secara topikal. Prinsip topikalitas merupakan prinsip yang acap kali dipakai untuk
menyederhanakan
permasalahan
pemrograman.
Dalam
prakteknya,
prinsip
ini
menyederhanakan masalah dengan memisahkannya sesuai topik yang ditinjau.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memilah-milah basis pengetahuan sesuai
dengan topik yang dibahas. Kemudian, penyusun mengubah kelompok-kelompok fakta
dan interrelasi tersebut menjadi bentuk struktur pohon. Dalam hal ini struktur pohon
difokuskan pada sebagian dari basis pengetahuan (knowledge base) agar lebih
mempermudah analisis. Selanjutnya, struktur-struktur pohon yang dibentuk digabungkan
IV-5
menjadi sebuah jaringan semantik sebagai representasi antar objek secara keseluruhan.
Jaringan semantik yang terbentuk dapat dilihat pada lampiran tugas akhir ini.
4.4. Penyusunan Pohon Pengetahuan dan Jaringan Semantik
Dalam basis pengetahuan ini, fakta-fakta yang akan diubah menjadi bahasa
komputer dikumpulkan sesuai klasifikasinya. Selanjutnya, kumpulan fakta dicari
interrelasinya. Kemudian, jaringan fakta dan kaitan-kaitannya disusun menjadi sebuah
pohon pengetahuan (knowledge tree) yang terklasifikasi secara topikal.
Setelah pohon pengetahuan tersusun, dibuat pula jaringan semantik topikal.
Jaringan semantik dibuat dengan mengacu kepada Entity Relationship Approach (ERA)
dalam desain basis data konseptual. Jaringan semantik mampu merangkum konsepkonsep dan kumpulan fakta dengan lebih ringkas, sehingga mudah dibuat kode
programnya. Akhirnya, penyusun merangkum hubungan-hubungan yang ada dalam
jaringan semantik dalam klausa-klausa program yang dibutuhkan.
4.4.1. Basis Pengetahuan Baku Mutu
Dalam penyusunan sebuah basis pengetahuan bagi sistem pakar AMDAL, baku
mutu polutan sangat penting untuk dipertimbangkan. Tingkat dampak yang disebabkan
oleh pencemar pada konsentrasi tertentu perlu diperkirakan agar kelak dapat dicantumkan
dalam matriks Leopold dan Sorensen. Sistem pakar ESC juga mempertimbangkan baku
mutu, yang diletakkan dalam klausa standard(…).
Klausa ini mengandung empat (4) buah sub-klausa. Sub-klausa pertama memiliki
tipe data string, sedangkan sub-klausa lainnya memiliki tipe data real. Sub-klausa
pertama berfungsi untuk menampilkan polutan yang ditinjau, misalnya H2S,
Hydrocarbon, dan Particulate. Sub-klausa kedua dan ketiga merupakan hamparan (range)
baku mutu konsentrasi polutan. Sub-klausa terakhir merupakan angka dampak dari
polutan tersebut pada konsentrasi yang terpilih. Berikut disajikan diagram klausa
standard(…), dengan meninjau polutan H2S.
IV-6
Gambar 4.3. Pohon Pengetahuan Baku Mutu
Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang
cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang
komprehensif untuk topik baku mutu polutan. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas
sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem
pakar ESC.
IV-7
Gambar 4.4. Diagram Alir Baku Mutu
Dengan batuan pohon-pohon ini penyusun mampu memperbaharui data baku
mutu sesuai peraturan-peraturan mutakhir. Klausa-klausa yang disusun dengan bantuan
diagram ini meliputi semua polutan yang mungkin terbentuk akibat industri semen,
termasuk H2S, partikulat, atau hidrokarbon. Cuplikan dari kode Prolog yang telah
diperbaharui pada program ESC-2 disajikan sebagai berikut.
/* standard(“Pollutant”,Conc1,Conc2,Magnitude).*/
standard("SO2",0,40.0,2.0).
IV-8
Dalam basis data tersebut, selain dicantumkan baku mutu udara, juga dibahas
mengenai baku mutu air, yaitu temperatur air dan kandungan suspended solid. Sistem
pakar akan mengakses klausa standard(…) ketika pengguna memasuki sub-menu polutan
serta memasukkan konsentrasinya. Hasil dari akses sistem pakar ini adalah sebuah angka
magnitudo dampak polutan tersebut pada lingkungan.
4.4.2. Basis Pengetahuan Dampak
4.4.2.1.Dampak Lingkungan Hidup
Sistem pakar yang dikembangkan meninjau beberapa segi dampak yang memungkinkan
akibat industri semen. Salah satu arah peninjauan dampak yang terpenting merupakan
dampak terhadap lingkungan hidup secara langsung. Basis pengetahuan bagi dampak
lingkungan hidup disusun berdasarkan studi literatur. Hubungan yang dikuantifikasi
merupakan hubungan antara polutan dan elemen lingkungan yang terpengaruhi, berikut
dengan skala kepentingannya.
Skala kepentingan yang dimasukkan ke dalam basis pengetahuan didapat dari studi
literatur. Masing-masing polutan akan mempengaruhi beberapa elemen lingkungan,
sedangkan masing-masing elemen lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
polutan. Hal ini sangat rumit bila disimulasikan dengan program biasa, namun struktur
sistem pakar mempermudah penyusunan interrelasi kompleks. Bahkan, akses terhadap
pohon interaksi ini dapat dilakukan dari nodus manapun sehingga mendapatkan semua
kemungkinan hubungan dengan nodus-nodus lain.
Hubungan antar polutan dan dampak dikuantifikasikan dalam sebuah interrelasi yang
dinamakan impact(…). Klausa ini memiliki beberapa parameter, yaitu polutan, elemen
lingkungan, serta skala kepentingan. Sub-klausa pertama merupakan nama polutan,
termasuk semua jenis polutan fisika, kimiawi, maupun biologis. Sub-klausa kedua
merupakan elemen lingkungan yang dapat menerima dampak dari aktivitas industri
semen. Elemen lingkungan yang dipertimbangkan cukup komprehensif; termasuk
mikroflora, mikrofauna, reptilia, burung, dst. Sub-klausa ketiga merupakan angka
IV-9
dampak atau skala kepentingan. Angka ini ditentukan di antara 1.0 hingga 10.0, serta
dapat digunakan dalam penyusunan matriks Leopold. Dapat diidentifikasi pola
penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk
diagram semantik yang komprehensif untuk topik dampak polutan terhadap lingkungan.
Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah
untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC.
Gambar 4.6. Diagram Alir Dampak Langsung
IV-10
Diagram pohon di atas juga dijadikan acuan dalam penyusunan kode Prolog pada sistem
pakar ESC. Penyusun juga memperbaharui data-data hubungan antar elemen-elemen
lingkungan ini agar lebih aktual. Selain itu, dengan mempergunakan pohon pengetahuan,
seorang penyusun sistem dapat lebih mudah menganalisis struktur pemikiran sebuah
sistem pakar agar dapat diperbaiki. Klausa-klausa yang disusun berdasarkan pohon ini
memeriksa segala jenis pencemar yang dikeluarkan industri semen. Cuplikan dari kode
Prolog yang telah diperbaharui pada program ESC-2 disajikan sebagai berikut.
/*impact(Pollutant,Env_Comp1,Importance)*/
impact("Particulate","Land Animals Reptiles","2.0").
4.4.2.2. Dampak Sosial-Ekonomi
Selain menganalisis keadaan lingkungan hidup, sebuah laporan AMDAL juga
memiliki kewajiban membahas kondisi serta perubahan sosial yang terjadi akibat industri
yang ditinjau. Biasanya, perubahan sosial bukan terjadi akibat polutan secara spesifik,
melainkan akibat aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan sebuah industri. Misalnya,
aktivitas pembuangan sampah pada industri semen. Tentunya yang berpengaruh terhadap
kondisi sosial dalam kasus ini bukanlah polutan tertentu seperti CO, melainkan
perubahan tingkat kenyamanan masyarakat akibat aktivitas pembuangan sampah secara
keseluruhan.
Sistem ini disusun dengan asumsi hubungan langsung antara aktivitas industri
semen dengan dampak sosial yang dihasilkan. Interrelasi ini juga mempertimbangkan
angka kepentingan dampak antara kedua nodus tersebut. Angka kepentingan disadur dari
studi literatur dan diperbaharui sesuai data-data mutakhir. Pada dasarnya, nodus-nodus ini
dihubungkan dalam klausa-klausa yang diberi nama impact_se(…). Sub-klausa pertama
impact_se(…) merupakan aktivitas industri semen, seperti trucking, junk disposal, dst.
Sub-klausa kedua berisi komponen-komponen sosial-ekonomi yang terpengaruh,
misalnya sistem transportasi, tingkat pendapatan, maupun harga lahan. Sub-klausa ketiga
merupakan angka kepentingan pengaruh aktivitas terhadap komponen sosial-ekonomi
IV-11
tersebut. Angka ini juga didefinisikan antara 1.0 hingga 10.0. Nodus-nodus faktual serta
interrelasi antar nodus disajikan dalam pohon engetahuanp berikut.
Blasting and Drilling
Available Workforce
Migration
Health and Social Sevices
Transportation Systems
Land Values
Junk disposal
Trucking
Gambar 4.7. Pohon Pengetahuan Dampak Sosial
Diagram pohon ini merupakan acuan penyaduran klausa-klausa dengan bentukan
impact_se(…). Klausa yang tersusun mencakup hubungan antara erosi serta harga tanah,
pengolahan mineral dan kesehatan, pembuangan sampah dengan turisme, dst.
Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang
cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang
komprehensif untuk topik dampak sosial ekonomis. Diagram semantik ini jauh lebih
ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada
sistem pakar ESC.
Gambar 4.8. Diagram Alir Dampak Sosial
IV-12
Cuplikan dari kode Prolog yang telah diperbaharui pada program ESC-2 disajikan
sebagai berikut.
/* impact_se(“Activity”,”Socec_Factor”,Importance) */
impact_se("Blasting and Drilling","Migration",1.0).
4.5. Dampak Tidak Langsung
Laporan AMDAL harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa komponen
lingkungan yang dipengaruhi polutan juga dapat mempengaruhi komponen lingkungan
lainnya. Hal ini terjadi karena lingkungan merupakan kumpulan komponen ekologis yang
saling berkaitan dan berkesinambungan. Sehingga, ekuilibrium sebuah sistem lingkungan
harus diperhatikan dalam penyusunan sistem pakar ini.
Ekuilibrium, atau keseimbangan aspek-aspek lingkungan, dapat disimulasikan
dengan membuat sebuah basis pengetahuan dampak tidak langsung. Dalam basis
pengetahuan ini tercakup semua kaitan antar dampak yang dapat ditelaah. Sebagai
contoh, beberapa polutan seperti TSS akan mempengaruhi air permukaan. Keadaan air
permukaan tentunya akan mempengaruhi bentos dan organisme akuatik lainnya.
Selanjutnya, organisme akuatik akan mempengaruhi binatang-binatang darat pula.
Dalam basis pengetahuan yang dibuat, kelompok klausa yang terbentuk diberi
nama indirect_impact(…). Dalam klausa ini terdapat dua buah sub-klausa yang berisi
kedua komponen lingkungan yang saling berhubungan. Walaupun struktur klausa ini
sangat sederhana, namun jumlah komponen lingkungan serta keterkaitan antar satu
komponen dengan komponen yang lain sangat banyak. Pohon pengetahuan yang
terbentuk terlihat lebih kompleks ketimbang pohon pengetahuan sebelumnya, serta sulit
diimplementasikan dalam bahasa pemrograman numerik standar. Berikut disajikan pohon
pengetahuan tersebut.
IV-13
Gambar 4.9. Pohon Pengetahuan Dampak Tidak Langsung
Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang
cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang
komprehensif untuk topik dampak tidak langsung. Diagram semantik ini jauh lebih
ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada
sistem pakar ESC.
IV-14
Gambar 4.10. Diagram Alir Dampak Tidak Langsung
Dari pohon pengetahuan ini, disadur basis pengetahuan dalam bahasa Prolog yang
tidak memiliki kompleksitas struktural tinggi namun memiliki jumlah klausa yang amat
banyak. Penyusun juga mengembangkan hubungan antar komponen lingkungan, walau
jumlah komponen tidak ditambahkan karena dianggap sudah cukup komprehensif.
Berikut disajikan cuplikan kode program yang dihasilkan.
/*indirect_impact( “EnvComp1”,”EnvComp2”).*/
indirect_impact("Water Temperature","Microflora").
indirect_impact("Gasses and Particulate","Health and Safety").
IV-15
Dalam prakteknya, sistem pakar akan mengakses kode ini untuk mendapatkan
semua interrelasi komponen. Namun, hanya komponen yang berhubungan langsung
dengan komponen terpilih yang akan ditampilkan. Hal ini untuk lebih mempermudah
analisis sehingga lebih terfokus pada komponen-komponen yang masih mengalami
dampak yang berarti.
4.6. Perubahan Sosial-Ekonomi
Aspek selanjutnya yang juga penting untuk dipertimbangkan seorang penyusun laporan
AMDAL merupakan faktor perubahan sosial-ekonomi yang mungkin terjadi akibat
sebuah komponen sosial-ekonomi. Sebagai contoh, segala hal yang memberi dampak
kepada migrasi penduduk juga dapat mengubah pertumbuhan populasi, demografi,
jumlah pencari kerja, tingkat pendapatan, kohesi komunitas, dst.
Desain basis pengetahuan ini berdasarkan kelompok klausa yang disebut soc_ec(…).
Kelompok klausa ini hanya memiliki dua sub-klausa. Sub-klausa pertama merupakan
komponen sosial-ekonomi yang dibahas, misalnya Migration. Sedangkan, sub-klausa
kedua merupakan faktor perubahan sosial-ekonomi akibat perubahan pada sub-klausa
pertama. Pohon pengetahuan ini sangat sederhana karena elemen-elemennya relatif
sedikit dan interrelasinya tidak kompleks. Berikut disajikan pohon pengetahuan tersebut
dalam sebuah diagram.
IV-16
Gambar 4.11. Pohon Pengetahuan Perubahan Sosial-Ekonomi
Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok
bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang
komprehensif untuk topik perubahan sosial-ekonomi. Diagram semantik ini jauh lebih
ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada
sistem pakar ESC.
Proses Industri
Hasilkan
Semen
Perubahan
Sosial-Ekonomi
Gambar 4.12. Diagram Alir Perubahan Sosial-ekonomi
Setelah menilik pohon pengetahuan di atas, penyusun dapat memeriksa pengelompokan
perubahan sosial ekonomi serta hubungannya dengan komponen sosial-ekonomi tersebut.
IV-17
Selanjutnya, basis pengetahuan yang telah disempurnakan ditulis kembali sebagai kode
Prolog. Berikut merupakan cuplikan dari kode tersebut.
/*soc_ec(“Activity”, “Social-Economic Change”).*/
soc_ec("Migration","changes in demand on health and social services").
Kode ini kelak akan diakses ketika sistem pakar mencapai peninjauan sosial-ekonomi
dari aktivitas industri semen. Sehingga, pemrakarsa proyek mampu mengantisipasi
tanggapan
negatif
dari
masyarakat
serta
menyusun
langkah-langkah
untuk
menanggulanginya.
4.7. Upaya Mitigasi
Pohon pengetahuan terakhir yang harus disusun merupakan upaya mitigasi untuk
masing-masing proses. Tujuan akhir dari seorang penyusun laporan AMDAL merupakan
upaya penyelesaian masalah atau mitigasi. Dengan kata lain, seorang pekerja AMDAL
berorientasi problem solving sehingga semua masalah yang terantisipasi dapat
diselesaikan.
Pohon pengetahuan ini mengelompokkan semua proses dan mitigasinya.
Kelompok klausa yang menjadi acuan dalam penyusunan pohon pengetahuan ini
merupakan kelompok klausa mitigasi(), yang memiliki dua sub-klausa. Sub-klausa
pertama merupakan aktivitas dari industri semen yang ingin ditelaah. Sub-klausa kedua
mempertimbangkan upaya untuk mengurangi dampak negatif aktivitas tersebut. Upaya
tersebut dapat berupa pencegahan penghasilan polutan dengan peralatan end-of-pipe yang
mengurangi emisi, perbaikan proses produksi agar mengurangi timbulan pencemar,
hingga upaya pembersihan (clean-up) setelah insiden tertentu. Pohon pengetahuan yang
disusun yaitu:
IV-18
Gambar 4.13. Pohon Pengetahuan Mitigasi
Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang
cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang
komprehensif untuk topik mitigasi. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga
dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar
ESC.
Proses Industri
Semen
Menghindari
Dampak
Langkah Mitigasi
Gambar 4.14. Diagram Alir Mitigasi
Sesuai dengan upaya-upaya mitigasi yang ada pada pohon di atas, penyusun dapat
melakukan koreksi dengan data mutakhir yang melingkupi semua upaya penyelesaian
masalah pada masing-masing proses industri semen. Upaya-upaya ini sudah banyak
mengalami perubahan semenjak disusunnya ESC-1. Sebagai misal, dewasa ini ilmu
IV-19
Teknik Lingkungan lebih banyak berfokus pada produksi bersih serta mengurangi
penyelesaian end-of-pipe. Basis pengetahuan yang telah disempurnakan ditulis sebagai
kode Prolog berikut.
/*mitigation( “Activity”,”mitigation”).*/
mitigation("Product Storage","Mimimise rainfall allowed to percolate through piles of lime stone area
and runoff in uncontrolled fashion").
Basis pengetahuan ini selalu diakses pada akhir sesi. Kendati demikian, pada
peninjauan maju, sebenarnya data mengenai proses sudah didapatkan semenjak sub-menu
pertama. Namun, sistem pakar baru akan menampilkan data mitigasi pada akhir
peninjauan. Hal ini dilakukan untuk alasan ketersinambungan program dengan urutan
pengerjaan sebuah laporan AMDAL.
4.8. Pembuatan Jaringan Semantik
Jaringan semantik disusun agar hubungan antar nodus dapat lebih jelas terlihat.
Pada hakikatnya, jaringan semantik disarankan menjadi langkah awal dalam desain
sebuah program sebelum penyusunan dalam bahasa komputer. Dari penelitian terhadap
struktur program, jaringan semantik sistem pakar ESC-1 disadur dari semua pohon
pengetahuan (knowledge tree) yang telah dibahas di atas.
Penyusun sebenarnya membuat basis pengetahuan program langsung dari tahap
pohon pengetahuan. Hal ini dikarenakan kompleksitas sebuah sistem pakar mengurangi
efektivitas jaringan semantik sebagai panduan pemrograman. Namun, jaringan semantik
tetap menjadi acuan agar dapat melihat keseluruhan sistem pada satu buah diagram
lengkap. Jaringan semantik yang disusun oleh penulis ditampilkan pada gambar 4.15.
IV-20
Gambar 4.15. Diagram Semantik ESC-1
IV-21
Download