BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang Barangan (Musa Paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman pisang barangan dibudidayakan secara komersial keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain (Supriyadi dan Satuhu, 2008). Budidaya pisang yang baik akan meningkatkan produksi pisang itu sendiri. Sehingga permintaan pasar akan buah pisang akan terpenuhi dengan suplai pisang yang memadai. Seperti halnya di Sumatera Utara yang memiliki produksi pisang yang cukup stabil. Pada tahun 2012 produksi pisang sebesar 363.061 ton dengan jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 4.044.320 rumpun. Produksi pisang menurun sebesar 15,49% dibanding tahun 2011 sebesar 429.628 ton. Selama 6 (enam) tahun terakhir produksinya menunjukkan kenaikan dengan rata-rata pertahun sebesar 11,36% (BPSSU, 2013). Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2013) Universitas Sumatera Utara Mengingat produksi buah pisang yang stabil maka pemasaran buah pisang sangatlah penting, karena akan meningkatkan harga jual pisang tersebut. Menurut Soekartawi (1991), apabila aspek pemasaran berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat akan menguntungkan. Oleh karena itu, peranan lembaga tataniaga yang terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, dan importir menjadi amat penting. Dalam hal pemasaran buah pisang khususnya pisang barangan, perdagangan di dalam negeri (domestik) menjadi alternatif yang sangat menjanjikan. Seperti halnya Kecamatan STM Hilir yang merupakan salah satu daerah di Kabupaten Deli Serdang yang mendistribusikan buah unggulan yaitu buah pisang barangan dalam bentuk segar tanpa olahan ke pasar domestik. Adanya keterlibatan lembaga tataniaga dalam pemasaran buah pisang barangan akan mempengaruhi besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani/produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani/produsen dengan harga yang dibayar konsumen sangat bergantung pada struktur pasar. Apabila semakin besar marjin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani/produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien. Seperti halnya di Kota Medan, harga buah pisang barangan yang dipasarkan cukup bervariasi. Berikut tabel perbandingan harga buah pisang barangan antara produsen dan konsumen. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Harga Buah Pisang Barangan di Tingkat Produsen (Deli Serdang) dan Konsumen (Medan) (Rp/sisir) Tahun 2010-2012 Harga Produsen Harga Konsumen Tahun Selisih Harga (Rp/Sisir) (Rp/Sisir) (Rp/Sisir) Deli Serdang Medan 2010 4.166 10.753 6.587 2011 5.407 9.325 3.918 2012 5.889 12.573 6.684 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2012) Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat selisih harga buah pisang barangan antara tingkat produsen dan konsumen yang cukup bervariasi setiap tahun. Pada tahun 2010 selisih harga di tingkat produsen dan konsumen berkisar Rp6.587,-/sisir. Tahun 2011, selisih harga sebesar Rp3.918,-/sisir. Sedangkan untuk tahun 2012, dengan harga produsen sebesar Rp5.889,-/sisir dan harga konsumen Rp12.573,-/sisir terjadi selisih harga sebesar Rp6.684,-/sisir. Melihat besarnya selisih harga atau disparitas harga buah pisang barangan di tingkat petani/produsen hingga ke konsumen, hal ini tentu memberikan indikasi bahwa sistem pemasaran buah pisang barangan tidak berlangsung secara efisien. Dari permasalahan yang dijabarkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya dalam meneliti tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana saluran tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian? Universitas Sumatera Utara 2. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang terlibat dalam tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian? 3. Bagaimana price spread dan share margin masing-masing lembaga tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian? 4. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi saluran tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian. 2. Untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang terlibat dalam tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis price spread dan share margin masing-masing lembaga tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian. 4. Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam hal pemasaran buah pisang barangan. 2. Sebagai pertimbangan bagi para pelaku pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan upaya pemasaran pisang barangan. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan untuk menjadi seorang peneliti. Universitas Sumatera Utara