perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat itu dapat mengalahkan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena konsumen lebih banyak membelanjakan uangnya pada bisnis ritel modern dibandingkan pasar tradisional. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan, nilai penjualan (omset) ritel modern tumbuh 20% menjadi Rp 135 triliun pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 ini penjualan (omset) diperkirakan mencapai Rp. 150 triliun. Konsumen memilih suasana berbelanja yang nyaman dan menyenangkan, misalnya dengan penyediaan pilihan produk yang lebih banyak, area parkir yang luas, kualitas produk yang baik, terdapat lantunan musik, rapi, bersih, ber-AC, tidak ada tawar menawar, dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan pasar tradisional yang identik dengan lingkungan yang kumuh, area parkir yang tidak nyaman, serta konsumen yang harus melakukan tawar menawar dengan pedagang (Wordpress.com yang diakses tanggal 18 Desember 2013). Perilaku konsumen yang seperti inilah menjadi salah satu penyebab semakin berkembangnya usaha ritel modern di Indonesia. Kota Surakarta sendiri dalam 10 tahun terakhir sudah banyak berkembang bisnis ritel modern. Misalnya Solo Paragon Mall, Solo Square, Solo Grand Mall, Superindo Mart, Luwes Group, Makro Supermarket, Assalam Hypermart, Carefour, Singosaren Plaza, dan masih banyak lagi yang lainya. Berdasarkan contoh tersebut diketahui bahwa semakin berkembangnya bisnis ritel, sehingga dikhawatirkan akan mematikan pasar tradisional yang lebih dulu ada sebelumnya di Surakarta. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan aturan tentang dibatasinya bisnis ritel modern hanya diijinkan di kota-kota tertentu saja misalnya di Ibu Kota Provinsi, Kabupaten, Kota Madya, dan Kecamatan sehingga harus dibatasi pembangunan bisnis ritel yang baru. Selain itu, Walikota Surakarta commit to user Ir. H. Joko Widodo dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wakil Walikota 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyatakan bahwa setelah semua pembangunan ritel modern maka tidak akan diberikan izin untuk usaha ritel yang baru (Kompas, 2005 yang diakses 22 Januari 2013). Berdasarkan pernyataan Walikota tersebut maka pemerintah Surakarta mengeluarkan pembatasan bisnis ritel yang baru. Tabel 1.1 Nama dan Jumlah Usaha Ritel di Surakarta No Nama Jumlah 1 Solo Paragon Mall 1 2 Solo Square 1 3 Solo Grand Mall 1 4 Superindo Mart 1 5 Luwes Group 6 6 Makro Supermarket 1 7 Assalam Hypermart 1 8 Carefour 1 9 Singosaren Plaza 1 (Sumber, data sekunder diolah, 2013) Data dalam tabel 1.1 menunjukkan bahwa di Surakarta banyak berkembang bisnis ritel modern. Dalam Era Pasar Bebas Asia Pasific atau APEC tahun 2010 dan pasar bebas dunia tahun 2030, menciptakan iklim bisnis yang semakin kompetitif di Surakarta. Oleh karena itu, untuk menarik konsumen yang sebanyak-banyaknya perusahaan ritel harus bersaing menawarkan keunggulankeunggulan tempat bisnis mereka. Salah satunya adalah Luwes Group di Surakarta. Pada saat ini jumlah Luwes yang ada di Surakarta mencapai 6 cabang, yaitu : Ratu Luwes Pasar Legi, Sami Luwes Jl. Slamet Riyadi, Luwes Gading, Luwes Mojosongo, Luwes Lojiwetan, Luwes Nusukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Luwes mengalami perkembangan yang cukup pesat di Surakarta. Masing-masing Luwes tersebut akan berusaha memberikan keunggulan-keunggulan tempat perusahaannya dalam menarik konsumen sekaligus sebagai daya tarik perusahaanya, misalnya perbedaan commit to user penataan produk, bentuk promosi, dan pelayanan yang ditawarkan oleh peritel perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 untuk memanjakan konsumen agar dapat memilih dan menentukan produk apa yang akan dibeli serta di mana dia akan berbelanja. Oleh karena itu, pemasar harus memahami unsur-unsur bauran pemasaran untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan mendapatkan pelanggan yang potensial. Tabel 1.2 Jumlah Member Toserba Luwes Surakarta Akumulasi Sampai Bulan Mei 2013 No Toserba Luwes Jumlah Member 1 Luwes Gading 32.020 orang 2 Ratu Luwes 30.176 orang 3 Sami Luwes 27.485 orang 4 Luwes Loji Wetan 24.923 orang 5 Luwes Nusukan 20.802 orang (Sumber data sekunder diolah, 2013) Data dalam tabel 1.2 menunjukkan adanya kesenjangan jumlah member yang cukup signifikan diantara kelima Luwes tersebut. Dari kelima Luwes yang ada, Luwes Gading memiliki jumlah pengunjung yang paling banyak, hal ini terlihat dari jumlah member yang dimilikinya, sedangkan Luwes Nusukan memperoleh jumlah member paling sedikit. Luwes Mojosongo tidak memiliki data tentang jumlah member. Pengetahuan tentang bagaimana perilaku konsumen dalam memutuskan untuk berbelanja sangat penting diketahui oleh pihak pemasar agar dapat memenangkan kompetisi. Salah satu upaya untuk merumuskan strategi pemasaran yang dapat menarik perhatian calon konsumen serta meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian adalah dengan cara memperhatikan salah satu strategi pemasaran yakni dengan mengoptimalkan point of purchase (POP) yang terdiri dari in store media, signage dan display. Menurut Costrow dan Smith (1985) dalam Nyken Widiyastuti dan Retno Tanding Suryandari (2004:139) menyatakan bahwa “Point of purchase (POP) sebagai tanda-tanda dalam kegiatan promosi dan display-display interior, yang seringkali diletakkan pada saat penjualan dilakukan atau diletakkan disepanjang commit to user display-display diantara barang dagangan”. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 Point of purchase (POP) dapat digunakan untuk menarik perhatian pelanggan, memberikan informasi mengenai suatu produk, menimbulkan minat dan keinginan pelanggan untuk melakukan keputusan pembelian. Point of purchase (POP) merupakan media lini bawah yang dapat mempercepat perputaran produk jalur distribusi karena tempat konsumen berhadapan dengan produk tersebut dan sangat atraktif untuk mempengaruhi perilaku konsumen dalam memutuskan membeli suatu produk tanpa berpikir sebelumnya. Point of purchase (POP) membantu pengecer dengan menarik perhatian konsumen, meningkatkan minat belanja pada konsumen dan keinginan untuk menghabiskan waktu di dalam toko yang tentu saja akan meningkatkan volume penjualan dan meningkatkan laba bagi penjual. Point of purchase yang terdiri dari 3 komponen dasar, yaitu: in store media (media yang digunakan untuk menciptakan suasana di dalam toko), signage (perangkat advertising yang memberikan informasi tentang produk tertentu), dan display (penataan barang dengan manajemen rak). Oleh karena itu, sangatlah penting bagi peritel untuk memahami point of purchase (POP) dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Tabel 1.3 Wawancara Pengunjung Luwes Nusukan Surakarta Tentang Penerapan Point of Purchase (POP) Variabel (X) Indikator Baik Kurang baik Jumlah In Store Media (X1) Penerapan musik Arsitektur toko Pencahayaan ruangan 12 14 11 18 16 19 30 30 30 Signage (X2) Pemasangan label harga Pemasangan papan promosi 13 14 17 16 30 30 Penerapan interior display Penerapan eksterior display (Sumber data primer diolah, 2013) 13 13 17 17 30 30 Display (X3) Dalam tabel 1.3 menunjukkan hasil wawancara dengan konsumen Luwes Nusukan. In store media terdiri dari tiga indikator yaitu penerapan musik, arsitektur toko dan pencahayaan ruangan. Signage terdiri dari dua indikator yaitu commit topapan user promosi. Display terdiri dari dua pemasangan label harga dan pemasangan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 indikator yaitu interior display dan eksterior display. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 10 dan 11 Agustus 2013 maka peneliti dapat menyimpulkan penerapan point of purchase (POP) di Luwes Nusukan Surakarta kurang baik. In store media dengan indikator penerapan musik 18 konsumen mengatakan bahwa penyajian musik di Luwes Nusukan kurang bervariasi, sehingga konsumen tidak mau berlama-lama di dalam toko Luwes Nusukan. Seharusnya untuk penyajian musik di dalam toko Luwes Nusukan harus lebih bervariasi sehingga konsumen betah berada di dalam toko. Musik merupakan bagian dari tata suara yang akan menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi konsumen, sehingga mereka bisa lebih lama berbelanja dan membeli barang. Signage dengan indikator pemasangan label harga 17 konsumen mengatakan bahwa pemasangan label harga di Luwes Nusukan kurang jelas, sehingga konsumen kesulitan untuk mencari barang yang mereka inginkan. Seharusnya signage (informasi mengenai produk) harus terpasang dengan jelas agar konsumen tidak kesulitan dalam mencari produk yang diinginkan. Ternyata konsumen lebih mempertimbangkan informasi yang mereka peroleh dalam toko dibandingkan di luar toko. Dengan informasi tersebut, konsumen akan lebih mudah mendapat informasi dan mencocokkan dengan barang yang dibutuhkan. Display dengan indikator interior display dan eksterior display 17 konsumen mengatakan bahwa pendisplaian di Luwes Nusukan kurang rapi, sehingga konsumen tidak mengetahui mana barang yang baru dan mana barang yang lama. Seharusnya untuk pendisplaian yang benar yaitu merek barang menghadap ke depan, artikel tidak tebalik, pengisian barang dari belakang dengan metode first in frist out (FIFO) jika perlu turunkan barang di rak terlebih dahulu, rata depan display mulai dari bibir rak, selalu cek expired date, dan jaga selalu kerapian display barang. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian: "Pengaruh Point of Purchase (POP) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Luwes Nusukan Surakarta Tahun 2013". commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitian agar permasalahan yang diteliti dapat dikaji dan dijawab secara mendalam serta tidak menimbulkan meluasnya masalah yang dikaji. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yang dibahas dalam penelitian ini adalah Pengaruh Point of Purchase (POP) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Luwes Nusukan Surakarta Tahun 2013. 2. Obyek Penelitian a. Variabel bebas (X) : 1) In store media (X1) adalah perangkat point of purchase yang menciptakan suasana di dalam toko. Salah satunya dengan memanfaatkan video atau radio di dalam toko. 2) Signage (X2) adalah perangkat point of purchase yang berupa tandatanda tentang suatu produk yang berada di dalam toko seperti: informasi harga, keunggulan suatu produk tertentu dan lain-lain. 3) Display (X3) adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan membeli. b. Variabel terikat (Y): Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk, dalam konteks ini adalah keputusan konsumen untuk membeli produk di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013. 3. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah in store media, signage, dan display secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013? 2. Apakah in store media berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013? 3. Apakah signage berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013? 4. Apakah display berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan faktor yang penting di dalam melakukan penelitian sebab dengan adanya tujuan, penelitian akan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang akan dicapai. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah variabel in store media, signage, dan display secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013. 2. Untuk mengetahui apakah variabel in store media berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013. 3. Untuk mengetahui apakah variabel signage berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013. 4. Untuk mengetahui apakah variabel display berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk lebih mendukung teori-teori yang sudah ada sehubungan dengan masalah yang telah dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran agar dapat menambah pengetahuan dalam mata kuliah perilaku konsumen tentang point of purchase. c. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada serta sebagai landasan untuk pengadaan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat untuk berbagai pihak diantaranya adalah : a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemilik perusahaan dan dapat dijadikan referensi dalam menentukan dan menetapkan strategi pemasaran khususnya penerapan point of purchase (in store media, signage dan display) dimasa depan. b. Bagi Peneliti 1) Secara Umum Memberikan tambahan informasi dan wawasan bagi peneliti mengenai pengaruh point of purchase (in store media, signage dan display) terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk serta meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan terhadap kondisi riil di lapangan yang terkait dengan disiplin ilmu manajemen, terutama tentang perilaku konsumen dan mampu mengimplikasikan teori-teori tersebut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 2) Sebagai Calon Guru Out put Pendidikan Tata Niaga yaitu mengajar siswa di SMK jurusan Pemasaran, sedangkan out put siswa SMK jurusan Pemasaran yaitu bekerja di perusahaan ritel. Dalam kurikulum SMK terdapat mata pelajaran terkait dengan ritel dan perilaku konsumen. Dengan penelitian ini peneliti dapat mengajarkan kepada siswa bagaimana penerapan point of purchase yang baik dan benar c. Bagi Pihak Lain Memberikan masukan bagi pembaca dan dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. d. Bagi Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan sebagai bahan referensi, perbandingan dan penyempurnaan bagi penelitian yang sejenis di masa depan. commit to user