BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keseimbangan (Trade off Theory) Trade off Theory pertama kali diperkenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) pada tahun 1958. MM membuktikan bahwa karena bunga utang dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaan dapat terus meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah utang yang digunakan. Oleh karena itu, nilainya akan mencapai nilai maksimal bila seluruhnya dibiayai dengan utang. Trade off Theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symentric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang. MM mengasumsikan Trade off Theory diantaranya adalah tidak adanya pajak perorangan, tidak ada biaya broker/perantara, constant interest rate, semua utang perusahaan tidak mengandung risiko berapapun jumlah utang yang digunakan, EBIT tidakdipengaruhi penggunaan utang. Namun asumsi-asumsi MM tersebut tidak berlaku dalam dunia nyata karena suku bunga naik sejalan dengan naiknya rasio utang, EBIT menurun jika leverage mencapai titik ekstern dan kemungkinan terjadinya kepailitan yang tentu mengakibatkan adanya biaya bagi pengacara dan biaya-biaya lainnya juga meningkat dengan bertambahnya utang. (Brigham dan Houston, 2011). 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perusahaan. MM mengakui bahwa peraturan Perpajakkan memperkenankan perusahaan untuk mengurangi pembayaran bunga suatu beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham bukan sebagai penguran pajak. Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan untuk menggunakan utang dalam struktur modalnya. Dan memang , MM menunjukkan bahwa jika seluruh asumsi mereka berlaku, perbedaan perlakuan ini akan mengarah pada suatu struktur modal yang 100 persen terdiri atas utang. (Brigham dan Houston, 2011). Hasil karya MM tahun 1963 beberapa tahun kemudian dimodifikasi oleh Merton Miller (kali ini tanpa Modigliani). Miller mencataat bahwa obligasi membayarkan bunga, yang dikenakan pajak sebagai penghasilan pribadi dengan tariff maksimal sampai 35 persen, sementara penghasilan dari saham sebagian berasal dari dividend dan sebagian dari keuntungan modal. Selain itu, keuntungan modal jangka panjang dikenakan pajak dengan tarif maksimum 15 persen, dan pajak ini dapat ditangguhkan sampai saham terjual dan keuntungannya direalisasikan. Miller berpendapat bahwa investor bersedia untuk menerima pengembalian setelah pajak atas saham yang relatif rendah dibandingkan dengan pengembalian setelah pajak atas obligasi. Hasil – hasil MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi tidak adanya biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi yang tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan, pemasok dan karyawan. Bahkan kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan untuk melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga dibawah harga seandainya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 perusahaan beroperasi. Trade off Theory adalah teori yang mejelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. 2. Teori Persinyalan (Signaling Theory) Informasi merupakan faktor penting bagi para investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Menurut Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. 3. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Brigham & Houston (2011) para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepemilikan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara http://digilib.mercubuana.ac.id/ pemegang saham 12 (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). 4. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan itu didirikan sampai dengan saat ini (Hadi Muttaqin, 2013). Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi. Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan menurut Koewn dan John (2011) adalah sebagai berikut: 1) Nilai Buku Nilai buku (book value) merupakan nilai dari asset yang ditunjukan pada laporan neraca perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya histori asset dari pada nilai sekarang. Sebagai contoh, nilai buku suatu saham preferen suatu perusahaan adalah jumlah yang dibayarkan oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 investor yang awalnya untuk membayar saham tersebut dan jumlah yang diterima oleh perusahaan ketika saham diterbitkan. 2) Nilai Likuiditas Nilai Likuiditas adalah sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika asset dijual secara individual dan bukan sebagai bagian dari keseluruhan perusahaan. Contohnya, jika operasional perusahaan dihentikan dan assetnya di bagi serta di jual, maka harga jual tersebut merupakan nilai likuiditas asset. 3) Nilai harga pasar Nilai harga pasar dari suatu asset adalah nilai yang teramati untuk asset yang ada di pasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang bekerja sama di pasaran, dimana pembeli dan penjual menegoisasikan harga yang diterima untuk aktiva tersebut. Pada penelitian kali ini rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah Price Book Value (PBV). Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Robin (2014) PBV mengukur nilai yang diberikan pasar kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dengan rumusan : 𝐏𝐁𝐕 = 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐱 𝟏𝟎𝟎% 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐁𝐮𝐤𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 (Brigham & Houston, 2010) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 5. Struktur Modal Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri. Jika risiko meningkat maka harga saham akan menurun dan jika return meningkat maka harga saham akan meningkat. Dalam struktur modal perlu adanya keseimbangan antara risiko dan return sehingga dapat memaksimalkan harga saham. Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. “Pemilihan susunan kualitatif pada sisi assets akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari sisi liabilitas dan ekuitas akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan” (Riyanto, 1984, p.4) dalam Denny (2010). Menurut Denny (2010) struktur modal dipengaruhi oleh komponenkomponen sebagai berikut : 1) Hutang Jangka Panjang Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003, p.324), “hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut). Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 2) Modal Sendiri Menurut Sundjaja at al. (2003, p.324), “modal sendiri (equity capital) adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham ( saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan oppportunuty cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada dua sumber utama dari modal sendiri yaitu : a) Modal saham preferen Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak. b) Modal saham biasa Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi. Pada penelitian kali ini struktur modal dapat dihitung dengan menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER). Der merupakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. 𝐃𝐄𝐑 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐱 𝟏𝟎𝟎% 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 (Sartono, 2010:121) Keterangan: DER : Debt to Equity Ratio http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 6. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitlisasi pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi (Mahatma Dewi dan Wirajaya, 2013). Sedangkan pada perusahaan kecil akan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, nilai buku yang kecil dan laba yang rendah. Dalam aspek finansial, penjualan dapat dilihat dari sisi perencanaan dan sisi realisasi yang diukur dalam satuan rupiah. Dalam sisi perencanaan, penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang diharapkan dapat direalisir oleh perusahaan. Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif, tetapi implikasi tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang akan digunakan. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari nilai buku aktiva (Soliha dan Taswan, 2002) Size = Ln (Total Asset) Size t Ln = Ukuran Perusahaan Tahun t. = Natural Logaritma. Total Asset t = Total Asset Perusahaan Tahun t. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 (Asnawi & Wijaya, 2005:274) 7. Keputusan Investasi Secara umum tujuan Investor melakukan investasi adalah untuk mendapat keuntungan dimasa yang akan datang. Suatu investasi dapat dikatakan menguntungkan (profitable) apabila investasi tersebut dapat membuat pemodal menjadi lebih sejahtera. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun (Aris Susetyo, 2012). Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal menurut Sutrisno (2007): 1) Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. 2) Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang. Sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama untuk memperoleh dana tersebut. 3) Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan dimasa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 4) Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar. Menurut Harmono (2009) keputusan investasi merupakan kebijakan terpenting dari dua kebijakan lain dalam manajemen keuangan, yaitu kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen. Investasi modal sebagai aspek utama kebijakan manajemen keuangan karena investasi adalah bentuk alokasi modal yang akan datang. Investasi membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Secara umum investasi bias dalam bentuk investasi nyata (real assets), misalnya tanah, emas, mesin bangunan, dan lain-lain, serta bias pula investasi dalam aktiva keuangan (financial assets) seperti deposito maupun pembelian surat-surat berharga berupa saham maupun obligasi. Keputusan investasi dapat dihitung menggunakan rasio Price Earnings Ratio (PER) yakni perbandingan harga saham dengan laba bersih perlembar saham 𝐏𝐄𝐑 = 𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 (Adler Haymans, 2007) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 8. Kajian Riset Terdahulu Berikut ini adalah ikhtisar kajian hasil riset terdahulu yang dapat dilihat pada table sebagai berikut: Tabel 2.1 hasil riset terdahulu No 1. Nama Variabel Penelitian Hasil Penelitian Peneliti Cory Patricia - Variabel Independen: - Keputusan Investasi (PER) berpengaruh (2014) Keputusan Investasi; terhadap Nilai Perusahaan. Keputusan Pendanaan - Keputusan Pendanaan (DER) tidak - Variabel dependen: Nilai berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Perusahaan. 2. muslim (2014) - Variabel Independen: - SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap Size; Struktur Modal; Nilai Perusahaan. dan Return On Asset - Struktur Modal berpengaruh positif signifikan. - Variabel dependen: Nilai - Return On Asset berpengaruh positif Perusahaan signifikan. 3. Oliviyanti (2015) 4. Robin Doviko - Variabel Independen: - Kebijakan Utang (DER) tidak berpengaruh (2014) Kebijakan Utang (DER); signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Kebijakan Dividen - Kebijakan Dividen (DPR) tidak berpengaruh (DPR); Keputusan signifikan terhadap nilai perusahaan. Investasi (CPA); - Keputusan Investasi (CPA) berpengaruh Keputusan Pendanaan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. (DAR) - Keputusan Pendanaan (DAR) berpengaruh - Variabel Dependen: Nilai signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Perusahaan melalui profitabilitas Syeh Eka - Variabel Independen: - Keputusan Investasi (PER) dan Struktur Fanstiaji Keputusan Investasi Modal (DER) berpengaruh dan signifikan (2016) (PER); Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan. (DER); Kebijakan - Kebijakan Dividen (YIELD) berpengaruh Dividen (YIELD) tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan. - Variabel Dependen: Nilai perusahaan 5. - Variabel Independen: - Struktur modal tidak berpengaruh signifikan. Struktur modal; Modal - Modal Intelektual tidak berpengaruh Intelektual; ROA; ROE signifikan terhadap Nilai Perusahaan. - Variabel Dependen: Nilai - ROA dan ROE tidak berpengaruh signifikan perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 6 Dewa Kadek Oka Kusumawijay a (2011) 7. Nia Rositawati Fau (2015) - Variabel Independen: Struktur Modal; Pertumbuhan perusahaan; ukuran perusahaan dan profitabilitas - Variabel dependen: Nilai perusahaan 8. Kadek Apriada - Variabel independen: - Kepemilikan saham institusional berpengaruh Struktur kepemilikan positif pada nilai perusahaan saham; Struktur modal; - Kepemilikan saham manajerial berpengaruh profitabilitas negatif pada nilai perusahaan. - Variabel dependen: - Struktur modal berpengaruh negatif pada nilai Nilai perusahaan perusahaan. - Profitabilitas berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. 9. Rahman Rusdi Hamidi (2014) 10 Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya (2012) - Variabel independen: - Struktur modal berpengaruh positif dan Struktur modal; signifikan terhadap nilai perusahaan. - Variabel dependen: - Struktut modal berpengaruh positif dan Nilai perusahaan signifikan terhadap profitabilitas. - Variabel intervening: - Profitabilitas berpengaruh dansignifikan Profitabilitas terhadap nilai perusahaan. - Profitabilitas mampu memediasi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan - Variabel independen: - Struktur modal dan Profitabilitas berpengaruh struktur modal; signifikan dan positif terhadap nilai Profitabilitas; Ukuran perusahaan. perusahaan - Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh - Variabel dependen: terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan B. - Variabel Independen: - Struktur modal berpengaruh positif dan Struktur modal; signifikan terhadap profitabilitas. Pertumbuhan perusahaan; - Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif - Variabel dependen: dan signifikan terhadap profitabilitas. Profitabilitas dan Nilai - Struktur modal, pertumbuhan perusahaan dan perusahaan profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap nilai perusahaan. - Struktur modal berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap nilai perusahaan. - Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian yang relevan, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 1. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syeh Eka Fanstiaji (2016) variabel struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini berarti bahwa penambahan utang yang dilakukan perusahaan untuk ekspansi perusahaan dapat meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha1 : Struktur Modal berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan 2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Nilai Perusahaan Ukuran perusahan dapat menjadi cerminan bagi besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan. Perusahaan dengan skala yang besar tentunya akan menjadi daya tarik bagi Investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini disebabkan perusahaan yang besar cenderung memiliki keuangan yang relative stabil disbanding perusahaan dengan skala kecil. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harag saham di pasar modal. Dengan ekspetasi yang besar dari calon Investor apabila Investor menanamkan modalnya pada perusahaan dengan skala besar maka akan mendapatkan keuntungan dari pembagian dividen. Peningkatan permintaan saham perusahaan di pasar modal akan meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : Ha2: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 3. Pengaruh Keputusan Investasi terhadap nilai Perusahaan Keputusan investasi adalah kombinasi antara aktiva riil dengan pilihan investasi dimasa yang akan datang. Teori yang mendasari keputusan investasi adalah Signaling Theory. Teori tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robin (2014) dan Surya keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Maka dari uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha3 : Keputusan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. 4. Model Konseptual Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Struktur Modal Ukuran Perusahaan Keputusan Investasi Ha1 11 Ha2 Nilai Perusahaan Ha3 A Gambar 2.1 Rerangka pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/