Trade off Theory

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Keseimbangan (Trade off Theory)
Trade off Theory pertama kali diperkenalkan oleh Franco Modigliani dan
Merton Miller (MM) pada tahun 1958. MM membuktikan bahwa karena bunga
utang dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaan dapat
terus meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah utang yang digunakan.
Oleh karena itu, nilainya akan mencapai nilai maksimal bila seluruhnya dibiayai
dengan utang. Trade off Theory dalam menentukan struktur modal yang optimal
memasukan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan
biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi
efisiensi pasar dan symentric information sebagai imbangan dan manfaat
penggunaan utang.
MM mengasumsikan Trade off Theory diantaranya adalah tidak adanya
pajak perorangan, tidak ada biaya broker/perantara, constant interest rate, semua
utang perusahaan tidak mengandung risiko berapapun jumlah utang yang
digunakan, EBIT tidakdipengaruhi penggunaan utang. Namun asumsi-asumsi
MM tersebut tidak berlaku dalam dunia nyata karena suku bunga naik sejalan
dengan naiknya rasio utang, EBIT menurun jika leverage mencapai titik ekstern
dan kemungkinan terjadinya kepailitan yang tentu mengakibatkan adanya biaya
bagi pengacara dan biaya-biaya lainnya juga meningkat dengan bertambahnya
utang. (Brigham dan Houston, 2011).
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan
asumsi tidak ada pajak perusahaan. MM mengakui bahwa peraturan Perpajakkan
memperkenankan perusahaan untuk mengurangi pembayaran bunga suatu beban,
tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham bukan sebagai penguran
pajak. Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan untuk menggunakan utang
dalam struktur modalnya. Dan memang , MM menunjukkan bahwa jika seluruh
asumsi mereka berlaku, perbedaan perlakuan ini akan mengarah pada suatu
struktur modal yang 100 persen terdiri atas utang. (Brigham dan Houston, 2011).
Hasil karya MM tahun 1963 beberapa tahun kemudian dimodifikasi oleh
Merton Miller (kali ini tanpa Modigliani). Miller mencataat bahwa obligasi
membayarkan bunga, yang dikenakan pajak sebagai penghasilan pribadi dengan
tariff maksimal sampai 35 persen, sementara penghasilan dari saham sebagian
berasal dari dividend dan sebagian dari keuntungan modal. Selain itu, keuntungan
modal jangka panjang dikenakan pajak dengan tarif maksimum 15 persen, dan
pajak ini dapat ditangguhkan sampai saham terjual dan keuntungannya
direalisasikan. Miller berpendapat bahwa investor bersedia untuk menerima
pengembalian setelah pajak atas saham yang relatif rendah dibandingkan dengan
pengembalian setelah pajak atas obligasi.
Hasil – hasil MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi tidak
adanya biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum
dan akuntansi yang tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan,
pemasok dan karyawan. Bahkan kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan
untuk melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga dibawah harga seandainya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
perusahaan beroperasi. Trade off Theory adalah teori yang mejelaskan bahwa
struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari
pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan)
dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi.
2. Teori Persinyalan (Signaling Theory)
Informasi merupakan faktor penting bagi para investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan
signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
(good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham,
dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam
volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik
terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
secara terbuka dan transparan.
3. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Brigham & Houston (2011) para manajer diberi kekuasaan oleh
pemilik perusahaan untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan
potensi konflik kepemilikan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory).
Teori
keagenan
mendeskripsikan
hubungan
antara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pemegang
saham
12
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen
harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih
orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas
nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang
sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan
bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Masalah
keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung
bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan
perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency
cost).
4. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak
perusahaan itu didirikan sampai dengan saat ini (Hadi Muttaqin, 2013).
Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan
keinginan pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat
didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi
investor terhadap emiten bersangkutan.
Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan
nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik
antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika
perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat,
sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama
sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa
merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.
Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam
bentuk
maksimalisasi nilai
saham
kepemilikan
perusahaan,
atau
memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak
berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan
mengorbankan para pemegang obligasi.
Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan
nilai perusahaan menurut Koewn dan John (2011) adalah sebagai berikut:
1) Nilai Buku
Nilai buku (book value) merupakan nilai dari asset yang ditunjukan
pada laporan neraca perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya
histori asset dari pada nilai sekarang. Sebagai contoh, nilai buku suatu
saham preferen suatu perusahaan adalah jumlah yang dibayarkan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
investor yang awalnya untuk membayar saham tersebut dan jumlah
yang diterima oleh perusahaan ketika saham diterbitkan.
2) Nilai Likuiditas
Nilai Likuiditas adalah sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika
asset dijual secara individual dan bukan sebagai bagian dari
keseluruhan perusahaan. Contohnya, jika operasional perusahaan
dihentikan dan assetnya di bagi serta di jual, maka harga jual tersebut
merupakan nilai likuiditas asset.
3) Nilai harga pasar
Nilai harga pasar dari suatu asset adalah nilai yang teramati untuk asset
yang ada di pasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan yang bekerja sama di pasaran, dimana pembeli dan penjual
menegoisasikan harga yang diterima untuk aktiva tersebut.
Pada penelitian kali ini rasio yang digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan adalah Price Book Value (PBV). Menurut Brigham dan
Houston (2006) dalam Robin (2014) PBV mengukur nilai yang
diberikan pasar kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai
sebuah perusahaan yang terus tumbuh dengan rumusan :
𝐏𝐁𝐕 =
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦
𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐁𝐮𝐤𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐋𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦
(Brigham & Houston, 2010)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
5. Struktur Modal
Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan
pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan
modal sendiri. Jika risiko meningkat maka harga saham akan menurun dan jika
return meningkat maka harga saham akan meningkat. Dalam struktur modal perlu
adanya keseimbangan antara risiko dan return sehingga dapat memaksimalkan
harga saham. Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha
mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan
kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. “Pemilihan susunan kualitatif
pada sisi assets akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan
pemilihan susunan kualitatif dari sisi liabilitas dan ekuitas akan menentukan
struktur keuangan dan struktur modal perusahaan” (Riyanto, 1984, p.4) dalam
Denny (2010).
Menurut Denny (2010) struktur modal dipengaruhi oleh komponenkomponen sebagai berikut :
1) Hutang Jangka Panjang
Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya
pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang
jangka pendek.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003, p.324), “hutang jangka panjang
merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang
jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan
untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang
lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang
diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi
ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan
obligasi tersebut). Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka
panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah
modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan.
2) Modal Sendiri
Menurut Sundjaja at al. (2003, p.324), “modal sendiri (equity capital) adalah
dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan
(pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham ( saham preferen
dan saham biasa) serta laba ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan
menimbulkan oppportunuty cost. Keuntungan dari memiliki saham
perusahaan bagi owner adalah control terhadap perusahaan. Namun, return
yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak
pertama yang menanggung resiko perusahaan. Modal sendiri atau ekuitas
merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan
atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam
perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada dua sumber utama dari modal sendiri
yaitu :
a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak
istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan
daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak
memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.
b) Modal saham biasa
Pemilik
perusahaan
adalah
pemegang
saham
biasa
yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian
dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang
disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah
seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.
Pada penelitian kali ini struktur modal dapat dihitung dengan
menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER). Der merupakan perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas.
𝐃𝐄𝐑 =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠
𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
(Sartono, 2010:121)
Keterangan:
DER : Debt to Equity Ratio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan
besar akan memiliki kapitlisasi pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba
yang tinggi (Mahatma Dewi dan Wirajaya, 2013). Sedangkan pada perusahaan
kecil akan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, nilai buku yang kecil dan laba
yang rendah. Dalam aspek finansial, penjualan dapat dilihat dari sisi perencanaan
dan sisi realisasi yang diukur dalam satuan rupiah. Dalam sisi perencanaan,
penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang diharapkan dapat direalisir oleh
perusahaan.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi
membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar,
demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan
penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga
semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki
hubungan yang positif, tetapi implikasi tersebut dapat memberikan efek yang
berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang akan
digunakan. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin
meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah
digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk
menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun
dengan mengeluarkan saham baru.
Suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan
terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana
sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka
perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam
memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan
dengan perusahaan yang kecil.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih
besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk
memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan
dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan
persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala
kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil
lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu,
memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari
perusahaan
yang berukuran
kecil.
Ukuran
perusahaan
diukur
dengan
menggunakan logaritma natural dari nilai buku aktiva (Soliha dan Taswan, 2002)
Size = Ln (Total Asset)
Size t
Ln
= Ukuran Perusahaan Tahun t.
= Natural Logaritma.
Total Asset t
= Total Asset Perusahaan Tahun t.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
(Asnawi & Wijaya, 2005:274)
7. Keputusan Investasi
Secara umum tujuan Investor melakukan investasi adalah untuk mendapat
keuntungan dimasa yang akan datang. Suatu investasi dapat dikatakan
menguntungkan (profitable) apabila investasi tersebut dapat membuat pemodal
menjadi lebih sejahtera. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka
panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan
baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan sering
disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu
kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun (Aris Susetyo, 2012). Perencanaan
terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal menurut
Sutrisno (2007):
1) Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan
jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam
jangka pendek atau diperoleh sekaligus.
2) Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang. Sehingga
perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama untuk
memperoleh dana tersebut.
3) Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan
dimasa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan
akan dapat mengakibatkan terjadinya over atau under investment,
yang akhirnya akan merugikan perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
4) Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam
pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan
berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa
adanya kerugian yang besar.
Menurut Harmono (2009) keputusan investasi merupakan kebijakan
terpenting dari dua kebijakan lain dalam manajemen keuangan, yaitu kebijakan
pendanaan dan kebijakan dividen. Investasi modal sebagai aspek utama kebijakan
manajemen keuangan karena investasi adalah bentuk alokasi modal yang akan
datang.
Investasi membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk
mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan menjadi lebih dari
satu unit konsumsi mendatang. Secara umum investasi bias dalam bentuk
investasi nyata (real assets), misalnya tanah, emas, mesin bangunan, dan lain-lain,
serta bias pula investasi dalam aktiva keuangan (financial assets) seperti deposito
maupun pembelian surat-surat berharga berupa saham maupun obligasi.
Keputusan investasi dapat dihitung menggunakan rasio Price Earnings Ratio
(PER) yakni perbandingan harga saham dengan laba bersih perlembar saham
𝐏𝐄𝐑 =
𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦
𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦
(Adler Haymans, 2007)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
8. Kajian Riset Terdahulu
Berikut ini adalah ikhtisar kajian hasil riset terdahulu yang dapat dilihat
pada table sebagai berikut:
Tabel 2.1 hasil riset terdahulu
No
1.
Nama
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Peneliti
Cory Patricia - Variabel
Independen: - Keputusan Investasi (PER) berpengaruh
(2014)
Keputusan
Investasi;
terhadap Nilai Perusahaan.
Keputusan Pendanaan
- Keputusan
Pendanaan
(DER)
tidak
- Variabel dependen: Nilai
berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
Perusahaan.
2.
muslim (2014) - Variabel
Independen: - SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap
Size; Struktur Modal;
Nilai Perusahaan.
dan Return On Asset
- Struktur Modal berpengaruh positif signifikan.
- Variabel dependen: Nilai - Return On Asset berpengaruh positif
Perusahaan
signifikan.
3.
Oliviyanti
(2015)
4.
Robin Doviko - Variabel
Independen: - Kebijakan Utang (DER) tidak berpengaruh
(2014)
Kebijakan Utang (DER);
signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Kebijakan
Dividen - Kebijakan Dividen (DPR) tidak berpengaruh
(DPR);
Keputusan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Investasi
(CPA); - Keputusan Investasi (CPA) berpengaruh
Keputusan
Pendanaan
signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
(DAR)
- Keputusan Pendanaan (DAR) berpengaruh
- Variabel Dependen: Nilai
signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Perusahaan
melalui
profitabilitas
Syeh
Eka - Variabel
Independen: - Keputusan Investasi (PER) dan Struktur
Fanstiaji
Keputusan
Investasi
Modal (DER) berpengaruh dan signifikan
(2016)
(PER); Struktur Modal
terhadap Nilai Perusahaan.
(DER);
Kebijakan - Kebijakan Dividen (YIELD) berpengaruh
Dividen (YIELD)
tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
- Variabel Dependen: Nilai
perusahaan
5.
- Variabel
Independen: - Struktur modal tidak berpengaruh signifikan.
Struktur modal; Modal - Modal
Intelektual
tidak
berpengaruh
Intelektual; ROA; ROE
signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
- Variabel Dependen: Nilai - ROA dan ROE tidak berpengaruh signifikan
perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
6
Dewa Kadek
Oka
Kusumawijay
a (2011)
7.
Nia Rositawati
Fau (2015)
- Variabel Independen:
Struktur
Modal;
Pertumbuhan
perusahaan;
ukuran
perusahaan
dan
profitabilitas
- Variabel
dependen:
Nilai perusahaan
8.
Kadek
Apriada
- Variabel independen: - Kepemilikan saham institusional berpengaruh
Struktur kepemilikan
positif pada nilai perusahaan
saham; Struktur modal; - Kepemilikan saham manajerial berpengaruh
profitabilitas
negatif pada nilai perusahaan.
- Variabel
dependen: - Struktur modal berpengaruh negatif pada nilai
Nilai perusahaan
perusahaan.
- Profitabilitas berpengaruh negatif pada nilai
perusahaan.
9.
Rahman Rusdi
Hamidi (2014)
10
Ayu
Sri
Mahatma
Dewi dan Ary
Wirajaya
(2012)
- Variabel independen: - Struktur modal berpengaruh positif dan
Struktur modal;
signifikan terhadap nilai perusahaan.
- Variabel
dependen: - Struktut modal berpengaruh positif dan
Nilai perusahaan
signifikan terhadap profitabilitas.
- Variabel intervening: - Profitabilitas
berpengaruh
dansignifikan
Profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
- Profitabilitas mampu memediasi pengaruh
struktur modal terhadap nilai perusahaan
- Variabel independen: - Struktur modal dan Profitabilitas berpengaruh
struktur
modal;
signifikan dan positif terhadap nilai
Profitabilitas; Ukuran
perusahaan.
perusahaan
- Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh
- Variabel
dependen:
terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan
B.
- Variabel Independen:
- Struktur modal berpengaruh positif dan
Struktur
modal;
signifikan terhadap profitabilitas.
Pertumbuhan perusahaan; - Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif
- Variabel
dependen:
dan signifikan terhadap profitabilitas.
Profitabilitas dan Nilai - Struktur modal, pertumbuhan perusahaan dan
perusahaan
profitabilitas berpengaruh dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
- Struktur modal berpengaruh negatif dan
siginifikan terhadap nilai perusahaan.
- Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
- Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
- Profitabilitas
berpengaruh
positif
dan
signifikan
Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian yang relevan, maka
kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
1.
Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syeh Eka Fanstiaji (2016)
variabel struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ini berarti bahwa penambahan utang yang dilakukan perusahaan untuk ekspansi
perusahaan dapat meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha1 : Struktur Modal berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan
2.
Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
Ukuran perusahan dapat menjadi cerminan bagi besar kecilnya perusahaan
yang dilihat dari total aktiva perusahaan. Perusahaan dengan skala yang besar
tentunya akan menjadi daya tarik bagi Investor untuk menanamkan modalnya. Hal
ini disebabkan perusahaan yang besar cenderung memiliki keuangan yang relative
stabil disbanding perusahaan dengan skala kecil. Kondisi tersebut menjadi
penyebab atas naiknya harag saham di pasar modal.
Dengan ekspetasi yang besar dari calon Investor apabila Investor
menanamkan modalnya pada perusahaan dengan skala besar maka akan
mendapatkan keuntungan dari pembagian dividen. Peningkatan permintaan saham
perusahaan di pasar modal akan meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
Ha2: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
3.
Pengaruh Keputusan Investasi terhadap nilai Perusahaan
Keputusan investasi adalah kombinasi antara aktiva riil dengan pilihan
investasi dimasa yang akan datang. Teori yang mendasari keputusan investasi
adalah Signaling Theory. Teori tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robin (2014) dan Surya keputusan
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Maka dari
uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha3 : Keputusan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
4.
Model Konseptual
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, maka variabel yang
terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Struktur Modal
Ukuran
Perusahaan
Keputusan
Investasi
Ha1
11
Ha2
Nilai Perusahaan
Ha3
A
Gambar 2.1 Rerangka pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download