Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTISIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Sutrisno (2007:9) mengemukakan bahwa laporan keuangan adalah :
Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan
suatu
perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (manajemen, pemilik, kreditor,
investor, pemerintah dan pihak-pihak lainnya).
Selanjutnya berdasarkan defenisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan perusahaan merupakan output dari sebuah proses sistem informasi yang
berasal dari kejadian-kejadian ekonomi yang meliputi Revenue cycle, expense cycle,
financial cycle yang dicatat/diinput dan diproses sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Hal ini dipertegas lagi oleh Scott (2006:67) melalui gambaran proses sistem
informasi yang meliputi ; Input, Processing, dan Output/laporan. Hal ini dipertegas
lagi oleh Michael A. Diamond (2009:22) sebagai berikut:
“Financial Statements are the principal product of the accounting information
system, communicating to interest users information on a firm’s financial
position, its liquidity and profitability, and significant changes in it’s resources
and obligations.”
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari
sebuah sistem informasi akuntansi, sebagai media komunikasi bagi pemakai informasi
untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan baik dari sisi likuiditas maupun
profitabilitasnya, serta perubahan yang signifikan terhadap sumber daya yang dimiliki.
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan
gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak
manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta
menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat (recorded
fact), prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting converntion and
postulate), pendapat pribadi (personal judgement).
9
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Sawir (2005) tujuan laporan keuangan menurut standart akuntansi
keuangan antara lain adalah ;
a. Menyediakan informasi keuangan yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakaian dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian
besar pemakaianya, yang secara umum mengambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian masa lalu.
c. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang dilakukan manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
d. Memberikan informai tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki
perusahaan saat ini.
e. Memyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan netto dari
kekayaan sebagai hasil dari aktivitas usaha.
Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No 1 paragraf 5 menyatakan :
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan,kinerja,dan arus kas perusahaan yang bermangfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Sedangkan APB Statement No.4 (AICPA) yang dikutip oleh Harahap (2009:17) membagi
tujuan laporan keuangan menjadi dua yaitu ,sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi
keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.
2. Tujuan Khusus
Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi
laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainya yang relevan
Trueblood Committee, seperti yang dikutip Harahap ( 2009 ) merumuskan tujuan laporan
keuangan, sebagai berikut :“ Memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan’’. Berbagai pendapat mengenai tujuan laporan keuangan ini pada hakikatnya
adalah sama, yaitu untuk memberikan informasi mengenai keadaan finansial perusahaan
kepada pihak luar perusahaan agar dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
10
Mengingat pentingnya laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
penyajian diharapkan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, agar
pengguna laporan keuangan dapat memangfaatkanya secara tepat.
2.1.3. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik Laporan Keuangan yang harus diperhatikan dalam menyusun
laporan keuangan menurut IAI melalui PSAK no 1 ( 2007 : 7 )
1. Mudah dipahami ( understandability)
Ini berarti bahwa kualitas penting yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahanya untuk segera dipahami oleh pemakai.hal ini pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan memadai tentang aktivitas ekonomi dan
bisnis, akutansi, serta kemauan untuk mempelajari.
2. Relevan ( relevance )
Suatu laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut memiliki manfaat, sesuai dengan tindakan yang
akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan.
3. Keandalan ( reability )
Keandalan merupakan kualitas informasi yang disampaikan laporan keuangan
menyebabkan pemakai informasi akuntansi sangat tergantung pada kebenaran
informasi yang dihasilkkan.
4. Dapat diperbadingkan ( comparability )
Suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan bila informasi tersebut dapat
saling diperbandingkan baik antar periode maupun antar perusahaan.Laporan
keuangan mempunyai peranan penting bagi banyak pihak, sehingga ketepatan
waktu dalam penyampaian laporan sangat dibutuhkan.
2.1.4. Pengertian Kinerja Keuangan
Prawisentono (2009) mengemukakan bahwa: kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Pengertian tersebut diatas menujukkan bahwa kinerja perusahaan bukan hanya
dapat dilihat dari sisi hasil kerja yang dicapai, akan tetapi kesesuaian akan tangung jawab,
norma-norma, serta peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam lingkup internal
11
(perusahaan)
maupun
yang
ditetapkan
oleh
lingkungan
eksternal
perusahaan
(pemerintah). Kinerja perusahaan (corporate performance) sangat ditentukan oleh seluruh
komponen yang terkait terutama karyawan sebagai salah satu unsur sumber daya yang
dimiliki perusahaan. Ini berarti bahwa kinerja yang baik yang ditunjukkan oleh para
karyawan merupakan indikator penting pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Disamping aspek penting yang dikemukakan di atas, berikut ini dipertegas oleh
Mulyadi (2006) bahwa : “kinerja perusahaan adalah penciptaan kekayaan dalam jumlah
memadai.” Akan tetapi penciptaan kekayaan dalam jumlah yang memadai tidak cukup
untuk menciptakan kinerja organisasi perusahaan apalagi dalam kondisi usaha yang
semakin kompetitif. Hal lain yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah pencapaian
kinerja organisasi perusahaan melalui pelipat gandaan kekayaan perusahaan dengan cara
peletakan leverage kepada sumber daya manusia guna membangun keunggulan
kompetitif melalui peningkatan human capital, manajer berperan dalam menjadikan
produktif pengetahuan (knowledge) yang dikuasai oleh karyawan.
Jadi kemampuan organsiasi perusahaan dalam mengelola intangible asset akan
menjadikan perusahaan menjadi lebih sukses. Intangible asset yang dimaksud mencakup
pengembangan hubungan dengan pelanggan, pengenalan produk baru, kemampuan
menghasilkan produk jasa dengan kualitas tinggi dengan biaya yang minimal,
kemampuan meningkatkan skils dan pemberian motivasi kepada karyawan, serta
pengembangan teknologi informasi.
2.1.5. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui oleh
berbagai pihak, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan terutama terkait dengan
pengambilan keputusan kedua pihak tersebut.
Ada empat tujuan dilaksanakanya pengukuran kinerja keuangan perusahaan
Munawir (2005 : 31) yakni untuk :
1. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, kewajiban
keuangan yang dimaksud mencakup keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan
menggunakan aktiva atau modal secara produktif.
12
4. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalakan
dan mempertahankan usahanya sehingga tetap stabil. Kemampuan yang
dimaksud diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan
beban bunga tepat waktunya.
Meskipun terdapat beberapa kelemahan pada analisa laporan keuangan yaitu
seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi ekonomi yang sesungguhnya, karena laporan
keuangan adalah hasil pencatatan masa lalu (history) dari business activity yang
dilakukan oleh perusahaan, maka fokus analisis akan diarahkan pada hubungan dan
indikator keuangan pokok yang memungkinkan analis dapat menilai kinerja masa
lampau, sekarang, dan melakukan proyeksi masa yang akan datang.
2.2. Aktiva
Setiap perusahaan memiliki aktiva yang berbeda-beda dalam hal jumlah dan jenis
aktiva yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan pada perbedaan jenis operasi atau usaha
yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva atau asset yang dimiliki
oleh perusahaan seorang manajer keuangan harus dapat menentukan besar alokasi untuk
maing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva harus dimiliki oleh perusahaan
sehubungan bidang usaha dari perusahaan tersebut. Investasi yang ditanam dalam
perusahaan dapat berupa aktiva yang digunakan dalam jangka panjang yaitu aktiva tetap
maupun aktiva yang digunakan dalam jangka pendek yaitu aktiva lancar. Suatu
perusahaan harus dikelola dengan baik agar mendapatkan keuntungan di masa depan.
2.2.1. Pengertian Aktiva
Dalam menjalankan operasinya, perusahaan tidak akan terlepas dari aktiva.
Menurut S. Munawir (2010:30), bahwa : “Aktiva adalah sarana atau sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan yang harga
perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif.”
Sedangkan menurut Donald E. Kieso yang ditrjemahkan oleh Emil Salim (2008:219),
bahwa : “Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan, atau
dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu”
Menurut Soelaiman Sukmalana (2007:38) menyatakan bahwa : “Aset (harta, aktiva)
adalah harta yang dimiliki perusahaan berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas,
persedian, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud dan lain-lain”.
13
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva merupakan sarana
yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang harus dikelola dengan baik agar mendapat
keuntungan di masa depan. Setiap perusahaan memiliki aktiva yang berbeda-beda dalam
hal jumlah dan jenis aktiva yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan pada perbedaan jenis
operasi atau jenis usaha yang dilakukan oleh tiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva
atau asset yang dimiliki oleh perusahaan.
2.2.2. Jenis-jenis Aktiva
Didalam suatu neraca perusahaan biasanya terdapat pengelompokan mengenai
aktiva. Soelaiman Sukmalana (2007:39) menjelaskan jenis-jenis aktiva sebagai berikut
1. Aktiva lancar
Yaitu aktiva yang dapat dicairkan dengan segera untuk dijadikan uang tunai,
dijual atau digunakan pada periode berikutnya. Biasanya periodenya satu tahun
atau kurang. Yang termasuk di dalam aktiva lancar adalah kas, surat –surat
berharga, piutang wesel, piutang dagang, hutang dagang bersisa debet,
persedian barang dagangan, penyajian dalam neraca, penghasilan yang masih
akan diterima, uang muka pegawai, dan biaya yang dibayar dimuka.
2. Aktiva tidak lancar
Yaitu aktiva tetap yang mempunyai masa kegunaan relative panjang, dalam arti
unsur umur ekonomisnya lebih dari satu tahun atau satu kali masa perputaran
operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual lagi. Yang termasuk
golongan aktiva lancar adalah investasi (penanaman modal jangka panjang),
aktiva tetap berwujud.
3. Aktiva tetap tak berwujud
Yaitu aktiva milik perusahaan yang fisiknya tidak dapat dilihat ataupun diraba,
tetapi hanya hak yang mempunyai nilai dan bermanfaat bagi operasi
perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud adalah good will, hak
paten, hak cipta, hak franchise, hak merek dagang.
2.2.3. Pengertian Aktiva tetap
Perusahaan akan menanamkan dana yang dimilikinya pada mesin, gedung, tanah
dan lain-lain dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.
Umur ekonomis aktiva ini biasanya lebih dari satu tahun ada beberapa pengertian dari
aktiva tetap diantaranya adalah sebagai berikut
Menurut Solaeman Sukmana (2007:41), menyatakan bahwa : “Aktiva tetap berwujud
mempunyai ciri-ciri yaitu : (1) dapat dilihat maupun diraba, (2) nilainya relative
tinggi,umurnya relative panjang lebih dari satu tahun, (3) dipergunakan untuk
menjalankan operasi (kegiatan) perusahaan, (4) tidak ada maksud untuk dijual lagi”.
14
Menurut S.Munawir (2010:139), aktiva tetap memiliki pengertian : Aktiva tetap
adalah aktiva berwujud yang mempunyai umur relative permanen (memberikan
manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun yang dimilliki dan digunakan
untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudkan untuk
dijual kembali (bukan barang dagangan) serta nilainya relative material.
2.2.6. Jenis-jenis Aktiva Tetap
Seperti halnya aktiva tetap dibagi kedalam beberapa kelompok, maka aktiva
tetap juga sering dibagi kedalam empat kategori seperti yang dikemukakan oleh
Soelaiman Sukmalana (2007:41), antara lain :
1. Tanah adalah tanah milik perusahaan yang dipakai untuk operasi perusahaan.
2. Bangunan ialah bangunan-bangunan yang dimiliki dan dipakai untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan perusahaan, misalnya pabrik, gudang, tokok, kantor dan
sebagainya.
3. Mesin-mesin adalah termasuk mesin-mesin yang dimiliki oleh perusahaan dan
dipakai untuk beroperasi.
4. Perabotan adalah termasuk semua perabotan yang dimiliki perusahaan dan
digunakan untuk beroperasi.
5. Kendaraan dalam kelompok ini termasuk kendaraan milik perusahaan yang
dipakai untuk beroperasi, baik untuk angkutan barang maupun orang.
2.3. Hutang Jangka Panjang
2.3.1. Pengertian Hutang
Hutang merupakan suatu tunjangan yang sering kali dilakukan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan yang berlaku karena ketentuan-ketentuan bisnis atau yang mendadak
dan memungkinkan tidak adanya kerugian yang dialami, baik perusahaan sedang dalam
keadaan stabil ataupun kekurangan modal. Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban,
dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus
dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Untuk menentukan suatu transaksi sebagai
hutang atau bukan sangat tergantung pada kemampuan untuk menafsirkan transaksi atau
kejadian yang menimbulkannya.
Menurut Chariri dan Ghozali (2009 : 157) :hutang adalah pengorbanan manfaat
ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang mendatang yang mungkin timbul dari
kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke
entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu.
Menurut Mamduh M. Hanafi (2010;29) : Hutang didefinisikan sebagai
pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa mendatang dari kewajiban
organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa
mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu. Hutang muncul terutama
15
karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi
dan dari dana yang dipinjam.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hutang adalah
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang harus dibayar dengan uang,
barang, atau jasa pada saat jatuh tempo.
2.3.2. Jenis-jenis hutang
Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, hutang jangka panjang dan
hutang janga pendek
a. Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang menurut Kieso (2009 : 242) “terdiri dari pengorbanan
manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang
yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaaan, mana yang
lebih lama”. Menurut Dyckman, et al. (2009 : 218) : “kewajiban dengan jangka
waktu yang melebihi satu tahun dari tanggal neraca atau siklus operasi, mana yang
lebih lama”.
Secara garis besar hutang jangka panjang digolongkan pada tiga golongan yaitu :
1. Hutang Hipotik (mortages payable) Hutang yang timbul berkaitan dengan perolehan
dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan harta tetap. Dalam perjanjian
disebutkan harta peminjam yang dijadikan jaminan berupa tanah atau gedung.
2. Hutang Obligasi (bond payable) Hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang
diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. Pembeli obligasi disebut
pemegang obligasi. Dalam surat obligasi dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga
pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.
3. Utang wesel jangka panjang (long term notes payable)
b.
Hutang Jangka pendek (Hutang Lancar)
Menurut Kasmir, (2008:40) : “Utang Lancar merupakan kewajiban atau
utang
perusahaan pada pihak lain yang harus segera dibayar, jangka waktu utang lancar
adalah satu tahun. Oleh karena itu utang lancar disebut juga Utang Jangka Pendek.”
16
2.3.3. Pengertian Hutang Jangka Panjang
Baridwan (2005 : 242 )” mengatakan bahwa hutang jangka panjang digunakan
untuk menunjukan hutang-hutang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih
dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva
lancar.”
Gunadi (2005 : 83)” bahwa kewajiban jangka panjang merupakan hutang yang
tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau yang pengeluarannya tidak
menggunakan sumber aktiva lancar”.
Kieso (2004 : 242) “terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat
Mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan Dalam satu
tahun atau siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama.”
Disimpulkan bahwa hutang jangka panjang adalah utang yang diharapkan akan
dibayar dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi
normal perusahaan dan dengan menggunakan aktiva tidak lancar yang ada atau dengan
menimbulkan kewajiban jangka panjang lainnya atau dengan mengalihkan menjadi modal
saham.
2.4. Modal
2.4.1. Pengertian Modal
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu
membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk
membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan
pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan.
Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek
melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk dari
hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali untuk membiayai operasi
perusahaan selanjutnya.
Pengertian modal kerja menurut Jumingan (2009:66) ada dua, yakni sebagai berikut
1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek.
Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital).
17
2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal bruto
(gross working capital).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mengenai modal
kerja yaitu merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar yang ada di dalam
perusahaan. Dan modal kerja sebagai kelebihan aktiva lancarnya disebut dengan net
working capital dan yang merupakan keseluruhan aktiva lancar yang disebut gross
working capital. Modal kerja menurut definisi di atas, hanyalah jumlah dana yang
digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan
jangka pendek saja, yaitu berupa kas, persediaan barang dagang, piutang (setelah
dikurangi profit margin), dan penyusutan aktiva tetap.
Menurut Brigham dan Joel (2006:150) pengertian modal kerja bersih adalah
sebagai berikut :Modal kerja bersih (Net Working Capital) adalah aktiva lancar
dikurangi kewajiban lancar” Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa modal kerja adalah selisih aktiva lancar dengan hutang lancar yang digunakan
untuk membiayai aktivitas atau kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
Menurut Bambang Riyanto (2005:57) ada tiga konsep modal kerja yang umum
dipergunakan, yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsurunsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar
kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana yang tertanam di dalamnya
akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja
menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja
dalam pengertian ini sering disebut sebagai modal kerja bruto (gross working
capital).
2. Konsep Kualitatif
Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya
jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kulitatif ini pengertian modal kerja
juga dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus
segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus
disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dilakukan,
dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan karena untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya
modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benarbenar dapt digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelbihan aktiva lancar diatas
hutang lancarnya.Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
neto (net working capital).
3. Konsep fungsionil
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan
(income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah
18
dimaksudkan untuk menghasilakan pendapatan. Ada sebagian dana yang
digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung
menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada
sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak
seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income. Sebagian dari dan itu
dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode
berikutnya (future income).
2.4.2. Unsur-unsur Modal Kerja
Terdapat unsur-unsur modal kerja menurut John Soeprihanto (2007:27) adalah
sebagai berikut :
1. Uang kas atau yang ada di bank
2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas
3. Piutang-piutang dagang
4. Persediaan barang
Dari unsur-unsur modal kerja di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja
merupakan bagian dari aktiva lancar, dimana aktiva lancar mempunyai definisi menurut
John Soeprihanto (2007:27) adalah : “ Aktiva lancar adalah aktiva/harta perusahaan yang
dapat dengan cepat dijadikan uang kas”
2.4.3. Klasifikasi Modal Kerja
Berikut ini ada beberapa klasifikasi modal kerja menurut Bambang Riyanto
(2005:61) yang mengutip pernyataan W.B. Taylor dalam bukunya Financial Politices of
Business Enterprise:
A.
Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus-menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini
dapat
dibebankan dalam:
1.
Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin kontinuitas usahanya.
2.
Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
yaitu jumlah modal yang diperlukan untuk menyelnggarakan luas produksi
yang normal. Pengertian normal disini adalah dalam artian yang dinamis.
19
B.
Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
1.
Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi musiman. konyungtur.
2.
Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi konyungtur.
3.
Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh,
banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Di dalam suatu perusahaan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
modal kerja, hal ini dikemukakan oleh Jumingan (2009:69) yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sifat umum atau tipe perusahaan
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan
ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu.
Syarat pembelian dan penjualan
Tingkat perputaran persedian
Tingkat perputaran piutang
Pengaruh konjungtur (business cycle)
Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek serta
menurunnya nilai riil disbanding dengan harga buku dari surat-surat berharga,
persedian barang dan piutang, akan menurunkan modal kerja.
Pengaruh musim
Credit rating dari perusahaan
2.4.5. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar menurut
Jumingan (2009:74) adalah sebagai berikut :
1. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek
(termasuk utang deviden).
2. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan
perseorangan dan persekutuan).
3. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas.
4. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pension pegawai, pembayaran
bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar.
5. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka
panjang.
20
6. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan.
2.4.6. Jenis - jenis Modal Kerja
Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Modal kerja permanent yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan
untuk dapat menjalankan fungsinya.Modal kerja permanen ini dapat dibedakan
menjadi modal kerja primer yaitu modal kerja minimun yang harus ada pada
perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.Dan modal kerja normal yaitu
modal kerja yang diperlukan untuk menyelengarakan luas produksi yang
normal.
2. Modal kerja variable yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi modal kerja
musiman dan modal kerja skills.
3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah – ubah karena
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. ( adanya pemogokan buruh,
banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak)
2.5. Profitabilitas
2.5.1. Pengertian Profitabilitas
Kemampulabaan
(Profitabilitas)
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba dan hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri. Semakin tinggi profitabilitas berarti akan semakin baik. Profitabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan
laba (keuntungan) dalam suatu
periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh Husnan (2005)
“Bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.”
Sedangkan Menurut Michelle & Megawati (2005)
“Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang
akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Prolitabilitas menggambarkan
kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba
dengan
menggunakan
seluruh
modal yang dimiliki.”
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas
investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat
21
menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya,
sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik
dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai
evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu
perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya.
Alat analisis
yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas
manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah
badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan
demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena
semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan
usaha tersebut akan lebih terjamin. Seperti diungkapkan oleh Giulio Battazzi, Angelo
Secchi, and Federico Tamagni (July 2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Productivity,
Profitabilty, and Financial Performance”
menyatakan bahwa
A comparative analysis of two crucial dimensions of firms performance:
profitability and productivity, and find independently from the particular sector
of activity and from financial conditions, there seems to be weak market
pressure and little behavioral inclination for the more efficient and more
profitable firms to grow faster.
Menurut Susan Irawati (2006:58), yang menyatakan bahwa : Rasio keuntungan
atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lainlain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio
profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan (manajemen)
perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
2.5.2. Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan
Penilaian profitabilitas adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitasaktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi
pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasi tepat waktu untuk
melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan (Supriyono. 2009).
22
Ada beberapa pengukuran kinerja terhadap profitabilitas perusahaan dimana masingmasing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal
sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang
analis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan
jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.
Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan laba-rugi
yang merupakan bagian dari laporan keuangan korporasi, yang dapat digunakan oleh
semua pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan ekonomi. Berdasarkan
financial report
yang diterbitkan perusahaan, selanjutnya dapat digali informasi
mengenai posisi keuangan perusahaan, struktur permodalan, aliran kas, kinerja keuangan
dan informasi lain yang mempunyai relevansi dengan laporan keuangan perusahaan.
Profitabilitas keuangan perusahaan sudah tentu merupakan kinerja perusahaan
yang ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan
tercermin dari laporan keuangannya, oleh sebab itu untuk mengukur profitabilitas
keuangan perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangannya.
Menurut pendapat Shapiro (2009) yang menunjukkan bahwa profitabilitas sangat
cocok untuk mengukur efektivitas manajemen dan pengevaluasian kinerja
manajemen dalam menjalankan bisnis dan produktivitasnya dalam mengelola asetaset perusahaan secara keseluruhan seperti yang nampak pada pengembalian yang
dihasilkan oleh penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja ekonomi
dari bisnis.
Secara umum profitabilitas merupakan pengukuran dari keseluruhan produktivitas dan
kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan tersebut.
Dwi Prastowo (2008) menyatakan bahwa informasi kinerja perusahaan, terutama
profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi
yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan
efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Penggunaan
rasio
profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan neraca dan
laporan
laba
rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.
23
Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan
tertentu,
baik
penurunan
atau
perusahaan
dalam
rentang
waktu
kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan
tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen
selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai
target yang telah ditentukan mereka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk
periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target
yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke
depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya
sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan
sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk
menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami
kegagalan.
Rasio Profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja
manajemen. Sama halnya dengan rasio-rasio lain, rasio profitabilitas juga memiliki
tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi
juga bagi pihak diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan
2.5.3. Tujuan Dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik
usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihakpihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan
rasio profitabilitas bagi perusahaan,
maupun
bagi
pihak
luar perusahaan, yaitu;
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
tertentu. 2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang. 3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Untuk menilai
besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. 5) Untuk
mengukur
produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun
modal sendiri.
6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri. 7) Dan tujuan lainnya
24
2.5.4. Manfaat Dari Rasio Profitabilitas :
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk Mengetahui besarnya tingkat
laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode Menurut Kasmir (2011:197)
1) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
2) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
3) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
4) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri
2.5.5. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan
untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu
atau untuk beberapa periode. Menurut Susan Irawati (2006:58), menyatakan bahwa :
Dalam rasio keuntungan atau profitability ratio ini ada beberapa rumusan yang digunakan
di antaranya adalah :
a. Gross Profit Margin
b. Operating Profit Margin
c. Operating Ratio
d. Net Profit Margin
e. Return On Assets
f. Return On Equity
g. Earning Per Share (Eps)
a). Margin Laba (profit margin)
Harahap (2008) mengatakan “bahwa angka ini menunjukan berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap setiap penjualan. Semakin besar rasio
ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
cukup tinggi.’’

Margin Laba =
Pendapatan Bersih
x 100%
Penjualan
25
b). Operating Return On Assets
Operating return on asets digunakan untuk mengukur tingkat kembalian dari
keuntungan operasional perusahaanterhadap seluruh asset yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasional tersebut.

Oproa
=
Operating Income
Avaerade Total Assets
c). Return On Equity (ROE)
Harahap (2008) “mengatakan bahwa rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh
laba bersih bila diukur dari modal pemilik.” Sedangkan Kasmir (2008) “mengatakan
Return On Equity menunjukan laba bersih setelah pajak modal sendiri.” Return On
Equity mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
tertentu. Pengertian modal disini adalah semua modal tertanam di perusahaan,
termasuk didalamnya saldo laba. Rasio ini menunjukan kemampuan modal pemilik
yang ditanamkan untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik.
Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efesien
modal yang ditanamkannya. Dengan demikian, rasio ini sangat mendapat perhatian
dari investor.

ROE = LabaBersih Setelah Pajak X 100%
Modal sendiri
d). Return On Asset (ROA)
Syamsudin (2007) mengatakan bahwa “return on investment
merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.”
Return on investment merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan total aktiva.

ROA =
Laba Bersih Setelah Pajak X 100%
Total Aktiva
26
Rasio Aktivitas
Menurut Tunggal Amin Wijaya (2006) rasio aktivitas adalah” suatu langkah dalam
proses produksi untuk menyelesaikan suatu proses.” Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva berputar dalam proses produksi suatu periode
tertentu.Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya. Jika suatu perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modal
akan menjadi terlalu tinggi, akibatnya laba akan menurun. Di sisi lain, jika aktiva
terlalu kecil maka penjualan yang menguntungkan akan hilang. Rasio aktivitas
berisikan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai harta.
Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara penjualan dan investasi
pada berbagai jenis aktiva. Rasio yang termasuk ke dalam rasio aktivitas ini adalah:
1). Total Asset Turn Over (TATO)
Menurut Kasmir (2008) “Total Assets Turn Over (TATO) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki
perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari
setiap aktiva.” Rasio ini merupakan bagian dari rasio aktivitas yang
mengukur seberapa efektif perusahaan memangfaatkan semua sumber daya
yang ada pada pengendalianya. Rasio ini menunjukan efektifitas penggunaan
seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
mengambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh
setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau
perputranya lambat,ini menunjukan aktifa yang dimilki terlalu besar
dibandingkan dengan kemampuan menjual.
Total assete turn over
=
Penjualan
Total Aktiva
2). Working Capital Turn Over ( Rasio perputaran modal kerja)
Menurur Sawir (2009:16) “Perputaran modal kerja merupakan rasio
mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancer atas kewajiban
lancer serta menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk “tiap rupiah modal kerja.
27
Perputara modal kerja
=
Penjualan
=
Modal kerja bersih
Penjualan
Aktiva lancar - Utang lancar
3). Fixed assets turnover ( Rasio perputaran aktiva)
Menurut Sawir (2009:17) Rasio ini merupakan perbandingan antara
penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn over mengukur efektifitas
penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan
peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah
penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan
pada aktiva tetap.

Perputaran aktiva tetap
=
Penjualan
Aktiva Tetap
4). Inventory turnover ( Rasio perputaran persediaan )
Menurut Riyanto ( 2008:334). Rasio perputaran persediaan menunjukan
kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu
periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya
overstock.

Perputaran persediaan
=
Penjualaan
Persediaan
5). Rata-rata umur piutang
Rasio ini mengukur efesiensi pengelolaan piutang perusahaan serta
menunjukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang
atau merubah piutang menjadi kas.

Rata-rata umur piutang =
Piutang
=
Penjualan per hari
Piutang x 365
Penjualan
6). Perputaran Piutang
Piutang yang dimilki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang
erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulanya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran
piutang tersebut yaitu ddengan membagi total penjualan kredit dengan
piutang rata-rata.

Perputaran Piutang
= Penjualan kredit
Piutang rata rata
28
2.6. Kerangka Pemikiran
2.6.1. Pengaruh Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas
Perusahaan memiliki aktiva atau sering disebut Harta (asset) merupakan kekayaan
yang dimiliki
perusahaan yang digunakan dalam menjalankan kegiatan perusahaan.
Perusahaan memiliki aktiva tetap dengan maksud untuk menjaga kelancaranya operasi.
Bagi perusahan manufaktur, aktiva tetap memungkinkan perusahaan bertujuan untuk
memperlancar kegiatan produksi. Yang bisa menetukan pencapaian laba yang diiginkan
perusahaan, oleh karena itu besar atau kecilnya penentuan aktiva tetap sangat
berpengaruh kuat pada alokasi biaya yang akhirnya akan menambah efektifitas dan
efisiensi pengaran modal kerja pada bagian-bagianya.
Menurut Dra, Lanita Winata (2006) mengemukakan bahwa Aktiva ialah
sejumlah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan
berupa uang, barang dan hak yang timbul dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa
lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang.
Seperti penjelasan diatas besar atau kecilnya investasi pada aktiva tetap mempunyai
resiko sendiri, hal ini yang akan mempengaruhi bagi pendapatan perusahaan yang
diinginkan (laba).
2.6.2. Pengaruh Hutang Jangka Panjang terhadap Profitabilitas
Menurut Baridwan (2005 : 242) mengatakan bahwa “hutang jangka panjang
digunakan untuk menunjukan hutang-hutang yang pelunasannya akan dilakukan dalam
waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari
kelompok aktiva lancar.” Namun dalam menjalankan kegiatan, keadaan keuangan
perusahaan terkadang tidak stabil, sehinga perusahaan mengambil hutang jangka panjang
sebagai pelengkap modal sementara untuk kegiatan operasionalnya. Pengambilan hutang
jangka panjang ini merupakan kebijakan perusahaan dikala modal sendiri yang digunakan
tidak memungkinkan untuk menutupi kebutuhan dalam kegiatan operasionalnya, namun
konsekuensi bunga hutang mengakibatkan penghasilan laba yang diperoleh perusahaan
kurang optimal karena sebagian laba tersebut digunakan untuk menutupi kewajiban
hutang beserta bunganya.Sama halnya dengan aktiva tetap, hutang jangka panjang juga
mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena dalam
kegiatan setiap operasinya perusahaan tidak selalu menggunakan pendanaan dari milik
29
sendiri, tapi ada kalanya perusahaan meminjam modal sementara dari pihak lain yang
dibutuhkan dalam suatu kegiatan operasi. Kieso (2005 : 242) menyatakan “bahwa salah
satu kegunaan atau fungsi dari hutang jangka panjang yaitu dapat melakukan ekspansi
atau
perluasan usaha, dan memerlukan waktu yang cukup lama pula untuk
mengembalikan modal dari ekspansi “. Selain daripada itu perusahaan lebih memilih
menggunakan hutang sebagai sumber dana dibandingkan sumber ekuitas karena pada
umunya bunga yang dibayarkan oleh perusahaan karena menggunakan hutang dapat
digunakan untuk mengurangi pajak penghasilan, sehingga pajak penghasilan yang harus
dibayarkan oleh perusahaan lebih kecil, penghematan pajak penghasilan merupakan suatu
manfaat yang menguntungkan bagi perusahaan, dengan adanya penghematan pajak maka
laba yang diperoleh perusahaanpun akan lebih besar jika dibandingkan perusahaan yang
tidak menggunakan hutang jangka pendek maupun jangka panjang sebagai sumber
modalnya.
2.6.3. Pengaruh Modal terhadap Profitabilitas
Seperti yang dinyatakan Highlands Ranch (2006:8) yang menyatakan bahwa. “Modal
kerja adalah modal yang diinvestasikan dalam mengoperasikan proses-proses untuk
membeli dan menjual barang hasil produksi sehingga dapat menghasilkan laba.”
Kegiatan perusahaan dalam memperoleh keuntungan adalah dengan membandingkan
modal yang dikeluarkan dengan laba yang diperoleh menurut sumber modalnya, dan
sumber modal sendiri yang menjadi suatu harapan bagi perusahaan dalam
membandingkan keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan perusahan investasi dalam
aktiva tetap dan pengambilan hutang jangka panjang dan pengelolaan modal menjadi
suatu konsep perusahaan dalam mengatur keuanganya, dimana tujuan perusahaan untuk
memperoleh keutungan (laba). Seperti yang dinyatakan oleh Sofyan (2010) menyatakan
bahwa: “gains adalah naiknya nilai equity dari transaski yang sifatnya insidentil dan
bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi/kejadian lainnya yang mempengaruhi
entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari
pemilik”. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal
dari transaksi dengan pemilik. Pengembalian total asset yang digunakan perusahaan
dalam kegiatan perusahaan merupakan dalam kegiatan perusahaan merupakan suatu cara
mengukur profitabilitas, hal ini penting diperhatikan karena perusahaan haruslah dalam
keadan menguntungkan untuk melangsungkan hidup usahanya. Berdasarkan uraian
30
diatas, dapat dikatakan aktiva tetap, hutang jangka panjang dan modal mempunyai
hubungan yang erat terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut ini
disajikan kerangka pemikiran seperti pada gambar 1.1 berikut ini :
Gambar 1.1 kerangka pemikiran
Jumlah Aktiva
Tetap
X1
Hutang Jangka
Panjang
X2
Profitabilitas
Y
Modal
X3
Model Pengaruh Aktiva tetap, Hutang jangka panjang dan Modal terhadap
Profitabilitas PT Pindad (Persero)
31
2.6.2. Hipotesis
Menurut Cooper dan Schindler (2008) “Hypothesis is a propositon ( a stament
about observarble phenomena/concepts ) that formulated for empirical testing
about the relationship betwen two or more variables of a tentative and conjectural
nature”. Sesuai pengertian ini, maka hipotesis merupakan pernyataan tentang
fenomena/konsep yang dapat diamati yang diformulasikan untuk pengujian empiris
tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang masih bersifat sementara.
Penyusunan hipotesis dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang ada
sehingga penelitian diharapkan dapat menentukan sumber terjadinya masalah atau
memberikan gambaran tentang berbagai variabel yang mempengaruhi permasalahan yang
ada.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.
H0 :
Aktiva tetap tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio profitabilitas
Pada PT Pindad ( Persero) periode Tahun 2009-2014.
H1 :
Aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap rasio profitabilitas Pada
PT Pindad (Persero) periode Tahun 2009-2014.
2.
H0 :
Hutang jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio
profitabilitas Pada PT Pindad (Persero) periode Tahun 2009-2014.
H2 :
Hutang
jangka
panjang
berpengaruh
signifikan
terhadap
rasio
profitabilitas Pada PT Pindad (Persero) periode Tahun 2009-2014.
3.
H0 :
Modal tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio profitabilitas Pada
PT Pindad (Persero) periode Tahun 2004-2014.
H3 :
Modal berpengaruh signifikan terhadap rasio
profitabilitas Pada
PT Pindad (Persero) periode Tahun 2009-2014.
32
2.6.3. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
No
Nama
1
Setiawan dan
Efendy
(2009),
2
Dani muldani
& hayunti
(2009)
Analisis Faktorfaktor yang
mempengaruhi
kinerja keuangan
PT. Himalaya Tunas
Texeindo
3
Grahacendikia
(2012)
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
kinerja keuangan
PT. Berdikari United
Livestock
4
Nazia Safitri
Kalia
(2013
Hasil Penelitian
Pengaruh Likuiditas
dan Hutang Jangka
Panjang terhadap
Kemampulabaan (
Profitabilitas ) Studi
Kasus Pada PT
Matahari Putra
Prima Tbk dan PT
Ramayana Lestari
Sentosa Tbk
Hasil penelitian menyatakan
bahwa kedua Variable yang
terdiri dari Likuitditas dan
hutang jangka panjang
mempengaruhi profitabilitas
Persamaan:
Meneliti hutang
jangka pamjamg yang
mempengaruhi
profitabilitas.
Perbedaan :
Penelitian dilakukan
di Perusahaan Retail .
Bahwa berdasarkan laporan
keuangan perusahaan diketahui
bahwa jumlah aktiva
tetap,hutang jangka panjang
dan modal secara parsial
mempunyai pengaruh yg cukup
berarti terhadap profitabiltas
Persamaan: meneliti
pengaruh hutang
jangka panjang
terhadap
profitabilitas.
Perbedaan:
Penelitian pada
perusahan tekstil
Persamaan: meneliti
pengaruh
aktiva,utang jangla
panjang dan modal
terhadap kinerja
keuangan.
Perbedaan:
Penelitian di
perusahan pertenakan
milik pemerintah.
. Bahwa faktor jumlah aktiva
5
Ilham
Nugroho
Hanung
Nawan
(2013
Persamaan dan
perbedaan
Judul Penelitian
PENGARUH
PENGGUNAAN
HUTANG TERHADAP
PROFITABILITAS:
STUDI PADA PT
SEMEN GRESIK Tbk.
Pengaruh Hutang
jangka panjang
terhadap
kemampulaaban
tetap, hutang jangka panjang
dan equity secara bersamasama mempunyai pengaruh
yang cukup berarti terhadap
kinerja keuangan-probilitas.
Secara parsial jumlah aktiva
nilai sig. 0.019 sedangkan
hutang jangka panjang dan
ekuity sig 0.807 dan 0.269
penelitian menunjukkan
bahwa variabel hutang jangka
pendek dan hutang jangka
panjang berpengaruh
signifikan terhadap return on
assets dan return on equity.
Sedangkan hutang jangka
pendek berpengaruh dominan
terhadap return on assets dan
return on equity karena nilai
koefisien
determinasi parsialnya paling
besar.
Likuiditas dan hutang jangka
panjang mempunyi peranan
yang penting dalam usaha
mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu
memasksimalkan kekayaan
pemilik melalui maksimalisasi
laba
Persamaan:
hutang jangka
panjang berpengaruh
signifikan terhadap
return on assets dan
return on equity.
Perbedaan:
hutang jangka
pendek berpengaruh
dominan terhadap
return on assets dan
return on equity
Persamaan: meneliti
pengaruh hutang
jangka panjang
terhadap
profitabilitas.
Perbedaan:
Penelitian tidak
meneliti aktiva dan
modal.
33
Download