EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN PADA PT. SUPER WAHANA TEHNO GUSTI AYU PUTRI AMERTA SARI Universitas Bina Nusantara , Jl. Kebon jeruk Raya No 27, Telp: (021) 53696969 Email: [email protected] Dosen Pembimbing: Iswandi, S.E.,Ak.,M.M.,CA ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan pengendalian internal produksi dan persediaan dalam meningkatkan sistem pengendalian perusahaan. Penelitian dilakukan disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan air minum dalam kemasan yang terletak di Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunnakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, kuisioner, dan kepustakaan. Produksi dan persediaan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu aktivitas perusahaan. Persediaan merupakan asset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan perusahaan dan merupakan harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis. Sedangkan, produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan menunjukan bahwa peranan audit internal sangat bermanfaat dalam meningkatkan sistem pengendalian intern pada perusahaan. Diperlukan peran serta dari pihak manajemen untuk meningkatkan dan memperbaiki beberapa kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dimana kelemahan-kelemahan tersebut membuat tujuan pengendalian internal terhadap perusahaan tidak tercapai. (GAPAS) Kata Kunci: Pengendalian Internal, Produksi, Persediaan PENDAHULUAN Perusahaan, baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi. Era globalisasi akan mempertajam persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin kritis atas pemanfaatan secara optimal penggunaan berbagai sumber dana dan daya yang ada. Sebagai konsekuensi dari timbulnya persaingan yang semakin tajam, ada tiga kemungkinan yaitu mundur, bertahan atau tetap unggul dan bahkan semakin berkembang. Agar perusahaan dapat bertahan atau bahkan berkembang diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi serta efektifitas pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan yang ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dan pengendalian dalam perusahaan (internal control). Dalam perusahaan, pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan secara langsung oleh pemiliknya sendiri dan dapat pula melalui sistem pengendalian internal. Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka kegiatan dan masalah yang dihadapi perusahaan semakin kompleks, sehingga semakin sulit bagi pihak pimpinan untuk melaksanakan pengawasan secara langsung terhadap seluruh aktivitas perusahaan. Dengan demikian maka dirasakan perlunya bantuan manajer-manajer yang profesional sesuai dengan bidang yang ada dalam organisasi misalnya bidang pemasaran, produksi, keuangan dan lain-lain. Perlu adanya struktur organisasi yang memadai, yang akan menciptakan suasana kerja yang sehat karena setiap karyawan mengetahui dengan jelas dan pasti apa wewenang dan tanggung jawabnya serta dengan siapa ia bertanggung jawab. Selain itu, dengan bertambah besarnya perusahaan diperlukan suatu pengawasan yang lebih baik agar perusahaan dapat dikelola secara efektif. Salah satu sistem pengawasan yang baik adalah melalui pengendalian internal. Pengendalian internal adalah rencana, metode, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen, dewan direksi dan personel lainnya untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset, serta ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.Pengendalian internal dapat memberikan gambaran yang jelas apakah aktivitas tersebut terkontrol atau termonitor dengan baik atau tidak oleh perusahaan. Kelemahan dalam pelaksanaan pengendalian internal yang telah diterapkan, salah satunya sering terjadi dan dialami perusahaan pada umumnya adalah tidak terintegrasinya setiap aktivitas dengan teratur dan kurangnya kontrol di bagian produksi dan persediaan sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam kegiatan atau aktivitas yang dijalani oleh perusahaan, baik dari segi penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang. Apabila kontrol atas aktivitas perusahaan buruk atau dengan kata lain pengendalian internal yang dimiliki perusahaan lemah maka dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan tujuan yang dimiliki perusahaan tidak dapat tercapai, serta aktivitas yang terjadi di bagian produksi dan persediaan menjadi tidak efektif. Persediaan barang dagang merupakan salah satu sumber daya penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, karena disamping merupakan asset yang nilainya paling besar dibandingkan aktiva lancar lainnya dalam neraca perusahaan, juga disebabkan sumber utama pendapatan perusahaan berasal dari hasil penjualan persediaan. Aktivitas pengelolaan persediaan meliputi pengarahan arus dan penangan persediaan secara wajar mulai dari pengadaannya, penyimpanannya, sampai pengeluarannya. Persediaan harus ada pada waktu yang diperlukan, dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, pada tempat yang tepat dan harga yang wajar. Pengabaian salah satu tanggung jawab yang menyangkut persediaan akan membawa dampak negatif bagi kelancaran operasi perusahaan. Dengan adanya pengendalian internal yang efektif, efisien, dan baik sangat diperlukan untuk mengatur dan mengontrol setiap kegiatan produksi dan persediaan. Oleh karena itu penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang aktivitas produksi dan persediaan, dan dideskripsikan dalam skripsi dengan judul “EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN PADA PT. SUPER WAHANA TEHNO”. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penegndalian internal terhadap pengelolaan produksi dan persediaan.. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain: 1. Mengetahui apakah pengendalian internal terhadap pengelolaan produksi dan juga persediaan pada PT. Super Wahana Tehno, telah memadai. 2. Mengidentifikasi penyebab kelemahan-kelemahan yang muncul dalam pengendalian internal terhadap pengelolaan produksi dan persediaan. 3. Memberikan rekomendasi kepada perusahaan sebagai perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan dalam pengendalian internal atas pengelolaan produksi dan persediaan pada PT. Super Wahana Tehno. Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain: 1. Bagi Perusahaan Membantu pihak manajemen perusahaan dalam meningkatkan keandalan sistem pengendalian internal terhadap pengelolaan produksi dan persediaan, serta memberikan masukan atau rekomendasi kepada manajemen dalam melakukan pengelolaan produksi dan 2. 3. persediaan apabila terdapat kelemahan-kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan produksi dan persediaan. Bagi Penulis Untuk meningkatkan wawasannya dalam pengendalian internal khususnya dalam pengelolaan produksi dan persediaan. Dan juga memberikan kesempatan untuk mempelajari aktivitas perusahaan sebagai suatu perbandingan dengan apa yang telah dipelajari di kampus. Dengan demikian dapat memperdalam ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan untuk mengetahui sejauh mana teori-teori yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam praktek kerja. Bagi Pembaca Sebagai bahan refrensi dalam memahami kegiatan evaluasi pengendalian internal atas pengelolaan produksi dan persediaan. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan metode studi lapangan. 1. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengumpulkan referensi dari buku-buku dan bacaan lain yang dapat menunjang pemahaman dan pengetahuan penulis sesuai topik yang dibahas. 3. Studi Lapangan ( Field Study ) Merupakan penelitian dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan hal yang akan diteliti agar lebih meyakinkan dan lebih akurat. Studi lapangan ini dapat dilakukan dengan cara: a. Observasi : penulis secara langsung memantau kegiatan pada PT. Super Wahana Tehno, khususnya pada aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan produksi dan persediaan. b. Wawancara : penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang menyangkut pengelolaan produksi dan persediaan. c. Kuesioner : penulis menyusun daftar pertanyaan mengenai aktivitas pengelolaan persediaan untuk dijawab oleh pimpinan maupun staff sehingga dari jawaban yang diberikan dapat diperoleh gambaran mengenai aktivitas pengelolaan persediaan dan pengendalian internal yang ada di perusahaan. PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap survei pendahuluan dengan pengumpulan informasi, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis atas hasil yang telah dilaksanakan. Analisis pelaksanaan atas pengelolaan produksi dan persediaan pada PT. Super Wahana Tehno yang telah dilakukan berdasarkan survei pendahuluan yaitu berupa pengumpulan informasi mengenai gambaran umum perusahaan dan jawaban-jawaban atas pertanyaan mengenai sistem pengendalian internal perusahaan. Pengendalian internal yang baik dalam pengelolaan produksi dan persediaan akan mendukung kelancaran kegiatan operasional perusahaan dan mencapai efektifitas dan efisiensi perusahaan. Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi sistem pengendalian internal atas pengelolaan produksi dan persediaan untuk memperoleh bukti-bukti dari temuan yang ada sehingga dapat ditetapkan apakah temuan tersebut menjadi kelemahan dengan adanya bukti-bukti pendukung yang memperkuat temuan itu. Evaluasi pengendalian internal atas pengelolaan produksi dan persediaan ini dilakukan untuk menilai kecukupan suatu sistem pengendalian internal, yang nantinya akan menjadi tolak ukur bagi pemeriksa dalam penentuan luasnya pemeriksaan yang dilakukan. Bila pelaksanaan pengendalian internal yang diterapkan dalam perusahaan telah sesuai dengan kriteria pengendalian internal dalam standard pemeriksaan akuntansi yang yang mengacu pada COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission), maka dapat dikatakan bahwa pengendalian intern tersebut terbilang kuat. Namun apabila sebaliknya, maka dapat dikatakan pengendalian intern tersebut lemah. Pengendalian terhadap proses produksi di mulai, pada saat : 1. Pembuatan surat permintaan bahan baku Merupakan tahap pemesanan jumlah air yang ingin di proses, untuk dijadikan air mineral yang berasal dari mata air yang dapat dikonsumsi. Didalam pemesanan itu tertulis jumlah pesanan, yang selanjutnya menjadi dasar untuk supplier mengirimkan air. Dan kemudian dikirimkan ke bagian produksi untuk diolah. 2. Proses produksi i. Dimulai ketika pengambilan sumber air yang berasal dari Pegunungan Pangrango Gede, untuk diolah menjadi air mineral untuk dikonsumsi. ii. Kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi bertujuan untuk menghilangkan kotoran berupa partikel-partikel kasar dan halus. iii. Lalu dilakukan proses ionisasi yang bersifat non-toksik bahkan dapat mengurangi banyak gejala-gejala penyakit pada orang dewasa. iv. Selanjutnya, dilakukan sterilisasi yang merupakan proses pemberian ozon yang berfungsi membunuh bakteri dalam air sehingga proses ini disebut juga dengan ozonisasi. Ozonisasi menentukan kualitas dan kuantitas produk air minum yang dihasilkan karena ozonisasi dapat membunuh semua mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir. v. Pengisian (filling) merupakan proses pengisian air yang telah steril kedalam kemasan yang digunakan yaitu small pack (330 ml, 600 ml, dan 1500 ml) dan jga kemasan galon 19 liter.Pada proses pengisian galon, sebelumnya dilakukan pencucian terhadap galon. Galon yang digunakan diperiksa terlebih dahulu kelayakannya. Yaitu dengan, melihat penampakan fisik galon. Galon yang tidak layak digunakan antara lain dikarenakan galon pecah, berbau menyengat, atau terdapat lumut yang terlalu tebal. vi. Kemudian dilakukan Quality Control, untuk menjamin kualitas air minum dalam kemasan. vii. Cap and Still digunakan untuk memberikan label disetiap kemasan. viii. Packing dipergunakan untuk kemasan small pack. ix. Dan setiap barang yang sudah selesai diproduksi langsung disimpan oleh bagian gudang, yang kemudian diteruskan untuk dapat segera dipasarkan. 3. Laporan barang jadi Merupakan laporan yang dikeluarkan setiap 1 bulan sekali untuk menjadi laporan yang dapat disimpan oleh bagian accounting. Pelaksanaan pengendalian internal atas pengelolaan persediaan dimulai saat : 1. Penerimaan Barang Proses penerimaan barang dimulai saat persediaan barang sudah menipis, lalu bagian gudang menginformasikan ke bagian produksi untuk membuat purchase requisition, yang kemudian dijadikan acuan dalam pembeliaan barang – barang. Kemudian barang yang sudah ada atau sudah jadi dibuatkan laporannya dan kemudian disimpan ke bagian gudang. 2. Penyimpanan Barang Setelah barang diterima maka barang tersebut disimpan di dalam gudang sebelum dijual ke customer. 3. Pengiriman Barang Sebelum barang dikirim maka setiap barang yang menjadi permintaan penjualan harus dihitung terlebih dahulu. Lalu dibuatkan sales order untuk menerbitkan surat jalan (delivery note). Setelah itu didistribusikan ke pelanggan melalui driver. 4. Retur Penjualan Retur penjualan terjadi ketika barang yang dikirim ke customer tidak sesuai jumlahnya dengan pesanan. 5. Perhitungan Fisik Perhitungan fisik dilakukan secara manual dan terdapat rekonsiliasi pencatatan persediaan. Maka dari itu penulis akan melakukan evaluasi pengendalian internal pada PT. Super Wahana Tehno dengan menggunakan pendekatan 5 komponen pengendalian internal menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. 1. Lingkungan pengendalian. Lingkungan Pengendalian yang baik mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Berikut merupakan beberapa faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam sebuah perusahaan, diantaranya : - Integritas dan nilai etika merupakan nilai standard prilaku yang berlaku di dalam perusahaan, dimana merupakan bagian dari bisnis seperti karyawan, pelanggan, pemasok, dan juga masyarakat. Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa PT. Super Wahana Tehno telah memiliki integritas nilai etika yang memadai hal ini ditunjukan dengan telah ditempatkannya kode etik yang dikomunikasikan kepada pegawai berupa pemberitahuan lisan kepada pegawai pada saat pegawai diterima bekerja oleh perusahaan. Pegawai dituntut untuk bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, disiplin. - Komitmen terhadap kompetensi dalam suatu organisasi haruslah memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif. Sekarang ini, banyak perusahaan yang menuntut tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan disuatu bidang. Akan tetapi juga menuntut memiliki keahlian maupun pengalam yang lebih diberbagai bidang kegiatan yang menyangkut tentang bisnis. Kurangnya fasilitas bagi karyawan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengakibatkan karyawan tidak dapat mengembangkan kompetensinya secara maksimal. Dapat dikatakan PT. Super Wahana tidak memberikan perhatian terhadap kompetensi pegawai, hal ini ditunjukkan perusahaan dalam melakukan rekuitmen karyawan baru tidak memperhatikan tingkat pengetahuan serta menempatkan personil yang tidak tepat dalam pelaksanaan tugas dan tidak dilakukannya pelatihan atau training karyawan. - Dewan Direksi dan Komite Audit. Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat disimpulkan PT. Super Wahana Tehno, memiliki dewan direksi dimana hal ini sangat membantu dalam perkembangan perusahaan. Akan tetapi, perusahaan sampai saat ini belum memiliki komite audit. Dimana saat ini pekerjaan dipercayakan kepada tiap karyawan, dan diawasi oleh pimpinan tertinggi dalam divisi masing-masing, yaitu manager. Dan para manager berhubungan dan bertanggung jawab langsung terhadap dewan direksi perusahaan. - Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen. Yang dapat dinilai oleh penulis adalah tidak adanya penilaian kerja. - Struktur organisasi yang cukup baik. - Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Seharusnya perusahaan memiliki kebijakan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, pengevaluasian, bimbingan, promosi dan pemberian kompensasi yang dikembangkan dengan baik. Standar pemekerjaan individu yang paling memenuhi syarat dengan tekanan pada latar belakang pendidikan, pengalaman bekerja sebelumnya, prestasi sebelumnya, bu kti tentang integritas dan perilaku etis menunjukkan komitmen entitas terhadap orang yang kompeten. Selain itu, pengevaluasian, konseling dan mempromosikan karyawan berdasarkan penilaian kinerja periodik, serta mengadakan program kompensasi berguna untuk memotivasi kinerja karyawan serta menghindari disinsentif terhadap perilaku etis. 2. Penilaian resiko. Harus mempertimbangkan resiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Dimana penilaian resiko bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang berhubungan dengan pengendalian internal perusahaan. Beberapa resiko yang kemungkinan dapat terjadi : 1. Resiko adanya kecurian oleh karyawan 2. Resiko penolakan barang dagang oleh customer 3. Resiko kosongnya persediaan 4. Kerusakan barang 5. Resiko kecurangan karyawan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan-kelemahan tersebut adalah: 1. Adanya niat dari karyawan untuk melakukan kecurangan baik atas inisiatif pribadi maupun atas inisiatif bersama karyawan dengan pelanggan. 2. Belum optimalnya kualitas pengawasan perusahaan. Hal ini ditandai dengan belum adanya bagian auditor internal. Auditor internal dapat membantu perusahaan dalam melakukan penilaian kinerja dan identifikasi risiko sehingga apabila terdapat kecurangan bisa segera ditemukan. Akibat yang mungkin timbul dari kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu: 1. Perusahaan menderita kerugian, baik berupa kerugian materiil maupun berupa kehilangan kepercayaan dari pelanggan. 2. Citra perusahaan di mata pelanggan secara umum menurun, karena memberi kesan tidak profesional. 3. Informasi dan Komunikasi. Informasi dan Komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu yang saling terkoordinasi berkenaan dengan pengendalian internal. Saat ini, PT Super Wahana Tehno memakai system aplikasi Microsoft Dynamics NAV yang merupakan Enterprise Resource Planning (ERP) produk perangkat lunak dari Microsoft. Produk ini merupakan bagian dari keluarga Microsoft Dynamics, dan dimaksudkan untuk membantu proses keuangan, manufaktur, supply chains, analisis, dan perdagangan untuk perusahaan kecil dan menengah. 4. 5. Aktivitas Pengendalian, merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Penulis dapat mengiidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan atas faktor aktivitas pengendalian yang dimiliki oleh PT. Super Wahana Tehno, diantaranya: I. Pemisahan tugas II. Adanya rekonsiliasi pencatatan atas persediaan III. Dokumen yang digunakan IV. Otorisasi yang digunakan dalam perusahaan Pemantauan, merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan yang diperlukan. Berdasarkan atas evaluasi pengendalian internal terhadap pengelolaan perusahaan yang telah dilaksanakan, penulis menyusun suatu laporan yang berisikan temuan atas pemeriksaan yang dilakukan. Berikut ini akan diuraikan hasil temuan tersebut. 1. Tidak ada pelatihan atau training kepada karyawan baru. Dari wawancara yang dilakukan diketahui bahwa beberapa karyawan yang bekerja pada PT. Super Wahana Tehno tidak memiliki kompetensi di bidang yang mereka geluti. 2. Tidak ada pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan. Dari wawancara yang dilakukan diketahui bahwa pada saat penerimaan barang dan penyimpanan barang dilakukan oleh orang yang sama. Seharusnya dilakukan pemisahaan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan. Hal ini disebabkan tidak ada pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan yaitu karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan serta untuk menghemat waktu penyimpanan barang. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kecurangan (fraud) antara lain: memungkinkan adanya barang dagang yang hilang atau ditukar oleh karyawan yang melakukan pengecekan. Sebaiknya perusahaan menerapkan kebijakan untuk melakukan pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan persediaan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengendalian internal (Internal Control) yang tepat dalam perusahaan. 3. Kelemahan dalam pengiriman barang. Menurut observasi dan hasil wawancara dengan beberapa karyawan terkait, dapat diketahui terkadang barang yang dikirimkan hanya dititipkan atau ditaro begitu saja, tanpa adanya retur galon kosong ( saat pengiriman gallon). Dalam hal pengiriman barang, driver hanya merasa bertanggung jawab untuk mengantarkan barang sesuai dengan pesanan. Dan tidak memikirkan atau berinisiatif dalam hal pembayaran. Apabila uang tidak diberikan customer, driver hanya laporan kebagian AR dan setelah itu meneruskan tanggung jawab tersebut ke bagian AR. Dan juga tidak diterapkan peraturan dimana, saat pengiriman, uang harus ada. Atau setidaknya catatan apabila uang cash tidak diberikan secara langsung. Sehingga menimbulkan banyak piutang tak tertagih. Yang dapat berakhibat kebangkrutan perusahaan apabila tidak ditangani dengan baik. 4. Tidak adanya prosedur dalam mengakses informasi dalam system Microsoft Dynamics NAV. Dalam survey secara langsung, penulis menemukan adanya kelemahan dalam otorisasi informasi. Setiap karyawan bebas dalam mengakses informasi baik mengedit data dan juga memakai id karyawan lain untuk mengerjakan tugasnya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Dalam hal penerapan pengendalian internal di perusahaan tersebut belum memadai dimana masih terdapat kelemahan-kelemahan yang membuat tujuan pengendalian internal terhadap visi perusahaan tidak dapat tercapai. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: 1. Tidak ada laporan penerimaan barang, pada saat penerimaan barang hanya dicocokan dengan surat jalan yang diberikan pemasok lalu barang yang telah dicocokan disimpan didalam gudang. Tidak ada laporan penerimaan barang yang dibuat sebagai bukti tertulis bahwa barang sudah diterima dengan baik. 2. Tidak adanya pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan, penyebab tidak ada pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan yaitu karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan serta untuk menghemat waktu penyimpanan barang. 3. Penolakan barang dagang oleh customer yang disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang tidak memberikan pelatihan kepada teknisi baru dan tidak ada bagian Quality Control untuk melakukan pengecekan kualitas barang dagang. 4. Uraian tugas disampaikan kepada karyawan, tugas yang disampaikan kurang jelas menyebabkan karyawan kurang mengerti apa saja tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan bagiannya dan kemungkinan terjadi perangkapan tugas. 5. Dalam hal pengiriman barang, kurangnya pengawasan mengenai barang yang dikirimkan. Perusahaan tidak mem follow up apakah barang diterima baik oleh customer atau tidak. Dan juga berhubungan dengan pembayaran, perusahaan tidak mengecek kembali kebenaran mengenai proses pembayaran. Apakah customer membayar langsung atau hutang. Laporan – laporan yang diberikan oleh driver biasanya hanya berupa lisan tanpa ada bukti yang jelas. Walaupun terdapat kelemahan--kelemahan seperti diatas, namun penulis menjumpai beberapa kelebihan sebagai berikut : 1. Adanya integritas nilai etika yang memadai hal ini ditunjukan dengan telah ditempatkannya kode etik yang dikomunikasikan kepada pegawai berupa pemberitahuan lisan kepada pegawai pada saat pegawai diterima bekerja oleh perusahaan. 2. Memiliki filosofi yang baik terkait bagaimana caranya perusahaan memberikan satisfaction bagi pelanggan, menjual produk yang berkualitas, dan menjaga kesatuan manajemen. 3. Memiliki struktur organisasi yang tergambar dengan cukup baik karena setiap fungsi telah melaksanakan sesuai dengan tugasnya. 4. Komunikasi mencakup penyampaian laporan dari bagian gudang kepada atasan telah dilakukan dengan baik. Hal ini dapat dilihat adanya laporan berupa kartu stok yang dibuat bagian gudang. Komunikasi yang disampaikan kepada atasan membuat atasan mengetahui jumlah persediaan yang ada. 5. Otoritas yang sesuai dari transaksi dan aktivitas telah berjalan dengan baik dan jelas. Berdasarkan pembahasan yang telah diungkapkan, menghasilkan saran yakni: 1. Dari segi sistem Microsoft Dynamic NAV yang digunakan sebaiknya dibuatkannya prosedur terhadap sistem mengenai pemakaian dan juga sanksi apabila dilakukan penyalahgunaan dalam penggunaannya. Akses ID dan juga username tidak diperkenanakan diberikan kepada orang lain. Dibuatkannya administrasi terkait pembuatan password dan ID. Dan sebaikan dilakukan training terhadap setiap karyawan terkait penggunaan sistem. Dikarenakan informasi perusahaan merupakan sesuatu yang sangat krusial, yang harus dilindungi perusahaan. 2. Mengadakan penambahan karyawan untuk mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di beberapa bagian perusahaan. 3. Bagian produksi dan persediaan sebaiknya melakukan pemisahan terhadap individu yang mengatur keluar masuknya barang dengan yang melakukan stock opname dan disaksikan oleh pihak Internal Auditor perusahaan. Hal ini diharapkan agar tidak terjadi kecurangan maupun kesalahan yang tidak disengaja oleh karyawan tersebut. 4. Sebaiknya perusahaan melakukan pengadaan uraian tugas secara tertulis agar karyawan dapat mengerti dengan baik apa saja tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan bagiannya, wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki sehingga memiliki pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan hasil pekerjaannya juga maksimal serta untuk menghindari adanya perangkapan tugas. 5. Sebaiknya perusahaan membuat kebijakan terhadap bagian gudang untuk membuat laporan penerimaan barang yang akan dijadikan bukti bahwa barang telah diterima dengan baik dan menyerahkan laporan kepada bagian pembelian sebagai informasi barang sudah diterima dan barang diterima dalam kondisi baik. 6. 7. 8. Sebaiknya perusahaan menerapkan kebijakan untuk melakukan pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan persediaan. Kebijakan yang diterapkan bisa dengan cara meminta bagian pemasaran merangkap sebagai bagian penerimaan untuk menerima barang dan melakukan pengcocokan sesuai surat jalan dan bagian gudang sesuai tugasnya untuk menyimpan barang ke dalam gudang. Sehingga tidak melanggar internal control dan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengendalian internal (Internal Control) yang tepat dalam perusahaan. Sebaiknya perusahaan menerapkan pelatihan terhadap teknisi dengan cara training dimana karyawan tersebut tidak langsung dilibatkan dalam proses kerja, sehingga walaupun terjadi kesalahan tidak akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Perusahaan juga harus menerapkan kebijakan untuk mengadakan bagian Quality Control untuk melakukan pengecekan kualitas barang dagang sebelum dijual kepada customer. Sebaiknya perusahaan menerapkan peraturan yang sangat jelas dan ketat mengenai pengiriman dan pembayaran barang. Setiap hari harus dilakukan pengecekan secara random maupun berurutan. Untuk mengecek kebenaran proses pembayaran. REFERENSI Arens, Alvin A., et al, Auditing and Assurance Services – An Integrated Approach, Prentice Hall, 2010. Assauri, Sofjan (2008), Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Boynton, W.C., & Johnson, R.N. alih bahasa oleh Paul A. Rajoe, dkk (2008) Modern Auditing: Assurance Services, and the Integrity of Financial Reporting (8th edition). Bhayangkara, IBK (2008), Audit Manajemen. Jakarta : Salemba Empat Detiana, Tita (2011), Manajemen Operasional Strategi Dan Analisa, Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media. Hall, James A., Tommie S. Alih bahasa oleh Fitriasari, D., Arnos, D. K. (2008). Audit Teknologi Informasi Dan Assurance (edisi 2). Jakarta: Salemba Empat. Haming, Murdifin S.E, M.Si, Ph.D (2009) .Manajemen Produksi Modern. Jakarta: PT Gramedia Hartono Jogiyanto Akt., MBA, Ph.D (2008), Analisis Dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Kieso, D. E., Weygandt J. J., & Warfield T. D. (2008). Alih bahasa Emil Salim, S.E Akuntansi Intermediate Jilid 1( edisi 12). Jakarta: Penerbit Erlangga. Mulyadi (2003), Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat Rama and Jones. Alih bahasa oleh Wibowo, M. S. (2009). Sistem Akuntansi Informasi. Jakarta : Salemba Empat Sawyer, Dittenhofer, dan Scheiner. Alih bahasa oleh Adhariani, D. (2009) The Practice of Modern Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat Warren, Reeve & Fess (2009), Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. RIWAYAT HIDUP Gusti Ayu Putri Amerta Sari, lahir di kota Jakarta, 6 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014. Saat ini bekerja sebagai internship di PT. Robert Bosch.