7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sistem
Pengertian sistem menurut Stair dan Reynold (2010: 8), mengemukakan bahwa
“Sistem adalah seperangkat elemen atau komponen yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan.” Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 13), mengemukakan
bahwa “Sistem adalah serangkaian elemen yang saling berhubungan, yang secara
bersama-sama mencapai tujuan spesifik tertentu. Sistem harus memiliki tujuan
organisasi yang saling berinteraksi, terintegrasi, dan terpusat.”
Berdasarkan pengertian mengenai sistem di atas dapat disimpulkan bahwa
sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dan
menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2.2. Pengertian Informasi
Pengertian informasi menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 18),
mengemukakan bahwa “Informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang
berguna dalam kegiatan pengambilan keputusan.” Menurut Hall (2013: 110),
mengemukakan bahwa “Informasi sering diartikan sebagai data yang diolah dimana
informasi tersebut ditentukan oleh efeknya terhadap pengguna, bukan dari bentuk
fisiknya.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan
data-data yang telah diolah agar dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan
dan telah diatur maupun disajikan yang diproses untuk memberikan arti dalam
kegiatan pengambilan keputusan.
2.3. Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem informasi menurut Dull dan Wheeler (2012: 12),
mengemukakan bahwa “Sistem informasi adalah suatu sistem yang umumnya terdiri
dari serangkaian komponen berbasis komputer dan komponen manual bertujuan
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data untuk memberikan output
informasi kepengguna.” Menurut Hall (2013: 5), mengemukakan bahwa “Sistem
7
8
informasi adalah serangkaian prosedur resmi di mana data tersebut dikumpulkan,
diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pengguna.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
merupakan sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang
berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara sederhana sistem
dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau
variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi atau tergantung satu sama
lain dan terpadu kombinasi dari pengguna, piranti keras, piranti lunak, komunikasi
jaringan,
dan
sumber-sumber data
yang
mengumpulkan,
memproses
dan
mendistribusikan informasi.
2.4. Sistem Informasi Akuntansi
Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Considine, Olsen, Speer, dan
Lee (2010: 14), mengemukakan bahwa “Sistem informasi akuntansi menunjukan
sebagai teknologi aplikasi untuk dapat mengambil, memverifikasi, menyimpan,
memisahkan dan melaporkan data yang berhubungan dengan aktifitas organisasi atau
perusahaan.” Menurut Soudani (2012: 1) adalah “Tool which, when incorporated
into the field of information and technology system, are designed to help in the
management and control of topics related to organization’ economic-financial area”,
yang berarti sistem informasi akuntansi adalah suatu alat bantu dimana tergabung
dalam area sistem informasi dan teknologi yang dirancang untuk membantu pihak
pengelola perusahaan serta mengontrol organisasi dalam sisi keuangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi atau SIA merupakan suatu komponen organisasi yang mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis, dan mengkomunikasikan informasi
finansial dan pengambilan keputusan yang relevan bagi pihak dalam dan luar
perusahaan.
2.4.1. Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rommey dan Steinbart (2009: 28-29), mengemukakan bahwa “SIA
terdiri dari enam komponen, yaitu :
1. Orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam
fungsi.
9
2. Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis yang terlibat
dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai
aktivitas organisasi.
3. Data, tentang organisasi dan proses bisnisnya.
4. Software yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan di
sekelilingnya dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk
mengumpulkan menyimpan, memproses dan mengirimkan data dan
informasi.
6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan dan mengamankan
data dalam SIA.”
Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 9), mengemukakan bahwa
"Komponen dalam SIA adalah :
1. Teknologi.
2. Database.
3. Pelaporan.
4. Kontrol.
5. Operasi Bisnis.
6. Pengolahan Acara.
7. Pengambilan Keputusan Manajemen.
8. Pengembangan Sistem dan Operasi
9. Komunikasi.
10. Prinsip-Prinsip Audit Akuntansi."
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komponenkomponen SIA merupakan isi yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan
membentuk satu kesatuan dalam suatu struktur bangunan sistem informasi untuk
mencapai tujuan unsur dan komponen ini adalah bagian dari sistem manual atau
komputerisasi.
2.4.2. Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Dari penelitian oleh Soudani (2012: 141) yang diterbitkan ke dalam jurnal
penelitian mengemukakan bahwa :
1. SIA ditemukan menjadi variabel yang paling mempengaruhi kinerja
keuangan. Ini menjelaskan bahwa SIA merupakan faktor yang paling
10
penting dalam perusahaan yang terdaftar di Dubai Financial Market
atau DFM.
2. Ditemukan
bahwa
kinerja
keuangan
dan
manajemen
kinerja
berpengaruh pada kinerja organisasi. Ini berarti bahwa kinerja keuangan
dan manajemen kinerja yang efektif dalam membangun kinerja
organisasi.
3. SIA ditemukan bahwa faktor penting dalam membangun kinerja
organisasi melalui pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data
keuangan dan akuntansi untuk dievaluasi oleh dampaknya terhadap
kualitas
peningkatan
proses
pengambilan
keputusan,
informasi
akuntansi, evaluasi kinerja, pengawasan internal dan memfasilitasi
transaksi perusahaan
4. Tidak ada hubungan antara SIA dan manajemen kinerja. Ini berarti
bahwa ada beberapa hambatan yang menyebabkan pelaksanaan SIA
pada manajemen kinerja pada perusahaan yang terdaftar di DFM
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan SIA bagi
perusahaan akan mengarahkan adanya suatu kinerja ekonomi dan keuangan yang
semakin lebih baik.
2.5. Pengertian Siklus Pendapatan
Menurut Hall (2011: 146) siklus pendapatan adalah siklus perusahaan menjual
barang atau jasa ke pelanggan dimana terdiri dari proses penerimaan kas dari
penjualan, penjualan kredit dan penerimaan kas dari penagih piutang. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa siklus pendapatan merupakan gabungan
dari aktivitas bisnis yang terkait dalam pengaturan dan pengolahan informasi dari
penerimaan pesanan dari pelanggan, pengiriman barang atau jasa, proses penagihan
sampai pengumpulan pembayaran kas dari hasil penjualan tersebut.
2.5.1. Sistem Terkait Siklus Pendapatan
Menurut Mulyadi (2010: 16) sistem yang terkait dalam siklus pendapatan
suatu perusahaan baik jasa ataupun barang terbagi ke dalam tiga sistem besar
sesuai kegiatan siklus pendapatannya, yaitu :
1. Sistem Penjualan
Sistem penjualan menurut Mulyadi (2010: 202) terdiri dari transaksi
penjualan barang atau jasa, dalam bentuk kredit ataupun tunai. Bila
11
transaksi terjadi secara tunai, maka barang ataupun jasa akan diberikan
setelah perusahaan menerima kas dari pelanggannya. Bila transaksi
terjadi secara kredit maka bila perusahaan telah mengirimkan barang atau
menyelesaikan jasanya maka perusahaan memiliki piutang pada
pelanggannya. Dalam penjualan secara kredit perusahaan mempunya
tagihan kepada pembeli tersebut. Untuk menghindari piutang yang tidak
tertagih, maka perusahaan dapat melakukan analisis terlebih dahulu pada
pembeli agar dapat menilai kemampuan pembeli tersebut. Dalam
melakukan penjualan secara kredit berikut bagian pada perusahaan yang
terkait :
a. Bagian Penjualan, fungsi ini bertanggung jawab atas
penerimaan order dari pelanggan. Fungsi ini juga dapat
melakukan perubahan-perubahan pada order pelanggan serta
menambahkan informasi tentang pelanggan bila diperlukan.
Namun, fungsi ini tidak dapat membatalkan penjualan atau
kontrak yang sudah disepakati ataupun merubah nomor faktur
kontrak atau penjualan.
b. Bagian Kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan
penilaian dan penelusuran rekam jejak dari pelanggan. Hal ini
diperlukan untuk menentukan apakah pelanggan dapat
melunasi kreditnya atau tidak, sehingga dapat ditentukan
apakah perusahaan akan menjual barangnya kepada pelanggan
tersebut atau tidak.
c. Bagian Gudang, fungsi ini pada perusahaan jasa tidak terkait.
Namun, pada perusahaan barang terkait menyiapkan barang
dan menyerahkan kepada bagian pengiriman
d. Bagian Pengiriman, fungsi ini bertanggung jawab atas
pengiriman barang sampai kepada tangan pelanggan. Namun,
pada perusahaan jasa tidak selalu terkait.
e. Bagian Pengerjaan, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyelesaikan jasa yang disepakati pada kontrak. Seperti,
kontrak konstruksi, kontrak peminjaman alat berat, kontrak
pengiriman suplai barang.
12
f. Bagian Penagihan, fungsi ini bertanggung jawab dalam
membuat serta mengirimkan tagihan atau faktur atas kontrak
atau barang yang selesai dikirmkan atau dikerjakan. Selain itu
bagian ini bertanggung jawab untuk membuat salinan tagihan
atau faktur untuk kepentingan pencatatan bagian akuntansi.
g. Bagian Akuntansi, fungsi ini bertanggung jawab dalam
mencatat segala piutang yang timbul atas penjualan secara
kredit, mengirimkan pernyataan piutang pada debitur, serta
membuat laporan atas penjualan yang terjadi pada periode
tertentu.
2. Sistem Piutang
Sistem piutang Menurut Mulyadi (2010: 16) dibuat agar dapat
mencatat transaksi bertambah atau berkurangnya piutang. Piutang timbul
dari transaksi yang terjadi secara kredit. Piutang dapat berkurang dengan
transaksi penerimaan kas dari piutang.
3. Sistem Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2010: 455) bagian yang terkait dengan penerimaan
kas pada dasarnya terbagi kedalam dua sumber utama yaitu :
a. Penerimaan Kas Atas Penjualan Tunai
Bagian yang terkait di dalam penjualan dengan transaksi tunai
adalah sebagai berikut :
i. Bagian penjualan bertanggung jawab untuk menerima order
dari
pembeli,
menyerahkan
mengisi
faktur
faktur
tersebut
penjualan
kepada
tunai,
pembeli
dan
untuk
kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
ii. Bagian kas bertanggung jawab sebagai penerima kas dari
pembeli.
iii. Bagian gudang bertanggung jawab menyiapkan barang yang
dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke
fungsi pengiriman.
iv. Bagian pengiriman, bertanggung jawab untuk membungkus
barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya
kepada pembeli.
13
v. Bagian Akuntansi, bertanggung jawab sebagai pencatat
transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuatan
laporan penjualan atas transaksi yang terjadi.
b. Penerimaan Kas Atas Penjualan Piutang
Bagian yang terkait penjualan secara piutang adalah sebagai
berikut :
i. Bagian sekretariat, bertanggung jawab dalam penerimaan cek
dan surat pemberitahuan dari debitur perusahaan.
ii. Bagian penagihan, bertanggung jawab untuk melakukan
penagihan kepada debitur perusahaan berdasarkan daftar
piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
iii. Bagian kas, bertanggung jawab atas penerimaan cek dari
fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dalam
jumlah penuh ke bank.
iv. Bagian akutansi, bertanggung jawab dalam pencatatan
penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas
dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang.
v. Bagian
pemeriksa
intern,
bertanggung
jawab
dalam
melaksanakan perhitungan kas yang ada ditangan bagian kas
secara periodik.
2.5.2. Prosedur Terkait Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan Steinbart (2008: 356-371) prosedur yang terkait dalam
siklus pendapatan sebagai berikut :
1. Sales Order Entry atau Prosedur Penerimaan Pesanan.
Kegiatan pada siklus pendapatan suatu perusahaan dimulai dari
prosedur penerimaan pesanan kepada pelanggan. Prosedur penerimaan
pesanan kepada pelanggan sendiri terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :
a. Taking Customer Order, merupakan tahap pertama dalam
prosedur penerimaan pesanan yaitu, data pesanan pelanggan
dicatat kedalam sales order yang berupa nomor barang, jumlah
barang, harga dan keterangan penjualan lainnya. Dalam
pendapatan jasa dapat berupa bentuk kontrak yang diinginkan,
nomor kontrak, dan nilai kontrak.
14
b. Credit Approval, untuk penjualan secara kredit, maka pelanggan
harus melalui tahapan prosedur persetujuan batas kredit tertentu
terlebih dahulu, artinya batasan kredit untuk seorang pelanggan
harus disetujui terlebih dahulu sebelum melakukan proses lebih
lanjut. Penentuan batasan kredit seorang pelanggan tergantung
dapat ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan berdasarkan
track record para pelanggannya atau dapat melihat pada jenis
perusahaan yang sama.
c. Checking
Inventory
Availability,
merupakan
tahap
untuk
mengecek ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan
untuk kemudian diinformasikan kepada pelanggan mengenai
perkiraan
tanggal
pengiriman
pesanan
pelanggan.
Dalam
perusahaan jasa tahapan ini tidak diperlukan namun digantikan
dengan pengecekan kemampuan penyelesaian kontrak.
2. Billing atau Prosedur Penagihan.
Kegiatan selanjutnya setelah proses pengiriman barang adalah
berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses ini terdiri dari 2 tahap,
yaitu :
a. Invoicing, merupakan tahap pemrosesan informasi yang di
kumpulkan kembali dan meringkas sejumlah informasi dari
pengisian sales order sampai pada kegiatan pengiriman. Tahap
ini menggunakan dokumen sales invoice yang menegaskan
pada pelanggan mengenai jumlah yang harus dibayar oleh
pelanggan
dan
kemana
pelanggan
harus
mengirimkan
pembayaran.
b. Maintain Accounts Receivable, merupakan tahap dimana
fungsi piutang yaitu menggunakan informasi dalam invoice
untuk
men-debit
akun
pelanggan
dan
secara
berkala
mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Untuk
mengendalikan piutang yaitu dengan Open Invoice Method, di
mana pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut
masing-masing invoice. Biasanya, terdapat 2 rangkap invoice
yang akan di kirimkan kepada pelanggan dimana 1 rangkap
15
akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini
dinamakan remittance advice.
3. Cash Collection (Proses Penerimaan Kas)
Kegiatan siklus pendapatan diakhiri dengan penerimaan kas dari
pelanggan. Pada kegiatan ini bagian kasir akan melaporkan
penerimaan, menangani remittance pelanggan dan menyetorkan uang
yang diterimanya ke bank. Namun, pada praktiknya tidak selalu
bagian kasir yang menyetorkan uang ke bank. Hal ini tergantung pada
kebijakan perusahaan. Pada dasarnya prosedur penerimaan kas terbagi
kedalam dua tipe penerimaan untuk proses penjualan tunai dan kredit,
sebagai berikut :
a. Prosedur Urutan Penerimaan Kas Penjualan Tunai
i.
Prosedur Order Penjualan
Bagian penjualan menerima order dari pembeli dan
membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan
pembeli melakukan pembayaran kepada bagian kasir dan
untuk
memungkinkan
bagian
gudang
dan
bagian
pengiriman menyiapkan barang yang akan dikirimkan
kepada pembeli.
ii.
Prosedur Penerimaan Kas
Bagian kas menerima pembayaran barang dari pembeli
dan memberikan tanda pembayaran kepada pembeli untuk
memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan
barang yang dibelinya dari bagian pengiriman.
iii.
Prosedur Penyerahan Barang
Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
Bagian
akuntansi
melakukan
pencatatan
transaksi
penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal
penerimaan kas. Disamping itu fungsi akuntansi juga
mencatat berkurangnya persediaan barang dari kartu
persediaan.
b. Prosedur Urutan Penerimaan Kas Penjualan Kredit atau
Piutang
16
i.
Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah
saatnya ditagih kepada bagian penagihan.
ii.
Bagian
penagihan
mengirimkan
penagih
yang
merupakan karyawan perusahaan untuk melakukan
penagihan kepada debitur.
iii.
Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat
pemberitahuan dari debitur.
iv.
Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kas.
v.
Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan
kepada bagian piutang untuk kepentingan posting ke
dalam kartu piutang.
vi.
Bagian kas mengirimkan kuitansi sebagai tanda
penerimaan kas kepada debitur.
vii.
Bagian kas menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas
nama tersebut dilakukan persetujuan oleh pejabat yang
berwenang.
viii.
Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut
ke bank debitur.
2.6. Perlakuan Akuntansi dalam Siklus Pendapatan
Dalam siklus pendapatan akan menimbulkan keuntungan secara ekonomi
kepada perusahaan, sehingga pada siklus ini tentunya akan timbul pencatatan jurnal
akuntansi terkait kegiatan ekonomis perusahaan. Fungsi dari jurnal-jurnal akuntansi
ini sendiri terutama agar perusahaan dapat mengetahui kondisi ekonomis perusahaan
secara tepat dan akurat. Oleh karena itu perlakuan akuntansi pada siklus akuntansi
sangatlah penting.
2.6.1. Pengakuan Pendapatan
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 954), prinsip pengakuan
pendapatan di dalam akuntansi adalah pendapatan dapat diakui apabila pendapatan
tersebut memiliki kemungkinan dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi
perusahaan dan keuntungan tersebut dapat diukur dengan handal atau wajar.
Terdapat empat jenis pengakuan pendapatan tergantung dari jenis transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan. Setiap jenis transaksi tentunya mempunyai prinsip
17
pengakuan pendapatan yang berbeda. Berikut jenis dari prinsip pengakuan
pendapatan :
1. Perusahaan mengakui pendapatan dari hasil penjualan produk pada saat
tanggal penjualan barang.
2. Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, ketika jasa
tersebut sudah dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Perusahaan mengakui pendapatan dari penggunaan pihak ketiga dalam
penggunaan aset mereka, seperti bunga, sewa, dan royalti, ketika pihak
ketiga tersebut telah selesai menggunakan aset tersebut atau pada saat
aset tersebut digunakan.
4. Perusahaan mengakui pendapatan pada tanggal penjualan aset ketika
mendapatkan keuntungan atas penjualan aset diluar kegiatan bisnis
utama perusahaan.
2.6.2. Pengakuan Pendapatan Atas Jasa
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 977), pengakuan pendapatan
atas jasa sedikit memiliki perbedaan atas pengakuan pendapat lain. Pengakuan
pendapatan atas kegiatan jasa harus memiliki 4 kriteria utama sehingga dapat
diakui sebagai pendapatan. Kriteria pengakuan pendapatan terseubut adalah :
1. Pendapatan tersebut harus dapat diukur.
2. Memungkinkan timbulnya keuntungan ekonomis bagi perusahaan.
3. Urutan langkah penyelesaian suatu jasa harus dapat diukur.
4. Biaya yang timbul selama pengerjaan jasa harus dapat diukur
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 980), kegiatan proses bisnis
pada perusahaan jasa merupakan kejadian yang perlu diperhatikan dalam
pengakuan pendapatan atas jasa. Suatu transaksi jasa hanya terdiri dari satu
langkah pengerjaan saja, maka pendapatan dapat diakui pada saat pengerjaan jasa
tersebut dilakukan. Ketika suatu jasa mempunyai beberapa langkah dalam
pengerjaannya, maka pendapatan harus diakui tergantung pada saat waktu
terjadinya sebuah langkah pengerjaan tersebut dilakukan. Metode ini dapat
diterapkan di dalam tiga kondisi yang berbeda yaitu :
1. Specified number of identical or similar acts
Jumlah pendapatan yang sama dicatat pada saat tindakan yang
diharapkan menghasilkan pendapatan tersebut dilakukan.
2. Specified number of defined but not identical acts
18
Pendapatan diakui dengan menggunakan metode percentage-ofcompletion basis menggunakan beberapa aturan tambahan yang
disesuaikan seperti biaya yang telah dikeluarkan untuk pengerjaan
suatu
jasa
dengan
total
biaya
untuk
menetukan
presentasi
penyelesaian.
3. Unspecified number of identical acts or similar acts with a fixed
period for performance
Pendapatan diakui dengan menggunakan metode straight-line basis
dalam periode tertentu atau bisa saja menggunakan metode lain jika
ditemukan bukti yang lebih pas untuk menangani pola ini.
2.6.3. Pengertian Piutang
Piutang adalah jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari seseorang
atau perusahaan lain. Menurut Weygeandt, Kieso, & Kimmel (2012: 416), "Piutang
sering kali digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Piutang usaha : Piutang yang timbul akibat dari penjualan barang atau
jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30
sampai 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang
terbesar yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Wesel Tagih : Surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentik
pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara
60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang berutang
untuk membayar bunga.
3. Piutang Lain-lain : Merupakan piutang yang tidak termasuk dari
kedua jenis piutang diatas. Contoh dari piutang lain-lain adalah
piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, dan restitusi
pajak penghasilan."
2.6.4. Piutang Pada Siklus Pendapatan
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 347) piutang adalah suatu
aset keuangan sekaligus instrumen keuangan, dimana piutang dapat ditagih kepada
pelanggan atau orang lain yang terkait dalam transaksi dalam bentuk uang, barang
atau jasa. Secara finansial perusahaan dapat menggolongkan piutang sebagai
piutang jangka pendek ataupun piutang jangka panjang. Lebih lanjut dalam
pelaporan keuangan piutang dapat digolongkan dalam tiga golongan berikut :
19
1. Piutang usaha : Piutang yang timbul akibat dari penjualan barang atau
jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30
sampai 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang
terbesar yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Wesel Tagih : Surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentik
pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara
60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang berutang
untuk membayar bunga.
3. Piutang Lain-lain : Merupakan piutang yang tidak termasuk dari
kedua jenis piutang diatas. Contoh dari piutang lain-lain adalah
piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, dan restitusi
pajak penghasilan.
2.6.5. Jurnal Akuntansi Pada Siklus Pendapatan
Pada siklus pendapatan terdapat beberapa jurnal akuntansi yang dapat terjadi
terkait dengan proses bisnis dan pengakuan atas pendapatan. Menurut Yulius
(2012: 23), pada siklus pendapatan jasa umumnya terdapat dua jurnal yang terjadi
pada suatu transaksi yaitu jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Jurnal
penjualan bertujuan untuk mencatat semua transaksi penjualan barang dagang atau
pendapatan lain yang dilakukan secara kredit yang menimbulkan piutang dagang
pada si penjual. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 349) di dalam
akuntansi komersial suatu penjualan secara kredit akan dicatat sebagai berikut :
Piutang Usaha
xxxx
Pendapatan Jasa
xxxx
Saat penerimaan kas dari pelanggan atas piutang akan terbentuk jurnal
akuntansi penerimaan kas. Jurnal penerimaan kas berfungsi untuk mencatat segala
pemasukan atau penerimaan kas secara tunai yang berhubungan dengan usaha
dagang. Jurnal penerimaan kas akan dicatat sebagai berikut :
Kas
xxx
Piutang Usaha
xxx
2.6.6. Penyisihan Piutang tidak tertagih
Menurut Waluyo (2012: 83), terdapat dua cara dalam menetapkan jumlah
penyisihan piutang tidak tertagih yaitu :
1.
Atas dasar saldo piutang
20
a. Dilakukan dengan menetapkan suatu presentase terhadap saldo
piutang rata-rata atau golongan unsur piutang pada akhir periode,
misalnya :
Saldo piutang per 8 agustus 2013 sebesar Rp 10.000.000,- dan
saldo piutang per 31 desember 2013 Rp 20.000.000,- diasumsikan
penyisihannya 10%. Besarnya penyisihan piutang tdak tertagih
dihitung sebagai berikut :
Saldo piutang rata-rata = (Rp 10.000.000,- + Rp 20.000.000,-) / 2
= Rp 15.000.000,Penyisihan piutang tidak tertagih = 3% x Rp 15.000.000,- = Rp
4.500.000,b. Apabila dasar yang digunakan adalah golongan umur piutang pada
akhir periode, maka pada akhir periode, maka perusahaan harus
membuat daftar umur piutang atau aging schedule of receivable
seperti contoh berikut :
Tabel 2.1 Contoh Aging Schedule of Receivable
No Nama Klien Umur Piutang (hari)
1 – 30
1
PT A
2
PT B
3
PT C
4
PT D
Total
Total
31 – 60
61 – 90
>90
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000 10.000.000
10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 40.000.000
Dari daftar umur piutang di atas kemudian diolah dan diklasifikasikan sesuai
presentase piutang tidak tertagih seperti contoh berikut :
Tabel 2.2 Contoh Percentage of Doubtful Accounts
Kelompok
umur Saldo piutang
piutang
Persentase
tidak Jumlah penyisihan
tertagih
1 – 30
10.000.000
1 %
100.000
31- 60
10.000.000
2 %
200.000
61-90
10.000.000
5 %
500.000
> 90
10.000.000
10 %
1.000.000
Total
40.000.000
1.850.000
21
Dari perhitungan tersebut, maka besarnya penyisihan piutang tidak tertagih
perusahaan sebesar Rp 1.850.000,2. Atas dasar saldo penjualan
Seperti cara sebelumnya, cara ini juga dilakukan dengan menetapkan
presentase tertentu terhadap penjualan. Dasar yang digunakan dapat
menggunakan penjualan kredit atau total penjualan. Sebagai contoh,
total penjualan kredit tahun 2012 Rp 10.000.000. Presentase
penyisihan yang ditetapkan perusahaan 2% dari penjualan. Besarnya
saldo penyisihan piutang tidak tertagih (2% x Rp 10.000.000) = Rp
200.000, sedangkan biaya piutang tidak tertagih juga sama yaitu (2%
x Rp 10.000.000) = Rp 200.000.
2.6.7. Prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2008, 95), "Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka
bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut
disalurkan. Kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan
analisis 5C, yaitu :
1. Character
Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus
dapat dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar
belakang yang bersikap pekerjaan maupun yang bersifat pribadi
seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga,
hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk
menilai kemauan nasabah membayar kreditnya. Informasi mengenai
calon debitur dapat diperoleh dengan cara bekerjasama dengan
kalangan perbankan maupun kalangan bisnis lainnya. Informasi dari
kalangan
perbankan
diperoleh
melalui
surat
menyurat
atau
koresponden antar bank yang dikenal dengan bank informasi,
termasuk permohonan resmi kepada Bank Indonesia (BI) untuk
memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai
pribadinya maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki.
2. Capacity
22
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit
yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta
kemampuannya mencari laba, sehingga akan terlihat kemampuannya
dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan
seperti neraca dan laporan rugi laba dengan melakukan pengukuran
seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran
lainnya. Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan
yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit
yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga
jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition
Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus
dinilai sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor
yang dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek
bidang usaha yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik,
sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
2.6.8. Risiko Pelaksanaan Siklus Pendapatan
Menurut Rama dan Jones (2009: 137) mengemukakan bahwa “Menilai risiko
pelaksanaan yang umum untuk dua siklus pendapatan adalah sebagai berikut :
1. Penyerahan barang dan jasa
a. Diperbolehkannya
penjualan
atau
layanan
yang
tidak
terotorisasi.
b. Penjualan atau layanan jasa yang terotorisasi tidak terjadi,
terlambat, atau digandakan tanpa sengaja
c. Jenis barang atau jasa salah
d. Kuantitas atau kualitas salah
e. Pelanggan atau alamat salah
2. Penerimaan kas
23
a. Kas tidak diterima atau terlambat diterima
b. Jumlah kas yang diterima salah
Lima langkah yang bermanfaat dalam pemahaman dan penentuan risiko
pelaksanaan :
1. Dapatkan pemahaman mengenai proses organisasi.
2. Identifikasikan barang atau jasa yang diberikan dan kas yang diterima
yang tergolong berisiko.
3. Nyatakan
kembali
setiap
risiko
umum
untuk
menjelaskan
risikopelaksanaan dengan lebih tepat untuk proses tertentu yang
dipelajari.Keluarkan setiap risiko yang tidak relevan atau jelas-jelas
tidak material.
4. Beri penilaian terhadap signifikansi risiko-risiko yang tersisa.
5. Untuk risiko yang signifikan, identifikasikan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap risiko. Kejadian dalam proses tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini secara sistematis.
2.7. Perusahaan Jasa
Menurut Yulius (2012: 3), "Perusahaan jasa adalah sebuah badan usaha yg
bergerak secara utama dalam penyampaian jasa pada konsumen dan tidak
memproduksi atau menjual barang secara langsung terhadap konsumen” Perbedaan
antara perusahaan jasa dan perusahaan dagang umumnya terletak pada bidang
usahanya. Perusahaan jasa tidak menjual barang secara langsung pada konsumen,
sementara perusahaan dagang sebaliknya. Perusahaan dagang memiliki persediaan
barang dagang awal dan akhir yang akan dijual pada konsumen, sementara
perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang dagang tersebut.
2.7.1. Sumber dan Dasar Pencatatan Keuangan Perusahaan Jasa
Menurut Yulius (2012: 3) ada dua macam sumber dan dasar pencatatan
keuangan yang dapat digunakan di dalam pencatatan keuangan perusahaan yaitu :
1. Sumber Internal
Sumber dan bukti transaksi ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan
sendiri. Salah satu lembar karbon kopi nya biasanya diserahkan pada
pihak luar yang terkait dalam suatu transaksi. Ada beberapa macam
bukti transaksi internal yang dikenal yaitu :
a. Bukti kas masuk dan keluar
24
Bukti kas masuk mengindikasikan perusahaan telah menerima
sejumlah uang dari pihak luar. Misalnya, konsumen membayar
jasa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan. Bukti kas keluar
mencatat arus kas yang keluar dari perusahaan untuk pihak keluar.
Misalnya, perusahaan membayar supplier atau pemasok untuk
pembelian perlengkapan kantor.
b. Memo
Memo adalah surat internal kantor yang dikeluarkan oleh
seseorang untuk menginstruksikan sesuatu. Misalnya, manajer
pemasaran mengirimkan memo instruksi pemasangan iklan
beserta biayanya kepada karyawannya.
2.
Sumber Eksternal
Merupakan sumber dan bukti transaksi eksternal yang berkaitan
dengan transaksi yang berhubungan dengan pihak luar. Ada beberapa
macam bukti transaksi eksternal yaitu :
a. Kuitansi
Kuitansi adalah lembaran bukti penerimaan sejumlah uang yang
dikeluarkan oleh pihak penerima uang. Pihak penerima harus
memberikan tanda tangannya sebagai bukti bahwa uang telah
mereka terima.
b. Nota
Nota merupakan bukti aras pembayaran secara tunai. Misalnya
pembelian barang secara tunai di suatu toko, Nota terbagi atas dua
macam yaitu :
i. Nota Kredit : Nota yang dibuat oleh penjual bila barang yang
dibeli rusak atau tidak sesuai dengan permintaan pembeli.
Penjual mengeluarkan nota ini sebagai pentuk persetujuan
untuk menerima barang yang rusak atau tidak sesuai
tersebut.
ii. Nota Retur : Nota yang dibuat oleh pembeli apabila barang
yang dibeli rusak atau tidak sesuai dengan permintaan
mereka
c. Faktur
25
Faktur adalah bukti pembelian atau penjualan barang dan jasa
yang terjadi secara kredit atau tidak dilakukan secara tunai dan
menimbulkan utang-piutang. Faktur dibagi atas dua macam yaitu :
i. Faktur Penjualan : Faktur yang dikeluarkan oleh penjual atas
penjualan suatu barang yang dilakukan secara kredit.
ii. Faktur Pembelian : Faktur yang dikeluarkan oleh pembeli atas
pembelian suatu barang yang dilakukan secara kredit.
2.7.2. Transaksi Perusahaan Jasa
Semua perusahaan jasa pada dasarnya menjalankan proses akuntansi yang
sama. Hal yang membedakan setiap perusahaan tersebut ialah jenis perusahaannya.
Alasannya, setiap perusahaan mempunyai kegiatan yang berbeda-beda. Transaksi
yang biasa dilakukan oleh perusahaan jasa adalah :
1.
Investasi oleh pihak pemilik atau calon pemilik
2.
Pembelian peralatan dan perlengkapan secara tunai atau kredit
3.
Menerima pendapatan dari penjualan jasa
4.
Membayar macam-macam beban
5.
Menerima piutang
2.8. Pengertian Pengendalian Internal
Dalam jurnalnya yang berjudul Internal Control for the revenue cycle : a
checklist for the consumer products industry, Tim heinze (2010) mengatakan bahwa
“Siklus pendapatan merupakan salah satu bagian utama yang penuh dengan
kecurangan dan penyalahgunaan, sehingga dibutuhkan pengendalian internal yang
kuat”
Menurut Rama dan Jones (2009: 132) mengemukakan bahwa “Pengendalian
Internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen
dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan
terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut : efektivitas dan efisiensi
operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan
peraturanyang berlaku.”
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 300) mengemukakan bahwa
“Pengendalian Internal terdiri dari semua metode terkait dan pengukuran yang
diadopsi dalam sebuah organisasi untuk menjaga aset-asetnya, meningkatkan
26
keandalan dalam pencatatan akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, dan
memastikan bahwa organisasi mematuhi hukum dan peraturan yang ada.”
Berdasarkan pengertian mengenai pengendalian sistem di atas dapat disimpulkan
bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber
daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Selain itu juga dapat
mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi.
2.8.1. Komponen Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2009: 134), mengemukakan bahwa “Dalam
laporan Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mengidentifikasi lima
komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan
organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian internal :
1. Lingkungan pengendalian
Mengacu pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan
mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian. Faktorfaktor ini meliputi integritas, nilai-nilai etika, serta filosofi dan gaya
operasi manajemen. Meliputi cara manajemen memberikan liputan
wewenang dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan
karyawannya, serta perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan
direksi.
2. Penentuan risiko
Merupakan identifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian
sasaran pengendalian internal.
3. Aktivitas pengendalian
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi
untuk mencapai risiko. Aktivitas pengendalian meliputi hal-hal berikut :
a. Penelaahan kinerja, merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup
analisis kinerja, misalnya melalui perbandingan hasil aktual dengan
anggaran, proyeksi standar, dan data periode lalu.
b. Pemisahan tugas mencakup pembebanan tanggung jawab untuk
otorisasi transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan
pemeliharaan aset kepada karyawan yang berbeda-beda.
c. Pengendalian aplikasi diterapkan pada masing-masing aplikasi sistem
informasi akuntansi.
27
d. Pengendalian umum adalah pengendalian yang berkaitan dengan
banyak aplikasi.
4. Informasi dan komunikasi
Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomasi dan
manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses,
dan melaporkan kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi
penyediaan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu.
5. Pengawasan.
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan
bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.
2.8.2. Prinsip Aktivitas Pengendalian Internal
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 300-307) mengemukakan
bahwa "Aktivitas pengendalian adalah tulang punggung dari upaya perusahaan
untuk mengatasi risiko yang dihadapi, seperti penipuan. Aktivitas pengendalian
khusus yang digunakan oleh setiap perusahaan akan berbeda-beda, tergantung pada
penilaian manajemen terhadap risiko yang dihadapi. Enam prinsip kegiatan
pengendalian adalah sebagai berikut :
1.
Establishing of responsibility
Yang penting dari pengendalian internal adalah untuk memberikan
tanggung jawab kepada karyawan yang spesifik. Pengendalian yang
paling efektif bila hanya satu orang yang bertanggung jawab atas tugas
yang diberikan. Menetapkan tanggung jawab sering membutuhkan
pembatasan akses hanya untuk personil yang berwenang, dan kemudian
mengidentifikasi personel itu.
2.
Segregation of duties
Pemisahan tugas sangat diperlukan dalam sistem pengendalian internal.
Terdapat dua aplikasi umum dari prinsip ini :
a. Individu yang berbeda harus bertanggung jawab untuk aktivitas yang
terkait.
b. Tanggung jawab pencatatan untuk aset harus terpisah dari
penyimpanan fisik aset tersebut.
3.
Documentation procedures
Mendokumentasikan merupakan bukti bahwa transaksi dan peristiwa
telah terjadi. Perusahaan harus menetapkan prosedur untuk dokumen.
28
Pertama, bila memungkinkan perusahaan harus menggunakan dokumen
yang diberi nomor urut, dan semua dokumen harus dicatat. Kedua, sistem
pengendalian harus meminta karyawan memberikan semua dokumen
sumber untuk dicatat dalam akuntansi oleh bagian akuntansi.
4.
Physical controls
Penggunaan pengendalian fisik sangat penting. Pengendalian fisik
berhubungan dengan pengamanan aset dan meningkatkan akurasi dan
keandalan catatan akuntansi.
3.
Independent internal verification
Kebanyakan sistem pengendalian internal menentukan verifikasi internal
independen. Prinsip ini melibatkan tinjauan data yang disusun oleh
karyawan. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari verifikasi internal
independen :
a. Perusahaan harus memverifikasi catatan secara periodik atau tiba-tiba.
b. Seorang karyawan yang tidak berhubungan dengan personil yang
bertanggung jawab untuk informasi, harus membuat verifikasi.
c. Perbedaan dan pengecualian harus dilaporkan ketingkat manajemen
yang dapat mengambil tindakan perbaikan yang tepat.
4.
Human resource controls
Kegiatan pengendalian sumber daya manusia adalah sebagai berikut :
a. Menjamin perlindungan terhadap karyawan yang memegang kas atau
uang tunai.
b. Memutar tugas karyawan dan meminta karyawan untuk mengambil
liburan.
c. Melakukan pemeriksaan keseluruhan latar belakang karyawan.
2.9. Pengembangan Sistem Berorientasi Objek
Tidak hanya perkembangan teknologi saja, dalam suatu pengembangan sistem
saat ini telah berkembang. Pengembangan yang biasa digunakan adalah
pengembangan berorientasi struktur pemrograman, namun saat ini telah berkembang
dengan adanya pengembangan sistem berorientasi objek. Satzinger, Jackson, dan
Burd (2005: 60) menerangkan bahwa pendekatan object oriented approach adalah
pendekatan pengembangan sistem dengan berpandangan pada objek sebagai
implementasi bahasa atau lingkungan tertentu seperti individu terkait sistem, alur
29
transaksi bisnis. Ada juga interaksi antara objek tersebut yang saling berhubungan
membentuk relasi-relasi tertentu.
Terdapat tiga pendekatan berorientasi objek meninjau sistem informasi sebagai
kumpulan dari objek-objek yang saling berinteraksi menurut Satzinger, Jackson, dan
Burd (2005: 60), yaitu :
1. Object-Oriented Analysis (OOA) mendefinisikan semua tipe objek yang
melakukan suatu pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi apa
saja yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan pekerjaanpekerjaan tersebut.
2. Object-Oriented Design (OOD) mendefinisikan seluruh tipe objek yang
saling berkomunikasi dengan pengguna dan peralatan dalam sistem, serta
menggambarkan
bagaimana
objek
tersebut
berinteraksi
untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dan memperjelas definisi dari setiap tipe
objek sehingga objek-objek tersebut dapat diimplementasikan dalam
bahasa yang khusus.
3. Object-Oriented
Programming
(OOP)
menuliskan
pernyataan-
pernyataan dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan tipe objek
apa saja yang bekerja untuk penyelesaian suatu kegiatan termasuk ke
dalam hubungan antara objek tersebut.
2.10. Unified Modelling Language (UML)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 61), UML adalah suatu set
standard pembuatan sistem berbasis object oriented yang terdiri dari notasinotasi tertentu. Menurut Rama dan Jones (2009: 78), UML merupakan suatu
bahasa yang digunakan menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan
mendokumentasikan suatu sistem informasi.
2.10.1. Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 141) "Activity diagram
merupakan salah satu tipe dari diagram alur yang menjelaskan aktiftasaktifitas yang dilakukan oleh user dan urutan alur kerjanya secara
sekuensial".
30
Gambar 2.1 Simbol dalam Activity Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 142)
2.10.2. Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 242), "Use case diagram
adalah diagram yang menunjukkan peranan user dan cara bagaimana user
berinteraksi dengan sebuah sistem".
Gambar 2.2 Use Case Sederhana dengan Aktor
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 243)
2.10.3. Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 17), "Use case
description dibuat untuk memperjelas bagaimana uraian langkah-langkah
yang terdapat di dalam use case diagram". Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, use case diagram dapat membantu untuk mengidentifikasi
berbagai macam proses yang dilakukan oleh user dan apa yang harus sistem
31
baru lakukan untuk mendukung kerja user tersebut. Tetapi dalam pembuatan
sistem mengharuskan kita untuk mengetahui gambaran lebih detail dari use
case diagram tersebut, oleh karena itu perlu dibuat sebuah use case
description.
Ada 3 jenis dari use case description yaitu :
1. Brief Description : Merupakan use case description yang paling
sederhana. Brief Description dapat digunakan untuk use case yang
sangat sederhana, maksud dari use case yang sangat sederhana
disini berarti sistem yang digambarkan oleh use case tersebut tidak
besar dan aplikasi yang mendukung sistem tersebut dapat dengan
mudah dimengerti.
2. Intermediate Description : Merupakan use case description
pengembangan dari brief description yang mencakup alur aktifitas
dari use case. Hal-hal yang bersifat pengecualian dapat ditulis jika
diperlukan.
3. Fully Developed Description : Merupakan use case description
yang paling lengkap. Walaupun membutuhkan waktu lebih banyak
untuk dapat membuat fully developed description ini, tetapi metode
ini yang sangat dianjurkan untuk menggambarkan alur aktifitas dari
sebuah use case.
2.10.4. Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 60), "Class diagram
merupakan suatu bentuk pemodelan grafis yang digunakan dalam
pendekatan object-oriented yang menunjukkan kelas dari sebuah objek
yang digunakan di dalam sebuah sistem".
Dalam jurnalnya yang berjudul A Model Transformation Approach for Code
Generation From State Machine Diagram, Brahim Bousetta (2013) mengatakan
“Class diagram merupakan diagram yang memberikan pengembang sistem
kemampuan untuk melihat sistem berdasarkan komponen-komponen yang
dimiliki sistem tersebut sehinggga memperbolehkan pemodelan berdasarkan
objek yang sebenarnya“
32
Gambar 2.3 Contoh Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 60)
2.10.5. System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 242), "System sequence
diagram merupakan adalah diagram yang menunjukkan alur pesan yang
digambarkan secara sekuensial antara pihak eksternal dan sistem yang
mengacu terhadap use case atau scenario yang telah dibuat".
Gambar 2.4 Contoh System Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 253)
2.10.6. Three Layer Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 319), "Di dalam
pembuatan sebuah sistem, kita juga harus mendesain class yang
berhubungan dengan user interface dan juga merancang class yang
berhubungan dengan data access jika diperlukan". Di dalam three layer
sequence diagram ini akan menggambarkan bagaimana hubungan antara
view layer dan data access layer. View layer merupakan layer yang
33
menggambarkan
interaksi
antara
manusia
dan
komputer
sehingga
dibutuhkan sebuah user interface untuk setiap use case-nya, sedangkan
fungsi dari data access layer adalah sebagai database untuk menyimpan
semua data dan informasi yang dilakukan oleh user terhadap sebuah
sistem.
Gambar 2.5 Contoh Three Layer Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 435)
2.10.7. Updated Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010: 457) "Updated design
class diagram merupakan pengembangan lebih lanjut dari design class
diagram dimana di dalam design class diagram tersebut terdapat informasi
berupa method yang didapat setelah pembuatan sequence diagram".
34
Gambar 2.6 Contoh Updated Design Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 458)
2.10.8. Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 459), "Package Diagram
di dalam UML merupakan diagram tingkat tinggi yang memungkinkan
pembuat sistem untuk menyatukan class yang mempunyai karakteristik
yang sama di dalam satu tempat.
35
Gambar 2.7 Contoh Package Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 459)
2.10.9. User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 531) "User Interface
merupakan salah satu bagian dari sistem informasi yang membutuhkan
interaksi dari user untuk memberikan input terhadap suatu sistem, sehingga
sistem tersebut dapat menghasilkan output yang berguna bagi suatu
lingkungan organisasi atau perusahaan".
Untuk membuat sebuah user interface yang baik harus mengacu pada 8
aturan emas atau eight golden rules seperti yang telah dikemukakan oleh
Ben Schneiderman yaitu :
1. Strive For Consistency
Membuat tampilan user interface yang konsisten merupakan salah satu
hal terpenting dalam pembuatan design user interface tersebut. Cara
36
bagaimana informasi disusun dalam sebuah form, ukuran dan bentuk dari
sebuah icon, dan urutan langkah-langkah pengerjaan yang dapat
diakukan di dalam sebuah user interface harus lah konsisten.
Hal ini dikarenakan manusia merupakan creatures of habit. Sekali
seorang manusia belajar tentang suatu hal, maka akan sangat sulit bagi
manusia untuk merubah pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya.
Jika terdapat aplikasi baru yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang
telah dipelajari manusia sebelumnya, maka manusia tidak akan senang
dan kurang memberikan respek yang lebih terhadap aplikasi tersebut.
2. Enable Frequent Users To Use Shortcuts
User yang bekerja dengan menggunakan satu aplikasi dalam satu hari
penuh akan menghabiskan waktunya untuk belajar mengenai shortcuts.
Mereka akan sangat cepat bosan dengan deretan menu yang banyak dan
berbagai macam kotak dialog yang muncul ketika mereka ingin
menjalankan suatu perintah tertentu.
Oleh karena itu para pembuat sistem harus memberikan shortcut di
dalam aplikasi mereka yang berguna untuk mengurangi berbagai macam
kotak dialog yang timbul ketika user ingin menjalankan suatu perintah
tertentu. Selain itu, para pembuat sistem juga harus menyediakan fasilitas
macro yang berguna agar user dapat membuat shortcut sesuai dengan
keinginannya.
3. Offer Information Feedback
Sistem harus selalu memberikan umpan balik (feedback) setiap kali
seorang user berinteraksi dengan sistem tersebut. Hal ini dimaksudkan
agar user tersebut dapat mengetahui apakah segala hal yang
dilakukannya terhadap sebuah sistem telah diterima oleh suatu sistem
apa belum.
4. Design Dialogs To Yield Clossure
Setiap kotak dialog di dalam sebuah sistem harus diatur dengan urutan
sekuensial yang jelas, harus ada awal, tengah, dan akhir. Setiap tugas
yang di definisikan dengan tepat pasti mempunyai bagian awal, tengah,
dan akhir, sehingga dapat memudahkan user selama proses pengerjaan
tugas tersebut.
5. Offer Simple Error Handling
37
Kesalahan yang dilakukan oleh user dapat terjadi kapan saja. Oleh
karena itu sebuah sistem yang baik haruslah dapat menangani kesalahan
yang dilakukan oleh user tersebut. Penanganan kesalahan tersebut bisa
dilakukan dengan cara memberikan peringatan berupa kotak dialog,
sehingga user dapat mengetahui ketika melakukan suatu kesalahan dalam
menjalankan sebuah sistem.
6. Permit Easy Reversal Of Actions
User yang menggunakan sebuah sistem harus merasa bahwa ia dapat
melakukan segala macam bentuk interaksi dengan sistem tersebut dan
dapat mengulangi atau membatalkan interaksi tersebut tanpa mengalami
kesulitan.
Hal inilah yang membuat user dapat belajar mengetahui bagaimana
sebuah sistem tersebut berjalan, selain ini juga dapat mengurangi
kesalahan yang ditimbulkan selama proses penggunaan sistem karena
ketika user menyadari bahwa dia melakukan kesalahan, maka dia dapat
membatalkan perintah yang sudah dilakukan terhadap sistem tersebut.
7. Support Internal Locus Of Controls
User yang berpengalaman ingin merasa bahwa sistem yang mereka
gunakan dapat merespon segala perintah yang mereka berikan terhadap
sistem tersebut. Sistem harus dapat memenuhi segala macam keinginan
user.
8. Reduce Short-Term Memory Load
Setiap manusia mempunyai keterbatasan daya ingat yang pendek.
Manusia hanya dapat mengingat hanya beberapa informasi yang
diberikan di dalam suatu waktu tertentu. Seorang perancang sistem tidak
dapat berasumsi bahwa user dapat mengingat semua hal yang telah ia
lakukan terhadap suatu sistem. Oleh karena itu sebuah sistem harus dapat
mengatasi hal-hal yang menjadi kelemahan user tersebut.
2.11. Kerangka Berpikir
Setelah melakukan analisis yang sedang berjalan, namun ditemukan masalah.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan solusi penyelesaian dengan cara
membuat perancangan sistem baru dan kerangka konsep pemecahan masalah yang
telah diidentifikasi atau dirumuskan.
38
Dalam menentukan langkah-langkah tersebut, maka dibuat kerangka berpikir
dalam bentuk bagan sebagai berikut :
KERANGKA BERPIKIR
FASE PERANCANGAN
Penentuan Awal:
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Ruang Lingkup
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5. Metodologi Penelitian
6. Sistematika Penulisan
Metodologi Penelitian:
1. Studi Lapangan, terdiri dari:
- Wawancara
- Observasi
- Prosedur Analitis
2. Studi Kepustakaan
3. Metode Analisis dan Perancangan
FASE ANALISIS YANG BERJALAN
Teori yang digunakan:
1. Sistem Informasi Akuntansi Siklus
Pendapatan
2. Object-Oriented Analysis and
Design atau OOAD
Data-data yang dibutuhkan dalam
melakukan analisis:
1. Profil perushaan
2. Struktur organisasi beserta tugas
dan wewenang
3. Prosedur sistem yang sedang
berjalan
Metode Analisa dengan menggunakan Activity Diagram
Identifikasi masalah pada sistem yang berjalan
Rekomendasi solusi terhadap permasalahan yang ditemukan
FASE DESAIN YANG DIUSULKAN
Analisis dan identifikasi kebutuhan untuk sistem yang baru
Peracangan dengan OOAD berdasarkan dengan pendekatan Modelling and Requirements
Discipline dan Design discipline:
1. Inception :
3. Construction :
- Tahap awal
Data Structure
2. Elaboration :
User Interface
- Activity Diagram
4. Transition :
- Use Case Diagram
Deployment & Software Architecture
- Use Case Description
Completed
- Domain Class Diagram
- Multilayer Sequence Diagram
- Updated Class Diagram
- Package Diagram
Pembuatan sistem dengan bahasa pemrograman dan Database SQL Server
SIMPULAN DAN SARAN
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir
Download