BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian sistem menurut Stair dan Reynold (2010: 8), mengemukakan bahwa “Sistem adalah seperangkat elemen atau komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan.” Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 13), mengemukakan bahwa “Sistem adalah serangkaian elemen yang saling berhubungan, yang secara bersama-sama mencapai tujuan spesifik tertentu. Sistem harus memiliki tujuan organisasi yang saling berinteraksi, terintegrasi, dan terpusat.” Berdasarkan pengertian mengenai sistem di atas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu sasaran tertentu. 2.2. Pengertian Informasi Pengertian informasi menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 18), mengemukakan bahwa “Informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang berguna dalam kegiatan pengambilan keputusan.” Menurut Hall (2013: 110), mengemukakan bahwa “Informasi sering diartikan sebagai data yang diolah dimana informasi tersebut ditentukan oleh efeknya terhadap pengguna, bukan dari bentuk fisiknya.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data-data yang telah diolah agar dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan dan telah diatur maupun disajikan yang diproses untuk memberikan arti dalam kegiatan pengambilan keputusan. 2.3. Pengertian Sistem Informasi Pengertian sistem informasi menurut Dull dan Wheeler (2012: 12), mengemukakan bahwa “Sistem informasi adalah suatu sistem yang umumnya terdiri dari serangkaian komponen berbasis komputer dan komponen manual bertujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data untuk memberikan output informasi kepengguna.” Menurut Hall (2013: 5), mengemukakan bahwa “Sistem 7 8 informasi adalah serangkaian prosedur resmi di mana data tersebut dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pengguna.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi atau tergantung satu sama lain dan terpadu kombinasi dari pengguna, piranti keras, piranti lunak, komunikasi jaringan, dan sumber-sumber data yang mengumpulkan, memproses dan mendistribusikan informasi. 2.4. Sistem Informasi Akuntansi Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Considine, Olsen, Speer, dan Lee (2010: 14), mengemukakan bahwa “Sistem informasi akuntansi menunjukan sebagai teknologi aplikasi untuk dapat mengambil, memverifikasi, menyimpan, memisahkan dan melaporkan data yang berhubungan dengan aktifitas organisasi atau perusahaan.” Menurut Soudani (2012: 1) adalah “Tool which, when incorporated into the field of information and technology system, are designed to help in the management and control of topics related to organization’ economic-financial area”, yang berarti sistem informasi akuntansi adalah suatu alat bantu dimana tergabung dalam area sistem informasi dan teknologi yang dirancang untuk membantu pihak pengelola perusahaan serta mengontrol organisasi dalam sisi keuangan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi atau SIA merupakan suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis, dan mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan bagi pihak dalam dan luar perusahaan. 2.4.1. Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Rommey dan Steinbart (2009: 28-29), mengemukakan bahwa “SIA terdiri dari enam komponen, yaitu : 1. Orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam fungsi. 9 2. Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis yang terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas organisasi. 3. Data, tentang organisasi dan proses bisnisnya. 4. Software yang digunakan untuk memproses data organisasi. 5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan di sekelilingnya dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan menyimpan, memproses dan mengirimkan data dan informasi. 6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan dan mengamankan data dalam SIA.” Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 9), mengemukakan bahwa "Komponen dalam SIA adalah : 1. Teknologi. 2. Database. 3. Pelaporan. 4. Kontrol. 5. Operasi Bisnis. 6. Pengolahan Acara. 7. Pengambilan Keputusan Manajemen. 8. Pengembangan Sistem dan Operasi 9. Komunikasi. 10. Prinsip-Prinsip Audit Akuntansi." Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komponenkomponen SIA merupakan isi yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan membentuk satu kesatuan dalam suatu struktur bangunan sistem informasi untuk mencapai tujuan unsur dan komponen ini adalah bagian dari sistem manual atau komputerisasi. 2.4.2. Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Dari penelitian oleh Soudani (2012: 141) yang diterbitkan ke dalam jurnal penelitian mengemukakan bahwa : 1. SIA ditemukan menjadi variabel yang paling mempengaruhi kinerja keuangan. Ini menjelaskan bahwa SIA merupakan faktor yang paling 10 penting dalam perusahaan yang terdaftar di Dubai Financial Market atau DFM. 2. Ditemukan bahwa kinerja keuangan dan manajemen kinerja berpengaruh pada kinerja organisasi. Ini berarti bahwa kinerja keuangan dan manajemen kinerja yang efektif dalam membangun kinerja organisasi. 3. SIA ditemukan bahwa faktor penting dalam membangun kinerja organisasi melalui pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data keuangan dan akuntansi untuk dievaluasi oleh dampaknya terhadap kualitas peningkatan proses pengambilan keputusan, informasi akuntansi, evaluasi kinerja, pengawasan internal dan memfasilitasi transaksi perusahaan 4. Tidak ada hubungan antara SIA dan manajemen kinerja. Ini berarti bahwa ada beberapa hambatan yang menyebabkan pelaksanaan SIA pada manajemen kinerja pada perusahaan yang terdaftar di DFM Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan SIA bagi perusahaan akan mengarahkan adanya suatu kinerja ekonomi dan keuangan yang semakin lebih baik. 2.5. Pengertian Siklus Pendapatan Menurut Hall (2011: 146) siklus pendapatan adalah siklus perusahaan menjual barang atau jasa ke pelanggan dimana terdiri dari proses penerimaan kas dari penjualan, penjualan kredit dan penerimaan kas dari penagih piutang. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa siklus pendapatan merupakan gabungan dari aktivitas bisnis yang terkait dalam pengaturan dan pengolahan informasi dari penerimaan pesanan dari pelanggan, pengiriman barang atau jasa, proses penagihan sampai pengumpulan pembayaran kas dari hasil penjualan tersebut. 2.5.1. Sistem Terkait Siklus Pendapatan Menurut Mulyadi (2010: 16) sistem yang terkait dalam siklus pendapatan suatu perusahaan baik jasa ataupun barang terbagi ke dalam tiga sistem besar sesuai kegiatan siklus pendapatannya, yaitu : 1. Sistem Penjualan Sistem penjualan menurut Mulyadi (2010: 202) terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, dalam bentuk kredit ataupun tunai. Bila 11 transaksi terjadi secara tunai, maka barang ataupun jasa akan diberikan setelah perusahaan menerima kas dari pelanggannya. Bila transaksi terjadi secara kredit maka bila perusahaan telah mengirimkan barang atau menyelesaikan jasanya maka perusahaan memiliki piutang pada pelanggannya. Dalam penjualan secara kredit perusahaan mempunya tagihan kepada pembeli tersebut. Untuk menghindari piutang yang tidak tertagih, maka perusahaan dapat melakukan analisis terlebih dahulu pada pembeli agar dapat menilai kemampuan pembeli tersebut. Dalam melakukan penjualan secara kredit berikut bagian pada perusahaan yang terkait : a. Bagian Penjualan, fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan order dari pelanggan. Fungsi ini juga dapat melakukan perubahan-perubahan pada order pelanggan serta menambahkan informasi tentang pelanggan bila diperlukan. Namun, fungsi ini tidak dapat membatalkan penjualan atau kontrak yang sudah disepakati ataupun merubah nomor faktur kontrak atau penjualan. b. Bagian Kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penilaian dan penelusuran rekam jejak dari pelanggan. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pelanggan dapat melunasi kreditnya atau tidak, sehingga dapat ditentukan apakah perusahaan akan menjual barangnya kepada pelanggan tersebut atau tidak. c. Bagian Gudang, fungsi ini pada perusahaan jasa tidak terkait. Namun, pada perusahaan barang terkait menyiapkan barang dan menyerahkan kepada bagian pengiriman d. Bagian Pengiriman, fungsi ini bertanggung jawab atas pengiriman barang sampai kepada tangan pelanggan. Namun, pada perusahaan jasa tidak selalu terkait. e. Bagian Pengerjaan, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelesaikan jasa yang disepakati pada kontrak. Seperti, kontrak konstruksi, kontrak peminjaman alat berat, kontrak pengiriman suplai barang. 12 f. Bagian Penagihan, fungsi ini bertanggung jawab dalam membuat serta mengirimkan tagihan atau faktur atas kontrak atau barang yang selesai dikirmkan atau dikerjakan. Selain itu bagian ini bertanggung jawab untuk membuat salinan tagihan atau faktur untuk kepentingan pencatatan bagian akuntansi. g. Bagian Akuntansi, fungsi ini bertanggung jawab dalam mencatat segala piutang yang timbul atas penjualan secara kredit, mengirimkan pernyataan piutang pada debitur, serta membuat laporan atas penjualan yang terjadi pada periode tertentu. 2. Sistem Piutang Sistem piutang Menurut Mulyadi (2010: 16) dibuat agar dapat mencatat transaksi bertambah atau berkurangnya piutang. Piutang timbul dari transaksi yang terjadi secara kredit. Piutang dapat berkurang dengan transaksi penerimaan kas dari piutang. 3. Sistem Penerimaan Kas Menurut Mulyadi (2010: 455) bagian yang terkait dengan penerimaan kas pada dasarnya terbagi kedalam dua sumber utama yaitu : a. Penerimaan Kas Atas Penjualan Tunai Bagian yang terkait di dalam penjualan dengan transaksi tunai adalah sebagai berikut : i. Bagian penjualan bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, menyerahkan mengisi faktur faktur tersebut penjualan kepada tunai, pembeli dan untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas. ii. Bagian kas bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli. iii. Bagian gudang bertanggung jawab menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman. iv. Bagian pengiriman, bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli. 13 v. Bagian Akuntansi, bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuatan laporan penjualan atas transaksi yang terjadi. b. Penerimaan Kas Atas Penjualan Piutang Bagian yang terkait penjualan secara piutang adalah sebagai berikut : i. Bagian sekretariat, bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan dari debitur perusahaan. ii. Bagian penagihan, bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. iii. Bagian kas, bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dalam jumlah penuh ke bank. iv. Bagian akutansi, bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang. v. Bagian pemeriksa intern, bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan kas yang ada ditangan bagian kas secara periodik. 2.5.2. Prosedur Terkait Siklus Pendapatan Menurut Romney dan Steinbart (2008: 356-371) prosedur yang terkait dalam siklus pendapatan sebagai berikut : 1. Sales Order Entry atau Prosedur Penerimaan Pesanan. Kegiatan pada siklus pendapatan suatu perusahaan dimulai dari prosedur penerimaan pesanan kepada pelanggan. Prosedur penerimaan pesanan kepada pelanggan sendiri terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : a. Taking Customer Order, merupakan tahap pertama dalam prosedur penerimaan pesanan yaitu, data pesanan pelanggan dicatat kedalam sales order yang berupa nomor barang, jumlah barang, harga dan keterangan penjualan lainnya. Dalam pendapatan jasa dapat berupa bentuk kontrak yang diinginkan, nomor kontrak, dan nilai kontrak. 14 b. Credit Approval, untuk penjualan secara kredit, maka pelanggan harus melalui tahapan prosedur persetujuan batas kredit tertentu terlebih dahulu, artinya batasan kredit untuk seorang pelanggan harus disetujui terlebih dahulu sebelum melakukan proses lebih lanjut. Penentuan batasan kredit seorang pelanggan tergantung dapat ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan berdasarkan track record para pelanggannya atau dapat melihat pada jenis perusahaan yang sama. c. Checking Inventory Availability, merupakan tahap untuk mengecek ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan untuk kemudian diinformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman pesanan pelanggan. Dalam perusahaan jasa tahapan ini tidak diperlukan namun digantikan dengan pengecekan kemampuan penyelesaian kontrak. 2. Billing atau Prosedur Penagihan. Kegiatan selanjutnya setelah proses pengiriman barang adalah berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses ini terdiri dari 2 tahap, yaitu : a. Invoicing, merupakan tahap pemrosesan informasi yang di kumpulkan kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai pada kegiatan pengiriman. Tahap ini menggunakan dokumen sales invoice yang menegaskan pada pelanggan mengenai jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan dan kemana pelanggan harus mengirimkan pembayaran. b. Maintain Accounts Receivable, merupakan tahap dimana fungsi piutang yaitu menggunakan informasi dalam invoice untuk men-debit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Untuk mengendalikan piutang yaitu dengan Open Invoice Method, di mana pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing-masing invoice. Biasanya, terdapat 2 rangkap invoice yang akan di kirimkan kepada pelanggan dimana 1 rangkap 15 akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini dinamakan remittance advice. 3. Cash Collection (Proses Penerimaan Kas) Kegiatan siklus pendapatan diakhiri dengan penerimaan kas dari pelanggan. Pada kegiatan ini bagian kasir akan melaporkan penerimaan, menangani remittance pelanggan dan menyetorkan uang yang diterimanya ke bank. Namun, pada praktiknya tidak selalu bagian kasir yang menyetorkan uang ke bank. Hal ini tergantung pada kebijakan perusahaan. Pada dasarnya prosedur penerimaan kas terbagi kedalam dua tipe penerimaan untuk proses penjualan tunai dan kredit, sebagai berikut : a. Prosedur Urutan Penerimaan Kas Penjualan Tunai i. Prosedur Order Penjualan Bagian penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran kepada bagian kasir dan untuk memungkinkan bagian gudang dan bagian pengiriman menyiapkan barang yang akan dikirimkan kepada pembeli. ii. Prosedur Penerimaan Kas Bagian kas menerima pembayaran barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari bagian pengiriman. iii. Prosedur Penyerahan Barang Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. Bagian akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Disamping itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang dari kartu persediaan. b. Prosedur Urutan Penerimaan Kas Penjualan Kredit atau Piutang 16 i. Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan. ii. Bagian penagihan mengirimkan penagih yang merupakan karyawan perusahaan untuk melakukan penagihan kepada debitur. iii. Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari debitur. iv. Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kas. v. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang. vi. Bagian kas mengirimkan kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur. vii. Bagian kas menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas nama tersebut dilakukan persetujuan oleh pejabat yang berwenang. viii. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur. 2.6. Perlakuan Akuntansi dalam Siklus Pendapatan Dalam siklus pendapatan akan menimbulkan keuntungan secara ekonomi kepada perusahaan, sehingga pada siklus ini tentunya akan timbul pencatatan jurnal akuntansi terkait kegiatan ekonomis perusahaan. Fungsi dari jurnal-jurnal akuntansi ini sendiri terutama agar perusahaan dapat mengetahui kondisi ekonomis perusahaan secara tepat dan akurat. Oleh karena itu perlakuan akuntansi pada siklus akuntansi sangatlah penting. 2.6.1. Pengakuan Pendapatan Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 954), prinsip pengakuan pendapatan di dalam akuntansi adalah pendapatan dapat diakui apabila pendapatan tersebut memiliki kemungkinan dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi perusahaan dan keuntungan tersebut dapat diukur dengan handal atau wajar. Terdapat empat jenis pengakuan pendapatan tergantung dari jenis transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap jenis transaksi tentunya mempunyai prinsip 17 pengakuan pendapatan yang berbeda. Berikut jenis dari prinsip pengakuan pendapatan : 1. Perusahaan mengakui pendapatan dari hasil penjualan produk pada saat tanggal penjualan barang. 2. Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, ketika jasa tersebut sudah dilaksanakan dan dapat ditagih. 3. Perusahaan mengakui pendapatan dari penggunaan pihak ketiga dalam penggunaan aset mereka, seperti bunga, sewa, dan royalti, ketika pihak ketiga tersebut telah selesai menggunakan aset tersebut atau pada saat aset tersebut digunakan. 4. Perusahaan mengakui pendapatan pada tanggal penjualan aset ketika mendapatkan keuntungan atas penjualan aset diluar kegiatan bisnis utama perusahaan. 2.6.2. Pengakuan Pendapatan Atas Jasa Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 977), pengakuan pendapatan atas jasa sedikit memiliki perbedaan atas pengakuan pendapat lain. Pengakuan pendapatan atas kegiatan jasa harus memiliki 4 kriteria utama sehingga dapat diakui sebagai pendapatan. Kriteria pengakuan pendapatan terseubut adalah : 1. Pendapatan tersebut harus dapat diukur. 2. Memungkinkan timbulnya keuntungan ekonomis bagi perusahaan. 3. Urutan langkah penyelesaian suatu jasa harus dapat diukur. 4. Biaya yang timbul selama pengerjaan jasa harus dapat diukur Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 980), kegiatan proses bisnis pada perusahaan jasa merupakan kejadian yang perlu diperhatikan dalam pengakuan pendapatan atas jasa. Suatu transaksi jasa hanya terdiri dari satu langkah pengerjaan saja, maka pendapatan dapat diakui pada saat pengerjaan jasa tersebut dilakukan. Ketika suatu jasa mempunyai beberapa langkah dalam pengerjaannya, maka pendapatan harus diakui tergantung pada saat waktu terjadinya sebuah langkah pengerjaan tersebut dilakukan. Metode ini dapat diterapkan di dalam tiga kondisi yang berbeda yaitu : 1. Specified number of identical or similar acts Jumlah pendapatan yang sama dicatat pada saat tindakan yang diharapkan menghasilkan pendapatan tersebut dilakukan. 2. Specified number of defined but not identical acts 18 Pendapatan diakui dengan menggunakan metode percentage-ofcompletion basis menggunakan beberapa aturan tambahan yang disesuaikan seperti biaya yang telah dikeluarkan untuk pengerjaan suatu jasa dengan total biaya untuk menetukan presentasi penyelesaian. 3. Unspecified number of identical acts or similar acts with a fixed period for performance Pendapatan diakui dengan menggunakan metode straight-line basis dalam periode tertentu atau bisa saja menggunakan metode lain jika ditemukan bukti yang lebih pas untuk menangani pola ini. 2.6.3. Pengertian Piutang Piutang adalah jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari seseorang atau perusahaan lain. Menurut Weygeandt, Kieso, & Kimmel (2012: 416), "Piutang sering kali digolongkan menjadi 3 macam yaitu : 1. Piutang usaha : Piutang yang timbul akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Wesel Tagih : Surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentik pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang berutang untuk membayar bunga. 3. Piutang Lain-lain : Merupakan piutang yang tidak termasuk dari kedua jenis piutang diatas. Contoh dari piutang lain-lain adalah piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, dan restitusi pajak penghasilan." 2.6.4. Piutang Pada Siklus Pendapatan Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 347) piutang adalah suatu aset keuangan sekaligus instrumen keuangan, dimana piutang dapat ditagih kepada pelanggan atau orang lain yang terkait dalam transaksi dalam bentuk uang, barang atau jasa. Secara finansial perusahaan dapat menggolongkan piutang sebagai piutang jangka pendek ataupun piutang jangka panjang. Lebih lanjut dalam pelaporan keuangan piutang dapat digolongkan dalam tiga golongan berikut : 19 1. Piutang usaha : Piutang yang timbul akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Wesel Tagih : Surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentik pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang berutang untuk membayar bunga. 3. Piutang Lain-lain : Merupakan piutang yang tidak termasuk dari kedua jenis piutang diatas. Contoh dari piutang lain-lain adalah piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, dan restitusi pajak penghasilan. 2.6.5. Jurnal Akuntansi Pada Siklus Pendapatan Pada siklus pendapatan terdapat beberapa jurnal akuntansi yang dapat terjadi terkait dengan proses bisnis dan pengakuan atas pendapatan. Menurut Yulius (2012: 23), pada siklus pendapatan jasa umumnya terdapat dua jurnal yang terjadi pada suatu transaksi yaitu jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Jurnal penjualan bertujuan untuk mencatat semua transaksi penjualan barang dagang atau pendapatan lain yang dilakukan secara kredit yang menimbulkan piutang dagang pada si penjual. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 349) di dalam akuntansi komersial suatu penjualan secara kredit akan dicatat sebagai berikut : Piutang Usaha xxxx Pendapatan Jasa xxxx Saat penerimaan kas dari pelanggan atas piutang akan terbentuk jurnal akuntansi penerimaan kas. Jurnal penerimaan kas berfungsi untuk mencatat segala pemasukan atau penerimaan kas secara tunai yang berhubungan dengan usaha dagang. Jurnal penerimaan kas akan dicatat sebagai berikut : Kas xxx Piutang Usaha xxx 2.6.6. Penyisihan Piutang tidak tertagih Menurut Waluyo (2012: 83), terdapat dua cara dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih yaitu : 1. Atas dasar saldo piutang 20 a. Dilakukan dengan menetapkan suatu presentase terhadap saldo piutang rata-rata atau golongan unsur piutang pada akhir periode, misalnya : Saldo piutang per 8 agustus 2013 sebesar Rp 10.000.000,- dan saldo piutang per 31 desember 2013 Rp 20.000.000,- diasumsikan penyisihannya 10%. Besarnya penyisihan piutang tdak tertagih dihitung sebagai berikut : Saldo piutang rata-rata = (Rp 10.000.000,- + Rp 20.000.000,-) / 2 = Rp 15.000.000,Penyisihan piutang tidak tertagih = 3% x Rp 15.000.000,- = Rp 4.500.000,b. Apabila dasar yang digunakan adalah golongan umur piutang pada akhir periode, maka pada akhir periode, maka perusahaan harus membuat daftar umur piutang atau aging schedule of receivable seperti contoh berikut : Tabel 2.1 Contoh Aging Schedule of Receivable No Nama Klien Umur Piutang (hari) 1 – 30 1 PT A 2 PT B 3 PT C 4 PT D Total Total 31 – 60 61 – 90 >90 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 40.000.000 Dari daftar umur piutang di atas kemudian diolah dan diklasifikasikan sesuai presentase piutang tidak tertagih seperti contoh berikut : Tabel 2.2 Contoh Percentage of Doubtful Accounts Kelompok umur Saldo piutang piutang Persentase tidak Jumlah penyisihan tertagih 1 – 30 10.000.000 1 % 100.000 31- 60 10.000.000 2 % 200.000 61-90 10.000.000 5 % 500.000 > 90 10.000.000 10 % 1.000.000 Total 40.000.000 1.850.000 21 Dari perhitungan tersebut, maka besarnya penyisihan piutang tidak tertagih perusahaan sebesar Rp 1.850.000,2. Atas dasar saldo penjualan Seperti cara sebelumnya, cara ini juga dilakukan dengan menetapkan presentase tertentu terhadap penjualan. Dasar yang digunakan dapat menggunakan penjualan kredit atau total penjualan. Sebagai contoh, total penjualan kredit tahun 2012 Rp 10.000.000. Presentase penyisihan yang ditetapkan perusahaan 2% dari penjualan. Besarnya saldo penyisihan piutang tidak tertagih (2% x Rp 10.000.000) = Rp 200.000, sedangkan biaya piutang tidak tertagih juga sama yaitu (2% x Rp 10.000.000) = Rp 200.000. 2.6.7. Prinsip Pemberian Kredit Menurut Kasmir (2008, 95), "Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C, yaitu : 1. Character Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus dapat dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang yang bersikap pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya. Informasi mengenai calon debitur dapat diperoleh dengan cara bekerjasama dengan kalangan perbankan maupun kalangan bisnis lainnya. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat menyurat atau koresponden antar bank yang dikenal dengan bank informasi, termasuk permohonan resmi kepada Bank Indonesia (BI) untuk memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki. 2. Capacity 22 Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan seperti neraca dan laporan rugi laba dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. 5. Condition Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus dinilai sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor yang dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. 2.6.8. Risiko Pelaksanaan Siklus Pendapatan Menurut Rama dan Jones (2009: 137) mengemukakan bahwa “Menilai risiko pelaksanaan yang umum untuk dua siklus pendapatan adalah sebagai berikut : 1. Penyerahan barang dan jasa a. Diperbolehkannya penjualan atau layanan yang tidak terotorisasi. b. Penjualan atau layanan jasa yang terotorisasi tidak terjadi, terlambat, atau digandakan tanpa sengaja c. Jenis barang atau jasa salah d. Kuantitas atau kualitas salah e. Pelanggan atau alamat salah 2. Penerimaan kas 23 a. Kas tidak diterima atau terlambat diterima b. Jumlah kas yang diterima salah Lima langkah yang bermanfaat dalam pemahaman dan penentuan risiko pelaksanaan : 1. Dapatkan pemahaman mengenai proses organisasi. 2. Identifikasikan barang atau jasa yang diberikan dan kas yang diterima yang tergolong berisiko. 3. Nyatakan kembali setiap risiko umum untuk menjelaskan risikopelaksanaan dengan lebih tepat untuk proses tertentu yang dipelajari.Keluarkan setiap risiko yang tidak relevan atau jelas-jelas tidak material. 4. Beri penilaian terhadap signifikansi risiko-risiko yang tersisa. 5. Untuk risiko yang signifikan, identifikasikan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko. Kejadian dalam proses tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini secara sistematis. 2.7. Perusahaan Jasa Menurut Yulius (2012: 3), "Perusahaan jasa adalah sebuah badan usaha yg bergerak secara utama dalam penyampaian jasa pada konsumen dan tidak memproduksi atau menjual barang secara langsung terhadap konsumen” Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan dagang umumnya terletak pada bidang usahanya. Perusahaan jasa tidak menjual barang secara langsung pada konsumen, sementara perusahaan dagang sebaliknya. Perusahaan dagang memiliki persediaan barang dagang awal dan akhir yang akan dijual pada konsumen, sementara perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang dagang tersebut. 2.7.1. Sumber dan Dasar Pencatatan Keuangan Perusahaan Jasa Menurut Yulius (2012: 3) ada dua macam sumber dan dasar pencatatan keuangan yang dapat digunakan di dalam pencatatan keuangan perusahaan yaitu : 1. Sumber Internal Sumber dan bukti transaksi ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan sendiri. Salah satu lembar karbon kopi nya biasanya diserahkan pada pihak luar yang terkait dalam suatu transaksi. Ada beberapa macam bukti transaksi internal yang dikenal yaitu : a. Bukti kas masuk dan keluar 24 Bukti kas masuk mengindikasikan perusahaan telah menerima sejumlah uang dari pihak luar. Misalnya, konsumen membayar jasa yang telah diberikan oleh suatu perusahaan. Bukti kas keluar mencatat arus kas yang keluar dari perusahaan untuk pihak keluar. Misalnya, perusahaan membayar supplier atau pemasok untuk pembelian perlengkapan kantor. b. Memo Memo adalah surat internal kantor yang dikeluarkan oleh seseorang untuk menginstruksikan sesuatu. Misalnya, manajer pemasaran mengirimkan memo instruksi pemasangan iklan beserta biayanya kepada karyawannya. 2. Sumber Eksternal Merupakan sumber dan bukti transaksi eksternal yang berkaitan dengan transaksi yang berhubungan dengan pihak luar. Ada beberapa macam bukti transaksi eksternal yaitu : a. Kuitansi Kuitansi adalah lembaran bukti penerimaan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pihak penerima uang. Pihak penerima harus memberikan tanda tangannya sebagai bukti bahwa uang telah mereka terima. b. Nota Nota merupakan bukti aras pembayaran secara tunai. Misalnya pembelian barang secara tunai di suatu toko, Nota terbagi atas dua macam yaitu : i. Nota Kredit : Nota yang dibuat oleh penjual bila barang yang dibeli rusak atau tidak sesuai dengan permintaan pembeli. Penjual mengeluarkan nota ini sebagai pentuk persetujuan untuk menerima barang yang rusak atau tidak sesuai tersebut. ii. Nota Retur : Nota yang dibuat oleh pembeli apabila barang yang dibeli rusak atau tidak sesuai dengan permintaan mereka c. Faktur 25 Faktur adalah bukti pembelian atau penjualan barang dan jasa yang terjadi secara kredit atau tidak dilakukan secara tunai dan menimbulkan utang-piutang. Faktur dibagi atas dua macam yaitu : i. Faktur Penjualan : Faktur yang dikeluarkan oleh penjual atas penjualan suatu barang yang dilakukan secara kredit. ii. Faktur Pembelian : Faktur yang dikeluarkan oleh pembeli atas pembelian suatu barang yang dilakukan secara kredit. 2.7.2. Transaksi Perusahaan Jasa Semua perusahaan jasa pada dasarnya menjalankan proses akuntansi yang sama. Hal yang membedakan setiap perusahaan tersebut ialah jenis perusahaannya. Alasannya, setiap perusahaan mempunyai kegiatan yang berbeda-beda. Transaksi yang biasa dilakukan oleh perusahaan jasa adalah : 1. Investasi oleh pihak pemilik atau calon pemilik 2. Pembelian peralatan dan perlengkapan secara tunai atau kredit 3. Menerima pendapatan dari penjualan jasa 4. Membayar macam-macam beban 5. Menerima piutang 2.8. Pengertian Pengendalian Internal Dalam jurnalnya yang berjudul Internal Control for the revenue cycle : a checklist for the consumer products industry, Tim heinze (2010) mengatakan bahwa “Siklus pendapatan merupakan salah satu bagian utama yang penuh dengan kecurangan dan penyalahgunaan, sehingga dibutuhkan pengendalian internal yang kuat” Menurut Rama dan Jones (2009: 132) mengemukakan bahwa “Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut : efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturanyang berlaku.” Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 300) mengemukakan bahwa “Pengendalian Internal terdiri dari semua metode terkait dan pengukuran yang diadopsi dalam sebuah organisasi untuk menjaga aset-asetnya, meningkatkan 26 keandalan dalam pencatatan akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, dan memastikan bahwa organisasi mematuhi hukum dan peraturan yang ada.” Berdasarkan pengertian mengenai pengendalian sistem di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Selain itu juga dapat mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. 2.8.1. Komponen Pengendalian Internal Menurut Rama dan Jones (2009: 134), mengemukakan bahwa “Dalam laporan Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian internal : 1. Lingkungan pengendalian Mengacu pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian. Faktorfaktor ini meliputi integritas, nilai-nilai etika, serta filosofi dan gaya operasi manajemen. Meliputi cara manajemen memberikan liputan wewenang dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan karyawannya, serta perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi. 2. Penentuan risiko Merupakan identifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian internal. 3. Aktivitas pengendalian Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk mencapai risiko. Aktivitas pengendalian meliputi hal-hal berikut : a. Penelaahan kinerja, merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup analisis kinerja, misalnya melalui perbandingan hasil aktual dengan anggaran, proyeksi standar, dan data periode lalu. b. Pemisahan tugas mencakup pembebanan tanggung jawab untuk otorisasi transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan pemeliharaan aset kepada karyawan yang berbeda-beda. c. Pengendalian aplikasi diterapkan pada masing-masing aplikasi sistem informasi akuntansi. 27 d. Pengendalian umum adalah pengendalian yang berkaitan dengan banyak aplikasi. 4. Informasi dan komunikasi Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomasi dan manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi penyediaan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu. 5. Pengawasan. Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan. 2.8.2. Prinsip Aktivitas Pengendalian Internal Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 300-307) mengemukakan bahwa "Aktivitas pengendalian adalah tulang punggung dari upaya perusahaan untuk mengatasi risiko yang dihadapi, seperti penipuan. Aktivitas pengendalian khusus yang digunakan oleh setiap perusahaan akan berbeda-beda, tergantung pada penilaian manajemen terhadap risiko yang dihadapi. Enam prinsip kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut : 1. Establishing of responsibility Yang penting dari pengendalian internal adalah untuk memberikan tanggung jawab kepada karyawan yang spesifik. Pengendalian yang paling efektif bila hanya satu orang yang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Menetapkan tanggung jawab sering membutuhkan pembatasan akses hanya untuk personil yang berwenang, dan kemudian mengidentifikasi personel itu. 2. Segregation of duties Pemisahan tugas sangat diperlukan dalam sistem pengendalian internal. Terdapat dua aplikasi umum dari prinsip ini : a. Individu yang berbeda harus bertanggung jawab untuk aktivitas yang terkait. b. Tanggung jawab pencatatan untuk aset harus terpisah dari penyimpanan fisik aset tersebut. 3. Documentation procedures Mendokumentasikan merupakan bukti bahwa transaksi dan peristiwa telah terjadi. Perusahaan harus menetapkan prosedur untuk dokumen. 28 Pertama, bila memungkinkan perusahaan harus menggunakan dokumen yang diberi nomor urut, dan semua dokumen harus dicatat. Kedua, sistem pengendalian harus meminta karyawan memberikan semua dokumen sumber untuk dicatat dalam akuntansi oleh bagian akuntansi. 4. Physical controls Penggunaan pengendalian fisik sangat penting. Pengendalian fisik berhubungan dengan pengamanan aset dan meningkatkan akurasi dan keandalan catatan akuntansi. 3. Independent internal verification Kebanyakan sistem pengendalian internal menentukan verifikasi internal independen. Prinsip ini melibatkan tinjauan data yang disusun oleh karyawan. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari verifikasi internal independen : a. Perusahaan harus memverifikasi catatan secara periodik atau tiba-tiba. b. Seorang karyawan yang tidak berhubungan dengan personil yang bertanggung jawab untuk informasi, harus membuat verifikasi. c. Perbedaan dan pengecualian harus dilaporkan ketingkat manajemen yang dapat mengambil tindakan perbaikan yang tepat. 4. Human resource controls Kegiatan pengendalian sumber daya manusia adalah sebagai berikut : a. Menjamin perlindungan terhadap karyawan yang memegang kas atau uang tunai. b. Memutar tugas karyawan dan meminta karyawan untuk mengambil liburan. c. Melakukan pemeriksaan keseluruhan latar belakang karyawan. 2.9. Pengembangan Sistem Berorientasi Objek Tidak hanya perkembangan teknologi saja, dalam suatu pengembangan sistem saat ini telah berkembang. Pengembangan yang biasa digunakan adalah pengembangan berorientasi struktur pemrograman, namun saat ini telah berkembang dengan adanya pengembangan sistem berorientasi objek. Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 60) menerangkan bahwa pendekatan object oriented approach adalah pendekatan pengembangan sistem dengan berpandangan pada objek sebagai implementasi bahasa atau lingkungan tertentu seperti individu terkait sistem, alur 29 transaksi bisnis. Ada juga interaksi antara objek tersebut yang saling berhubungan membentuk relasi-relasi tertentu. Terdapat tiga pendekatan berorientasi objek meninjau sistem informasi sebagai kumpulan dari objek-objek yang saling berinteraksi menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 60), yaitu : 1. Object-Oriented Analysis (OOA) mendefinisikan semua tipe objek yang melakukan suatu pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi apa saja yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan pekerjaanpekerjaan tersebut. 2. Object-Oriented Design (OOD) mendefinisikan seluruh tipe objek yang saling berkomunikasi dengan pengguna dan peralatan dalam sistem, serta menggambarkan bagaimana objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan memperjelas definisi dari setiap tipe objek sehingga objek-objek tersebut dapat diimplementasikan dalam bahasa yang khusus. 3. Object-Oriented Programming (OOP) menuliskan pernyataan- pernyataan dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan tipe objek apa saja yang bekerja untuk penyelesaian suatu kegiatan termasuk ke dalam hubungan antara objek tersebut. 2.10. Unified Modelling Language (UML) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 61), UML adalah suatu set standard pembuatan sistem berbasis object oriented yang terdiri dari notasinotasi tertentu. Menurut Rama dan Jones (2009: 78), UML merupakan suatu bahasa yang digunakan menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu sistem informasi. 2.10.1. Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 141) "Activity diagram merupakan salah satu tipe dari diagram alur yang menjelaskan aktiftasaktifitas yang dilakukan oleh user dan urutan alur kerjanya secara sekuensial". 30 Gambar 2.1 Simbol dalam Activity Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 142) 2.10.2. Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 242), "Use case diagram adalah diagram yang menunjukkan peranan user dan cara bagaimana user berinteraksi dengan sebuah sistem". Gambar 2.2 Use Case Sederhana dengan Aktor Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 243) 2.10.3. Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 17), "Use case description dibuat untuk memperjelas bagaimana uraian langkah-langkah yang terdapat di dalam use case diagram". Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, use case diagram dapat membantu untuk mengidentifikasi berbagai macam proses yang dilakukan oleh user dan apa yang harus sistem 31 baru lakukan untuk mendukung kerja user tersebut. Tetapi dalam pembuatan sistem mengharuskan kita untuk mengetahui gambaran lebih detail dari use case diagram tersebut, oleh karena itu perlu dibuat sebuah use case description. Ada 3 jenis dari use case description yaitu : 1. Brief Description : Merupakan use case description yang paling sederhana. Brief Description dapat digunakan untuk use case yang sangat sederhana, maksud dari use case yang sangat sederhana disini berarti sistem yang digambarkan oleh use case tersebut tidak besar dan aplikasi yang mendukung sistem tersebut dapat dengan mudah dimengerti. 2. Intermediate Description : Merupakan use case description pengembangan dari brief description yang mencakup alur aktifitas dari use case. Hal-hal yang bersifat pengecualian dapat ditulis jika diperlukan. 3. Fully Developed Description : Merupakan use case description yang paling lengkap. Walaupun membutuhkan waktu lebih banyak untuk dapat membuat fully developed description ini, tetapi metode ini yang sangat dianjurkan untuk menggambarkan alur aktifitas dari sebuah use case. 2.10.4. Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 60), "Class diagram merupakan suatu bentuk pemodelan grafis yang digunakan dalam pendekatan object-oriented yang menunjukkan kelas dari sebuah objek yang digunakan di dalam sebuah sistem". Dalam jurnalnya yang berjudul A Model Transformation Approach for Code Generation From State Machine Diagram, Brahim Bousetta (2013) mengatakan “Class diagram merupakan diagram yang memberikan pengembang sistem kemampuan untuk melihat sistem berdasarkan komponen-komponen yang dimiliki sistem tersebut sehinggga memperbolehkan pemodelan berdasarkan objek yang sebenarnya“ 32 Gambar 2.3 Contoh Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 60) 2.10.5. System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 242), "System sequence diagram merupakan adalah diagram yang menunjukkan alur pesan yang digambarkan secara sekuensial antara pihak eksternal dan sistem yang mengacu terhadap use case atau scenario yang telah dibuat". Gambar 2.4 Contoh System Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 253) 2.10.6. Three Layer Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 319), "Di dalam pembuatan sebuah sistem, kita juga harus mendesain class yang berhubungan dengan user interface dan juga merancang class yang berhubungan dengan data access jika diperlukan". Di dalam three layer sequence diagram ini akan menggambarkan bagaimana hubungan antara view layer dan data access layer. View layer merupakan layer yang 33 menggambarkan interaksi antara manusia dan komputer sehingga dibutuhkan sebuah user interface untuk setiap use case-nya, sedangkan fungsi dari data access layer adalah sebagai database untuk menyimpan semua data dan informasi yang dilakukan oleh user terhadap sebuah sistem. Gambar 2.5 Contoh Three Layer Sequence Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 435) 2.10.7. Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010: 457) "Updated design class diagram merupakan pengembangan lebih lanjut dari design class diagram dimana di dalam design class diagram tersebut terdapat informasi berupa method yang didapat setelah pembuatan sequence diagram". 34 Gambar 2.6 Contoh Updated Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 458) 2.10.8. Package Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 459), "Package Diagram di dalam UML merupakan diagram tingkat tinggi yang memungkinkan pembuat sistem untuk menyatukan class yang mempunyai karakteristik yang sama di dalam satu tempat. 35 Gambar 2.7 Contoh Package Diagram Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 459) 2.10.9. User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010: 531) "User Interface merupakan salah satu bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk memberikan input terhadap suatu sistem, sehingga sistem tersebut dapat menghasilkan output yang berguna bagi suatu lingkungan organisasi atau perusahaan". Untuk membuat sebuah user interface yang baik harus mengacu pada 8 aturan emas atau eight golden rules seperti yang telah dikemukakan oleh Ben Schneiderman yaitu : 1. Strive For Consistency Membuat tampilan user interface yang konsisten merupakan salah satu hal terpenting dalam pembuatan design user interface tersebut. Cara 36 bagaimana informasi disusun dalam sebuah form, ukuran dan bentuk dari sebuah icon, dan urutan langkah-langkah pengerjaan yang dapat diakukan di dalam sebuah user interface harus lah konsisten. Hal ini dikarenakan manusia merupakan creatures of habit. Sekali seorang manusia belajar tentang suatu hal, maka akan sangat sulit bagi manusia untuk merubah pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya. Jika terdapat aplikasi baru yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang telah dipelajari manusia sebelumnya, maka manusia tidak akan senang dan kurang memberikan respek yang lebih terhadap aplikasi tersebut. 2. Enable Frequent Users To Use Shortcuts User yang bekerja dengan menggunakan satu aplikasi dalam satu hari penuh akan menghabiskan waktunya untuk belajar mengenai shortcuts. Mereka akan sangat cepat bosan dengan deretan menu yang banyak dan berbagai macam kotak dialog yang muncul ketika mereka ingin menjalankan suatu perintah tertentu. Oleh karena itu para pembuat sistem harus memberikan shortcut di dalam aplikasi mereka yang berguna untuk mengurangi berbagai macam kotak dialog yang timbul ketika user ingin menjalankan suatu perintah tertentu. Selain itu, para pembuat sistem juga harus menyediakan fasilitas macro yang berguna agar user dapat membuat shortcut sesuai dengan keinginannya. 3. Offer Information Feedback Sistem harus selalu memberikan umpan balik (feedback) setiap kali seorang user berinteraksi dengan sistem tersebut. Hal ini dimaksudkan agar user tersebut dapat mengetahui apakah segala hal yang dilakukannya terhadap sebuah sistem telah diterima oleh suatu sistem apa belum. 4. Design Dialogs To Yield Clossure Setiap kotak dialog di dalam sebuah sistem harus diatur dengan urutan sekuensial yang jelas, harus ada awal, tengah, dan akhir. Setiap tugas yang di definisikan dengan tepat pasti mempunyai bagian awal, tengah, dan akhir, sehingga dapat memudahkan user selama proses pengerjaan tugas tersebut. 5. Offer Simple Error Handling 37 Kesalahan yang dilakukan oleh user dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu sebuah sistem yang baik haruslah dapat menangani kesalahan yang dilakukan oleh user tersebut. Penanganan kesalahan tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan peringatan berupa kotak dialog, sehingga user dapat mengetahui ketika melakukan suatu kesalahan dalam menjalankan sebuah sistem. 6. Permit Easy Reversal Of Actions User yang menggunakan sebuah sistem harus merasa bahwa ia dapat melakukan segala macam bentuk interaksi dengan sistem tersebut dan dapat mengulangi atau membatalkan interaksi tersebut tanpa mengalami kesulitan. Hal inilah yang membuat user dapat belajar mengetahui bagaimana sebuah sistem tersebut berjalan, selain ini juga dapat mengurangi kesalahan yang ditimbulkan selama proses penggunaan sistem karena ketika user menyadari bahwa dia melakukan kesalahan, maka dia dapat membatalkan perintah yang sudah dilakukan terhadap sistem tersebut. 7. Support Internal Locus Of Controls User yang berpengalaman ingin merasa bahwa sistem yang mereka gunakan dapat merespon segala perintah yang mereka berikan terhadap sistem tersebut. Sistem harus dapat memenuhi segala macam keinginan user. 8. Reduce Short-Term Memory Load Setiap manusia mempunyai keterbatasan daya ingat yang pendek. Manusia hanya dapat mengingat hanya beberapa informasi yang diberikan di dalam suatu waktu tertentu. Seorang perancang sistem tidak dapat berasumsi bahwa user dapat mengingat semua hal yang telah ia lakukan terhadap suatu sistem. Oleh karena itu sebuah sistem harus dapat mengatasi hal-hal yang menjadi kelemahan user tersebut. 2.11. Kerangka Berpikir Setelah melakukan analisis yang sedang berjalan, namun ditemukan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan solusi penyelesaian dengan cara membuat perancangan sistem baru dan kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. 38 Dalam menentukan langkah-langkah tersebut, maka dibuat kerangka berpikir dalam bentuk bagan sebagai berikut : KERANGKA BERPIKIR FASE PERANCANGAN Penentuan Awal: 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Ruang Lingkup 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5. Metodologi Penelitian 6. Sistematika Penulisan Metodologi Penelitian: 1. Studi Lapangan, terdiri dari: - Wawancara - Observasi - Prosedur Analitis 2. Studi Kepustakaan 3. Metode Analisis dan Perancangan FASE ANALISIS YANG BERJALAN Teori yang digunakan: 1. Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan 2. Object-Oriented Analysis and Design atau OOAD Data-data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis: 1. Profil perushaan 2. Struktur organisasi beserta tugas dan wewenang 3. Prosedur sistem yang sedang berjalan Metode Analisa dengan menggunakan Activity Diagram Identifikasi masalah pada sistem yang berjalan Rekomendasi solusi terhadap permasalahan yang ditemukan FASE DESAIN YANG DIUSULKAN Analisis dan identifikasi kebutuhan untuk sistem yang baru Peracangan dengan OOAD berdasarkan dengan pendekatan Modelling and Requirements Discipline dan Design discipline: 1. Inception : 3. Construction : - Tahap awal Data Structure 2. Elaboration : User Interface - Activity Diagram 4. Transition : - Use Case Diagram Deployment & Software Architecture - Use Case Description Completed - Domain Class Diagram - Multilayer Sequence Diagram - Updated Class Diagram - Package Diagram Pembuatan sistem dengan bahasa pemrograman dan Database SQL Server SIMPULAN DAN SARAN Gambar 2.8 Kerangka Berpikir