BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sepanjang sejarah, air merupakan elemen yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, baik dalam mendukung perkembangan sosial dan ekonomi, maupun menjaga stabilitas/kelancaran kehidupan manusia. Sumber air alami yang dapat dimanfaatkan dapat berupa air permukaan (sungai, danau), air tanah (groundwater), dan air laut. Dari ketiga sumber air tersebut, air laut memiliki ketersediaan yang paling melimpah, yakni sekitar 97,5% dari total air yang ada di bumi, namun air laut memiliki kandungan garam yang cukup tinggi sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Semakin berkembangnya teknologi, maka kebutuhan air bersih tidak hanya diperuntukkan untuk minum dan sistem irigasi saja, namun juga sudah merambah ke ranah industri, mulai dari industri makanan, farmasi, hingga industri berat. Dampak yang ditimbulkan adalah menipisnya ketersediaan air tanah serta meningkatnya konsentrasi garam pada air tanah untuk daerah pemukiman di sepanjang pesisir pantai karena naiknya permukaan air laut. Berbasis permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu teknologi yang dapat menambah proporsi ketersediaan air bersih, salah satunya dengan menerapkan teknologi desalinasi air laut. Teknologi desalinasi air laut terus dikembangkan untuk menekan biaya investasi dan operasional yang cukup tinggi serta meningkatkan efisiensi dari sistem. Untuk menjawab tantangan tersebut para ilmuwan terus melakukan inovasi agar dapat menghasilkan teknologi yang hemat, efisien, serta ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan cara mengkombinasikan antara teknologi desalinasi air laut dengan sumber energi terbarukan yakni tenaga surya atau matahari. Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk memanen energi dari matahari, salah satunya dengan menggunakan panel yang dapat 1 2 memfokuskan radiasi matahari pada satu titik untuk menghasilkan kalor, atau biasa dikenal dengan panel Concentrating Solar Power (CSP). Pengalihan teknologi desalinasi dari yang konvensional menjadi energi terbarukan dikarenakan tingkat keberlangsungan (sustainability) yang relatif stabil. Pada sistem konvensional yang masih menggunakan bahan bakar fosil, dari aspek ekonomi, investasi dibidang ini sangat beresiko, karena tergantung pada bahan bakar fosil yang ketersediaannya terbatas dengan harga yang selalu berubah-ubah setiap waktunya. Berbeda dengan energi terbarukan yang dipanen dari matahari, meskipun membutuhkan investasi awal yang cukup besar, namun tidak perlu membayar untuk biaya pembangkitan setiap waktu karena sifatnya yang terbarukan, dan didukung oleh kondisi alam yang relatif stabil khususnya di daerah gurun seperti Timur Tengah, Afrika, Australia, serta beberapa daerah lainnya yang berada pada garis khatulistiwa. Penelitian mengenai sistem desalinasi bertenaga surya juga pernah dilakukan oleh Eduardo Zarza dkk yang berhasil mendemonstrasikan dan mengkaji kelayakan dari sistem desalinasi bertenaga surya menggunakan Parabolic Trough Collector (PTC) yang dikopel dengan sistem desalinasi dengan teknik MED berlokasi di Plataforma Solar de Almeria (PSA) pada tahun 1994. Berdasarkan penelitian tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang akan difokuskan pada sub-sistem distilator yang menggunakan teknik MED untuk menentukan kinerja sistem terhadap beberapa variabel masukan yang akan dimanipulasi. I.2. Perumusan Masalah Masalah yang akan diselesaikan berdasarkan uraian di atas adalah : 1. Menentukan seberapa baik kinerja dari teknik Multi Effect Distillation sebagai komponen komponen utama dalam sistem desalinasi. 2. Mengetahui energi termal yang dikonsumsi sebagai acuan dalam menentukan panel CSP yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan teoritis. 3 I.3. Batasan Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari proses desalinasi menggunakan teknik Multi Effect Distillation (MED), oleh karena itu batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Pengujian dilakukan dalam skala laboratorium dan dilakukan secara terpisah dari komponen kolektor surya. Sumber panas dihasilkan dari kompor listrik sehingga didapatkan suhu yang sesuai dengan suhu keluar dari kolektor surya. 2. Pengujian dan eksperimen dilakukan dalam bentuk batch, yaitu pada bagian evaporator air umpan dimasukkan terlebih dahulu sampai pada volume tertentu dan pada bagian kondenser terdapat aliran air pendingin yang memiliki kecepatan konstan. 3. Pengujian kinerja metode penguapan menggunakan teknik MED akan dilakukan maksimal dalam 3 stage dan air umpan yang digunakan merupakan air umpan sintesis campuran antara H2O dan NaCl murni. Pengujian dilakukan dengan memberikan variasi pada debit air pendingin dari kondenser dan konsentrasi awal. 4. Penelitian dan analisis difokuskan pada proses distilasinya saja, yakni perpindahan massa dan panas yang terjadi di dalam distilator. I.4. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan kinerja penguapan dengan teknik Multi Effect Distillation (MED) sebagai komponen utama dalam proses desalinasi untuk menghasilkan air bersih. Kinerja yang dimaksud adalah : a. Banyaknya distilat yang dihasilkan (VD) b. Konsentrasi akhir dari distilat (CD) c. Energi input yang dibutuhkan (Ein) d. Efisiensi sistem penguapan dengan teknik MED (η) 4 2. Menentukan luas (A) teoritis kolektor surya yang dibutuhkan berdasarkan energi termal yang dikonsumsi oleh distilator skala laboratorium. I.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan kinerja sistem desalinasi menggunakan teknik Multi Effect Distillation (MED) untuk jumlah stage tertentu sebagai dasar pengembangan untuk skala yang lebih besar. 2. Menentukan besarnya energi yang dibutuhkan agar proses dapat berjalan secara optimal sebagai dasar dalam pengembangan teknologi CSP/MED skala Pilot Project.