1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya perhatian terhadap komoditas gondorukem dan terpentin
yang ditandai dengan peningkatan harga dan permintaan produk hasil olahan
getah pinus menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi dalam bisnis dan
pengusahaan hutan pinus, yaitu dari kayu menjadi getah. Upaya pergeseran
orientasi bisnis tersebut telah diprogramkan oleh Direksi Perum Perhutani melalui
surat No.:069/077.3/SDH/Dir tanggal 21 Pebruari 2012 perihal Pengembangan
Tanaman Pinus ‘bocor getah’, bahwa untuk memenuhi kebutuhan getah pinus
sejumlah 135.173 ton/ tahun masih diperlukan perluasan tanaman pinus ‘bocor
getah’ seluas 49.355 ha.
Program pemuliaan untuk peningkatan produksi getah Pinus merkusii
(bocor getah) di Perhutani telah dimulai sejak tahun 2002 bekerjasama dengan
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Program pemuliaan ini dimulai
dengan kegiatan seleksi pohon induk pinus yang memiliki produktivitas getah
tinggi (‘bocor getah’). Kegiatan seleksi pinus bocor getah dilakukan di seluruh
wilayah Perum Perhutani (Unit I, Unit II, Unit III, Kebun Benih Semai (KBS)
Sempolan, KBS Baturaden dan KBS Cijambu) dan di Luar Jawa (Sulawesi). Dari
kegiatan tersebut hingga tahun 2009 diperoleh pohon pinus bocor getah sebanyak
1085 pohon, dengan kisaran produksi getah sebesar 50 g – 327 g/ pohon/ 3 hari.
Selanjutnya berdasarkan kesepakatan antara Tim Pemuliaan Pohon Fakultas
Kehutanan UGM dan Perhutani istilah ‘bocor getah’ pinus ditandai dengan
2
produksi getah yang dihasilkan melebihi 50 g/ pohon/ 3 hari. Bersumber dari
materi pohon plus pinus ‘bocor getah’ telah dilakukan pengunduhan benih yang
digunakan untuk pembangunan tanaman uji keturunan dan pertanaman pinus
‘bocor getah’ di wilayah KPH.
Tingkat
kesuburan
tanah
pada
lahan
hutan
akan
memengaruhi
produktivitas suatu hutan tanaman. Penurunan tingkat kesuburan tanah dapat
disebabkan oleh faktor alam, buatan maupun interaksi keduanya seperti akibat
pemanenan, erosi, kebakaran hutan serta pengolahan yang intensif dan kurang
mengindahkan kaidah konservasi. Selain itu, tidak pernah dilakukannya kegiatan
pemupukan dalam pengelolaan hutan pinus diduga juga merupakan faktor
penyebab menurunnya tingkat kesuburan tanah. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan penurunan kesuburan tanah adalah
dengan penggunaan teknik silvikultur yang tepat dalam pembangunan dan
pengelolaan hutan.
Silvikultur merupakan salah satu faktor yang sangat besar kontribusinya
terhadap produktivitas hutan. Salah satu upaya mengembalikan kesuburan tanah
adalah dengan pemupukan. Pemupukan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
pupuk organik maupun pupuk anorganik atau kombinasi dari keduanya. Beberapa
jenis pupuk seperti Triple Super Phoshate (TSP) dan pupuk dengan kandungan
N,P,K,Ca dan Mg dapat digunakan untuk meningkatkan produksi getah
(Susilowati, 2013). Hasil penelitian dengan penerapan silvikultur intensif pinus
pada umur 11 tahun dapat menghasilkan diameter batang sebesar 21,7 cm dan
pada umur 8 tahun memiliki kisaran diameter 18,5-26,3 cm (Fahutan UGM,
3
2005). Oleh karena itu pada umur 8-11 tahun pohon tersebut telah berdiameter
lebih dari 20 cm sehingga sudah layak untuk disadap (Kasmudjo, 1997).
1.2. Perumusan Masalah
Kebutuhan getah pinus untuk mendukung industri pengolahan getah di
Perhutani adalah sebesar 135.173 ton/ tahun, sedangkan produksi getah rata-rata
yang dihasilkan dari hutan pinus periode tahun 2009 – 2013 baru mencapai
88.621 ton/ tahun (Perhutani, 2014). Nilai tersebut masih jauh dari target
kebutuhan bahan baku industri/ tahun, dimana setiap tahunnya terjadi defisit
pasokan getah pinus sekitar 46.552 ton. Untuk mencukupi kekurangan produksi
getah pinus tersebut salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan
penanaman kembali dan perluasan hutan tanaman pinus dengan materi benih
‘bocor getah’ (Surat Direksi No.:069/077.3/SDH/Dir).
Pembangunan tanaman pinus dengan materi ‘bocor getah’ hasil pemuliaan
di Perhutani telah dimulai sejak tahun 2009. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dalam program pemuliaan pinus bocor getah perlu didukung aplikasi
teknik silvikultur yang tepat, di antaranya melalui perlakuan pemupukan. Getah
pinus merupakan produk metabolit sekunder dari hasil proses metabolisme,
sehingga produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
atau faktor genetis (jenis pohon, diameter dan kondisi tajuk) dan faktor yang
berasal dari luar (cara penyadapan, iklim, arah sinar matahari, ketinggian tempat
dan bonita tempat tumbuh) (Panshin et al., 1950). Hasil dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa produksi getah pada spesies P. merkusii banyak dikendalikan
4
oleh faktor genetik, yang dinyatakan dengan nilai heritabilitas yang tinggi. Hasil
kajian heritabilitas individu produksi getah pinus di KBS Jember menunjukkan
nilai sebesar 0,50 dan 0,54 untuk KBS Sumedang (Leksono, 1994). Walaupun
demikian aplikasi teknik silvikultur yang tepat tetap diperlukan untuk menjaga
ekspresi genetika produksi getah.
Faktor luar yang berpengaruh terhadap produksi getah di antaranya adalah
tempat tumbuh. Semakin subur tanah atau semakin tinggi bonita maka semakin
banyak getah yang dihasilkan (Sukirdi, 1976). Tobing dkk (1990) dalam Yulianus
(2000) mengemukakan bahwa produksi getah pinus secara tidak langsung
berkaitan dengan proses fotosintesis, karena produksi getah diatur juga oleh
kondisi suplai nutrisi yang diperlukan dalam fotosintesis. Untuk menjaga
kelangsungan produktivitas tegakan hutan pinus diperlukan tambahan hara sesuai
kebutuhan pertumbuhan tanaman pinus melalui perlakuan pemupukan. Namun
demikian informasi mengenai jenis dan dosis pupuk serta kebutuhan hara yang
ideal untuk mendukung pertumbuhan dan menghasilkan produktivitas getah
banyak (‘bocor’) pada tanaman P.merkusii belum diketahui.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka penelitian tentang
pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan dan produktivitas getah Pinus
merkusii bocor getah perlu untuk dilakukan.
5
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap
pertumbuhan dan produktivitas getah pinus pada dua jarak tanam yang
berbeda.
2. Mengetahui kandungan unsur hara tanah berdasarkan klasifikasi
produktivitas getah (rendah, sedang dan tinggi).
3. Mengetahui kandungan unsur makro dan mikro yang ada pada jaringan
daun berdasarkan klasifikasi produktivitas getah rendah.
1.4. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan informasi pemupukan yang tepat, baik jenis maupun dosis
untuk upaya peningkatan produktivitas getah pinus pada dua jarak tanam
yang berbeda.
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap
pertumbuhan dan produktivitas getah pinus, kandungan unsur hara tanah
serta kandungan unsur hara makro dan mikro daun pada dua jarak tanam
yang berbeda.
6
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Pemberian
pupuk
organik
dan
anorganik
dapat
meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas getah pinus pada dua jarak tanam yang
berbeda.
2. Kandungan
unsur
hara
tanah
berbeda
berdasarkan
klasifikasi
produktivitas getah rendah, sedang dan tinggi.
3. Kandungan unsur makro dan mikro yang ada pada jaringan daun berbeda
berdasarkan klasifikasi produktivitas getah rendah, sedang dan tinggi.
Download