7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1 Komunikasi Massa
Menurut
Rakhmat
(2003).
Komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi
massa dapat berfungsi sebagai perwakilan dari pendengaran serta penglihatan
masyarakat. Dilengkapi oleh sarana yang dimana masyarakat dapat mngambil sebuah
keputusan, serta suara kolektif dimana masyarakat dapat mengetahui dari dalam diri
sendiri. Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga karakterisitik:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada sebuah kelompok anonim yang
berskala besar, serta bersifat heterogen.
2. Sebuah pesan dapat ditransmisikan secara publik, dan seringkali
mencapai para penonton dalam waktu bersamaan, serta bersifat sementara
dalam karakter.
3. Sebuah komunikator cenderung beroperasi didalam sebuah organisasi
yang memiliki modal, maupun sumber daya yang besar (Wright, 1959).
Sedangkan menurut Elvinaro Aldianto, dan kawan-kawan (2012: 7-11), karakteristik
komunikasi massa adalah sebagai berikut.
1. Komunikator memiliki lembaga
Sama seperti apa yang dikatakan oleh Wright, sistem komunikasi yang
berskala besar pada umumnya dikendalikan oleh sebuah lembaga, dimana
komunikatornya dikendalikan berada dalam sebuah organsisasi dan
7
8
proses pengiriman pesan yang bersifat kompleks sebelum pesan tersebut
dapat disampaikan kepada audiens.
2. Pesan-pesan bersifat umum
Sebuah pesan yang berasal dari media massa pada dasarnya bersifat
umum. Hal ini dikarenakan pesan-pesan tersebut ditujukan untuk semua
orang, sehingga konten yang dibuat harus dapat dimengerti oleh
mayoritas audiens.
3. Audiens bersifat anonim dan heterogen
Karena ditujukan oleh khayalak luas, pada umumnya komunikator tidak
mengenal audiens mereka. Hal tersebut diakrenakan komunikator
menggunakan media massa sebagai medium dalam menyampaikan
pesannya, serta setiap audiens berasal dari lap;isan masyarakat yang
berbeda, serta memiliki perbedaan-perbedaan lainya seperti usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan pendidikan.
4. Penyebaran pesan media bersifat serentak
Walaupun memiliki jenis audiens yang sangat luas, pesan dari
komunikasi massa dapat tersampaikan kepada audiens secara serentak
pada waktu yang bersamaan (dalam hal ini, khususnya media elektronik
seperti televisi, radio, dan internet).
5. Pesan lebih mengutamakan isi dibandingkan hubungan
Pesan yang berasal dari komunikasi massa cenderung mengarah pada isi
atau konten, karena isi merupakan muatan atau isi dari pesan yang akan
disampaikan, sedangkan hubungan merupakan cara menyampaikan pesan
tersebut.
9
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
Pada umumnya, jenis penyampaian pesan komunikasi massa adalah satu
arah karena komunikan menggunakan media massa sebagai medium
penyampaian pesan kepada audiens. Dalam beberapa kesempatan,
komunikan masih dapat menerima feedback dari audiens, namun tidak
semua saran audiens dapat disampaikan karena saran tersebut sebelumnya
sudah disaring dan dibatasi oleh pihak gatekeeper.
7. Stimulasi alat indra terbatas
Stimulasi alat indra audiens dalam komukasi massa dibatasi oleh medium
itu sendiri. Misalnya radio yang hanya mengandalkan indra pendengar,
dan koran yang hanya mengandalakan indra penglihatan.
8. Umpan balik yang tertunda dan bersifat tidak langsung
Kendala dari media massa itu sendiri adalah sifat umpan balik yang
bersifat tidak langsung (harus melalui sebuah medium seperti telepon, dan
jejaring sosial), serta audiens membutuhkan waktu untuk dapat
mengutarakan opini mereka kepada komunikator.
Sedangkan tujuan dari mempelajari komunikasi massa itu sendiri adalah:
1. Untuk menjelaskan efek dari komunikasi massa itu sendiri kepada
masyarakat. Efek komunikasi massa terbagi menjadi yang diharapkan
(memberi informasi kepada masyarakat mengenai kenaikan BBM),
maupun yang tidak diharapkan (pemberitahuan mengenai kenaikan BBM
mengurangi rasa simpati masyarakat terhadap pemerintahan).
2. Untuk menjelaskan fungsi komunikasi massa di mata masyarakat, yaitu
(Dominick, 2001: 15-17)
10
a.
Pengawas,
untuk
memperingati
serta mengawasi masyarakat
mengenai apa yang terjadi di sekitar mereka
b. Penafsiran, untuk menjelaskan secara mendalam mengenai informasi
tersebut agar memperluas wawasan masyarakat.
c. Keterkaitan,
untuk
menyatukan
berbagai anggota
masyarakat
berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
d. Penyebaran nilai, untuk memberikan persepsi kepada masyarakat
mengenai suatu hal. Baik itu bersifat positif, maupun negati
e. Hiburan, untuk menghibur dan melepas beban aktivitas sehari-hari
(Dominick, 2001; )
3. Untuk menjelaskan proses pembelajaran dari media massa
4. Untuk menjelaskan peran dari media massa dalam membentuk opini
pandangan masyarakat.
2.1.3 Media Massa
Jika komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan kepada
masyarakat, maka media massa merupakan medium yang berperan agar pesan yang
disampaikan dapat disalurkan kepada masyarakat. Media massa dibagi menjadi dua,
yaitu medium dan mass. Medium merupakan perantara antara pembuat pesan dan
penerima, mass dapat diartikan sebagai “banyak”. Oleh karena itu, media massa
dapat diartikan sebagai sebuah komunikasi yang berfungsi untuk menyalurkan
informasi dalam bentuk tertentu (cetak, audio, maupun audio visual) kepada orang
banyak. Media massa termasuk dalam jenis komunikasi satu arah dimana masyarakat
sulit untuk memberikan feedback kepada sumber.
Karakteristik Media Massa
Media massa memiliki karakteristik sebagai berikut
11
1. Komunikasi umumnya bersifat satu arah
2. Memiliki jumlah penonton yang banyak
3. Penonton memiliki banyak pilihan
4. Pesan yang disampaikan ditujukan untuk banyak orang
5. Memberikan pengaruh terhadap masyarakat, serta dipengaruhi oleh
masyarakat dalam penyampaiannya
Fungsi Media Massa
Sebagai medium untuk menyebarkan informasi, Media massa memiliki peran
didalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu:
1. Sebagai pengajar
Menyebarkan media merupakan fungsi dari media massa. Berbagai
macam informasi yang tersedia membuat masyarakat mengetahui apa
yang terjadi di sekitar mereka.
2. Sebagai penghibur
Media massa bisa dikatakan sebagai sarana penghibur yang luar biasa.
Semua media massa memiliki cara untuk menghibur audiensnya. Media
cetak memiliki kolom untuk komik, teka teki silang, maupun berita yang
bersifat menghibur, sedangkan media elektronik memiliki acara-acara
berkategori humor, maupun sport, serta acara berjenis entertainment
lainnya.
3. Persuasi
Media massa memiliki banyak cara untuk membujuk atau meyakinkan
penontonnya. Kemampuan persuasi media dibagi menjadi dua jenis, yaitu
secara langsung atau tidak langsung. Tayangan-tayangan informasi
seperti berita, maupun iklan merupakan bentuk dari persuasi secara
12
langsung, sedangkan jenis-jenis acara yang memperbolehkan opini
merupakan wujud dari persuasi secara tidak langsung.
4. Pengawas lingkungan
Media massa bertugas untuk mengawasi masyarakat dan segala
aktifitasnya, serta memiliki hak untuk melaporkan mereka apabila
menyimpang dari aturan yang telah dibuat.
5. Sebagai pewaris budaya
Media massa merupakan jembatan antara masa depan dan masa lalu.
Segala hal yang ada didalam media massa merupakan apa yang sudah
terjadi, maupun apa saja yang kita perbuat. Oleh karena itu media massa
dapat berfungsi sebagai refrensi agar tidak mengulangi kesalahan yang
sama.
6. Menginterprentasikan informasi
Media massa tidak hanya memberikan fakta mengenai peristiwa apa yang
sedang terjadi, namun juga menjelaskan peristiwa tersebut untuk
meningkatkan kewaspadaan para penonton mengenai apa yang terjadi,
dimana, kenapa, dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi.
7. Panduan untuk mengambil keputusan
Selain edukasi, media massa juga mengajarkan para penonton mengenai
kebudayaan dan kehidupan sosial di sekitar mereka. Selain itu, media
massa juga berfungsi untuk memberikan kita pilihan dalam mengambil
keputusan
seperti
bagaimana
iklan-iklan
yang
ada
mempengaruhi seseorang dalam membeli sebuah produk.
di
televisi
13
8. Sebagai Katalisator dalam pembangunan
Media massa juga memiliki peran dalam perkembangan suatu negara.
Media massa memiliki fungsi untuk mencari masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menyampaikannya
kepada pemerintah. Media massa juga juga berfungsi untuk melaporkan
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat (seperti demonstrasi)
dan menyampaikan keluhan mereka agar masalah tersebut diatasi. Selain
itu, media massa juga membuat masyarakat sadar akan hak-hak mereka,
subsidi yang dilakukan oleh pemerintah, serta hal-hal yang pantas
maupun tidak pantas yang dapat diaplikasikan kedalam dunia nyata.
Televisi
Televisi merupakan media massa yang menggunakan fitur audio serta visual.
Dalam tahap awal, pembuat televisi pertama mencoba untuk memisahkan gelombang
televisi dari spektrum elektromagnetik, dimana pertanyaan “Jika seseorang dapat
mengirim sinyal audio dari suatu tempat ke tempat yang lain, mengapa tidak
sekaligus mengirimkan gambar?”. Sebuah fakta mengejutkan dari Amerika adalah
hanya 1 persen dari populasi yang memiliki televisi di rumah mereka pada tahun
1948, dan lebih dari 90 persen pada tahun 1950an. Data ini menunjukkan bahwa
masyarakat menyukai televisi karena jenis media massa ini menggabungkan fitur
audio dan visual, sehingga memberikan gambarang yang jelas mengenai suatu
peristiwa.
2.1.3 Komunikasi Organisasi
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat
serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan tetapi
karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan
14
tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup
dalam berorganisasi. Menurut Morgan (1997), kita dapat belajar mengenai apa itu
organisasi dari membedakan objek yang merupakan bagian dari organisasi itu
sendiri. Contohnya adalah mengibaratkan organasisasi sebagai sebuah bangunan,
dimana organisasi tersebut harus memiliki material (sumber daya manusia) , semen
(sistem komunikasi), dan desain cetak biru bangunan itu sendiri (tujuan).
John C. Maxwell, dalam bukunya yang berjudul “The 17 undisputable Laws
of Teamwork” (2010) menjelaskan bahwa ada banyak cara agar sebuah organisasi
dapat berfungsi secara optimal, dimana salah satu dari hukum yang ditulisnya adalah
“Hukum tempat yang tepat”. Maxwell menjelaskan bahwa setiap orang memiliki
peranannya masing-masing dalam sebuah kelompok dan menempatkan orang yang
tepat di tempat yang tepat sangatlah penting dalam membangun sebuah tim. Maxwell
juga membuat dinamika sebuah tim yang dapat berubah menurut penempatan orangorangnya.
•
Orang yang salah di tempat yang salah = kemunduran
•
Orang yang salah di tempat yang tepat = frustrasi
•
Orang yang tepat di tempat yang salah = kebingungan
•
Orang yang tepat di tempat yang tepat = kemanjuan
•
Orang-orang yang tepat di tempat-tempat yang tepat = Pelipatgandaan
Dinamika ini menunjukkan bahwa penempatan merupakan salah satu aspek yang
penting dalam pembentukan sebuah organisasi, dimana penempatan yang salah dapat
menghambat laju organisasi tersebut, serta menjadikan orang tersebut sebagai
kelemahan dari sebuah tim.
Sebuah organisasi selain harus memiliki unsur-unsur diatas, juga harus diimbangi
dengan unsur komunikasi didalam organisasi, seperti cara mengorganisir, mengatur,
15
mengkoordinasi. Fayol (1949) mendeskripsikan empat prinsip. Prinsip pertama
merupakan prinsip yang berhubungan dengan struktur organisasi, yaitu:
1. Schalar chain: Sebuah organisasi harus memiliki struktur vertikal yang
bersifat ketat, dimana komunikasi dibatasi oleh strukur tersebut (hanya
begerak keatas atau kebawah).
2. Unity of command: Seorang karyawan harus mendapatkan perintah hanya
dari salah satu atasan.
3. Unity of direction: Pekerjaan atau aktivitas yang memiliki tujuan yang
sama bisa ditangani oleh satu atasan saja.
4. Division of labor: Sebuah pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan apa
yang diharapkan apabila karyawan yang mengerjakan memiliki job
description yang sesuai dengan spesialisasi masing-masing.
5. Order: Dalam sebuah organisasi, baik tugas dan setiap karyawan harus
memiliki tempat mereka masing-masing
6. Span of controls: Atasan yang efektif adalah atasan yang mengontrol
karyawan dalam jumlah yang terbatas.
Prinsip Fayol berikutnya berhubungan dengan dengan kewenangan didalam
organisasi, yaitu:
1. Centralization: Sebuah organisasi menjadi semakin efektif ketika
pengelola organisasi dapat mengendalikan pengambilan keputusan.
Namun, besarnya perusahaan dan karakteristik personal dari pengelola
dan karyawan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut
2. Authority and Responsibility: Pengelola harus memiliki otoritas yang
berasal dari posisi mereka didalam organisasi dan karakteristik masing-
16
masing. Namun, prinsip ini memiliki tanggung jawab yang sama besarnya
dengan otoritas mereka.
3. Discipline: Semua anggota organisasi harus menaati peraturan organisasi
tersebut.
Prinsip ketiga merupakan prinsip yang berhubungan dengan penghargaan yang
berasal dari organisasi itu sendiri, yaitu:
1. Remuneration of personel: Semua karyawan harus diberikan imbalan
yang sesuai dengan performa mereka masing-masing. Tujuan dari
imbalan tersebut adalah untuk meningkatkan motivasi masing-masing
karyawan.
2. Equity: Dalam memberikan imbalan, setiap karyawan harus diperlakukan
secara adil
3. Tenure stability: Sebuah organisasi harus dapat menjamin batas waktu
pekerjaan yang masuk akal untuk mendapatkan hasil yang maksimal
Prinsip terakhir Fayol merupakan prinsip yang berhubungan dengan perasaan dan
sikap karyawan sebuah organisasi, yaitu:
1. Subordination of individual interest to general interest: Sebuah organisasi
dapat dikatakan efektif apabila kepentingan kelompok menjadi sebuah
prioritas dibandingkan kepentingan individual.
2. Initiative: Atasan pada umumnya harus menghargai dan mengarahkan
kemampuan karyawan untuk kepentingan organisasi.
3. Espirit de corps: Prinsip ini memiliki moto, “Satu untuk semua, semua
untuk satu.” Dimana tidak boleh ada perselisihan dalam struktur
organisasi.
17
Dapat disimpulkan bahwa empat prinsip Fayol tersebut merupakan gambaran
bagaimana sebuah sistem komunikasi didalam organisasi pada umumnya, dimana
sistem tersebut memiliki struktur yang pasti, dimana setiap individu mengerti dimana
tempat mereka masing-masing. Tidak hanya itu, sebuah organisasi juga harus
memiliki rantai komando yang terstruktur, serta memprioritaskan tujuan kelompok
ketika berada didalam organisasi tersebut, dimana penghargaan yang diberikan
setimpal dengan hasil yang didapat.
2.2
Teori Khusus
2.2.1 Groupthink
Partisipasi dalam kelompok yang bersakala kecil merupakan sifat dasar
menusia sebagai makhluk sosial. Dimanapun, kapanpun, mereka akan menghabiskan
waktu mereka untuk beraktifitas dalam kelompok. Irving Janis, dalam bukunya yang
berjudul “Victims of Groupthink” (1991), menjelaskan apa yang terjadi dalam
kelompok dimana seorang anggota kelompok menyetujui satu sama lain. Setelah
mempelajari keputusan kebijakan luar negri, Janis berpendapat bahwa ketika anggota
kelompok berbagi nasib yang sama, akan terjadi tekanan yang besar terhadap
kesesuaian. Ia melabelkan hal ini sebagai groupthink.
Groupthink atau pemikiran kelompok dapat dideskripsikan sebagai sebuah
cara beruding yang digunakan oleh para anggota suatu kelompok ketuka keinginan
mereka untuk mencapai kebulatan mengalahkan motivasi mereka dalam menilai dan
mencari semua pilihan yang ada. Janis berpendapat bahwa anggota kelompok
seringkali terlibat dalam sebuah perundingan, dimana sebuah konsensus (sebagian
anggota menyetujui usulan, pendapat) mengalahkan akal sehat.
18
Janis percaya ketika kelompok yang memiliki kemiripan gagal untuk
mempertimbangkan secara sepenuhnya setiap perbedaan pendapat ketika mereka
meredam konflik hanya untuk mengakurkan diri, atau ketika anggota kelompok tidak
mempertimbangkan semua solusi, mereka semua rentan terhadap pemikiran
kelompok. Ia berpendapat bahwa ketika sebuah kelompok sedang dalam proses
pemikiran kelompok, mereka akan langsung terlibat dalam mentalitas “Menjaga
keharmonian kelompok”. Pada akhirnya, harmoni lebih penting daripada membuat
keputusan yang jelas dan sesuai untuk sebuah permasalahan.
Gejala Groupthink
Janis Menginterprentasikan gejala-gejala yang menyatakan bahwa suatu kelompok
termasuk dalam kategori pemikiran kelompok atau groupthink.
1. Penilaian terlalu tinggi pada suatu kelompok
Penilaian terlalu tinggi pada suatu kelompok termasuk sebuah perliaku
yang menunjukkan bahwa suatu kelompok percaya bahwa mereka lebih
bernilai dari apa yang mereka lakukan. Dua gejala yang serupa ada dalam
kategori ini,yaitu:
a. Illusion of invulnerability
Ilusi kekebalan dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang
percaya bahwa mereka sangat istimewa untuk menyelesaikan semua
hambatan, maupun mengatasi kemunduran
b. Belief in inherent morality of the group
Ketika anggota kelompok percaya pada moralitas yang melekat dalam
kelompok, mereka mengadopsi posisi yang dimana kelompok mereka
termasuk kelompok yang baik dan bijaksana. Karena kelompok
tersebut percaya bahwa mereka baik dan bijaksana, mereka percaya
19
keputusan yang mereka buat merupakan keputusan yang baik.Dalam
meyakini kepercayaan ini, anggota kelompok membersihkan dirinya
dari rasa malu dan bersalah, meskipun mereka mengabaikan
keputusan etis maupun implikasi moral dari keputusan yang mereka
buat.
2. Pemikiran yang bersifat tertutup
Ketika suatu kelompok memiliki pemikiran yang bersifat tertutup, mereka
mengabaikan pendapat dari luar kelompok mengenai buruknya keputusan
yang mereka buat. Dua gejala yang didiskusikan oleh Janis, yaitu:
a. Out-Group stereotypes
Kelompok yang terjebak dalam sebuah krisis memiliki persepsi
stereotip diluar kelompok, dimana semua pihak luar dianggap sebagai
sebuah
rival,
maupun
pihak
lawan.
Jenis
stereotip
ini
menggarisbawahi sebuah fakta bahwa setiap lawan, maupun rival
yang dihadapi terlalu lemah atau bodoh untuk melawan sebuah taktik
yang dibuat oleh kelompok tersebut.
b. Collective rationalization
Rasionalisasi kolektif mengacu pada sebuah situasi dimana anggota
kelompok mengabaikan peringatan yang bisa membuat mereka
mempertimbangkan kembali pikiran dan tindakan mereka sebelum
mencapai keputusan akhir.
3. Tekanan terhadap Keseragaman
Tekanan terhadap keseragaman memiliki dampak besar bagi beberapa
kelompok. Janis percaya bahwa beberapa kelompok yang mengikuti
20
dengan tujuan berbaur, atau diterima dapat menetapkan diri mereka dalam
kategori groupthink. 4 gejala dalam kategori ini, yaitu:
a. Self-cencorship
Penyensoran diri mengacu pada kecendrungan anggota kelompok
untuk menimialisasikan keraguan dan umpan balik.Mereka mulai
bimbang ide yang mereka buat sendiri. Janis berpendapat bahwa
membungkam pendapat diri sendiri yang melawan ide tersebut
dan menyetujui pendapat dalam kelompok yang bersifat retoris
akan lebih meningkatkan keputusan kelompok tersebut.
b. Illusion of unanimity
Ilusi kebulatan, sebuah kepercayaan bahwa diam diartikan sebagai
sebuah persetujuan.
c. Self-Appointed mindguards
Mindguards merupakan anggota kelompok yang membentengi
kelompoknya dari informasi yang bersifat merugikan. Mindguards
percaya bahwa perbuatan mereka ditujukan demi kepentingan
kelompok.
d. Direct pressure on dissenters
Gejala terahir yang melibatkan tekanan yang dialami anggota
kelompok yang mengekspresikan opini, persepsi dan komitmen
yang berlawanan pada apa yang diutarakan oleh mayoritas. Hal ini
bisa bersifat fatal pada anggota kelompok tersebut karena dalam
hal ini, hal-hal yang bersifat berlawanan memiliki peluang untuk
dikucilkan, maupun dikeluarkan dari kelompok tersebut.
21
Bertindak Sebelum Berpikir: Cara mecegah terjadinya Groupthink
Jika diambil kesimpulan dari apa yang sudah dibahas, grup yang mencapai
tahap kohesif terkesan sebagai suatu grup yang cenderung terperangkap dalam pola
groupthink. Hal tersebut tidaklah benar, Janis menjelaskan bahwa kohesif merupakan
sesuatu yang perlu dalam suatu kelompok akan tetapi, kohesif tidak selalu menuju
kepada pola groupthink. Groupthink termaterialisasi apabila suatu kelompok
mencapai tingkat kohesifitas yang tinggi (selalu searah dan jarang, bahkan tidak ada
pihak oposisi untuk membentuk sebuah konflik), atau ketika pengambil keputusan
berada di bawah tekanan besar. Janis menyarankan bahwa sebuah kelompok harus
memiliki kewaspadaan ketika mengambil keputusan untuk menghindari terjadinya
groupthink, maupun bekerja didalam interaksi yang bersifat sehat, saran tersebut
berupa.
a. Mempertimbangkan antara tingkat kesulitan tugas dan kemampuan
anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas tersebut.
b. Mengembangkan dan meninjau ulang rencana dan alternatif
c. Menjelajahi konsekuensi dari alternatif yang tersedia
d. Menganalisa rencana yang sebelumnya ditolak, ketika ada informasi baru
yang muncul.
a. Membuat rencana cadangan untuk usulan yang ditolak, maupun rencana
yang gagal.
Dari saran diatas, ‘t Hart (1991) mengkritik saran tersebut karena dinilai
secara
sengaja
mengikis
hubungan
antar
kolega.
Untuk
menghindari
menyederhanakan groupthink, T. Hart telah mengusulkan empat rekomendasi umum
untuk kelompok yang rentan terhadap groupthink, yaitu:
22
a. Memerlukan pengawasan dan kontrol
b. Memberanikan anggota kelompok untuk melakukan whistle-blowing
(proses dimana indivu melaporkan kegiatan, maupun perilaku yang
dianggap tidak etis, atau bersifat ilegal)
c. Memberikan ruang bagi anggota kelompok untuk tidak menyetujui
pendapat yang diberikan.
d. Menyeimbangkan konsensus dan kekuasaan mayoritas
2.2.2 Konsep Produksi Televisi
Menurut Herbert Zettl (2009), produksi merupakan sebuah proses menilai
ide-ide yang dianggap layak untuk dikembangkan dan diaplikasikan sebagai bagian
dari sebuah acara televisi. Walaupun pada dasarnya setiap proses produksi memiliki
kebutuhan yang berbeda, tidak ada tehnik, atau ilmu pendekatan secara pasti
mengenai proses produksi itu sendiri. Proses produksi televisi dibagi dalam tiga
tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi
Pra produksi
Tahap pra produksi merupakan tahap awal dari dari proses pembuatan sebuah
acara televisi. Pra produksi merupakan tahap produksi, dimana sebuah acara masih
dalam bentuk konsep yang berasal ide-ide yang masih terus dikembangkan. Dalam
tahap
ini,
Tim
kreatif
memiliki
peranan
penting
dalam
membuat
dan
mengembangkan dan merealisasikan konsep tersebut. Berikut adalah langkahlangkah yang dilakukan tim kreatif ketika menjalani tahap pra produksi.
23
1. Perencanaan
a. Membuat dan mengembangkan ide program
Semua yang disiarkan di televisi dan ditonton oleh masyarakat berasal
dari sebuah konsep. Konsep tersebut dibuat dari kombinasi ide-ide
setiap orang (brainstorming) yang tidak memiliki batasan yang pasti.
Ide-ide tersebut dapat dibuat berdasarkan dari refrensi (acara-acara
yang ada, maupun berupa sebuah gambar) atau pengalaman
seseorang. Kunci utama dari kesuksesan sebuah brainstorming adalah
untuk tidak langsung menilai dan membuat kesimpulan mengenai ide
seseorang.
Selain brainstorming, clustering juga merupakan metode untuk
mengumpulkan ide-ide yang ada dengan cara menuliskan ide tersebut,
dan menghubungkannya dengan ide-ide lain hingga menjadi suatu
konsep.
b. Mengevaluasi ide tersebut
Setelah membentuk sebuah konsep, tahap selanjutnya adalah untuk
mengevaluasi konsep tersebut dengan dua kata kunci, yaitu apakah
konsep ini dapat dibuat, serta apakah konsep ini layak untuk dibuat.
Sebuah konsep pada dasarnya harus dibuat sehebat mungkin agar
dapat disukai penonton, namun sebuah konsep yang hebat pada
dasarnya belum tentu dapat diwujudkan. Ada saatnya dimana sebuah
konsep yang brilian harus dibaikan karena keterbatasan sarana,
keuangan, maupun keadaan yang tidak memungkinkan, namun sebuah
konsep
yang
diabaikan
masih
memiliki
kesempatan
untuk
direalisasikan dengan cara dimodifikasi sedemikian rupa melalui
24
berbagai macam faktor seperti optimisisasi (mengurangi efek atau
treatment yang memakan biaya), maupun mengubah desain konsep
tersebut sesuai dengan situasi yang ada.
Walau dapat direalisasikan, sebuah konsep belum tentu layak untuk
ditayangkan karena dapat menyinggung seseorang, atau memberikan
dampak negatif di mata masyarakat. Salah satu cara untuk mengatasi
hal ini adalah untuk membuat konsep yang sama dari sudut pandang
(angle) yang berbeda.
c. Membuat proposal
Setelah memiliki konsep yang jelas untuk suatu acara, tim kreatif
harus dapat mengkomunikasikan konsep tersebut kepada tim
produksi, dan klien yang bersangkutan. Proposal program merupakan
sebuah dokumen tertulis mengenai konsep acara yang akan dibuat.
Sebuah proposal program memiliki informasi-informasi sebagia
berikut:
•
Nama program
•
Tujuan dari program ini
•
Target audiens
•
Format program
•
Treatment program
•
Metode produksi
•
Anggaran tentatif
d. Menyiapkan anggaran
Membuat anggaran untuk produksi tidak hanya sebatas hal-hal yang
berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan tahap
25
produksi seperti peralatan, talent, kru, setting. Sebuah anggaran
produksi juga harus mencakup diluar proses produksi seperti
makanan, tempat tinggal sementara, transportasi, serta asuransi.
Sebuah anggaran layaknya harus dibuat serealistis mungkin. Jangan
pernah meremehkan faktor pengeluaran hanya untuk memenangkan
penawaran, karena lebih mudah untuk memotongkan anggaran
daripada meminta tambahan dana. Jangan lupa siapkan sekitar 15 atau
20 persen dana untuk faktor kemungkinan adanya pengeluaran dana
tambahan.
e. Membuat script
Sebuah skrip merepresentasikan elemen penting dalam sebuah
produksi sebuah acara. Sebuah skrip selain berisikan mengenai apa
yang harus dilakukan oleh talent (gimmik), juga menjelaskan
mengenai treatment (setting tempat). Sebuah skrip juga menjelaskan
informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh tim produksi
dalam masa pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
2. Koordinasi
a. People and communication
Dalam melakukan koordinasi, alur komunikasi harus dibangun
seefektif mungkin agar tidak terputus dan meminimalisasi perubahan
pesan. Media komunikasi seperti email memiliki peran penting dalam
proses ini agar setiap anggota tim produksi yang bersangkutan secara
berkala mendapatkan update mengenai situasi yang terjadi.
26
b.
Facility request
Permintaan
penyewaan
fasilitas
dapat
berupa
perlengkapan-
perlengkapan yang berhubungan dengan produksi seperti kamera,
peralatan pendukung kamera, kostum, dan properti yang akan
digunakan untuk sebuah treatment. Permintaan penyewaan fasilitas
biasanya memiliki informasi mengenai jadwal hari dan waktu untuk
gladi resik, sesi rekaman (live maupun tapping), jadwal on-air, judul
acara, nama produser dan sutradara, elemen teknis (kamera, mikrofon,
lighting, grafis, audio), serta lokasi studio dan control room yang akan
digunakan.
c.
Mengatur jadwal produksi
Jadwal produksi merupakan informasi tertulisa yang menjelaskan
mengenai siapa yang terlibat dalam produksi, dimana lokasi produksi,
dan tanggal berapa tim tersebut harus ada di lokasi produksi. Sebuah
acara memiliki beberapa tahap pembuatan sebelum mencapai masa
gladi resik, oleh karena itu diperlukan untuk mengatur siapa saja yang
berangkat ke lokasi produksi pada tanggal-tanggal tersebut untuk
mencegah membuang-buang sumber daya karena lokasi tersebut
belum siap untuk digunakan.
d.
Mendapatkan ijin dari pihak yang berwajib
Kebanyakan proses produksi cenderung melibatkan orang-orang
maupun fasilitas yang dimana tidak memiliksi hubungan dengan
tempat dimana tim anda bekerja. Meminta ijin kepada pihak yang
berwajib, serta perwakilan dari masyarakat sekitar merupakan hal
27
yang harus dilakukan sebelum memulai proses produksi di tempat
tersebut.
e.
Promosi
Sebuah acara yang bagus tanpa ada yang menonton sama saja dengan
acara yang tidak memiliki nilai. Sebelum menayangkan sebuah acara,
harus dilakukan upaya untuk mempromosikan acara tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan bagian marketing
untuk membuat sebuah iklan yang berhubungan dengan acara
tersebut. Anggota tim produksi juga dapat mempromosikan acara ini
melewati berbagai macam cara, mulai dari mulut ke mulut, sampai
dengan menggunakan situs jejaring sosial seperti twitter maupun
facebook. Hal ini sangat dianjurkan karena bagian produksi memiliki
informasi lebih karena terlibat langsung dalam proses produksi,
sehingga memiliki pengetahuan mengenai point of interest yang
membuat audiens tertarik, maupun penasaran.
f.
Gladi resik (reharseal)
Gladi resik merupakan tahap uji coba treatment serta gimmick yang
akan dibawakan pada sesi rekaman. Fungsi dari gladi resik adalah
untuk penempatan posisi atau blocking kamera agar angle yang
didapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain blocking, gladi
resik juga berfungsi untuk menyesuaikan diri baik bagi talent, maupun
kru produksi, khusunya kameramen untuk bisa beradaptasi, serta
meminimalisir kesalahan ketika memasuki sesi rekaman.
28
Produksi
Produksi merupakan tahap perealisasian sebuah konsep yang sebelumnya
telah disetujui oleh pimpinan tim produksi dan dikomunikasikan kepada seluruh tim
produksi yang bersangkutan. Produksi memiliki dua tahapan, yaitu gladi resik dan
sesi rekaman (tapping maupun live).
a. Sesi Rekaman
Sesi rekaman atau recording merupakan tahap dimana acara siap untuk
diproduksi. Recording dibagi menjadi dua jenis, yaitu tapping dan live.
Tapping merupakan jenis sesi rekaman dimana setiap adegan dapat diulang
karena sifat penyiarannya tidak langsung, sedangkan apa yang terjadi dalam
sesi live tidak dapat diulang.
Pasca Produksi
Pasca produksi merupakan proses akhir dalam pembuatan sebuah acara. Metode
pengambilan data rekaman terbagi menjadi dua, yaitu linear dan non linear.
a. Editing linear
Editing linear merupakan jenis editing yang yang mengambil semua data
hasil rekaman secara bertahap. Jenis editing ini memakan waktu yang
cukup lama dalam proses pemasukan data karena kita harus memasukkan
semua data yang ada dari awal sampai akhir. Semua jenis editing yang
menggunakan media tape termasuk dalam kategori editing linear.
b. Editing non-linear
Editing non-linear adalah cara pengambilan data yang menggunakan
media digital. Editing non-linear lebih praktis dari editing linear karena
selain tidak melewati tahap pemasukkan data, jenis editing ini dapat
langsung menandai clip dan dapat langsung diakses.
29
2.2.3 S.W.O.T (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Menurut Kurtz, analisis SWOT adalah suatu alat perencanaan dan strategi
yang penting untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi
dengan kesempatan dan ancaman dari external. Proses analisis ini melibatkan cara
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi atau produk (internal),
dan kesempatan serta ancaman dari dari sisi marketing (external). Hasil akhir dari
analisis SWOT adalah untuk
membantu menentukan dimanakah segmentasi
masyakarat atau marketing yang dapat memberikan kesempatan serta kesukesan
ketika ketika produk tersebut dikeluarkan.
1. Strength: Faktor internal yang merupakan kekuatan dari sebuah produk,
maupun kelompok tertentu dalam mencapai tujuannya. Faktor ini dapat
berupa ciri khas, keahlian, sumber daya, atau kelebihan lain. Pertanyaan
yang cocok untuk mendiskusikan kekuatan dari suatu organsiasi atau
produk adalah:
a. Apakah kita melakukannya dengan benar
b. Kualitas atau aspek apakah yang dapat meyakinkan konsumen untuk
memilih produk atau servis yang dimiliki perusahaan.
c. Sumber daya apakah yang kita miliki saat ini?
d. Bagaimana pandangan orang lain terhadap kekuatan yang kita miliki.
e. Area manakah yang merupakan spesialisasi perusahaan atau produk.
f. Kelebihan apakah yang kita miliki dibanding kompetitor kita?
2. Weakness: Faktor internal yang dapat menghambat suatu produk, atau
kelompok tertentu dalam mencapai tujuannya. Faktor yang dapat
diindentifikasikan sebagai kelemahan dapat ditutupi oleh restrukturiasai,
maupun faktor lainnya yang dianggap pantas (contoh: kelebihan suatu
30
produk dapat menutupi kekurangan yang dimiliki produk tersebut).
Pertanyaan yang cocok untuk mendiskusikan kelemahan dari suatu
organsiasi atau produk adalah
a. Apa yang dapat diubah atau diperbaiki?
b. Apakah kita melakukan kesalahan dalam tahap pengeksekusiannya?
c. Bagaimana cara kita membandingan dengan produk atau organsasi
lainnya
d. Saran apakah yang didapat dari konsumen kita
e. Bagaimana cara kita menjawab saran tersebut
f. Apakah yang harus kita hindari?
g. Bagaimana pihak ketika menilai performa produk atau organisasi
kita?
h. Apakah kita membebani diri kita sendiri dengan kendala yang kita
buat?
3. Opportunity: Faktor external yang dapat membantu suatu produk, atau
kelompok tertentu mencapai tujuannya. Opportunity, bisa juga merupakan
salah satu faktor yang dapat mengeksploitasi kelebihan dari produk,
maupun kelompok tersebut seperti trend masyarakat, banyaknya
permintaan.
4. Threat: Faktor external yang dapat menghambat suatu produk atau
kelompok tertentu. Threat bisa datang dari produk, atau jenis kelompok
yang sama. Threat pada dasarnya dibuat dari faktor external yang pada
dasarnya tidak bisa dikontrol.
31
2.3 KERANGKA BERPIKIR
TIM KREATIF
PERAN TIM
KREATIF
PRA
PRODUKSI
PRODUKSI
ACARA
MASTERPIECE
PENONTON
PASCA
PRODUKSI
32
Download