THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI PADA PETIS DI PASAR LOSARI KABUPATEN CIREBON Okta Efriyadi1, Devi Ayu Novita2, Ibrahim Guntur Nuary3 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon email: [email protected] 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon email: [email protected] 3 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon email: [email protected] 1 Abstrak Petis merupakan produk hasil fermentasi yang terbuat dari bahan dasar udang (Penaeus monodon). Kandungan pada petis yaitu energi 151,0 kkal, air 56,0%, protein 20%, lemak 0,2%, karbohidrat 24%, kalsium 37(mg), fosfor 36(mg), besi 2,8(mg).Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis mikroba apa saja yang terdapat pada petis udang, dan untuk mengetahui perbedaan mikroba patogen yang terdapat pada petis yang terdapat di pasar Losari Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratory dengan mengambil sampel petis udang yang ada di Pasar losari Kabupaten Cirebon. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petis di ketiga Pasar Losari Kabupaten Cirebon terdapat bakteri seperti Staphylococcus aureus, Bacillus substilis, Salmonella sp., dan Escherichia coli. Jenis bakteri pathogen yang terdapat di dalam petis dari ketiga Pasar tidak terdapat perbedaan, yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. Kata Kunci: Kandungan Bakteri, Petis Udang, Pasar Losari Kabupaten Cirebon keamanannya yakni bebas dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunan. 1. PENDAHULUAN Petis merupakan produk hasil fermentasi Menurut (Suprapti, 2004) Petis yang yang terbuat dari bahan dasar udang disimpan terlalu lama kemungkinan petis ini (Penaeus monodon). Petis udang termasuk mengandung mikroorganisme seperti jamur makanan hasil fermentasi yang cukup karena petis merupakan media yang cocok dikenal oleh masyarakat Jawa karena petis untuk pertumbuhan jamur dengan kandungan udang merupakan produk asli dari Indonesia. karbohidrat dan kadar gula yang tinggi akan Petis biasa digunakan sebagai bumbu dijadikan sebagai sumber energi untuk masakan di setiap daerah seperti Rujak pertumbuhannya, selain itu ada faktor lain kangkung, Rujak mentimun, Rujak terong, yaitu kelembaban dalam waktu dan sebagainya, selain itu petis udang biasa penyimpanan. Banyak sekali masyarakat di gunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai yang belum mengetahui bahwa di dalam pasangan cemilan dengan tahu susu. Menurut petis terdapat mikroba seperti bakteri dan Direktorat Gizi (1996) dalam jamur. Bakteri dan jamur yang ada di dalam Prasetyaningsih. dkk (2015) yaitu: Jumlah petis salah satunya ada yang bersifat kandungan Energi 151,0 kkal, Air 56,0%, pathogen dan ada pula yang bersifat netral. Protein 20%, Lemak 0,2%, Karbohidrat 24%, Tujuan diadakannya penelitian ini Kalsium 37 mg, Fosfor 36 mg, Zat Besi 2,8 untukmengkaji jenis mikroba apa saja yang mg, Vitamin A, B1 dan C. Petis banyak terdapat pada petis udang, untuk mengetahui sekali dijual di Pasaran, salah satunya yaitu jumlah mikroba pada petis dan untuk di Pasar Losari Kabupaten Cirebon yang di mengetahui perbedaan mikroba patogen yang antaranya yaitu Pasar Panggang, Pasar Losari terdapat pada petis yang terdapat di pasar dan Pasar Losari Kidul. Petis yang dijual di Losari Kabupaten Cirebon. Dengan di pasaran, seharusnya trjamin dari segi ujikannya kandungan mikroba pada petis mutunya terutama kebersihan serta udang di pasar losari kabupaten Cirebon agar 950 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 dapat diketahui layak tidaknya Petis Udang untuk di konsumsi sesuai BPOM Republik Indonesia Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik indonesia Nomor hk.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 yaitu Jenis cemaran ALT (30oC, 72 jam) batas maksimum 5x105koloni/g, APM Escherichia coli batas maksimum<3/g, Salmonella sp batas maksimumnegatif/25 g, Staphylococcus aureus batas maksimum1x103koloni/g, dan Vibrio cholerae batas maksimumnegatif/25g. UAD, Yogyakarta yaitu fosfor, kalsium, dan zat besi (Tommy Irawan, 2004) Bentuk dari petis itu sendiri adalah pasta, dan di olahan dari ikan atau udang ditambah bumbu, tepung beras, atau kanji. Seperti halnya kecap dan saus, petis juga merupakan produk yang mirip seperti bubur kental, liat, dan elastis, berwarna hitam atau cokelat tergantung dari jenis bahan baku yang digunakan. Sesuai dengan teksturnya yang setengah padat, petis biasanya di perjual belikan dalam bentuk kemasan stoples, gelas jar, atau botol plastik berukuran kecil (Martosubroto .P dan N Naaminm,1985) Pada umumnya udang yang digunakan sebagai bahan baku petis adalah udang rebon (sergestidae) dan bagian kepala udang yang merupakan limbah dari industri pembekuan udang. Limbah ini terdapat dalam jumlah yang banyak, sekitar 40% dari bahan baku udang utuh (Martosubroto .P dan N Naaminm,1985). Standar dari SNI tentang petis udang yaitu maksimal 105. Faktor lain yang menyebabkan tingginya total mikroba yang ada pada petis adalah kurangnya sarana sanitasi peralatan yang baik, sanitasi pekerja, hal yang lumrah terjadi pada industri trandisional. Kemasan yang digunakan haruslah kemasan yang mempunyai kemasan yang dapat melindungi petis itu sendiri agar terlindungi keasliannya dan tidak terkontaminasi. Aspek yang dapat mempengaruhi daya tahan produk terhadap kerusakan. Hal ini berarti bahwa kerusakan yang terjadi secara alamiah, misalnya perubahan karena mikroorganisme atau karena interaksi berbagai komponer dalam produk, merupakan suatu perubahan yang tidak dapat dikembalikan seluruhnya oleh kemasan (Buckle, K.A.R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton. 1986). 2. KAJIAN LITERATUR Petis udang merupakan hasil olahan dari beberapa campuran udang segar yang mengalami perlakuan, pencucian, penggilingan atau pencincangan dan pemasakan bersama dengan bahan tambahan. (Martosubroto .P dan N Naaminm,1985) Dalam hal ini petis udang juga biasa dibuat dari bahan-bahan dasar kaldu udang yang ditambah bahan pengental seperti tepung tapioka dan tepung beras dengan bumbu-bumbu berupa bawang merah, bawang putih, daun salam, lengkuas, sereh, jahe, daun jeruk purut,garam gula merah, gula pasir dan vetsin ( Martosubroto .P dan N Naaminm,1985) Petis dapat juga di katakan sebagai makanan semi basah yang memiliki kadar air sekitar 10-40 persen, nilai aw f(aktivitas air) 0,65-0,90, dan mempunyai tekstur plastis. Ada beberapa keuntungan pangan semi basah, antara lain tidak rumit dalam menyimpan makanan dengan fasilitas yang baik, lebih awet, sudah dalam bentuk siap dikonsumsi, mudah cara penanganannya, dan bernilai gizi cukup baik. Bahan makanan ini pada umumnya digunakan masyarakat sebagai bumbu masakan daerah seperti rujak cingur, petis kangkung, tahu petis, dan sebagainya yang sangat sukai oleh masyarakat banyak (Martosubroto .P dan N Naaminm,1985). Rasa dari Petis memberikan rasa yang dominan pada makanan tradisional dari beberapa tempat di Pulau Jawa. Penyedap yang bahan utamanya udang, ikan, dan bisa juga daging ini bukan hanya menambah rasa enak, tetapi juga mengandung protein, karbohidrat, dan beberapa unsur mineral, 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratory dengan mengambil sampel dari beberapa Pasar Losari 951 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Kabupaten Cirebon. sampel petis udang yang diambil 9 sampel di 3 Pasar antara lain: Pasar Panggang, Pasar Losari dan Pasar Losari Kidul. Alat-alat yang yaitu tabung reaksi, gelas ukur, rak tabung, jarum ose, pipet tetes, bunsen, gelas objek, cawan petri, mikroskop, korek api. Bahan-bahan yang di gunakan yaitu larutan safranin, , larutan kristal fiolet, larutan lugol, larutan alkohol, auuades, petis dan terasi udang. UAD, Yogyakarta spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu optimum 37 ºc, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºc). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. Aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al.,1995 ; Novick et al.,2000). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Kandungan Mikroba pada Petis Lokasi Pengambilan Sampel Petis Pasar Panggang Pasar Losari Pasar Kidul Losari Jenis-jenis Mikroba Staphylococcus aureus, , Escherichia coli, Salmonella sp., Staphylococcus aureus, Escherichia coli Salmonella sp., Gambar 1. Bakteri Staphylococcus aureus pada mikroskop ukuran 10x25. Sedangkan bakteri Escherichia coli(E. Coli) adalah salah satu bakteri yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. bakteri E. Coli adalah bakteri yang bersifat gram negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora, mikroorganisme ini tidak umum hidup atau terdapat dalam air, sehingga keberadaan dari E. Coli dalam air dapat dianggap sebagai petunjuk terjadinya pencemaran kotoran dalam arti luas, baik dari kotoran hewan maupun manusia (Purnawijayanti, 2001:5). Staphylococcus aureus, , Escherichia coli Salmonella sp. Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa kandungan bakteri yang ada di dalam petis di Pasar Losari terdapat bakteri yang sama yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella sp. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh dapat diketahui bahwa petis di Pasar Losari mengandung bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella sp. Dari ketiga Pasar yang ada di Losari Kabupaten Cirebon mengandung bakteri yang sama. Setiap pasar di ambil tiga sampel petis untuk di ketahui bakteri yang terkandung dalam petis, jadi total semua petis ada sembilan petis. Jenis-jenis dari semua bakteri tersebut merupakan bakteri yang bersifat pathogen. Bakteri pathogen itu sendiri merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,71,2 μm, yang tersusun dalam kelompokKelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk Gambar 2. Bakteri Escherichia coli(E. Coli) pada mikroskop ukuran 10x25 952 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Lain hal dengan bakteri Salmonella sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerobik, mampu tumbuh pada ph mendekati 4.0-9.0 dengan ph optimum 7.0, dan termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini berukuran 0.7-1.5 x 2-5 μm, motil dengan Flagela peritrikus, kecuali Salmonella Pullorum dan Salmonella Gallinarum yang tidak motil karena tidak mempunyai flagela. Bakteri ini tumbuh Optimum pada suhu 35-37°c, dapat mengkatabolisme bermacam karbohidrat Menjadi asam dan gas, menggunakan sitrat sebagai sumber tunggal karbon, Memproduksi h2S dan dapat mendekarboksilasi lysine menjadi kadaverin dan Ornithin menjadi putrescin. Salmonella sp. dapat tumbuh pada kadar garam Maksimal 8% (Rusyanto, 2005). UAD, Yogyakarta mengandung mikroba yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. Petis dari ketiga Pasar tersebut ditemukan jumlah mikroba hasil dari penghitugan Total Plate Count (TPC) berkisar 7-9 koloni, jumlah koloni ini di bawah 10 koloni/100 gram media sesuai dengan BPOM Republik Indonesia Tahun 2009. Jenis mikroba pathogen yang terdapat di dalam petis dari ketiga Pasar tidak terdapat perbedaan, yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp.Jenis-jenis-jenis bakteri tersebut merupakan bakteri yang bersifat pathogen. Bakteri pathogen sendiri dapat menyebabkan suatu penyakit. 6. REFERENSI Buckle, K. A., R.A . Edwars , G.H. Fleet and M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : UI-Press. Hastono,S., 2003, “Cendawan dan Permasalahannya terhadap Kesehatan Hewan”, Jurnal veteriner, 4 (2):1-4. Jawetz, e. et. al. 1995. Mikrobiologi kedokteran Edisi ke-20(Alih bahasa : Nugroho&R.f.maulany). Jakarta :Penerbit buku kedokteran. Martosubroto .P dan N Naaminm,1985. Sumberdaya Perikanan dan Industri Tepung Ikan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Departemen Pertanian, Jakarta. Alih Bahasa : Hari Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta. Rusyanto, W. 2005. Prevalensi Serovar dan Galur Resisten Antibiotik Salmonella pada Rantai Produksi Udang Tambak. Tesis. IPB Press, Bogor. Tommy Irawan, 2004 Studi keamanan pangan dan sifat fisiko kimia serta organoleptik berbagai merek petis udang di sentra industri petis udang di sidoarjo. Jurusan Teknik Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Winarno, 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumsi. PT. Gramedia Pustaka Utama , Jakarta Gambar 3. Bakteri Salmonella sp. Pada mikroskop ukuran 10x25 Meskipun petis mengandung bakteri yang pathogen tetapi masih layak untuk dikonsumsi karena kandungan bakteri yang ada di dalam petis masih berada di ambang batas sesua BPOM Republik Indonesia Tahun 2009. Selain itu petis mengandung energi 151,0 Kkal, air 56,0%, protein 20%, lemak 0,2%, karbohidrat 24%, kalsium 37 mg, Fosfor 36 Mg, zat besi 2,8 mg, vitaminA, b1 dan c. (Hastono, 2003). 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga Pasar yang ada di Losari, Pasar Panggang dan Pasar Losari Kidul mengandung mikroba yang sama yaitu Staphylococcus aureus, , Escherichia coli, dan Salmonella sp. Sedangkan Pasar Losari 953